PELATIHAN BERBASIS SIMULASI SEBAGAI IMPLEMENTASI SUPERVISI KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN GURU MATEMATIKA MENERAPKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY DI SMA SE KECAMATAN LOLOFITU MOI DAN MANDREHE KABUPATEN NIAS BARAT PROVINSI S

(1)

PELATIHAN BERBASIS SIMULASI

SEBAGAI IMPLEMENTASI SUPERVISI KELOMPOK

DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN GURU MATEMATIKA

MENERAPKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO

STRAY DI SMA SE KECAMATAN LOLOFITU MOI DAN MANDREHE

KABUPATEN NIAS BARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi Kepengawasan

Oleh :

PARLINUS GULO NIM : 8126132061

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2014


(2)

PELATIHAN BERBASIS SIMULASI

SEBAGAI IMPLEMENTASI SUPERVISI KELOMPOK

DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN GURU MATEMATIKA

MENERAPKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO

STRAY DI SMA SE KECAMATAN LOLOFITU MOI DAN MANDREHE

KABUPATEN NIAS BARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi Kepengawasan

Oleh :

PARLINUS GULO NIM : 8126132061

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2014


(3)

(4)

(5)

ABSTRACT

Parlinus Gulo. NIM. 8126132061. Simulation-Based Training as the Implementation of Group Supervision in Improving Mathematic Teachers’ Skills in Applying The Cooperative Learning Model with Two Stay Two Stray Type in High Schools in The Districts of Lolofitu Moi and Mandrehe, in West Nias Regency. Thesis. Post Graduate Program of Medan State University (UNIMED), Medan. 2014.

The purpose of this research is to find out whether the simulation-based training can

improve the teachers’ skills in applying the cooperative learning model with two stay two stray type in high schools in the districts of Lolofitu Moi and Mandrehe, in West Nias Regency. Research was done by carrying out a simulation-based training to 10 mathematic teachers. This research was school action research which was conducted in 2 cycles and began with the pre cycle observation.Technigue of collecting the data usedseveral instruments, namely: (1) assessment instrument of action implementation on the simulation-based training; (2) the lesson plan review instrument; and (3) observation sheets for teachers in implementing the cooperative learning model with two stay two stray type. The results showed that: (1) the average percentage of teachers' skill in preparing the lesson plan with the cooperative learning model with two stay two stray type on pre cycle was 72,13% (pretty good), the first cycle was 92,53% (very good), and the second cyclewas 95,87% (very good); (2) the average percentage of teachers' skills in implementing the cooperative learning model with two stay two stray type on pre cycle was 10,00% (very poor), the first cycle was 68,75% (poorly) and the second cycle was 85,42% (very good). Some aspects of the application of the cooperative learning model with two stay two stray type which obtained lower score on the first cycle and then had increased onthe second cycle were: (1) the first aspect: conveying the goals and motivating (2,40 to 3,10); (2) the second aspect: presenting information (1,85 to 3,20); (3) the fifth aspect: evaluation (2,70 to 3,50) and (4) the sixth aspect: rewards (2,10 to 3,40). On the first cycle, all teachers who followed the training had not reached the good category in implementing the cooperative learning model with two stay two stray type; While on the second cycle, 3 teachers obtained the very good category and 7 teachers obtained the good category. It means that the action was successful after the second cycle had executed. Based on the research results, the average percentage of teachers' skills in planning and implementing the cooperative learning model with two stay two stray type (the preparation of lesson plan and the implementation of learning in the classroom) on pre cycle was 41,07% with thevery poor category, the first cycle was 80,64 with the good category andthe second cycle was 92,10% with the very good category. The conclusion of this research was a simulation-based training can improve the

teachers’ skills in applying the cooperative learning model with two stay two stray type in high schools in the districts of Lolofitu Moi and Mandrehe, in West Nias Regency. It was recommended that the group's supervision through simulation-based training is used for for teacher coaching and the cooperative learning model with two stay two stray type is used by mathematic teachers in learning activity.


(6)

ABSTRAK

Parlinus Gulo, NIM: 8126132061. Pelatihan Berbasis Simulasi sebagai Implementasi Supervisi Kelompok dalam Meningkatkan Keterampilan Guru Matematika Menerapkan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray di SMA se Kecamatan Lolofitu Moi dan Mandrehe Kabupaten Nias Barat.Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah pelatihan berbasis simulasi dapat meningkatkan keterampilan guru menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray di SMA se kecamatan Lolofitu Moi dan Mandrehe Kabupaten Nias Barat. Penelitian dilakukan dengan melaksanakan pelatihan berbasis simulasi terhadap 10 orang guru matematika. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan dalam 2 siklus dan diawali dengan observasi pra siklus. Untuk mengumpulkan data, digunakan beberapa instrumen yaitu: (1) instrumen penilaian keterlaksanaan tindakan pada pelatihan berbasis simulasi; (2) instrumen telaah RPP; dan (3) lembar pengamatan terhadap guru dalam menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) rata-rata persentase keterampilan guru dalam penyusunan RPP dengan model cooperative learning tipe two stay two stray pada pra siklus sebesar 72,13% (cukup), pada siklus I sebesar 92,53% (amat baik) dan pada siklus II sebesar 95,87% (amat baik); (2) Rata-rata persentase keterampilan guru menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray pada pra siklus sebesar 10,00% (amat kurang), pada siklus I sebesar 68,75% (kurang) dan pada siklus II sebesar 85,42% (baik). Aspek-aspek penerapan model cooperative learning tipe two stay two stray yang skornya rendah pada siklus I dan mengalami peningkatan pada siklus II yaitu: (1) Aspek 1: menyampaikan tujuan dan memotivasi (2,40 menjadi 3,10); (2) aspek 2: menyajikan informasi (1,85 menjadi 3,20); (3) aspek 5: evaluasi (2,70 menjadi 3,50) dan (4) aspek 6: memberikan penghargaan (2,10 menjadi 3,40). Pada siklus I, masing-masing guru yang mengikuti pelatihan belum mencapai kategori baik dalam menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray; Sedangkan pada siklus II, ada 3 orang guru mendapatkan kategori amat baik dan 7 orang guru kategori baik. Artinya tindakan dikatakan berhasil setelah dilaksanakan siklus II. Berdasarkan hasil penelitian, nampak bahwa rata-rata persentase keterampilan guru dalam merencanakan dan menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray (penyusunan RPP dan pelaksanaan pembelajaran di kelas) pada pra siklus sebesar 41,07% dengan kategori amat kurang, pada siklus I sebesar 80,64% dengan kategori baik dan pada siklus II sebesar 92,10% dengan kategori amat baik. Kesimpulan penelitian adalah pelatihan berbasis simulasi dapat meningkatkan keterampilan guru matematika menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray di SMA se kecamatan Lolofitu Moi dan Mandrehe Kabupaten Nias Barat. Disarankan supaya supervisi kelompok melalui pelatihan berbasis simulasi digunakan untuk pembinaan guru dan model cooperative learning tipe two stay two stray digunakan guru matematika dalam kegiatan pembelajaran.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat, kasih dan rahmat-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Proposal tesis ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Proposal tesis ini memuat tentang pelatihan berbasis simulasi sebagai supervisi kelompok dalam peningkatan keterampilan guru menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray di SMA negeri 1 Lolofitu Moi kabupaten Nias Barat.

