PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL
BELAJAR FISIKA
TESIS
Oleh:
SRI PURWANTI
NIM. 8106176023
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL
BELAJAR FISIKA
TESIS
Oleh:
SRI PURWANTI
NIM. 8106176023
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
ABSTRACT
Sri Purwanti (NIM : 8106176023). “The Effects of Problem Solving Learning
Model and Scientific Attitude Towards Physics Student Learning Outcomes.”
The purposes of the research are: to determine the differences between learning
outcomes physics students with problem solving learning model and learning
model of Direct Instruction. The difference in results between the studied physics
scientific attitude is low and the high. Interaction between problem solving
learning model with the level of scientific attitude of students in influencing
student learning outcomes. The sample in this study conducted in cluster random
sampling of two classes, where first class as a class experiment applied problem
solving learning model and second class as a class of control applied learning
model of Direct Instruction. The instruments used in this research achievement
test physics in the form of descriptions of 8 questions and instrument scientific
attitude questionnaire with 22 questions that have been declared valid and reliable.
From the results of this study concluded that there are differences in learning
outcomes physics students with problem solving learning model and model Direct
instruction learning. There are differences between the low scientific attitude and
high scientific attitude. There is interaction between problem solving learning
model with the level of scientific attitude of students in influencing student
learning outcomes. Learning outcomes of students who are taught by problem
solving learning model is influenced also by the scientific attitude of students,
while the learning outcomes of students who were taught by the model of Direct
Instruction was not influenced by the scientific attitude of students.
Keywords: Problem Solving, Scientific Attitude and Learning Outcomes
ABSTRAK
Sri Purwanti (NIM : 8106176023) “Pengaruh Model Pembelajaran Problem
Solving dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Belajar Fisika”
Penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar
fisika siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Problem Solving
dengan yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction.
Perbedaan hasil belajar fisika siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah dan sikap
ilmiah tinggi. Interaksi antara model pembelajaran Problem Solving dengan
tingkat sikap ilmiah siswa dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Sampel
dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling sebanyak dua
kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen diterapkan model
pembelajaran Problem Solving dan kelas kedua sebagai kelas kontrol diterapkan
model pembelajaran Direct Instruction. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu instrumen tes hasil belajar fisika dalam bentuk uraian sebanyak
8 soal dan instrumen angket sikap ilmiah sebanyak 22 soal yang telah dinyatakan
valid dan reliabel. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Hasil belajar
fisika siswa dengan model pembelajaran Problem Solving lebih baik dari model
pembelajaran Direct Instruction .Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara
kelompok sikap ilmiah rendah dan kelompok sikap ilmiah tinggi. Hasil belajar
fisika kelompok sikap ilmiah tinggi lebih baik dari kelompok sikap ilmiah
rendah. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Problem Solving dan model
pembelajaran Direct Instruction dengan tingkat sikap ilmiah siswa dalam
mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran Problem Solving lebih
optimal diterapkan untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi. Sedangkan
hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Direct Instruction
tidak dipengaruhi sikap ilmiahnya.
Kata Kunci : Problem Solving, Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah
SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul
“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN
SIKAP
ILMIAH
TERHADAP
HASIL
BELAJAR
FISIKA”
dapat
diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika Pascasarjana UNIMED. Bapak Dr. Ridwan A. Sani, M.Si sekaligus
pembimbing I dan Bapak Prof. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku pembimbing II
ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan dengan
sabar terhadap berbagai permasalahan, dan selalu mampu memberikan
motivasi bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.
2.
Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M, Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si.,
dan Ibu
Dr. Derlina, M.Si selaku nara sumber yang banyak membantu
penulis dalam penyempurnaan penulisan dan memberikan masukan guna
kesempurnaan isi dari tesis ini.
3.
Bapak Prof.Dr.H.Abdul Muin Sibuea,M.Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
4.
Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
5.
Bapak Maulana Malik Muttaqin, MA selaku Kepala Sekolah SMA
Muhammadiyah 2 Medan beserta seluruh staf dan dewan guru yang telah
memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
6.
Ibu Salmawati, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 3 Medan
yang telah memberi kesempatan dan izin kepada penulis untuk menyelesaikan
penelitian.
7.
Seluruh Dosen dan Staff Pegawai pascasarjana yang telah memberikan
kemudahan dan bantuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di
pascasarjana Unimed.
8.
Teman-teman seperjuangan kelas B Prodi Pendidikan Fisika angkatan XIX .
Elida Tambunan, M.Pd, Dodi Maulana, M.Pd, semoga kebersamaan dan
kekeluargaan yang kita lalui dapat selalu terjaga, dan teman-teman terdekat
penulis yang tak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang selalu memberi
motivasi dan dorongan kepada penulis.
9.
Teristimewa buat keluarga penulis, Ibunda Partimah dan Partinem,ayahanda
Ngadiman dan Pardi, Kakanda Dra.Susilawati, Abangda Drs.Suyanto, Nining
Pratiwi, Spd. Serta tak lupa suamiku tercinta Arfiandi Wibowo, yang terus
mendampingi dan memberikan dukungan moral dan materil, maupun doanya
bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini tepat
waktu
Medan, Maret 2015
Penulis,
Sri Purwanti
NIM. 8106176023
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
v
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I : PENDAHULUAN
1
A.
B.
C.
D.
E.
F.
1
7
8
8
8
9
Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
10
A.Kerangka Teoritis
11
1. Hakikat Belajar
2. Hasil Belajar
3. Hakikat Model Pembelajaran
4. Defenisi Pemecahan Masalah
5. Model Pemecahan Masalah
6. Model Pembelajaran Langsung
7. Aktivitas belajar Siswa
8. Sikap Ilmiah
B. Penelitian Yang Relevan
10
11
12
12
21
24
24
26
32
C. Kerangka Konseptual
34
D. Hipotesis Penelitian
36
BAB III : METODE PENELITIAN
37
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
37
B. Populasi dan Sampel Penelitian
37
C. Variabel Penelitian
37
D. Jenis dan Desain Penelitian
37
E.Prosedur Penelitian
39
F. Instrumen Penelitian
42
G. Tes Hasil Belajar
42
H. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
42
I. Instrumen Sikap Ilmiah
44
J. Analisis Butir Tes
44
1. Validitas Tes
44
2. Validitas Butir Soal
45
3. Realibilitas Tes
46
4. Indeks Kesukaran
47
K. Teknik Analisis Data
48
1. Analisis Secara Deskriptif
48
2. Analisis Secara Inferensial
48
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1. Pretes hasil belajar
2. Postes hasil belajar
3. Uji Hipotesis
B.
Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
A.
B.
