Pengaruh Kualitas Auditor, Good Corporate Governance, dan Leverage pada Manajemen Laba Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(1)

TESIS

PENGARUH KUALITAS AUDITOR,

GOOD CORPORATE

GOVERNANCE,

DAN

LEVERAGE

PADA MANAJEMEN LABA

PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

COKORDA ISTRI JULYANA DEWI 1291662024

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

TESIS

PENGARUH KUALITAS AUDITOR,

GOOD CORPORATE

GOVERNANCE,

DAN

LEVERAGE

PADA MANAJEMEN LABA

PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA

COKORDA ISTRI JULYANA DEWI 1291662024

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(3)

PENGARUH KUALITAS AUDITOR, GOOD CORPORATE GOVERNANCE,

DAN LEVERAGE PADA MANAJEMEN LABA PERUSAHAAN

PERBANKAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana

COKORDA ISTRI JULYANA DEWI NIM 1291662024

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(4)

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 6 JUNI 2016

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE., M.Si. Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si., Ak. NIP 19670501 199203 2 002 NIP 19660726 199203 2 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Magister Akuntansi Direktur

Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana, Universitas Udayana,

Dr. Dewa Gede Wirama, MSBA, Ak. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S (K). NIP 19641224 199103 1 002 NIP 19590215 198510 2 001


(5)

Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal 6 Juni 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No. : 2476/UN14.4/HK/2016 Tanggal : 31 Mei 2016

Ketua : Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE., M.Si. Anggota :

1. Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si., Ak. 2. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak. 3. Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak. 4. Ni Putu Sri Harta Mimba, SE., M.Si., Ph.D., Ak.


(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Cokorda Istri Julyana Dewi NIM : 1291662024

Program Studi : Magister Akuntansi

Judul Tesis : Pengaruh Kualitas Auditor, Good Corporate Governance, dan Leverage

pada Manajemen Laba Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah saya merupakan hasil karya sendiri dan bebas dari plagiasi. Apabila kelak di kemudian hari terbukti terdapat plagiasi dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 17 Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 1 Juni 2016 Mahasiswa,

Cokorda Istri Julyana Dewi NIM 1291662024


(7)

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena penulis dapat menyususn dan menyelesaikan

tesis yang berjudul, “Pengaruh Kualitas Auditor, Corporate Governance, dan Leverage pada Manajemen Laba Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada Ibu Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE., M.Si., selaku pembimbing utama dan Ibu Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si., Ak., selaku pembimbing kedua, yang dengan sabar memberikan motivasi, bimbingan, dan saran selama persiapan dan pelaksanaan penelitian, serta penyelesaian penyusunan tesis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana dan Ketua Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak., Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak., dan Ni Putu Sri Harta Mimba, SE., M.Si., Ph.D., Ak., yang telah memberikan saran dan koreksi sehingga tesis ini dapat menjadi lebih baik.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada seluruh dosen yang telah membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan dan staf administrasi yang telah membantu kelancaran pelaksanaan kuliah, serta rekan-rekan MAKSI Angkatan XI atas dukungannya selama perkuliahan. Untuk Keluarga besar Puri Saren Agung Ubud dan Puri Anyar Ubud yang selalu memberikan dukungan moral kepada penulis. Suami Tjok Agung dan anak Tjok Gde Prabu yang selalu memberikan semangat penulis untuk menyelesaikan tesis ini.


(8)

Rasa terima kasih yang sedalamnya penulis sampaikan untuk sahabat-sahabat penulis Made Grazia, Maya Prabasari, Deby Wulandari, Siska Sugitha, Pradnya Paramitha, Diah Anggreni, Diah Savitri, Norma Abdi P., dan Astrid Krisdayanthi yang senantiasa memberikan semangat dan perhatian kepada penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Wayan Yuniasih dan Made Mertakota, atas bantuan dan saran yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini. Demikian pula rasa terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas dukungan yang diberikan kepada penulis hingga terselesaikannya tesis ini.

Penulis, 1 Juni 2016

Cokorda Istri Julyana Dewi

ABSTRAK

PENGARUH KUALITAS AUDITOR, GOODCORPORATE GOVERNANCE, DAN

LEVERAGE PADA MANAJEMEN LABA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini dilakukan karena adanya fenomena asimetri informasi antara manajemen sebagai (agent) dan pemilik sebagai (principal). Hal ini terjadi karena pihak manajemen (agent) memiliki informasi lebih mengenai kondisi internal perusahaan dan prospek perusahaan dibandingkan pemilik (principal). Keadaan ini dapat memberikan kesempatan kepada manajemen untuk melakukan manajemen laba. Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas auditor, good corporate


(9)

governance, dan leverage pada manajemen laba perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2013. Jumlah sampel sebanyak 95 amatan. Teknik analisis data dengan regresi linier berganda.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kualitas auditor berpengaruh negatif pada manajemen laba, hal ini menandakan kualitas audit KAP Big Four dapat meminimalisir tindakan manajemen laba. Sedangkan good corporate governance tidak berpengaruh pada manajemen laba. Leverage

berpengaruh negatif pada manajemen laba.

Kata Kunci : Manajemen Laba, Kualitas Auditor, Good Corporate Governance, dan


(10)

ABSTRACT

THE EFFECTS OF AUDITOR’S QUALITY, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, AND LEVERAGE ON EARNINGS MANAGEMENT OF LISTED BANKING COMPANIES IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE

This research was conducted based on the phenomenon of asymmetry information between management as an agent and the owner as the principal. This phenomenon occurs because the management (agent) has more information about the internal state of the company and the company's prospects than the owner (principal). This may provide an opportunity for the management to manage its earnings. Based on this phenomenon, this research was aimed to determine the effects of the auditor’s quality, good corporate governance, and leverage on earnings management of listed banking companies in Indonesia Stock Exchange.

The population in this research was all listed banking companies in the Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period of 2011-2013. Total samples were 95 objects. The analytical technique used is multiple linear regressions.

The analytical results show that auditor’s quality affects negatively the earnings management; it indicates the quality of the audit by the Big Four accounting firms can minimize the earnings management. Whereas, good corporate governance has no effect on earnings management. Leverage affects negatively the earning management.

Keywords : Earnings Management, Auditor’s Quality, Good Corporate Governance, and Leverage.


(11)

PENGARUH KUALITAS AUDITOR, GOODCORPORATE GOVERNANCE, DAN

LEVERAGE PADA MANAJEMEN LABA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

RINGKASAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan karena adanya fenomena asimetri informasi antara manajemen sebagai (agent) dan pemilik sebagai (principal). Hal ini terjadi karena pihak manajemen (agent) memiliki informasi lebih mengenai kondisi internal perusahaan dan prospek perusahaan dibandingkan pemilik (principal). Kesenjangan informasi mendorong manajemen untuk berperilaku oportunis dalam mengungkapkan informasi mengenai perusahaan. Tindakan oportunis tersebut dapat dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi sehingga besar kecilnya laba dapat diatur. Upaya manajemen dalam mengatur besar kecilnya laba merupakan tindakan manajemen laba.