Penulisan tesis ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik moril maupun materil yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu. Untuk itu Penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tinggi kepada:

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, Msi, selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

3. Dr. Arif Rahman, M.Pd selaku Asisten Direktur I Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, sekaligus sebagai nara sumber.

4. Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd, selaku Asisten Direktur II Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

5. Dr. Darwin, M.Pd. selaku ketua program studi administrasi pendidikan, sekaligus sebagai pembimbing II.

6. Dr. Paningkat Siburian, M.Pd, selaku sekretaris program studi administrasi pendidikan. 7. Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd sebagai pembimbing I.

8. Prof. Dr. Syaiful Sagala, M.Pd, sebagai nara sumber. 9. Dr. Irsan Rangkuti, M.Pd. selaku nara sumber.

10.Bapak/Ibu Dosen di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah membekali Penulis dengan ilmu yang berharga selama mengikuti perkuliahan di Universitas Negeri Medan.


(8)

11.Direktur P2TK Dikmen beserta staf yang telah memprogramkan penyelenggaraan pendidikan S2 kepengawasan di UNIMED.

12.Aroziduhu Adrianus Gulo, S.H, M.H, selaku Bupati Nias Barat yang telah memberikan izin kepada Penulis untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Medan.

13.Drs. Mareti Waruwu, selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Barat yang telah memberikan rekomendasi bagi Penulis untuk mengikuti perkuliahan di Universitas Negeri Medan.

14.Rekan-rekan mahasiswa konsentrasi kepengawasan yang saling membagi pengetahuan dalam penyelesaian tesis ini.

15.Keluarga Penulis, yakni Ayah, Faoloaro Gulo; Ibu, Yakina Waruwu; Ayah Mertua, Yason Laoli;, Ibu Mertua, Katarina Dakhi; dan saudara-saudara yang telah membantu secara materi dan moril agar penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

16.Istri tercinta, Gloriantina Laoli, yang selalu memberi dukungan dan bantuan serta selalu menjadi teman berdiskusi dalam penyelesaian tesis ini.

Akhir kata semoga semua pihak yang telah memberi dukungan moril maupun materil yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu mendapat berkat dan karunia dari Tuhan. Amin.

Medan, Mei 2014 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... i

ABSTRACT ……… ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ………….………. xii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah……... 10

C. Pembatasan Masalah... 11

D. Rumusan Masalah... 12

E. Tujuan Penelitian... 12

F Manfaat Penelitian... 13

BAB II. KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN………... 14

A. Kajian Teoretis…... 14

1. Keterampilan Guru Menerapkan model cooperative learning ……….. 14

a. Keterampilan Guru ………... 14

b. Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray……….. 16

c. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray..………….. 24

d. Pentingnya Guru Menguasai Keterampilan Menerapkan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray………... 27

2. Pelatihan berbasis Simulasi Sebagai Implementasi Supervisi kelompok……… 29

a. Supervisi Kelompok Sebagai Teknik dalam Supervisi Pendidikan………... 29

b. Pelatihan Berbasis Simulasi ………... 35

B. Penelitian yang Relevan ………. 48

C. Kerangka Berpikir ………..……… 49


(10)

BAB III METODE PENELITIAN ………. 52

A. Tempat Dan Waktu Penelitian ……… 52

B. Subjek Penelitian ……… 52

C. Desain Penelitian……… 52

D. Defenisi Operasional Variabel ……….. 52

E. Prosedur Penelitian……….. 55

1. Pra siklus ……….……… 56

2. Siklus I ……… 56

a. Perencanaan Tindakan Siklus 1 ……….. 56

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 ……….. 57

c. Pengamatan Tindakan Siklus 1 ……… 59

d. Refleksi Tindakan Siklus 1 ………. 59

3. Siklus II …..……… 59

a. Perencanaan Tindakan Siklus II ….………. 60

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II..…………...……….. 60

c. Pengamatan Tindakan Siklus II …..……….………… 61

d. Refleksi Siklus II ………. 62

F. Indikator Keberhasilan ………... 62

G. Instrumen Penelitian ……….……….……… 62

H. Teknik Analisa Data……….……….. 63

I. Rincian Tindakan Penelitian ………... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 68

A. Hasil Penelitian……… ……… 68

1. Deskripsi Kondisi Awal……….……… 68

2. Deskripsi Siklus I...……… 74

a. Perencanaan Siklus I ………….. ……….. 74

b. Pelaksanaan Siklus 1 ………...……….. 75

c. Observasi Siklus I ……….……….… 80

d. Refleksi Siklus I ……… 82

3. Deskripsi Siklus II……….. 90

a. Perencanaan Siklus II ………….. ………. 90

b. Pelaksanaan Siklus II ………...……….. 92

c. Observasi Siklus II ……….………… 94


(11)

B. Pembahasan Temuan Penelitian.……… 108

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ………. ………... 115

A. Kesimpulan ……… ………. 115

B. Implikasi ……….. 115

C. Saran ……..……… ………. 116

DAFTAR PUSTAKA ……… 118


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Hasil analisis pemahaman dan penerapan model cooperative learning

tipe two stay two stray ……… 6

Tabel 1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi

atau Keterampilan………..… 8 Tabel 3.1. Jumlah guru Matematika di SMA N. 1 lolofitu Moi, SMA N. 2 Lolofitu Moi,

SMA SMA N. 1 Mandrehe, SMA S. BNKP Karmel ………... 52 Tabel 3.2 Rincian Tindakan Penelitian Siklus I ……… 64 Tabel 4.1 Persentase Hasil Telaah RPP Model Cooperative Learning Tipe Two Stay

Two Stray pra siklus ………..………... 69 Tabel 4.2 Rata-rata skor masing-masing aspek telaah RPP pra siklus ... 70 Tabel 4.3 Persentase Hasil penerapan model cooperative learning tipe two stay two stray

Pra siklus ………... 71

Tabel 4.4. Rata-rata skor masing-masing aspek pengaatan penerapan model cooperative learning tipe two stay two stray pra siklus ... 72 Tabel 4.5 Rata-rata nilai perolehan siswa pra siklus ……… 73 Tabel 4.6 Persentase Hasil Telaah RPP Model Cooperative Learning Tipe Two Stay

Two Stray Siklus I….………... 83 Tabel 4.7 Rata-rata skor masing-masing aspek telaah RPP siklus I ……… 84 Tabel 4.8 Persentase Hasil pengamatan penerapan Model Cooperative Learning Tipe

Two Stay Two Stray Siklus I……… 85 Tabel 4.9 Rata-rata skor setiap aspek pengamatan penerapan model

cooperative learning tipe two stay two stray Siklus I ... 86 Tabel 4.10 Rata-rata nilai perolehan siswa pada siklus I ……….. 88 Tabel 4.11 Persentase hasil Telaah RPP Model Cooperative Learning Tipe Two Stay

