Perancangan Starter Kit untuk Pemulihan Trauma Anak Pasca Gempa.

(1)

Universitas Kristen Maranatha | vii

ABSTRAK

Beberapa tahun terakhir ini, Indonesia seringkali diguncang gempa besar yang menelan banyak korban. Sebagian besar diantara mereka adalah anak-anak. Dalam usia yang masih belum matang secara psikologis,tentu saja hal ini menyisakan trauma tersendiri bagi anak. Kehilangan tempat bermain, lingkungan yang nyaman dan orang yang dicintai tentunya menyisakan luka bagi anak-anak di pengungsian dan daerah pasca bencana lain.

Kemampuan verbal anak (dalam hal ini akan berfokus pada anak usia 3-5 tahun) yang masih belum berkembang menyebabkan anak sulit untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Untuk itu dibutuhkan suatu media yang tepat untuk memancing emosi anak hingga mereka bersedia untuk mengeluarkan segala pikiran dan perasaan mereka. Hanya dengan cara inilah trauma dapat disembuhkan.

Media komunikasi yang paling cocok untuk anak adalah media permainan. Permainan-permainan ini akan memenuhi standar tahapan trauma yang telah ditetapkan oleh psikolog. Dalam menjalankan setiap permainan dibutuhkan bimbingan pembina untuk memberikan instruksi pada anak agar permainan dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang seharusnya.

Diharapkan dengan adanya media yang tepat, senyum anak-anak Indonesia dapat terukir kembali dan motivasi untuk berkarya dapat terus berlanjut mengingat anak adalah generasi penerus bangsa.


(2)

Universitas Kristen Maranatha | viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Lembar Pengesahan ii

Surat Pernyataan iii

Pernyataan Publikasi Laporan penelitian iv Kata Pengantar v

Abstrak vii

Daftar Isi viii

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Diagram xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.2.1 Rumusan Masalah 3

1.2.2 Ruang Lingkup 3

1.3 Tujuan Perancangan 4

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 4

1.5 Skema Perancangan 6

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemasan

2.1.1 Peran Kemasan 7 2.1.2 Fungsi Kemasan 8 2.1.3 Differensiasi Produk 9 2.1.4 Pembagian Kemasan 9


(3)

Universitas Kristen Maranatha | ix

2.2 Game

2.2.1 Pengertian 10 2.2.2 Karakteristik Game 10 2.2.3 Elemen Game 11

2.2.4 Bermain 12

2.3 Psikologi

2.3.1 Definisi Psikologi 12

2.3.2 Trauma 14

2.3.2.1 Pengalaman traumatic 14

2.3.3 PTSD 15

2.4 Perkembangan Anak 17

2.5 Manfaat Bermain bagi Anak 20 2.6 Desain Mainan Anak

2.6.1 Manfaat dan Pengaruh Warna 21 2.6.2 Mainan yang cocok bagi anak 22

BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH 3.1 Data dan Fakta

3.1.1 Perusahaan/ Lembaga Terkait

3.1.1.1 Profil lembaga 24 3.1.1.2 Hasil Wawancara 27 3.1.1.3 Data Tentang Gejala Yang Sedang terjadi 28 3.1.1.4 Data Tentang Permasalahan Yang Dihadapi 29 3.1.2 Tinjauan terhadap proyek sejenis 33 3.2 Analisis Terhadap Permasalahan 34

3.2.1 SWOT 36

3.2.2 STP 37

3.3 Budget 38

BAB IV PEMECAHAN MASALAH


(4)

Universitas Kristen Maranatha | x

4.2 Konsep Kreatif 39

4.3 Konsep Media 40

4.4 Timeline 41

4.5 Hasil Karya

4.5.1 Logo 42

4.5.2 Tetris 43

4.5.3 Clay 44

4.5.4 Permainan Petualanga Safari 44 4.5.5 Puzzle Berseri 46 4.5.6 Buku “ Mengenal Bumi” 49

4.5.6.1 Cover buku 50

4.5.6.2 Isi Buku 51

4.5.7 Perlengkapan Sukarelawan

4.5.7.1 Ransel 54

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 56

5.2 Saran 56

DAFTAR PUSTAKA 57

LAMPIRAN 58

DATA PENULIS 62


(5)