Berdasarkan teori agensi masalah manajemen laba dapat diminimalisir melalui pengawasan good corporate governance. Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan, dalam penelitian ini good corporate governance diproksikan dengan kepemilikan manajerial. Pemeriksaan laporan keuangan oleh kantor akuntan publik dapat digunakan sebagai alat monitoring terhadap tindakan oportunis manajemen dalam melaporkan kinerja perusahaan, dalam penelitian ini kualitas auditor diukur menggunakan variabel dummy, dimana KAP Big

Four diberi nilai 1 dan KAP Non Big Four diberi nilai 0.

Selain penerapan good corporate governance dan pemeriksaan laporan keuangan oleh kantor akuntan publik yang baik untuk meminimalisir manajemen laba terdapat faktor lain yang dapat menimbulkan manajemen laba oleh manajemen, yaitu leverage. Utang dapat memicu manajemen untuk melakukan manajemen laba. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi, diduga melakukan manajemen laba, karena perusahaan terancam default yaitu tidak dapat


(12)

memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya, dalam penelitian ini leverage dihitung dengan membagi total utang dengan total aset.

Sampel penelitian adalah 32 perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013, dalam penelitian ini memakai sampel jenuh, sehingga seluruh populasi penelitian merupakan sampel penelitian. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil analisis kualitas auditor berpengaruh negatif pada manajemen laba, hal ini mengindikasikan KAP Big Four mampu mengurangi kesempatan manajemen untuk melakukan tindakan manajemen laba dibandingkan perusahaan yang menggunaka KAP Non Big

Four. Good Corporate governance tidak berpengaruh pada manajemen laba. Hal ini dapat

dikarenakan persentase kepemilikan manajerial masih relatif sangat kecil jika dibandingkan dengan keseluruhan modal yang dimiliki. Sedangkan, Leverage menunjukkan hasil berpengaruh negatif pada manajemen laba. Kebijakan utang yang tinggi menyebabkan perusahaan dimonitor oleh pihak debtholders (pihak ketiga), karena monitoring dalam perusahaan yang ketat menyebabkan manajer akan bertindak sesuai dengan kepentingan debtholders dan shareholders, selain itu banyaknya ketentuan perbankan yang mengatur tentang kredit sehingga menyebabkan berkurangnya tindakan manajemen laba.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

RINGKASAN ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 . . . Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 . . . Rumusan Masalah ... 10

1.3 . . . Tujuan Penelitian ... 10

1.4 . . . Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

2.1 . . . Teori Agensi (Agency Theory) ... 12


(14)

2.2 . . . Manajemen

Laba (Earnings Management) ... 14

2.3 . . . Good Corporate Governance ... 19

2.3.1 Kepemilikan Manajerial ... 22

2.3.2 Kepemilikan Institusional ... 23

2.3.3 Proporsi Dewan Komisaris Independen ... 24

2.3.4 Komite Audit ... 25

2.4 . . . Kualitas Auditor ... 26

2.5 . . . Leverage ... 27

2.6 . . . Penelitian Terdahulu ... 28

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 32

3.1 . . . Kerangka Berpikir ... 32

3.2 . . . Kerangka Konsep ... 41

3.3 . . . Hipotesis Penelitian ... 43

3.3.1. . . Pengaruh Kualitas Auditor pada Manajemen Laba .. 43

3.3.2. . . Pengaruh Good Corporate Govetnance pada Manajemen Laba ... 44

3.3.2.1 . . . Pengaruh Kepemilikan Manajerial pada Manajemen Laba ... 45

3.3.2.2 . . . Pengaruh Kepemilikan Institusional pada Manajemen Laba ... 46

3.3.2.3 . . . Pengaruh Komite Audit pada Manajemen Laba ... 47

3.3.2.4 . . . Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen pada Manajemen Laba ... 47

3.3.3. . . Pengaruh Leverage pada Manajemen Laba ... 48

BAB IV METODE PENELITIAN ... 50 xii


(15)

4.1 . . . Rancangan

Penelitian ... 50

4.2 . . . Lokasi dan Waktu Penelitian ... 51

4.3 . . . Data Penelitian ... 52

4.3.1 . . . Jenis Data ... 52

4.3.2 . . . Sumber Data ... 52

4.3.3 . . . Populasi dan Sampel Penelitian ... 53

4.4 . . . Variabel Penelitian ... 53

4.4.1 . . . Identifiksai Variabel ... 53

4.4.2 . . . Definisi Operasional Variabel ... 54

4.5 . . . Metode Pengumpulan Data ... 58

4.6 . . . Teknik Analisis Data ... 59

4.6.1 . . . Analisis Faktor ... 59

4.6.2 . . . Uji Asumsi Klasik ... 60

4.6.3 . . . Pengujian Hipotesis Penelitian ... 62

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 65

5.1 Hasil Penelitian... 65

5.1.1 Analisis Faktor ... 65

5.1.2 Hasil Uji Statisik Deskriptif ... 68

5.1.3 Uji Asumsi Klasik ... 70

5.1.3.1 Uji Normalitas ... 71

5.1.3.2 Uji Multikolinearitas ... 71

5.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 72


(16)

5.1.4 Uji Koefisien Determinasi ... 72

5.1.5 Pengujian Hipotesis ... 73

5.1.5.1 Uji Statistik F (Uji F) ... 73

5.1.5.2 Hasil Uji Hipotesis ... 73

5.2 Pembahasan ... 75

5.2.1 Pengaruh Kualitas Auditor pada Manajemen Laba ... 75

5.2.2 Pengaruh GoodCorporate Governance pada Manajemen Laba ... 77

5.2.3 Pengaruh Leverage pada Manajemen Laba ... 78

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 80

6.1 Simpulan ... 80

6.2 Sarana ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN ... 89 xiii


(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Tingkat Corporate Governance di Asia ... 20

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir ... 40 Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 41 Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Pengaruh, Kualitas Auditor, Indikator Corporate

Governance,Leverage dan Kinerja Keuangan pada Manajemen Laba

Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 50


(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Nilai Validitas dalam Analisis Faktor ... 60

Tabel 5.1 Hasil Pengujian Validitas Analisis Faktor... 68

Tabel 5.2 Hasil Statistik Deskriptif ... 69


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan dapat digunakan oleh pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik (Schipper et al,, 2003). Penyampaian informasi melalui laporan keuangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak eksternal maupun internal yang kurang memiliki wewenang dalam memperoleh informasi yang mereka butuhkan dari sumber langsung perusahaan (Aryani, 2011). Sehingga laporan keuangan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor dalam mengambil keputusan.

Laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan salah satu sumber informasi sangat penting yang dibutuhkan oleh sebagian besar pemakai laporan dan atau pelaku pasar serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan emiten sebagai dasar pengambilan keputusan. Salah satu informasi yang terdapat dalam laporan keuangan adalah informasi mengenai laba perusahaan. Statement of

Financial Accounting Concept (SFAC) No. 8 menyatakan bahwa informasi laba

berfungsi untuk menilai kinerja manajemen, membantu memperkirakan kemampuan laba dalam jangka panjang, dan menaksir resiko dalam meminjam atau investasi. Informasi laba juga dapat membantu pemilik atau pihak lain dalam


(20)

2

menaksir earning power perusahaan dimasa yang akan datang. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 1 informasi laba diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya (IAI, 2007).

