PEMBUATAN SENSOR FORMALDEHIDA DALAM SISTEM DETEKSI SPEKTROSKOPI UV-VIS.

PEMBUATAN SENSOR FORMALDEHIDA DALAM
SISTEM DETEKSI SPEKTROSKOPI UV-VIS

Oleh :
Josua P ButarButar
NIM 4103210020
Program Studi Kimia

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sain

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014

i

iv


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat dan kasih yang dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga penelitian
skripsi ini dapat diselasaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang
direncanakan. Skripsi ini berjudul, “Pembuatan Sensor Formaldehida Dalam
Sistem Deteksi Spektroskopi UV-VIS” yang dilaksanakan sejak bulan April 2014.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, mulai dari pengajuan
proposal penelitian, pelaksanaan sampai penyusunan skripsi antara lain Bapak
Drs. Marudut Sinaga, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi serta kepada Bapak
Prof. Drs. Manihar Situmorang, M.Sc, Ph.D, Bapak Drs. Jamalum Purba, M.Si,
Ibu Dra. Ani Sutiani, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan
masukan. Penghargaan juga disampaikan kepada Bapak Drs. Amser Simanjuntak,
M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh Bapak/Ibu dosen
tenaga pengajar dan staff pengawai di Jurusan Kimia FMIPA UNIMED.
Teristimewa saya sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orangtua saya,
Ibunda yang sangat saya sayangi (Alm.D.TampuBolon) dan ayahanda tercinta
(P.Butar-butar). Untuk abang (Bapak Amey Butar-Butar), dan (Luther ButarButar) serta Kakak saya (Mama Chico Butar-Butar dan Mama Parel Butar-Butar),
yang selalu memberi dukungan doa, nasehat dan motivasi dari awal kuliah sampai

menyelesaikan studi di UNIMED. Buat teman-teman seperjuangan Evi Saragih,
Efbertias Sitorus, Melinda Sianipar, Kiki agnesia, serta sahabat saya Sumitro
Sihombing, Randi Putra dan ade anggi aggriana dan teman-teman lainnya
khususnya jurusan kimia NK’10 atas segala doa, saran, masukan dan
dukungannya, saya sampaikan banyak terima kasih.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi
ini tetapi sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan, penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu Penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
penyempurnaan skripsi ini (Josuaputra74@gmail.com). Penulis berharap semoga
penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
serta menambah wawasan bagi pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terima
kasih.

Medan, Agustus 2014

Josua P Butar-Butar
NIM 4103210020

iii


PEMBUATAN SENSOR FORMALDEHIDA DALAM SISTEM DETEKSI
SPEKTROSKOPI UV-VIS
Josua P ButarButar (NIM 4103210020)
ABSTRAK
Pembuatan sensor formaldehida dalam sistem deteksi spektrofotometeri UV-Vis
bertujuan untuk menetukan kadar formaldehida secara cepat, tepat, dan akurat.
Prinsip analisisnya adalah berdasarkan reaksi yang terjadi karena kondensasi
formaldehida dengan sistem aromatik dari asam kromatropat, membentuk
senyawa (3,4,5,6-dibenzoxanthylium) yang berwarna violet. Terbentuknya warna
violet disebabkan karena adanya ion karbenium-oksonium yang stabil karena
mesomeri. Sebelum melakukan analisis menggunakan spektrofotometri maka
dilakukan berbagai prosedur optimasi yang mempengaruhi reaksi pembentukan
kompleks formaldehida. Optimasi kondisi analisis yang dilakukan meliputi seleksi
panjang gelombang maximum, pengaruh pH asam sulfat terhadap sensitifitas
pelarut formaldehida, penentuan linieritas kurva kalibrasi larutan standar, dan
waktu kerja optimum pada penentuan formaldehida, setelah itu dilakukan
pengukuran kadar formaldehida dalam sampel. Kondisi percobaan yang optimum
adalah pada larutan H2SO4 pH 3, panjang gelombang maksimum 568,54 nm, dan
persamaan regresi linear yang diperoleh dari kurva kalibrasi y = 0.182x + 0.067,