Universitas Kristen Maranatha | xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Teori modern tentang bermain 21 Tabel 2 Penilaian konsep ular tangga 34

Tabel 3 Budget 38


(6)

Universitas Kristen Maranatha | xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 4 fase manajemen tanggap darurat 26 Gambar 2 Irisan Permukaan bumi untuk menerangkan patahan 30 Gambar 3 Pergerakan Lempeng 30 Gambar 4 Starter Kit untu menerangkan gunung api 31 Gambar 5 Cerita tentang gempa dan tsunami 31 Gambar 6 Cerita tentang peluang terjadinya tsunami 32 Gambar 7 Permainan ular tangga LIPI 33

Gambar 8 Logo CaHaYA 42

Gambar 9 Tetris 43

Gambar 10 Clay 44

Gambar 11 Petualangan Safari 45 Gambar 12 Packaging Petualangan Safari 46

Gambar 13 Puzzle-1 47

Gambar 14 Puzzle-2 48

Gambar 15 Puzzle-3 48

Gambar 16 Puzzle-4 49

Gambar 17 Cover depan (buku) 50 Gambar 18 Cover belakang(buku) 50

Gambar 19 Hal-1 (buku) 51

Gambar 20 Hal 2-3 (buku) 51

Gambar 21 Hal 4-5 (buku) 52

Gambar 22 Hal 6-7 (buku) 52

Gambar 23 Hal 8-9 (buku) 53

Gambar 24 Hal 10 (buku) 53

Gambar 25 Ransel bagian luar 54 Gambar 26 Ransel bagian dalam 55


(7)

Universitas Kristen Maranatha | xiii

DAFTAR DIAGRAM


(8)

Universitas Kristen Maranatha | 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akhir-akhir ini berbagai bencana terjadi di Indonesia. Dimulai dari gempa bumi, tsunami, banjir bandang hingga letusan gunung merapi. Semua bencana tersebut tentu saja menyisakan trauma tersendiri pada masing-masing korban. Pada tugas akhir ini, akan dibahas lebih lanjut tentang korban gempa bumi, khususnya anak-anak.

Trauma akan menyebabkan gangguan pada pertumbuhan anak, terutama pada perkembangan psikologis yang belum matang untuk menghadapi bencana yang terjadi. Trauma merupakan suatu gangguan psikologis yang tidak terlihat dari luar dan akan bertumbuh seiring usia jika tidak ditangani secara serius. Dampak yang ditimbulkan antara lain terganggunya keseimbangan emosional dan mental seseorang. Jika hal ini sudah mengakar pada pribadinya, maka akan sangat sulit untuk dihilangkan.

Trauma yang berkepanjangan akan menyebabkan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) yang berdampak pada sensitivity (kerapuhan). PTSD ini menyebabkan terjadinya stres dini pada otak anak. Stres dini pada otak anak akan mengakibatkan dampak negatif pada sejumlah sel-sel otak dan saraf di mana sel tersebut terhubung. Kerusakan pada sel otak dan saraf tersebut berdampak pada produksi hormon dalam tubuh karena menganggu kinerja kelenjar endokrin di otak. Hal ini berakibat sangat buruk bagi anak yang sedang berada dalam masa pertumbuhan.

Pada usia dini, kelenjar endokrin di otak mulai aktif melakukan mensekresikan hormon, salah satunya adalah hormon adrenalin. Hormon adrenalin akan diproduksi secara berlebihan jika anak terus menerus merasakan ketakutan dan ketegangan apabila mengingat hal buruk yang telah terjadi. Kenangan akan bencana terus menerus masuk dalam amigdala (struktur saraf di bagian depan belahan otak besar). Hal ini akan berpengaruh terhadap perkembangan


(9)

