Perancangan Fasilitas Fisik dan Lingkungan Fisik Untuk Pengolahan Sarang Burung Walet Dilihat Dari Aspek Ergonomi (Studi Kasus Di Perusahaan UD.Kemenangan).

(1)

ABSTRAK

Ruang kerja pengolahan sarang burung walet merupakan salah satu sarana untuk melakukan pekerjaan proses pencucian sarang burung walet. Fasilitas ruangan kerja pengolahan sarang burung walet harus dirancang dengan baik sehingga dapat memberikan kenyamanan dalam bekerja pada saat digunakan.

Berdasarkan penelitian pendahuluan, perusahaan UD. Kemenangan (perusahaan pengolahan sarang burung walet) diketahui memiliki beberapa masalah seperti meja, kursi kerja yang digunakan kurang nyaman dan lingkungan fisik yang belum ideal.

Untuk memperoleh fasilitas fisik yang lebih nyaman, maka perancangan harus memperhatikan aspek ergonomi. Perancangan menggunakan data antropometri statis wanita indonesia dari buku Ergonomi (Konsep Dasar dan Aplikasinya) karangan Eko Nurmianto untuk mewakili data antropometri pekerja.

Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat fasilitas fisik yang belum ergonomis, seperti meja kerja yang terlalu tinggi alasnya dan digunakan untuk 3 orang operator, kursi kerja yang kurang nyaman karena terbuat dari bahan plastik dengan alas duduk tanpa busa, dan lemari pengering yang belum berfungsi dengan baik karena hanya digunakan untuk menyimpan sarang burung walet yang sudah diproses, sedangkan untuk proses pengeringannya digunakan kipas angin yang diletakan dideapan lemari pengering tersebut.

Perancangan fasilitas fisik yang dilakukan adalah perancangan meja kerja dan penggantian kursi kerja yang lebih nyaman, sedangkan lemari pengering dirancang dengan menggunakan kipas sebagai alat bantu untuk mengeringkan sarang burung walet.

Hasil perancangan sarana fisik selanjutnya akan diatur tata letaknya dalam ruangan kerja pengolahan sarang burung walet. Pengaturan tata letak meja dan kursi kerja usulan yang berfungsi menggantikan meja dan kursi kerja aktual diletakan di susunan yang sama dengan meja dan kursi kerja aktual, sedangkan untuk meja kerja usulan tambahan sebanyak 5 meja dan 10 kursi kerja usulan diletakan di sebelah baris posisi meja kerja usulan yang sudah tertata sesuai dengan titik armatur lampu. Tata letak lemari pengering dipindahkan agar menjadi lebih dekat jaraknya dengan operator yang bekerja dan diganti dengan lemari pengering usulan.

Dengan perancangan fasilitas fisik perbaikan lingkungan fisik, serta pengaturan tata letak fasilitas fisik ini diharapkan pekerja dapat merasa lebih nyaman dalam melakukan pekerjaannya.


(2)

Lampiran 1

Tabel Data Antropometri Masyarakat

Indonesia Buku Ergonomi (Konsep

Dasar dan Aplikasinya) Eko

Nurmianto


(3)

Lampiran 2

Gambar Posisi Pengukuran

Anthropometri Statis


(4)

Lampiran 3


(5)

Lampiran 4

Alat Bantu Kerja


(6)

Lampiran 5


(7)

DATA PENULIS

Nama : Ivan Angga Wijaya

Alamat : Jl. Golf Timur IX No. 10 Arcamanik, Bandung

No Telp : (022) 7201090

No Handphone : 081320402525

E-mail : [email protected]

Pendidikan : - SMUK YAHYA, Bandung

- Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen


(8)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di Indonesia, hampir sebagian besar perusahaan industri baik barang maupun jasa kurang memperhatikan kondisi kerja karyawannya, ini disebabkan karena perhatian dan penilaian pihak perusahaan pada hasil kerja karyawannya itu sendiri tanpa memperhatikan kondisi dan lingkungan kerjanya, padahal kondisi dan lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap hasil kerja karyawan.

