EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS KOLABORATIF DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA.
EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS KOLABORATIF DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA
PROPOSAL TESIS
Diajukan Untuk Seminar Proposal
OLEH:
MARISAH SIHOMBING NIM : 8126176015
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN 2014
(2)
EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS KOLABORATIF DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
MARISAH SIHOMBING NIM : 8126176015
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN 2015
(3)
(4)
(5)
(6)
i
ABSTRAK
Marisah Sihombing (NIM : 8126176015) Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Kolaboratif dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Belajar Fisika.
Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training berbasis kolaboratif dan model pembelajaran Direct Instruction. 2) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah. 3) Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif, model direct instruction dan sikap ilmiah untuk meningkatkan hasil belajar. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluter random sampling sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran Inquiry
Training berbasis kolaboratif dan kelas kedua sebagai kelas kontrol diterapkan
model pembelajaran Direct Instruction. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen keterampilan proses sains dalam bentuk uraian sebanyak 10 soal yang telah dinyatakan valid dan reliabel. dan angket sikap ilmiah sebanyak 25 pertanyaan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika yang beraspek keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan Model pembelajaran
Direct Instruction. Hasil belajar fisika yang beraspek keterampilan proses sains
dengan sikap ilmiah tinggi lebih baik dibandingkan dengan sikap ilmiah rendah. Terdapat interaksi antara kedua model pembelajaran yaitu model pembelajaran
inquiry training berbasis kolaboratif, model pembelajaran direct instruction dan
tingkat sikap ilmiah terhadap hasil belajar siswa.
(7)
ii
ABSTRACT
Marisah Sihombing (NIM: 8126176015) The Effect of Inquiry Training
Learning Model-Based Collaborative and Scientific Attitude Towards Collaborative Physic’s Outcomes.
The purposes of the research are:1) To determine the differences in learning outcomes of students with Inquiry Training models based collaborative and Direct Instruction teaching models, 2) To determine differences in learning outcomes of students who have high scientific attitude and low scientific attitude. 3) To determine whether there is an interaction between Inquiry Training models based collaborative, direct instruction models and scientific attitude to improve learning outcomes. The sample in this study conducted in a random sampling of two classes, where the first class as a class experiment applied Inquiry Training models based collaborative and the second class of controls implemented Direct Instruction models. The instruments used in this research instrument science process skills in narrative of 10 questions and the scientific attitude questionnaire as much as 25 questions that have been declared valid and reliable. The results were found: the learning physics through science process skills of students using Inquiry Training models based collaborative is better than students taught by the Direct Instruction learning model. Learning outcomes through physics science process skills with high scientific attitude is better than the low scientific attitude. There is interaction between the Inquiry Training models based collaborative, direct instruction models and the scientific attitude to improve the scientific attitude on science process skills of students.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan kasihNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Kolaboratif
dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Belajar Fisika”.
Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pasca Sarjana Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan.
Selama penyusunan tesis ini, Penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini, yaitu kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
3. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Jurusan Pendidikan Fisika Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan dan sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian tesis ini.
4. Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan dan sekaligus sebagai Narasumber I yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian tesis ini.
5. Ibu Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah banyak menyalurkan ilmu dan pengetahuan kepada Penulis selama menjadi Dosen Pembimbing.
6. Bapak Dr. Ridwan A. Sani, M.Si selaku narasumber II dan Ibu Dr. Derlina, M.Si selaku narasumber III dalam penulisan tesis ini yang juga
(9)
telah banyak membantu Penulis dalam memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian tesis ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Fisika Program Pascasarjana yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama Penulis kuliah di Program Pascasarjana jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan. 8. Bapak Drs. Darwin Siregar, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 15
Medan dan Bapak Drs L. Silalahi, M.Pd selaku guru bidang study Fisika yang telah memberikan kesempatan dan membantu kepada Penulis untuk mengadakan penelitian.
9. Kedua Orangtuaku yang tersayang, Keluarga Alm. S. Sihombing (Ayah) dan Dra. H. Simanjuntak (Ibu), saudara-saudaraku (Kak Marintan Sihombing S.P /A. Nainggolan), Abang Manotas Sihombing, S.Hut, M.M, dan adik Maratur Sihombing, S.H beserta keponakan ku yang kusayangi Sorta, Sonia, Surya Dinda dan Sandro Mora yang tiada henti-hentinya memberikan doa, kasih sayang, dukungan, semangat dan khususnya dukungan dana sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis ini. 10.Teman-teman angkatan III Tahun 2012 khususnya Kelas B (Asister,
Andriono, Asiroha, Herlopen, Sri, Purnama, Dodi, Lia dll) yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan masukan dan membantu Penulis dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan baik pikiran maupun motivasi dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih belum sempurna, oleh karena itu masukan dan daran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.
Terima kasih.