53
53
53
60
63
69
81
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
82
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Tahapan Alur Kerja Penelitian
41
Gambar 4.1. Grafik Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen
54
Gambar 4.2. Gambar Histogram Distribusi Normal Kelas Kontrol
55
Gambar 4.3. Gambar Histogram Distribusi Normal Kelas Eksperimen
56
Gambar 4.4. Interaksi Model Pembelajaran Dan Sikap Ilmiah
65
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Comparison of form of Active Learning
17
Tabel 2.2. Tahapan Pemecahan Masalah Menurut Para Ahli
20
Tabel 2.3. Tahapan Pembelajaran Masalah Menurut Polya
23
Tabel 2.4. Komponen dan Indikator Sikap Ilmiah
31
Tabel 3.1. Rancangan Desain Penelitian
38
Tabel 3.2. Desain Penelitian Anava
38
Tabel 3.3. Pedoman Penskoran Aktivitas Siswa
43
Tabel 3.4. Hasil Validitas Tes Hasil Belajar
46
Tabel 3.5. Hasil Uji Realibilitas Tes Hasil Belajar
47
Tabel 3.6. Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran
48
Tabel 4.1. Data Pretes
53
Tabel 4.2. Uji Normalitas Hasil Belajar
54
Tabel 4.3. Uji Normalitas Pretes
54
Tabel 4.4. Uji Homogenitas Pretes
56
Tabel 4.5. Hasil Uji Homogenitas
56
Tabel 4.6. Uji Kesamaan Kemampuan Awal
57
Tabel 4.7. Data Sikap Ilmiah
58
Tabel 4.8. Data Sikap Ilmiah Siswa Gabungan
59
Tabel 4.9. Pembagian Kelas Sikap Ilmiah
59
Tabel 4.10. Kriteria Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
59
Tabel 4.11. Data Postes Hasil Belajar
60
Tabel 4.12. Data Postes Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
61
Tabel 4.13. Data Postes Hasil Belajar Berdasarkan Model Pembelajaran
62
dan Sikap Ilmiah
Tabel 4.14. Data Desain Faktorial
62
Tabel 4.15. Jumlah Siswa Sikap Ilmiah Terhadap Model Pembelajaran
63
Tabel 4.16. Uji Homogenitas Antar kelompok
63
Tabel 4.17. OutPut Perhitungan ANAVA Dua Jalur
64
Tabel 4.18. Uji Scheffe Hasil Belajar Antar Kelompok
66
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I
86
Lampiran 2
: Bahan Ajar I
98
Lampiran 3
: Lembar Kerja Siswa I
102
Lampiran 4
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II
104
Lampiran 5
: Bahan Ajar II
117
Lampiran 6
: Lembar Kerja Siswa II
123
Lampiran 7
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III
127
Lampiran 8
: Bahan Ajar III
140
Lampiran 9
: Lembar Kerja Siswa III
142
Lampiran 10 : Spesifikasi Tes Hasil Belajar
144
Lampiran 11 : Jawaban Tes Hasil Belajar
149
Lampiran 12 : Penskoran Pemecahan Masalah
155
Lampiran 13 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa
156
Lampiran 14 : kriteria penilaian instrumen aktifitas belajar siswa
157
Lampiran 15 : Indikator Angket Sikap Ilmiah
158
Lampiran 16 : Angket Sikap Ilmiah
161
Lampiran 17 : Data Pretes Kelas Kontrol
163
Lampiran 18 : Data Pretes Kelas Eksperimen
165
Lampiran 19 : Data Postes Kelas Kontrol
167
Lampiran 20 : Data Postes Kelas Eksperimen
169
Lampiran 21 : Validitas Instrumen penelitian
171
Lampiran 22 : Reliabilitas Soal Instrumen
173
Lampiran 23 : Tingkat Kesukaran Tes
175
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi
informasi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam semua aspek
kehidupan manusia termasuk juga aspek pendidikan. Dimana pendidikan
merupakan masalah yang menarik untuk dibahas, karena melalui usaha
pendidikan diharapkan tujuan pendidikan
akan dapat tercapai. Untuk
menghadapi tantangan perkembangan teknologi informasi tersebut dituntut
sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetensi secara global.
Sehingga diperlukan keterampilan yang tinggi, pemikiran yang kritis, sistematis,
logis, kreatif dan kemauan kerja yang efektif. Cara berfikir seperti ini dapat
dikembangkan melalui pendidikan fisika, karena fisika merupakan dasar dari
ilmu pengetahuan yang lain, khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Perkembangan pendidikan di Indonesia pada masa sekarang ini
menekankan pada hasil ketuntasan minimal menurut KTSP, padahal sangatlah
perlu bagi seorang pengajar melihat kemampuan taraf berpikir sebagai proses
memperoleh hasil belajar yang baik, taraf berpikir yang dimaksud adalah menurut
para ahli psikologi dalam masalah belajar. Para ahli telah menyusun suatu
sistematika klasifikasinya yang mereka sebut taksonomi, menurut Blom ada enam
tingkat berpikir yaitu: mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mengevaluasi dan menciptakan. Persoalannya, pengajar tidak berani untuk
mengeksplorasi tingkat kemampuan, dan tingkat kemampuan peserta didik
berhenti sampai di tingkat berpikir rendah (low order thinking) yaitu
mengaplikasi, untuk itu penulis memberikan alternatif untuk lebih mengeksplorasi
kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) contohnya kemampuan
analisis siswa untuk meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar
siswa.Terlebih pada pembelajaran eksakta seperti pembelajaran fisika.
Fisika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern serta mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
memajukan daya pikir manusia.Pembelajaran fisika memenuhi pengetahuan dasar
yang dimiliki semua manusia yaitu membaca, menulis, dan berhitung, siswa
diharuskan memiliki kemampuan membaca menulis dan berhitung. Tiga hal itu
harus dimiliki siswa karena terkait dengan karakteristik ilmu fisika yang
membutuhkan penguasaan konsep, bersifat konstektual, berkembang mengikuti
jaman, serta menuntut kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Hal yang
terjadi jika siswa hanya mempunyai kemampuan membaca dan menulis dalam
pembelajaran fisika tanpa di sertai kecakapan berhitung maka siswa tidak akan
bisa mengerjakan soal fisika yang kebanyakan adalah soal hitungan. Belajar fisika
berarti belajar konsep, struktur suatu konsep dan mencari hubungan dengan
konsep tersebut. Salah satu keuntungan fisika yaitu siswa dilatih berpikir analisis
dan terstruktur, kemampuan ini direfleksikan pada sikap yang hati-hati dan teliti.
Selain itu pembelajaran fisika juga berkaitan erat dengan matematika karena
banyak teori fisika dinyatakan dengan notasi matematika sehingga banyak materi
dalam pelajaran fisika yang bersifat matematis.
Ilmu fisika dibagi dalam dua kategori dilihat dari tingkat kesukaran konsep
yaitu kategori mudah dan kategori sukar, dalam konsep yang tergolong mudah
tidak terlalu diperlukan strategi guru untuk menyampaikan konsep fisika, namun
dalam kategori sukar guru dituntut untuk menyampaikannya dengan strategi
khusus agar konsep yang sukar mudah dipahami siswa, dalam fisika banyak
konsep yang tergolong kriteria sukar misalnya: Dinamika Partikel, Gelombang
Elektromagnetik serta Listrik Dinamis, namun dalam penelitian ini peneliti hanya
tertarik untuk membahas mengenai salah satu materi fisika yang tergolong sukar
dan bersifat matematis yaitu Listrik Dinamis, yang memenuhi standar kompetensi
memformulaiskan besaran-besaran listrik rangkain listrik tertutup sederhana satu
loop).
Konsep listrik dinamis cenderung bersifat matematis, dalam konsep listrik
dinamis kita akan menemukan soal-soal yang membutuhkan kemampuan
analisis.Analisis dalam taksonomi bloom adalah kemampuan untuk merinci suatu
situasi atau pengetahuan menurut komponen yang lebih kecil atau lebih terurai
dan memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan bagian yang lain.
Dengan melakukan observasi KBM di kelas di temukan bahwa aktivitas
pemecahan masalah siswa dalam proses pembelajaran rendah. Materi disampaikan
melalui metode ceramah, membahas contoh soal dan memberikan latihan dengan
bentuk soal yang sama dengan contoh. Menurut Pastel (dalam Lee, 1998) bahwa
pengjaran metode konvensional dengan mengandalkan penyampaian informasi,
menunjukkan pemecahan masalah, dan menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk mencoba pemecahan masalah dengan tipe soal yang sama seperti contoh
tidak membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
mereka.
Dari permasalahan diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar yang
rendah dipengaruhi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa.
Rendahnya kemampuan tersebut diakibatkan metode pembelajaran yang
diterapkan dalam KBM tidak membantu meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah. Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode alternatif disamping metode
konvensional yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan
masalah. Penulis berpendapat bahwa sangat perlu untuk dilakukan suatu
penelitian untuk mencari metode alternatif tersebut meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah yaitu dengan memperkenalkan suatu model pemecahan
masalah pada siswa.