Two Stray Siklus II ………... 96 Tabel 4.12 Rata-rata skor masing-masing aspek telaah RPP siklus II………... 97 Tabel 4.13 Persentase hasil pengamatan penerapan model cooperative learning tipe

two stay two stray Siklus II ………... 98 Tabel 4.14 Rata-rata skor masing-masing aspek pengamatan penerapan model

cooperative learning tipe two stay two stray Siklus II …... 100 Tabel 4.15 Rata-rata nilai perolehan siswa pada siklus II ……….. 101


(13)

Tabel 4.16 Perbandingan Persentase Keterampilan Guru Menyusun RPP dengan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray Pra Siklus,

Siklus I dan Siklus II. .………. 103 Tabel 4.17 Perbandigan Rata-rata skor masing-masing aspek penyusunan RPP dengan

model cooperative learning tipe two stay two stray pra siklus, Siklus I dan

Siklus II………... 104 Tabel 4.18 Perbandingan Persentase Keterampilan Guru dalam Menerapkan Model

Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray Pra Siklus, Siklus I

dan Siklus II ………. 105 Tabel 4.19 Perbandingan rata-rata skor setiap aspek pengamatan terhadap guru dalam

menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray pada

pra siklus, siklus I dan Siklus II ………... 107 Tabel 4.20 Perbandingan rata-rata nilai perolehan siswa pada pra siklus, siklus I dan

Siklus II ………... 108

Tabel 4.21 Persentase keterampilan guru dalam penyusunan RPP dan penerapan model


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan... 53 Gambar 4.1 Persentase Hasil Telaah RPP Model Cooperative Learning Tipe Two Stay

Two Stray pra siklus ………..………... 69 Gambar 4.2 Rata-rata skor masing-masing aspek telaah RPP pra siklus ... 70 Gambar 4.3 Persentase hasil penerapan model cooperative learning tipe two stay two stray

Pra siklus ………... 71

Gambar 4.4. Rata-rata skor masing-masing aspek pengaatan penerapan model cooperative learning tipe two stay two stray pra siklus ... 72 Gambar 4.5 Rata-rata nilai perolehan siswa pra siklus ……… 73 Gambar 4.6 Persentase hasil telaah RPP model cooperative learning tipe two stay

two stray siklus I….………... 83 Gambar 4.7 Rata-rata skor masing-masing aspek telaah RPP siklus I ……… 84 Gambar 4.8 Persentase Hasil pengamatan penerapan Model Cooperative Learning Tipe

Two Stay Two Stray Siklus I……… 85 Gambar 4.9 Rata-rata skor setiap aspek pengamatan penerapan model

cooperative learning tipe two stay two stray Siklus I ... 86 Gambar 4.10 Rata-rata nilai perolehan siswa pada siklus I ……….. 89 Gambar 4.11 Persentase hasil Telaah RPP Model Cooperative Learning Tipe Two Stay

Two Stray Siklus II ………... 97 Gambar 4.12 Rata-rata skor masing-masing aspek telaah RPP siklus II………... 98 Gambar 4.13 Persentase hasil pengamatan penerapan model cooperative learning tipe

two stay two stray Siklus II ………... 99 Gambar 4.14 Rata-rata skor masing-masing aspek pengamatan penerapan model

cooperative learning tipe two stay two stray Siklus II …... 100 Gambar 4.15 Rata-rata nilai perolehan siswa pada siklus II ……….. 102 Gambar 4.16 Perbandingan Persentase Keterampilan Guru Menyusun RPP dengan

Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray Pra Siklus,

Siklus I dan Siklus II. .………. 103 Gambar 4.17 Perbandingan Rata-rata skor masing-masing aspek penyusunan RPP dengan

model cooperative learning tipe two stay two stray pra siklus, Siklus I dan


(15)

Gambar 4.18 Perbandingan Persentase Keterampilan Guru dalam Menerapkan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray Pra Siklus, Siklus I

dan Siklus II ………. 106

Gambar 4.19 Perbandingan rata-rata skor setiap aspek pengamatan terhadap guru dalam menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray pada

pra siklus, siklus I dan Siklus II ………... 107 Gambar 4.20 Persentase keterampilan guru dalam penyusunan RPP dan penerapan model

cooperative learning tipe two stay two stray pra siklus,siklus I dan siklus II….. 110 Gambar 4.21 Skema pelaksanaan pelatihan berbasis simulasi sebagai implementasi supervisi

kelompok dalam meningkatkan keterampilan guru menerapkan model

cooperative learning tipe two stay two stray ……… 114


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Penilaian Keterlaksanaan Tindakan Pada Pelatihan Berbasis Simulasi Dalam Meningkatkan Keterampilan Guru Menerapkan Model

Cooperative LearningTipe Two Stay Two Stray………. 121

Lampiran 2 Instrumen Telaah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran………... 123

Lampiran 3 Format Lembar Pengamatan Kegiatan Guru Menerapkan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay – Two Stray……. 125 Lampiran 4 Rencana Kegiatan Penelitian (RKP) Siklus I……….. 128

Lampiran 5 Hasil Telaah RPP Model Cooperative Learning Tipe TSTS Pra Siklus……. 132

Lampiran 6 Hasil Observasi Penerapan Model Cooperative Learning Tipe TSTS Pra Siklus……… 133 Lampiran 7 Hasil Telaah RPP Model Cooperative Learning Tipe TSTS Siklus I………. 134

Lampiran 8 Hasil Observasi Penerapan Model Cooperative Learning Tipe TSTS Siklus I………. 135 Lampiran 9 Hasil Telaah RPP Model Cooperative Learning Tipe TSTS Siklus II 136 Lampiran 10 Hasil Observasi Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray Siklus II ………. 137 Lampiran 11 Pedoman wawancara terhadap Pengawas mata pelajaran Matematika SMA Kab. Nias Barat 138 Lampiran 12 Hasil wawancara terhadap Pengawas mata pelajaran Matematika SMA Kab. Nias Barat 139 Lampiran 13 Format angket terhadap guru matematika SMA 120 Lampiran 14 Rekapitulasi hasil angket terhadap guru matematika SMA 141 Lampiran 15 Materi pelatihan berbasis simulasi siklus I……….. 142

Lampiran 16 Jadwal kegiatan/ pertemuan Siklus I dan Siklus II……….. 151

Lampiran 17 Notulen Pelaksanaan Pelatihan Berbasis Simulasi Siklus I dan Siklus II .... 154

Lampiran 18 Rencana Kegiatan Penelitian (RKP) Siklus II ……… 163

Lampiran 19 Materi pelatihan berbasis simulasi siklus II ……… 165

Lampiran 20 Penilaian keterlaksanaan tindakan siklus I dan Siklus II ……….. 168

Lampiran 21 Daftar Hadir Pelaksanaan Penelitian Siklus I dan Siklus II ……… 172

Lampiran 22 Contoh RPP yang disusun Guru pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II 174 Lampiran 23 Surat Ijin Penelitian ………. 188


(17)

Lampiran 25 Foto-foto observasi kelas pra siklus ……… 194 Lampiran 26 Foto-foto pelaksanaan Pelatihan pada Siklus I dan Siklus II ………. 181


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 memuat tentang pengertian pendidikan di negara kita Indonesia ini. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana dalam rangka mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran supaya masing-masing peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Melalui proses pembelajaran, peserta didik diharapkan memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Ada 3 kata kunci yang termuat dalam pengertian pendidikan yaitu: usaha, sadar dan terencana. Ditinjau dari segi pendidik, kata kunci yang termuat dalam pengertian pendidikan tersebut memiliki arti sebagai berikut : (1) usaha, yang berarti adanya upaya guru untuk melaksanakan tugas sesuai tuntutan profesionalnya; (2) sadar, yang berarti guru mempunyai kesadaran bahwa kemampuannya dalam melaksanakan tugas profesionalnya akan membawa dampak yang amat besar bagi keberhasilan peserta didik; dan (3) terencana, yang berarti guru perlu mempersiapkan atau merencanakan bagaimana agar proses pembelajaran terlaksana dengan efektif dan efisien.

Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam mengelola proses pembelajaran, khususnya proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Dalam hal ini yang paling bertanggungjawab adalah guru sebab merekalah


(19)

2

yang melaksanakan pembelajaran di kelas. Guru harus mempersiapkan (merencanakan) segala sesuatu agar proses pembelajaran di kelas terlaksana

dengan efektif. Guru memegang peranan dan memiliki kedudukan yang strategis

dalam menjamin mutu pendidikan. Guru salah satu faktor dominan dalam membelajarkan peserta didik di sekolah. Peran guru dalam membantu anak didik sangat tergantung pada kemampuannya dalam mengelola pembelajaran di kelas. Semakin baik pengelolaan pembelajaran di kelas oleh guru, pencapaian anak didik akan tujuan pembelajaran diharapkan semakin baik, dengan demikian kualitas pendidikan yang diangan-angankan dapat tercapai. Sagala (2008: 164) menyatakan bahwa:

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran. Peserta didik belajar untuk mengembangkan konseptual ilmu pengetahuan maupun mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang dapat digunakan mengembangkan dirinya. Dalam pembelajaran peserta didik sebagai subjek yang aktif melakukan proses berpikir, mencari, mengolah, mengurai, menggabungkan menyimpulkan dan menyelesaikan masalah.

Selanjutnya, Uno (Istarani, 2011: 2) menyatakan bahwa “pembelajaran memusatkan perhatian pada bagaimana membelajarkan siswa, dan bukan pada apa yang dipelajari siswa” Dari pemaparan tersebut dapat dikatakan bahwa suasana pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi peserta didik yang aktif, interaktif, kreatif, dan menyenangkan, tanpa mengesampingkan prinsip efektif dan efisien. Kondisi ini bisa tercipta bila guru dapat memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat.

Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran serta segala


(20)

3

fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung dan tidak langsung dalam proses pembelajaran. Ciri-ciri model pembelajaran yaitu: (1) rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; (2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Pemilihan dan penerapan model pembelajaran yang baik juga mencerminkan proses pembelajaran yang baik. Arends (Trianto, 2011: 25) menyatakan bahwa ada enam model pembelajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu: (1) presentasi; (2) pembelajaran langsung; (3) pembelajaran konsep; (4) pembelajaran kooperatif; (5) pembelajaran berdasarkan masalah; dan (6) diskusi kelas. Diantara enam model model pembelajaran ini, model cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan model yang sudah diterapkan dan banyak manfaatnya untuk keberhasilan pembelajaran. Rusman (2012: 209-210) menyatakan bahwa model cooperative learning dikembangkan untuk: (1) mencapai hasil belajar kompetensi akademik; (2) penerimaan terhadap keragaman; dan (3) mengembangkan potensi sosial siswa. Artinya bahwa model cooperative learning selain bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, juga untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi, dimana keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Artz dan Newman (Trianto, 2011: 56) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk


(21)

4

mencapai tujuan bersama. Jadi setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompok.

Ada beberapa variasi atau tipe dalam model cooperative learning antara lain: (1) Jigsaw,; (2) Student Team Achievement Division (STAD); (3) Group Investigation (GI); (4) Teams Games Tournament (TGT); (5) Number Head Togather (NHT); (6) Two Stay Two Stray (TSTS). Keragaman tipe dalam cooperative learning dapat mengantarkan siswa tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran yang tidak membosankan. Masing-masing tipe memiliki tahapan tertentu dalam proses pembelajaran sehingga alangkah baiknya bila guru memahami serta mampu menerapkannya dalam proses pembelajaran. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, salah satu tipe dari model cooperative learning adalah tipe two stay two stray (dua tinggal dua tamu). Model ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan umur peserta didik (Lie, 2002: 60). Tipe two stay two stray memungkinkan siswa untuk berbagi bukan hanya kepada teman dalam kelompoknya saja tetapi juga terhadap siswa lain diluar kelompoknya. Model cooperative learning tipe two stay two stray diterapkan untuk: (1) meningkatkan kerjasama didalam kelompok maupun diluar kelompok; (2) meningkatkan kemampuan siswa menyampaikan informasi kepada teman sekelompok dan di luar kelompok; (3) meningkatkan kemampuan siswa menyatukan ide dan gagasan terhadap materi pembelajaran yang dibahas; (4) meningkatkan keberanian siswa dalam menyampaikan materi kepada temannya; (5) pembelajaran tidak membosankan karena siswa selalu berinteraksi dalam kelompok maupun di luar kelompok; (6) melatih kemandirian siswa. (Istarani, 2011: 202).


(22)

5

Penerapan model pembelajaran yang baik didasarkan pada tingkat kompetensi yang dimiliki guru. Hal ini bisa terwujud bila guru memiliki kompetensi yang memadai. Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Guru diwajibkan memiliki empat kompetensi dalam melaksanakan tugasnya, yaitu: (1) kompetensi kepribadian; (2) kompetensi pedagogik; (3) kompetensi profesional; dan (4) kompetensi sosial. Menciptakan kegiatan pembelajaran yang mendidik merupakan salah satu aspek dari kompetensi pedagogik, artinya kompetensi pedagogik berkaitan dengan kegiatan guru melaksanakan pembelajaran di kelas. Data pada konferensi pers menteri pendidikan dan kebudayaan tentang hasil uji kompetensi awal guru tahun 2012 menunjukkan rata-rata hasil setiap provinsi masih rendah. Hasil uji kompetensi awal guru SMA provinsi Sumatera Utara nilai rata-rata hanya 48,76 sedangkan nilai rata-rata nasional 51,35. Provinsi Sumatera Utara berada di peringkat ke-19 dari 33 provinsi. Ini berarti kondisi guru SMA dalam penguasaan kompetensi kurang memadai, termasuk kompetensi paedagogik.

