perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

Ichsanul Ferdiansyah

NIM 109016100064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Ichsanul Ferdiansyah, Perbedaan Hasil Belajar Peserta Didik Menggunakan Pendekatan STS, SETS, dan STEM pada Pembelajaran Konsep Virus.

Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan STS, SETS dan STEM pada pembelajaran konsep virus. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah quasi eksperimen dengan rancangan penelitian pretest-posttest control group design. Populasinya adalah siswa kelas X IPA SMAN 1 Petir tahun ajaran 2014/2015. Sampel diambil dari tiga kelas dengan teknik Cluster random sampling. Pengambilan data menggunakan instrumen berupa tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa ada perbedaan nilai rata-rata pembelajaran STS 80,31, SETS 84,28, STEM 79,36 dan uji anava satu jalur pada data postest,nilai Fhitung yaitu 4,93 lebih dari Ftabel yaitu 0,05. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah

terdapat perbedaan hasil belajar siswa menggunakan pendekatan STS, SETS dan STEM pada konsep Virus.


(6)

ABSTRACT

Ichsanul Ferdiansyah, Difference Learning Outcomes of Students Using STS approach, SETS, and the STEM Learning Concept Virus. Thesis, Department of Biology Education, Education Department of Natural Sciences, Faculty of Science of Tarbiyah and Teaching, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

This study aims to determine differences in learning outcomes of students using STS approach, SETS and STEM learning concept virus. The method used in this research is quasi-experimental research design with pretest-posttest control group design. The population is students of class X SMAN 1 Lightning IPA 2014/2015 school year. Samples were taken from three classes with cluster random sampling technique. Retrieving data using instruments such as achievement test multiple choice. Results of the study revealed that there are differences in the average value of learning STS 80.31, SETS 84.28, 79.36 STEM ANOVA test and posttest one lane on the data, the value of F is 4.93 over Ftable is 0.05. The conclusion of this study is there a difference in student learning outcomes using STS approach, SETS and STEM on the concept Virus.


(7)

dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi pada Fakultas Imu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kemampuan dan Pengetahuan Penulis disadari sepenuhnya bahwa sangat terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan, pelajaran, dan kepercayaan yang pernah diberikan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

3. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd selaku pembimbing I dan Yuke Mardiati, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu, bimbingan, arahan, motivasi, dan semangat dalam membimbing penulis selama ini. Terlepas dari segala perbaikan dan kebaikan yang diberikan, semoga Ibu selalu dalam kemuliaan-Nya.

5. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd selaku pembimbing akademik, seluruh Dosen dan Staff Jurusan Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.


(8)

6. Pimpinan dan Staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.

7. Keluarga besar SMA Negeri 1 Petir, Bapak Tatang, M.Pd selaku kepala sekolah, Ibu Diah anidah S.Pd selaku guru Biologi dan seluruh dewan guru serta siswa siswi SMA Negeri 1 Petir khususnya kelas X-1, X-4, dan X-5

8. Keluarga yang tak henti-hentinya mendoakan, mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita.

Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat memohon dan berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan dan doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat. Amin yaa robbal’alamin.

Penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada untuk menyusun karya tulis ini dengan sebaik-baiknya, adanya kritik dan saran dari pembaca akan penulis terima dengan hati terbuka. Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya.

Jakarta, 08 Mei 2015


(9)

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian... 6

F. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis... 8

1. Pengertian, Tujuan dan Langkah Pendekatan STS... 8

2. Pengertian Pendekatan SETS... 13

a. Konsep Pendekatan SETS... 13

b. Tujuan dan Karakteristik Pendekatan SETS... 14

c. Penerapan pendekatan SETS... 15

3. Pengertian STEM... 19

a. Tujuan STEM... 20

b. Langkah – langkah STEM... 20

4. Perbandingan STS, SETS, dan STEM... 22

5. Pengertian Evaluasi Belajar... 23

6. Cara Evaluasi Proses Belajar ... 26


(10)

B. Hasil Penelitian yang Relevan... 32

C. Kerangka Berfikir... 33

D. Hipotesis Penelitian... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian... 35

B. Metode Penelitian... 35

C. Variabel Penelitian... 36

D. Populasi dan Sampel Penelitian... 36

E. Teknik Pengumpulan Data... 37

F. Instrumen Penelitian... 38

1. 1. Uji Validitas... 40

2. 2. Uji Reabilitas... 40

3. 3. Taraf Kesukaran... 41

4. 4. Daya Beda... 41

5. 5. Pengecoh... 42

G. 6. Teknik Analisa Data... 42

7. 1. Pengujian Prasyarat Penelitian... 42

8. a. Uji Normalitas... 42

9. b. Uji Homogenitas... 43

2. N - Gain... 44

3. Analisis Variansi (ANAVA) ... 44

4. Uji Lanjutan dengan Uji Dunnet... 46

H. Hipotesis Statistik... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47

1. Data Pretest dan Posttest Kelas STS, SETS, STEM... 47

2. N-Gain... 49


(11)

3. Pengujian Hipotesis dengan Anava Satu Jalur... 52 4. Uji Lanjutan dengan Uji Dunnet... 53 C. Pembahasan dan Temuan Penelitian... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 60 B. Saran... 60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tahapan pendekatan SETS... 13

Tabel 2.2 Perbedaan tahapan STS, SETS, dan STEM... 16

Tabel 3.1 Desain penelitian... 35

Tabel 3.2 Kisi –kisi penulisan instrumen tes objektif... 39

Tabel 4.1 Hasil pretest dan posttest kelas eksperimen STS, SETS, STEM... 47

Tabel 4.2 Rekapitulasi data pretest dan posttest per indikator... 49

Tabel 4.3 Rekapitulasi nilai rata-rata N-Gain berdasarkan pretest dan posttest.. 49

Tabel 4.4 Presentasi hasil perhitungan lembar observasi... 50

Tabel 4.5 Hasil uji normalitas dengan uji Chi Square... 51

Tabel 4.6 Hasil uji homogenitas dengan uji Barlett... 52

Tabel 4.7 Pengujian hipotesis dengan anava satu jalur pretest... 52

Tabel 4.8 Pengujian hipotesis dengan anava satu jalur pretest... 53


(13)

Gambar 2.1 Tahapan pendekatan STS... 10

Gambar 2.2 Metode Siklus SETS... 18


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 61

Lampiran 2. Lembar Kegiatan Siswa... 95

Lampiran 3. Kisi-kisi Instrumen Test... 121

Lampiran 4. Rekap Data Hasil Uji Coba Instrumen... 142

Lampiran 5. Soal Instrumen Test Konsep Virus... 152

Lampiran 6. Nilai Perindikator Test Konsep Virus... 159

Lampiran 7. Nilai N-Gain... . 162

Lampiran 8. Dristribusi Frekuensi Pretest dan Posttest... 165

Lampiran 9. Uji Normalitas Pretest dan Posttest... 177

Lampiran 10. Uji Homogenitas Pretest dan Posttest... 183

Lampiran 11. Tabel Anava 1 Jalur Pretest dan Posttest... 185

Lampiran 12. Uji Hipotesis Pretest dan Posttest... 187

Lampiran 13. Uji Dunnet... ... 191


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup.1 Dan merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.2

Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi antara guru dan siswa. Diantara keduanya terdapat hubungan atau komunikasi interaksi. Pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang belajar. Maka guru adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik. Anak didik adalah orang yang digiring ke dalam lingkungan belajar yang telah diciptakan oleh guru.3

Perkembangan dalam dunia pendidikan membawa pengertian pengajaran kedalam makna yang lebih luas yaitu pembelajaran, pembelajaran adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi serta berbagai strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran.4

1

Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 4 2

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1995), hal. 10. 3

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2010), h. 114 4


(16)

2

Pembelajaran juga diartikan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.5 Pembelajaran didefinisikan dengan berbagai cara, tetapi pembelajaran lebih merupakan proses yang menghasilkan perubahan kapasitas mental, keterampilan motorik, kesejahteraan emosi, motivasi, keterampilan sosial, sikap, dan struktur kognisi berkelanjutan.6

Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.7

Pembelajaran sains bukan hanya untuk memahami konsep – konsep ilmiah dan aplikasinya dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai. Pembelajaran sains seharusnya bukan saja berguna bagi anak dalam kehidupannya, malainkan juga untuk perkembangan suatu masyarakat dan kehidupannya yang akan datang.8

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran sains mengaitkan antara konsep ilmiah dan aplikasinya dalam masyarakat, serta perkembangan berbagai nilai di dalamnya adalah pendekatan sains teknologi masyarakat. Istilah sains

teknologi masyarakat diterjemahkan dari bahasa inggris “science technology

society “(STS).9 STS mengkaitkan antara sains sebagai sebuah konsep dengan

teknologi dalam aplikasinya dan mengembangkannya menjadi suatu nilai dalam masyarakat.