(R2 = 0.998), dengan Waktu kerja Optimum 15 menit. Dari 20 jenis sampel yang
dianalisis diperoleh kadar formaldehida tertinggi terdapat pada sampel dengan
kode N sebesar 105,38 mg/kg, sementara kadar formaldehida terendah yaitu pada
sampel kode C dengan kadar formaldehida sebesar 12,00 mg/kg.
Kata kunci: Formaldehida, Sensor kimia, Asam Kromatrofat, Spektrofotometri.

v

DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan

i

Riwayat hidup

ii

Abstrak


iii

Kata Pengantar

iv

Daftar Isi

v

Daftar Gambar

vi

Daftar Tabel

vii

BAB I. PENDAHULUAN


1

1.1. Latar Belakang
1.2. Batasan Masalah

3

1.3. Rumusan Masalah
1.4. Tujuan Penelitian
1.5. Manfaat Penelitian

4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

5

2.1. Bahan Pengawet Makanan dan Minuman
2.2. Formaldehida


6

2.2.1. Manfaat Dalam Kehidupan Sehari-hari

8

2.2.2. Pengaruh Formaldehida terhadap kesehatan

9

2.3. Sensor Kimia dan Perkembangannya

12

2.4. Analisis Menggunakan Sensor Kimia

14

2.5. Pereaksi Asam Kromatrofat


15

2.6. Metode Analisis Spektrofotometri

16

2.6.1. Metode Spektroskopi Serapan Ultra Violet dan Sinar Tampak
2.7. Warna Komplementer

19

BAB III. METODE PENELITIAN

21

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

vi

3.2. Alat dan Bahan

3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Pembuatan Larutan

21

3.3.2. Optimasi Spektrofotometri Penentuan Formaldehida

22

3.3.3. Metode Spektrofotometri untuk Penentuan Kadar Formaldehida
Larutan Baku
3.3.3.1. Penentuan pH Optimum Formaldehida

23

3.3.3.2 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Formaldehida
3.3.4. Penentuan Waktu Kerja Optimum
3.3.5. Aplikasi Spektrofotometri untuk Penentuan Kadar

24


Formaldehida dalam Makanan
3.3.6 Preparasi Sampel Untuk Analisis Formaldehida

25

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

26

4.1. Optimasi Spektrofotometri Penentuan formaldehida
4.2. Penentuan pH Optimum Reaksi

27

4.3 Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi

28

4.4. Waktu Kerja Optimum Reaksi


30

4.5. Penentuan Formaldehida dalam Sampel

31

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

34

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

viii

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Beberapa senyawa pengawet makanan dan minuman

Halaman
6

serta pengaruhnya terhadap kesehatan manusia
Tabel 2.2. Karakteristik Formaldehida

7

Tabel 2.3. Daftar panjang gelombang dan warna komplementer

19

Tabel 4.1. Data hasil pengukuran pengaruh pelarut (pH 2, 3, 4, 5) dengan

27

larutan standar formaldehida terhadap panjang gelombang
maksimum dan absorbansinya pada pengukuran panjang
gelombang 500-600 nm.
Tabel 4.2. Daftar nilai panjang gelombang dan absorbansi dalam berbagai

29

pH dari konsentrasi 1-20 ppm
Tabel 4.3. Data hasil pengukuran kurva kalibrasi larutan standar

30

Formaldehida pada panjang gelombang 568.54 nm.
Tabel 4.4. Waktu Kerja Optimum dan Nilai Absorbansi menggunakan

32

larutan baku formaldehida 5 ppm
Tabel 4..5 Data hasil pengukuran absorbansi dalam sampel makanan
Secara spektrofotometer pada panjang gelombang 568.54 nm.