Hasil wawancara terhadap pengawas mata pelajaran matematika SMA di Nias Barat yang dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2013, didapatkan data bahwa berdasarkan hasil supervisi terhadap guru matematika selama ini, 92% guru mata pelajaran matematika SMA di Kabupaten Nias Barat melaksanakan pembelajaran dengan cara konvensional atau klasikal, mereka mengajar dengan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan saja. 8% guru menerapkan model cooperative learning tetapi tidak menjurus pada suatu tipe tertentu. Dari data ini ternyata rata-rata guru matematika SMA di kabupaten Nias Barat masih belum


(23)

6

memahami dan menerapkan model pembelajaran cooperative learning dengan tipe tertentu.

Model cooperative learning sudah dianjurkan penerapannya beberapa tahun lalu, tetapi masih banyak guru yang belum memahami, belum mampu menjelaskan dan belum mampu menerapkan dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan fakta yang diperoleh dari data angket yang diisi oleh guru-guru SMA se kecamatan Lolofitu Moi dan Mandrehe Kabupaten Nias Barat tanggal 24-26 Oktober 2013, ternyata mayoritas guru masih belum memahami dan menerapkan model cooperative learning (pembelajaran kooperatif). Khususnya pada model cooperative learning tipe two stay two stray, data yang diperoleh sebagai berikut :

Tabel 1.1. Hasil analisis pemahaman dan penerapan model cooperative learning tipe two stay two stray

NO. KONDISI GURU BANYAK

GURU PERSENTASE 1. Memahami dan sudah menerapkan

model cooperative learning tipe two stay two stray

0 0%

2. Memahami tetapi belum menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray

1 10 %

3. Tidak memahami dan belum menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray

9 90 %

Total 10 100 %

Berdasarkan tabel 1.1, terlihat bahwa walaupun ada guru yang sudah memahami model cooperative learning tipe two stay two stray, namun 100% guru belum menerapkannya dalam pembelajaran. Data ini juga didukung dengan uraian kegiatan pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru, proses pembelajaran yang direncanakan masih bersifat klasikal. RPP yang disusun belum memuat langkah-langkah pembelajaran dengan model cooperative learning. Memang dalam RPP yang disusun guru, umumnya


(24)

7

dituliskan metode diskusi kelompok, tetapi langkah-langkah pelaksanaan diskusi tidak menggambarkan tahapan pembelajaran berdasarkan fase-fase pembelajaran model cooperative learning.

Sejalan dengan situasi guru matematika di kecamatan Lolofitu Moi dan Mandrehe, Iriani dkk (2012) menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru lebih banyak mendominasi PBM, siswa kurang aktif sehingga minat belajar siswa rendah, Pada saat proses pembelajaran berlangsung, kerjasama antar siswa sangat kurang. Selanjutnya Noer dkk (2009) menyatakan bahwa proses belajar mengajar belum memaksimalkan keterampilan sosial yang diindikasikan dengan terjadinya suasana pembelajaran dimana siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran, belum terbiasa berpartisipasi, siswa kurang aktif bertanya, pembagian tugas dalam kelompok belum terlaksana sehingga belum terjalin kerjasama dalam kelompok. Selanjutnya Muldayanti (2013) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran, guru mengajar monoton dengan model konvensional (ceramah) atau metode pembelajaran kurang variatif dan hanya berpegang teguh pada diktat atau buku paket saja, Guru kurang memfasilitasi siswa untuk bekerja sama satu dengan lainnya sehingga kurang memberikan kesempatan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Dari uraian ini nampak bahwa guru masih belum menerapkan pembelajaran kooperatif dengan baik. Fadllan (2010) menyatakan bahwa:

Dalam kaitannya dengan kompetensi pedagogik, ternyata masih banyak guru yang belum memiliki keterampilan dalam mengelola pembelajaran dengan baik, mulai dari mendesain kegiatan pembelajaran, mengelola pembelajaran, hingga melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap pembelajaran yang dilakukan. Untuk itu, diperlukan upaya secara sistematis dalam rangka mengatasi hal tersebut. Berbagai pelatihan dan workshop dapat dijadikan alternatif dalam meningkatkan keterampilan guru.


(25)

8

Secara umum kompetensi guru dimaknai sama dengan keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh guru untuk melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggungjawab sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1 ayat 10 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa ”Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan”. Dengan demikian, faktor-faktor yang mempengaruhi

kompetensi juga mempengaruhi keterampilan. Beberapa para ahli menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi atau keterampilan seperti tertulis pada tabel berikut:

Tabel 1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi atau Keterampilan.

No. NAMA FAKTOR YANG MEMENGARUHI

KOMPETENSI / KETERAMPILAN 1. Spencer dan Spencer

1. motivasi internal 2. watak

3. konsep diri

2. Uno

1. latar belakang pendidikan 2. pengalaman mengajar 3. lamanya mengajar 4. lingkungan 3. Suyatno, Sumedi dan

Riadi

1. pendidikan formal 2. workshop

3. magang

4. Gibson Kepemimpinan

5. Munandar 1. bakat

2. latihan (Suhartini, 2011).

Selain faktor – faktor tersebut, supervisi kelompok termasuk faktor yang mempengaruhi keterampilan guru, seperti diungkapkan Sahertian (2010: 21-24) bahwa salah satu fungsi supervisi yaitu memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf, maksudnya supervisi memberi dorongan stimulasi dan membantu guru untuk mengembangkan pengetahuan dan


(26)

9

keterampilan mengajar. Supervisi kelompok merupakan program supervisi yang ditujukan kepada dua orang guru atau lebih, dimana guru-guru tersebut memiliki masalah, kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama sesuai dengan analisis kebutuhan. Sudjana (2012: 11-12) mengemukakan bahwa ada beberapa teknik dalam supervisi kelompok yang dapat dilaksanakan oleh supervisor bersama-sama dengan sekelompok guru yaitu: (1) rapat sekolah; (2) orientasi terhadap guru baru; (3) laboratorium kurikulum; (4) kepanitiaan; (5) perpustakaan profesional; (6)

demonstrasi mengajar; (7) lokakarya; (8) field trips; (9) diskusi panel; (10) pelatihan; dan (11) organisasi profesi. Teknik supervisi kelompok dikatakan

efektif karena melibatkan sejumlah guru dalam membahas dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

Salah satu teknik supervisi kelompok yaitu pelatihan. Pelatihan merupakan proses yang meliputi serangkaian tindakan atau upaya yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada peserta latih dalam satuan waktu tertentu, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektifitas dan produktifitas. Prinsip dasar pelatihan mengacu pada azas pendidikan seumur hidup dengan tujuan pemenuhan kebutuhan tenaga profesional (Sudjana, 2011: 12). Selanjutnya, Siagian (2003:127) menyatakan bahwa selain tingkat pendidikan, pelatihan yang pernah diikuti seseorang menentukan kemampuan intelektual dan jenis keterampilan yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan.