Medan, 23 Maret 2015 Penulis ,
(10)
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak i
Daftar Isi iii
Daftar Gambar v
Daftar Tabel vi
Daftar Lampiran viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 8
1.3. Batasan Masalah 8
1.4. Rumusan Masalah 9
1.5. Tujuan Penelitian 9
1.6. Manfaat Penelitian 10 1.7. Defenisi Operasional 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 13 2.1.1. Pengertian Belajar 13 2.1.2. Pengertian Hasil Belajar 15 2.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar 17 2.1.4 Hakekat dan Pengertian Model Pembelajaran 18
2.1.5. Model Pembelajaran Inquiry Training 23 2.1.6. Pembelajaran Kolaboratif 41 2.1.8. Model Pembelajaran Inquiry Training berbasis Kolaboratif 50
2.1.7. Model Pembelajaran Langsung 52
2.1.9. Prosedur Pembelajaran 58
2.1.10. Hasil Belajar Aspek KPS 64
(11)
iv
2.1.12. Kerangka Konspetual 84
2.2. Hasil Penelitian yang Relevan 89
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 91
3.2. Populasi dan Sampel 91
3.3. Variabel Penelitian 91
3.4. Jenis dan Desain Penelitian 92
3.4.1. Prosedur Penelitian 95
3.5. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 96
3.5.1. Instrumen Tes Hasil Belajar 96
3.5.2. Instrumen Skala Sikap Ilmiah 96
3.6. Uji Coba Instrumen 97
3.7. Teknik Analisis Data 101
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 109
4.1.1 Pretes Hasil Belajar 109
4.1.2 Sikap Ilmiah 114
4.2. Postes Hasil Belajar 115
4.2.1. Pembelajaran Berbasis Kolaboratif 115
4.2.2. Hasil Belajar Aspek KPS 116
4.3 Pengujian Hipotesis 120
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian 126
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan 132
5.2 Saran 133
(12)
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Data Nilai rata-rata KKM 6
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Langsung 30
Tabel 2.2. Pengembangan Sintaks Model Inquiry Training 51
Tabel 2.3. Langkah-langkah Model Pembelajaran DI 55
Tabel 2.4. Perbedaan Teacher Centerd dan Student Centered 57
Tabel 2.5. Deskripsi Skor Sikap Ilmiah 63
Tabel 2.6. Indikator da Sub Indikator HB Aspek KPS 73
Tabel 2.1.8. . Penelitian Yang Relevan 82
Tabel 3.1. Desain Penelitian 92
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Tes HB Aspek KPS 96
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Item Soal 98
Tabel 3.4. Hasil Uji Reliabilitas Item Soal 99
Tabel 3.5. Hasil Indeks Kesukaran Item Soal 101
Tabel 3.6. Rumus ANAVA Unsur Persiapan ANAVA dua Jalur 104 Tabel 3.7. Rancangan Tabel Interaksi ANAVA dua Jalur 105 Tabel 4.1 Data Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen 109
Tabel 4.2. Output Uji Normalitas Pretes Siswa 110
Tabel 4.3. Uji Normalitas Pretes 111
Tabel. 4.4. Output Uji Homogenitas Pretes 112
Tabel 4.5. Uji Homogenitas Pretes 113
Tabel 4.6. Uji Kesamaan Pretes 113
Tabel 4.7. Sikap Ilmiah 114
Tabel 4.8. Pembagian Kelompok Sikap Ilmiah 115
Tabel 4.10. Hasil Belajar Kelas DI dan IT 117
Tabel 4.11. Hasil Belajar Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi 118 Tabel 4.12. HB Kelas DI dan IT dengan SI Tinggi dan Rendah 119
Tabel 4.13. Data Desain Fakorial Rata-rata HB 120
(13)
vii
Tabel 4.15. Hasil Uji Homogenitas 121
Tabel 4.16. Data Faktor Antar Kelompok 121
Tabel 4.17. Statistik Anava Dua Jalur 122
Tabel 4.18. Output Perhitungan Anava Dua Jalur 122
(14)
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Skema Pelaksanaan Penelitian 94
Gambar 4.1. Grafik Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen 110 Gambar 4.2. Diagram Distribusi Normal Kelas Kontrol 111 Gambar 4.3. Diagram Distribusi Normal Kelas Eksperimen 112 Gambar 4.4. Persentase Pembelajaran Berbasis Kolaboratif 116
Gambar 4.5. Grafik Postes HB Kelas DI dan TI 117
Gambar 4.6. Grafik Postes HB Sikap Ilmiah Tinggi dan Rendah 118
Gambar 4 .7.Grafik HB Kelas DI dan IT 119
(15)
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Tes Hasil Belajar 137
Lampiran 2. Kegiatan Observasi Pembelajaran Kolaboratif 149
Lampiran 3. Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) 150
Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa 162
Lampiran 5. Bahan Ajar 187
Lampiran 6. Lembar Observasi Peneliti 222
Lampiran 7. Lembar Validasi Angket Sikap Ilmiah 223
Lampiran 8. Instrumen Penilaian Sikap Ilmiah 225
Lampitan 9. Laporan Kegiatan Observasi Pembelajaran Kolaboratif 227
Lampiran 10. Hasil Penelitian Pretes 228
Lampiran 11. Hasil Penelitian Postes 232
(16)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Arus kemajuan zaman yang ditandai dengan semakin pesatnya ilmu
pengetahuan dan teknologi ini merupakan hal yang tidak dapat kita hindari
melainkan harus kita ikuti. Demikian pula dunia pendidikan selalu mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu kita dengan berbagai cara
berusaha meningkatkan perkembangan pendidikan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan negara.