Pendekatan STS ini masih dirasa kurang dalam pembelajaran, karena belum lengkap mengenai unsur isu-isu sosial, lingkungan dan teknologi di masyarakat. Misalnya, pada kasus impor sampah bahan-bahan berbahaya, penggunaan bahan

5

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2009) h. 7

6

Hellen ward, Pengajaran Sains berdasarkan Cara Kerja Otak, ( Jakarta : Indeks, 2010) h.17 7

Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains (lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009) h.46

8

Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (Jakarta : Indeks, 2011) h.8 9


(17)

kimia berlebihan pada makanan. Hal ini menimbulkan persoalan sosial dan lingkungan sebagai dampak perkembangan aplikasi sains, maka menjadi tanggungjawab moral guru mata pelajaran IPA untuk lebih menerapkan pendekatan yang cocok dalam pembelajaran ipa untuk melatih daya nalar peserta didik tentang dampak-dampak tersebut. karena itu muncul istilah SETS sebagai salah satu pendekatan yang mengangkat permasalahan dunia nyata yang ditemui siswa di masyarakat yang berdampak pada lingkungan. Pendekatan SETS merupakan suatu pendekatan yang menggabungkan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Pendekatan SETS merupakan perkembangan dari STS, tetapi penerapan pendekatan SETS dalam proses pembelajaran sangat memperhatikan isu – isu sosial yang ada di masyarakat yang dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi. Sehingga guru dapat menerapkan pendekatan SETS ke dalam

pembelajaran dan mengaitkannya dengan konsep-konsep sains yang ada.10 Pendekatan SETS pada kurikulum 2006 dikenal dengan salingtemas,

pendekatan Salingtemas memadukan dua pemikiran yaitu pendekatan Sains, Teknologi Masyarakat (STM) dan Pendidikan Lingkungan Hidup. Pendekatan salingtemas ini merupakan cara pembelajaran bersifat terpadu yang melibatkan unsur sains, teknologi, lingkungan, dan masyarakat. Perpaduan dengan EE

(Environment Education) memberi filosofi baru didalamnya, dengan pendekatan

ini peserta didik dikondisikan agar mau dan mampu mengetahui, memahami prinsip sains untuk menghasilkan karya teknologi (sederhana atau yang lebih rumit tergantung jenjang pendidikannya) disertai dengan pemikiran untuk mengurangi atau mencegah kemungkinan dampak negatif yang mungkin timbul dari munculnya suatu produk teknologi terhadap lingkungan dan masyarakat.11

Pembelajaran yang menggunakan visi dan pendekatan SETS memandang kurikulum dalam konteks interdisiplin dengan perspektif personal dan sosial. Selain itu, pembelajaran dengan visi dan pendekatan ini berupaya membangun pengetahuan, keterampilan, dan kualitas yang efektif agar dapat bertindak secara

10

Pusat Kurikulum Balitbang Diknas, Kurikulum Visi SETS, Model Kurikulum Pendidikan yang

menerapkan Visi SETS (Jakarta : Depdiknas, 2007), onine, (

Litbang.kemendikbud.go.id/model-kurikulum-satuan-pendidikan, diakses 07 Mei 2015, 17:30) hal.2 11


(18)

4

bertanggung jawab dalam mengambil keputusan atas isu-isu sains dan teknologi. Salingtemas ini membawa pemikiran para peserta didik tentang keberadaan keempat unsur Salingtemas (SETS) serta berbagai implikasi yang terkandung atau

tercakup di dalamnya ketika mereka “melihat” sesuatu. Dari hal itu diharapkan

peserta didik dapat menghasilkan pemikiran atau gagasan baru (inovatif) yang

dapat dihasilkan dari hasil “penglihatan” sesuai dengan kemampuan mereka di

jenjang usia atau jenjang pendidikan yang mereka lewati dengan memadukan berbagai macam pengalaman hidup mereka.12

Perkembangan dalam dunia pembelajaran menciptakan dan meningkatkan pendekatan yang mengikuti perkembangan IPTEK, dari kedua pendekatan yang sudah diketahui baik SETS dan STS, sekarang muncul pendekatan STEM yang merupakan singkatan dari science, technology, Engineering dan Mathematics. Pendidikan STEM merupakan pengintegrasian konsep bentuk teknologi atau kejurusam ke dalam pengajaran dan pembelajaran sains.13 Dengan pendekatan STEM pembelajaran difokuskan pada dunia nyata, masalah otentik, siswa belajar untuk merefleksikan pemecahan proses.14

Pengertian tentang STEM menunjukan bahwa pendekatan ini merupakan proses pembelajaran yang baru dalam dunia pendidikan. STEM juga telah menjadi topik utama diskusi dan perencanaan di Amerika serikat dalam beberapa tahun terakhir, karena daya saing negara tergantung pada program pendidikan yang kuat yang mempersiapkan para ilmuwan dan insinyur yang inovatif yang akan memberikan inovasi penting untuk ekonomi yang berkembang di era teknologi ini. 15

Pengertian tentang pendekatan STS, SETS, dan STEM merujuk kepada pengertian sains yang terintegrasi dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Adapun pendekatan STEM lebih memiliki keunggulan diantara keduanya, karena

12

Ibid, h. 2 13

Lilia halim, Mencetus semula minat terhadap sains dan matematik melalui pendidikan STEM, materi presentasi pada kolokium pendidikan sains dan matematik, UM 12-13 September 2012. 14

Diana laboy rush, Integrated STEM Education Through Project-Based Learning, h.2, tersedia online di learnin3.com.

15

Randy Kohler dkk, STEM Education in Southwestern Pennsylvania, Raport of a project to identify the missing components,Washington 2008. h.2


(19)

Pendidikan STEM adalah sebuah pendekatan untuk pengajaran dan pembelajaran yang mengintegrasikan konten dan keterampilan ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, dan matematika.16

Penelitian tentang perbedaan STS dengan pendekatan konvensional dan masih banyak lagi penelitian yang terintegrasi oleh STS khususnya di Indonesia. Peneltian tentang SETS juga sudah banyak, salah satunya pengaruh SETS terhadap hasil belajar, namun untuk STEM masih relatif jarang di Indonesia karena pendekatan STEM masih terlihat baru dan terus berkembangan,terlihat dalam akronim STEM kontemporer yang berasal dari tahun 1990-an di National Science Foundation (NSF) sebagai akronim untuk ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, dan matematika.17 Dengan perkembangannya, STEM manarik para peneliti lain untuk mengintegrasikannya, salah satu penelitian STEM adalah Integrasi STEM dengan Project-Based Learning dan memiliki beberapa keunggulan dalam hasilnya.

Dari ketiga pendekatan pembelajaran diatas, penulis tertarik untuk membandingkan terhadap hasil belajar siswa, dengan melakukan penelitian yang berjudul “ Perbedaan Hasil Belajar Peserta Didik Menggunakan Pendekatan STS, SETS, dan STEM pada Pembelajaran Konsep Virus”

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Masalah – masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Pendekatan dan model pembelajaran STS dan SETS sudah banyak diterapkan

dalam kurikulum, tetapi tidak digunakan oleh guru-guru.

2. Efektifitas pendekatan STS, SETS, dan STEM pada pembelajaran belum ada yang meneliti.

3. Kemampuan dasar guru dalam mengajar sangat minim.

16

The Maryland Board of Education, Draft April 2012 Jurnal, tersedia online

www.marylandpublicschools.org/MarylandStateSTEMStandardsofPractice_.pdf, diakses pada

14/03/2015 , 10:06 h.1 17


(20)

6

4. Siswa tidak dapat mengaplikasikan konsep pembelajaran.

5. Pendekatan dan model pembelajaran yang digunakan cenderung tidak bervariasi.

C. PEMBATASAN MASALAH

Peneliti membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Petir Semester 1 Tahun Ajaran 2014/2015.

2. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah Pendekatan STS, SETS,

dan STEM.

3. Penelitian ini terbatas pada hasil belajar siswa tingkat kognitif. 4. Konsep materi yang digunakan adalah konsep virus.

D. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar

menggunakan pendekatan pembelajaran SETS, STEM, dan STS dalam pembelajaran biologi?”

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan pendekatan pembelajaran SETS, STEM, dan STS dalam pembelajaran konsep virus.

F. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini, diantaranya : 1. Bagi peneliti

Memberikan informasi mengenai pengaruh pendekatan yang dapat dijadikan rujukan untuk penelitian lebih lanjut, selain itu agar dapat mengetahui keunggulan pendekatan STS,SETS, dan STEM, serta dapat


(21)

menciptakan pembelajaran aktif, dinamis, dan optimal. 2. Bagi guru :

Memberikan pendekatan pembelajaran alternatif dan dapat mengaitkan strategi pembelajaran dalam menyampaikan materi kepada peserta didik, sehingga meningkatkan hasil belajar yang maksimal.

3. Bagi siswa:

Memberikan pengalaman dan semangat dalam belajar, serta lebih mampu memecahkan masalah yang muncul.


(22)

BAB II

KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis

1. Pengertian, Tujuan dan Langkah Pendekatan Science Technology, and Society (STS)

Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) yang diterjemahkan dari akronim bahasa Inggris STS “Science-Technology-Society” adalah salah satu pendekatan yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran dalam konteks masyarakat. Pembelajaran sains teknologi society berarti menggunakan teknologi sebagai penghubung antara sains dan masyarakat.17 Pembaharuan ini mula-mula terjadi di Inggris dan Amerika. Kini pembaharuan pendidikan IPA sudah merebak ke negara-negara lain. Pendekatan STM dalam pendidikan IPA diyakini oleh pakar-pakar di Amerika sebagai pendekatan yang tepat, sebab pendekatan ini berusaha untuk menjembatani materi di dalam kelas dengan situasi dunia nyata di luar kelas yang menyangkut perkembangan teknologi dan situasi sosial kemasyarakatan. Hal ini menggambarkan bahwa pendekatan STM dijalankan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi masa depannya. Pendekatan ini menuntut agar peserta didik diikutsertakan dalam penentuan tujuan, perencanaan, pelaksanaan, cara mendapatkan informasi, dan evaluasi pembelajaran. Sedangkan isu-isu dalam masyarakat yang ada kaitannya dengan sains dan teknologi, digunakan sebagai penata (organizer) dalam pendekatan STM.

