RANCANG BANGUN SENSOR FORMALDEHID DALAM SISTEM DETEKSI SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS.

(1)

Oleh: Efbertias Sitorus NIM 4103210012 Program Studi Kimia

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sain

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2014


(2)

i

Judul Skripsi Rancang Bangun Sensor Fonnaldehid Dalam Sistem Deteksi Spektrofotometri UV-Vis

Nama Mahasiswa : Etbertias Sitorus

~ :4103210012

Program Studi : Kimia Jurusan : Kimia

Menyetujui:

Dosen Pembi bing Skripsi ('

Prof. Drs. anihar Situmorang, M.Sc., Ph.D NIP. 19600 41986011 001

Mengetahui:

Tanggal Lulus: 27 Agustus 2014

Jurusan Kimia Ketua,

Drs. Ja lum Purb~ M.Si NIP.196412071991031002


(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas kasih dan anugrahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini diberikan kesehatan dan pertolongan dalam penyelesaian skripsi dan penelitian dapat terselesaikan dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 sampai Agustus 2014 “Rancang Bangun Sensor Formaldehid Dalam Sistem Deteksi Spektofotometri UV-Vis”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, mulai dari pengajuan judul proposal sampai penyusunan skripsi. Antara lain Bapak Prof. Drs. Manihar Situmorang, M.Sc, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi & Ibu Lisnawaty Simatupang,S.Si,M.Si selaku dosen pembimbing akademik, Bapak Drs. Jamalum Purba, M.Si, Bapak Drs. Marudut Sinaga,M.Si dan Ibu Dra. Ani Sutiani,M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan demi kelancaran dan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua dosen, pegawai serta laboran yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini.

Secara khusus kepada ayahanda Drs. Edward Sitorus,M.Si dan Ibunda Juliana Tarigan,S.Pd atas segala doa, bimbingan, kasih sayang dan dukungan moril maupun material kepada penulis. Abang saya Ezekiel Berlian Toro Sitorus kedua adik saya Eka Putri Sitorus dan Enjela Anggi Mutiara Priska Sitorus atas dukungan dan motivasinya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Pdt. Hetty E.I Lumy, Bapak Halim Sutanto, Bapak Neven Halim Sutanto, Ibu Erwini, Bapak N. Sembiring,BA dan Bapak Drs. E. Sitorus,M.Si, atas doa dan kesempatan bekerja di Sekolah Kristen Kalam Kudus Medan di sela-sela menjalani perkuliahaan. Secara khusus buat Ibu Dra. Fransiska Lumban tobing,M.Pd terima kasih atas doa dan motivasinya demikian juga semua rekan kerja di Sekolah Kristen Kalam Kudus Medan. Teristimewa teman seperjuangan saya selama masa perkuliahan Buat Evi Saragih, Josua P. Butar-butar, Melinda L. Sianipar, Kiki Agnesia Sinulingga, Heny Chintya Sinurat serta sahabat saya


(4)

v

Boston J. Sidabutar, Rini Lastiur Nababan, Helmina Mandalahi, Lenaria Bakkara, Kakak Riris Simanjuntak, Kakak Hetty Napitupulu, Kakak Rita, Kakak Lusiana beserta teman seperjuangan dan teman-teman lainnya khususnya kimia 2010 atas segala doa, saran, masukan dan dukungannya, saya sampaikan banyak terima kasih.

Sebagai manusia penulis sangat menyadari keterbatasan yang dimiliki baik penulisan kalimat dari kalimat maupun akurasi hasil penelitian. Untuk itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan skripsi ini (efbertias.sitorus35@gmail.com). Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta menambah wawasan bagi pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2014

Efbertias Sitorus


(5)

RANCANG BANGUN SENSOR FORMALDEHID DALAM SISTEM DETEKSI SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Efbertias Sitorus (NIM. 4103210012)

ABSTRAK

Spektrofotometri merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Metode Spektrofotometri Visible dapat digunakan untuk menentukan kadar pengawet Formalin dalam makanan. Formalin dengan adanya asam kromatropat dalam asam sulfat disertai pemanasan beberapa menit akan terjadi pewarnaan violet. Bila senyawa tersebut dipanaskan dengan asam kromatropat dalam larutan asam sulfat pekat akan membentuk warna violet. Reaksi ini terjadi berdasarkan kondensasi formaldehida dengan sistem aromatik dari asam kromatropat, membentuk senyawa berwarna (3,4,5,6-dibenzoxanthylium). Pewarnaan disebabkan terbentuknya ion karbenium - oksonium yang stabil karena mesomeri.formalin dapat diukur absorbansinya pada panjang gelombang 568,54 nm.Optimasi yang dilakukan pada penelitian ini meliputi penentuan panjang gelombang maksimum, penentuan pengaruh asam dalam analisis formalin, analisis formalin dan penentuan linearitas konsentrasi formalin. Kondisi percobaan yang optimum adalah pada larutan H2SO4 pH 3 sehingga diperoleh kurva kalibrasi diperoleh persamaan regresi linear y = 0.209x + 0,060 dengan harga R2 = 0.991. Dalam pengembangan sensor kimia dengan deteksi spektrofotometri, formalin dalam suasana asam lebih baik terlihat dari kestabilan warna, panjang gelombang maksimum, dan linearitas yang dihasilkan.


