Kampanye Orang Tua Bijak.

(1)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………..…ii

PERNYATAAN ORISINALITAS………..…………iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN………..…….iv

KATA PENGANTAR……….…………..…………v

DAFTAR ISI……….……....vi

DAFTAR GAMBAR………..……….….ix

DAFTAR LAMPIRAN………....xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………..………..1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup……….…….……3

1.3 Tujuan Perancangan………....…3

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data……….…….……3

1.5 Skema Perancangan………....…....4

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Orang Tua………..…….5

2.1.1 Usia……….……5

2.1.2 Ciri-ciri Fisik……….….….5

2.1.3 Karakteristik Usia Madya………..5

2.2 Remaja………..10

2.2.1 Usia………...……10

2.2.2 Perkembangan Fisik………..…10


(2)

vii

2.3 Karakter Orang Tua Terhadap Anak………....14

2.4 Orang Tua Bijak………...15

2.5 Kampanye 2.5.1 Arti………15

2.5.2 Syarat Kampanye……….….15

2.5.3 Tahap-tahap Kampanye………....16

2.5.4 Bentuk Kampanye………....…17

2.5.5 Model Kampanye………...17

BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH 3.1 Data dan Fakta……….……..……..19

3.1.1 Lembaga Terkait……….…….…19

3.1.2 Hasil Wawancara……….…...….20

3.1.3 Tinjauan Karya Sejenis……….………...22

3.1.4 Hasil Kuesioner……….……..…23

3.2 Analisis Permasalahan……….…...….26

3.2.1 Data dan Permasalahan……….……...26

3.2.2 Segmentasi Pasar………..….…..26

BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Konsep Komunikasi………..…..28

4.1.1 Tahap Conditioning………..…...28

4.1.2 Tahap Informing………...28

4.1.3 Tahap Reminding………..…..28

4.1.4 Timeline………..29

4.2 Konsep Kreatif……….…...30


(3)

viii

4.4 Hasil Karya……….…32

4.4.1 Konsep Nama……….…….32

4.4.2 Konsep Logo……….………..33

4.4.3 Perancangan Media……….………33

4.5 Biaya Media………...45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……….………..………….46

5.2 Saran………..…………46

DAFTAR PUSTAKA……….………….47


(4)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perubahan proporsi tubuh individu……….12

Gambar 2. Logo KPAI……….19

Gambar 3. Poster sosial untuk orang tua………..22

Gambar 4. Diagram hasil kuisioner untuk orang tua………23

Gambar 5. Diagram hasil kuisioner untuk remaja………24

Gambar 6. Jadwal peluncuran media………....29

Gambar 7. Logo……….……...33

Gambar 8. Poster Conditioning 1……….…….34

Gambar 9. Poster Conditioning 2……….…..……..35

Gambar 10. Poster informing 1……….………..……….36

Gambar 11. Poster informing 2……….………..……….37

Gambar 12. Poster informing 3……….……….………..38

Gambar 13. Poster reminding……….……….39

Gambar 14. Brosur……….……….40

Gambar 15. Billboard……….………….40

Gambar 16. Mini Banner……….………41

Gambar 17. Iklan Majalah……….………..41

Gambar 18. Iklan Koran……….……….……42

Gambar 19. Pembatas Jalan……….………42

Gambar 20. Iklan di pintu lift……….……….………42


(5)

x

Gambar 22. Tempat Brosur………43 Gambar 23. Webite & Web Banner………44 Gambar 24. Gimmick……….…….44


(6)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Kuisioner untuk orang tua………..49

Lampiran B : Kuisioner untuk remaja………...51

Lampiran C : Hasil wawancara………..53


(7)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kenakalan remaja, salah siapa? Apakah salah anak atau orang tua? Berikut ini merupakan sebuah kutipan dari artikel di Koran Kompas edisi Kamis, 5 Februari 2009 :

Psikolog dari Universitas Diponegoro Semarang, Hastaning Sakti, mengatakan, orangtua perlu mendengarkan curahan hati anak supaya tidak semakin sering muncul kasus kenakalan remaja.

Pemakaian narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) merupakan salah satu kasus kenakalan remaja yang semakin meningkat setiap tahunnya. Tahun 2004 diperkirakan jumlah penyalahguna narkoba, yang sebagian besar adalah remaja, mencapai angka 2,9 juta sampai 3,6 juta orang atau setara 1,5 persen penduduk Indonesia. Hal tersebut terjadi karena orangtua tidak menerapkan metode parenting skill atau secara sederhana bisa diterapkan dengan mau mendengarkan keluh kesah dan isi hati anak.