Komponen laba merupakan pusat perhatian dari pihak pemakai (Beathie et al., 1994). Hal ini dikarenakan pihak pemakai menganggap laba dapat mencerminkan kinerja manajemen perusahaan selama periode tertentu dan bisa dipergunakan untuk memperkirakan prospek perusahaan di masa depan. Laba yang dipublikasikan dapat memberikan respon bervariasi, yang menunjukkan adanya reaksi pasar terhadap informasi laba (Cho dan Jung, 1991).

Laba sering menjadi target rekayasa tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan kepuasannya, tetapi dapat merugikan pemegang saham atau investor. Tindakan oportunis tersebut dapat dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu sehingga besar kecilnya laba dapat diatur, sesuai keinginan manajemen. Upaya-upaya manajemen untuk mengatur besar kecilnya laba dengan tujuan tertentu merupakan tindakan manajemen laba (Amertha, 2013).

Terjadinya manajemen laba bisa disebabkan karena adanya informasi lebih yang dimiliki manajemen dibanding pihak eksternal sehingga menyebabkan adanya informasi yang tidak seimbang (Healy dan Wahlen, 1999). Manajemen dapat melakukan kebijakan-kebijakannya dengan leluasa untuk memaksimalkan


(21)

3

keuntungannya tanpa dapat diketahui secara langsung dan detail oleh pihak eksternal. Keadaan ini memungkinkan manajer untuk berbuat curang (Atmini, 2000). Kesenjangan informasi mendorong manajer untuk berperilaku oportunitis dalam mengungkapkan informasi mengenai perusahaan. Manajer hanya akan mengungkapkan suatu informasi tertentu jika ada manfaat yang diperolehnya. Apabila tidak ada manfaat yang bisa diperoleh maka manajer akan menyembunyikan atau menunda pengungkapan informasi bahkan kalau diperlukan manajer akan mengubah informasi tersebut. Upaya mempermainkan informasi ini tidak selalu dilakukan oleh manajer untuk membuat informasi menjadi lebih bagus dibandingkan dengan informasi sesungguhnya (Aryani,2011). Akan tetapi, informasi juga dapat diubah menjadi lebih buruk. Hal ini tergantung dengan motivasi yang mendasari tindakan manajemen tersebut.

Teori agensi mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agent dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai

principal (Nuryanto et al., 2007). Manajer sebagai pengelola perusahaan

mempunyai lebih banyak informasi mengenai kondisi internal perusahaan dan prospek perusahaan dibanding pemilik perusahaan (pemegang saham). Manajer sebagai pengelola perusahaan berkewajiban untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan. Namun, informasi yang diberikan oleh manajer kepada para pemilik perusahaan dimungkinkan tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya, hal tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara manajer dan pemilik perusahaan. Asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat


(22)

4

memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba

(earnings management) (Ujiyantho dan Pramuka, 2007)

Tindakan manajemen laba telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, WorldCom, dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett et al.,

2006). Beberapa kasus juga terjadi di Indonesia seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Boediono, 2005).

Teori Agensi (Agency Theory) memberikan gambaran bahwa masalah manajemen laba dapat diminimalisir melalui pengawasan good corporate

governance, yang merupakan suatu mekanisme tata kelola organisasi secara baik

dalam melakukan pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis ataupun produktif dengan prinsip-prinsip terbuka, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independen, dan adil dalam rangka tujuan organisasi (Syakhroza, 2003). Putri (2011) menjelaskan bahwa agency theory mampu menjelaskan fenomena konflik keagenan yang disebabkan oleh kebijakan dividen, dimana konflik keagenan yang disebabkan oleh kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap manajemen laba dan dapat diminimalkan dengan adanya good

corporate governance dan budaya organisasi sehingga manajemen laba yang

bersifat oportunis dapat dikurangi.

Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Apabila konsep ini diterapkan dengan baik maka diharapkan pertumbuhan


(23)

5

ekonomi akan terus menanjak seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang makin baik dan nantinya menguntungkan banyak pihak (Nasution dan Setiawan, 2007).

Barnhart dan Rosenstein (1998) menyatakan bahwa mekanisme corporate

governance meliputi mekanisme internal, seperti adanya struktur dewan direksi,

kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif, dan mekanisme eksternal, seperti pasar untuk kontrol perusahaan, kepemilikan institusional dan tingkat pendanaan dengan utang (debt financing). Veronica dan Bachtiar (2004) menyatakan bahwa beberapa mekanisme corporate governance antara lain diwujudkan dengan adanya dewan direksi, komite audit, kualitas audit, dan kepemilikan institusional, sedangkan Pedoman Umum Corporate Governance

Indonesia Perbankan (KNKG, 2006) beberapa indikator good corporate

governance meliputi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi

dewan komisaris independen, dan komite audit.

Chtourou et al. (2001) dan Midiastuty dan Machfoedz (2003) meneliti tentang hubungan antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan ukuran dewan direksi yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berhubungan negatif dengan manajemen laba, sedangkan ukuran dewan direksi berhubungan positif dengan manajemen laba. Hasil penelitian ini berkontradiksi dengan Boediono (2005) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komposisi dewan komisaris memberikan pengaruh positif dan signifikan pada manajemen laba.


(24)

6

Selain penerapan good corporate governance yang baik untuk meminimalkan manajemen laba terdapat faktor lain yang dapat menimbulkan manajemen laba oleh manajer. Widyaningdyah (2001) mengungkapkan bahwa jika utang yang dipergunakan secara efektif dan efisien maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Tetapi apabila dilakukan dengan dalih untuk menarik perhatian para kreditur, maka justru akan memicu manajer untuk melakukan manajemen laba. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi akibat besarnya jumlah utang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya.

Hanafi (2005) menyatakan bahwa leverage keuangan bisa diartikan sebagai besarnya beban tetap keuangan yang digunakan oleh perusahaan. Lebih umum leverage juga diartikan sebagai alat untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan utang. Leverage dalam suatu perusahaan juga bisa menjadi pemicu bagian manajemen melakukan tindakan manajemen laba. Leverage merupakan tingkat sejauh mana sekuritas dengan utang digunakan dalam struktur modal sebuah perusahaan. Watts dan Zimmerman (1986) dalam Belkaoui (2006) menyatakan bahwa semakin tinggi utang atau ekuitas perusahaan, yaitu sama dengan semakin dekatnya terhadap batasan-batasan yang terdapat pada perjanjian utang dan semakin besar kesempatan atas pelanggaran perjanjian dan terjadinya biaya kegagalan teknis, maka semakin besar kemungkinan para manajer menggunkan metode-metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba. Selain itu, perusahaan dengan leverage yang lebih tinggi akan


(25)

7

menghadapi risiko yang lebih tinggi sehingga para investor akan menginginkan

return yang semakin besar.

Widyaningdyah (2001), Tarjo (2008), dan Halim et al. (2005) mengatakan bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan berdasarkan Ardison et al. (2008) leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Pemeriksaan laporan keuangan oleh kantor akuntan publik juga dapat digunakan sebagai monitoring terhadap tindakan manajemen yang oportunistis dalam melaporkan kinerja perusahaan (Sulistyanto, 2008). Jasa audit merupakan alat monitoring terhadap kemungkinan timbulnya konflik kepentingan antara pemilik dengan manajer dan antara pemegang saham dengan jumlah kepemilikan yang berbeda serta dapat mengurangi asimetris informasi antara manajer dengan

stakeholder perusahaan dengan memperbolehkan pihak luar untuk memeriksa

validitas laporan keuangan (Jensen dan Meckling, 1976). Pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor memiliki kualitas yang berbeda-beda. Oleh karena itu, auditing berkualitas tinggi (high-quality auditing) bertindak sebagai pencegah manajemen laba yang efektif, karena reputasi manajemen akan hancur dan nilai perusahaan akan turun apabila pelaporan yang salah ini terdeteksi dan terungkap (Ardiati, 2005).