Universitas Kristen Maranatha | 2

hippocampus berhubungan dengan ingatan serta navigasi ruang. Jika trauma tidak ditangani

secara serius, anak akan terus menerus mengingat kenangan buruk yang terjadi sebelumnya. Begitu pula dengan kemampuan navigasi ruang akan terganggu sehingga anak seringkali merasakan kebingungan dan putus asa. Hypothalamus sendiri berfungsi untuk menghubungkan nervous system dengan sistem endokrin. Sistem endokrin bekerja mensekresikan hormon dan mengandung banyak sel darah. Sistem endokrin akan terus terpacu untuk menghasilkan hormon adrenalin jika nervous system memberikan rangsangan yang kuat dan terus menerus. Produksi adrenalin yang tinggi akan menyebabkan anak terus menerus merasa waspada dan tidak tenang. Demikian siklus ini akan terus berputar jika trauma tidak segera disembuhkan.

Di sisi lain, anak usia dini cenderung berada pada tahap perkembangan dan pembelajaran. Perkembangan yang dimaksudkan di sini mencakup perkembangan kognitif, emosional, dan psikologis (perkembangan kompleks pembentuk kepribadian). Sedangkan pembelajaran mencakup tentang hal yang dilihat, didengar dan dirasakan. Apa yang mereka tangkap pada tahap awal, itulah yang akan bertumbuh sebagai persepsi dasar dalam berpikir. Itulah mengapa penting anak harus diberikan pemahaman yang benar tentang semua hal.

Proses pemulihan trauma pasca bencana memerlukan suatu media yang tepat dan sesuai dengan psikologis anak. Media yang digunakan haruslah memiliki stimulus yang kuat dan dapat menginterpretasikan sikap dan motivasi anak. Stimulus (rangsangan) dapat diwujudkan dalam material dan visual (bentuk dan gambar). Berdasarkan semua hal tersebut, maka akan dirancang suatu starter kit dengan memperhatikan material dan visual yang sesuai dengan psikologis anak serta mengandung nilai-nilai positif yang bermanfaat untuk proses pemulihan trauma pada anak pasca bencana. Starter kit ini juga disiapkan untuk mengantisipasi trauma lanjutan dengan memberi pemahaman pada anak jika terjadi gempa lagi di kemudian hari mengingat kondisi geografis Indonesia yang berada di antara empat lempeng yang terus bergerak dan sangat rawan terhadap bencana gempa.


(10)

Universitas Kristen Maranatha | 3

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup 1.2.1 Rumusan Masalah

1. Bagaimana trauma berpengaruh terhadap perkembangan psikis dan mental anak serta apa saja gejala-gejala negatif yang ditimbulkan jika tidak ditangani secara serius ?

2. Bagaimana proses pemulihan yang efektif bagi anak penderita trauma melalui bantuan media terapi yang sesuai ?

1.2.2 Ruang Lingkup

1. Media permainan ini ditujukan untuk anak penderita trauma gempa usia 3 hingga 5 tahun karena pada usia ini anak sudah mulai dapat merasakan sesuatu dan mengambil kesimpulan. Itulah mengapa anak perlu diberi pemahaman yang jelas untuk memperbaiki pikiran negatif yang timbul dalam dirinya.

2. Permainan dilakukan di bawah bimbingan pengawas (guru atau lembaga sosial lainnya) 3. Penyembuhan trauma dilakukan melalui media playtherapy dengan penggunaan elemen

visual yang sesuai dengan keadaan psikologis anak.

4. Permainan yang akan dirancang terdiri dari 2 tahap : tahap awal untuk menghibur dan tahap akhir untuk memberi informasi tentang sebab terjadinya gempa pada anak.

1.3 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dilaksanakannya perancangan ini, yaitu :

• Untuk menjelaskan pengaruh negatif trauma terhadap perkembangan sistem emosi anak yang berpangkal pada kinerja kelenjar endokrin di otak. Mengurangi dan bahkan menghilangkan gejala-gejala negatif tersebut seperti munculnya Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) yang akan berefek jangka panjang terhadap psikis anak.