“Orangtua lebih sering marah-marah dan menyalahkan anak daripada memberi solusi untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi. Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba besar sekali. Pada usia remaja, mereka berada pada masa pencarian jati diri, disinilah peran orangtua sangat dibutuhkan untuk mengarahkan anak, bukan mempersalahkan, atau bahkan meremehkan apa yang mereka kerjakan. Satu yang perlu diingat, setiap orangtua sudah pernah menjadi anak, tetapi anak belum pernah menjadi orangtua. Inilah mengapa orangtua perlu mengerti anaknya," katanya.

Dari kutipan artikel diatas dapat dilihat bahwa banyak orang tua yang tidak dapat berperan sebagai orang tua yang seharusnya. Mereka tidak menyadari bahwa kebutuhan anak bukan hanya sebatas kebutuhan materi semata, anak juga membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Realitanya, banyak anak yang kurang


(8)

2

mendapatkan kasih sayang, karena orang tuanya sibuk mencari uang demi untuk memperbaiki perekonomian keluarga. Hal inilah yang terkadang membuat hubungan antara orangtua dan anak menjadi semakin lemah.

Perhatian dan kasih sayang merupakan kebutuhan mendasar bagi anak. Lingkungan rumah di samping berfungsi sebagai tempat berlindung, juga sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan bergaul, kebutuhan rasa aman, kebutuhan mengaktualisasikan diri, dan sebagai wahana untuk membesarkan anak hingga dewasa. Dengan kata lain, lingkungan keluarga memiliki andil besar dalam perkembangan psikologi anak.

Kedekatan hubungan antara orangtua dengan anak juga sangat berpengaruh terhadap kebutuhan emosional anak. Anak akan merasa dibutuhkan dan berharga dalam keluarga apabila orangtua memberikan perhatiannya kepada anak. Anak akan mengganggap bahwa keluarga merupakan bagian dari dirinya yang sangat dibutuhkan dalam segala hal. Sebaliknya, hubungan yang kurang harmonis antara orangtua dan anak akan berdampak buruk terhadap perkembangan anak.

Selama ini, banyak orang yang menilai bahwa banyak kasus kenakalan remaja terjadi karena lingkungan pergaulan yang kurang baik, seperti pengaruh teman yang tidak benar, pengaruh media massa, media elektronik, dan lain lain, padahal didikan yang salah dan kurangnya perhatian serta kasih sayang dari orang tua bisa menjadi faktor utama dari timbulnya kenakalan pada diri seorang remaja.

Dengan adanya didikan yang bijaksana, perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orang tua, maka remaja juga diharapkan dapat bersikap baik dimanapun ia berada, baik itu di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan sekitarnya. Sayangnya banyak orang tua yang kurang menyadari hal ini. Untuk menyadarkan para orang tua, maka akan diselenggarakan kampanye “Orang tua bijak”. Kampanye tersebut juga dibuat untuk mendukung visi dari Komisi Perlindungan Anak Idonesia (KPAI), yaitu “Meningkatnya


(9)

3

efektifitas penyelenggaraan perlindungan anak demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera.”

1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Kurangnya waktu yang disediakan orang tua untuk mendengar keluh kesah anaknya dan bersama-sama dengan anaknya

2. Orang tua belum mengerti bagaimana cara mendidik anak dengan bijaksana.

1.3Tujuan Perancangan

1. Agar orang tua menyediakan waktu yang cukup untuk anaknya. 2. Agar orang tua dapat menjadi orang tua bijak bagi anaknya.

1.4Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk meneliti masalah ini adalah :  Tinjauan Pustaka

Penulis menggunakan kepustakaan dari buku dan internet untuk referensi data.  Wawancara

Penulis melakukan wawancara dengan dosen sekaligus psikolog di Universitas Kristen Maranatha, yaitu Bapak Robert Rajagukguk, Ph.D.

 Kuesioner

Penulis membagikan 100 kuisioner kepada orang tua, dan 100 kuisioner kepada anak remaja yang duduk di bangku SLTP. Kuisioner dibagikan secara acak.  Observasi

Penulis mengobservasi kejadian-kejadian yang melibatkan orang tua dan anak remaja yang berlangsung di masyarakat.


(10)

4

1.5Skema Perancangan

Latar Belakang :

Orang tua tidak menyadari bahwa kebutuhan anak bukan materi, tetapi juga kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya

Rumusan Masalah :

• Kurangnya waktu dari orang tua terhadap anak remajanya

• Orang tua tidak menyadari bahwa anaknya sudah cukup umur untuk menentukan pilihannya sendiri, tanpa paksaan dari orang tua

• Emosi remaja yang labil menyebabkan keretakan hubungannya dengan orang tua

• Orang tua tidak mengerti cara mendidik anak dengan bijak

Akibat

• Putus komunikasi antara orang tua dan anak remajanya yang mengakibatkan sering terjadinya perang mulut, saling menyakiti hati, anak kabur dari rumah • Anak memakai narkoba dan melakukan tindakan kriminal

