Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

(1)

(Penelitian pada SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

Disusun Oleh:

Nur Indah Sari

NIM 1111015000057

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

SMP PGRI I CIPUTAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Bidang IImu Pengetahuan Sosial

Di Susun Oleh

Nur Indah Sari

NIM:

1111015000057

DOSEN PEMBIMBING

JURUSAN PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAI\ KEGURUAN

UNTVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKAR'TA 2t15


(3)

diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayarullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 4 Desember 2015 dihadapan dewan penguji. Karena

itu,

penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Iakarta, l0 Desember 2015 Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal

Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)

Dr.Iwan Purwanto. M.Pd I[IP" 19730424 200801

I

012

Sekretaris (SekretarisJurusan/Program Studi) Drs. Syaripulloh. M.Si

NrP. 19670909 200701 1 033

Penguji I

Dr.Iwan Purwanto" M.Pd I{IP. 19730424 200801

I

012 Penguji II

Anissa Windarti. M.Sc

NIP. 19820802 201101 2 005 t7.:.!.?.:..*9.!5

Mengetahui,


(4)

Tempat/Tgl.Lahir NIM

Jurusan / hodi Judul Skpipsi

Magelang, 29 Deqgmber 1997 l I I 1015000057

P.IPS/Ekonomi

Perbcdaan Hasil $elajar IPS $iswp Dengan

Menggunakan Pepnbelajaran Kooperatif Tekqik Inside Outside Circle Dengan Trkpif Two Stay

Two.Stray

M. Noviadi Nugrqfro, M.Pd

Dosen Pembimbing

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab seczlra akademis atas apayang saya tulis. Perny@an ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta l0 Juli 2015

Mahasiswa Ybs.


(5)

Kooperafif Telrrriklnside Outside Circle Ilengan Teknik Twa Stay Two Stray" yang disusun oleh

Nur

Indah Sari

NIM

1111015000057 Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Iknu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri

Syarif

Hidayatullah

lakartz

telah

disetujui

kebenarannya pada tanggal 5 Juli 2015

lakefi,q 6 Juli 2015

Dosen Pembimbing


(6)

i

Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS siswa menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Inside Outside Circle dengan Two Stay Two Stray pada materi permintaan, penawaran serta harga pasar. Penelitian ini dilakukan di SMP PGRI 1 Ciputat tahun ajaran 2014/2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik sampel acak klaster (Cluster Random Sampling). Sampel penelitian menggunakan kelas VIII-6 untuk kelas Two Stay Two Stray dengan jumlah 40 orang dan kelas VIII-7 untuk kelas Inside Outside Circle dengan jumlah 40 orang. Pengambilan data menggunakan instrument tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas, reabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya.

Hasil analisa data di atas menunjukan nilai rata – rata hasil belajar IPS yang diajarkan menggunakan metode Two Stay Two Stray adalah 82,6 dan nilai rata – rata hasil belajar IPS yang ajarkan menggunakan metode Inside Outside Circle

adalah 79,5 dengan nilai thitung < ttabel yaitu 1,65 < 1,66, hal ini menunjukan bahwa

tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa antara yang diajarkan dengan menggunakan metode Two Stay Two Stray dan dengan menggunakan metode

Inside Outside Circle.

Kata Kunci: Inside Outside Circle; Two Stay Two Stray; Pembelajaran Kooperatif; Hasil Belajar


(7)

ii

Learning”. Skripsi, Department of Social Science Education, Faculty of

Tarbiyah and Teaching Science, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015

The purpose of this research is to know the difference of social science education learning achievement student with Two Stay Two Stray technique in cooperative learning and Inside Outside Circle technique in cooperative learning on the requested, offered and market value. This research was conducted in SMP PGRI 1 Ciputat at Academic Year 2014/2015. The method used in this study was Quasi Experimental. Sampling was done by Cluster Random Sampling. Total study sample was 40 student for the Two Stay Two Stray class and 40 student for Inside Outside Circle. Retrieval of data using instruments achievement test has multiple choice validity test, reliability, and level of difficult distinguishing.

The result of the research shows that the average student learning in social science were taught using Two Stay Two Stray technique is 82,6 and the average what taught using Inside Outside Circle is 79,5 with tcount < ttable or 1,65<1,66. It

show that no difference of social science education learning achievement student between taught with Two Stay Two Stray Technique and taught with Inside outside Circle.

Keyword: Two Stay Two Stray; Inside Outside Circle; Cooperative Learning; result of study


(8)

iii

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad SWA, keluarganya, para sahabatnya serta para umatnya hingga akhir zaman nanti.

Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar IPS Siswa dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Teknik Inside Outside Circle dengan Teknik Two Stay Two Stray” ini tentunya tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak, baik berupa moril maupun materi. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Syarifullah, M.Si, Sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak M. Noviadi Nugroho, M.Pd, Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, dan arahan kepada penulis selama menyusun skripsi ini.

5. Bapak Dr. Teuku Ramli Zakaria, MA. Dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, dan arahan kepada penulis selama menjalani masa kuliah.

6. Seluruh dosen jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu nya kepada penulis selama perkuliahan. 7. Seluruh civitas akademi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

8. Bapak Cartam, S.Pd, M.Pd, Kepala Sekolah SMP PGRI 1 Ciputat yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian skripsi ini.

9. Ayahanda Muhammad Apriyanto dan Ibunda Sugiyanti, terima kasih sebesar

besarnya atas dukungan moril dan materi serta do’a yang tiada hentinya

diberikan kepada penulis untuk menggapai kesuksesan.

10.Adik – adikku Nur Muhamad Muhaimin dan Muhammad Fahri Ar-Rauf, terima kasih atas semangat yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.


(9)

iv

12.Kawan – kawan P.IPS 2011. Terima kasih atas kebersaman dan semangatnya. Sukses selalu untuk kita semua

13.Resimen Mahasiswa satuan Menwa Wira Dharma UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas ilmu dan pengalaman berharga yang telah diberikan kepada penulis.

14.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis.

Akhirnya, penulis hanya dapat berdo’a kepada Allah SWT semoga bantuan

dan kebaikannya mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya semoga lebih baik lagi kedepannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca, Amiin.

Jakarta, 29 November 2015 Penulis,


(10)

v

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Identifikasi Masalah 4

C. Pembatasan Masalah 4

D. Rumusan Masalah 5

E. Tujuan Penelitian 5

F. Manfaat Penelitian 5

BAB II LANDASAN TEORI 7

A. Kajian Teori 7

1. Model Pembelajaran Kooperatif 7

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif 7

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif 8

c. Unsur – unsur Pembelajaran Kooperatif 10

d. Langkah – langkah Pembelajaran Kooperatif 11

2. Model Pembelajaran Kooperatif Learning Teknik Two Stay

Two Stray 12

3. Model Pembelajaran Kooperatif Learning Teknik Inside


(11)

vi

c. Tujuan Pendidikan IPS 20

5. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar 21

a. Pengertian Belajar 21

b. Pengertian Hasil Belajar 23

B. Bahan Penelitian yang Relevan 26

C. Kerangka Berpikir 28

D. Hipotesis Penelitian 29

BAB III METODE PENELITIAN 30

A. Tempat dan Waktu Penelitian 30

B. Metode dan Desain Penelitian 30

C. Populasi dan Sampel 31

1. Populasi 31

2. Teknik Pengambilan Sampel 31

D. Teknik Pengumpulan Data 32

E. Instrumen Penelitian 34

F. Uji Coba Instrumen 36

1. Uji Validitas 36

2. Uji Reabilitas 37

3. Tingkat Kesukaran 38

4. Daya Pembeda 39

G. Teknik Analisis Data 40

H. Hipotesis Statistik 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 44

A. Deskripsi Data 44

1. Gambaran Umum Sekolah 44

a. Identitas Sekolah 44


(12)

vii

2. Hasil Uji Coba Instrumen 51

a. Uji Validitas Soal 51

b. Uji Reabilitas Soal 52

c. Uji Tingkat Kesukaran Soal 53

d. Uji Daya Pembeda 54

3. Praktik Pembelajaran 54

a. Praktik Pembelajaran Kelas Two Stay Two Stray 54 b. Praktik Pembelajaran Kelas Inside Outside Circle 56