Science, Technology, Society (STS) bertujuan agar para peserta didik

harus mempunyai bekal pengetahuan untuk mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat dan mengambil tindakan dengan keputusan yang diambilnya, selain itu peserta didik mampu menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran di dalam kelas, mampu

17


(23)

menggunakan berbagai jalan perspektif untuk menyikapi berbagai isu atau situasi yang berkembang di masyarakat berdasarkan pandangan ilmiah, dan mampu menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki tanggung jawab sosial.

Pendekatan Sains Teknologi masyarakat (STM) dilandasi oleh tiga hal penting, yaitu18 : Adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi, lingkungan, dan masyarakat. Proses belajar menganut pandangan kontruktivisme, yang pada pokoknya menggambarkan bahwa siswa membentuk atau membangun pengetahuan melalui interaksinya dengan lingkungan. Dalam pengajarannya terkandung lima ranah, yang terdiri atas ranah pengetahuan, ranah sikap, ranah proses sains, ranah kreatifitas, dan ranah hubungan dan aplikasi.

Pendekatan Sains Teknologi masyarakat (STM) memiliki karakteristik diantaranya : mengidentifikasi masalah (oleh siswa) di dalam masyarakat yang mempunyai dampak negatif, menggunakan masalah yang ada di dalam masyarakat yang ditemukan siswa yang ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan sebagai wahana untuk menyampaikan pokok bahasan, mengikutsertakan siswa untuk mencari informasi ilmiah maupun informasi teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata yang diangkat dari kehidupan sehari-hari, meningkatkan kesadaran siswa akan dampak ilmu pengetahuan dan teknologi, memperluas wawasan siswa mengenai ilmu pengetahuan lebih dari sesuatu yang perlu dikuasai untuk lulus ujian atau tes semata, memperkenalkan.19

Pendidikan sains dengan menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat adalah suatu bentuk pengajaran yang ridak hanya menekankan pada penguasaan konsep-konsep sains saja tetapi juga menekankan pada peran sains dan teknologi di dalam berbagai kehidupan masyarakat dan menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial terhadap dampak sains dan teknologi yang terjadi di masyarakat. Belajar IPA melalui isu-isu sosial di

18

Zulfiani,Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta : Lembaga

Penelitian UIN Jakarta,2009) h.126 19


(24)

10

masyarakat yang ada kaitannya dengan IPA dan teknologi dirasakan lebih dekat dan dirasakan lebih mempunyai arti bila dibandingkan dengan konsep-konsep dan teori IPA itu sendiri.

Tahapan yang dapat dilakukan oleh guru dengan peserta didik dalam pembelajaran menggunakan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM), yaitu: tahap apersepsi, tahap pembentukan konsep, tahap aplikasi konsep, tahap pemantapan konsep, tahap evaluasi. Tahapan pendekatan STS dalam pembelajaran secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut: 20

Gambar 2.1 Tahapan Pendekatan STS

20

Poedjiadi, op. cit , h.126.

Pendahuluan :

Inisiasi/invitasi/persepsi/eksplorasi terhadap siswa

Pembentukan/ Pengembangan Konsep

Aplikasai Konsep dalam Kehidupan : Penyelesaian Masalah atau Analisis

Isu

Pematapan Konsep


(25)

1) Pendahuluan

Tahap ini membedakan STS dengan pendekatan pembelajaran yang lainnya. Pada tahap ini dikemukakan isu atau masalah yang ada di masyarakat. Siswa diharapkan dapat menggali masalah sendiri. Jika guru tidak mendapatkan tanggapan dari siswa maka masalah dapat saja dikemukakan oleh guru. Guru memfasilitasi siswa untuk lebih mendalami permasalahan. Dalam tahap ini guru melakukan apersepsi berdasarkan kenyataan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru dapat juga melakukan eksplorasi melalui pemberian tugas untuk melakukan kegiatan di luar kelas secara berkelompok. Pengungkapan masalah pada awal pembelajaran memungkinkan siswa mengkonstruksi pengetahuannya sejak awal. Selanjutnya konstruksi pengetahuan ini akan terus dibangun dan dikokohkan pada tahap pembentukan dan pemantapan konsep.

2) Pembentukan konsep

Guru dapat melakukan berbagai metode pembelajaran misalnya demonstrasi, diskusi, bermain peran, dan sebagainya pada tahap pembentukan konsep. Pendekatan STS juga memungkinkan diterapkannya berbagai pendekatan seperti pendekatan keterampilan proses, pendekatan sejarah, pendekatan kecakapan hidup, dan pendekatan lainnya. Selama melakukan berbagai aktivitas pada tahap pembentukan konsep, siswa diharapkan mengalami perubahan konsep menuju arah yang benar sampai pada akhirnya konsep yang dimiliki sesuai dengan konsep para ilmuwan. Pada akhir tahap pembentukan konsep, siswa telah dapat memahami apakah analisis terhadap masalah yang disampaikan di awal pembelajaran telah sesuai dengan konsep para ilmuwan.

3) Aplikasi Konsep

Berbekal pemahaman konsep yang benar siswa diharapkan dapat menganalis konsep dan menemukan penyelesaian masalah yang benar. Konsep-konsep yang telah dipahami siswa dapat menggunakan produk teknologi listrik dengan benar karena menyadari bahwa produk-produk listrik tersebut berpotensi menimbulkan kebakaran atau bahaya yang lain, misalnya bahaya


(26)

12

akibat terjadinya hubungan arus pendek. Contoh yang lain, siswa menjadi hemat dalam menggunakan berbagai sumber energi di kehidupan sehari-hari setelah mengetahui terbatasnya energi saat ini.

4) Pemantapan konsep

Guru melakukan pelurusan terhadap konsepsi siswa yang keliru pada tahap pemantapan konsep. Pemantapan konsep ini penting untuk dilakukan mengingat sangat besar kemungkinan guru tidak menyadari adanya kesalahan konsepsi pada tahap pembelajran sebelumnya. Pemantapan konsep penting sebab mempengaruhi retensi materi siswa.

5) Penilaian

Kegiatan penilaian dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan belajar dan hasil belajar yang telah diperoleh siswa. Berbagai kegiatan penilaian dapat dilakukan mengingat beragamnya hasil belajar yang diperoleh siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan STS.

Tahapan pendekatan STS dapat dilihat pada Tabel 2.121

Tabel 2.1 Tahapan Pendekatan STS

21

Zulfiani, op.cit., h.129.

Tahap Keterangan

Invitasi - Guru mengajak siswa untuk

mengungkapkan hal yang ingin diketahui dari fenomena alam yang terkait dengan isu sosial.

- Siswa dibangkitkan untuk mengajukan pertanyaan.

- Guru memformulasikan persepsi siswa dengan tujuan pembelajaran

Eksplorasi dan Pembentukan Konsep

Awal

- Guru memfasilitasi siswa untuk

melakukan aktivitas dalam memecahkan masalah.


(27)

2. Pendekatan Science, Environment, Technology, and Society (SETS)

a. Konsep Pendekatan SETS

Para pendidik atau praktisi pendidik mengemukakan, yakni Science,

Technology, Society (STS) yang diterjemahkan Sains Teknologi Masyarakat,

Scienc, Environment, Technology (SET) dan Science, Environment, Technology,

and Society (SETS) yang disingkat dengan Salingtemas yang pada intinya

sebenarnya sama saja, karena istilah sains, teknologi, masyarakat (STM) yang dipentingkan adalah kaitan antara sains dan teknologi serta manfaatnya bagi masyarakat. Sedangkan istilah lingkungan pasti terkait dalam istilah tersebut, tetapi yang merasakan dampak teknologi terhadap lingkungan adalah manusia atau masyarakat.22

Istilah Sains Teknologi Masyarakat diterjemahkan dari bahasa inggris

Science, Technology, Society (STS)”, yaitu pada awalnya dikemukakan oleh

John Ziman dalam bukunya Teaching and Learning about Science and Society. Pembelajaran Science Technology Society berarti menggunkan teknologi sebagai penghubung antara sains dan masyarakat.23

Pendekatan SETS adalah pendekatan pembelajaran yang menerapkan konsep belajar yang mengaitkan materi yang diajarkan oleh guru dengan situasi dunia

22

Poedjiadi. op. cit. h.115 23

Ibid., h. 99.

- Siswa diajak berpendapat, mencari

informasi, bereksperimen, mengobservasi, mengumpulkan dan menganalisis data, hingga merumuskan kesimpulan. Pemantapan Konsep

dan Aplikasi

- Peran guru dominan, guru mengelaborasi hasil kegiatan siswa.