• Aborsi, hamil di luar nikah, bunuh diri, tindak kekerasan

Solusi:

• Kampanye Orang Tua Bijak

Strategi :

Merencanakan kampanye bertahap untuk orang tua:

• Tahap conditioning (4 bln) • Tahap informing( 6 bln) • Tahap reminding (2 bln)

Target Market

• Orang tua berusia 40-50 th yang memiliki anak remaja usia 12-15 th


(11)

46 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Fakta membuktikan bahwa banyak orang tua yang tidak dapat berperan sebagai orang tua yang seharusnya. Mereka tidak menyadari bahwa kebutuhan anak bukan hanya sebatas kebutuhan materi semata, anak juga membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah program kampanye yang mampu memberikan informasi yang jelas mengenai “Orang Tua Bijak.” Karena apabila orang tua tidak bijak, maka akan menghasilkan generasi yang bermasalah.

Lewat kampanye ini diharapkan agar para orang tua dapat menyediakan waktu yang cukup untuk anak-anaknya dan dapat merubah pola didiknya menjadi pola didik orang tua bijak.

5.2 Saran

Semoga penulisan dan perancangan kampanye “Orang Tua Bijak” ini dapat berguna bagi para pembaca dan masyarakat luas agar dapat memahami cara mendidik orang tua bijak dan dapat menerapkan pola didik tersebut pada anak, sehingga hubungan antara orang tua dengan anak menjadi baik dan tidak kaku.


(12)

47

DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, Singgih. 1990. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia

Hurlock, B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga Sarwono, Sarlito W. 1991. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Press Riyadh, Sa’ad. 2009. Seni Dialog dengan Anak . Jakarta : Naklah Pustaka www.google.com


(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kenakalan remaja, salah siapa? Apakah salah anak atau orang tua? Berikut ini merupakan sebuah kutipan dari artikel di Koran Kompas edisi Kamis, 5 Februari 2009 :

Psikolog dari Universitas Diponegoro Semarang, Hastaning Sakti, mengatakan, orangtua perlu mendengarkan curahan hati anak supaya tidak semakin sering muncul kasus kenakalan remaja.

Pemakaian narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) merupakan salah satu kasus kenakalan remaja yang semakin meningkat setiap tahunnya. Tahun 2004 diperkirakan jumlah penyalahguna narkoba, yang sebagian besar adalah remaja, mencapai angka 2,9 juta sampai 3,6 juta orang atau setara 1,5 persen penduduk Indonesia. Hal tersebut terjadi karena orangtua tidak menerapkan metode parenting skill atau secara sederhana bisa diterapkan dengan mau mendengarkan keluh kesah dan isi hati anak.

“Orangtua lebih sering marah-marah dan menyalahkan anak daripada memberi solusi untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi. Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba besar sekali. Pada usia remaja, mereka berada pada masa pencarian jati diri, disinilah peran orangtua sangat dibutuhkan untuk mengarahkan anak, bukan mempersalahkan, atau bahkan meremehkan apa yang mereka kerjakan. Satu yang perlu diingat, setiap orangtua sudah pernah menjadi anak, tetapi anak belum pernah menjadi orangtua. Inilah mengapa orangtua perlu mengerti anaknya," katanya.

Dari kutipan artikel diatas dapat dilihat bahwa banyak orang tua yang tidak dapat berperan sebagai orang tua yang seharusnya. Mereka tidak menyadari bahwa kebutuhan anak bukan hanya sebatas kebutuhan materi semata, anak juga membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Realitanya, banyak anak yang kurang


(2)

2

mendapatkan kasih sayang, karena orang tuanya sibuk mencari uang demi untuk memperbaiki perekonomian keluarga. Hal inilah yang terkadang membuat hubungan antara orangtua dan anak menjadi semakin lemah.

Perhatian dan kasih sayang merupakan kebutuhan mendasar bagi anak. Lingkungan rumah di samping berfungsi sebagai tempat berlindung, juga sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan bergaul, kebutuhan rasa aman, kebutuhan mengaktualisasikan diri, dan sebagai wahana untuk membesarkan anak hingga dewasa. Dengan kata lain, lingkungan keluarga memiliki andil besar dalam perkembangan psikologi anak.

Kedekatan hubungan antara orangtua dengan anak juga sangat berpengaruh terhadap kebutuhan emosional anak. Anak akan merasa dibutuhkan dan berharga dalam keluarga apabila orangtua memberikan perhatiannya kepada anak. Anak akan mengganggap bahwa keluarga merupakan bagian dari dirinya yang sangat dibutuhkan dalam segala hal. Sebaliknya, hubungan yang kurang harmonis antara orangtua dan anak akan berdampak buruk terhadap perkembangan anak.