Ada beberapa alternatif metode pelatihan yang dapat dipilih yaitu : (1) model komunikasi ekspositori; (2) model komunikasi discoveri; (3) teknik komunikasi kelompok kecil; (4) pembelajaran berprogram; (5) pelatihan dalam


(27)

10

industri; (6) teknik simulasi; dan (7) metode studi kasus (Hamalik, 2007: 63-66). Secara khusus pada teknik simulasi, Hamalik menyatakan bahwa:

Teknik simulasi dapat digunakan hampir pada semua program pelatihan yang berorientasi pada tujuan-tujuan tingkah laku. Latihan keterampilan menuntut praktek yang dilaksanakan dalam situasi nyata (dalam pekerjaan tertentu), atau dalam situasi simulasi yang mengandung ciri-ciri kehidupan yang nyata. Latihan simulasi adalah berlatih melaksanakan tugas-tugas yang akan dikerjakan sehari-hari.

Kelebihan-kelebihan penerapan teknik simulasi dalam pelatihan antara lain: (1) simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi peserta dalam menghadapi situasi yang sebenarnya di kelas; (2) dapat mengembangkan kreatifitas peserta; (3) dapat meningkatkan keberanian dan kepercayaan diri peserta; dan (4) dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta.

Dari sekian banyak faktor peningkatan keterampilan guru, diprediksi bahwa supervisi kelompok yang dilakukan dalam bentuk pelatihan dengan metode simulasi dapat meningkatkan keterampilan guru menerapkan model cooperative learning. Untuk membuktikan prediksi ini, perlu dilakukan penelitian dengan judul ”Pelatihan Berbasis Simulasi Sebagai Implementasi Supervisi Kelompok dalam Meningkatkan Keterampilan Guru Matematika Menerapkan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray di SMA se Kecamatan Lolofitu Moi dan Mandrehe Kabupaten Nias Barat”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang berkaitan dengan peningkatan keterampilan guru yaitu: (1) kompetensi guru rendah; (2) kurangnya keaktifan siswa dalam proses belajar; (3) guru mendominasi proses pembelajaran; (4) umumnya guru mengajar dengan


(28)

11

model konvensional (metode ceramah); (5) minimnya pengetahuan guru tentang model-model pembelajaran seperti pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah; dan diskusi kelas, (6) guru belum terampil dalam mengelola pembelajaran termasuk keterampilan menerapkan model cooperative learning terutama tipe two stay two stray.

Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan guru yaitu (1) motivasi internal; (2) watak; (3) konsep diri; (4) latar belakang pendidikan; (5) pengalaman mengajar; (6) lamanya mengajar; (7) lingkungan; (8) workshop; (9) magang; (10) kepemimpinan; (11) bakat; (12) latihan; dan (13) supervisi. Ada dua teknik pelaksanaan supervisi yaitu: (1) supervisi individual; dan (2) supervisi kelompok. Supervisi kelompok dapat dilaksanakan dengan rapat sekolah, orientasi guru baru, laboratorium kurikulum, kepanitiaan, perpustakaan profesional, demonstrasi mengajar, lokakarya, field trips, diskusi panel, pelatihan, dan organisasi profesi.

Berbagai teknik yang dapat meningkatkan keterampilan guru menerapkan model cooperative learning yang termasuk dalam supervisi kelompok dengan pelatihan, yakni: model komunikasi ekspositori, model komunikasi discoveri, teknik komunikasi kelompok kecil, pembelajaran berprogram, pelatihan dalam industri, teknik simulasi; dan metode studi kasus.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah terungkap bahwa banyak teknik yang dapat digunakan dalam meningkatkan keterampilan guru matematika menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray. Namun dalam penelitian ini


(29)

12

tindakan dibatasi pada pelaksanaan supervisi kelompok dalam bentuk pelatihan berbasis simulasi. Peneliti memilih supervisi kelompok karena subjek yaitu guru-guru matematika mengalami hal yang sama. Teknik simulasi dipilih karena (1) simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi peserta dalam menghadapi situasi yang sebenarnya di kelas; (2) dapat mengembangkan kreatifitas peserta; (3) dapat meningkatkan keberanian dan kepercayaan diri peserta; dan (4) dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta. Penelitian ini dilaksanakan bagi guru matematika se Kecamatan Lolofitu Moi dan Mandrehe Kabupaten Nias Barat didasari karena gejala yang ditemukan ada pada kedua kecamatan tersebut.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah yaitu: “Apakah pelatihan berbasis simulasi dapat meningkatkan keterampilan guru matematika menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray di SMA se kecamatan Lolofitu Moi dan Mandrehe Kabupaten Nias Barat?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pelatihan berbasis simulasi dapat meningkatkan keterampilan guru menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray di SMA se kecamatan Lolofitu Moi dan Mandrehe Kabupaten Nias Barat.


(30)

13

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

1. Secara teoretis, yaitu meningkatkan pemahaman akan ilmu pengetahuan tentang pelaksanaan pelatihan dalam supervisi kelompok dan penerapan model-model pembelajaran.

2. Secara praktis

a. Bagi kepala dinas pendidikan dan pengawas sekolah kabupaten Nias Barat, sebagai masukan tentang pelaksanaan pelatihan dalam rangka meningkatkan keterampilan guru.

b. Bagi kepala SMA se kecamatan Lolofitu Moi dan Mandrehe kabupaten Nias Barat, sebagai masukan dalam rangka mengarahkan guru untuk menguasai keterampilan menerapkan model cooperative learning.

c. Bagi guru-guru matematika SMA Negeri se kecamatan Lolofitu Moi dan Mandrehe Kabupaten Nias Barat, untuk menambah pengetahuan dan keterampilan menerapkan model cooperative learning.

d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk pengembangan penelitian selanjutnya.


(31)

115

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pelatihan berbasis simulasi dapat meningkatkan keterampilan guru matematika menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray di SMA se kecamatan Lolofitu Moi dan Mandrehe Kabupaten Nias Barat.

B. Implikasi

Telah teruji bahwa penerapan pelatihan berbasis simulasi sebagai implementasi supervisi kelompok dapat meningkatkan keterampilan guru matematika menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray. Artinya, jika ingin meningkatkan keterampilan guru matematika dalam menggunakan model cooperative learning tipe two stay two stray, maka dapat diterapkan supervisi kelompok melalui pelatihan berbasis simulasi, sehingga pada gilirannya meningkat pula hasil belajar siswa. Disinilah peran kepala dinas pendidikan dalam menyusun kebijakan untuk meningkatkan keterampilan guru, supervisi kelompok melalui pelatihan berbasis simulasi dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Disamping itu, pengawas pendidikan sebagai pembina guru, melaksanakan tugasnya memprogramkan pelatihan bagi guru dengan metode yang tepat, dimana pelatihan berbasis simulasi bisa menjadi alternatif yang baik dalam melaksanakan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan guru. Selanjutnya, Kepala sekolah dapat memprogramkan pelaksanaan pelatihan di


(32)

116

tingkat sekolah dengan mendatangkan pengawas sekolah sebagai fasilitator atau pihak lain yang sudah menguasai pelaksanaan pelatihan berbasis simulasi ini untuk meningkatkan keterampilan guru menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray di setiap sekolah dapat terlaksana dengan baik

Suksesnya penerapan model cooperative learning tipe two stay two stray, ditentukan oleh terampilnya guru menerapkan model ini dan juga didukung dengan sarana yang dibutuhkan, terutama sumber belajar. Guru yang mengajar di sekolah yang sudah memiliki fasilitas memadai, tentu merasa mudah menerapkan model pembelajaran ini. Fasilitas yang dibutuhkan antara lain buku paket, alat peraga, komputer atau laptop dan proyektor. Penerapan model cooperative learning tipe two stay two stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka seyogianya guru-guru matematika mampu menerapkan model ini di kelas dengan baik.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi, dapat disampaikan beberapa saran kepada beberapa pihak, terutama :

1. Kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Barat, supaya dijadikan sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan tentang upaya peningkatan keterampilan guru matematika dalam menggunakan model cooperative learning tipe two stay two stray, telah teruji melalui penelitian ini dapat ditingkatkan dengan menerapkan supervisi kelompok melalui pelatihan berbasis simulasi.