Kemajuan bangsa hanya dimungkinkan oleh perluasan pendidikan oleh
setiap anggota bangsa itu sendiri. Pendidikan bukan lagi diperuntukkan bagi suatu
golongan elite yang sangat terbatas melainkan bagi seluruh rakyat.
Undang-Undang Dasar 1945 menginginkan agar setiap warga negara mendapat
kesempatan belajar seluas luasnya. Komisi Pembaharuan Pendidikan Nasional
(KPPN) mengemukakan agar pendidikan kita bersifat semesta, menyeluruh dan
terpadu. Memberi kesempatan belajar saja belum cukup memadai bila jumlah
yang tinggal kelas dan putus sekolah masih tinggi. Masih perlu dipikirkan jalan
agar setiap murid mendapat bimbingan agar ia berhasil menyelesaikan
pelajarannya dengan baik. (dalam Nasution : 2011).
Untuk menyelesaikan pelajaran dengan baik perlu meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan melakukan perbaikan, pendekatan pembelajaran dapat
(17)
2
terhadap rutinitas pendekatan pembelajaran yang selama ini pembelajaran hanya
difokuskan pada guru saja yang aktif sedangkan siswa pasif hanya menurut apa
yang diperintahkan oleh guru, dan mendengarkan guru. Dengan bergulirnya
reformasi dan otonomi pendidikan para guru diharapkan semakin kreatif dalam
mengembangkan pendekatan pembelajarannya. Belajar konvensional yang
menempatkan guru pada pihak aktif dan siaga pada pihak pasif harus diganti
dengan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran agar hasil pembelajaran dapat berjalan dengan baik. (dalam
Zarkasi : 2009)
Indikator berhasilnya pelajaran dengan baik dilihat dari prestasi belajar.
Dimana prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan
eksternal. Penyebab utama dari kesulitan belajar (learning disabilities) adalah
faktor intenal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurolgis, sedangkan
penyebab utama problema belajar adalah faktor eksternal, yaitu berupa antara lain
strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak
membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan
(reinforcement) yang tidak tepat. Dalam kelas yang siswanya memiliki
kemampuan heterogen, guru akan menciptakan interaksi belajar yang kompetitif
karena ia beranggapan bahwa kompetisi dapat meningkatkan motivasi yang pada
gilirannya juga akan meningkatkan prestasi belajar pada anak. Guru tersebut lupa
bahwa kompetisi akan individu yang memiliki kekuatan tidak seimbang dapat
menimbulkan ketidakberdayaan yang dipelajari (learned helplessness) bagi yang
(18)
3
belajar dalam suasana kelas yang kompetitif semacam itu maka dapat diramalkan
bahwa mereka akan menjadi anak yang putus asa, yang tidak hanya berakibat
buruk bagi pencapaian prestasi belajar yang optimal tetapi juga berakibat buruk
bagi pembentukan kepribadiannya. (dalam Abdurrahman : 2011).
Ada masalah dan tantangan yang harus diatasi oleh guru Indonesia. Yang
pertama adalah, guru mata pelajaran perlu menambah pemahaman tentang materi
buku pelajaran yang ia ajar dan meningkatkan kemampuan untuk merancang
pelaksanaan pembelajaran, yaitu bagaimana materi itu diajarkan secara sistematis
kepada siswa. Untuk mengatasi masalah ini perlu disediakan tempat dan waktu
dimana sesama guru satu sekolah secara berkala melakukan studi tentang materi
pelajaran serta membuat media atau alat perga yang lebih berguna.
Yang kedua adalah, pada forum refleksi pasca pembelajaran meskipun
para guru pengamat (observer) menyampaikan fakta berupa masalah siswa yang
ia amati, belum terjadi langkah berikutnya, yakni para peserta forum saling belajar
atau saling mengasah “keterampilan atau teknik” yang dapat diambil secara
refleks oleh guru model (pedagogical tact) agar masalah itu dapat diatasi. Jalan
keluar untuk itu adalah para guru perlu lebih banyak berdiskusi tentang“
keterampilan atau teknik” yang refleks tersebut.
Yang ketiga adalah perlu memiliki rasa tanggung jawab sebagai profesi
guru, yaitu berupa pengalaman kepada siswa untuk memahami materi pelajaran.