Untuk membantu memulihkan trauma anak dengan bantuan starter kit yang berisi media


(11)

Universitas Kristen Maranatha | 4

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Studi Pustaka :

Studi pustaka akan dilakukan untuk memperoleh teori yang jelas tentang psikologi anak, trauma dan efek negatifnya (PTSD), serta kategori mainan dan pengemasan yang cocok bagi anak. Studi pustaka terdiri dari buku dan jurnal ilmiah.

Wawancara

Wawancara dilakukan pada 3 pihak dengan tujuannya masing-masing : 1. Pusat Mitigasi Bencana

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi tentang gempa secara lebih detail serta usaha apa saja yang mungkin dilakukan untuk memberitahukan pada masyarakat khususnya anak-anak.

2. Psikolog anak (Bpk. Yuspendi, M.psi)

Wawancara untuk memperoleh informasi tentang keadaan psikologis anak usia dini serta elemen-elemen apa saja yang dibutuhkan untuk perancangan suatu media permainan yang efektif.

3. Para orang tua anak yang berlokasi di Padang

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi tentang mainan apa saja yang paling disukai anak mereka, termasuk elemen-elemen visualnya, seperti warna dan bentuk.

Website

Informasi website sehubungan dengan teknis pembuatan permainan, termasuk studi banding dengan objek-objek permainan yang pernah ada sebelumnya.


(12)

Universitas Kristen Maranatha | 5

1.5 SKEMA PERANCANGAN

Diagram 1 “Skema Perancangan”


(13)

Universitas Kristen Maranatha | 52

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setiap bencana pasti menyisakan trauma tersendiri bagi para korbannya. Sebenarnya cara penyembuhan yang utama berasal dari kemampuan otak dan saraf kita sendiri. Hal ini mencakup kemampuan untuk berkonsentrasi pada hal lain, merilekskan saraf-saraf otak serta yang paling penting adalah dengan berinteraksi. Melalui interaksi dan gerakan, otot-otot dan saraf yang selama ini kaku dapat rileks kembali sehingga rasa tegang yang kita rasakan dapat perlahan-lahan mencair.

Kasus yang sama juga sering dihadapi oleh anak-anak usia dini. Namun, mereka belum bisa melakukan hal tersebut sendiri. Dibutuhkan bantuan media dan pembimbing yang sesuai untuk mengarahkan anak. Bermain adalah bentuk komunikasi yang paling baik untuk anak usia dini. Maka dengan demikian, melalui media permainan kita dapat ikut masuk dalam pikiran dan perasaan anak sehingga mampu membantu mereka keluar dari rasa traumanya.

5.2 Saran

Saran dari penguji dalam sidang akhir adalah agar penulis memperbaiki dan meningkatkan kualitas ilustrasi agar terlihat lebih menarik bagi anak-anak. Anak-anak dalam kondisi trauma membutuhkan media yang bisa memulihkan psikologis mereka. Walaupun survey menunjukkan gaya gambar anak yang sebenarnya, namun anak juga membutuhkan gambar yang menarik dan membuat mereka senang. Konsep sudah matang namun untuk penampilan visual harus lebih diperhatikan.


(14)

Universitas Kristen Maranatha| 53

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Carvel, Giles. (2007). What is Packaging Desain. Switzerland : Rotovision Goleman, Daniel. (2004). Primal Leadership. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Koster, Raph. (2005). A Theory of Fun in Game Design. Arizona : Paraglyph

Michael, Davis dan Sande Chen. (2006). Serious Games : Games that Educate, Train and

Inform. Boston: Thomson Course Technology

Sobur, Drs. Alex. (2009). Psikologi umum. Bandung : Pustaka Setia Suhartin, I.R. ( 2010). Smart Parenting. Jakarta : Libri

Tanu, Suwardi. (2009). How To Create a Superbaby. Jakarta : Grasindo

Tedjasaputra, Mayke S. (2001). Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta : Grasindo

Artikel :

Adesla, Veronica, S.Psi. (2009). Post Traumatic Stress Disorder. Jakarta Mutadin, Zainun, SPsi.MSi. ( 2006). Gangguan Stres Pasca Trauma. Jakarta

Website :


(1)