33

vii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Reaksi Asam Kromatrofat dengan Formalin

15

Gambar 2.2. Skema Sederhana spektrofotometer UV-Vis

17

Gambar 3.1. Skema preparasi sampel untuk penentuan kadar formaldehida

25

secara spekrtofotometri
Gambar 4.1. Pengaruh pH pada panjang gelombang maksimum

28

masing-masing pH (pH 2, 3, 4 dan 5) terhadap absorbansi
larutan pada masing-masing konsentrasi formaldehida
(1, 3, 5, 8, 10, 13, 15, 18 dan 20 ppm)
Gambar 4.2. Kurva kalbrasi larutan standar formaldehida setelah

29

ditambahkanAsam kromatrofat dan pelarut pH Optimum
(pH) 3 pada panjang Gelombang 568.54 nm.
Gambar 4.3. Waktu kerja optimum dengan menggunakan larutan
Baku formaldehida 5 ppm.

30

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perhitungan kadar formaldehida pada sampel

39

Lampiran 2. Daftar Panjang Gelombang Maximum

53

Lampiran 3. Dokumentasi penelitian

55

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Maraknya penggunaan formalin pada bahan makanan merupakan berita

yang sangat mengejutkan pada penghujung tahun 2005 hingga sekarang. Bahan
formalin tidak hanya ditemukan pada bahan makanan atau produk makanan yang
beredar di pasar tradisional tetapi juga diperdagangkan di beberapa supermarket di
seluruh Indonesia. Umumnya formalin digunakan sebagai salah satu zat untuk
mengawetkan makanan, sehingga makanan akan lebih bertahan lama. (Mahdi, C
dan Mubarrak, Shofi A. 2008). Adapun berbagai alasan suatu industri
menambahkan senyawa pengawet pada produk olahan mereka yaitu untuk
menjaga kesegaran makanan, menghambat pertumbuhan organisme, memelihara
warna bahan makanan, dan untuk menjaga kualitas makanan dalam penyimpanan
dalam jangka waktu tertentu (Giesova, dkk., 2004). Meskipun memiliki daya
hambat yang sangat baik, formalin tidak dapat digunakan untuk keperluan pangan
karena daya rusak fisiologisnya tidak terbatas pada sel bakteri, namun pada sel-sel
lain pada inang bakteri tersebut (Pelczar dan Chan, 1998). Lebih dari itu akan
terjadi penurunan kualitas dari bahan pangan yang diberi formalin. Formalin
biasanya digunakan sebagai bahan pengawet untuk spesimen-spesimen biologi.
Formalin adalah Formaldehida dengan kadar 37% dan 7 - 15% metanol
dalam air (Fessenden dan Fessenden, 1982). Formaldehida merupakan bahan
kimia berwujud gas, akan tetapi lebih mudah disimpan sebagai larutan dalam air.
Kadar formaldehida di udara memiliki ambang batas yang dibenarkan yaitu 0.1
ppm (parts per million). Dalam International Programme on Chemical Safety
(IPCS) disebutkan bahwa batas toleransi formaldehida yang dapat diterima tubuh
dalam bentuk air minum adalah 0,1 mg per liter atau dalam satu hari asupan yang
diperbolehkan adalah 0,2 mg. Sementara formalin yang boleh masuk ke tubuh
dalam bentuk makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari.
NIOSH (National Institute of Occupational Safety and Health) juga menyatakan
formaldehida berbahaya bagi kesehatan pada kadar 20 ppm. Jika melebihi ambang