Manajemen laba yang terjadi pada perusahaan yang diaudit oleh auditor yang termasuk Big Six lebih rendah daripada auditor Non Big Six. Becker et al., (1998) dalam Sanjaya (2008) menyatakan bahwa auditor Non Big Six lebih dapat menggunakan akuntansi secara fleksibel. Penelitian ini sesuai dengan hasil


(26)

8

penelitian Meutia (2004) dan Nuraini dan Sumarno (2007) menyatakan bahwa tindakan manajemen laba terhadap hasil audit yang dilakukan oleh KAP Big Four

lebih rendah daripada KAP Non Big Four. Fan dan Wong (2004) menyatakan bahwa kualitas auditor tidak mempengaruhi manajemen laba. Ketidak konsistenan ini pula yang menyebabkan peneliti ingin menguji kualitas auditor dalam penelitiannya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan pengertian tersebut maka untuk menjalankan aktivitasnya perbankan harus mempunyai integritas tinggi agar masyarakat memiliki kepercayaan dalam rangka menjalin hubungan kerja.

Perbankan adalah perusahaan “kepercayaan”, sehingga apabila perusahaan

diketahui melakukan tindak manajemen laba otomatis kepercayaan investor akan berkurang dan satu persatu ataupun bersama-sama akan melakukan penarikan dana sehingga bisa menimbulkan rush (penarikan dana secara besar-besaran) yang kemudian akan merugikan bank tersebut bahkan menyebabkan bank tersebut

collapse (bangkrut). Industri perbankan diatur dengan regulasi yang lebih ketat

dibandingkan industri lain misalnya, kriteria CAR (Capital Adequacy Ratio) dan NPL (Non-Performing Loan) minimum. Bank Indonesia menggunakan laporan keuangan sebagai dasar dalam penilaian status suatu bank (apakah bank tersebut merupakan bank sehat atau tidak), sehingga manajer mempunyai inisiatif untuk


(27)

9

melakukan manajemen laba agar mereka dapat memenuhi kriteria yang

disyaratkan BI (Setiawati dan Na’Im, 2001).

Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum, mencantumkan hal mengenai keanggotaan komisaris independen dan komite audit yang bertugas mengawasi kinerja bank berdasarkan informasi-informasi dalam laporan keuangan.

Manajemen laba merupakan fenomena dalam bidang akuntansi yang masih sangat penting untuk diteliti. Sulistyanto (2008) menyatakan beberapa alasan mengapa penelitian dan analisis empiris menganai manajemen laba beberapa dekade terakhir ini semakin berkembang, yaitu semakin tingginya angka dan aktivitas rekayasa keuangan yang terjadi, semakin tajamnya perbedaan perspektif antara para praktisi dan akademisi dalam memandang dan memahami manajemen laba, dan semakin berkembangnya penelitian dibidang akuntansi khususnya akuntansi keuangan dan keperilakuan. Ketertarikan untuk melakukan penelitian mengenai manajemen laba, disamping karena tidak konsistennya beberapa hasil penelitian terdahulu juga karena merujuk pada hasil penelitian Leuz et al. (2003) menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam kluster negara-negara dengan perlindungan investor yang lemah, sehingga terjadinya praktik manajemen laba yang tinggi.


(28)

10

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penelitian ini berjudul Pengaruh Kualitas Auditor, Good Corporate Governance, dan Leverage pada Manajemen Laba Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, peneliti merumuskan masalah penelitian, sebagai berikut.

1) Apakah kualitas auditor berpengaruh pada manajemen laba?

2) Apakah good corporate governance berpengaruh pada manajemen laba? 3) Apakah leverage berpengaruh pada manajemen laba?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui dan mendapatkan bukti empiris pengaruh kualitas auditor pada manajemen laba.

2) Untuk mengetahui dan mendapatkan bukti empiris pengaruh good corporate

governance pada manajemen laba.

3) Untuk mengetahui dan mendapatkan bukti empiris pengaruh leverage pada manajemen laba.


(29)

11

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan

referensi penelitian mengenai pengaruh kualitas auditor, good corporate

governance dan leverage pada manajemen laba perusahaan perbankan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2) Manfaat Praktis

a) Bagi perusahaan, dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya kualitas auditor, good corporate governance dan leverage

untuk mengontrol manajemen laba dan sebagai pertimbangan dalam

pembuatan kebijakan perusahaan untuk lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat demi kemajuan perusahaan.

b) Bagi investor, akan memberikan penilaian baru dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang perlu diperhitungkan dalam berinvestasi.


(30)

1

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Konsep teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dan agen. Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas untuk kepentingan prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari prinsipal kepada agen (Anthony dan Govindarajan, 2005). Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai prinsipal dan CEO (Chief

Executive Officer) sebagai agen mereka. Pemegang saham mempekerjakan CEO

untuk bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal. Teori agensi mengasumsikan bahwa CEO (agen) memiliki lebih banyak informasi daripada prinsipal. Hal ini dikarenakan prinsipal tidak dapat mengamati kegiatan yang dilakukan agen secara terus-menerus dan berkala. Karena prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agen, maka prinsipal tidak pernah dapat merasa pasti bagaimana usaha agen memberikan kontribusi pada hasil aktual perusahaan. Situasi inilah yang disebut asimetri informasi. Konflik inilah yang kemudian dapat memicu biaya agensi. Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan biaya agensi dalam tiga jenis:

1) Biaya monitoring (monitoring cost), pengeluaran biaya yang dirancang untuk mengawasi aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh agen.

2) Biaya bonding (bonding cost), untuk menjamin bahwa agen tidak akan bertindak yang dapat merugikan prinsipal, atau untuk meyakinkan bahwa


(31)

2

prinsipal akan memberikan kompensasi jika agen benar-benar melakukan tindakan yang tepat.

3) Kerugian residual (residual cost), merupakan nilai uang yang ekuivalen dengan pengurangan kemakmuran yang dialami oleh prinsipal sebagai akibat dari perbedaan kepentingan.

Pengaplikasian teori agensi menjadi unik dalam sektor perbankan karena sektor ini berbeda dengan industri yang lain. Salah satunya adalah adanya regulasi yang sangat ketat, yang mengakibatkan penerapan teori agensi dalam akuntansi perbankan dapat berbeda dengan akuntansi untuk perusahaan non perbankan. Dengan adanya regulasi tersebut maka ada pihak lain yang terlibat dalam hubungan keagenan, yaitu regulator dalam hal ini pemerintah melalui lembaga Negara yaitu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang berperan untuk mengawasi kegiatan dan kinerja perbankan di Indonesia.