Saat ini banyak sekali model pemecahan masalah yang digunakan guru
untuk memecahkan kesulitan siswa tersebut diantaranya adalah pembelajaran
pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Arrends, pembelajaran pemecahan
masalah yang dikemukakan oleh John Dewey serta pemecahan masalah yang
dikemukakan oleh Jhonsen n Jhonsen, namun kesemuanya itu memiliki
karakteristik dan langkah-langkah yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti
telah melakukan studi pustaka mengenai kesemua pembelajaran itu, namun
peneliti menemukan suatu model yang memiliki karakteristik yang sederhana dan
tidak memerlukan waktu banyak, sistematis dan terstruktur, yang sangat sesuai
untuk membantu siswa dalam menganalisis soal yang bersifat matematis seperti
materi listrik dinamis. Model pemecahan masalah yang dimaksud peneliti yaitu
model pemecahan masalah yang dikemukakan oleh George Polya. Model
pemecahan masalah Polya dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran
fisika khususnya pada konsep listrik dinamis, sebab dalam setiap fase dapat
memfasilitasi guru dan siswa untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang
mengutamakan perubahan konseptual dan meningkatkan kemampuan analisis
pada siswa, agar siswa mampu menyelesaikan soal matematis yang membutuhkan
daya analisis yang tinggi.
Menurut (Nurhadi, 2010:30) peran guru pada pembelajaran masalah
adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi
penyelidikan dan dialog. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dapat
dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan
terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Siswa dituntut aktif sehingga dalam
pembelajaran siswa mampu mengeluarkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki
untuk memecahkan masalah yang belum mereka temui. Aktif berarti siswa banyak
melakukan aktivitas selama proses belajar berlangsung, beberapa tahapan yang
harus dilalui siswa selama dalam proses pembelajaran yang meliputi klarifikasi
masalah, pengungkapan pendapat, evaluasi dan pemilihan serta implementasi.
Aktivitas
siswa
selama
proses
pembelajaran
berlangsung
tidak
hanya
mendengarkan dan mencatat saja. Bertanya pada teman saat diskusi, berani
mengemukakan pendapat, dan aktivitas lainnya baik secara mental, fisik dan
sosial sehingga siswa dapat menggunakan berbagai cara sesuai dengan daya
kreatif mereka untuk memecahkan masalah tersebut, sehingga sebagian tujuan
pembelajaran fisika terpenuhi. Metode pembelajaran yang sesuai adalah metode
yang menyediakan aktivitas pemecahan masalah bagi seluruh siswa di dalam
kelas.
Dalam implemantasinya di lapangan sampai saat ini proses pembelajaran
yang berpusat pada siswa masih mengalami banyak kendala. Salah satu
kendalanya adalah rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
yang ditandai dengan (1) rendahnya kemampuan siswa dalam menganalisis
masalah, (2) rendahnya kemampuan siswa dalam merancang rencana penyelesaian
masalah, dan (3) rendahnya kemampuan siswa dalam melaksanakan perhitungan
terutama yang berkaitan dengan materi apersepsi yang mendukung proses
pemecahan masalah. Mengacu pada berbagai teori diatas maka metode problem
solving model Polya sangat tepat untuk diterapkan sebagai solusi untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalammenyelesaikan masalah fisika.
Proses pembelajaran fisika saat ini berlangsung sebatas pada upaya
memberikan
pengetahuan
deklaratif
dalam
menggunakan
rumus-rumus
menyelesaikan soal seperti yang telah dicontohkan sebelumnya. Akibatnya
kemampuan siswa dalam pembelajaran fisika hanya terbatas sampai pada
kemampuan menghapalkan sekumpulan fakta yang disajikan guru dan tidak
mengarah ke pemahaman konsep. Seringkali terjadi kesulitan siswa bila bentuk
soal diubah meski masih dalam konsep yang sama yang mengindikasikan siswa
tidak memahami makna soal yang sebenarnya. Padahal fisika merupakan ilmu
yang lebih banyak memerlukan pemahaman (Siregar, 2003).
Ketidak aktifan siswa dikarenakan siswa tidak memiliki sikap ilmiah yang
baik. Seperti yang kita ketahui, sikap ilmiah memiliki peran tersendiri dalam
memotivasi diri siswa aktif dalam melaksanakan pembelajaran sains, karena
dengan memiliki sikap ilmiah, siswa akan terdorong untuk menggali lebih jauh
untuk menjawab dari rasa ingin tahu yang dimiliki siswa. Sikap ilmiah diartikan
sebagai penilaian umum seseorang atas suatu objek yang memiliki tipikal sains
atau yang berhubungan dengan sains, disamping itu sikap merupakan fasilitator
dan produk dari proses belajar kognitif (Mulyasa, 2007). Sikap Ilmiah dalam
proses pembelajaran antara lain sikap ingin tahu, kesabaran, berpikiran terbuka,
berpikiran kritis, objektifitas, jujur dan rendah hati, serta peka terhadap
lingkungan sekitar.
Kondisi seperti yang diungkapkan diatas juga masih terjadi dalam
pembelajaran fisika di SMA Muhammadiyah 2 Medan dimana peneliti merupakan
guru mata pelajaran fisika di sekolah tersebut. Beberapa temuan peneliti dalam
analisis hasil pembelajaran dalam beberapa semester melaksanakan pembelajaran
fisika di SMA Muhammadiyah 2 Medan diantaranya :
a. Kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal-soal yang terkait dengan
aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan masalah sangat rendah.
Hal ini tergambar dari hasil tes fisika diamana jawaban siswa yang
paling
banyak
salah
adalah
jawaban
untuk
soal-soal
yang
membutuhkan pemecahan masalah.
b. Rendahnya aktivitas dan kemampuan siswa dalam memanfaatkan
sumber belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Hal
ini tergambar dari banyaknya siswa yang tidak sabar dalam menjawab
soal, tidak jujur dengan mencontek pekerjaan teman, kurangnya rasa
ingin tahu terhadap hal baru dan kurang peka terhadap sekitar.
c. Pembelajaran belum berbasis aktivitas siswa (student centered), karena
belum ditunjang oleh pemilihan model dan ketersediaan perangkat
pembelajaran yang sesuai.
Beberapa penelitian telah menunjukkan dampak positif dari penerapan
Problem Solving dalam pembelajaran. Dalam penelitian terdahulu dikemukakan
bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fisika relatif lebih rendah bila
dibandingkan dengan pencapaian pada mata pelajaran lain (Saprudin, 2005;
Hidayat, 2006). Berdasarkan pernyataan tersebut, dilakukan observasi di salah
satu SMA untuk mengetahui kondisi nyata di sekolah. Dengan hasil observasi
diperoleh temuan bahwa prestasi belajar dilihat dari nilai tes kognitif masih
rendah sesuai temuan yang diungkapkan dalam penelitian tersebut. Mengenai
kondisi ini, Saprudin (2005) menjelaskan lebih lanjut bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar siswa yaitu akibat rendahnya
kemampuan pemecahan masalah. sumarno (2009), ia mengemukakan bahwa
model pembelajaran menuntun siswa lebih kreative dalam memecahkan suatu
permasalahan dengan menunjukan keterampilan berfikir kritis yang baik.
Dari uraian diatas penulis berpendapat bahwa sangat diperlukan adanya
suatu penelitian untuk mengetahui pengaruh diterapkannya metode Problem
Solving pada mata pelajaran fisika di SMA, dan berdasarkan latar belakang
masalah tersebut dan keterbukaan pihak sekolah maka peneliti akan mengadakan
penelitian pada SMA Muhammadiyah 2 Medan dengan judul :
“Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving dan Sikap Ilmiah
Terhadap Hasil Belajar Fisika ”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dapat diidentifikasikan masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah :
1. Pembelajaran fisika belum mengarah kepada pemecahan masalah.
2. Banyaknya materi fisika yang bersifat matematis sehingga diperlukan
suatu model pembelajaran yang terstruktur
3. Sebagian besar siswa kesulitan dalam menganalisis soal yang bersifat
matematis seperti pada materi listrik dinamis
4. Pembelajaran fisika belum memperhatikan upaya peningkatan aktivitas
belajar siswa.