(19)
4
hanya belum punya pengalaman dan kebiasaan untuk merancang pembelajaran
berdasarkan sistematik materi pelajaran. (dalam Masaaki: 2012)
Proses pembelajaran fisika di SMA pada saat ini secara umum belum
berdampak terhadap kemampuan siswa memecahkan masalah. Pembelajaran
fisika sebagian besar hanya menekankan pada aspek produk seperti menghapal
konsep-konsep, prinsip-prinsip atau rumus tidak memberikan kesempatan siswa
terlibat aktif dalam proses fisika serta tidak dapat menumbuhkan sikap ilmiah
siswa. Beberapa penelitian pembelajaran berbasis konstruktivis telah dilakukan
untuk melihat efektivitasnya dalam konstruksi pengetahuan oleh siswa sendiri dan
menumbuh kembangkan sikap ilmiah.Hal ini dilakukan sesuai dengan pendapat
Bruner dalam Dahar (1996), bahwa selama kegiatan belajar berlangsung
hendaknya siswa dibiarkan mencari atau menemukan sendiri makna segala
sesuatu yang dipelajari. Siswa perlu diberikan kesempatan berperan memecahkan
masalah seperti yang dilakukan para ilmuwan, agar mereka mampu
memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka .
Pelajaran Fisika sering dirasakan sebagai mata pelajaran yang sulit untuk
diajarkan oleh guru dan sulit dipahami oleh siswa. Oleh karena itu, tidak
mengherankan apabila mata pelajaran Fisika merupakan salah satu pelajaran yang
oleh sebagian siswa dipandang sulit. Berbagai kesulitan tersebut dapat disebabkan
karena berbagai konsep, prinsip, hukum, serta teori yang rumit. Apalagi hal ini
ditambahkan oleh guru yang kurang menunjukkan contoh penerapannya dalam
(20)
5
Konsep fisika yang bersifat abstrak yang harus diserap siswa dalam waktu
yang relatif terbatas menjadikan ilmu fisika menjadi salah satu mata pelajaran
yang paling sulit bagi siswa sehingga banyak siswa yang gagal dalam belajar.
Pada umumnya siswa cenderung dengan hafalan dari pada secara aktif
membangun pemahaman mereka sendiri terhadap konsep fisika. Hal inilah yang
terjadi di sekolah peneliti, kurangnya pengetahuan guru tentang strategi
pembelajaran yang inovatif bagi pelajaran fisika, kurangnya kegiatan praktikum
dan masih belum memahami dengan baik cara pelaksanaan model maupun
metode yang inovatif. Yang membuat motivasi dan hasil belajar yang dicapai
rendah.
Menurut Nasution, masalah yang sangat penting yang kita hadapi ialah
bagaimana usaha agar sebagian besar dari murid-murid dapat belajar dengan
efektif dan menguasai bahan pelajaran dan keterampilan-keterampilan yang
dianggap essensial bagi perkembangannya selanjutnya dalam masyarakat yang
kian hari kian kompleks. Bila kita ingin agar seseorang mau belajar terus
sepanjang hidupnya, maka pelajaran di sekolah harus merupakan pengalaman
yang menyenangkan bagi dirinya. Murid yang sering frustasi karena mendapat
nilai yang rendah, selain mendapat teguran, kecaman dan celaan akan benci
terhadap pelajaran formal dan tidak mempunyai cukup motivasi untuk
melanjutkan pelajarannya. Sehingga siswa akan sulit mengerti mengenai konsep
dari yang dipelajarinya, yang dalam hal ini salah satunya adalah pelajaran fisika.
(21)
6
Berdasarkan hasil observasi ke sekolah dengan melihat daftar nilai fisika
yang masih rendah seperti tercantum dalam tabel 1.1. dibawah ini:
Tabel 1.1: Data nilai rata-rata KKM Mata Pelajaran Fisika
Tahun
Pelajaran
Nilai Rata-rata Nilai Tuntas (KKM)
2010/2011 64,00 70,00
2011/2012 65,00 70,00
2012/2013 68,00 75,00
Sumber : Dokumen SMA NEGERI 15 MEDAN
Penguasaan konsep fisika oleh siswa akan lebih berhasil jika diterapkan
model pembelajaran sesuai yang dapat membuat siswa mencari, menemukan dan
memahami fisika itu sendiri sehingga siswa dapat membangun konsep-konsep
fisika atas dasar nalarnya sendiri yang kemudian dikembangkan atau mungkin
diperbaiki oleh guru yang mengajar. Salah satu model yang cocok untuk
pembelajaran yang bertujuan agar siswa dapat mengusai konsep fisika adalah
model Inquiry salah satunya adalah dengan menggunakan model inquiry training.
Melalui model pembelajaran ini siswa diharapkan aktif mengajukan
pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari dan mengumpulkan serta
memproses data secara logis untuk selanjutnya mengembangkan strategi
intelektual yang dapat digunakan untuk dapat menemukan jawaban atas
pertanyaan tersebut.Model pembelajaran inquiry training dimulai dengan
menyajikan peristiwa yang mengandung teka-teki kepada siswa. Siswa-siswa
(22)
masalah-7
masalah yang masih menjadi teka-teki tersebut. Guru dapat menggunakan
kesempatan ini untuk mengajarkan prosedur pengkajian sesuai dengan
langkah-langkah model pembelajaran inquiry training.
Menurut Masaaki, (2012) Guru hendaknya kreatif memulai pembelajaran,
dan untuk melakukan kreatifitas teresebut guru tidak harus mengubah segala cara
yang telah dilakukan selama ini dan memulai cara yang baru dari nol. Dan pada
proses pembelajaran konvensional yang diprakarsai guru, melibatkan semua siswa
agak sulit, maka untuk memperbaiki kondisi tersebut, perlu adanya dialog dan
kolaborasi. Ada 3 faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, yaitu :1.