Akibat masih kurangnya perhatian yang serius dari pihak perusahaan terhadap kesesuaian fasilitas fisik yang tersedia dengan sumber daya manusia yang menggunakannya, maka dapat menimbulkan masalah yang biasa dikaitkan dengan faktor ergonomi. Kurangnya perhatian tehadap faktor ergonomi ini dapat berdampak buruk bagi kesehatan sumber daya manusia itu sendiri.

Dalam hal ini penulis melakukan penelitian terhadap perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan, khususnya sarang burung walet (Swallow Nest). Dalam proses pengolahannya sangat dibutuhkan konsentrasi dan keahlian khusus, terutama dalam proses pembersihan sarang burung walet dari bulu-bulu burung walet yang menempel. Oleh karena itu beberapa keluhan yang berkaitan dengan pekerjaan di atas adalah kelelahan mata, sakit punggung, dan sakit pada bagian leher. Jika hal-hal tersebut tidak diperbaiki, maka dapat menyebabkan sakit yang cukup parah dan penyakit tersebut tidak langsung dirasakan dalam jangka waktu pendek.

Fasilitas fisik yang digunakan sekarang ini seperti meja kerja, kursi kerja kurang ergonomis, sehingga berpengaruh terhadap posisi kerja operator yang kurang nyaman dalam melakukan pekerjaannya.

Mengingat masalah faktor resiko ergonomi ini harus diantisipasi dengan baik, maka harus dilakukan perancangan fasilitas fisik dan lingkungan fisik yang ergonomis. Walaupun penyediaan fasilitas yang ergonomis ini terlihat lebih mahal


(9)

Bab 1 Pendahuluan 1-2

pada awalnya, namun keuntungan yang didapat jauh lebih besar karena menyangkut masalah kesehatan sumber daya manusia.

1.2 Identifikasi Masalah

Pekerjaan pengolahan sarang burung walet ini dilakukan oleh pekerja yang berjenis kelamin wanita. Rata-rata seorang pekerja bekerja efektif selama 8 jam sehari dengan waktu istirahat 1 jam untuk makan siang. Lamanya waktu bekerja dan banyaknya gerakan berulang, kondisi statis, konsentrasi mata (eye focus), koordinasi mata dan tangan, menyebabkan pengolahan sarang burung walet ini dapat menimbulkan kelelahan. Gerakan tangan ini kesemuanya dilakukan berulang-ulang. Selain itu, leher perlu menekuk untuk melihat permukaan kerja yang horisontal. Dengan menekuknya leher, otot dan tulang pada leher akan mengalami tekanan. Hal ini menyebabkan sakit dan pegal pada leher. Secara umum, keluhan pegal atau sakit pada bagian-bagian tubuh juga dilaporkan oleh operator yang bekerja. Operator merasa tidak nyaman bekerja dengan kursi dan meja kerja yang sekarang ini . Posisi tubuh yang buruk ditandai dengan leher dan tubuh yang condong ke depan.

Proses pengolahan sarang burung walet ini tidak terlepas pula dari fasilitas fisik yang berhubungan dengan kinerja dari operator. Fasilitas fisik yang paling berpengaruh adalah meja dan kursi kerja yang digunakan operator dalam melakukan pekerjaannya. Alas meja yang terlalu tinggi menyebabkan operator harus duduk dalam posisi tegak condong kedepan dan leher menekuk untuk melihat sarang burung walet yang akan diproses. Untuk penyesuaian dengan ketinggian meja kerja ini pihak perusahaan menambah tumpukan kursi kerja, sehingga setiap kursi kerja terdiri dari 2 tumpukan kursi. Untuk lemari pengering sarang burung walet aktual kurang berfungsi sebagai fungsinya itu sendiri, karena lemari pengering ini hanya merupakan fasilitas untuk meletakkan sarang burung walet yang akan dikeringkan dan proses pengeringannya dilakukan dengan meletakan kipas angin di depan lemari pengering tersebut.