1

2

batas tersebut maka dalam jangka pendek maupun jangka panjang dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan, mulai dari gejala seperti sensasi terbakar di
mata, hidung dan di daerah tenggorokan, bahkan sampai mengakibatkan penyakit
kanker (National Cancer Institute, 2009). Orang yang mengkonsumsi bahan
pangan (makanan) seperti tahu, mie, bakso, ayam, ikan dan bahkan permen, yang
mengandung formalin dalam beberapa kali saja belum merasakan akibatnya. Tapi
efek dari bahan pangan (makanan) yang mengandung formalin baru bisa terasa
setelah beberapa tahun kemudian. Formalin dapat bereaksi cepat dengan lapisan
lendir saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Di dalam tubuh cepat
teroksidasi membentuk asam format terutama di hati dan sel darah merah.
Pemakaian pada makanan dapat mengakibatkan keracunan pada tubuh manusia,
yaitu rasa sakit perut yang akut disertai muntah-muntah, timbulnya depresi
susunan syaraf atau kegagalan peredaran darah (Effendi, 2009). Sebenarnya
penggunaan bahan pengawet yang aman bagi kesehatan diperbolehkan selama
masih berada dalam tingkat ambang batas toleransi. Namun sering ditemukan
bahan pengawet yang ditambahakan ke dalam makanan melebihi ambang batas
toleransi sehingga sangat berpotensi terhadap timbulnya penyakit yang
diakibatkan oleh toksisitas senyawa pengawet tersebut terhadap kesehatan
(Eigenmann, dkk., 2007).
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan diatas maka diperlukan
monitoring untuk mendeteksi adanya formalin dalam bahan makanan atau
minuman, dengan cara deteksi bahan tersebut. Penelitian ini merupakan
kelanjutan penelitian sebelumnya, dimana peneliti sebelumnya menggunakan
reagen Nash, yaitu asetil aseton dan ammonia yang ditambahkan pada
formaldehida akan membentuk 3,5 diasetil-1,4-dihidrolutidine yang berwarna
kuning dan diukur pada panjang gelombang maksimum 412 nm. Metode ini relatif
selektif dan sensitif akan tetapi memerlukan waktu analisis yang lama dan
membutuhkan banyak reagen (Nyi mekar Saptarini dkk, 2011).
Adapun deteksi untuk mengetahui kandungan formalin sudah banyak
dilakukan diantaranya dengan cara spektroskopi menggunakan spektrofotometer
ultra violet (UV), high performance liquid chromatography (HPLC) dan Gas

3

Chromatography (GC). Untuk mengatasi permasalahan diatas, maka dibutuhkan
instrument analisis sensor kimia karena sensor kimia memiliki daya analisis
sensitif, selektif, akurat, cepat, stabil, keterulangan baik, sederhana, serbaguna,
mudah mengoperasikan dan dengan biaya analisis relative murah untuk penentuan
bahan pengawet yang terdapat didalam sample makanan dan minuman
(Situmorang, M.dkk. 2005). Hal inilah yang mendorong peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan menggunakan Pembuatan Sensor Formaldehid
Dalam Sistem Deteksi Spektroskopi UV-VIS.
1.2.

Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada permasalahan Optimasi pengembangan metode

analisis sensor kimia dengan deteksi spektrofotometri sebagai instrument analisis
menjadi instrument standar untuk menguji kadar pengawet formaldehida dalam
makanan.
1.3.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara optimisasi dan penentuan kadar formaldehida pada
makanan secara sensor kimia dengan deteksi spektrofotometri UV-Vis ?.
2. Bagaimana pengaruh pelarut asam sulfat dalam analisis formaldehida
dalam deteksi spektrofotometri UV-Vis ?.
3. Bagaimana menentukan Linearitas Kurva kalibrasi dalam penentuan kadar
formaldehida dalam sampel makanan?.
4. Bagaimana mengembangkan metode analisis sebagai instrument analisis
menjadi metode standar yang sensitif, akurat, sederhana dan cepat untuk
penentuan formaldehida pada makanan?.

1.4.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan kondisi optimum dengan analisis formaldehida dalam
berbagai jenis sampel makanan dengan deteksi spektrofotometri Uv-Vis.
2. Mengetahui pengaruh pelarut asam sulfat dalam analisis formaldehida
dalam deteksi spektrofotometri Uv-Vis.

4

3. Menentukan

Linearitas

Kurva

kalibrasi

dalam

penentuan

kadar

formaldehida dalam sampel makanan.
4. Menganalisis kadar formalin yang ada dalam beberapa jenis sampel
makanan yang beredar di pasaran.
1.5.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan alat bantu kontrol yang dapat mendeteksi berbagai bahan
yang mengandung formalin dalam bahan makanan dengan instrumen yang
sensitif, selektif, akurat, sederhana, dan cepat.
2. Memberikan kontribusi yang sangat baik pada penyelesaian masalah
penyalahgunaan formalin.
3. Sebagai informasi bagi peneliti selanjutnya dalam menganalisis kadar
formaldehida dalam makanan menggunakan metode sensor kimia dengan
deteksi spektrofotometri.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1.