Teori agensi menyatakan bahwa konflik antara prinsipal dan agen dapat dikurangi dengan mekanisme pengawasan yang dapat menyelaraskan (alignment) berbagai kepentingan yang ada dalam perusahaan. Menurut Midiastuty dan Machfoedz (2003), perlakuan manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik kepentingan dapat diminimumkan melalui mekanisme monitoring yang bertujuan menyelaraskan (alignment) berbagai kepentingan tersebut, yaitu dengan:

1) Memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial

ownership), sehingga kepentingan pemilik atau pemegang saham dapat


(32)

3

2) Kepemilikan saham oleh investor institusi. Moh’d et al. (1998) dalam Midiastuty dan Machfoedz (2003) menyatakan bahwa investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor agen dengan kepemilikannya yang besar. Selain itu, investor institusional dianggap sophisticated investor yang

tidak mudah “dibodohi” oleh tindakan manajer.

3) Melalui monitoring dewan direksi (board of directors). Beberapa penelitian empiris telah menunjukkan hubungan yang signifikan antara peran dewan direksi dengan pelaporan keuangan. Mereka menemukan bahwa ukuran dan independensi dewan direksi mempengaruhi kemampuan mereka dalam memonitoring proses pelaporan keuangan.

Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori

agensi, diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka investasikan. Corporate governance sangat berkaitan dengan bagaimana membuat para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri atau menggelapkan dan menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan bagaimana para investor mengendalikan para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997).

2.2 Manajemen Laba (Earnings Management)

Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, dan menambah bias dalam laporan keuangan serta


(33)

4

mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil

rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa (Setiawati dan Na’im, 2000).

Sedangkan menurut Sulistyanto (2008), manajemen laba merupakan upaya manajer perusahaan untuk mempengaruhi informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Manajemen laba (earnings management) dilakukan dengan mempermainkan komponen-komponen akrual dalam laporan keuangan, sebab akrual merupakan komponen yang mudah untuk dipermainkan sesuai dengan keinginan orang yang melakukan pencatatan transaksi dan menyusun laporan keuangan. Alasannya, komponen akrual merupakan komponen yang tidak memerlukan bukti kas secara fisik sehingga upaya mempermainkan besar kecilnya komponen akrual tidak harus disertai dengan kas yang diterima atau dikeluarkan perusahaan (Sulistyanto, 2008).

Ada dua perspektif penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa manajemen laba dilakukan oleh manajer, yaitu perspektif informasi dan oportunis. Perspektif informasi merupakan pandangan yang menyarankan bahwa manajemen laba merupakan kebijakan manajerial untuk mengungkapkan harapan pribadi manajer tentang arus kas perusahaan dimasa depan. Upaya mempengaruhi informasi itu dilakukan dengan memanfaatkan kebebasan memilih, menggunakan, dan mengubah metode dan prosedur akuntansi. Perspektif oportunis merupakan pandangan yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan perilaku manajer untuk mengelabui investor dan memaksimalkan kesejahteraannya karena memiliki informasi lebih banyak dibandingkan pihak lain (Sulistyanto, 2008).


(34)

5

Manajemen laba dilakukan oleh manajer dengan merekayasa laba perusahaannya menjadi lebih tinggi, rendah ataupun selalu sama selama beberapa periode. Secara umum ada beberapa motivasi yang mendorong manajer untuk berperilaku oportunis. Menurut Sanjaya (2008), motivasi tersebut adalah:

1) Motivasi bonus

Bonus plan hypothesis menegaskan bahwa ceteris paribus, manajer perusahaan

cenderung untuk memilih prosedur-prosedur akuntansi yang menggeser

earnings yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode sekarang.

Manajer melakukan manajemen laba untuk kepentingan bonusnya. 2) Motivasi kontraktual lainnya

Hipotesis debt/equity yaitu ceteris paribus, suatu perusahaan yang rasio

debt/equity besar cenderung manajer perusahaan memilih prosedur-prosedur

akuntansi yang menggeser earnings yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode sekarang. Manajemen melakukan manajemen laba untuk memenuhi perjanjian utangnya agar meloloskan perusahaan dari kesulitan keuangan. 3) Motivasi politik

Perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat mengurangi laba periodiknya dibanding perusahaan yang kecil. Hal ini dilakukan untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah.

4) Motivasi pajak

Manajer termotivasi melakukan manajemen laba karena income taxation. Karena semakin tinggi labanya maka semakin besar pajak yang dikenakannya.


(35)

6

Sehingga manajer melakukan manajemen laba untuk mengurangi pajak tersebut.

5) Pergantian CEO

Motivasi manajemen laba ada di sekitar pergantian CEO. Hipotesis rencana bonus menjelaskan bahwa CEO yang akan diganti melakukan pendekatan strategi untuk memaksimalisasi laba agar menaikkan bonusnya.

6) Motivasi pasar modal

Motivasi ini muncul karena informasi akuntansi digunakan secara luas oleh investor dan para analis keuangan untuk menilai saham. Dengan begitu, kondisi ini menciptakan kesempatan bagi manajer untuk memanipulasi earnings

dengan cara mempengaruhi performa harga saham jangka pendek.

Watts dan Zimmerman (1986) dalam Sulistyanto (2008), pengelompokan ini sejalan dengan tiga hipotesis utama dalam teori akuntansi positif (positive

accounting theory) yang menjadi dasar pengembangan pengujian hipotesis untuk

mendeteksi manajemen laba, yaitu:

1) Bonus plan hypothesis

Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.

Dalam suatu perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, maka seorang manajer perusahaan akan melakukan penaikan laba saat ini dengan memilih metode akuntansi yang mampu menggeser laba dari masa depan ke


(36)

7

masa kini. Tindakan ini dilakukan karena manajer termotivasi untuk mendapatkan upah yang lebih tinggi untuk masa kini. Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi).

2) Debt covenant hypothesis

Dalam konteks perjanjian utang, manajer akan mengelola dan mengatur labanya agar kewajiban utangnya yang seharusnya diselesaikan pada tahun tertentu dapat ditunda untuk tahun berikutnya. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal.

Dalam suatu perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity cukup tinggi, maka akan mendorong manajer perusahaan untuk cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Hal ini dilakukan karena perusahaan yang memiliki rasio debt to equity yang tinggi akan menimbulkan kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor dan bahkan perusahaan dapat terancam melanggar perjanjian utang.

3) Political cost hypothesis

Dalam hipotesis ini dinyatakan bahwa perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat mengurangi laba periodiknya dibandingkan di perusahaan kecil. Hal tersebut sebagai akibat adanya regulasi dari pemerintah, misalnya dengan penetapan pajak berdasarkan laba perusahaan. Kondisi inilah yang merangsang manajer untuk mengelola dan mengatur labanya agar pajak yang dibayarkannya tidak terlalu tinggi.


(37)

8

Menurut Scott (2003) pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara:

1) Taking a Bath

Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang.

2) Income Minimization

Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat laba yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.

3) Income Maximization

Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization

bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian utang.