5. Pembelajaran belum berbasis aktivitas siswa (student centered), karena
belum ditunjang oleh pemilihan model dan ketersediaan perangkat
pembelajaran yang sesuai.
6. Siswa belum memiliki sikap ilmiah yang baik, sehingga tidak aktif dalam
pembelajaran.
7.
Budaya belajar mandiri baik secara individu atau kelompok masih sangat
rendah.
C. Batasan Masalah
Untuk memberi ruang lingkup yang jelas dalam pembahasan, maka
perlu dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Selama kegiatan pembelajaran, peneliti hanya membatasi pada aktivitas
belajar siswa, sikap ilmiah dan hasil belajar fisika.
2. Model yang diterapkan selama pemungutan data adalah model
pembelajaran Problem Solving Polya dan model pembelajaran Direct
Instruction.
3. Materi pelajaran yang akan diajarkan adalah listrik dinamis kelas X di
SMA Muhammadiyah 2 Medan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa yang diajarkan
menggunakan
model pembelajaran Problem Solving dengan yang
diajarkan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction?
2. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa yang memiliki sikap
ilmiah rendah dan sikap ilmiah tinggi.
3. Apakah ada interaksi model pembelajaran Problem Solving dengan
tingkat sikap ilmiah siswa untuk meningkatkan hasil belajar fisika
siswa.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan
dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisis apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa yang
diajarkan menggunakan model pembelajaran Problem Solving dengan
yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction.
2. Menganalisis apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa yang
memiliki sikap ilmiah rendah dan sikap ilmiah tinggi.
3. Menganalisis apakah ada interaksi model pembelajaran Problem
Solving dengan tingkat sikap ilmiah siswa untuk meningkatkan hasil
belajar fisika siswa.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Sabagai bahan referensi penerapan model pembelajaran Problem
Solving untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan
pemecahan masalah fisika.
b. Sebagai bahan pertimbangan, landasan empiris maupun kerangka
acuan bagi peneliti pendidikan yang relevan dimasa yang akan
datang.
c. Memperkaya
dan
menambah
ilmu
pengetahuan
untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan
dengan model pembelajaran Problem Solving, sikap ilmiah siswa
dan kemampuan pemecahan masalah fisika.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai model pembelajaran yang dapat membuat siswa belajar
bermakna dan dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil
belajar siswa.
b. Sebagai umpan balik bagi guru fisika dalam upaya meningkatkan
aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan masalah melalui
model pembelajaran Problem Solving.
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan inovasi
dalam pembelajaran fisika khususnya pada tingkat SMA sederajat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran
Problem Solving dan model pembelajaran Direct Instruction. Hasil belajar
fisika siswa dengan model pembelajaran Problem Solving (rerata = 76,90)
lebih baik dari model pembelajaran Direct Instruction (rerata=73,49).
2. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok sikap ilmiah rendah
dan kelompok sikap ilmiah tinggi. Hasil belajar fisika kelompok sikap ilmiah
tinggi (rerata=76,56) lebih baik dari kelompok sikap ilmiah rendah
(rerata=73,67).
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Problem Solving dan model
pembelajaran Direct Instruction dengan tingkat sikap ilmiah siswa dalam
mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran Problem Solving lebih
optimal diterapkan untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi. Sedangkan
hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Direct
Instruction tidak dipengaruhi sikap ilmiahnya.
B. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki
beberapa saran untuk menerapkan model pembelajaran Problem Solving sebagai
berikut:
1. Dalam
penerapan
Model
Pembelajaran
Problem
Solving
guru
direkomendasikan untuk memperhatikan Sikap Ilmiah siswa, karena model
Problem Solving tepat untuk siswa dengan Sikap Ilmiah tinggi.
2. Untuk siswa yang memiliki Sikap Ilmiah rendah disarankan untuk tidak
diajarkan dengan Model Pembelajaran Problem Solving karena siswa akan
kesulitan dalam melakukan proses pemecahan masalah fisika selama
pembelajaran.
3. Disarankan kepada peneliti lanjutan, kiranya dapat melanjutnya penelitian ini
dengan menerapkan Model Pembelajaran Problem Solving dengan bantuan
metode ataupun media pembelajaran kreatif dalam proses pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Lorin W. A Taxonomy For Learning, Teaching, And Assessing. (New
York)
Anonim. Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Penyelesaian Masalah, yang ddiakses
tanggal 16 januari 2013
Arikunto, A. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta :
Bumi Aksara
Aunurrahman, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung
Budiyanto, 2010, Pengaruh Model Creative Problem Solving Berbasis
Kontekstual Terhadap Kompetensi Strategik Siswa Smp Dalam
Belajar Matematika. Skripsi UPI.
Cahyo, Nur. A. (2008).Pengembangan Model Creative Problem Solving Berbasis
Teknologi.Tersedia di :http://adi-negara.blogspot.com/.
Dahar, Ratna W. (1996), Teori-teori Belajar,Jakarta : Depdikbud
Dimyati Dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka
Cipta
Emzir, (2009), Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif,
PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta
Gok, Tolga, Dkk.2012. The Effect of Problem Solving Strategies On student
Achievment, Attitude and Motivation. Lat. Am J. Phys. Educ. Vol.4, No.1,
jan.
Hamalik, O, (2004), Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Harahap, Rostina, (2009), Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Hukum Newton Kelas
VIII di SMP Negeri 6 Medan T.P 2009/2010, Skripsi, FMIPA, Unimed,
Medan
Ibrahim,M.dan Nur,M (2000), Pembelajaran Berbasis Masalah. Surabaya:
UNESA University.
Indra, E., (2008), IPA-Fisika Bilingual, CV.Yrama Widya, Bandung
Ismail.(2002), Pembelajaran Berbasis Masalah.Makalah disajikan pada Pelatihan
TOT pembelajaran Kontekstual. Surabaya: Tidak dipublikasikan.
Joyce,B.; Weil,M. & Calhoun, E. (2009), Model-Model Pembelajaran, Edisi
Delapan, Pustaka Belajar, Yogyakarta
Kiranawati,
Metode
Pemecahan
Masalah
(Problem
(http://Gurupkn.Wordpress.com), yang diiakses pada 16 januari 2013
Solving)
Margono,S.2008. Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta Rineka : Cipta
Nurfiyanto, Arif. (2011). Penerapan Pendekatan Creative Problem Solving (CPS)
Dengan Menggunakan Lembar Kerja Untuk Meningkatkan Keaktifan dan
Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Pada Bangun
Ruang
Sisi
Data.Tersedia
di
:http://etd.eprints.ums.ac.id/8408/1/A410060265.pdf [18 Februari 2012].
Pepkin, K.L. (2004) Creative Problem Solving in Match.Tersedia di
:http://www.edu/hti/2004/vo2/04.htm. [18 Maret 2012]
Sanjaya, W. (2008).Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana
Prenada Media Group : Jakarta.
Sardiman, (2006),Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,PT.Grafindo Persada,
Jakarta
Steven Baptist.(2010). Destinctive Creativity Endeavour of Osborn-Parnes
creative Problem Solving.Segi College Kuala Lumpur Vol. 3 No. 1.
[online].Tersedia
di
:
http://www.segi.edu.my/onlinereview/abstract.php?aid=13&&vol=2&&s
eries=2.[10 November 2012]
Sudjana. (2005) , Metode Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung
SumarnoAlim, (2011).Keefektifan Penerapan Paduan Model Pembelajaran
Problem Solving dan Kooperatif tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil
Belajar
dan
Berpikir
Kritis.Tersedia
di
:
http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/keefektifanpenerapan-paduan-model-pembelajaran-problem-solving-dankooperatif-tipe-stad-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-dan-berpikirkritis. [05 Agustus 2012]
Sunariadi, 2008, IPA-FISIKA BILINGUAL, Bandung, Yrama Widya
Suryabrata, S. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Utari-Sumarmo, (2005), Alternatif Pembelajaran Matematika Dalam Menerapkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), UPI Bandung, Bandung
DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL
BELAJAR FISIKA
TESIS
Oleh:
SRI PURWANTI
NIM. 8106176023
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL
BELAJAR FISIKA
TESIS
Oleh:
SRI PURWANTI
NIM. 8106176023
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
ABSTRACT
Sri Purwanti (NIM : 8106176023). “The Effects of Problem Solving Learning
Model and Scientific Attitude Towards Physics Student Learning Outcomes.”