(10)

Bab 1 Pendahuluan 1-3

1.3 Batasan dan Asumsi Batasan

Masalah dan faktor yang muncul dalam suatu objek penelitian bisa beragam. Pembatasan masalah diperlukan agar arah dan tujuan penelitian tetap fokus dan tidak menghasilkan kesimpulan yang terlalu umum. Maka dalam penelitian ini, masalah yang dibahas berada dalam kerangka pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara kepada pekerja.

2. Penelitian dilakukan hanya pada bagian proses pencucian dan pengeringan sarang burung walet.

3. Lingkungan fisik yang diteliti adalah: faktor pencahayaan dan temperatur. 4. Fasilitas fisik yang diteliti adalah: meja kerja, kursi kerja, lemari pengering,

pintu dan jendela.

5. Pihak perusahaan menghendaki semua pekerja untuk proses pengolahan sarang burung walet semuanya wanita.

6. Untuk pintu data antropometri yang digunakan data antopometri pria. 7. Faktor postur tubuh yang diteliti tidak mengikutsertakan analisis posisi jari. 8. Penelitian yang dilakukan tidak meneliti alat bantu kerja seperti pinset, silet,

cetakan pengering, cetakan sementara, baskom air, stoples.

9. Perancangan fasilitas fisik ini hanya memperhatikan dimensi (ukuran), kenyamanan, keindahan.

10.Tidak melakukan perubahan terhadap struktur bangunan

11.Analisa nilai yang digunakan adalah use value, esteem value dan cost value.

Asumsi

1. Keluhan yang dilaporkan oleh pekerja adalah keluhan yang disebabkan oleh faktor pekerjaan, bukan penyakit bawaan.

2. Panjang Sandaran kursi sama dengan ¾ tinggi bahu duduk.

3. Jika selisih dimensi fasilitas fisik aktual dan data anthropometri yang digunakan 10% maka fasilitas fisik tidak diperbaiki. ≤


(11)

Bab 1 Pendahuluan 1-4

4. Fasilitas fisik terpasang adalah fasilitas yang dipasang permanen pada bagian-bagian tertentu di ruangan kerja, sedangkan fasilitas fisik tidak terpasang adalah fasilitas yang dapat dipindah-pindahkan sesuai dengan kebutuhan.

1.4 Perumusan Masalah

Melihat masalah-masalah diatas, maka perumusan masalah untuk penelitian ini dapat disusun dalam pertanyaan di bawah ini:

1. Apakah fasilitas yang ada diruangan kerja pengolahan sarang burung walet sudah ergonomis?

2. Apakah lingkungan fisik seperti pencahayaan dan temperatur di ruangan kerja pengolahan sarang burung walet sudah baik?

3. Bagaimana usulan yang lebih baik atau lebih ergonomis untuk fasilitas fisik yang ada di ruang pengolahan sarang burung walet?

4. Bagaimana usulan mengenai lingkungan fisik seperti pencahayaan dan temperatur yang lebih baik untuk mendukung terciptanya ruang kerja pengolahan sarang burung walet yang lebih ergonomis?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui keergonomisan fasilitas fisik pengolahan sarang burung walet.