Kualitas tugas yang diberikan kepada siswa dan RPP yang menarik. 2.
Menerapkan kegiatan kolaborasi dengan pihak lain (secara berpasangan atau
kelompok kecil).3. Keaktifan, semangat, kognisi dan emosi siswa pada waktu
pelajaran. Pembelajaran kolaboratif akan memberi pengaruh positif pada
perkembangan kognitif siswa. (Masaaki: 2012)
Sikap atau attitude menjadi faktor kesuksesan seseorang. Sikap lebih
terletak pada yang kita tampilkan dan bukan bagaimana kita memandang diri kita
sendiri. Misalnya sikap positif dapat mengubah kepribadian yang membosankan
menjadi menyenangkan. Kehidupan sehari-hari kita dipengaruhi oleh sikap, baik
sikap kita terhadap diri kita maupun sikap kita terhadap orang lain.
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada diatas maka penulis merasa
tertarik untuk mengadakan penelitian, yang berjudul “EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS KOLABORATIF DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA.
(23)
8
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah-masalah dalam
penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kurangnya kemampuan guru dalam mengajarkan materi pelajaran yang
sesuai dengan kemampuan siswa yang memiliki tingkat kemampuan yang
berbeda.
2. Model pembelajaran masih berorientasi pada satu arah saja yang lebih banyak
didominasi oleh guru sedangkan siswa pasif.
3. Staretegi pembelajaran masih banyak yang tidak sesuai (keliru).
4. Hasil belajar fisika siswa masih rendah.
5. Lemahnya siswa dalam memahami konsep fisika.
6. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika masih kurang.
7. Siswa merasa bosan dan putus asa akan sistem penilaian persaingan
(kompetesi) di kelas yang dilakukan oleh guru.
1.3. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup masalah, keterbatasan waktu, dana serta
kemampuan peneliti maka perlu adanya pembatasan masalah.
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Model
Pembelajaran Inquiry Training berbasis kolaboratif dan model pembelajaran
Direct Instruction.
2. Selama kegiatan pembelajaran, peneliti membatasi pada sikap ilmiah dan
(24)
9
aspek yaitu: mengamati (observasi), mengelompokkan (klasifikasi),
menafsirkan (interpretasi), mengajukan pertanyaan, berhipotesis,
merencanakan percobaan/ penelitian, menggunakan alat dan bahan,
menerapkan konsep, berkomunikasi.
3. Materi pembelajaran pada penelitian ini hanya dibatasi pada materi Listrik
Dinamis di Kelas X Semester II.
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan
masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dibuat rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif dan
model pembelajaran Direct Instruction ?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki sikap
ilmiah tinggi dan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah?
3. Apakah terdapat interaksi antara kedua model pembelajaran dan sikap
ilmiah terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Listrik Dinamis?
1.5.Tujuan Penelitian
(25)
10
1. Mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif dan
model pembelajaran DI.
2. Mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki
sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah.
3. Mengetahui apakah terdapat interaksi model pembelajaran inquiry training
berbasis kolaboratif dan sikap ilmiah untuk meningkatkan hasil belajar.
1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi para
pengajar fisika tentang bagaimana cara penggunaan model pembelajaran inquiry
training berbasis kolaboratif untuk pengajaran fisika di SMA.
a. Bagi siswa
- Meningkatkan motivasi belajar dan kepercayaan diri siswa
- Memotivasi siswa untuk lebih terampil dan berani
- Meningkatkan hasil belajar bidang studifisika
b. Bagi guru
- Menambah pengetahuan tentang strategi pembelajaran yang
mengembangkan proses berfikir ilmiah.
- Mengembangkan keterampilan mengelola proses pembelajaran.
- Merangsang minat untuk menjadi guru yang kreatif dan inovatif.
c. Bagi sekolah
- Meningkatkan kualitas sesuai dengan landasan iman dan taqwa
(26)
11
- Terciptanya pembelajaran bidang studi Fisika di SMA Negeri 15
Medan yang lebih berkualitas.
1.6. Defenisi Operasional
1. Model pembelajaran Inquiry Training berbasis kolaboratif adalah salah satu
model pembelajaran latihan untuk mencari, menemukan dan menggali
informasi secara bersama-sama (kolaborasi). Dimana dalam proses
pembelajaran ini, siswa harus saling membantu dalam memberikan informasi
yang sebanyak-banyaknya dan membantu temannya yang kurang mengerti.