The purposes of the research are: to determine the differences between learning
outcomes physics students with problem solving learning model and learning
model of Direct Instruction. The difference in results between the studied physics
scientific attitude is low and the high. Interaction between problem solving
learning model with the level of scientific attitude of students in influencing
student learning outcomes. The sample in this study conducted in cluster random
sampling of two classes, where first class as a class experiment applied problem
solving learning model and second class as a class of control applied learning
model of Direct Instruction. The instruments used in this research achievement
test physics in the form of descriptions of 8 questions and instrument scientific
attitude questionnaire with 22 questions that have been declared valid and reliable.
From the results of this study concluded that there are differences in learning
outcomes physics students with problem solving learning model and model Direct
instruction learning. There are differences between the low scientific attitude and
high scientific attitude. There is interaction between problem solving learning
model with the level of scientific attitude of students in influencing student
learning outcomes. Learning outcomes of students who are taught by problem
solving learning model is influenced also by the scientific attitude of students,
while the learning outcomes of students who were taught by the model of Direct
Instruction was not influenced by the scientific attitude of students.
Keywords: Problem Solving, Scientific Attitude and Learning Outcomes
ABSTRAK
Sri Purwanti (NIM : 8106176023) “Pengaruh Model Pembelajaran Problem
Solving dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Belajar Fisika”
Penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar
fisika siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Problem Solving
dengan yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction.
Perbedaan hasil belajar fisika siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah dan sikap
ilmiah tinggi. Interaksi antara model pembelajaran Problem Solving dengan
tingkat sikap ilmiah siswa dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Sampel
dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling sebanyak dua
kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen diterapkan model
pembelajaran Problem Solving dan kelas kedua sebagai kelas kontrol diterapkan
model pembelajaran Direct Instruction. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu instrumen tes hasil belajar fisika dalam bentuk uraian sebanyak
8 soal dan instrumen angket sikap ilmiah sebanyak 22 soal yang telah dinyatakan
valid dan reliabel. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Hasil belajar
fisika siswa dengan model pembelajaran Problem Solving lebih baik dari model
pembelajaran Direct Instruction .Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara
kelompok sikap ilmiah rendah dan kelompok sikap ilmiah tinggi. Hasil belajar
fisika kelompok sikap ilmiah tinggi lebih baik dari kelompok sikap ilmiah
rendah. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Problem Solving dan model
pembelajaran Direct Instruction dengan tingkat sikap ilmiah siswa dalam
mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran Problem Solving lebih
optimal diterapkan untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi. Sedangkan
hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Direct Instruction
tidak dipengaruhi sikap ilmiahnya.
Kata Kunci : Problem Solving, Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah
SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul
“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN
SIKAP
ILMIAH
TERHADAP
HASIL
BELAJAR
FISIKA”
dapat
diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika Pascasarjana UNIMED. Bapak Dr. Ridwan A. Sani, M.Si sekaligus
pembimbing I dan Bapak Prof. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku pembimbing II
ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan dengan
sabar terhadap berbagai permasalahan, dan selalu mampu memberikan
motivasi bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.
2.
Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M, Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si.,
dan Ibu
Dr. Derlina, M.Si selaku nara sumber yang banyak membantu
penulis dalam penyempurnaan penulisan dan memberikan masukan guna
kesempurnaan isi dari tesis ini.
3.
Bapak Prof.Dr.H.Abdul Muin Sibuea,M.Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
4.
Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
5.
Bapak Maulana Malik Muttaqin, MA selaku Kepala Sekolah SMA
Muhammadiyah 2 Medan beserta seluruh staf dan dewan guru yang telah
memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
6.
Ibu Salmawati, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 3 Medan
yang telah memberi kesempatan dan izin kepada penulis untuk menyelesaikan
penelitian.
7.
Seluruh Dosen dan Staff Pegawai pascasarjana yang telah memberikan
kemudahan dan bantuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di
pascasarjana Unimed.
8.
Teman-teman seperjuangan kelas B Prodi Pendidikan Fisika angkatan XIX .
Elida Tambunan, M.Pd, Dodi Maulana, M.Pd, semoga kebersamaan dan
kekeluargaan yang kita lalui dapat selalu terjaga, dan teman-teman terdekat
penulis yang tak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang selalu memberi
motivasi dan dorongan kepada penulis.
9.
Teristimewa buat keluarga penulis, Ibunda Partimah dan Partinem,ayahanda
Ngadiman dan Pardi, Kakanda Dra.Susilawati, Abangda Drs.Suyanto, Nining
Pratiwi, Spd. Serta tak lupa suamiku tercinta Arfiandi Wibowo, yang terus
mendampingi dan memberikan dukungan moral dan materil, maupun doanya
bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini tepat
waktu
Medan, Maret 2015
Penulis,
Sri Purwanti
NIM. 8106176023
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
v
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I : PENDAHULUAN
1
A.
B.
C.
D.
E.
F.
1
7
8
8
8
9
Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
10
A.Kerangka Teoritis
11
1. Hakikat Belajar
2. Hasil Belajar
3. Hakikat Model Pembelajaran
4. Defenisi Pemecahan Masalah
5. Model Pemecahan Masalah
6. Model Pembelajaran Langsung
7. Aktivitas belajar Siswa
8. Sikap Ilmiah
B. Penelitian Yang Relevan
10
11
12
12
21
24
24
26
32
C. Kerangka Konseptual
34
D. Hipotesis Penelitian
36
BAB III : METODE PENELITIAN
37
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
37
B. Populasi dan Sampel Penelitian
37
C. Variabel Penelitian
37
D. Jenis dan Desain Penelitian
37
E.Prosedur Penelitian
39
F. Instrumen Penelitian
42
G. Tes Hasil Belajar
42
H. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
42
I. Instrumen Sikap Ilmiah
44
J. Analisis Butir Tes
44
1. Validitas Tes
44
2. Validitas Butir Soal
45
3. Realibilitas Tes
46
4. Indeks Kesukaran
47
K. Teknik Analisis Data
48
1. Analisis Secara Deskriptif
48
2. Analisis Secara Inferensial
48
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1. Pretes hasil belajar
2. Postes hasil belajar
3. Uji Hipotesis
B.
Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
A.
B.