(33)

117

2. Kepada Pengawas Sekolah, agar supervisi kelompok melalui pelatihan berbasis simulasi dijadikan sebagai alternatif pembinaan guru dalam pelaksanaan tugas kepengawasan.

3. Kepada Kepala Sekolah, agar membina dan menghimbau guru-guru menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray, serta berupaya melengkapi fasilitas pendukung supaya penerapan model ini dapat terlaksana denga baik.

4. Kepada Guru Matematika, agar menggunakan model cooperative learning tipe two stay two stray sebagai variasi model dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.

5. Kepada peneliti lain, agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk pengembangan penelitian selanjutnya.


(34)

118

DAFTAR PUSTAKA

Almiati. 2012. Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray terhadap Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Siswa SMK Negeri 8 Semarang Dalam Materi Integral. Axioma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika. Vol 3 No 1.

Anitah, Sri. dkk. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas. 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Jakarta: Dirjen

PMPTK.

Eggen, Paul. Kauchak, Don. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakart: Indeks.

Fadllan, Andi. 2010. Strategi Peningkatan Keterampilan Calon Gur Dalam Menerapkan Pembelajaran Aktif Melalui Mei (Modelling, Engaging, And Integrating) (Jurnal). IAIN Wali Songo: Jurnal kependidikan dasar. Gregory, G.H. & Chapman, C. 2007. Differentiated Instructionnal Strategies.

California: Corwin Press.

Gordon, Thomas. 1994. Menjadi Pemimpin Efektif: Dasar untuk Manajemen Partisipatif dan Keterlibatan Karyawan. Terjemahan Alex Tri Kantjono Widodo. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Hamalik, Umar. 2007. Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan. Jakarta: Bumi Aksara.

Iriani, dkk. 2012. Upaya Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar PKN Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Number Head Togather Kelas VI-A SMP Negeri 6 Tanjung (Jurnal). Kalimanytan Selatan: Jurnal pendidikan kewarganegaraan.

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif Referensi Guru dalam Menentukan Model Pembelajaran. Medan: Media Persada.

Joyce, Bruce. dkk. 2011. Models of Teaching (Model-Model Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Julirfan. Diana. Irianti, Mitri. 2009. Hasil Belajar psikomotor Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran TPS dan TSTS pada Siswa Kelas X MA Dar El Hikmah Pekan Baru. Jurnal Geliga Sains. Vol 3 No 1.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Konferensi pers Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Hasil Uji Kompetensi Awal (UKA) Guru Tahun 2012. Jakarta.


(35)

119

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional. Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung:.Remaja Rosdakarya.

Muslim, Sri Banun. 2009. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profemsionalisme Guru. Bandung: Alfabeta.

Noer, dkk. 2009. Keterampilan Sosial Siswa dalam Pembelajaran Fisika Melalui Penerapan Model Kooperatif Pendekatan NHT dan TSOS di Kelas X SMA Negeri 12 Pekan Baru (Jurnal). Riau : Jurnal Geliga Sains.

Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.

--- 2005. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Jakarta.

Pidarta, Made. Supervisi Pendidikan Kontekstual. 2009. Jakarta: Rineka Cipta. Prasojo, L. D. & Sudiyono. 2011. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit

Gava Media.

Ramadian, Fitrah. Achmadi. Basri, M. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Two Stay Two Stray terhadap Peningkatan Hasil belajar Siswa SMA. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Vol 2 No 3.

Rahayu, Fajri, Dini. Lestari, Puji. Wulandari, Taat. 2012. Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray sebagai upaya peningkatan keterampilan berdiskusi siswa kelas VIII C mata pelajaran IPS di SMP N 4 Kalasan. Jurnal Universitas Yogyakarta (Jurnal Online) diakses pada tanggal 22 Nopember 2013 dari http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/1022/39/184,

Riding, R. & Rayner, 2007. S. Cognitive Styles and Learning Strategies. New York: Routledge.

Rivai, Veithzal. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Robbins, S. P. 2000. Perilaku Organisasi. Jakarta: Prenhallindo.

Sagala, Syaiful. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

---. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: ALFABETA.

Sahertian, A. Piet. 2010. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.


(36)

120

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Saraswati, Diah, In. Soedjoko, Edi. Susilo, Eko, Bambang. 2012. Penerapan Pembelajaran Two Stay Two Stray Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Minat. Unnes Journal of Mathematics Education. Vol 1 No 1.

Siagian, P., Sondang, 2003, Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.

Singer, Robert N. 1980. Motor Learning and Human Performance: An Application to Motor Skills and Movement Behaviors. Macmillan Pub. New York.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2008. Cooperative learning. Jakarta: Bumi Aksara. Sudjana, H., Nana. 2011. Supervisi Pendidikan Konsep dan Aplikasinya Bagi

Pengawas Sekolah. Bekasi : Bina Mitra Publishing.

---. 2012. Pengawas dan Kepengawasan. Bekasi: Bina Mitra Publishing. Suhartini, Entin. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi

Guru pada Sekolah Menengah Kejuruan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di Kabupaten Indra Mayu (Jurnal). Jakarta: FISIP UI. Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Widiastuti, S. & Muktiani, N. R. 2010. Peningkatan Motivasi dan Keterampilan Menggiring Bola Dalam Pembelajaran Sepakbola Melalui Kucing Tikus Pada Siswa elas 4 SD Glagahombo 2 Tempel. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. Volume 7 Nomor 1. Hlm. 47-59.


(1)

115

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pelatihan berbasis simulasi dapat meningkatkan keterampilan guru matematika menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray di SMA se kecamatan Lolofitu Moi dan Mandrehe Kabupaten Nias Barat.