Dari hasil Optimasi yang dilakukan, diperoleh metode spektrofotometri
dalam penentuan kadar formalin dalam makanan, dengan menggunakan
pelarut H2SO4 pada pH Optimum pH 3, panjang gelombang maksimum
568.54 nm, serta linearitas pengukuran 1-10 ppm dan diperoleh persamaan
regresi linear dari kurva kalibrasi dengan nilai y = 0.182x + 0.067 dengan
harga R2 = 0.998.

2.

Dari hasil linearitas terbaik diperoleh linearitas terbaik untuk 1, 3, 5, 8 dan
10 ppm adalah menggunakan pelarut H2SO4 pada pH 3 dengan waktu
kerja Optimum selama 15 menit.

3.

Dari hasil pengukuran spektrofotometri kadar formaldehida yang terdapat
dalam sampel tidak memenuhi syarat karena tidak seharusnya ada
formaldehida dalam sampel makanan sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan (MenKes) Nomor 1168/MenKes/PER/X/1999.

4.

Dari hasil pengukuran secara Spektrofotometri, diperoleh kadar formalin
tertinggi terdapat pada sampel N dengan kadar formalin 105,38 mg/kg,
dengan kadar formalin terendah yaitu dengan sampel C dengan kadar 12,00
mg/kg.

5.2

Saran
Dari hasil penelitian ini diajukan saran sebagai berikut:

1.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan instrumen
analisis formalin dalam makanan yang lebih akurat, ekonomis, cepat dan
tepat.

2.

Perlu dilakukan penentuan formaldehida pada lebih banyak lagi sampel
makanan maupun minuman yang beredar di pasaran.

34

35

DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, S., (1983). Kimia Organik, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Afrianto E dan E. Liviawati. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Albert, K.J.; Lewis, N.S.; Schauer, C.L.; Sotzing, G.a.; Stitzel, S.E.; Vaid, T.P.
and Walt. D.R., (2000), Cross-reactive chemical sensor arrays, Chemical
Reviews 100: 2595-2626
Anonim, 1989. Concise International Chemical Assessment Document
Formaldehyde. World Health Organization. Geneva.
Budi Widianarko,dkk, Seri Iptek Pangan Volume 1: Teknologi Produk, Nutrisi
dan

Keamanan

Pangan,

Jurusan

Teknologi

Pangan



Unika

Soegiojapranata,Semarang, 2000.
Briliantono, E. 2006. Industri Pengolahan Ikan Pakai Formalin, Pewarna dan
Borax. http:/www.Polban.Ac.Id
Broto, L., (2006), Formalin Bukan Formalitas, Harian Kompas, 5 Januari 2006.
Cahyadi, W, 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Bumi Aksara. Jakarta
Cosnier, S., (1999), Biomolecule immobilization on electrode surfaces by
entrapment or attachment to electrochemically polymerized films. A review,
Biosensors & Bioelectronics 14: 443-456.
Day JR, R.A. dan AL Underwood, 2002, Kimia Kuantitatif, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Efendi, Ferry & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Eigenmann, P.A., dan Haenggeli, C.A., (2007), Food colourings, preservatives,
and hyperactivity, The Lancet 370: 1524-1525.