2. Untuk mengetahui keergonomisan lingkungan fisik pengolahan sarang burung walet.

3. Untuk memberikan usulan fasilitas fisik pengolahan sarang burung walet yang lebih ergonomis

4. Untuk memberikan usulan lingkungan fisik pengolahan sarang burung walet yang lebih ergonomis.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan kegunaan bagi beberapa pihak, antara lain :


(12)

Bab 1 Pendahuluan 1-5

a. Bagi penulis

Melalui penelitian ini, penulis memperoleh wawasan baru tentang perkembangan industri pangan khususnya pengolahan sarang burung walet yang ada di Indonesia dan memperdalam pengetahuan mengenai ilmu ergonomi dan perancangan kerja.

b. Bagi institusi

Penelitian diharapkan menambah jumlah penelitian yang berbasis APK&E (Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi) khususnya di jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha.

c. Bagi industri / perusahaan

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai kondisi pekerja pada saat ini, dan usulan perbaikan cara kerja dan tempat kerja yang ada di perusahaan dengan melihat faktor risiko yang timbul pada waktu operator melakukan pekerjaannya.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika dari penulisan tugas akhir ini secara garis besar adalah sebagai berikut :

Bab 1 : PENDAHULUAN

Bagian ini memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan asumsi, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab 2 : TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini memuat dasar teori yang dipakai dalam menyusun tugas akhir ini. Teori-teori yang digunakan adalah pengertian dan perkembangan ergonomi (kususnya antropometri), serta lingkungan fisik. Bab 3 : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian ini, diberikan metodologi penelitian berupa diagram alir yang menerangkan tahapan proses penelitian, mulai dari studi pendahuluan hingga kesimpulan dan saran.


(13)

Bab 1 Pendahuluan 1-6

Bab 4 : PENGUMPULAN DATA

Bagian ini memuat cara pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Data-data mengenai sarana fisik dan data lingkungan fisik seperti tingkat pencahayaan, temperatur dari ruang kerja pengolahan sarang burung walet.

Bab 5 : PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

Bagian ini memuat pengolahan data dari semua data yang telah dikumpulkan. Begitu pula dengan data-data yang sudah didapat yang perlu untuk dianalisis.

Bab 6 : PERANCANGAN DAN ANALISIS RUANG KERJA USULAN

Bagian ini memuat perbaikan dn perancangan sarana-sarana fisik maupun lingkungan fisik berdasarkan hasil analisa sebelumnya. Dari hasil rancangan tersebut akan dianalisis mengenai perancangan dari ruang kerja pengolahan sarang burung walet.

Bab 7 : PERANCANGAN DAN ANALISIS RUANG KERJA USULAN

Bagian ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dengan disertai saran-saran dalam peningkatan keergonomisan ruangan kerja pengolahan sarang burung walet.


(14)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1. Setelah dianalisis fasilitas fisik ruang kerja pengolahan sarang burung walet di perusahaan U.D Kemenangan kurang ergonomis. Dimana permasalahan fasilitas fisiknya yaitu :

• Untuk kursi kerja operator aktual yang digunakan, secara antropometri sudah ergonomis, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa kenyamanan kerja tetap harus diperhatikan, Sehingga untuk kursi kerja operator diusulkan penggantian kursi dengan kursi yang lebih nyaman digunakannya.

• Meja kerja yang digunakan sekarang jika dilihat dari sudut pandang antropometri kurang ergonomis. Meja kerja aktual ini terlalu tinggi, sehingga tidak nyaman digunakannya.

• Lemari pengering aktual yang digunakan, untuk dimensi tinggi lemari sudah cukup ergonomis, tetapi penulis menilai dari sudut pandang kegunaan lemari tersebut yang fungsinya sebagai pengering, sehingga lemari tersebut kurang memiliki nilai fungsinya.

2. Setelah dianalisis lingkungan fisik dari ruangan kerja pengolahan sarang burung walet untuk aspek pencahayaan dan temperatur juga terdapat masalah, yaitu :

• Untuk masalah pencahayaan, pencahayaan ruangan kerja masih kurang karena tingkat intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan pencucian sarang burung walet ini cukup tinggi dan


(15)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7 - 2

dibutuhkan konsentrasi mata. Dalam hal ini pencahayaan yang cukup sangat dibutuhkan untuk membantu kerja mata.