- Mengkomunikasikan informasi, ide, konsep, dan penjelasan baru,


(28)

14

nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 24

Keterkaitan antar unsur SETS dan STS itu menandai bahwa masing-masing unsur itu saling mempengaruhi dalam proses perkembangannya masing-masing. Kesalingketerkaitan antar unsur SETS dapat dijelaskan pada perkembangan teknologi dan perkembangan sains sejak abad ke – 17 hingga sekarang menunjukan bahwa teknologi merupakan pemicu perembangan sains, dan begitu pula perkembangan sains berdampak terciptanya kemajuan teknologi. Kaitan antara teknologi dengan masyarakat yakni teknologi lahir oleh adanya kebutuhan masyarakat. Sedangkan kaitan antara sains dengan masyarakat merupakan komponen yang dapat membantu meningkatkan kesiapan pengetahuan masyarakat tentang produk teknologi. Dapat disimpulkan bahwa sains yang telah dipahami peranannya dalam kehidupan masyarakat mampu meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya.25

Beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, dapat dikatakan bahwa pendekatan SETS merupakan suatu pembelajaran yang mengangkat permasalahan dunia nyata yang ditemui siswa di masyarakat yang berdampak pada lingkungan ke dalam pembelajaran dan mengaitkannya dengan konsep-konsep sains yang ada. b. Tujuan dan Karakteristik Pendekatan SETS

Tujuan utama pendidikan dengan pendekatan dengan pendekatan SETS adalah mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara dan warga masyarakat yang memiliki suatu kemampuan dan kesadaran untuk menyelidiki, menganalisis, memahami dan menerapkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip serta proses sains dan teknologi pada situasi nyata, melakukan perubahan, bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan dan tindakannya, mempersiapkan peserta didik untuk menggunakan sains bagi pengembangan hidup, mengikuti perkembangan dunia teknologi.

Pembelajaran bervisi dan berpendekatan SETS memiliki sejumlah ciri atau karakteristik yang perlu dipahami di dalam penerapan pembelajaran, sesuai

24

Zulfiani, op.cit, h.125 25


(29)

dengan fokus pembelajarannya pada saat itu diantaranya : tetap memberi pengajaran dan pembelajaran sains, peserta didik dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke bentuk teknologi, peserta didik dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat.

c. Penerapan Pendekatan SETS

Berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan pembelajaran dengan menerapkan visi SETS menjanjikan kualitas pembelajaran yang lebih baik, tetapi pembelajaran bervisi SETS juga mengandung beberapa resiko. Model ini disusun untuk mengoptimalkan hasil pembelajaran bervisi SETS dan meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.

Salah satu alternatif pembelajaran bervisi SETS secara garis besar mengikuti tahap-tahap pelaksanaan sebagai berikut :26

1. Inisiasi : pendahuluan pembelajaran SETS dengan mengangkat dan mendiskusikan isu atau masalah. Pada tahap ini, guru mengangkat isu atau masalah yang ada dalam kehidupan peserta didik sehari-hari, atau yang hangat di media (koran, TV, dan lain-lain). Isu atau masalah yang diangkat dapat berasal dari peserta didik. Setelah pemilihan isu, dilakukan penggalian cara pandang dan pemahaman peserta didik terhadap isu atau masalah tersebut. Untuk melangkah ke tahap berikut, guru bersama-sama peserta didik merumuskan masalah, atau menegaskan batas-batas tpik isu tersebut untuk mengarahkan perhatian yang memusat pada isu yang jelas . pembatasan ini akan memperjelas kompetisi sains apa yang diperlukan untuk memahami atau memecahkan masalah.

2. Penetapan Kompetensi Sains : mengumpulkan kompetensi sains yang diperlukan untuk lebih memahami dan memecahkan masalag yang dihadapi. Guru mengkaji standar kompetensi dan kompetensi yang terkait dengan isu yang diangkat. Seperti dijelaskan pada ragam pendekatan SETS,

26

Pusat Kurikulum Balitbang Diknas, Kurikulum Visi SETS, Model Kurikulum Pendidikan yang

menerapkan Visi SETS (Jakarta : Depdiknas, 2007), onine, (


(30)

16

kompetensi dasar yang relevan dapat berasal dari satu bab, atau lintas bab, atau bahkan lintas mata pelajaran. Dari kajian ini, dikumpulkan kompetensi dasar (sains dan non-sains) yang diperlukan untuk lebih memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi. Jika guru sebenarnya telah mempersiapkan topik yang akan diangkat sebelum tahap inisiasi, maka guru dapat mengetahui target kompetensi sains sebelum pertemuan inisiasi di atas.

3. Dekontekstualisasi : pemisahan konsep dan prinsip sains (yang perlu dicapai kompetensinya) dari konteks isu atau masalah yang diangkat. Pada tahap ini, peserta didik perlu dipersiapkan untuk menghadapi tahap sesudahnya yaitu pembelajaran konsep dan prinsip sains, yang dalam kasus-kasus tertentu akan merupakan tahap yang memiliki learning curve yang tajam. Tahap penyiapan peserta didik ini disebut dekontekstualisasi, karena peserta didik perlu dipersiapkan agar fokus pada pembelajaran konsep dan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai, tanpa terganggu oleh konteks, isu, atau masalah yang diangkat.

4. Pembelajaran konsep dan prinsip sains : pemantapan penguasaan konsep dan prinsip sains, melalui metode pembelajaran yang sesuai. Pada tahap ini terjadi pembeajaran konsep dan prinsip sains (pembelajaran bidang-bidang lain yang relevan, jika pembelajaran bervisi SETS digunakan untuk lintas mata pelajaran). Pada tahap ini, diperlukan sarana untuk memastikan bahwa peserta didik memahami dan diharapkan mampu menerapkan konsep dan prinsip yang mewakili kompetensi dasar dalam standar isi. Pengujian penguasaan peserta didik dapat pula dilakukan lewat pengamatan guru terhadap tahap sesudah ini (tahap menerapkan prinsip dan konsep untuk memecahkan atau memahami masalah, dengan landasan keilmuan yang lebih kuat).

5. Penerapan : menerapkan konsep dan prinsip sains pada isu atau masalah : pada tahap ini, guru dan peserta didik secara bersama menerapkan konsep dan prinsip sains pada isu atau masalah yang diangkat. Guru perlu menahan diri untuk tidak terlalu cepat membantu peserta didik menerapkan apa yang


(31)

baru dipelajarinya pada isu tersebut. Guru sejauh mungkin hanya memfasilitasi usaha peserta didik untuk memahami atau memecahkan masalah yang dihadapi bersama.

6. Integrasi : membangun keterkaitan antar konsep dan prinsip sains, serta antar konsep/prinsip tersebut dengan spektrum terapannya dalam kehidupan. Tahap penerapan dilanjutkan dengan usaha membangun keterkaitan antar konsep dan prinsip sains yang diajarkan. Wawasan terapan yang diperoleh pada tahap sebelumnya akan memperkaya cara pandang terhadap keterkaitan antar konsep dan prinsip tersebut. Wawasan tersebut juga akan memberi gambaran keterkitan yang jelas antara konsep atau prinsip sains dengan spektrum terapannya dalam kehidupan.

7. Perangkuman : merangkum kompetensi yang seharusnya telah dimiliki peserta didik, termasuk kemampuan menerapkannya pada kasus tertentu. Akhirnya, guru atau peserta didik dapat merangkum hasil pembelajaran bervisi SETS yang telah dilakukan. Lewat tahap perangkuman ini, ditegaskan berbagai kompetensi dasar yang telah dimiliki peserta didik, dan wawasan terapan yang telah dimiliki. Tahap ini harus dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kepercayaan diri peserta didik dalam mempelajari sesuatu yang baru, dan dalam memecahkan atau memahami masalah yang relevan dengan kehidupannya.

Alternatif lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran SETS adalah dengan menggunakan metode siklus. Siklus pembelajaran bervisi SETS dapat dilakuakan kegiatan yang terdiri atas lima tahap kegiatan untuk setiap pokok bahasan atau kompetensi dasar, siklus pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 2.2 :27

27


(32)

18

Gambar 2.2 Metode Siklus SETS

1. Tantangan (Challenge)

Tahapan tantangan merupakan proses untuk melihat permasalahan lingkungan yang terkait dengan materi yang dibahas dan tujua pencapaian kompetensi dasar sesuai dengan indikator yang ditetapkan. Pada bagian ini peserta didik diminta untuk membaca sinopsis yang membawa mereka pada tujuan dari siklus kegiatan tersebut. Diakhir sinopsis ini ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab peserta pada lembar kegiatan pemikiran awal (initial Thoughts). 2. Jawaban awal (Initial Thoughts)

Tahap ini merupakan jawaban atas permasalahan yang diberikan dalam tahap tantangan (Challenge). Jawaban merupakan hasil pemikiran individual peserta didik dari pengetahuannya sendiri, yang tergantung pada keluasan dan kedalaman pengetahuan dan pengalaman peserta dalam kegiatannya sehari-hari dan pandangan peserta didik ke depan.