Universitas Kristen Maranatha | 2

hippocampus berhubungan dengan ingatan serta navigasi ruang. Jika trauma tidak ditangani

secara serius, anak akan terus menerus mengingat kenangan buruk yang terjadi sebelumnya. Begitu pula dengan kemampuan navigasi ruang akan terganggu sehingga anak seringkali merasakan kebingungan dan putus asa. Hypothalamus sendiri berfungsi untuk menghubungkan nervous system dengan sistem endokrin. Sistem endokrin bekerja mensekresikan hormon dan mengandung banyak sel darah. Sistem endokrin akan terus terpacu untuk menghasilkan hormon adrenalin jika nervous system memberikan rangsangan yang kuat dan terus menerus. Produksi adrenalin yang tinggi akan menyebabkan anak terus menerus merasa waspada dan tidak tenang. Demikian siklus ini akan terus berputar jika trauma tidak segera disembuhkan.

Di sisi lain, anak usia dini cenderung berada pada tahap perkembangan dan pembelajaran. Perkembangan yang dimaksudkan di sini mencakup perkembangan kognitif, emosional, dan psikologis (perkembangan kompleks pembentuk kepribadian). Sedangkan pembelajaran mencakup tentang hal yang dilihat, didengar dan dirasakan. Apa yang mereka tangkap pada tahap awal, itulah yang akan bertumbuh sebagai persepsi dasar dalam berpikir. Itulah mengapa penting anak harus diberikan pemahaman yang benar tentang semua hal.

Proses pemulihan trauma pasca bencana memerlukan suatu media yang tepat dan sesuai dengan psikologis anak. Media yang digunakan haruslah memiliki stimulus yang kuat dan dapat menginterpretasikan sikap dan motivasi anak. Stimulus (rangsangan) dapat diwujudkan dalam material dan visual (bentuk dan gambar). Berdasarkan semua hal tersebut, maka akan dirancang suatu starter kit dengan memperhatikan material dan visual yang sesuai dengan psikologis anak serta mengandung nilai-nilai positif yang bermanfaat untuk proses pemulihan trauma pada anak pasca bencana. Starter kit ini juga disiapkan untuk mengantisipasi trauma lanjutan dengan memberi pemahaman pada anak jika terjadi gempa lagi di kemudian hari mengingat kondisi geografis Indonesia yang berada di antara empat lempeng yang terus bergerak dan sangat rawan terhadap bencana gempa.


(2)

Universitas Kristen Maranatha | 3

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.2.1 Rumusan Masalah

1. Bagaimana trauma berpengaruh terhadap perkembangan psikis dan mental anak serta apa saja gejala-gejala negatif yang ditimbulkan jika tidak ditangani secara serius ?

2. Bagaimana proses pemulihan yang efektif bagi anak penderita trauma melalui bantuan media terapi yang sesuai ?

1.2.2 Ruang Lingkup

1. Media permainan ini ditujukan untuk anak penderita trauma gempa usia 3 hingga 5 tahun karena pada usia ini anak sudah mulai dapat merasakan sesuatu dan mengambil kesimpulan. Itulah mengapa anak perlu diberi pemahaman yang jelas untuk memperbaiki pikiran negatif yang timbul dalam dirinya.

2. Permainan dilakukan di bawah bimbingan pengawas (guru atau lembaga sosial lainnya) 3. Penyembuhan trauma dilakukan melalui media playtherapy dengan penggunaan elemen

visual yang sesuai dengan keadaan psikologis anak.

4. Permainan yang akan dirancang terdiri dari 2 tahap : tahap awal untuk menghibur dan tahap akhir untuk memberi informasi tentang sebab terjadinya gempa pada anak.

1.3 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dilaksanakannya perancangan ini, yaitu :

• Untuk menjelaskan pengaruh negatif trauma terhadap perkembangan sistem emosi anak yang berpangkal pada kinerja kelenjar endokrin di otak. Mengurangi dan bahkan menghilangkan gejala-gejala negatif tersebut seperti munculnya Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) yang akan berefek jangka panjang terhadap psikis anak.