4. Data Hasil Belajar IPS Siswa 58

a. Data Hasil Belajar IPS Siswa Kelompok Two Stay Two

Stray 58

1. Hasil Pretest Kelompok Two Stay Two Stray 58 2. Hasil Posttest Kelompok Two Stay Two Stray 58 b. Data Hasil Belajar IPS Siswa Kelompok Inside Outside

Circle 58

1. Hasil Pretest Kelompok Inside Outside Circle 58 2. Hasil Posttest Kelompok Inside Outside Circle 59

B. Uji Persyaratan Analisis Data 59

1. Uji Normalitas Data 59

a. Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Two Stay Two

Stray 59

b. Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Two Stay Two

Stray 60

c. Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Inside Outside

Circle 60

d. Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Inside Outside


(13)

viii

C. Pengujian Hipotesis 61

D. Pembahasan Hasil Penelitian 62

BAB V Kesimpulan dan Saran 65

A. Kesimpulan 65

B. Saran 65

DAFTAR PUSTAKA 66


(14)

ix

Tabel 3.2 Instrumen Observasi 33

Tabel 3.3 Kisi – kisi Instrument Test 34

Tabel 3.4 Indeks Reabilitas Soal 38

Tabel 3.5 Indeks Tingkat Kesukaran Soal 38

Tabel 3.6 Kriteria Daya Beda 39

Tabel 4.1 Data Rombongan Belajar (Rombel) dan Guru 47

Tabel 4.2 Data Siswa dalam 3 Tahun Terakhir 50

Tabel 4.3 Validitas Soal 52

Tabel 4.4 Realibilitas Soal 53

Tabel 4.5 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrument 53

Tabel 4.6 Hasil Uji Daya Pembeda 54

Tabel 4.7 Data Hasil Pretest kelas Two Stay Two Stray 58

Tabel 4.8 Data Hasil Posttest Siswa Kelompok Two Stay Two Stray 58 Tabel 4.9 Data Hasil Pretest Kelompok Inside Outside Circle 59 Tabel 4.10 Data Hasil Posttest Kelompok Inside Outside Circle 59


(15)

(16)

xi Lampiran 3 Materi Ajar

Lampiran 4 Lembar Observasi

Lampiran 5 Instrument Test Sebelum Uji Validitas

Lampiran 6 ANATES

Lampiran 7 Rekaputilasi Validitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Instrumen

Lampiran 8 Soal Pretest dan Posttest

Lampiran 9 Nilai Pretest Siswa Kelas Inside Outside Circle dan Two Stay Two Stray

Lampiran 10 Nilai Posttsett Siswa Kelas Inside Outside Circle dan Two Stay Two Stray

Lampiran 11 Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelas Two Stay Two Stray

Lampiran 12 Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelas Inside Outside Circle

Lampiran 13 Perhitungan Uji Normalitas Hasil Pretest Two Stay Two Stray

Lampiran 14 Perhitungan Uji Normalitas Hasil Posttest Two Stay Two Stray

Lampiran 15 Perhitungan Uji Normalitas Hasil Pretest Inside Outside Circle

Lampiran 16 Perhitungan Uji Normalitas Hasil Posttest Inside Outside Circle

Lampiran 17 Uji Homogenitas Hasil Pretest dan Posttest


(17)

xii

Two Stay Two Stray

Lampiran 21 Surat Izin Penelitian


(18)

1

Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan yang tidak akan bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara1.

Berdasarkan pernyataan di atas tujuan dari pendidikan di Indonesia tidak hanya dalam mencerdaskan anak bangsa akan tetapi juga untuk membentuk kepribadian yang mulia serta mengembangkan segala potensi yang ada pada diri manusia. Secara umum dikatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik supaya dapat menjalankan perannya kelak ketika sudah terjun dimasyarakat.

Pendidikan yang diperoleh melalui sekolah formal maupun nonformal diharapkan mampu menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Dengan kata lain, dunia pendidikan dalam hal ini sekolah merupakan tempat mentransfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan yang tujuannya adalah menghasilkan manusia yang cerdas, berkualitas, terampil, berbudi luhur, serta menjunjung tunggi ajaran agama2.

Dewasa ini permasalahan yang sering timbul dalam dunia pendidikan selain menuntut sekolah untuk mengembangkan kurikulum nasional yang berdasarkan undang – undang juga menuntut para pendidik untuk mencari solusi bagaimana materi pelajaran yang diajarkan dapat menarik dan

1

UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional.pdf

2


(19)

disukai oleh peserta didik sehingga esensi dari pelajaran tersebut dapat diterima dengan baik oleh peserta didik.

Seorang guru dituntut untuk dapat menguasai kelas dengan baik serta kreatif dan pintar dalam memilih model pembelajaran yang tepat untuk dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas agar dapat mengaktifkan peserta didik dikelas sehingga siswa dapat memahami dan menguasai setiap konsep materi pelajaran dengan baik sesuai dengan standar kompetensi yang ingin dicapai. Terlebih dalam mengajarkan materi pelajaran yang menuntut siswa untuk memahami teori.

Salah satu tantangan yang dihadapi dalam ilmu – ilmu berbasis teori, salah satuanya pelajaran IPS adalah peserta didik masih menganggap bahwa pelajaran IPS itu membosankan ditambah dengan kebanyakan guru yang cenderung menitikberatkan pada penugasan hafalan dan metode yang digunakan masih konvensional, akibatnya siswa tidak memiliki rasa kesatuan makna dan pelajaran sehingga kebanyakan siswa tidak bersemangat dalam mengikuti pelajaran IPS dan kurang memahami esensi dari ilmu sosial yang dipelajarinya.

Untuk menghadapi tantangan tersebut maka seorang guru harus memposisikan dirinya bukan sebagai seorang guru tapi sebagai seorang pemandu yang dapat mengarahkan dan membantu siswa mendapatkan pengalaman baru yang akan mengubah perilaku belajar menuju titik akumulasi kompetensi yang diharapkan. Tetapi permasalahan tersebut tidak akan tercapai jika tidak melibatkan siswa dalam perencanaan pembelajaran dan proses pembelajaran, karena dengan hal itu secara tidak langsung akan memotivasi peserta didik3.

Pelibatan siswa dalam proses belajar mengajar dilakukan dengan cara kerja sama yang kompak antara guru dan siswa. Situasi ini dapat dilakukan dengan mengembangkan dan mengaplikasikan strategi pembelajaran dan pemilihan metode pembelajaran yang tepat. Kriteria strategi pembelajaran

3


(20)

tersebut merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning).

Dalam pemilihan metode pembelajaran seorang guru harus bisa mengkaitkan materi pembelajaran dengan model yang digunakan, karna pada dasarnya setiap metode pembelajaran memiliki kelemahan dan kelebihan masing – masing sehingga menuntut guru untuk menggunakan metode yang bervariasi dalam setiap pembelajarannya dan menjadikan siswa sebagai subjek belajarnya.

Pembelajaran kooperatif memiliki banyak teknik, dua diantaranya yaitu teknik Inside Outside Circle dan teknik Two Stay Two Stray.

Menurut Anita Lie dalam bukunya Cooperative Learning, menyebutkan bahwa teknik pembelajaran IOC adalah teknik pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan pada siswa agar saling bertukar informasi pada saat yang bersamaan. Pendekatan ini bisa digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti: ilmu pengetahuan sosial, agama, matematika, dan bahasa4. Strategi ini memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Sedangkan dalam teknik Two Stay Two Stray, terdapat dua tamu dan dua penerima tamu. Siswa yang berperan menjadi penerima tamu bertugas memberikan informasi kepada tamu yang datang kekelompoknya layaknya tuan rumah yang menginformasikan apa yang ada di rumahnya, sedangkan yang bertugas menjadi tamu berkunjung kekelompok lain untuk mendapatkan informasi lain. Setelah selesai mereka kemudian mendiskusikan kembali bersama kelompoknya5. Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar, karena siswa akan lebih banyak berperan sendiri.

Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif teknik Inside Outside Circle dan Two Stay Two Stray siswa dapat saling mengajarkan,

4

Anita Lie, Cooperative Learning, Jakarta: PT. Gramedia,2008, h.65

5


(21)

memberi informasi serta mendiskusikan materi IPS tersebut. Sehingga, siswa diharapkan akan lebih memahami materi pelajaran IPS yang dijelaskan oleh temannya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengkaji seberapa besar perbedaan hasil belajar menggunakan kedua metode tersebut, karena pada dasarnya teknik IOC dan TSTS memiliki keunggulan masing – masing. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar IPS Siswa Dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray dengan Teknik Inside Outside Circle Penelitian pada SMP PGRI 1 Ciputat

B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang terjadi adalah sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran IPS yang masih menggunakan metode konvensional

2. Masih kurangnya minat belajar siswa terhadap pelajaran IPS

3. Masih kurangnya guru yang menerapkan model pembelajaran kooperatif yang beragam.

4. Masih kurangnya peran guru dalam mengarahkan siswa dalam menggunakan pembelajaran aktif.

5. Rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memfokuskan penulis dan memudahkan analisa, maka permasalahan akan dibatasi pada perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Two Stray Two Stay dengan teknik Inside Outside Circle dengan cara membandingkan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Two Stray Two Stay dengan teknik Inside Outside Circle di SMP PGRI 1 Ciputat.


(22)

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan pembatasan masalah di atas maka akan dirumuskan masalah penelitian yaitu seperti apa perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Inside Outside Circle dengan teknik Two Stray Two Stay di SMP PGRI 1 Ciputat.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Inside Outside Circle dengan teknik Two Stray Two Stay

di SMP PGRI 1 Ciputat.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis

Manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi tentang pembelajaran aktif yang dapat diterapkan oleh guru di kelas sehingga dapat mengajak siswa untuk belajar secara aktif. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi siswa dalam melakukan pembelajaran sehingga pembelajaran dikelas dapat menyenangkan dan meningkatkan hasil belajarnya.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk bisa menerapkan pembelajaran kooperatif teknik Inside Outside Circle dengan teknik Two Stray Two Stay. Sehingga siswa dapat aktif belajar dikelas.


(23)

c. Bagi Dunia Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif dengan berbagai teknik untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan mengaktifkan siswa dalam belajar di kelas.

d. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan kepada peneliti mengenai pembelajaran kooperatif dengan mengunakan beberapa tekhnik yang dapat diterapkan dikelas untuk meningkatkan hasil belajar sehingga bisa mengaktifkan siswa


(24)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Model pembelajaran kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Cooperative Learning berasal dari kata Cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama – sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai kelompok atau sebaga satu tim6.

Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap dan perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih7.

Hal ini didasarkan pada falsafah Homo Homini Socius, yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial8. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan sehari – hari manusia karena tanpa kerjasama kehidupan ini tidak akan berjalan bahkan punah.

Menurut Abdul Majid dalam buku Strategi pembelajaran

mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai

tujuan pembelajaran” 9

. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa dibagi menjadi kelompok – kelompok kecil yang terdiri dari 4 hingga 6 orang dengan struktur yang bersifat heterogen. Kemudian untuk menyelesaikan tugasnya dibutuhkan kerjasama antar anggota dan saling membantu.

6

Isjoni, Cooperatif Leraning (Efektifitas Pembelajaran Kelompok), Bandung: Alfabeta, 2007, h.15

7

Sofan Amri dan Iif Khoirul Ahmadi, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, Jakarta: Prestasi Pusaka, 2010 h. 90

8

Anita Lie, Cooperative Learning, Jakarta: PT. Grasindo, cet ke 7, 2014

9

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013, h. 174


(25)

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kelompok termasuk bentuk – bentuk yang lebih dipimpin oleh guru dan diarahkan oleh guru10.Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator untuk mengarahkan siswa dan menetapkan tugas serta menyediakan bahan – bahan yang dirancang untuk membantu siswa dalam menyelasaikan masalah yang diberikan.

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Karena dengan berdiskusi siswa mempunyai kesempatan langsung untuk mengungkapkan dan menerapkan ide – ide mereka. Siswa pun dituntut secara aktif untuk mengungkapkan sesuatu yang mereka pahami kepada temannya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang menekankan pada kerjasama antar siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dengan mengandalkan teman sejawat sebagai sumber belajar dan guru sebagai fasilitator.

b. Tujuan pembelajaran Kooperatif

Secara garis besar pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk menerapkan system kerjasama dan gotong royong diantara peserta didik selain itu pembelajaran kooperatif diharapkan dapat mengembangkan keterampilan sosial melalui berbagai teknik pembelajaran kelompok.

Menurut Stahl, seperti dikutip oleh Isjoni dalam bukunya

Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok, mengemukakan bahwa :

10


(26)

“dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning, siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir, maupun keterampilan sosial, seperti keterampilan mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerja sama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas”11.

Sedangkan pembelajaran kooperatif sendiri mempunyai tujuan yaitu menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya, akan tetapi pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan setidak – tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, yaitu (1) Hasil belajar akademik, (2) Penerimaan terhadap perbedaan individu, (3) Pengembangan keterampilan sosial12.

1) Hasil Belajar Akademik, Cooperative Learning dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran pada konsep – konsep sulit serta mampu membantu memperbaiki prestasi siswa yang kurang. Dalam Cooperative Learning

ini memberikan keuntungan, yaitu siswa dengan kemampuan yang berbeda dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas – tugas akademik.

2) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu, pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas – tugas akademik dan melalui struktur penghargaan. Dalam pembelajaran kooperatif siswa akan belajar saling menghargai satu sama lain. Dengan hal inilah siswa diharapkan dapat menerima setiap individu tanpa memandang perbedaan berdasarkan ras,

11

Isjoni, Op,Cit, h 23

12


(27)

budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.

3) Pengembangan Keterampilan Sosial, tujuan yang ketiga dari Cooperative Learning yaitu melatih keterampilan – keterampilan sosial dari siswa berupa keterampilan bekerja sama dan berkolaborasi dalam menyelesaikan tugas – tugas akademik.

c. Unsur – Unsur Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif bukan hanya sekedar kerja kelompok semata tetapi ada unsur – unsur dasar yang membedakannya. Dikutip dari buku Cooperative Learning yang ditulis oleh Anita Lie, Roger dan Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada setidaknya lima unsur model pembelajaran yang harus diterapkan yaitu : (1) Saling Ketergantungan Positif, (2) Tanggung Jawab Perseorangan, (3) Tatap Muka, (4) Komunikasi Antaranggota, (5) Evaluasi Proses Kelompok13.

1) Prinsip Ketergantungan Positif, yaitu keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing – masing anggota kelompok, dengan cara ini mau tidak mau setiap anggota kelompok merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar bisa berhasil. Oleh karena itu setiap anggota kelompok akan merasa saling ketergantungan.

2) Tanggung Jawab Perseorangan, unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.

13


(28)

Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

3) Tatap muka, yaitu memberikan kesempatan kepada setiap anggota kelompok untuk bertemu dan bertatap muka dalam melakukan interaksi atau berdiskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari kelompok lain.

4) Komunikasi antar anggota, unsur ini menghendaki agar para siswa dapat berpartisipasi aktif dan melatih siswa untuk berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5) Evaluasi Proses Kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

d. Langkah – langkah Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif, terdapat enam langkah utama atau fase. Yang dimulai dari guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar hingga evaluasi tentang apa yang telah dipelajari dan memberikan penghargaan. Sebagaimana dalam tabel berikut14 :

Tabel 2.1

Langkah – langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Indikator Kegiatan Guru

1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut, dan memotivasi siswa untuk belajar

14


(29)

2

Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan

mendemonstrasikan atau

melalui bahan bacaan.