36

Emr, SA. And Yacynyh, A.M., (1995), Use of polymer film in amperometric
biosensors, Electroanalysis 7: 913-923.
Fessenden, R.J., and Fessenden, J.S. 1982. Kimia Organik jilid 2. Jakarta :
Erlangga.
Fessenden & Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jilid 2. Edisi Ketiga. Jakarta
Erlangga.
Formalin, Borak dan Pewarna Rhodamin pada Produk perikanan dengan metode
spot test”, Berkala Ilmiah Perikanan Vol.3, Universitas Brawijaya.
Giatrakou, V., Ntzmani, A., dan Savvaidis, I.N., (2010), Combined ChitosanThyme Treatments with Modified Atmosphere Packaging on a Readytocook Poultry Product, Journal of Food Protection, 73(4): 663-669.
Giesova, M., Chumchalova, J., dan Plockova, M., (2004), Effect of food
preservatives on the inhibitory activity of acidocin CH5 and bacteriocin
D10, Eur Food Res Technol 218: 194-197.
Health and Safety Executive. 1981. Formaldehyde. Toxicity Review 2. London
Heck, Casanova S., P. B. Dodd, E. N. Schachter, T. J. Witek and T. Tosun.,
(1985), Formaldehyde concentration in the blood of human and fischer-344
rats exposed to CH2O under controlled conditions. J. Am. Ind. Hyg. Assoc
46: 1-3.
Indang, N. M., Abdulamir, A. S., Bakar, A. A., Salleh, A. B., Lee. Y. H., Azah. N.
Y., (2009), “ A Review: Methodes of Determination of Health-Endangering
Formaldehyde in Diet”, Medwell Journals, Vol. 2, hal. 31-47.
Khopkar, S.M (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik, Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta
Kokasih,,et al ,(2004), Asas Pengembangan Prosedur Analisis, Edisi pertama,
Surabaya, Airlangga University Press.
Mahdi, C dan Mubarrak, Shofi A. 2008. ”Uji kandungan
Mulja, M., Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Airlangga University Press.
Surabaya.

37

Pelczar, M. J. dan Chan. E. C. S. (1998), Dasar- Dasar Mikrobiologi 2,
Penerjemah: R. S. Hadioetomo, T. Imas, S. S. Tjitrosomo, Angka Penerbit
UI-Press. Jakarta, 78.
Rachmawati, E, (2006), Waspadai Jajanan Anak di Sekolah, Makan Sehat Hidup
Sehat. Harian Kompas. 19 Juli 2005.
Saparino, C. & Hidayati, D., (2006), Bahan Tambahan Pangan, Penerbit
Kansisnus, Yogyakarta.
Suharta., (2005), Kimia Instrumentasi, Jurusan Kimia FMIPA Unimed, Medan.
Situmorang, M., (2005), Development of enzyme based biosensor by using
electrodepositited polytryramine, Ph.D Thesis, The University of New
South Wales, Australia.
Skoog, D.A. and Leary, J.J., (1992), Principles of instrumental Analisys, 4th ed.,
Saunder College Publishers, New York.
Velasco-Garcia, M.N. and Mottram, T., (2003). Biosensors Technology
Addressing Agricultural Problems. Automation and Emerging
Technologies. 84 (1) : 1 – 12.
Vo-Dingh, T. Dan Cullum, B., (2000), Biosensor and biochips: advances in
biological and medical diagnostics, Fresenius Journal of Analytical
Chemistry 366: 540-551.
Wang, D.I.C., Cooney C.L.,Demain, A.L., Dunnill P., Humprey A.E., dan Lilly
M.D. 1978. Fermentation and Enzyme Technology. New York : John Wiley
and Sons.
Winarno, F.G. dan B.S.L. Jenni, Kerusakan Bahan
Pangan dan Cara Pencegahannya, Galia Indonesia, Bogor, 1983.
World Health Organization (WHO), (2002), Formaldehyde. Concise International
Chemical Assessment Document 40. Geneva.
Windholz et al. 1976. The Merck Index An Encyclopedia of Chemical And
Drugs, Ninth Edition. Rahway USA: Merck & CO. Inc.
Winarno, F. G. dan T. S. Rahayu., (1994), Bahan Tambahan Untuk Makanan dan
Kontaminan. Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Yao, T dan Takashima, K., (1998), Amperometric biosensor ith a composite

38

membrane sol-gel derived enzyme film and electrochemical generated
poly(1,2-diaminobenzene) film, Biosensors & Bioelectronics 13: 67-73.
Yuliarti, N., (2007), Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Penerbit Andi,
Yogyakarta.