53
53
53
60
63
69
81
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
82
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Tahapan Alur Kerja Penelitian
41
Gambar 4.1. Grafik Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen
54
Gambar 4.2. Gambar Histogram Distribusi Normal Kelas Kontrol
55
Gambar 4.3. Gambar Histogram Distribusi Normal Kelas Eksperimen
56
Gambar 4.4. Interaksi Model Pembelajaran Dan Sikap Ilmiah
65
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Comparison of form of Active Learning
17
Tabel 2.2. Tahapan Pemecahan Masalah Menurut Para Ahli
20
Tabel 2.3. Tahapan Pembelajaran Masalah Menurut Polya
23
Tabel 2.4. Komponen dan Indikator Sikap Ilmiah
31
Tabel 3.1. Rancangan Desain Penelitian
38
Tabel 3.2. Desain Penelitian Anava
38
Tabel 3.3. Pedoman Penskoran Aktivitas Siswa
43
Tabel 3.4. Hasil Validitas Tes Hasil Belajar
46
Tabel 3.5. Hasil Uji Realibilitas Tes Hasil Belajar
47
Tabel 3.6. Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran
48
Tabel 4.1. Data Pretes
53
Tabel 4.2. Uji Normalitas Hasil Belajar
54
Tabel 4.3. Uji Normalitas Pretes
54
Tabel 4.4. Uji Homogenitas Pretes
56
Tabel 4.5. Hasil Uji Homogenitas
56
Tabel 4.6. Uji Kesamaan Kemampuan Awal
57
Tabel 4.7. Data Sikap Ilmiah
58
Tabel 4.8. Data Sikap Ilmiah Siswa Gabungan
59
Tabel 4.9. Pembagian Kelas Sikap Ilmiah
59
Tabel 4.10. Kriteria Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
59
Tabel 4.11. Data Postes Hasil Belajar
60
Tabel 4.12. Data Postes Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
61
Tabel 4.13. Data Postes Hasil Belajar Berdasarkan Model Pembelajaran
62
dan Sikap Ilmiah
Tabel 4.14. Data Desain Faktorial
62
Tabel 4.15. Jumlah Siswa Sikap Ilmiah Terhadap Model Pembelajaran
63
Tabel 4.16. Uji Homogenitas Antar kelompok
63
Tabel 4.17. OutPut Perhitungan ANAVA Dua Jalur
64
Tabel 4.18. Uji Scheffe Hasil Belajar Antar Kelompok
66
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I
86
Lampiran 2
: Bahan Ajar I
98
Lampiran 3
: Lembar Kerja Siswa I
102
Lampiran 4
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II
104
Lampiran 5
: Bahan Ajar II
117
Lampiran 6
: Lembar Kerja Siswa II
123
Lampiran 7
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III
127
Lampiran 8
: Bahan Ajar III
140
Lampiran 9
: Lembar Kerja Siswa III
142
Lampiran 10 : Spesifikasi Tes Hasil Belajar
144
Lampiran 11 : Jawaban Tes Hasil Belajar
149
Lampiran 12 : Penskoran Pemecahan Masalah
155
Lampiran 13 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa
156
Lampiran 14 : kriteria penilaian instrumen aktifitas belajar siswa
157
Lampiran 15 : Indikator Angket Sikap Ilmiah
158
Lampiran 16 : Angket Sikap Ilmiah
161
Lampiran 17 : Data Pretes Kelas Kontrol
163
Lampiran 18 : Data Pretes Kelas Eksperimen
165
Lampiran 19 : Data Postes Kelas Kontrol
167
Lampiran 20 : Data Postes Kelas Eksperimen
169
Lampiran 21 : Validitas Instrumen penelitian
171
Lampiran 22 : Reliabilitas Soal Instrumen
173
Lampiran 23 : Tingkat Kesukaran Tes
175
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi
informasi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam semua aspek
kehidupan manusia termasuk juga aspek pendidikan. Dimana pendidikan
merupakan masalah yang menarik untuk dibahas, karena melalui usaha
pendidikan diharapkan tujuan pendidikan
akan dapat tercapai. Untuk
menghadapi tantangan perkembangan teknologi informasi tersebut dituntut
sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetensi secara global.
Sehingga diperlukan keterampilan yang tinggi, pemikiran yang kritis, sistematis,
logis, kreatif dan kemauan kerja yang efektif. Cara berfikir seperti ini dapat
dikembangkan melalui pendidikan fisika, karena fisika merupakan dasar dari
ilmu pengetahuan yang lain, khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Perkembangan pendidikan di Indonesia pada masa sekarang ini
menekankan pada hasil ketuntasan minimal menurut KTSP, padahal sangatlah
perlu bagi seorang pengajar melihat kemampuan taraf berpikir sebagai proses
memperoleh hasil belajar yang baik, taraf berpikir yang dimaksud adalah menurut
para ahli psikologi dalam masalah belajar. Para ahli telah menyusun suatu
sistematika klasifikasinya yang mereka sebut taksonomi, menurut Blom ada enam
tingkat berpikir yaitu: mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mengevaluasi dan menciptakan. Persoalannya, pengajar tidak berani untuk
mengeksplorasi tingkat kemampuan, dan tingkat kemampuan peserta didik
berhenti sampai di tingkat berpikir rendah (low order thinking) yaitu
mengaplikasi, untuk itu penulis memberikan alternatif untuk lebih mengeksplorasi
kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) contohnya kemampuan
analisis siswa untuk meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar
siswa.Terlebih pada pembelajaran eksakta seperti pembelajaran fisika.
Fisika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern serta mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
memajukan daya pikir manusia.Pembelajaran fisika memenuhi pengetahuan dasar
yang dimiliki semua manusia yaitu membaca, menulis, dan berhitung, siswa
diharuskan memiliki kemampuan membaca menulis dan berhitung. Tiga hal itu
harus dimiliki siswa karena terkait dengan karakteristik ilmu fisika yang
membutuhkan penguasaan konsep, bersifat konstektual, berkembang mengikuti
jaman, serta menuntut kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Hal yang
terjadi jika siswa hanya mempunyai kemampuan membaca dan menulis dalam
pembelajaran fisika tanpa di sertai kecakapan berhitung maka siswa tidak akan
bisa mengerjakan soal fisika yang kebanyakan adalah soal hitungan. Belajar fisika
berarti belajar konsep, struktur suatu konsep dan mencari hubungan dengan
konsep tersebut. Salah satu keuntungan fisika yaitu siswa dilatih berpikir analisis
dan terstruktur, kemampuan ini direfleksikan pada sikap yang hati-hati dan teliti.
Selain itu pembelajaran fisika juga berkaitan erat dengan matematika karena
banyak teori fisika dinyatakan dengan notasi matematika sehingga banyak materi
dalam pelajaran fisika yang bersifat matematis.
Ilmu fisika dibagi dalam dua kategori dilihat dari tingkat kesukaran konsep
yaitu kategori mudah dan kategori sukar, dalam konsep yang tergolong mudah
tidak terlalu diperlukan strategi guru untuk menyampaikan konsep fisika, namun
dalam kategori sukar guru dituntut untuk menyampaikannya dengan strategi
khusus agar konsep yang sukar mudah dipahami siswa, dalam fisika banyak
konsep yang tergolong kriteria sukar misalnya: Dinamika Partikel, Gelombang
Elektromagnetik serta Listrik Dinamis, namun dalam penelitian ini peneliti hanya
tertarik untuk membahas mengenai salah satu materi fisika yang tergolong sukar
dan bersifat matematis yaitu Listrik Dinamis, yang memenuhi standar kompetensi
memformulaiskan besaran-besaran listrik rangkain listrik tertutup sederhana satu
loop).
Konsep listrik dinamis cenderung bersifat matematis, dalam konsep listrik
dinamis kita akan menemukan soal-soal yang membutuhkan kemampuan
analisis.Analisis dalam taksonomi bloom adalah kemampuan untuk merinci suatu
situasi atau pengetahuan menurut komponen yang lebih kecil atau lebih terurai
dan memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan bagian yang lain.
Dengan melakukan observasi KBM di kelas di temukan bahwa aktivitas
pemecahan masalah siswa dalam proses pembelajaran rendah. Materi disampaikan
melalui metode ceramah, membahas contoh soal dan memberikan latihan dengan
bentuk soal yang sama dengan contoh. Menurut Pastel (dalam Lee, 1998) bahwa
pengjaran metode konvensional dengan mengandalkan penyampaian informasi,
menunjukkan pemecahan masalah, dan menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk mencoba pemecahan masalah dengan tipe soal yang sama seperti contoh
tidak membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
mereka.
Dari permasalahan diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar yang
rendah dipengaruhi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa.
Rendahnya kemampuan tersebut diakibatkan metode pembelajaran yang
diterapkan dalam KBM tidak membantu meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah. Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode alternatif disamping metode
konvensional yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan
masalah. Penulis berpendapat bahwa sangat perlu untuk dilakukan suatu
penelitian untuk mencari metode alternatif tersebut meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah yaitu dengan memperkenalkan suatu model pemecahan
masalah pada siswa.