3

Mengorganisasikan siswa

kedalam kelompok –

kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk

kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok – kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

5

Evaluasi Guru mengevaluasi hasil

belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing –

masing kelompok

mempresentasikan hasil

kerjanya.

6

Memberikan penghargaan Guru mencari cara – cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok

2. Model Pembelajaran Kooperatif Learning teknik Two Stay Two Stray.

Teknik pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Teknik dua tinggal dua tamu ini memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk membagikan


(30)

hasil informasi dengan kelompok lain15. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Pembelajaran kooperatif tipe ini menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dengan teman satu kelompoknya, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah yang diberikan oleh guru dan melatih siswa untuk dapat berkomunikasi serta bersosialisasi dengan baik. Pembagian kelompok dalam pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dilakukan dengan komposisi kelompok yang heterogen atau berbeda kemampuan siswanya, dengan hal ini diharapkan siswa yang memiliki kemampuan lebih baik dapat membantu teman lainnya dalam memecahkan masalah yang ada dalam kelompoknya.

Adapun kelemahan dan kelebihan dari metode Cooperative Learning teknik Two Stay Two Stray adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan metode Cooperative Learning teknik Two Stay Two Stray :

1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan konsep sendiri dengan cara memecahkan masalah

2) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan

3) Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna 4) Lebih berorientasi pada keaktifan

5) Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya

6) Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa 7) Kemampuan berbicara siswa ditingkatkan

8) Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar

b. Kelemahan metode Cooperative Learning teknik Two Stay Two Stray :

1) Diperlukan waktu yang cukup lama untuk berdiskusi 2) Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok

3) Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dan dan tenaga)

4) Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas16.

15

Anita Lie, Op, Cit, h.61

16 Asep Safa’at,

Model Pembelajaran TS-TS,

http://kuliahpgsdonline.blogspot.com/2012/03/model-pembelajaran-ts-ts-two-stay-two.html. Diakses pada tanggal 26 Mei 2015 pukul 19.00 WIB


(31)

Langkah – langkah metode Cooperative Learning teknik Two Stay Two Stray, adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran dengan metode ini diawali dengan pembagian kelompok yang beranggotakan kurang lebih empat hingga lima orang.

b. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan – permasalahan yang harus mereka diskusikan dalam mencari jawabannya.

c. Setelah diskusi intra kelompok usai, dua orang dari masing – masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain.

d. Anggota kelompok yang tidak mendapatkan tugas untuk bertamu kepada kelompok lain memiliki kewajiban untuk menerima tamu dari suatu kelompok.

e. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing – masing.

f. Setelah kembali ke kelompok asal, baik siswa yang bertugas menerima tamu mencocokan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.

g. Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil pekerjaan mereka17.

17

Agus Suprijono, Cooperative Learning teori & aplikasi paikem, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013 cet ke X, h. 93 - 94


(32)

Berikut ini adalah cara atau teknik dalam Two Stay Two Stray

Keterangan:

= Berpecar/stray

= Tinggal/Stay

Gambar 2.1 Model pembelajaran teknik Two Stay Two Stray

Dalam pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan jalnnya diskusi antar kelompok maupun saat angggota kelompok itu berpencar, setelah melakukan diskusi guru bersama siswa membahs hasil kerja setiap kelompok kemudian membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.

A

B

C

D

G

H F

E Kelompok 1

Kelompok 3 Kelompok 4

Kelompok 2

L P

O

N M K

J I


(33)

3. Model Pembelajaran Kooperatif Learning teknik Inside Outside Circle.

Teknik pembelajaran Inside Outside Circle dikembangkan oleh Spencer Kagan, teknik ini merupakan sebuah model pembelajaran dengan sistem lingkaran kecil dan lingkaran besar dimana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.

Teknik pembelajaran Inside Outside Circle dapat digunakan dalam mata pelajaran diantaranya Ilmu pengetahuan sosial, agama, matematika dan bahasa. Selain itu dalam pembelajaran teknik Inside Outside Circle siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Teknik pembelajaran ini dapat digunakan untuk semua tingkatan usia peserta didik.

Langkah – langkah dari pembelajaran teknik Inside Outside Circle, adalah sebagai berikut:

a. Bentuk kelompok, jika dalam satu kelas terdiri dari 40 orang siswa maka bagilah menjadi 2 kelompok besar, sehingga satu kelompok besar mempunyai 20 anggota kelompok.

b. Tiap – tiap kelompok besar terdiri dari 2 kelompok lingkaran menghadap dalam dan lingkaran mengahadap keluar yang terdiri dari 10 orang, dengan demikian anggota lingkaran luar dan lingkaran dalam saling berpasangan dan disebut dengan pasangan asal.

c. Berikan tugas kepada masing – masing pasangan yang berhadap – hadapan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai, karena di dalam tiap kelompok besar terdiri dari 10 pasangan maka indikator yang disiapkan harus 10 indikator pembelajaran.


(34)

d. Beri waktu secukupnya kepada siswa untuk melakukan diskusi. e. Setelah dikusi selesai, anggota kelompok dalam begerak berlawanan arah dengan anggota kelompok luar, sehingga membuat pasangan baru.

f. Setiap pasangan baru ini wajib memberikan informasi berdasarkan hasil diskusi dengan pasangan asal, demikian seterusnya dan berhenti jika anggota kelompok lingkaran dalam dan lingkaran luar sebagai pasangan asal kembali bertemu.

g. Hasil diskusi tiap kelompok besar itu kemudian dipaparkan sehingga terjadi diskusi antar kelompok besar. Diskusi ini diharapkan memberikan pengetahuan bermakna bagi seluruh peserta didik.

h. Diujung pertemuan guru memberikan kesimpulan dan mengevaluasi hal – hal yang telah didiskusikan18.

Gambar 2.2 Model Pembelajaran teknik Inside Outside Circle

Dalam pembelajaran Inside Outside Circle terdapat berbagai kekurangan dan kelemahan, Kelebihan penggunaan Model IOC ini adalah, siswa akan mudah mendapatkan informasi yang berbeda-beda dan beragam dalam waktu bersamaan. Sedangkan kekurangan penerapan Model IOC adalah membutuhkan ruang kelas yang

18


(35)

besar, terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalah gunakan untuk bergurau, dan rumit untuk dilakukan19.

4. Hakikat Pembelajaran IPS a. Pengertian IPS

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan

tinggi yang identik dengan istilah “Social Studies”. Nama IPS

merupakan hasil kesepakatan dari para ahli atau pakar di Indonesia20.

IPS sebagai ilmu pengetahuan baru mulai digunakan dalam kurikulum sekolah pada tahun 1975 (SMP – SMA) dan tahun 1976 (SPG). Mata pelajaran ini berperan sebagai aplikasi dan realisasi dari ilmu – ilmu sosial yang bersifat teoritik dalam kehidupan di masyarakat, sehingga diharapkan melalui pembelajaran IPS diharapkan tidak hanya dapat menguasai teori semata tetapi juga lebih dewasa dan bijak dalam menjalani kehidupannya di masyarakat21.

Dalam mata pelajaran IPS merupakan hasil dari gabungan beberapa ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi dan beberapa ilmu sosial lainnya yang dikemas secara terpadu sebagai suatu mata pelajaran.

Social Studies atau Ilmu Pengetahuan Sosial menurut Ali Amran Udin dalam buku Ilmu Sosial Dasar karangan Abu Ahmadi menyebutkan bahwa “ilmu – ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan – tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar

19

http://www.kajianpustaka.com/2013/11/model-pembelajaran-lingkaran-dalam-dan.html di akses pada tanggal 9 april 2015 pukul 12.00 WIB

20

Supriya, Susilawati, Sadjaruddin Nurdin, Konsep Dasar IPS, Bandung: UPI Press, cet 1 2006, h.3

21

Sapriyana, Dadang Sundawa dan Iim Siti Masyitoh, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, Bandung: UPI Press, cet 1 2006, h. 3


(36)

dan menengah (elementary and secondary school)” 22 . Dari pengertian ini dapat kita lihat bahwa ilmu pengetahuan sosial adalah hasil penyerdehanaan yang dimaksudkan pada penyesuaian dengan kurikulum yang diterapkan di sekolah, karena pada dasarnya sifat dari disiplin ilmu sosial adalah mempelajari manusia dan gejala sosial yang ada didalamnya.