3. Sumber (Resources)

Tahap ini peserta didik diuji berpikir kritisnya dan ketrampilan membacanya, dengan membaca sumber-sumber yang diberikan yang terkait langsung dengan masalah yang diberikan pada tahap tantangan (Challenge) atau hanya sebagai pendukung yang dapat membawa peserta didik pada pemikiran-pemikiran baru untuk menjawab masalah-masalah pada tahap pertama. Pada kegiatan ini peserta diberikan dua macam sumber. Pertama berupa bahan bacaan yang

Tantangan

Jawaban awal

Sumber informasi Revisi

jawaban Kerja


(33)

diperoleh dari berbagai sumber, baik melalui CD SPM, maupun dari internet. Kedua berupa dialog langsung dengan guru fasilitator.

4. Revisi jawaban (Revisised thinking)

Tahap ini masih merupakan kerja individual peserta didik yang merupakan respon atas sumber-sumber yang diperoleh dari tahap ketiga, baik dari sumber tertulis maupun dialog interaktif dengan guru atau fasilitator. Pada tahap ini peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki hasil pemikiran awalnya pada tahap kedua. Pada tahap ini peserta didik diuji tingkat keterbukaan berpikirnya dengan mempertimbangkan masukan informasi tertulis, guru atau fasilitator.

5. Kerja kelompok (Group work)

Peserta didik diminta dalam kelompoknya untuk membandingkan hasil-hasil pemikirannya, dengan pemikiran kelompok. Dan diharapkan terdapat kesepakatan yang diwujudkan dalam hasil pemikiran kelompok untuk menjawab permasalahan dalam tahap tantangan (Challenge). Hasil pemikiran kelompok ini selain dituliskan pada lembar kegiatan sendiri, juga diminta untuk dituliskan dalam kertas post it untuk ditempel pada bidang tempel yang telah disediakan. Kemudian setiap kelompok melakukan perbandingan antar pemikiran kelompok (Gallery Walk) dengan membaca hasil pemikiran kelompok lain. Fasilitator akan memberi kesempatan pada peserta didik untuk menuliskan dan menyampaikan hasil pemikiran seluruh kelompok jika dapat dilakukan, atau membuat daftar keragaman berpikir kelompok sebagai hasil dari siklus kegiatan hari itu.

3. Pengertian Science Technologi Engineering and Mathematics (STEM)

STEM kontemporer berasal dari tahun 1990-an di National Science Foundation (NSF) sebagai akronim untuk ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, dan matematika.28 Istilah STEM awal sekali bermula pada tahun ini. Pada waktu itu, kantor NSF (National Science Foundation) Amerika Serikat, menggunakan

istilah “SMET” sebagai singkatan untuk “Science, Mathematics, Engineering,

28


(34)

20

dan Technology”. Namun seorang pegawai NSF tersebut melaporkan bahwa

“SMET” hampir berbunyi seperti “smut” dalam pengucapannya, sehingga diganti

dengan Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM). Jadi dalam konteks Indonesia, STEM merujuk kepada empat bidang ilmu pengetahuan, yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika.29

Pendidikan STEM adalah sebuah pendekatan untuk mengajar dan belajar yang mengintegrasikan konten dan keterampilan ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, dan matematika. 30 Pendidikan STEM juga dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan pengajaran dan pembelajaran antara dua atau lebih dalam komponen STEM atau antara satu komponen STEM dengan disiplin ilmu lain.31

Pengajaran dan pembelajaran STEM pelajar bekerja secara kolaboratif, terlibat dalam penyelesaian masalah, mendesign penyelidikan dan menilainya, serta membuat aktivitas inkuiri dan refleksi.32

a. Tujuan STEM

Tujuan pendekatan STEM dalam pembelajaran, diantaranya : 33 1. Mengidentifikasi, menganalisis, dan mensintesis ilmu yang tepat,

teknologi, teknik, dan Informasi matematika (teks, visual, audio, dll). 2. Merapkan sesuai domain-spesifik kosakata ketika berkomunikasi ilmu

pengetahuan, teknologi, teknik, dan konten matematika. 3. Terlibat dalam membaca kritis dan menulis informasi teknis.

4. Evaluasi dan mengintegrasikan berbagai sumber informasi (misalnya: kuantitatif data, video dan multimedia) disajikan dalam format yang beragam.

5. Mengembangkan pendapat berbasis bukti atau argumen. 6. Berkomunikasi secara efektif dan tepat dengan orang lain.

29

Muhammad Syukri,Silia halim, Subahan. Pendidikan STEM dalam Entrepreneurial Science thinking “EscIT”, Aceh Development International Conference 2013, 26-28 maret 2013. h. 105.. 30

The Maryland Board of Education, Draft April 2012 Jurnal, tersedia online

www.marylandpublicschools.org/MarylandStateSTEMStandardsofPractice_.pdf, diakses pada 14/03/2015 , 10:06 h.1.

31

Muhammad Syukri, op.cit., h. 106.

32

Lilia halim, Mencetus semula minat terhadap sains dan matematik melalui pendidikan STEM, materi presentasi pada kolokium pendidikan sains dan matematik, UM 12-13 September 2012. h.6. 33


(35)

b. Langkah –langkah STEM34

1. Langkah Pengamatan (Observe)

Langkah pengamatan ini, pelajar diminta untuk melakukan pengamatan terhadap berbagai fenomena yang terdapat dalam lingkungan kehidupan sehari-hari yang mempunyai kaitan dengan konsep sains yang sedang diajarkan. Sebagai contoh, misalkan guru ingin mengajarkan topik energi, maka pelajar diminta untuk mencari informasi sebanyak mungkin mengenai energi. Mulai dari apa itu energi, alat-alat kehidupan yang menggunakan sumber energi dan lain sebagainya.

2. Langkah Ide baru (New idea)

Pelajar mengamati dan memperoleh informasi mengenai berbagai fenomena atau produk yang berhubungan dengan topik sains yang dibahas, seterusnya pelajar melaksanakan langkah ide baru. Pelajar mencari informasi dan produk yang berhubungan dengan energi, selanjutnya dari ide atau produk yang sudah ada pelajar diminta mencari dan memikirkan satu ide baru yang berbeda. Baik itu dari aspek fungsinya, teknologi, maupun cara kerjanya. Untuk dapat menemukan suatu ide yang baru, pelajar pada langkah ini memerlukan kemahiran dalam menganalisis dan berfikir keras.

3. Langkah Inovasi (Innovation)

Langkah inovasi ini, pelajar diminta untuk menguraikan hal-hal apa saja yang harus dilakukan agar ide yang telah dihasilkan pada langkah ide baru sebelumnya dapat diaplikasikan.

4. Langkah Kreasi (Creativity)

Langkah ini merupakan pelaksanaan semua saran dan pandangan hasil diskusi mengenai ide sesuatu produk baru yang ingin diaplikasikan.

34


(36)

22

5. Langkah Nilai (Society)

Langkah terakhir yang harus dijalankan oleh pelajar dan yang dimaksud di sini adalah nilai yang dimiliki oleh ide produk yang dihasilkan pelajar bagi kehidupan sosial sebenarnya ( Society )

4. Perbandingan STS, SETS, dan STM

Perbedaan tahapan dari tiga pendekatan tersebut dapat dilihat di tabel 2.2 :

Tabel 2.2 Perbedaan Tahapan STS, SETS, dan STEM

STS SETS STEM

Tahap apersepsi Inisiasi Langkah Pengamatan

(Observe)

Tahap Pembentukan konsep

Penetapan Kompetensi Sains

Langkah ide baru

(new idea)

Tahap aplikasi konsep atau menyelesaikan

masalah

Dekontekstualisasi Langkah Inovasi

(Innovation)

Tahap pemantapan konsep

Pembelajaran Konsep dan Prinsip Sains

Langkah Kreasi (Creativity)

Tahap evaluasi

Penerapan

Langkah Nilai (Society) Integrasi

Perangkuman

Tahapan SETS terdapat tahapan integrasi dalam tahap ini guru mengajak peserta didik untuk berdiskusi tentang kemungkinan penerapan konsep atau prinsip baru yang dipelajari pada konteks selain isu atau masalah yang diangkat pada pembelajaran berbasis SETS ini. pengayaan ini akan memberi kemampuan kepada peserta didik untuk menerapkan suatu prinsip pada situasi yang berbeda. Tahapan integrasi ini mempunyai kesamaan pada pendekatan STS dan STEM. Tahapan integrasi pada pendekatan STS terjadi pada tahapan pemantapan konsep, tahapan pemantapan konsep pada pendekatan STS ini menunjukan penyelesaian masalah dan analisis isu, guru meluruskan jika ada miskonsepsi selama kegiatan berlangsung.


(37)

Tahap integrasi sendiri pada pendekatan STEM disebut dengan langkah nilai atau kreativitas, langkah ini merupakan pelaksanaan semua saran dan pandangan hasil diskusi mengenai ide sesuatu produk baru yang ingin di aplikasikan. Pengaplikasian oleh pelajar ini tidak dalam bentuk produk sebenarnya, melainkan dalam bentuk sketsa dan gambar. Salah seorang dari anggota kelompok yang pandai dalam menggambar dipilih untuk menterjemahkan semua ide-ide yang bernilai inovasi yang telah didiskusikan sebelumnya menjadi sebuah gambar produk sains. Pelajar dapat mengaplikasikanya dalam bentuk miniatur atau sketsa dan gambar. Kreasi gambar atau sketsa yang dihasilkan sebaiknya digambarkan secara keseluruhan dari berbagai posisi, terutama yang terdapat ide inovasinya, baik itu tampak depan, samping, maupun atas.