Untuk membantu memulihkan trauma anak dengan bantuan starter kit yang berisi media


(3)

Universitas Kristen Maranatha | 4

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Studi Pustaka :

Studi pustaka akan dilakukan untuk memperoleh teori yang jelas tentang psikologi anak, trauma dan efek negatifnya (PTSD), serta kategori mainan dan pengemasan yang cocok bagi anak. Studi pustaka terdiri dari buku dan jurnal ilmiah.

Wawancara

Wawancara dilakukan pada 3 pihak dengan tujuannya masing-masing : 1. Pusat Mitigasi Bencana

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi tentang gempa secara lebih detail serta usaha apa saja yang mungkin dilakukan untuk memberitahukan pada masyarakat khususnya anak-anak.

2. Psikolog anak (Bpk. Yuspendi, M.psi)

Wawancara untuk memperoleh informasi tentang keadaan psikologis anak usia dini serta elemen-elemen apa saja yang dibutuhkan untuk perancangan suatu media permainan yang efektif.

3. Para orang tua anak yang berlokasi di Padang

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi tentang mainan apa saja yang paling disukai anak mereka, termasuk elemen-elemen visualnya, seperti warna dan bentuk.

Website

Informasi website sehubungan dengan teknis pembuatan permainan, termasuk studi banding dengan objek-objek permainan yang pernah ada sebelumnya.


(4)

Universitas Kristen Maranatha | 5

1.5 SKEMA PERANCANGAN

Diagram 1 “Skema Perancangan”


(5)

Universitas Kristen Maranatha | 52

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setiap bencana pasti menyisakan trauma tersendiri bagi para korbannya. Sebenarnya cara penyembuhan yang utama berasal dari kemampuan otak dan saraf kita sendiri. Hal ini mencakup kemampuan untuk berkonsentrasi pada hal lain, merilekskan saraf-saraf otak serta yang paling penting adalah dengan berinteraksi. Melalui interaksi dan gerakan, otot-otot dan saraf yang selama ini kaku dapat rileks kembali sehingga rasa tegang yang kita rasakan dapat perlahan-lahan mencair.

Kasus yang sama juga sering dihadapi oleh anak-anak usia dini. Namun, mereka belum bisa melakukan hal tersebut sendiri. Dibutuhkan bantuan media dan pembimbing yang sesuai untuk mengarahkan anak. Bermain adalah bentuk komunikasi yang paling baik untuk anak usia dini. Maka dengan demikian, melalui media permainan kita dapat ikut masuk dalam pikiran dan perasaan anak sehingga mampu membantu mereka keluar dari rasa traumanya.

5.2 Saran

Saran dari penguji dalam sidang akhir adalah agar penulis memperbaiki dan meningkatkan kualitas ilustrasi agar terlihat lebih menarik bagi anak-anak. Anak-anak dalam kondisi trauma membutuhkan media yang bisa memulihkan psikologis mereka. Walaupun survey menunjukkan gaya gambar anak yang sebenarnya, namun anak juga membutuhkan gambar yang menarik dan membuat mereka senang. Konsep sudah matang namun untuk penampilan visual harus lebih diperhatikan.


(6)

Universitas Kristen Maranatha| 53

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Carvel, Giles. (2007). What is Packaging Desain. Switzerland : Rotovision

Goleman, Daniel. (2004). Primal Leadership. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Koster, Raph. (2005). A Theory of Fun in Game Design. Arizona : Paraglyph

Michael, Davis dan Sande Chen. (2006). Serious Games : Games that Educate, Train and Inform. Boston: Thomson Course Technology

Sobur, Drs. Alex. (2009). Psikologi umum. Bandung : Pustaka Setia

Suhartin, I.R. ( 2010). Smart Parenting. Jakarta : Libri

Tanu, Suwardi. (2009). How To Create a Superbaby. Jakarta : Grasindo

Tedjasaputra, Mayke S. (2001). Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta : Grasindo

Artikel :

Adesla, Veronica, S.Psi. (2009). Post Traumatic Stress Disorder. Jakarta

Mutadin, Zainun, SPsi.MSi. ( 2006). Gangguan Stres Pasca Trauma. Jakarta

Website :