Saat ini banyak sekali model pemecahan masalah yang digunakan guru
untuk memecahkan kesulitan siswa tersebut diantaranya adalah pembelajaran
pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Arrends, pembelajaran pemecahan
masalah yang dikemukakan oleh John Dewey serta pemecahan masalah yang
dikemukakan oleh Jhonsen n Jhonsen, namun kesemuanya itu memiliki
karakteristik dan langkah-langkah yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti
telah melakukan studi pustaka mengenai kesemua pembelajaran itu, namun
peneliti menemukan suatu model yang memiliki karakteristik yang sederhana dan
tidak memerlukan waktu banyak, sistematis dan terstruktur, yang sangat sesuai
untuk membantu siswa dalam menganalisis soal yang bersifat matematis seperti
materi listrik dinamis. Model pemecahan masalah yang dimaksud peneliti yaitu
model pemecahan masalah yang dikemukakan oleh George Polya. Model
pemecahan masalah Polya dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran
fisika khususnya pada konsep listrik dinamis, sebab dalam setiap fase dapat
memfasilitasi guru dan siswa untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang
mengutamakan perubahan konseptual dan meningkatkan kemampuan analisis
pada siswa, agar siswa mampu menyelesaikan soal matematis yang membutuhkan
daya analisis yang tinggi.
Menurut (Nurhadi, 2010:30) peran guru pada pembelajaran masalah
adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi
penyelidikan dan dialog. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dapat
dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan
terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Siswa dituntut aktif sehingga dalam
pembelajaran siswa mampu mengeluarkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki
untuk memecahkan masalah yang belum mereka temui. Aktif berarti siswa banyak
melakukan aktivitas selama proses belajar berlangsung, beberapa tahapan yang
harus dilalui siswa selama dalam proses pembelajaran yang meliputi klarifikasi
masalah, pengungkapan pendapat, evaluasi dan pemilihan serta implementasi.
Aktivitas
siswa
selama
proses
pembelajaran
berlangsung
tidak
hanya
mendengarkan dan mencatat saja. Bertanya pada teman saat diskusi, berani
mengemukakan pendapat, dan aktivitas lainnya baik secara mental, fisik dan
sosial sehingga siswa dapat menggunakan berbagai cara sesuai dengan daya
kreatif mereka untuk memecahkan masalah tersebut, sehingga sebagian tujuan
pembelajaran fisika terpenuhi. Metode pembelajaran yang sesuai adalah metode
yang menyediakan aktivitas pemecahan masalah bagi seluruh siswa di dalam
kelas.
Dalam implemantasinya di lapangan sampai saat ini proses pembelajaran
yang berpusat pada siswa masih mengalami banyak kendala. Salah satu
kendalanya adalah rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
yang ditandai dengan (1) rendahnya kemampuan siswa dalam menganalisis
masalah, (2) rendahnya kemampuan siswa dalam merancang rencana penyelesaian
masalah, dan (3) rendahnya kemampuan siswa dalam melaksanakan perhitungan
terutama yang berkaitan dengan materi apersepsi yang mendukung proses
pemecahan masalah. Mengacu pada berbagai teori diatas maka metode problem
solving model Polya sangat tepat untuk diterapkan sebagai solusi untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalammenyelesaikan masalah fisika.
Proses pembelajaran fisika saat ini berlangsung sebatas pada upaya
memberikan
pengetahuan
deklaratif
dalam
menggunakan
rumus-rumus
menyelesaikan soal seperti yang telah dicontohkan sebelumnya. Akibatnya
kemampuan siswa dalam pembelajaran fisika hanya terbatas sampai pada
kemampuan menghapalkan sekumpulan fakta yang disajikan guru dan tidak
mengarah ke pemahaman konsep. Seringkali terjadi kesulitan siswa bila bentuk
soal diubah meski masih dalam konsep yang sama yang mengindikasikan siswa
tidak memahami makna soal yang sebenarnya. Padahal fisika merupakan ilmu
yang lebih banyak memerlukan pemahaman (Siregar, 2003).
Ketidak aktifan siswa dikarenakan siswa tidak memiliki sikap ilmiah yang
baik. Seperti yang kita ketahui, sikap ilmiah memiliki peran tersendiri dalam
memotivasi diri siswa aktif dalam melaksanakan pembelajaran sains, karena
dengan memiliki sikap ilmiah, siswa akan terdorong untuk menggali lebih jauh
untuk menjawab dari rasa ingin tahu yang dimiliki siswa. Sikap ilmiah diartikan
sebagai penilaian umum seseorang atas suatu objek yang memiliki tipikal sains
atau yang berhubungan dengan sains, disamping itu sikap merupakan fasilitator
dan produk dari proses belajar kognitif (Mulyasa, 2007). Sikap Ilmiah dalam
proses pembelajaran antara lain sikap ingin tahu, kesabaran, berpikiran terbuka,
berpikiran kritis, objektifitas, jujur dan rendah hati, serta peka terhadap
lingkungan sekitar.
Kondisi seperti yang diungkapkan diatas juga masih terjadi dalam
pembelajaran fisika di SMA Muhammadiyah 2 Medan dimana peneliti merupakan
guru mata pelajaran fisika di sekolah tersebut. Beberapa temuan peneliti dalam
analisis hasil pembelajaran dalam beberapa semester melaksanakan pembelajaran
fisika di SMA Muhammadiyah 2 Medan diantaranya :
a. Kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal-soal yang terkait dengan
aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan masalah sangat rendah.
Hal ini tergambar dari hasil tes fisika diamana jawaban siswa yang
paling
banyak
salah
adalah
jawaban
untuk
soal-soal
yang
membutuhkan pemecahan masalah.
b. Rendahnya aktivitas dan kemampuan siswa dalam memanfaatkan
sumber belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Hal
ini tergambar dari banyaknya siswa yang tidak sabar dalam menjawab
soal, tidak jujur dengan mencontek pekerjaan teman, kurangnya rasa
ingin tahu terhadap hal baru dan kurang peka terhadap sekitar.
c. Pembelajaran belum berbasis aktivitas siswa (student centered), karena
belum ditunjang oleh pemilihan model dan ketersediaan perangkat
pembelajaran yang sesuai.
Beberapa penelitian telah menunjukkan dampak positif dari penerapan
Problem Solving dalam pembelajaran. Dalam penelitian terdahulu dikemukakan
bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fisika relatif lebih rendah bila
dibandingkan dengan pencapaian pada mata pelajaran lain (Saprudin, 2005;
Hidayat, 2006). Berdasarkan pernyataan tersebut, dilakukan observasi di salah
satu SMA untuk mengetahui kondisi nyata di sekolah. Dengan hasil observasi
diperoleh temuan bahwa prestasi belajar dilihat dari nilai tes kognitif masih
rendah sesuai temuan yang diungkapkan dalam penelitian tersebut. Mengenai
kondisi ini, Saprudin (2005) menjelaskan lebih lanjut bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar siswa yaitu akibat rendahnya
kemampuan pemecahan masalah. sumarno (2009), ia mengemukakan bahwa
model pembelajaran menuntun siswa lebih kreative dalam memecahkan suatu
permasalahan dengan menunjukan keterampilan berfikir kritis yang baik.
Dari uraian diatas penulis berpendapat bahwa sangat diperlukan adanya
suatu penelitian untuk mengetahui pengaruh diterapkannya metode Problem
Solving pada mata pelajaran fisika di SMA, dan berdasarkan latar belakang
masalah tersebut dan keterbukaan pihak sekolah maka peneliti akan mengadakan
penelitian pada SMA Muhammadiyah 2 Medan dengan judul :
“Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving dan Sikap Ilmiah
Terhadap Hasil Belajar Fisika ”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dapat diidentifikasikan masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah :
1. Pembelajaran fisika belum mengarah kepada pemecahan masalah.
2. Banyaknya materi fisika yang bersifat matematis sehingga diperlukan
suatu model pembelajaran yang terstruktur
3. Sebagian besar siswa kesulitan dalam menganalisis soal yang bersifat
matematis seperti pada materi listrik dinamis
4. Pembelajaran fisika belum memperhatikan upaya peningkatan aktivitas
belajar siswa.