• Untuk masalah temperatur ruangan kerja pengolahan sarang burung walet ini sudah cukup baik karena ruangan kerja pengolahan sarang burung walet ini menggunakan pendingin ruangan AC, sehingga temperatur ruangan kerja ini dapat diatur sesuai kebutuhan.

3. Usulan fsilitas fisik di ruang kerja pengolahan sarang burung walet sehingga lebih ergonomis dan nyaman adalah sebagai berikut :

• Meja kerja hanya digunakan untuk 2 orang, sehingga operator yang bekerja tidak sempit.

• Meja kerja dilengkapi dengan laci pengering sebagai tempat penyimpanan sementara sarang burung walet yang sudah diproses. • Meja kerja dipasang kaca pembesar yang dapat diatur jaraknya dan

dilengkapi dengan lampu dibagian bawah kaca pembesar sehingga dapat membantu kerja operator dari segi penglihatan, karena membantu kerja mata.

• Kursi kerja yang digunakan kursi yang lebih nyaman dan dapat menyangga operator pada saat bersandar pada sandaran kursi. Untuk kursi kerja ini penulis memilih kursi kerja yang alas duduknya terbuat dari bahan busa mengingat posisi kerja operator yang lebih banyak dalam sikap kerja duduk, sehingga operator dapat bekerja lebih nyaman.

• Lemari pengering yang digunakan sebaiknya dilengkapi dengan fasilitas kipas, sehingga dapat membantu proses pengeringan yang lebih efektif dari segi waktu.

4. Usulan untuk lingkungan fisik ruang kerja pengolahan sarang burung walet dari aspek pencahayaan dan temperatur adalah sebagai berikut:


(16)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7 - 3

• Dari aspek pencahayaan intensitas cahaya ruangan kerja mulai dari pukul 8.00 hingga pukul 17.00 memiliki rata-rata 323.82 lux sedangkan intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk jenis pekerjaan ini adalah 1200 lux. Maka untuk mengatasi permasalahan ini penulis mengusulkan untuk menggunakan kaca pembesar yang dilengkapi dengan lampu dibagian bawahnya, selain itu juga penulis mengusulkan untuk mempertahankan warna dasar alas meja dengan warna putih. Warna putih ini memiliki sifat refleksitas cahaya yang cukup baik, yaitu hingga 95% cahaya dipantulkan kembali.

• Dari aspek temperatur ruangan kerja pengolahan sarang burung walet ini sudah cukup baik karena menggunakan AC. Sehingga temperatur ruangan dapat disesuaikan.

7.2 Saran

Saran-saran yang diajukan oleh penulis untuk penerapan hasil rancangan dan usulan sehingga ruang kerja pengolahan sarang burung walet ini dapat lebih baik lagi dari aspek ergonomisnya, maka saran yang diberikan antara lain:

• Sebaiknya pihak perusahaan melakukan penelitian terlebih dahulu jika akan melakukan penambahan tenaga kerja, sehingga penempatan posisi kerja operator dapat diatur sesuai dengan kondisi tata letak ruang tersebut.

• Untuk penelitian lanjutan sebaiknya pihak perusahaan melakukan penelitan metoda kerja pengolahan sarang burung walet, sehingga dapat memperoleh metoda kerja yang lebih baik.

• Untuk penggantian meja dan kursi kerja aktual dengan meja dan kursi kerja usulan sebaiknya dilakukan secara bersamaan, dan pada saat hari libur, sehingga tidak menggangu kerja operator.


(17)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7 - 4

• Untuk perawatan ruangan kerja, pihak perusahaan sebaiknya

melakukan pengontrolan maksimal 3 bulan sekali, sehingga fasilitas seperti AC, kamera, lampu tidak mudah rusak.

• Pihak perusahaan memberikan penyuluhan dan mengimbau operator untuk menjaga kerapihan penyimpanan alat bantu kerja, sebaiknya alat bantu kerja diletakan di laci yang sudah disediakan pada meja kerja alternatif usulan yang terpilih.