Pengertian IPS di tingkat sekolah mempunyai perbedaan makna, khususnya antara IPS untuk sekolah dasar (SD), dengan IPS untuk sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA). Pengertian IPS di sekolah tersebut ada yang berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (paduan) dari sejumlah mata pelajaran atau displin ilmu. Perbedaan ini dapat pula diidentifikasi dari perbedaan pendekatan yang ditetapkan pada masing-masing jenjang sekolah tersebut.

Akan tetapi pada dasarnya pembelajaran IPS bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dapat diaplikasikan di kehidupan bermasyarakat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu – ilmu sosial merupakan dasar dari adanya mata pelajaran IPS, akan tetapi tidak semua ilmu sosial menjadi pokok bahasan dalam IPS karena disesuaikan dengan karakteristik dan jenjang pendidikan siswa.

b. Karakteristik Pembelajaran IPS

Karakteristik mata pembelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu – ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, politik, hukum dan budaya. Rumusan ilmu pengetahuan sosial berdasarkan realitas dan fenomena sosial melalui pendekatan interdisipliner.

22


(37)

Mata pelajaran IPS di SMP/MTs memiliki beberapa karakteristik antara lain23:

1. Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan sosiologi bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.

2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan topik (tema) tertentu.

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.

c. Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep – konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai – nilai sosial dan kemanusiaan.

23

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: PT. Bumi Aksara, cet ke 2 2010, h. 175


(38)

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global24.

Dari poin – poin di atas dapat disimpulkan tujuan dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk mengenal kehidupan masyarakat, lingkungan, keterampilan dalam sosial, nilai – nilai sosial dan memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dalam skala lokal, nasional dan dunia.

5. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Sardiman, dalam bukunya yang berjudul “Interaksi dan Motivasi belajar mengajar” mengemukakan beberapa definisi tentang belajar menurut para ahli, antara lain sebagai berikut:

1) Cronbach memberikan definisi: “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”

2) Harold Spears memberikan batasan : “Learning is to observer, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.

3) Geoch, mengatakan: “Learning is a change in performance as a result of practice 25.

Dari ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan perubahan tingkah laku atau penampilan melalui berbagai aktivitas, seperti membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Proses belajar akan menghasilkan perubahan tingkah laku yang lebih baik jika sesorang tersebut belajar langsung dari pengalaman atau melakukannya langsung26.

Menurut pendapat ahli pendidikan modern yang merumuskan perbuatan belajar dalam buku Psikologi suatu pengantar dalam

24

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.

25

Sardiman, A.M, Interaksi dan motivasi belajar mengajar, (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2000), h.20

26


(39)

Persfektif Islam karya Abdul Rahman Shaleh, “belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan”27.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, belajar merupakan perubahan aspek kepribadian individu, perubahan itu dapat berkenaan dengan penguasaan dan penambahan pengetahuan, kecakapan, sikap, nilai, motivasi, kebiasaan, minat, apresiasi dan lain sebagainya. Begitu juga dengan pengalaman atau hal – hal yang pernah dialami oleh orang tersebut28.

Menurut Crow and Crow dan Hilgard, Dikutip dari buku Nana Syaodih Sukmadinata yang berjudul Landasan Psikologi Proses Pendidikan “belajar adalah diperolehnya dari kebiasaan – kebiasaan pengetahuan dan sikap baru” sedangkan menurut

Hilgard “belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”29.

Menurut Oemar Hamalik “belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman”30. Belajar merupakan proses untuk membuat perubahan dalam diri seseorang dengan cara berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan perilaku. Perubahan itu akan membuat seseorang menjadi lebih baik.

Menurut Wasty Soemanto dalam buku Psikologi Pendidikan

Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, “belajar merupakan proses

dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia

27

Abdul Rahman Shaleh , Psikologi suatu pengantar dalam persfektif islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009) cet ke 4, h. 207

28

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009) cet ke 5, h. 156

29

Ibid

30


(40)

melakukan perubahan – perubahan kualitatif individu sehingga

tingkah lakunya berkembang”31

.

Berdasarkan definisi belajar yang diungkapkan oleh Wasty Soemanto di atas dapatlah memberi sebuah gambaran bahwa belajar adalah proses perubahan-perubahan kualitatif individu manusia selama hidupnya sehingga tingkah lakunya berkembang.

Pengertian belajar lain juga diungkapkan oleh Muhibbin Syah, belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis pendidikan32.

Dari beberapa definisi belajar menurut para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi pada diri seseorang setelah melakukan aktivitas atau berinteraksi dengan lingkungannya untuk mendapatkan perubahan perilaku yang lebih baik. Perilaku tersebut akan lebih baik hasilnya manakala seseorang tersebut belajar dari pengalaman dan melakukannya sendiri.

Hal yang paling penting dalam pembelajaran bukan hanya sekedar pengalaman dan hasil semata, melainkan proses belajar itu sendiri. Karena dari proses itulah seseorang dapat menerima berbagai pengalaman penting yang dapat mengubah tingkah laku serta pola pikir seseorang.

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan – kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang33. Hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan,

31

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006) cet ke 5, h. 104

32

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010) h. 63

33

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009) cet ke 5, h. 102


(41)

keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Di sekolah hasil belajar dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam menguasai berbagai mata pelajaran yang ditempuhnya.

Hasil dari proses pembelajaran ialah perubahan perilaku individu. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran ialah perilaku keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif dan motorik.

Menurut Ngalim Purwanto, “Hasil belajar adalah hasil – hasil pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu”34. Hasil belajar yang dimaksud dapat berupa tes, ulangan harian, atau evaluasi akhir.

Nana Sudjana mengatakan “Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”35. Hasil belajar yang dimaksud dapat berupa pemahaman siswa mengenai pelajaran yang telah diberikan atau dapat berupa analisis terhadap suatu hal dan dapat pula dalam bentuk pemecahan masalah yang dilakukan siswa terhadap suatu hal.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil dari pencapaian kemampuan belajar yang dilakukan oleh peserta didik melalui serangkaian kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk mengukur kemampuan belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Dalam buku Nana Sudjana, “Horward Kingsley membagi tiga

macam hasil belajar, yakni:

1) Keterampilan dan kebiasaan 2) Pengetahuan dan pengertian 3) Sikap dan cita – cita36

34

Ngalim Purwanto, Prinsip – prinsipdan tekhnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,1994) h. 33

35

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h.22

36


(42)

Sedangkan, dalam buku penilaian hasil belajar mengajar, Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni:

a) informasi verbal

b) keterampilan intelektual c) strategi kognitif

d) sikap, dan

e) keterampilan motoris37

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik dalam tujuan kulikuler maupun maupun tujuan instruksional untuk menentukan objek penilaian hasil belajar menggunakan klasifikasi yang diungkapkan oleh Benyamin S. Bloom yang secara garis besar membagi menjadi tiga ranah yaitu :

1) Ranah Kognitif, ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yang berupa pengetahuan atau ingatan dan pemahaman, kedua aspek ini sering disebut dengan kognitif tingkat rendah sedangkan aplikasi, analisis, sintensis dan evaluasi termasuk kognitif tingkat tinggi.

2) Ranah Afektif, ranah ini berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.

3) Ranah Psikomotorik, ranah ini berkaitan dengan hasil belajar yang berupa keterampilan dan kemampuan bertindak. Dalam ranah ini ada enam aspek penilaian yaitu, gerakan refleks, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretative.

Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

37


(43)

B. Bahan Penelitian yang Relevan

Sebagai bahan penguat penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti tentang perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Inside Outside Circle dengan teknik Two Stay Two Stray, penulis mengutip beberapa penelitian yang relevan, antara lain:

1. Pengaruh Metode Pembelajaran Cooperative Learning teknik Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Siswa di MAN Mauk Kabupaten Tangerang diteliti oleh Yupika Sulhayani (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta), menyatakan bahwa berdasarkan analisis data menggunakan “t” tes, diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh metode pembelajaran Cooperative Learning

teknik Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap hasil belajar sosiologi siswa pada konsep nilai dan norma. Hal ini dapat dilihat dari harga thitung > ttabel pada taraf signifikansi 0,05 yaitu 3,42 > 1,671”38.

2. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside-Circle

terhadap hasil belajar Sosiologi Siswa diteliti oleh Evi Herliyanti (Universitas Islam Negeri Jakarta), menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa rata – rata hasil belajar sosiologi yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Inside Outside Circle

sebesar 70,56 sedangkan rata – rata hasil belajar sosiologi yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung sebesar 60,72. Dari hasil uji hipotesis diperoleh nilai thit > ttab (3,42 > 1,67). Hal

ini menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada model

38

Yupika Sulhayani, “Pengaruh Metode Pembelajaran Cooperative Learning teknik Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Siswa di MAN Mauk Kabupaten


(44)

pembelajaran kooperatif tipe Inside Outside Circle terhadap hasil

belajar siswa”39

.

3. Perbedaan Antara Metode Two Stay Two Stray dan Inside Outside Circle dalam meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VII SMPN 14 Yogyakarta diteliti oleh Siti Indriwati (Universitas Negeri Yogyakarta), menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara metode

Two Stay Two Stray dan Inside Outside Circle dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas VII SMP N 14 Yogyakarta. Perbedaan ditunjukkan dari hasil uji-t independen sample t-test untuk aktivitas belajar siswa, diperoleh nilai signifikansi (p) 0,000 < 0,05 dan nilai thitung > ttabel (3,725 > 1,997). Untuk hasil belajar siswa nilai

signifikansi (p) 0,045<0,05 dan nilai thitung > ttabel (2,039 > 1,997). Hal

ini menunjukkan bahwa metode Two Stay Two Stray lebih dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas VII SMP N 14 Yogyakarta dibanding dengan metode Inside Outside Circle”40. Dari ketiga hasil penelitian terdahulu, dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray maupun teknik Inside Outside Circle dapat meningkatkan hasil belajar. Akan tetapi ketika kedua metode itu dibandingkan ternyata metode Two Stay Two Stray lebih dapat meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan Inside Outside Circle. Dalam hal ini penulis akan berusaha mengkolaborasikan dan menerapkan pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Sray

dengan teknik Inside Outside Circle untuk diteliti seberapa besar perbedaan yang dihasilkan pada siswa SMP PGRI 1 Ciputat, dalam sebuah penelitian yang berjudul “perbedaan hasil belajar ips siswa dengan

39

Evi Herliyanti, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside-Circle

terhadap hasil belajar Sosiologi Siswa”, Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013

40Siti Indriwati, “

Perbedaan Antara Metode Two Stay Two Stray dan Inside Outside Circle dalam meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VII SMPN 14 Yogyakarta”, Jurnal Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2014


(45)

menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Inside Outside Circle

dengan teknik Two Stay Two Stray”.

C. Kerangka Berfikir

Dalam kegiatan pendidikan tujuan utama yang ingin dicapai oleh pendidik adalah keberhasilan dalam mendidik peserta didiknya, sehingga bisa menjadi manusia dewasa yang utuh, bermoral dan bertanggung jawab bagi kehidupan, baik itu untuk dirinya sendiri maupun orang lain.

Berhasil tidaknya proses belajar mengajar di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur pendidikan salah satu diantaranya metode pembelajaran yang digunakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung, terlebih sampai saat ini pelajaran IPS cenderung kurang diminati oleh peserta didik, mereka menganggap IPS adalah pelajaran yang membosankan karena menghapal materi sehingga siswa cenderung pasif.

Pemilihan metode dalam suatu kegiatan pembelajaran menjadi suatu hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi, oleh karena itu seorang guru harus pandai memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan materi yang akan disajikan, dengan harapan dapat melibatkan siswa secara aktif, menarik minat dan perhatian siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan saling berinteraksi satu sama lain yaitu model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif memiliki banyak teknik, dua diantaranya yaitu teknik Two Stay Two Stray dan Inside Outside Circle. Kedua metode pembelajaran ini menuntut siswa untuk belajar secara aktif, interaktif, mudah bersosialisasi, membantu kemampuan berkomunikasi serta bertanggung jawab baik secara individu maupun kelompok.

Dari metode pembelajaran di atas, diharapkan siswa mendapat hasil belajar yang baik sehingga mendorong siswa untuk dapat mengerti dan memahami materi yang diajarkan oleh guru dan menarik minat dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.


(46)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian yang peneliti gunakan adalah hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternative (H1)

dengan rincian sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar

dengan menggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray dan metode Inside Outside Circle.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar

dengan menggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray dan metode Inside Outside Circle.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di SMP PGRI 1 Ciputat yang berlokasi di Jl. Pendidikan no. 30 Ciputat, Tangerang Selatan pada para siswa kelas VII semester genap tahun ajaran 2014/2015.

Adapun waktu penelitian dimulai dari bulan maret sampai bulan juni 2013.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian eksperimen. Menurut Suharsini Arikunto, Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan causal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan cara mengeleminasi, mengurangi atau menyisihkan faktor – faktor lain yang mengganggu41. Penelitian ekperimen didasarkan pada suatu hukum variabel yang dikemukakan oleh Stuart Mill, ia memperkenalkan adanya metode perbedaan (method of difference), manakala kedua situasi serba sama dalam segala hal, kemudian salah satu situasi tersebut ditambah satu elemen, sementara situasi satunya tidak ditambahkan maka perbedaan yang ada diantara kedua situasi tersebut merupakan akibat elemen tadi42.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Quasi Experiment atau sering disebut dengan metode ekperimen semu dengan menggunakan desain pretest dan posttest kemudian dilakukan pengontrolan variabel. Dalam desain ini digunakan dua kelas, yaitu kelas VIII-6 yang dalam proses pembelajarannya menggunakan metode Two Stay Two Stray

sedangkan dikelas VIII-7 menggunakan metode Inside Out Side Circle. Adapun desain dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

41

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta, PT Rieneka Cipta, 2010) cet 14, h. 9

42

Zaenal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2011), h. 67


(48)

Table 3.1

Desain Penelitian Two Group Pretest dan Posttest design

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

E1 T1 X1 T1

E2 T2 X2 T2

Keterangan:

E1 : Kelas yang menggunakan metode Two Stay Two Stray

E2 : Kelas yang menggunakan metode Inside Outside Circle

T1 : Pretest kelompok Two Stay Two Stray

T2 : Pretest kelompok Inside Outside Circle

X1 : Pelaksanaan metode pembelajaran Two Stay Two Stray

X2 : Pelaksanaan metode pembelajaran Inside Outside Circle

T1 : Posttest kelompok Two Stay Two Stray

T2 : Posttest kelompok Inside Outside Circle C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya43. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP PGRI 1 Ciputat.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut44. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah siwa – siswa kelas VIII – 6 dan VII – 7 pada SMP PGRI 1 Ciputat.

43

Sugiyono, Metode penelitian Pendidikan, (Bandung, Alfabeta, 2014) h,117

44


(49)

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik sampel acak klaster (Cluster Randam Sampling). Teknik ini digunakan karena sampel yang digunakan tidak terdiri dari individu – individu, melainkan terdiri dari kelompok – kelompok individu atau cluste45.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data atau sering disebut juga dengan metode pengumpulan data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memberikan tes terulis dan observasi. Tes dengan menggunakan tes objektif pilihan ganda. Observasi dilakukan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses belajar siswa ketika belajar dengan metode Two Stay Two Stray dan metode Inside Outside Circle.