Selama ini, banyak orang yang menilai bahwa banyak kasus kenakalan remaja terjadi karena lingkungan pergaulan yang kurang baik, seperti pengaruh teman yang tidak benar, pengaruh media massa, media elektronik, dan lain lain, padahal didikan yang salah dan kurangnya perhatian serta kasih sayang dari orang tua bisa menjadi faktor utama dari timbulnya kenakalan pada diri seorang remaja.

Dengan adanya didikan yang bijaksana, perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orang tua, maka remaja juga diharapkan dapat bersikap baik dimanapun ia berada, baik itu di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan sekitarnya. Sayangnya banyak orang tua yang kurang menyadari hal ini. Untuk menyadarkan para orang tua, maka akan diselenggarakan kampanye “Orang tua bijak”. Kampanye tersebut juga dibuat untuk mendukung visi dari Komisi Perlindungan Anak Idonesia (KPAI), yaitu “Meningkatnya


(3)

efektifitas penyelenggaraan perlindungan anak demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera.”

1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Kurangnya waktu yang disediakan orang tua untuk mendengar keluh kesah anaknya dan bersama-sama dengan anaknya

2. Orang tua belum mengerti bagaimana cara mendidik anak dengan bijaksana.

1.3Tujuan Perancangan

1. Agar orang tua menyediakan waktu yang cukup untuk anaknya. 2. Agar orang tua dapat menjadi orang tua bijak bagi anaknya.

1.4Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk meneliti masalah ini adalah :  Tinjauan Pustaka

Penulis menggunakan kepustakaan dari buku dan internet untuk referensi data.  Wawancara

Penulis melakukan wawancara dengan dosen sekaligus psikolog di Universitas Kristen Maranatha, yaitu Bapak Robert Rajagukguk, Ph.D.

 Kuesioner

Penulis membagikan 100 kuisioner kepada orang tua, dan 100 kuisioner kepada anak remaja yang duduk di bangku SLTP. Kuisioner dibagikan secara acak.  Observasi

Penulis mengobservasi kejadian-kejadian yang melibatkan orang tua dan anak remaja yang berlangsung di masyarakat.


(4)

4

1.5Skema Perancangan

Latar Belakang :

Orang tua tidak menyadari bahwa kebutuhan anak bukan materi, tetapi juga kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya

Rumusan Masalah :

• Kurangnya waktu dari orang tua terhadap anak remajanya

• Orang tua tidak menyadari bahwa anaknya sudah cukup umur untuk menentukan pilihannya sendiri, tanpa paksaan dari orang tua

• Emosi remaja yang labil menyebabkan keretakan hubungannya dengan orang tua

• Orang tua tidak mengerti cara mendidik anak dengan bijak

Akibat

• Putus komunikasi antara orang tua dan anak remajanya yang mengakibatkan sering terjadinya perang mulut, saling menyakiti hati, anak kabur dari rumah • Anak memakai narkoba dan melakukan tindakan kriminal

• Aborsi, hamil di luar nikah, bunuh diri, tindak kekerasan

Solusi:

• Kampanye Orang Tua Bijak

Strategi :

Merencanakan kampanye bertahap untuk orang tua:

• Tahap conditioning (4 bln) • Tahap informing( 6 bln) • Tahap reminding (2 bln)

Target Market

• Orang tua berusia 40-50 th yang memiliki anak remaja usia 12-15 th


(5)

46

5.1 Kesimpulan

Fakta membuktikan bahwa banyak orang tua yang tidak dapat berperan sebagai orang tua yang seharusnya. Mereka tidak menyadari bahwa kebutuhan anak bukan hanya sebatas kebutuhan materi semata, anak juga membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah program kampanye yang mampu memberikan informasi yang jelas mengenai “Orang Tua Bijak.” Karena apabila orang tua tidak bijak, maka akan menghasilkan generasi yang bermasalah.

Lewat kampanye ini diharapkan agar para orang tua dapat menyediakan waktu yang cukup untuk anak-anaknya dan dapat merubah pola didiknya menjadi pola didik orang tua bijak.

5.2 Saran

Semoga penulisan dan perancangan kampanye “Orang Tua Bijak” ini dapat berguna bagi para pembaca dan masyarakat luas agar dapat memahami cara mendidik orang tua bijak dan dapat menerapkan pola didik tersebut pada anak, sehingga hubungan antara orang tua dengan anak menjadi baik dan tidak kaku.


(6)

47

DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, Singgih. 1990. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia

Hurlock, B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga Sarwono, Sarlito W. 1991. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Press Riyadh, Sa’ad. 2009. Seni Dialog dengan Anak . Jakarta : Naklah Pustaka www.google.com