(18)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bridger, R. S.,; Introduction to Ergonomics, International Edition, Mc.Graw-Hill Book Co., Singapore, October 1994.

2. Croney, John,; Anthropometrics for Designers, 1971.

3. Nurmianto, Eko,; Konsep Dasar Ergonomi dan Aplikasinya, Edisi Pertama, Institut Teknologi Sepuluh November, Penerbit Guna Widya, 1998.

4. Sender, Mark.S., Ph.D., McCormick, Ernest.J., Ph.D., Human Factors in Engineering and Design, Mc.Graw-Hill, Singapore, 1992.

5. Sritomo Wignjosoebroto,; Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Institut Teknologi, 2003.

6. Sutalaksana, Iftikar Z., Ruhana Anggawisastra, John H. Tjakraatmadja,,

Teknik Tata Cara Kerja, Departemen TI-ITB, 1979.

7. Taylor & Francis,; Fitting the Task to the Man (A Textbook of Occupational Ergonomics), London-New York Philadephia, 4th Edition, 1988.

8. Weimer Don, Ph. D., Handbook of Ergonomic and Human Factors Tables, Prentice Hall, Emglewood Cliffs, New Jersey, 1993.

9. Woodson, Wesley E.,; Human Factors Design Handbook, Information & Guidelines for the Design of Systems, Facilities, Equipment, and Products for Human Use, Mc. Graw-Hill Book Co., New York, 1981.

10.Yudiantyo Wawan, ST.,MT., Diktat Kuliah APK & E II, Jurusan Teknik Industri-Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 2001/2002.

11.Yudiantyo Wawan, ST.,MT., Diktat Kuliah Rekayasa Sistem Kerja, Jurusan Teknik Industri-Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

12.Team Asisten Laboratorium Apk & E, Kumpulan Teori Praktikum Apk II, Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 2002.


(19)

(1)

7.1. Kesimpulan

1. Setelah dianalisis fasilitas fisik ruang kerja pengolahan sarang burung

walet di perusahaan U.D Kemenangan kurang ergonomis. Dimana permasalahan fasilitas fisiknya yaitu :

• Untuk kursi kerja operator aktual yang digunakan, secara

antropometri sudah ergonomis, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa kenyamanan kerja tetap harus diperhatikan, Sehingga untuk kursi kerja operator diusulkan penggantian kursi dengan kursi yang lebih nyaman digunakannya.

• Meja kerja yang digunakan sekarang jika dilihat dari sudut

pandang antropometri kurang ergonomis. Meja kerja aktual ini terlalu tinggi, sehingga tidak nyaman digunakannya.

• Lemari pengering aktual yang digunakan, untuk dimensi tinggi

lemari sudah cukup ergonomis, tetapi penulis menilai dari sudut pandang kegunaan lemari tersebut yang fungsinya sebagai pengering, sehingga lemari tersebut kurang memiliki nilai fungsinya.

2. Setelah dianalisis lingkungan fisik dari ruangan kerja pengolahan sarang

burung walet untuk aspek pencahayaan dan temperatur juga terdapat masalah, yaitu :

• Untuk masalah pencahayaan, pencahayaan ruangan kerja masih

kurang karena tingkat intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan pencucian sarang burung walet ini cukup tinggi dan


(2)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7 - 2

dibutuhkan konsentrasi mata. Dalam hal ini pencahayaan yang cukup sangat dibutuhkan untuk membantu kerja mata.

• Untuk masalah temperatur ruangan kerja pengolahan sarang

burung walet ini sudah cukup baik karena ruangan kerja pengolahan sarang burung walet ini menggunakan pendingin ruangan AC, sehingga temperatur ruangan kerja ini dapat diatur sesuai kebutuhan.

3. Usulan fsilitas fisik di ruang kerja pengolahan sarang burung walet

sehingga lebih ergonomis dan nyaman adalah sebagai berikut :

• Meja kerja hanya digunakan untuk 2 orang, sehingga operator yang

bekerja tidak sempit.