Adapun urutan pengumpulan data bentuk tes tertulis ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Memberikan tes kemampuan awal (Pretest) kepada kedua kelas yang menjadi menjadi subjek penelitian baik itu kelas yang menggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray maupun kelas yang menggunakan metode pembelajaran Inside Outside Circle, untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan awal peserta didik sebelum penerapan metode pembelajaran.

2. Memberikan treatment (perlakuan) kepada kelas yang dijadikan subjek penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray pada kelas E1 dan metode

pembelajaran kooperatif Inside Outside Circle pada kelas E2

3. Memberikan tes kemampuan akhir (Posttest) pada kedua kelas dengan menggunakan soal yang sama.

45

S. Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010) cet 8, h.127


(50)

4. Menilai hasil tes yang diperoleh dari kedua kelompok perlakuan, untuk selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dan dipersiapkan untuk pembuatan laporan penelitian.

Sedangkan instrumen pengumpulan data bentuk observasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.2 Instrumen Observasi

Variabel Penelitian Indikator Butir

Soal Pembelajaran

Kooperatif teknik

Two Stay Two Stray

Observer menyiapkan proses

pembelajaran yang akan berlangsung, ruangan dan mengkondisikan situasi belajar

1

Observer mengamati kesiapan siswa 2,3 dan 4 Observer mengamati siswa dalam

proses pembelajaran eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi yang disampaikan/diterapkan

5, 6, 7, 8 dan 9

Observer mengamati interaksi antar siswa serta pembelajaran dikelas menggunakan pembelajaran

kooperatif teknik Two Stay Two Stray

10, 11, 12, dan

13 Pembelajaran

Kooperatif teknik

Inside Outside Circle

Observer menyiapkan proses

pembelajaran yang akan berlangsung, ruangan dan mengkondisikan situasi belajar

17

Observer mengamati kesiapan siswa 18,19, dan 20 Observer mengamati siswa dalam

proses pembelajaran eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi yang disampaikan/diterapkan

21, 22, 23, 24, dan 25 Observer mengamati pembelajaran

dikelas menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Inside Outside Circle

26, 27, 28, dan


(51)

Hasil belajar siswa Observer mengamati sejauh mana kemajuan belajar siswa melalui evaluasi yang diberikan setelah diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray dan Inside Outside Circle serta antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran dikelas

14, 15, 16, 30, 31 dan

32

E. Instrumen Penelitian

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes, dimana dalam instrumen ini berupa tes awal (pretest) dan tes akhir (postrest) yaitu tes untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi yang telah diajarkan. Instrumen hasil belajar ini terdiri dari 20 soal berbentuk pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban. Sebelum tes ini diberikan, terlebih dahulu diujicobakan untuk diketahui validitas, Reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya.

Adapun kisi – kisi instrumen penelitiannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kisi – kisi Instrumen Tes

Standar Kompetensi: memahami kegiatan perekonomian di Indonesia

No. Kompetensi

Dasar Materi Pokok Indikator

No. Soal Aspek yang diukur 1.2 Mendeskripsikan permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga pasar

1. Pengertian dan faktor – faktor yang mempengaruhi pemintaan barang dan jasa

2. Hukum permintaan

1. Merumuskan pengertian permintaan 2. Mendiskusikan

faktor – faktor yang mempengaruhi 1,2, 3,10 4,14 C2 C2


(52)

3. Kurva permintaan 4. Penerapan hukum

permintaan 5. Pengertian

penawaran dan faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran barang/jasa

6. Hukum penawaran 7. Kurva penawaran 8. Penerapan hukum

penawaran

9. Pengertian harga 10.Macam – macam harga (termasuk harga yang ditetapkan pemerintah) 11.Hubungan antara

permintaan dengan penawaran yang digambarkan dalam bentuk kurva harga keseimbangan permintaan

3. Menjelaskan hukum permintaan 4. Menggambarkan kurva permintaan 5. Mengidentifikasi penerapan hukum permintaan dalam kehidupan sehari - hari

6. Menjelaskan pengertian penawaran 7. Mengidentifikasi

faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran

8. Menjelaskan hukum penawaran

9. Menggambarkan kurva penawaran 10.Mengindenfikasi

penerapan hukum permintaan dalam kehidupan sehari - hari 11.Menjelaskan pengertian harga 12.Mengidentifikasi terbentuknya harga 13.Mengklasifikasikan 9,16 10 6,7 8 19 11,12 5 13,20 15,17 ,18 C1 C3 C2 C2 C1 C3 C2 C1 C3


(53)

macam – macam harga

14.Menjelaskan

hubungan antara permintaan dengan

penawaran yang

digambarkan dalam bentuk kurva harga keseimbangan

F. Uji coba Instrumen

Sebelum diberikan kepada subjek penelitian, soal terlebih dahulu di ujicobakan pada peserta didik kelas IX SMP PGRI 1 Ciputat. Ujicoba ini bertujuan untuk mengetahui apakah soal tersebut memenuhi persyaratan seperti validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal maupun daya pembeda.

1. Uji Validitas

Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai benar – benar mengukur apa yang harus diukur.46 Sedangkan untuk pengujian validitas soal dalam penelitian ini mengunakan Product Moment47. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

r

xy

=

√{ –

46

Suharsimi Arikunto, Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet 9, h.65

47


(54)

Keterangan:

rxy : Koefisien antara variable x dan variable y

n : Banyaknya siswa

x : Skor item

y : Skor total

xy : Hasil perkalian skor item dan skor total x2 : Hasil kuadrat dari skor item

y2 : Hasil kuadrat dari skor total

(∑X) : Hasil kuadrat dari total skor item

(∑Y) : Hasil kuadrat dari total skor total

Valid atau tidaknya butir soal dapat diketahui dengan membandingkan rxy dengan TtabelProduct Momentdengan α = 0,05

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketepatan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu alat evaluasi atau tes disebut reliable, jika tes tersebut dapat dipercaya, konsisten atau stabil produktif. Uji Reliabilitas untuk butir soal pilihan ganda dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha

yaitu48:

Keterangan:

r11 : Reliabilitas yang dicari

: Jumlah Varian skor tiap – tiap item : Varians total

48


(55)

Tabel 3.4

Indeks Reliabilitas Soal

Indeks Reliabilitas Soal Kriteria

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

0,60 – 0,80 Tinggi

0,40 – 0,60 Cukup

0,20 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat Rendah

3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukan tentang sukar atau mudahnya suatu soal. Uji tingkat kesukaran soal disini bertujuan untuk mengetahui soal – soal itu termasuk kategori mudah, sedang, atau sukar. Tingkat kesukaran soal dihitung menggunakan rumus:

Keterangan :

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa menjawab soal tersebut dengan benar JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut: Table 3.5

Indeks Tingkat Kesukaran Soal

Indeks Tingkat Kesukaran Kriteria

0 – 0,25


(56)

0,26 – 0,75

Sedang

0,76 – 1

Mudah

4. Daya Pembeda

Menurut Suharsimi Arikunto, “daya pembeda soal adalah

kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai (berkemampuan rendah)”49. Adapun rumus untuk menghitung daya pembeda adalah :

Keterangan : D : Daya Pembeda

BA : Jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal kelompok

atas

BB : Jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal kelompok

bawah

JA : Banyaknya siswa pada kelompok atas

JB : Banyaknya siswa pada kelompok bawah

Tabel 3.6 Kriteria Daya Beda

Indeks Daya Beda Kriteria

>0,2 Jelek

0,2 – 0,4

Sedang

49

Suharsimi Arikunto, Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet 9, h. 210


(57)

0,4 – 0,7

Baik

0,7 – 1,00

Baik sekali

Bertanda negative

Jelek sekali

G. Teknik Analisis data

1. Pengujian prasyarat analisis a. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dikakukan dengan menggunakan ujian cai kai kuadrat (chi square).