Perbedaan yang signifikan terlihat pada pendekatan SETS, dimana mempunyai tujuh tahapan. Diantaranya pada ahap penerapan konsep dijelaskan, pada tahap ini seharusnya terjadi pemantapan konsep dan prinsip pada diri peserta didik. Proses menerapkan pengetahuan, konsep, dan prinsip pada hal yang nyata akan memberi makna lebih terhadap pengetahuan tersebut. Pada bentuknya yang paling sederhana, tahap ini tidak menuntuk terjadinya proses pemecahan masalah, melainkan hanya peningkatan pemahaman peserta didik pada isu yang diangkat. Guru dapat mengajukan permintaan sederhana kepada peserta didik untuk mencoba menjelaskan isu tersebut berdasarkan pengetahuan baru yang telah diperoleh pada pembelajaran yang dilakukan.

5. Pengertian Evaluasi Belajar

Evaluasi atau biasa dikenal dengan istilah penilaian, merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran, posisinya dapat disetarakan dengan penetapan tujuan dalam proses pembelajaran. Sebab, pencapaian kompetensi dan efektivitas proses belajar hanya dapat diketahui jika dilakukan penilaian yang komprehensif dan akurat. Dalam melakukan penilaian lazimnya didahului oleh kegiatan pengukuran. Karena itu, untuk memperoleh hasil penilaian yang benar, maka


(38)

24

kegiatan pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang sahih atau akurat dan stabil (valid) atau terpercaya (reliable).35

Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana peserta didik (learner) telah mengerti bahan yang telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan atau kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.

Penilaian memiliki tujuan untuk mengetahui apakah siswa telah atau belum menguasai suatu kompetensi dasar tertentu. Diantaranya tujuan penilaian adalah mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa, mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa, mendiagnosis kesulitan belajar siswa, untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa dalam rangka perbaikan.36

Penilaian memiliki fungsi antara lain untuk seleksi, penempatan, dan diagnostik, guna mengetahui keberhasilan suatu proses dan hasil pembelajaran.37 Fungsi seleksi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan seleksi, fungsi penempatan berfungsi untuk keperluan penempatan agar setiap orang mengikuti pendidikan pada jenis atau jenjang pendidikan yang sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. Fungsi diagnostik berfungsi untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami peserta didik, menentukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar, dan menetapkan cara mengatasi kesulitan belajar tersebut.

Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah

35

Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanuddin Milama. Evaluasi Hasil Belajar IPA Berbasis

Kompetensi. (Jakarta : UIN Jakarta Press,2006) Cet 1, h. 1. 36

Ibid. h, 4. 37


(39)

aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan – perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.38

Belajar adalah suatu kegiatan seseorang yang dapat dilakukan secara sengaja atau secara acak. Belajar dapat melibatkan pemerolehan informasi atau keterampilan, sikap baru, pengertian, atau nilai. Belajar biasanya disertai perubahan tingkah laku dan berlangsung sepanjang hayat.39

Belajar adalah proses perubahan, perubahan itu tidak hanya perpubahan lahir tetapi juga perubahan batin, tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang nampak, tetapi dapat juga perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati. Perubahan itu bukan perubahan yang negatif, tetapi perubahan yang positif, yaitu perubahan yang menuju ke arah kemajuan atau ke arah perbaikan.40

Pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan – perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut :

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi.41 Dan belajar juga dapat diartikan proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan.42

Pengertian belajar menurut beberapa ahli di atas meskipun dari redaksi yang berbeda menunjukan adanya kesamaan secara garis besar yaitu belajar merupakan perubahan dan peningkatan kualitas serta kuantitas tingkah laku seseorang pada

38

Purwanto, Evauasi Hasil Belajar (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2013 ) cet 5 , hal 39

39

Anisah basleman, Terori Belajar Orang Dewasa (Bandung : remaja rosdakarya 2011), h. 15

40

Mustaqim Abdul Wahid, Psikologi Pendidikan ( Jakarta : Melton Putora,2003), h. 62

41

Slameto, Belajar & faktor – faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), h. 2 42


(40)

26

berbagai bidang yang terjadi akibat adanya suatu interaksi yang berlangsung secara terus menerus dengan lingkungannya. Dimana perubahan yang terjadi menuju arah positif, kemajuan atau perbaikan. Jika dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan dalam proses belajar.

Ruang lingkup penilaian secara umum meliputi tiga komponen berikut ini : evaluasi program pembelajaran, evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil belajar. Evaluasi terhadap program pembelajaran dapat dirinci menjadi tiga hal, yakni: evaluasi terhadap tujuan, evaluasi terhadap isi program, dan evaluasi terhadap strategi pembelajaran.

Evaluasi proses pembelajaran meliputi berbagai kegiatan yang sangat beragam, antara lain: kesesuaian antara kegiatan belajar dengan kompetensi dasar, hasil belajar, dan materi pokok yang telah ditentukan, kesiapan guru dalam mengajar, kesiapan siswa dalam belajar, minat atau perhatian dan motivasi siswa selama belajar, aktivitas dan interaksi siswa dalam belajar dan pemilihan metode serta sumber belajar yang mendukung keberhasilan pembelajaran. Evaluasi hasil belajar meliputi evaluasi mengenai tingkat penguasaan, pencapaian tujuan pembelajaran khusus (indikator) dan tujuan pembelajaran umum (standar kompetensi atau kompetensi dasar) serta evaluasi terhadap pencapaian kompetensi hasil belajar siswa dikelas. 43

6. Cara Evaluasi Proses Belajar

Proses penentuan informasi yang diperlukan, pengumpulan serta penggunaan informasi untuk melakukan pertimbangan sebelum keputusan dinamakan penilaian atau evaluasi. Penilaian atau evaluasi adalah langkah-langkah yang diperlukan untuk membuat keputusan. Tepat tidaknya suatu keputusan tergantung pada kualitas proses penilaian yang dilakukan. Dari definisi penilaian tersebut, ada tiga pengertian pokok yang perlu dipahami kaitannya satu sama lain, yakni keputusan, pertimbangan, dan informasi. Keputusan adalah tujuan akhir dari penilaian. Penilaian proses pembelajaran dapat digambarkan pada gambar 2.2.

43


(41)

Gambar 2.2. Penilaian Proses Pembelajaran

Tahap pertama ialah perumusan tujuan-tujuan pembelajaran atau indikator, yakni merumuskan kemampusn atau kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap) yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah proses belajar mengajar berakhir. Tahap perumusan tujuan ini sangat berguna dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar siswa, serta penyusunan alat ukur dalam penilaian. Pada dasarnya penilaian merupakan penelaahan sejauh mana tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Tahap berikutnya adalah penilaian awal (PA), yaitu penilaian kesiapan belajar siswa, artinya penilaian sejauh mana siswa telah memiliki kemampuan-kemampuan atau keterampilan yang diperlukan untuk mempelajari suatu bahan pelajaran. Informasi tentang kesiapan belajar ini sangat berguna untuk menata kegiatan belajar agar sesuai dengan kesiapan siswa.

Tahap selanjutnya adalah penyediaan pengalamana belajar. Pada tahap ini bahan pelajaran dan metode mengajar dipadukan dan dirancang untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pada tahap ini penilaian merupakan usaha memonitor kemajuan belajar siswa, sekaligus mendiagnonis kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Hasil penilaian menjadi umpan balik yang berguna untuk perbaikan pada prosedur pengajaran. Penilaian yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan proses belajar mengajar disebut penilaian formatif.

Psumatif (Hasil)

Pemberian pengalaman

belajar Perumusan


(42)

28

Tahap berikutnya adalah penilaian sumatif (penilaian akhir), yang tujuannya melihat sejauh mana prestasi siswa dalam suatu program, misalnya program semester. Penilaian untuk tujuan melihat prestasi siswa dalam mengikuti suatu program pengajaran pada akhir semester atau akhir tahun. Prestasi siswa yang diukur dalam penilaian sumatif biasanya menjadi bahan laporan kepada orang tua siswa tentang kemajuan belajar anaknya.44

Evaluasi merupakan suatu proses terus menerus sehingga di dalam proses kegiatannya dimungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan adanya suatu kesalahan. Evaluasi dalam pembelajaran dilakukan untuk kepentingan pengambilan keputusan, misalnya tentang akan digunakan atau tidaknya suatu pendekatan, metode, atau teknik. Tujuan utama yang dilakukan dalam evaluasi proses pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan informasi untuk keperluan pengambilan keputusan dalam proses pembelajaran.

b. Mengidentifikasi bagian-bagian yang belum dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.

c. Mencari alternatif tindak lanjut : diteruskan, diubah atau dihentikan.

Penilaian sangat penting karena telah memberikan informasi mengenai keterlaksanaan proses belajar mengajar, sehingga dapat berfungsi sebagai pembantu atau pengontrol pelaksana proses belajar. Di samping itu, fungsi evaluasi proses adalah memberikan informasi tentang hasil yang dicapai, maupun kelemahan – kelemahan dan kebutuhan terhadap perbaikan program lebih lanjut yang selanjutnya informasi ini sebagai umpan balik bagi guru dalam mengarahkan kembali penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan rencana dari rencana semula menuju tujuan yang akan tercapai.