• Meja kerja dilengkapi dengan laci pengering sebagai tempat

penyimpanan sementara sarang burung walet yang sudah diproses.

• Meja kerja dipasang kaca pembesar yang dapat diatur jaraknya dan

dilengkapi dengan lampu dibagian bawah kaca pembesar sehingga dapat membantu kerja operator dari segi penglihatan, karena membantu kerja mata.

• Kursi kerja yang digunakan kursi yang lebih nyaman dan dapat

menyangga operator pada saat bersandar pada sandaran kursi. Untuk kursi kerja ini penulis memilih kursi kerja yang alas duduknya terbuat dari bahan busa mengingat posisi kerja operator yang lebih banyak dalam sikap kerja duduk, sehingga operator dapat bekerja lebih nyaman.

• Lemari pengering yang digunakan sebaiknya dilengkapi dengan

fasilitas kipas, sehingga dapat membantu proses pengeringan yang lebih efektif dari segi waktu.

4. Usulan untuk lingkungan fisik ruang kerja pengolahan sarang burung


(3)

• Dari aspek pencahayaan intensitas cahaya ruangan kerja mulai dari pukul 8.00 hingga pukul 17.00 memiliki rata-rata 323.82 lux sedangkan intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk jenis pekerjaan ini adalah 1200 lux. Maka untuk mengatasi permasalahan ini penulis mengusulkan untuk menggunakan kaca pembesar yang dilengkapi dengan lampu dibagian bawahnya, selain itu juga penulis mengusulkan untuk mempertahankan warna dasar alas meja dengan warna putih. Warna putih ini memiliki sifat refleksitas cahaya yang cukup baik, yaitu hingga 95% cahaya dipantulkan kembali.

• Dari aspek temperatur ruangan kerja pengolahan sarang burung

walet ini sudah cukup baik karena menggunakan AC. Sehingga temperatur ruangan dapat disesuaikan.

7.2 Saran

Saran-saran yang diajukan oleh penulis untuk penerapan hasil rancangan

dan usulan sehingga ruang kerja pengolahan sarang burung walet ini dapat lebih baik lagi dari aspek ergonomisnya, maka saran yang diberikan antara lain:

• Sebaiknya pihak perusahaan melakukan penelitian terlebih dahulu jika

akan melakukan penambahan tenaga kerja, sehingga penempatan posisi kerja operator dapat diatur sesuai dengan kondisi tata letak ruang tersebut.

• Untuk penelitian lanjutan sebaiknya pihak perusahaan melakukan

penelitan metoda kerja pengolahan sarang burung walet, sehingga dapat memperoleh metoda kerja yang lebih baik.

• Untuk penggantian meja dan kursi kerja aktual dengan meja dan kursi

kerja usulan sebaiknya dilakukan secara bersamaan, dan pada saat hari libur, sehingga tidak menggangu kerja operator.


(4)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7 - 4

• Untuk perawatan ruangan kerja, pihak perusahaan sebaiknya

melakukan pengontrolan maksimal 3 bulan sekali, sehingga fasilitas seperti AC, kamera, lampu tidak mudah rusak.

• Pihak perusahaan memberikan penyuluhan dan mengimbau operator

untuk menjaga kerapihan penyimpanan alat bantu kerja, sebaiknya alat bantu kerja diletakan di laci yang sudah disediakan pada meja kerja alternatif usulan yang terpilih.


(5)

1. Bridger, R. S.,; Introduction to Ergonomics, International Edition, Mc.Graw-Hill Book Co., Singapore, October 1994.

2. Croney, John,; Anthropometrics for Designers, 1971.

3. Nurmianto, Eko,; Konsep Dasar Ergonomi dan Aplikasinya, Edisi Pertama,

Institut Teknologi Sepuluh November, Penerbit Guna Widya, 1998.