Langkah - langkah untuk melakukan uji normalitas adalah sebagai berikut:

1) merumuskan hipotesis

H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1: sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

2) menentukan rata – rata 3) menentukan standar deviasi

4) membuat daftar distribusi frekuensi observasi dan ekspetasi 5) menghitung harga X2 dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

x2 : harga kai kuadrat

foi : frekuensi observasi ke –i

f ei : frekuensi ekspetasi ke-i


(58)

6) menentukan x2 tabel pda derajat bebas (db) = k – 3, dimana k banyaknya kelompok.

7) Kriteria pengujian

Terima H0 : jika x2tabel ≤ x2

Tolak H0 : jika x2tabel > x2hitung

b. Uji Homogenitas

Setelah uji normalitas, peneliti melakukan pengujian terhadap kesamaan (homogenitas) beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya variansi sampel – sampel yang diambil dari populasi yang sama . uji homogenitas ini menggunakan uji Fisher, dengan rumus sebagai berikut:

Fhitumg =

Keterangan :

F : Homogenitas

: Varians terbesar : Varians terkecil

Adapun langkah – langkah dalam melakukan uji homogenitas adalah sebagai berikut:

a. Mencari statistik hitung b. Mencari statistik tabel

c. Membandingkan statistik hitung dengan statistik tabel

Jika Fhitung < Ftabel : maka H0 diterima

Jika Fhitung > Ftabel : maka Ha diterima

Hipotesis Uji Homogenitas:

H0: Kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen


(59)

2. Pengujian Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Jika kedua kelompok sampel homogen, maka rumus yang digunakan adalah

̅̅̅ ̅̅̅ √

Keterangan:

̅̅̅ : nilai rata – rata untuk kelompok 1

̅̅̅ : nilai rata – rata untuk kelompok 2 : jumlah sampel kelompok 1 : jumlah sampel kelompok 2

: varians sampel kelompok 1

: varians sampel kelompok 2

: standar deviasi gabungan

b. Jika kelompok sampel tersebut heterogen, maka uji beda rata

– rata (Uji-t) menggunakan rumus sebagai berikut:

̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅

(

) ( )

( )

Setelah diperoleh nilai statistik hitung, kemudian mencari nilai dalam statistik nilai tabel dengan taraf kepercayaan 95%. Selanjutnya membandingkan statistik hitung dengan statistik tabel. Jika t hitung lebih besar


(60)

daripada t table maka H0 ditolak dan Ha diterima, jika t

hitung lebih kecil daripada t table maka H0 diterima dan Ha

ditolak.

H. Hipotesis Statistik

H0 = μ1 ≤μ2

Ha = μ1 ≥μ2

Keterangan:

H0 : Tidak ada perbedaan antara hasil belajar mata pelajaran IPS

yang menggunakan metode pembelajaran teknik Two Stay Two Stray dengan metode pembelajaran teknik Inside Outside Circle.

Ha : Ada perbedaan antara hasil belajar mata pelajaran IPS yang

menggunakan metode pembelajaran teknik Two Stay Two Stray dengan metode pembelajaran teknik Inside Outside Circle.


(1)

LAMPIRAN 18

UJI HIPOTESIS

POSTTEST

Kelas

Rata

rata

Varians

(S

2

)

S

gabungan

t

hitung

T

tabel

Kesimpulan

TSTS

82,5

65,49

8,34

1,65

1,66

Terima H0

Tolak Ha

IOC

79,5

73,59

Langkah

langkah uji t yaitu sebagai berikut:

1.

Menentukan nilai Sgabungan

2.

Menentukan thitung


(2)

3.

Menentukan harga ttabel

α = 0,05

db = n

1

+ n

2

2 = 40 + 40

2 = 78

t = (0,05 ; 78) = 1,66

maka didapat nilai t

tabel

= 1,66

Dari hasil perhitungan diatas didapat t

hitung

= 1,65 dan t

tabel

= 1,66, karena

t

hitung

< t

tabel

(1,65 < 1,66), maka H

0

diterima dan H

a

ditolak, Artinya, tidak ada

perbedaan hasil belajar antara hasil belajar yang diajarkan menggunakan

metode TSTS dengan metode IOC


(3)

LAMPIRAN 19

FOTO KEGIATAN BELAJAR MENGGUNAKAN METODE

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK

INSIDE OUTSIDE CIRCLE

(IOC)


(4)

LAMPIRAN 20

FOTO KEGIATAN BELAJAR MENGGUNAKAN METODE

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK

TWO STAY TWO STRAY

(TSTS)


(5)

s{

--olsPi*--KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Juada No 95 Ciputat 15412 lndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-082 Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010 No.

Revisi: :

01

Hal 1t1

SURAT

PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Nomor : Un.O1 lF.1 IKM.O1

fl

.Wl.tzO1S

Lamp. : Outline

Hal

: Permohonan lzin Penelitian Kepada Yth.

Kepala sekolah SMP PGRI 1 Ciputat Bapak Cartam, S.Pd M.Pd

di

Tembusan:

1.

Dekan FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasiswa yang bersangkutan Tempat

Assalam u'al a iku m wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Nama

: Nur lndah Sari

NIM

: 1111015000057

Jurusan

: Pendidikan IPS

/

Ekonomi

Semester

: B (delapan)

Judulskripsi

:

Perbedaan Hasil Belajar

siswa

Menggunakan pembelajaran Koopertif

reknik

rwo

stay Two

stray

dengan

Teknik

lnside Outside Circle

adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

yang sedang menyusun

skripsi,

dan akan mengadakan penelitian (riset) di

instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon saudara dapat

mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud

Atas perhatian dan kerja sama saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassalam u' a I aiku m wr.wb.

Jakarta, 5 Mei2015


(6)

PERKUMPULAN

PEMBINA LEMBAGA

PENDIDIKAN

PGRI (PPLP_PGRI)

KOTA TANGERANG SELATAN

-

PROVINSI

BANTEN

SMP PGRI

1

CIPUTAT

STATUS

TERAKR|DtTASt A.

sK

BAp. No.34lBAp-s/M

-sruxt2o11

'

Jl. Pendidikan No. 30

ciputat

rangerang selatan, Telp/Fax T4ogg27 pos 1s411

SURAT

KETERANGAN

Nomor:

204

lall

l4lO.2015

Yang

bertanda

tangan dibawah

ini

Nama

NIP

Pangkat,

Gol./

Ruang

Jabatan

Dengan

ini

menerangkan bahwa

:

Nama

NIM

Jurusan

Universitas

Cartam, S. Pd.

M. Pd.

19631230

198703

1

008

Pembina

Tkt.

l/

lv.b

Kepala Sekolah

:

Nur lndah

Sari

:1111015000057

:

Pendidikan

IPS

/

Ekonomi

:

UIN Jakarta

Nama tersebut diatas

telah melaksanakan penelitian

(riset)

dalam rangka

penyelesaian skrifsi

/

Tugas

akhir.

Demikianlah

surat

keterangan

ini

kami buat,

untuk dapat

dipergunakan

sebagaimana

mestinya.

angerang

,03

Juni 2015

la

,

S. Pd.

M.Pd.

\.-"-g


Dokumen yang terkait

perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsay dengan teknik two stay two stray (kuasi eksperimen di MTs PUI Bogor)

0 5 185

Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipi Inside-outside circle untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa (penelitian tindakan kelas di MTSN Tangerang 11 Pamulang)

4 20 61

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray(Dua Tinggal Dua Tamu) Dengan Pendekatan Nilai Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya

0 6 192

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (ioc) untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas VII-B smp muhammadiyah 17 ciputat tahun ajaran 2014/2015

3 43 0

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

Pengaruh teknik kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Guided Note Taking (GNT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria: kuasi eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

0 9 243

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS) DAN TEAM Perbedaan Hasil Belajar Biologi Dengan Menggunakan Pembelajaran Two Stay-Two Stray (Ts-Ts) Dan Team Assisted Individualitation (Tai) Siswa Kelas Viii Smp

0 2 15

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY DAN INSIDE-OUTSIDE CIRCLE PADA SISWA KELAS VII MATERI ARITMETIKA SOSIAL MTsN NGANTRU TAHUN PELAJARAN 2016 2017 - Institutional Repository of

0 0 3