44


(43)

7. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar sebagai hasil interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya.45 Hasil belajar seseorang tergantung kepada apa yang telah diketahi pembelajar, yaitu konsep – konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.46

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw

materials) menjadi barang jadi (finished goods). Hal yang sama berlaku untuk

memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya.47

Banyak orang mendeskripsikan pengertian antara evaluasi, pengukuran

(measurement), tes, dan penilaian (assessment), padahal keempatnya memiliki

pengertian yang berbeda.

45

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta : Rineka Cipta 2010), h. 3. 46

Suyono, Belajar Dan Pembelajaran, ( Bandung : Rosdakarya Offset 2011), h. 127. 47


(44)

30

1. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya.

2. Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.

3. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.

4. Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas.

Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar pencapaian kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap : (1) penguasaan materi akademik (kognitif), (2) hasil belajar yang bersifat proses normatif (afektif), dan (3) aplikatif produktif (psikomotor). Selanjutnya akan dibahas lebih jelas mengenai ketiga ranah atau domain tersebut.48

Hasil belajar penguasaan materi (kognitif), penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan (content objectives) berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Konsep kunci dan prinsip utama keilmuan tersebut harus dimiliki dan dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya dalam bentuk hafalan. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan mental atau otak. Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari yang tingkatan rendah sampai tinggi, yakni: (1) pengetahuan/ingatan- knowledge, (2) pemahaman-comprehension, (3)

48


(45)

application, (4) analisis - analysis, (5) sintesis - synthesis, dan (6) evaluasi –

evaluation.

Revisi Taksonomi Bloom menjadi: (1) remember, (2) understand, (3) apply,

(4) analyze, (5) evaluate, dan (6) create. Untuk menilai aspek penguasaan materi

(kognitif) ini digunakan bentuk tes, yang dapat mengukur keenam tingkatan tersebut. 49

Hasil belajar proses (Normatif/Afektif), hasil belajar proses berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian terhadap pelajaran, kedesiplinan,motivasi belajar, rasa hormat kepada guru, dan sebagainya. Ranah afektif ini dirinci oleh Krathowohl dkk, menjadi lima jenjang, yakni: (1) perhatian/penerimaan

(receiving), (2) tanggapan (responding), (3) penilaian/ penghargaan (valuing), (4)

pengorganisasian (organization), dan (5) karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai (characterization by a value complex). Kecakapan ini bersifat generik, dimiliki semua disiplin ilmu, sebagai prasyarat yang harus dimiliki siswa agar dapat menguasai disiplin ilmu dan keahlian kejuruan. Untuk menilai hasil belajar ini dapat digunakan instrumen evaluasi yang bersifat nontes, misalnya: kuisioner dan observasi.50

Hasil belajar aplikasi (psikomotor), hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, akan tampak setelah siswa menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan siswa sehari-hari. Ranah psikomotor ada yang membagi menjadi 7 tingkatan dan ada pula yang membaginya menjadi 6 tingkatan, yakni: 51

49

Ibid, h.14-15 50

Ibid, h.19-20 51


(46)

32

1. Persepsi-perception (mampu menafsirkan ransangan, peka terhadap rangsangan, menyeleksi objek)

2. Kesiapan – set (mampu berkonsentrasi, menyiapkan diri secara fisik, emosi, dan mental)

3. Gerakan terbimbing – guided response( mampu meniru contoh, mencoba-coba, pengembangan respon baru)

4. Gerakan terbiasa – mechanism (berketerampilan, berpegang pada pola, respons baru muncul dengan sendirinya)

5. Gerakan kompleks – complex overt response (sangat terampil secara lancar, luwes, supel, gesit, lincah)

6. Penyesuaian pola gerakan – adaptation ( mampu menyeuaikan diri, bervariasi, pemecahan masalah)

7. kreatifitas/ keaslian – creativity/ origination (mampu menciptakan yang baru, berinisiatif).

Berdasarkan definisi di atas dapat ketahui bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam dalam diri organisme sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan, dimana pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, jika siswa tidak belajar maka responnya menurun.

8. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitan lain mengenai STM mengemukakan bahwa, Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) Dalam Pembelajaran Ipa Sebagai Upaya

Peningkatan Life Skills Peserta Didik”, Hasil dari penelitian menunjukan bahwa

pembelajaran pendekatan STM memiliki kemampuan untuk menghadapi berbagai persoalan yang muncul di masyarakat.52

Penelitian senada yang menjadi panduan dalam mengambil judul dengan menggunakan Pedekatan SETS adalah penelitian tentang,”Pengaruh pendekatan Science, Environment, Technology, And Society (SETS) terhadap hasil belajar

52

Sabar Nurrohman,. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam pembelajaran IPA


(47)

siswa”. Hasil dari penelitian menunjukan Pembelajaran dengan penerapan pendekatan SETS (Science, Environtment, Technology, and Society) berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa.53

Penelitian tentangPendidikan STEM dalam entrepreneurial science Thinking

“escit”, menunjukkan bahwa pengajaran dan pembelajaran sains yang

menggunakan modul ESciT secara keseluruhan menunjukkan hasil positif bagi pelajar. Selain prestasi dan minat terhadap sains lebih meningkat, pelajar juga menunjukkan sikap positif terhadap dunia kewirausahaan.54

Penelitian “Pengaruh Pendekatan Sains Lingkungan Teknologi Masyarakat

(SALINGTEMAS) Terhadap hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Virus”.

Pada tahun 2011 ini juga menunjukan hasil belajar yang signifikan.55

9. Kerangka Berfikir

Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan.56

Sebagian orang memahami arti pendidikan sebagai pengajaran karena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran. Sedangkan, mengajar pada umumnya diartikan secara sempit dan formal sebagai kegiatan menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar dapat menerima dan menguasai materi pelajaran tersebut.

Pengajaran lebih mengarah pada pemberian pengetahuan dari guru kepada siswa yang kadang berlangsung secara sepihak. Sedangkan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik

53

Evi Setiani, Pengaruh Pendekatan Science, environment, technology, and society terhadap hasil

belajar siswa, 2012. Jakarta : Skripsi UIN Syarif Hidayatullah. 54

Muhammad syukri, dkk. Aceh divelopment international conference 2013, Pendidikan STEM dalam “escit”.

55

Risnasari, Pengaruh Pendekatan Sains Lingkungan Teknologi Masyarakat (SALINGTEMAS)

Terhadap hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Virus, 2011. Jakarta : Skripsi UIN Syarif Hidayatullah.

56


(48)

34

bidang studi serta berbagai strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran.57

Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar

melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat “, hal ini akan membantu peserta

didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.58

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat dilaksanakan pada pembelajaran sains adalah pendekatan STS, SETS. Adapun STEM merupakan pendekatan pembelajaran yang baru dengan merujuk kepada pengintegrasian konsep desain teknologi/ teknik dalam pegajaran dan pembelajaran sains.59 Pendekatan ini menekankan tidak hanya pada pemahaman konsep tetapi juga aplikasinya di kehidupan sehari-hari dan nilai – nilai yang terdapat dalam masyarakat. Pendekatan – pendekatan di atas secara garis besar memadukan beberapa unsur yang saling terkait yaitu sains, lingkungan, teknologi, masyarakat,

engenering, matematik. Melalui pendekatan ini, diharapkan hasil belajar siswa

akan menjadi lebih baik, sehingga siswa mampu menyikapi masalah-masalah yang ada di lingkungan masyarakat dari sudut pandang sains secara lebih baik lagi.

10. Hipotesis penelitian

Hipotesis penelitian dapat dirumuskan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan STS, SETS, dan STEM dalam konsep virus.

57

Hamzah Uno, Model Pembelajaran (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), h. V 58

Zulfiani, dkk,,op cit,,h. 48. 59

Muhammad Syukri, pendidikan STEM dalam Escit, jurnal aceh development intrenational, h. 106


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Petir, Jl. Raya Baros Km.12 Kec.Petir Kabupaten Serang. Waktu penelitian ini dilakukan pada semester ganjl tahun ajaran 2014/2015. Yakni mulai dari tanggal 23 September 2014 s/d 24 Oktober 2014.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Quasy Eksperiment. Quasy

exsperiment merupakan penelitian yang sengaja merangsang timbulnya suatu

kejadian atau keadaan, kemudian diteliti bagaimana akibatnya. Dengan kata lain, eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab – akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti. Metode eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif yang mempunyai ciri khas tersendiri yaitu dengan adanya kelompok kontrol.60

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest

Posttest Control Group Design. Variasi dari desain ini dapat dimaksudkan untuk

menguji pengaruh perlakuan yang berbeda dari variabel independen terhadap variabel dependen.61Desain penelitiannya dapat dilihat pada tabel 3.1 :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Tes Awal Perlakuan (X) Tes Akhir SETS

(eksperimen I) O1 X1 O2

STEM

(eksperimen II) O1

X2 O2

STS

(eksperimen III) O1

X3 O2

60

Suharsimi Arikuntoro, Prosedur penelitian, ( Jakarta : Rineka cipta, 2002) h.77 61


(1)

58

Pendekatan STS menuntut agar peserta didik diikutsertakan dalam penentuan tujuan, perencanaan, pelaksanaan, cara mendapat informasi dan evaluasi pembelajaran. Sehingga peserta didik mempunyai bekal pengetahuan yang cukup dan mampu mengambil keputusan tentang masalah-masalah dalam masyarakat dan menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran di dalam kelas.