4. Sender, Mark.S., Ph.D., McCormick, Ernest.J., Ph.D., Human Factors in

Engineering and Design, Mc.Graw-Hill, Singapore, 1992.

5. Sritomo Wignjosoebroto,; Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Institut

Teknologi, 2003.

6. Sutalaksana, Iftikar Z., Ruhana Anggawisastra, John H. Tjakraatmadja,,

Teknik Tata Cara Kerja, Departemen TI-ITB, 1979.

7. Taylor & Francis,; Fitting the Task to the Man (A Textbook of Occupational

Ergonomics), London-New York Philadephia, 4th Edition, 1988.

8. Weimer Don, Ph. D., Handbook of Ergonomic and Human Factors Tables,

Prentice Hall, Emglewood Cliffs, New Jersey, 1993.

9. Woodson, Wesley E.,; Human Factors Design Handbook, Information &

Guidelines for the Design of Systems, Facilities, Equipment, and Products

for Human Use, Mc. Graw-Hill Book Co., New York, 1981.

10.Yudiantyo Wawan, ST.,MT., Diktat Kuliah APK & E II, Jurusan Teknik

Industri-Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 2001/2002.

11.Yudiantyo Wawan, ST.,MT., Diktat Kuliah Rekayasa Sistem Kerja,

Jurusan Teknik Industri-Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

12.Team Asisten Laboratorium Apk & E, Kumpulan Teori Praktikum Apk II,


(6)

Dokumen yang terkait

Analisis dan Perancangan Fasilitas Fisik, Tata Letak Fasilitas, Lingkungan Fisik dan K3 Ditinjau Dari Segi Ergonomi (Studi Kasus Restoran 'X' Di Bandung).

0 1 55

Analisis dan Perancangan Fasilitas Fisik, Lingkungan Fisik dan Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja Untuk Renovasi Di Kedai Kopi Phoenam Ditinjau Dari Segi Ergonomi.

2 3 30

Analisis dan Perancangan Fasilitas Fisik, Lingkungan Fisik dan Tata Letak Untuk Taman Kanak-Kanak Ditinjau Dari Aspek Ergonomi (Studi Kasus Di TK.Cempaka-Bandung).

0 2 31

Analisis Perancangan Fasilitas, Tata Letak Fasilitas, dan Lingkungan Fisik Ditinjau Dari Segi Ergonomi (Studi Kasus Di Catering Dienarsih).

2 4 34

Perancangan Fasilitas Fisik, Lingkungan Fisik, Tata Letak dan Peningkatan Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja Dapur Hotel Ditinjau Dari Segi Ergonomi (Studi Kasus Di Hotel "X", Bandung).

0 3 35

Usulan Perbaikan Fasilitas Fisik, Tata Letak dan Lingkungan Fisik Dilihat Dari Aspek Ergonomi (Studi Kasus Di "Simply Fresh Laundry").

0 0 43

Analisis dan Perancangan Fasilitas Fisik, Tata Letak, dan Lingkungan Fisik Ditinjau Dari Segi Ergonomi (Studi Kasus Di Perusahaan Auto City).

0 1 154

Perancangan Fasilitas Fisik, Lingkungan Fisik dan Tata Letak Fasilitas Fisik Di Ruang Sablon Dilihat Dari Aspek Ergonomi (Studi Kasus Di Perusahaan Cahaya Buana Plastik Bandung).

0 1 38

Perancangan Fasilitas Fisik, Lingkungan Fisik Serta Tata Letak Fasilitas Fisik Di Balai Pengobatan "X" Dilihat Dari Aspek Ergonomi.

0 0 25

BAB 1 PENDAHULUAN - Perancangan Fasilitas Fisik dan Lingkungan Fisik Untuk Pengolahan Sarang Burung Walet Dilihat Dari Aspek Ergonomi (Studi Kasus Di Perusahaan UD.Kemenangan) - MCUrepository

0 0 6