5. Pembelajaran belum berbasis aktivitas siswa (student centered), karena
belum ditunjang oleh pemilihan model dan ketersediaan perangkat
pembelajaran yang sesuai.
6. Siswa belum memiliki sikap ilmiah yang baik, sehingga tidak aktif dalam
pembelajaran.
7.
Budaya belajar mandiri baik secara individu atau kelompok masih sangat
rendah.
C. Batasan Masalah
Untuk memberi ruang lingkup yang jelas dalam pembahasan, maka
perlu dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Selama kegiatan pembelajaran, peneliti hanya membatasi pada aktivitas
belajar siswa, sikap ilmiah dan hasil belajar fisika.
2. Model yang diterapkan selama pemungutan data adalah model
pembelajaran Problem Solving Polya dan model pembelajaran Direct
Instruction.
3. Materi pelajaran yang akan diajarkan adalah listrik dinamis kelas X di
SMA Muhammadiyah 2 Medan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa yang diajarkan
menggunakan
model pembelajaran Problem Solving dengan yang
diajarkan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction?
2. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa yang memiliki sikap
ilmiah rendah dan sikap ilmiah tinggi.
3. Apakah ada interaksi model pembelajaran Problem Solving dengan
tingkat sikap ilmiah siswa untuk meningkatkan hasil belajar fisika
siswa.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan
dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisis apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa yang
diajarkan menggunakan model pembelajaran Problem Solving dengan
yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction.
2. Menganalisis apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa yang
memiliki sikap ilmiah rendah dan sikap ilmiah tinggi.
3. Menganalisis apakah ada interaksi model pembelajaran Problem
Solving dengan tingkat sikap ilmiah siswa untuk meningkatkan hasil
belajar fisika siswa.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Sabagai bahan referensi penerapan model pembelajaran Problem
Solving untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan
pemecahan masalah fisika.
b. Sebagai bahan pertimbangan, landasan empiris maupun kerangka
acuan bagi peneliti pendidikan yang relevan dimasa yang akan
datang.
c. Memperkaya
dan
menambah
ilmu
pengetahuan
untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan
dengan model pembelajaran Problem Solving, sikap ilmiah siswa
dan kemampuan pemecahan masalah fisika.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai model pembelajaran yang dapat membuat siswa belajar
bermakna dan dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil
belajar siswa.
b. Sebagai umpan balik bagi guru fisika dalam upaya meningkatkan
aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan masalah melalui
model pembelajaran Problem Solving.
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan inovasi
dalam pembelajaran fisika khususnya pada tingkat SMA sederajat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran
Problem Solving dan model pembelajaran Direct Instruction. Hasil belajar
fisika siswa dengan model pembelajaran Problem Solving (rerata = 76,90)
lebih baik dari model pembelajaran Direct Instruction (rerata=73,49).
2. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok sikap ilmiah rendah
dan kelompok sikap ilmiah tinggi. Hasil belajar fisika kelompok sikap ilmiah
tinggi (rerata=76,56) lebih baik dari kelompok sikap ilmiah rendah
(rerata=73,67).
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Problem Solving dan model
pembelajaran Direct Instruction dengan tingkat sikap ilmiah siswa dalam
mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran Problem Solving lebih
optimal diterapkan untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi. Sedangkan
hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Direct
Instruction tidak dipengaruhi sikap ilmiahnya.
B. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki
beberapa saran untuk menerapkan model pembelajaran Problem Solving sebagai
berikut:
1. Dalam
penerapan
Model
Pembelajaran
Problem
Solving
guru
direkomendasikan untuk memperhatikan Sikap Ilmiah siswa, karena model
Problem Solving tepat untuk siswa dengan Sikap Ilmiah tinggi.
2. Untuk siswa yang memiliki Sikap Ilmiah rendah disarankan untuk tidak
diajarkan dengan Model Pembelajaran Problem Solving karena siswa akan
kesulitan dalam melakukan proses pemecahan masalah fisika selama
pembelajaran.
3. Disarankan kepada peneliti lanjutan, kiranya dapat melanjutnya penelitian ini
dengan menerapkan Model Pembelajaran Problem Solving dengan bantuan
metode ataupun media pembelajaran kreatif dalam proses pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Lorin W. A Taxonomy For Learning, Teaching, And Assessing. (New
York)
Anonim. Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Penyelesaian Masalah, yang ddiakses
tanggal 16 januari 2013
Arikunto, A. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta :
Bumi Aksara
Aunurrahman, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung
Budiyanto, 2010, Pengaruh Model Creative Problem Solving Berbasis
Kontekstual Terhadap Kompetensi Strategik Siswa Smp Dalam
Belajar Matematika. Skripsi UPI.
Cahyo, Nur. A. (2008).Pengembangan Model Creative Problem Solving Berbasis
Teknologi.Tersedia di :http://adi-negara.blogspot.com/.
Dahar, Ratna W. (1996), Teori-teori Belajar,Jakarta : Depdikbud
Dimyati Dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka
Cipta
Emzir, (2009), Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif,
PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta
Gok, Tolga, Dkk.2012. The Effect of Problem Solving Strategies On student
Achievment, Attitude and Motivation. Lat. Am J. Phys. Educ. Vol.4, No.1,
jan.
Hamalik, O, (2004), Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Harahap, Rostina, (2009), Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Hukum Newton Kelas
VIII di SMP Negeri 6 Medan T.P 2009/2010, Skripsi, FMIPA, Unimed,
Medan
Ibrahim,M.dan Nur,M (2000), Pembelajaran Berbasis Masalah. Surabaya:
UNESA University.
Indra, E., (2008), IPA-Fisika Bilingual, CV.Yrama Widya, Bandung
Ismail.(2002), Pembelajaran Berbasis Masalah.Makalah disajikan pada Pelatihan
TOT pembelajaran Kontekstual. Surabaya: Tidak dipublikasikan.
Joyce,B.; Weil,M. & Calhoun, E. (2009), Model-Model Pembelajaran, Edisi
Delapan, Pustaka Belajar, Yogyakarta
Kiranawati,
Metode
Pemecahan
Masalah
(Problem
(http://Gurupkn.Wordpress.com), yang diiakses pada 16 januari 2013
Solving)
Margono,S.2008. Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta Rineka : Cipta
Nurfiyanto, Arif. (2011). Penerapan Pendekatan Creative Problem Solving (CPS)
Dengan Menggunakan Lembar Kerja Untuk Meningkatkan Keaktifan dan
Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Pada Bangun
Ruang
Sisi
Data.Tersedia
di
:http://etd.eprints.ums.ac.id/8408/1/A410060265.pdf [18 Februari 2012].
Pepkin, K.L. (2004) Creative Problem Solving in Match.Tersedia di
:http://www.edu/hti/2004/vo2/04.htm. [18 Maret 2012]
Sanjaya, W. (2008).Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana
Prenada Media Group : Jakarta.
Sardiman, (2006),Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,PT.Grafindo Persada,
Jakarta
Steven Baptist.(2010). Destinctive Creativity Endeavour of Osborn-Parnes
creative Problem Solving.Segi College Kuala Lumpur Vol. 3 No. 1.
[online].Tersedia
di
:
http://www.segi.edu.my/onlinereview/abstract.php?aid=13&&vol=2&&s
eries=2.[10 November 2012]
Sudjana. (2005) , Metode Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung
SumarnoAlim, (2011).Keefektifan Penerapan Paduan Model Pembelajaran
Problem Solving dan Kooperatif tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil
Belajar
dan
Berpikir
Kritis.Tersedia
di
:
http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/keefektifanpenerapan-paduan-model-pembelajaran-problem-solving-dankooperatif-tipe-stad-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-dan-berpikirkritis. [05 Agustus 2012]
Sunariadi, 2008, IPA-FISIKA BILINGUAL, Bandung, Yrama Widya
Suryabrata, S. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Utari-Sumarmo, (2005), Alternatif Pembelajaran Matematika Dalam Menerapkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), UPI Bandung, Bandung