Untuk mengangkat jiwa kolaborasi siswa diperlukan peran guru. Berdasarkan
pada konsep metode ilmiah, ia mencoba untuk mengajarkan kepada siswa
beberapa keterampilan penelitian. Jadi guru memberikan masalah dan
membimbing siswa untuk aktif dalam kegiatan kolaborasi/ bekerjasama
dengan membentuk denah ruangan belajar seperti pola huruf “U” dan
memberi bantuan apabila siswa ada yang tidak aktif dalam kegiatan
kolaborasi, sedangkan siswa mememecahkan masalah melalui pengamatan,
percobaan atau prosedur penelitian, jadi kelas yang diharapkan guru adalah
kelas yang ribut, dimana masing-masing siswa harus memberikan
komentarnya. Model pembelajaran yang fokus tehadap kemampuan siswa
untuk mengamati, menyusun data, memahami informasi, membentuk konsep,
(27)
12
dengan siswa lain yang memiliki kemampuan yang berbeda untuk
memadukan hasil pemikiran didalam kelompoknya.
2. Model pembelajaran langsung (Direct Instruction) pada penelitian ini adalah
suatu model pengajaran aktif yang bersifat teacher center.yaitu salah satu
pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar
siswa yang berkaitan dengan pengetahuan dekleratif dan pengetahuan
prosedural yang tersturuktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola
kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Selain itu, model
pembelajaran langsung ditujukan pula untuk membantu siswa mempelajari
keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan
selangkah demi selangkah. (Trianto:41).
3. Sikap ilmiah dalam penelitian ini adalah kecenderungan siswa untuk belajar
memecahkan masalah, menilai ide dan informasi, membuat keputusan
berdasarkan bukti yang telah dikumpulkan dan dievaluasi secara objektif.
Siswa yang memiliki prosedur ini dikatakan memiliki sikap ilmiah.
(Brossard, et all :2005)
4. Hasil belajar yang ada dalam penelitain ini yaitu hasil belajar dengan aspek
keterampilan proses sains meliputi: melakukan pengamatan (observasi),
inferensi, mengajukan pertanyaan, menafsirkan hasil pengamatan
(interpretasi), mengelompokkan (klasifikasi), meramalkan (prediksi),
berkomunikasi, membuat hipotesis), merencanakan percobaan atau
penyelidikan, menerapkan konsep atau prinsip keterampilan menyimpulkan
(28)
(29)
126
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Hasil belajar dengan aspek keterampilan proses sains siswa yang
menggunakan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif lebih
baik dibandingkan dengan hasil belajar fisika beraspek keterampilan proses
sains siswa yang diajarkan dengan Model pembelajaran Direct Instruction
(DI).
2. Hasil belajar fisika yang beraspek keterampilan proses sains dengan sikap
ilmiah tinggi lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar fisika dengan sikap
ilmiah rendah di kelas eksperimen, dan sebaliknya di kelas kontrol.
3. Terdapat interaksi antara kedua model pembelajaran, yaitu model Inquiry
Training berbasis kolaboratif dan model Direct Instruction dalam
mempengaruhi hasil belajar siswa beraspek keterampilan proses sains. Pada
kelas eksperimen, sikap ilmiah lebih dominan memberikan pengaruh
(30)
127
5.2 . SARAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran, antara
lain:
1. Model pembelajaran Inquiry training berbasis kolaboratif dapat dijadikan
salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dengan aspek keterampilan proses sains.
2. Materi yang disajikan hendaknya lebih kreatif dalam konteks sikap ilmiah,
agar siswa terangsang dalam meningkatkan hasil belajar yang beraspek
keterampilan proses sains.
3. Perlunya membiasakan anak melakukan kegiatan percobaan baik dengan
menggunakan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif agar
siswa lebih dapat bekerjasama dengan baik karena hakekat dari pendidikan
IPA bukan hanya produk, tetapi proses dan sikap perlu juga diasah dengan
membiasakan siswa pada kegiatan percobaan.
4. Kepada peneliti lanjut yang ingin meneliti permasalahan yang sama
disarankan melakukan penelitian pada lokasi dan materi bahasan yang
berbeda serta melibatkan guru dalam penelitian agar siswa benar-benar aktif
(31)
134
DAFTAR PUST AKA
A.Pandey, dkk. (2011). Effectivinesss of Inquiry Trainining Model Over Conventional Teaching Method on Academic Achievemen Of Science students in india. Journal of Innovative Research in Education i: Maiden Edition.
Anagun, S.S. and Yasar, S (2009). Reliability and Validity Studies Of Science and Technology Course Scientific Attitude Scale. Journal of Turkis Science Education, 6(2):42-45.
Abdurrahman, Mulyono. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Be/ajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Aren, Richard. 2012. Learning To Teach Nine Edition. New York: The McGrow
Hill Companies.
Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur Pene/itian praktikJakarta : Rineka Cipta.
suatu pendekatan
Brossard, E., Lewenstein B., and Bonner, R (2005). Scientific and Knowledge and attitude change: The Impact of a Citizen Science Project. International journal of Science Eduation, 27(9): I 099-1121.
Brotosiswoyo,S.(2001). Hakikat Pembelajaran Fisika di Ferguruan Tinggi.
Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas Terbuka, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdiknas.
Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Be/ajar. Jakarta: Erlangga Dimiyati, 2009. Belajar dan Pembelqjaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djarnarah, Syaiful Bahri. (2008). Rahasia Sukses Be/ajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ganawati, D., Sudarmana. & Radyuni, W. (2008). Pembelqjaran llmu
Pengeiahuan A/am Terpadu dan Kontekstual untuk SMPIMTS Kelas IX. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
George, R (2000). Measuring Change in Students Attitudes Toward Science Overtime. an Aplicaiion of Latent Variable Growth Modelling. Journal of Science Education of Technology, 9(3):213-225.
Harnalik. (2004). lnovasi Pendidikan: Perwujudannya Dalam Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: YP. Permindo.
Joyce, B. (2011). Models ofTeaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
John, W Me, Bride, (20~). Using an inquiry approach to teach clence to secondary school science teachers. University Western Anotalia.Tidak
(32)
135
Kaswan. (2004). Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Kegiatan Laboratorium Berbasis lnkuiri Pada Pokok Bahasan Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis Pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Kurniawan, D. (2012). Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Website Pada Konsep Fluida Statis Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI. Tesis Pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Maasaki (2012). Lesson Study, Dialog dan Kolaborasi. Jaka..-ta: Kalangan Sendiri: Tida.k Diterbitkan.
Markus, Setyadi. (2010). Maestro Fisika Latihan Dasar Olimpiade Fisika SMA.
Jakarta: Yrarna Widya.
Mudjiono. (2000). Pengaruh Model Pembelajarm1 Inquiry Training Berbantuan Portopolio Dengan Menggunakan Media Komputer Terhadap Hasil Belajar Kimia di SMA. Tesis Pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: Tidak Diterbitkan.
Orbay, ctal. (2010). Academic Attitudes of Gifted towards Science depending on some vaiables: A turkish Sample. Academic Journal, 5(7):639-699.
Osborne, M., Gokdere towards Science: AReview of the Literatur and its
Aplication. Int.J.Sci.Eucation, 25 (9): I 049- I 079.
Pegoy Brickman, (2000). Effect Of Inquiry Based Learning An Student 'science Literacy Skills En! Co'!fidence.Schorlarly research journal for interdisciplinary studiesTidak Diterbitkan.
Pribadi, Benny.(2009). Model Desain Sistem Pembelcifaran. Jakarta: Dian Rakyat Rajshree S. Vaishnav.(2013). Effectiviness Of Inquiry Training Model For
Teaching Science .Schorlarly research journal for interdisciplinary studies. Tidak Diterbitkan.
Rusnayati, Heni (2010). Penerapan Model Pembelajaran Based Learning dengan pendekaran inquiry untuk meningkatkan KPS dan Penguasaan Konsep. Tesis Pada SPs UNIMED Medan: Tidak Diterbitkan.
Rusman., Kurniawan, D. & Riyana, C. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi lnformasi dan KomliJl,ikasi. Jakarta: Raja Grafmdo Persada.
Rustaman, N. (2Q03). Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertarna.
(33)
136
Semiawan, C, dkk. (1996). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT. Gramedia.
Pendidikan Kege/isahan Separifang Zaman. Yogyakarta:
Sirait, Ratni (2012). Pengaruh Model Pembe/ajaran Inquiry Training Terhadap
Hasil Be/ajar pada Materi Pokok Usaha dan Energi Di Kelas VII MTSn
.3 Medan. Tesis Pada SPs UNIMED Medan: Tidak Diterbitkan.
Slameto.Drs. (2000). Be/ajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Ja!r.arta: Rineka Cipta.
Sudjana, (2002), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Sugiyono. (20 1 0). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suherman, E, Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan
Evalusasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijayakusumah.
Sukmadinata, N. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Trianto.MPd.(2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
(1)
(2)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.
Hasil belajar dengan aspek keterampilan proses sains siswa yang
menggunakan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif lebih
baik dibandingkan dengan hasil belajar fisika beraspek keterampilan proses
sains siswa yang diajarkan dengan Model pembelajaran Direct Instruction
(DI).
2.
Hasil belajar fisika yang beraspek keterampilan proses sains dengan sikap
ilmiah tinggi lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar fisika dengan sikap
ilmiah rendah di kelas eksperimen, dan sebaliknya di kelas kontrol.
3.
Terdapat interaksi antara kedua model pembelajaran, yaitu model Inquiry
Training berbasis kolaboratif dan model Direct Instruction dalam
mempengaruhi hasil belajar siswa beraspek keterampilan proses sains. Pada
kelas eksperimen, sikap ilmiah lebih dominan memberikan pengaruh
dibandingkan di kelas kontrol.
(3)
5.2 . SARAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran, antara
lain:
1.
Model pembelajaran Inquiry training berbasis kolaboratif dapat dijadikan
salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dengan aspek keterampilan proses sains.
2.
Materi yang disajikan hendaknya lebih kreatif dalam konteks sikap ilmiah,
agar siswa terangsang dalam meningkatkan hasil belajar yang beraspek
keterampilan proses sains.
3.
Perlunya membiasakan anak melakukan kegiatan percobaan baik dengan
menggunakan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif agar
siswa lebih dapat bekerjasama dengan baik karena hakekat dari pendidikan
IPA bukan hanya produk, tetapi proses dan sikap perlu juga diasah dengan
membiasakan siswa pada kegiatan percobaan.