4) Income Smoothing

Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

2.3 Good Corporate Governance

Corporate Governance (CG) dianggap sebagai salah satu mekanisme untuk

meminimalisir terjadinya manajemen laba yang dapat merugikan pihak lain. Lemahnya CG di Indonesia juga terbukti berdasarkan penelitian McGee (2008),


(38)

9

yang meneliti tentang perbandingan CG di Asia. Hasil penelitiannya ditampilkan dalam gambar di bawah ini:

Gambar 2.1

Tingkat Corporate Governance di Asia

Sumber: Robert McGee, 2008

Berdasarkan tabel di atas CG di Indonesia menempati peringkat kedua terbawah sebelum Vietnam yang berarti bahwa CG di Indonesia masih tergolong buruk dibandingkan negara lain di Asia. CG berkaitan erat dengan kepercayaan, baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Dengan sistem CG yang baik maka perlindungan yang efektif dapat diberikan kepada para pemegang saham dan pihak kreditur, sehingga mereka bisa meyakinkan dirinya akan perolehan kembali investasi dengan wajar dan bernilai tinggi. Oleh karena itu, perusahaan harus menyadari bahwa sistem CG yang baik sangat berarti bagi kepentingan pemegang sahamnya, penyandang dana serta karyawannya, dan bagi perusahaan itu sendiri. Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002, mendefinisikan Corporate Governance sebagai suatu


(39)

10

proses dan struktur yang digunakan oleh suatu organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan

stakeholders lainnya berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai

etika. Syakhroza (2003) mendefinisikan good corporate governance sebagai suatu mekanisme tata kelola organisasi secara baik dalam melakukan pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis ataupun produktif dengan prinsip-prinsip terbuka, akuntabilitas, pertanggung jawaban, independen, dan adil dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/12/DPNP/2007 bagian penjelasan umum memberikan prinsip-prinsip GCG sebagai berikut:

Pertama transparansi (transparency) diartikan sebagai keterbukaan dalam

mengemukakan informasi yang materil dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan. Kedua, akuntabilitas

(accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pertangungjawaban bank sehingga

pengelolaannya berjalan efektif. Ketiga, pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip pengelolaan bank yang sehat. Keempat, independensi

(independency) yaitu pengelolaan bank secara profesional tanpa pengaruh atau

tekanan dari pihak manapun. Kelima, kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.


(40)

11

Dalam sektor perbankan kewajiban penerapan GCG tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good

Corporate Governance bagi Bank Umum yang merupakan salah satu upaya untuk

memperkuat kondisi internal perbankan nasional sesuai dengan Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Mekanisme CG dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

(1) internal mechanism (mekanisme internal) yang terdiri dari komposisi dewan

direksi atau komisaris, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksekutif, (2)

external mechanism (mekanisme eksternal) seperti pengendalian oleh pasar dan

debt financing (Barnhart dan Rosenstein, 1998).

Menurut Utama (2003) dalam Herawati (2008) prinsip-prinsip GCG yang telah diterapkan memberikan beberapa manfaat, diantaranya:

1) Meminimalkan agency cost dengan mengontrol konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara prinsipal dengan agen.

2) Meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif kepada para penyedia modal.

3) Meningkatkan citra perusahaan.

4) Meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital yang rendah.

5) Peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap masa depan perusahaan yang lebih baik.

2.3.1 Kepemilikan Manajerial

Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran


(41)

12

yang berbeda pula, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang dikelolanya.

Secara umum dapat dinyatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen (kepemilikan manajerial) cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba (Boediono, 2005). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa praktek manajemen laba dapat diminimumkan dengan menyelaraskan perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen dengan cara memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial

ownership). Dalam kepemilikan saham yang rendah, maka insentif terhadap

kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat (Shleifer dan Vishny, 1997). Warfield et al. (1995) dalam Midiastuty dan Machfoedz (2003) menyatakan adanya kepemilikan manajerial dapat mengurangi dorongan manajer untuk melakukan tindakan manipulasi sehingga laba yang dilaporkan merefleksikan keadaan ekonomi yang sebenarnya dari perusahaan tersebut.

2.3.2 Kepemilikan Institusional

Konsentrasi kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga. Masalah keagenan utama dalam perusahaan dengan kepemilikan seperti ini adalah konflik antara pemegang perusahaan dengan pemegang saham minoritas. Apabila tidak terdapat hukum yang memadai, pemegang saham pengendali dapat melakukan aktivitas yang menguntungkan


(42)

13

dirinya sendiri dan merugikan pemegang saham lain (Tarjo, 2008). Penelitian La Porta et al. (1999) menunjukkan bahwa kepemilikan semua perusahaan publik di hampir semua negara adalah terkonsentrasi, kecuali di Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang. La Porta et al. (1999) menunjukkan bahwa struktur kepemilikan yang terkonsentrasi terjadi di negara-negara dengan tingkat corporate governance yang rendah.

Investor institusional sering disebut sebagai investor yang canggih

(sophisticated) seharusnya lebih dapat menggunakan informasi periode sekarang

dalam memprediksi laba masa depan dibandingkan dengan investor non institusional. Balsam et al. (2002) dalam Veronica dan Utama (2006) menyatakan bahwa kepemilikan institusional yang tinggi dapat meminimalisir earnings

management tergantung pada tingkat kecanggihan investor tersebut. Persentase

saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Boediono, 2005). Pernyataan ini sesuai dengan Ujiyantho dan Pramuka (2007) yang menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh institusional karena mereka dianggap sebagai

sophisticated investor dengan jumlah kepemilikan yang cukup signifikan dapat

memonitor manajemen yang berdampak mengurangi motivasi manajer untuk melakukan earnings management.

2.3.3 Proporsi Dewan Komisaris Independen

Dewan komisaris merupakan organ perusahaan yang memiliki tanggung jawab dan kewenangan penuh atas pengurusan perusahaan. Fungsi dewan


(43)

14

komisaris termasuk di dalamnya komisaris independen antara lain: melakukan pengawasan terhadap direksi dalam pencapaian tujuan perusahaan dan memberhentikan direksi untuk sementara bila diperlukan (Warsono et al., 2009). Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 proporsi dewan komisaris independen sekurang-kurangnya 50 persen (lima puluh perseratus) dari jumlah anggota dewan komisaris. Proporsi dewan komisaris dapat memberikan kontribusi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan. Dapat dikatakan bahwa proporsi dewan komisaris yang terdiri dari anggota yang berasal dari luar perusahaan mempunyai kecenderungan mempengaruhi manajemen laba. Pemikiran ini didukung hasil penelitian Klein (2006), Chtourou et al. (2001), dan Midiastuty dan Machfoedz (2003).

2.3.4 Komite Audit

Komite audit mempunyai peran penting dan strategis dalam memelihara kredibilitas penyusunan laporan keuangan seperti menjaga sistem pengawasan yang memadai. BAPEPAM melalui Surat Edaran No. SE-03/PM/2000 menghimbau perusahaan publik untuk membentuk komite audit. Anggota komite audit diangkat dari anggota dewan komisaris yang tidak melaksanakan tugas eksekutif dan terdiri paling sedikit tiga anggota yang independen. Komite audit mengadakan rapat tiga sampai empat kali setahun untuk melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya. Komite audit memberi pendapat profesional kepada dewan komisaris untuk meningkatkan kualitas kerja dan mengurangi penyimpangan pengelolaan perusahaan.


(44)

15

Komite audit sebagai komponen mekanisme corporate governance, memiliki hubungan yang erat dengan masalah keagenan. Apabila fungsi komite audit berjalan secara efektif, kontrol terhadap perusahaan akan semakin baik sehingga diharapkan mengurangi agency problems. Midiastuty dan Machfoedz (2003) menyatakan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini memberi bukti bahwa keberadaan komite audit dapat meningkatkan efektifitas kinerja perusahaan.