Keunggulan STEM dibandingkan dengan STS diantaranya pada tahap pembentukan konsep, pada tahap ini peserta didik terus berpikir untuk menemukan keunikan atau 'perbedaan' dari fenomena yang diamati dalam bentuk baru ide, sistem, produk. Dan mereka membuat karya ilmiah dari masalah yang diangkat.90

Keunggulan STEM dibandingkan dengan SETS adalah pada tahap pemantapan konsep, tetapi STEM pada tahap ini mengedepankan nilai yang dimiliki oleh ide produk yang dihasilkan pelajar bagi kehidupan sosial sebenarnya ( Society ) dan menyempurnakannya dengan suatu produk yang dapat bermanfaat untuk peserta didik lainnya.91

Pendekatan STEM dalam penalaran proses melibatkan dalam berpikir kritis, mengevaluasi, dan menerapkan pendekatan sistematis yang sesuai (ilmiah dan praktek rekayasa, proses desain teknik, atau praktik matematika). Serta menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, dan konten matematika untuk membangun kreatif dan inovatif ide, menganalisa dampak isu-isu global dan masalah dunia nyata di tingkat lokal, negara bagian, nasional, dan tingkat internasional. 92

Proses pembelajaran ketiganya menggunakan lembar kerja siswa (LKS). Setiap pembelajaran berisi materi yang sama tetapi tahap pengerjaan LKSnya berbeda, disesuaikan dengan pendekatan yang didapat.

90

Jurnal lilia halim “ Mencetus Semula Minat Terhadap Sains dan Matematik melalui pendidikan STEM, Malaysia: 2012. h. 12

91

Muhammad syukri, jurnal pendidikan STEM dalam entrepreneural science thinking. Aceh : 2013, h.107

92


(2)

59

Pembelajaran STEM menghadapkan siswa pada situasi yang membuat mereka lebih berfikir kreatif, belajar aktif, dan mengembangkan kemapuan berfikir sistematis dengan memecahkan masalah dari pertanyaan atau masalah atas dasar rasa ingin tahu. Dibanding dengan pembelajaran SETS yang merupakan bagian dari pendekatan STS, yaitu pendekatan berbasis sains, teknologi, masyarakat dan lingkungan. Keduanya tidak berbeda nyata dalam hasil belajar. Karena SETS melingkupi tahapan – tahapan pada STS.

Proses STEM selain mengidentifikasi dan memahami teknologi yang dibutuhkan untuk mengembangkan solusi untuk masalah atau membangun jawaban atas pertanyaan kompleks, STEM juga menganalisis batas, risiko, dan dampak dari teknologi, dan melibatkan untuk bertanggung jawab atas penggunaan teknologi, serta meningkatkan atau membuat teknologi baru yang memperpanjang kemampuan manusia. 93

93


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terkait dengan penerapan pendekatan pembelajaran SETS, STEM dan STS dalam pembelajaran biologi, disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar biologi antara kelompok siswa yang diajar menggunakan pendekatan SETS, STEM dan STS. Terlihat dari perhitungan anava satu jalur terhadap data

posttest ketiga kelas eksperimen yang menunjukan nilai Fempirik > F teoritik 3,08

pada taraf signifikansi 0,05 dan 4,81 pada taraf signifikansi 0,01.

Hasil perhitungan uji Dunnet didapatkan hasil bahwa rata – rata hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan STEM lebih tinggi dari kelompok STS dan pendekatan STS tidak berbeda nyata dari kelompok SETS, (STEM >SETS ; STS = SETS).

B. Saran

Beberapa saran untuk perbaikan penelitian di masa mendatang adalah sebagai berikut :

1. Hendaknya guru membuat perencanaan yang matang dalam memilih materi dan mengalokasikan waktu dalam melaksanakan pendekatan pembelajaran SETS, STEM dan STS sehingga materi lebih mudah diterima siswa dan waktu yang terbuang dapat diminimalkan.

2. Dalam melaksanakan pendekatan SETS, STEM dan STS guru perlu menguasai materi, mengarahkan tugas secara jelas, membimbing dan memotivasi siswa dalam diskusi, sehingga penerapan model tersebut berjalan sesuai dengan rencana.

3. Penelitian dengan pendekatan SETS, STEM dan STS ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian sejenis dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan pokok bahasan/mata pelajaran yang berbeda.


(4)

61

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahid, Mustaqim. 2003. Psikologi Pendidikan, Jakarta : Melton Putora. Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Bybee, Rodger W. 2013. The case for STEM education. America : NSTA Press. Bungin, Burhan. 2009. Populasi Penelitian Sampel dan Teknik Sampling. Jakarta :

Pranada Media.

Basleman, Anisah. 2011. Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta. Hajar. 1999. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan.

Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Halim, lilia. 2012. Mencetus Semula Minat Terhadap Sains Dan Matematik

Melalui Pendidikan STEM. Presentasi pada kolokium pendidikan sains dan

matematik, UM 12-13 September 2012, h.3.

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara. Hamzah, Uno. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. John w. Creswell. 2009. Research Design. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kadir. 2010. Statistika Untuk Penelitian Ilmu Sosial. Jakata: PT Rosemata Sampurna.

Kohler, Randy and Nancy Tsupros. 2008. STEM Education in Southwestern

Pennsylvania. Raport of a project to identify the missing components.

Washington, h.2.

The Maryland Board of Education. Draft April 2012 Jurnal, tersedia online www.marylandpublicschools.org/MarylandStateSTEMStandarsofPractice_. pdf, diakses pada tanggal 14/03/2015, 10:06 h.1.


(5)

62

Margono. 2010. Metodologi Penelitan Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Masitoh dan Laksmi Dewi. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Direktorat

Jendral Pendidikan Islam.

Nanang Fatah. 2006. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nurrohman, Sabar. 2011. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Upaya Peningkatan Life Skill Peserta Didik. Skripsi : UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

Poedjiadi, Anna. 2005. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Purwanto. 2012. Evauasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Pusat Kurikulum Balitbang Diknas, Kurikulum Visi SETS, Model Kurikulum Pendidikan yang menerapkan Visi SETS (Jakarta : Depdiknas, 2007), onine,

(Litbang.kemendikbud.go.id/model-kurikulum-satuan-pendidikan, diakses 07

Mei 2015, 17:30), h.20.

Puspita, Diah Indah. 2011. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa Yang

Diajarkan Melalui Pendekatan STAD Dan Tenknik IG. Skripsi : UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Risnasasri. 2011. “Pengaruh Pendekatan Salingtemas Terhadap Hasil Belajar”. Skripsi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Rush, Diana laboy. 2009. Education Through Project – Based Learning, h.2, tersedia online di Learnin3.com

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada . S, Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidika. Jakarta: PT Rineka Cipta. Samatowa, Usman. 2011 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Jakarta : Indeks. Setiani, Evi. 2012. “Pengaruh Pendekatan Science, Environment, Technology,

And Society (SETS) Terhadap Hasil Belajar Siswa”, Skripsi : UIN syarif

Hidayatullah Jakarta.

Slameto, 2010. Belajar & faktor – faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.


(6)

63

Suci, Elsa. 2013. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Siswa Yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran ARSS, Quantum learning dan STAD dalam Pembelajaran Biologi. Skripsi : UIN Jakarta.

Suharsimi, Arikunto. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Suharyadi. 2013. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta : Pustaka Salemba.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Sukardi. 2009. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Akasara. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta :

Rosda Karya.

Suyono. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Rosdakarya Offset . Sofyan, Ahmad, Tonih Feronika, Burhanuddin Milama. 2006. Evaluasi

Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta : Tim Kreatif Gaung

Persada.

Syukri, Muhammad. 2013. Jurnal Pendidikan STEM dalam Escit.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tedjo N Reksoatmodjo. 2007. Statistika Untuk Psikologi dan Pendidikan, Bandung : Refika Aditama.

Ward, Hellen. 2010. Pengajaran Sains Berdasarkan Cara Kerja Otak. Jakarta : Indeks.

Winarsunu, Tulus. 2010. Statistik dalam Penelitian Psikologi & Pendidikan. Malang: UMM press.

Yusri. 2013. Statistika Sosial. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta.


Dokumen yang terkait

Penggunaan Lks Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Virus Dan Monera

0 18 321

Deskripsi Interaksi Verbal dalam Peroses Belajar Mengajar menggunakan Pendekatan Kooperatif dengan Metode Diskusi pada Konsep Virus

3 21 223

Perbedaan Hasil Belajar Peserta Didik yang Menggunakan Metode Team Quiz dan Learning Cell pada Konsep Sistem Gerak Manusia

0 6 321

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK PROGRAM PAKET B.

0 1 33

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA KONSEP UANG.

0 3 41

PENDEKATAN KONTEKTUAL PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG POKOK BAHASAN PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK.

0 0 36

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN GERAK BENDA MELALUI PENDEKATAN KONSTEKSTUAL.

0 1 77

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PESERTA DIDIK KELAS VII MTS. ASSYAFI’IYAH GONDANG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PESERTA DIDIK KELAS VII MTS. ASSYAFI’IYAH GONDANG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PESERTA DIDIK KELAS VII MTS. ASSYAFI’IYAH GONDANG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 9