4.
Kepada peneliti lanjut yang ingin meneliti permasalahan yang sama
disarankan melakukan penelitian pada lokasi dan materi bahasan yang
berbeda serta melibatkan guru dalam penelitian agar siswa benar-benar aktif
dalam proses pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang jauh lebih baik.
(4)
DAFTAR PUST AKA
A.Pandey, dkk. (2011). Effectivinesss of Inquiry Trainining Model Over Conventional Teaching Method on Academic Achievemen Of Science students in india. Journal of Innovative Research in Education i: Maiden Edition.
Anagun, S.S. and Yasar, S (2009). Reliability and Validity Studies Of Science and Technology Course Scientific Attitude Scale. Journal of Turkis Science Education,
6(2):42-45.
Abdurrahman, Mulyono. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Be/ajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Aren, Richard. 2012. Learning To Teach Nine Edition. New York: The McGrow
Hill Companies.
Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur Pene/itian praktikJakarta : Rineka Cipta.
suatu pendekatan
Brossard, E., Lewenstein B., and Bonner, R (2005). Scientific and Knowledge and attitude change: The Impact of a Citizen Science Project. International journal of Science Eduation, 27(9): I 099-1121.
Brotosiswoyo,S.(2001). Hakikat Pembelajaran Fisika di Ferguruan Tinggi. Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas Terbuka, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdiknas.
Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Be/ajar. Jakarta: Erlangga Dimiyati, 2009. Belajar dan Pembelqjaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djarnarah, Syaiful Bahri. (2008). Rahasia Sukses Be/ajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ganawati, D., Sudarmana. & Radyuni, W. (2008). Pembelqjaran llmu
Pengeiahuan A/am Terpadu dan Kontekstual untuk SMPIMTS Kelas IX.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
George, R (2000). Measuring Change in Students Attitudes Toward Science Overtime. an Aplicaiion of Latent Variable Growth Modelling. Journal of Science Education of Technology, 9(3):213-225.
Harnalik. (2004). lnovasi Pendidikan: Perwujudannya Dalam Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: YP. Permindo.
Joyce, B. (2011). Models ofTeaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
John, W Me, Bride, (20~). Using an inquiry approach to teach clence to secondary school science teachers. University Western Anotalia.Tidak Diterbitkan.
(5)
Kaswan. (2004). Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Kegiatan Laboratorium Berbasis lnkuiri Pada Pokok Bahasan Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis Pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Kurniawan, D. (2012). Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Website Pada Konsep Fluida Statis Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI. Tesis Pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Maasaki (2012). Lesson Study, Dialog dan Kolaborasi. Jaka..-ta: Kalangan Sendiri: Tida.k Diterbitkan.
Markus, Setyadi. (2010). Maestro Fisika Latihan Dasar Olimpiade Fisika SMA. Jakarta: Yrarna Widya.
Mudjiono. (2000). Pengaruh Model Pembelajarm1 Inquiry Training Berbantuan Portopolio Dengan Menggunakan Media Komputer Terhadap Hasil Belajar Kimia di SMA. Tesis Pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: Tidak Diterbitkan.
Orbay, ctal. (2010). Academic Attitudes of Gifted towards Science depending on some vaiables: A turkish Sample. Academic Journal, 5(7):639-699.
Osborne, M., Gokdere towards Science: AReview of the Literatur and its Aplication. Int.J.Sci.Eucation, 25 (9): I 049- I 079.
Pegoy Brickman, (2000). Effect Of Inquiry Based Learning An Student 'science Literacy Skills En! Co'!fidence.Schorlarly research journal for interdisciplinary studiesTidak Diterbitkan.
Pribadi, Benny.(2009). Model Desain Sistem Pembelcifaran. Jakarta: Dian Rakyat Rajshree S. Vaishnav.(2013). Effectiviness Of Inquiry Training Model For
Teaching Science .Schorlarly research journal for interdisciplinary studies. Tidak Diterbitkan.
Rusnayati, Heni (2010). Penerapan Model Pembelajaran Based Learning dengan pendekaran inquiry untuk meningkatkan KPS dan Penguasaan Konsep. Tesis Pada SPs UNIMED Medan: Tidak Diterbitkan.
Rusman., Kurniawan, D. & Riyana, C. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi lnformasi dan KomliJl,ikasi. Jakarta: Raja Grafmdo Persada.
Rustaman, N. (2Q03). Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertarna.
(6)
Semiawan, C, dkk. (1996). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT. Gramedia.
Pendidikan Kege/isahan Separifang Zaman. Yogyakarta:
Sirait, Ratni (2012). Pengaruh Model Pembe/ajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Be/ajar pada Materi Pokok Usaha dan Energi Di Kelas VII MTSn
.3
Medan. Tesis Pada SPs UNIMED Medan: Tidak Diterbitkan.Slameto.Drs. (2000). Be/ajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Ja!r.arta: Rineka Cipta.
Sudjana, (2002), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Sugiyono. (20 1 0). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suherman, E, Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evalusasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijayakusumah.
Sukmadinata, N. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Trianto.MPd.(2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.