2.4 Kualitas Auditor

Auditing adalah bentuk monitoring yang digunakan oleh perusahaan untuk menurunkan biaya keagenan (agency cost) perusahaan dengan pemegang utang

(bond holder) dan pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976). Nilai auditing

timbul karena auditing menurunkan pelaporan yang salah atas informasi akuntansi (Ardiati, 2005). Hasil auditing ini dicerminkan dalam laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Hasil audit tidak bisa diamati secara langsung sehingga pengukuran variabel kualitas audit maupun kualitas auditor menjadi sulit untuk dioperasionalkan. Untuk mengatasi permasalahan ini, para peneliti terdahulu kemudian mencari indikator pengganti dari kualitas auditor. Dimensi kualitas auditor yang paling sering digunakan dalam penelitian adalah ukuran kantor akuntan publik atau KAP karena nama baik perusahaan (KAP) dianggap merupakan gambaran yang paling penting (Sanjaya, 2008).


(45)

16

2.5 Leverage

Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total asset.

Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman (1986) dalam Sulistyanto (2008), dalam hipotesis debt covenant bahwa motivasi debt covenant

disebabkan oleh munculnya perjanjian kontrak antara manajer dengan perusahaan yang berbasis kompensasi manajerial. Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi, berarti proporsi utangnya lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi aktivanya akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba.

Kebijakan utang merupakan salah satu alternatif pendanaan perusahaan selain menjual saham di pasar modal. Utang yang dipergunakan secara efektif dan efisien akan meningkatkan nilai perusahaan. Tarjo (2008) menunjukkan bahwa

leverage menyebabkan peningkatan nilai perusahaan. Tetapi bila dilakukan

dengan dalih menarik perhatian para kreditur, maka justru akan memicu manajer untuk melakukan manajemen laba (Achmad et al., 2007).

Perusahaan yang memiliki utang tinggi akan memilih kebijakan akuntansi dengan menggeser laba masa depan ke masa sekarang. Pernyataan ini juga dibuktikan oleh penelitian Herawati dan Baridwan (2007) yang memberikan bukti empiris tentang adanya tingkat manajemen laba yang lebih besar pada perusahaan yang terikat perjanjian utang daripada perusahaan yang tidak terikat perjanjian utang.


(46)

17

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai manajemen laba dan corporate governance telah terdahulu dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti Murtini dan Mansyur (2012), penelitian tersebut bertujuan untuk menguji dampak dari mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba pada perushaan-perusahaan di Indonesia. Penelitian tersebut menjelaskan dampak dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan komisaris (sebagai proksi corporate governance), dan kualitas auditor terhadap manajemen laba. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa kepemilikan manajerial dan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, sementara ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba, dan kepemilikan institusional serta kualitas auditor tidak mempengaruhi manajemen laba. Hasil dari penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Teshima dan Shuto (2008) membuktikan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Guna dan Herawati (2010) melakukan penelitian pada 40 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian mengindikasikan bahwa leverage, kualitas auditor, dan profitabilitas berpengaruh terhadap praktik manajemen laba, sedangkan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, ukuran perusahaan, dan independensi auditor tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Pamudi dan Sumantri (2014) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kualitas audit, ukuran perusahaan, dan leverage


(47)

18

terhadap manajamen laba. Berdasarkan hasil pengujian, ditemukan bahwa kualitas auditor berpengaruh positif terhadap manajemen laba, hal ini menandakan bahwa KAP baik big four maupun non big four tidak bisa memperkecil manajemen laba. Sedangkan ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini menandakan bahwa perusahaan besar cenderung tidak melakukan praktik manajemen laba dikarenaka nilai total aset yang dimiliki rata-rata cukup besar.

Halim et al. (2005) melakukan penelitian dengan menggunakan perusahaan manufaktur sebagai obyek penelitian. Hasil penelitian menyatakan bahwa asimetri informasi, kinerja masa kini, leverage, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan kinerja masa depan berhubungan negatif dengan manajemen laba.

Nasution dan Setiawan (2007) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji pengaruh mekanisme corporate governance (komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan komite audit) dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian menyatakan bahwa komposisi dewan komisaris dan keberadaan komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba, ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil ini berarti mekanisme-mekanisme yang dilakukan oleh perusahaan telah berhasil meminimalkan praktek manajemen laba. Oleh karena itu, berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa mekanisme corporate governance telah bekerja secara efektif untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian serupa juga dilakukan


(48)

19

oleh Klein (2006) yang meneliti mengenai pengaruh komite audit dan dewan komisaris terhadap manajemen laba, dimana hasil penelitian ini menunjukkan komite audit dan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Swastika (2013) melakukan penelitian yang bertujuan unutuk mengevaluasi dampak dari penerapan corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba bagi perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda didapatkan hasil dua dari variabel corporate governance serta ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Abed et al. (2012) menguji hubungan antara manajemen laba dan karakteristik corporate governance (dewan direksi independen, ukuran dewan direksi, the role duality, dan persentase kepemilikan insider). Hasil dari penelitian ini adalah dewan direksi independen, ukuran dewan direksi, dan kepemilikan insider secara signifikan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. The role

duality (CEO/Chairman) secara signifikan berpengaruh positif terhadap

manajemen laba. Temuan penelitian ini memiliki implikasi kebijakan yang penting karena mereka mendukung penerapan corporate governance untuk mengontrol perilaku direksi yang dapat menyebabkan distorsi dalam laporan tahunan keuangan yang dilaporkan. Akibatnya, keandalan dan transparansi laporan keuangan dilaporkan dapat ditingkatkan.

Cornett et al. (2006) meneliti hubungan antara corporate governance

(kepemilikan institusional, kepemilikan saham oleh direksi/eksekutif, karakteristik dewan direksi) dan kinerja perusahaan dengan manajemen laba. Menggunakan


(49)

20

sample penelitian yaitu perusahaan yang terdaftar pada Indeks S&P 100 didapatkan hasil bahwa kepemilikan institusional dan karakteristik dewan direksi berhubungan negatif dengan manajemen laba. Kinerja perusahaan, kepemilikan saham oleh direksi atau eksekutif berhubungan positif dengan manejemen laba.

Kusumawardhani et al. (2005) melakukan penelitian yang bertujuan untuk membuktikan adanya fenomena manajemen laba menjelang IPO. Hasil penelitian menunjukkan perusahaan melakukan manajemen laba meningkatkan laba melalui komponen total akrual diskresioner pada periode satu tahun menjelang IPO dan manajemen laba berpengaruh secara negatif pada kinerja perusahaan pasca IPO.

Rice dan Salim (2014) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan yang dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba perusahaan perbankan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara simultan profitabilitas, ukuran perusahaan,

dan leverage operasi, nilai perusahaan, tingkat inflasi, dan umur perusahaan

berpengaruh pada perataan laba. Namun secara parsial leverage operasi dan umur perusahaan berpengaruh pada perataan laba.