B. Implikasi

Telah teruji bahwa penerapan pelatihan berbasis simulasi sebagai implementasi supervisi kelompok dapat meningkatkan keterampilan guru matematika menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray. Artinya, jika ingin meningkatkan keterampilan guru matematika dalam menggunakan model cooperative learning tipe two stay two stray, maka dapat diterapkan supervisi kelompok melalui pelatihan berbasis simulasi, sehingga pada gilirannya meningkat pula hasil belajar siswa. Disinilah peran kepala dinas pendidikan dalam menyusun kebijakan untuk meningkatkan keterampilan guru, supervisi kelompok melalui pelatihan berbasis simulasi dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Disamping itu, pengawas pendidikan sebagai pembina guru, melaksanakan tugasnya memprogramkan pelatihan bagi guru dengan metode yang tepat, dimana pelatihan berbasis simulasi bisa menjadi alternatif yang baik dalam melaksanakan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan guru. Selanjutnya, Kepala sekolah dapat memprogramkan pelaksanaan pelatihan di


(2)

tingkat sekolah dengan mendatangkan pengawas sekolah sebagai fasilitator atau pihak lain yang sudah menguasai pelaksanaan pelatihan berbasis simulasi ini untuk meningkatkan keterampilan guru menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray di setiap sekolah dapat terlaksana dengan baik

Suksesnya penerapan model cooperative learning tipe two stay two stray, ditentukan oleh terampilnya guru menerapkan model ini dan juga didukung dengan sarana yang dibutuhkan, terutama sumber belajar. Guru yang mengajar di sekolah yang sudah memiliki fasilitas memadai, tentu merasa mudah menerapkan model pembelajaran ini. Fasilitas yang dibutuhkan antara lain buku paket, alat peraga, komputer atau laptop dan proyektor. Penerapan model cooperative

learning tipe two stay two stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka

seyogianya guru-guru matematika mampu menerapkan model ini di kelas dengan baik.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi, dapat disampaikan beberapa saran kepada beberapa pihak, terutama :

1. Kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Barat, supaya dijadikan sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan tentang upaya peningkatan keterampilan guru matematika dalam menggunakan model cooperative learning tipe two stay two stray, telah teruji melalui penelitian ini dapat ditingkatkan dengan menerapkan supervisi kelompok melalui pelatihan berbasis simulasi.


(3)

2. Kepada Pengawas Sekolah, agar supervisi kelompok melalui pelatihan berbasis simulasi dijadikan sebagai alternatif pembinaan guru dalam pelaksanaan tugas kepengawasan.

3. Kepada Kepala Sekolah, agar membina dan menghimbau guru-guru menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray, serta berupaya melengkapi fasilitas pendukung supaya penerapan model ini dapat terlaksana denga baik.

4. Kepada Guru Matematika, agar menggunakan model cooperative learning tipe

two stay two stray sebagai variasi model dalam melaksanakan pembelajaran di

kelas.

5. Kepada peneliti lain, agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk pengembangan penelitian selanjutnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Almiati. 2012. Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray

terhadap Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Siswa SMK Negeri 8 Semarang Dalam Materi Integral. Axioma Jurnal Matematika

dan Pendidikan Matematika. Vol 3 No 1.

Anitah, Sri. dkk. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas. 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Jakarta: Dirjen

PMPTK.

Eggen, Paul. Kauchak, Don. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakart: Indeks.

Fadllan, Andi. 2010. Strategi Peningkatan Keterampilan Calon Gur Dalam

Menerapkan Pembelajaran Aktif Melalui Mei (Modelling, Engaging, And Integrating) (Jurnal). IAIN Wali Songo: Jurnal kependidikan dasar.

Gregory, G.H. & Chapman, C. 2007. Differentiated Instructionnal Strategies. California: Corwin Press.

Gordon, Thomas. 1994. Menjadi Pemimpin Efektif: Dasar untuk Manajemen

Partisipatif dan Keterlibatan Karyawan. Terjemahan Alex Tri Kantjono

Widodo. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Hamalik, Umar. 2007. Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan. Jakarta: Bumi Aksara.

Iriani, dkk. 2012. Upaya Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar PKN

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Number Head Togather Kelas VI-A SMP Negeri 6 Tanjung (Jurnal). Kalimanytan

Selatan: Jurnal pendidikan kewarganegaraan.

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif Referensi Guru dalam

Menentukan Model Pembelajaran. Medan: Media Persada.

Joyce, Bruce. dkk. 2011. Models of Teaching (Model-Model Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Julirfan. Diana. Irianti, Mitri. 2009. Hasil Belajar psikomotor Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran TPS dan TSTS pada Siswa Kelas X MA Dar El Hikmah Pekan Baru. Jurnal Geliga Sains. Vol 3 No 1.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Konferensi pers Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan, Hasil Uji Kompetensi Awal (UKA) Guru Tahun 2012. Jakarta.


(5)

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional. Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Bandung:.Remaja Rosdakarya.

Muslim, Sri Banun. 2009. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas

Profemsionalisme Guru. Bandung: Alfabeta.

Noer, dkk. 2009. Keterampilan Sosial Siswa dalam Pembelajaran Fisika Melalui

Penerapan Model Kooperatif Pendekatan NHT dan TSOS di Kelas X SMA Negeri 12 Pekan Baru (Jurnal). Riau : Jurnal Geliga Sains.

Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No.

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.

--- 2005. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen, Jakarta.

Pidarta, Made. Supervisi Pendidikan Kontekstual. 2009. Jakarta: Rineka Cipta. Prasojo, L. D. & Sudiyono. 2011. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit

Gava Media.

Ramadian, Fitrah. Achmadi. Basri, M. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Two

Stay Two Stray terhadap Peningkatan Hasil belajar Siswa SMA. Jurnal

Pendidikan dan Pembelajaran. Vol 2 No 3.

Rahayu, Fajri, Dini. Lestari, Puji. Wulandari, Taat. 2012. Penerapan model

pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray sebagai upaya peningkatan keterampilan berdiskusi siswa kelas VIII C mata pelajaran IPS di SMP N 4 Kalasan. Jurnal Universitas Yogyakarta (Jurnal Online)

diakses pada tanggal 22 Nopember 2013 dari http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/1022/39/184,

Riding, R. & Rayner, 2007. S. Cognitive Styles and Learning Strategies. New York: Routledge.

Rivai, Veithzal. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Robbins, S. P. 2000. Perilaku Organisasi. Jakarta: Prenhallindo.

Sagala, Syaiful. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

---. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: ALFABETA.

Sahertian, A. Piet. 2010. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam


(6)

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Saraswati, Diah, In. Soedjoko, Edi. Susilo, Eko, Bambang. 2012. Penerapan

Pembelajaran Two Stay Two Stray Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Minat. Unnes Journal of Mathematics Education. Vol 1 No 1.

Siagian, P., Sondang, 2003, Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.

Singer, Robert N. 1980. Motor Learning and Human Performance: An

Application to Motor Skills and Movement Behaviors. Macmillan Pub.

New York.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2008. Cooperative learning. Jakarta: Bumi Aksara. Sudjana, H., Nana. 2011. Supervisi Pendidikan Konsep dan Aplikasinya Bagi

Pengawas Sekolah. Bekasi : Bina Mitra Publishing.

---. 2012. Pengawas dan Kepengawasan. Bekasi: Bina Mitra Publishing. Suhartini, Entin. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi

Guru pada Sekolah Menengah Kejuruan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di Kabupaten Indra Mayu (Jurnal). Jakarta: FISIP UI.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Widiastuti, S. & Muktiani, N. R. 2010. Peningkatan Motivasi dan Keterampilan

Menggiring Bola Dalam Pembelajaran Sepakbola Melalui Kucing Tikus Pada Siswa elas 4 SD Glagahombo 2 Tempel. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. Volume 7 Nomor 1. Hlm. 47-59.