(1)

Komite audit sebagai komponen mekanisme corporate governance, memiliki hubungan yang erat dengan masalah keagenan. Apabila fungsi komite audit berjalan secara efektif, kontrol terhadap perusahaan akan semakin baik sehingga diharapkan mengurangi agency problems. Midiastuty dan Machfoedz (2003) menyatakan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini memberi bukti bahwa keberadaan komite audit dapat meningkatkan efektifitas kinerja perusahaan.

2.4 Kualitas Auditor

Auditing adalah bentuk monitoring yang digunakan oleh perusahaan untuk menurunkan biaya keagenan (agency cost) perusahaan dengan pemegang utang (bond holder) dan pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976). Nilai auditing timbul karena auditing menurunkan pelaporan yang salah atas informasi akuntansi (Ardiati, 2005). Hasil auditing ini dicerminkan dalam laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Hasil audit tidak bisa diamati secara langsung sehingga pengukuran variabel kualitas audit maupun kualitas auditor menjadi sulit untuk dioperasionalkan. Untuk mengatasi permasalahan ini, para peneliti terdahulu kemudian mencari indikator pengganti dari kualitas auditor. Dimensi kualitas auditor yang paling sering digunakan dalam penelitian adalah ukuran kantor akuntan publik atau KAP karena nama baik perusahaan (KAP) dianggap merupakan gambaran yang paling penting (Sanjaya, 2008).


(2)

2.5 Leverage

Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total asset. Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman (1986) dalam Sulistyanto (2008), dalam hipotesis debt covenant bahwa motivasi debt covenant disebabkan oleh munculnya perjanjian kontrak antara manajer dengan perusahaan yang berbasis kompensasi manajerial. Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi, berarti proporsi utangnya lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi aktivanya akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba.

Kebijakan utang merupakan salah satu alternatif pendanaan perusahaan selain menjual saham di pasar modal. Utang yang dipergunakan secara efektif dan efisien akan meningkatkan nilai perusahaan. Tarjo (2008) menunjukkan bahwa leverage menyebabkan peningkatan nilai perusahaan. Tetapi bila dilakukan dengan dalih menarik perhatian para kreditur, maka justru akan memicu manajer untuk melakukan manajemen laba (Achmad et al., 2007).

Perusahaan yang memiliki utang tinggi akan memilih kebijakan akuntansi dengan menggeser laba masa depan ke masa sekarang. Pernyataan ini juga dibuktikan oleh penelitian Herawati dan Baridwan (2007) yang memberikan bukti empiris tentang adanya tingkat manajemen laba yang lebih besar pada perusahaan yang terikat perjanjian utang daripada perusahaan yang tidak terikat perjanjian utang.


(3)

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai manajemen laba dan corporate governance telah terdahulu dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti Murtini dan Mansyur (2012), penelitian tersebut bertujuan untuk menguji dampak dari mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba pada perushaan-perusahaan di Indonesia. Penelitian tersebut menjelaskan dampak dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan komisaris (sebagai proksi corporate governance), dan kualitas auditor terhadap manajemen laba. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa kepemilikan manajerial dan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, sementara ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba, dan kepemilikan institusional serta kualitas auditor tidak mempengaruhi manajemen laba. Hasil dari penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Teshima dan Shuto (2008) membuktikan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Guna dan Herawati (2010) melakukan penelitian pada 40 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian mengindikasikan bahwa leverage, kualitas auditor, dan profitabilitas berpengaruh terhadap praktik manajemen laba, sedangkan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, ukuran perusahaan, dan independensi auditor tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Pamudi dan Sumantri (2014) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kualitas audit, ukuran perusahaan, dan leverage


(4)

terhadap manajamen laba. Berdasarkan hasil pengujian, ditemukan bahwa kualitas auditor berpengaruh positif terhadap manajemen laba, hal ini menandakan bahwa KAP baik big four maupun non big four tidak bisa memperkecil manajemen laba. Sedangkan ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini menandakan bahwa perusahaan besar cenderung tidak melakukan praktik manajemen laba dikarenaka nilai total aset yang dimiliki rata-rata cukup besar.

Halim et al. (2005) melakukan penelitian dengan menggunakan perusahaan manufaktur sebagai obyek penelitian. Hasil penelitian menyatakan bahwa asimetri informasi, kinerja masa kini, leverage, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan kinerja masa depan berhubungan negatif dengan manajemen laba.

Nasution dan Setiawan (2007) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji pengaruh mekanisme corporate governance (komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan komite audit) dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian menyatakan bahwa komposisi dewan komisaris dan keberadaan komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba, ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil ini berarti mekanisme-mekanisme yang dilakukan oleh perusahaan telah berhasil meminimalkan praktek manajemen laba. Oleh karena itu, berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa mekanisme corporate governance telah bekerja secara efektif untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian serupa juga dilakukan


(5)

oleh Klein (2006) yang meneliti mengenai pengaruh komite audit dan dewan komisaris terhadap manajemen laba, dimana hasil penelitian ini menunjukkan komite audit dan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Swastika (2013) melakukan penelitian yang bertujuan unutuk mengevaluasi dampak dari penerapan corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba bagi perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda didapatkan hasil dua dari variabel corporate governance serta ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Abed et al. (2012) menguji hubungan antara manajemen laba dan karakteristik corporate governance (dewan direksi independen, ukuran dewan direksi, the role duality, dan persentase kepemilikan insider). Hasil dari penelitian ini adalah dewan direksi independen, ukuran dewan direksi, dan kepemilikan insider secara signifikan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. The role duality (CEO/Chairman) secara signifikan berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Temuan penelitian ini memiliki implikasi kebijakan yang penting karena mereka mendukung penerapan corporate governance untuk mengontrol perilaku direksi yang dapat menyebabkan distorsi dalam laporan tahunan keuangan yang dilaporkan. Akibatnya, keandalan dan transparansi laporan keuangan dilaporkan dapat ditingkatkan.

Cornett et al. (2006) meneliti hubungan antara corporate governance (kepemilikan institusional, kepemilikan saham oleh direksi/eksekutif, karakteristik dewan direksi) dan kinerja perusahaan dengan manajemen laba. Menggunakan


(6)

sample penelitian yaitu perusahaan yang terdaftar pada Indeks S&P 100 didapatkan hasil bahwa kepemilikan institusional dan karakteristik dewan direksi berhubungan negatif dengan manajemen laba. Kinerja perusahaan, kepemilikan saham oleh direksi atau eksekutif berhubungan positif dengan manejemen laba.

Kusumawardhani et al. (2005) melakukan penelitian yang bertujuan untuk membuktikan adanya fenomena manajemen laba menjelang IPO. Hasil penelitian menunjukkan perusahaan melakukan manajemen laba meningkatkan laba melalui komponen total akrual diskresioner pada periode satu tahun menjelang IPO dan manajemen laba berpengaruh secara negatif pada kinerja perusahaan pasca IPO.

Rice dan Salim (2014) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan yang dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba perusahaan perbankan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara simultan profitabilitas, ukuran perusahaan, dan leverage operasi, nilai perusahaan, tingkat inflasi, dan umur perusahaan berpengaruh pada perataan laba. Namun secara parsial leverage operasi dan umur perusahaan berpengaruh pada perataan laba.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor Dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

3 96 114

Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 4 100

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 12

PENGARUH PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 85

Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 13

Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 19

Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 24