(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar vii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Batasan Masalah 2

1.3. Rumusan Masalah 3

1.4. Tujuan Penelitian 3

1.5. Manfaat Penelitian 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Formalin 4

2.1.1. Formaldehida sebagai pengawet 5

2.1.2. Penggunaan Formaldehida dan Peraturannya 6 2.1.3. Bahaya Formaldehida pada kesehatan 7 2.2. Sensor Kimia dan Perkembangannya 8

2.2.1. Analisis Menggunakan Sensor Kimia 10

2.3. Metode Spektrofotometri 11

2.3.1. Komponen-komponen Peralatan Spektrofotometer UV-VIS 12

2.3.2. Warna Komplementer 14

2.3.3. Prinsip Metode Spektrofotometri Formaldehida


(7)

BAB III. METODE PENELITIAN 18

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 18

3.2. Alat dan Bahan 18

3.3. Prosedur Kerja 18

3.3.1. Pembuatan Larutan 18

3.3.2. Optimasi Sensor Formaldehid 19

3.3.2.1. Metode Spektrofotometri untuk Penentuan Kadar

Formaldehida Larutan baku. 19

3.3.2.2. Pengaruh pH terhadap Sensitifitas 20

3.3.2.3. Penentuan Formaldehida menggunakan sensor

Formaldehida 21

3.3.2.4. Optimasi Waktu inkubasi 21

3.3.3. Preparasi Sample untuk Analisis Sample 21 3.3.4. Aplikasi Sensor Formaldehid untuk perlakuan Sample 22

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 4.1. Rancang Bangun Sensor Formaldehid Spektrofotometri

Penentuan Formaldehida 24

4.2. Optimasi Spektrofotometri Penentuan Formaldehida 24 4.2.1 Pengaruh pH terhadap sensitifitas Sensor 25 4.3 Penentuan Formaldehida menggunakan Sensor Formaldehida 26

4.4. Optimasi Waktu Inkubasi 28

4.5. Aplikasi Sensor Formaldehid untuk perlakuan Sample 28

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 30

5.1 Kesimpulan 30

5.2 Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31


(8)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Daftar panjang gelombang dan warna komplementer 15 Tabel 4.1. Hasil pengukuran pengaruh pelarut (pH 2, 3, 4, 5)

dengan larutan standar formaldehida terhadap panjang gelombang maksimum dan absorbansinya pada

pengukuran panjang gelombang 500-600 nm. 25 Tabel 4.2. Data hasil pengukuran larutan standar formaldehida

(1-10ppm) dengan variasi pH H2SO4 dan panjang

gelombang masksimum pada setiap variasi pH 25 Tabel 4.3. Hasil pengukuran kurva kalibrasi larutan standar

Formaldehida pada panjang gelombang 568.54 nm. 27 Tabel 4.3 Data hasil pengukuran absorbansi dalam sampel

makanan Secara spektrofotometer pada panjang


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Spektrofotometer UV/VIS Perkin Elmer lamda 25

yang Digunakan untuk penentuan pengawet

Formaldehida 13

Gambar 2.2. Cara Kerja Spektrofotometri UV-Vis Secara

Sederhana 14

Gambar.2.3. Reaksi asam kromatropat dengan formaldehida menghasilkan 3,4,5,6- dibenzoxanthylium berwarna

violet. 16

Gambar 3.1. Skema Penentuan Nilai Panjang Gelombang pH 20

Gambar 3.2. Skema penentuan pH optimum Formaldehida 21

Gambar 3.3. Skema Preparasi sample daging olahan untuk penentuan Kadar formalin secara spektrofotometri

UV-Vis 23

Gambar 4.1. Pengaruh pH pada panjang gelombang maksimum masing-masingpH (pH 2, 3, 4 dan 5) terhadap absorbansilarutan pada masing-masing konsentrasi

formaldehida (1, 3, 5, 8, 10 ppm) 26

Gambar 4.6. Kurva kalbrasi larutan standar formaldehida panjang

Gelombang 568.54 nm. 27

Gambar 4.7. Waktu kerja optimum dengan menggunakan larutan


(10)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Grafik Panjang Gelombang Masing-masing pH 34

Lampiran 2. Perhitungan Kadar Formalin dalam sample makanan 36


(11)

1

1.1. Latar Belakang Masalah

Kualitas makanan menjadi salah satu faktor penting dalam mempengaruhi kesehatan manusia. Manakan berkualitas belum tentu berharga mahal namun, kualitas makanan berhubungan dengan kandungan gizi makanan. Makanan bergizi seimbang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral yang cukup (Anonim, 2011). Penggunaan bahan kimia sebagai pengawet yang aman bagi kesehatan diperbolehkan selama masih berada dalam batas tingkat ambang batas toleransi yang telah ditetapkan. Akan tetapi, permasalahan yang dihadapi adalah seringnya ditemukan bahan pengawet yang ditambahkan ke dalam makanan melebihi ambang batas toleransi sehingga sangat berpotensi terhadap timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh toksisitas senyawa pengawet tersebut terhadap kesehatan (Eigenmann, dkk., 2007).

Formalin merupakan suatu bahan kimia dengan berat molekul 30,03 yang pada suhu normal dan tekanan atmosfer berbentuk gas tidak berwarna, berbau pedas (menusuk) dan sangat reaktif (mudah terbakar) dengan rumus kimia CH2O. Bahan ini larut dalam air dan sangat mudah larut dalam etanol dan eter (Moffat, 1986). Formalin banyak ditemukan di pasar umumnya mempunyai konsentrasi 37%-40%. Formalin mempunyai fungsi sebagai antibacterial agent dapat memperlambat aktivitas bakteri dalam makanan yang mengandung banyak protein, maka formalin bereaksi dengan protein dalam makanan dan membuat makanan menjadi awet. Tapi ketika masuk kedalam tubuh manusia, maka ia bersifat mutagenik dan karsiogenik yang dapat memicu tumbuhnya sel kanker dan cacatnya gen pada tubuh (Mahdi, C.2008).

Formaldehida bukan bahan pengawet makanan, tetapi digunakan untuk mengawetkan spesimen patologi, hewan-hewan kecil seperti serangga, bahkan mayat manusia. Bahan pengawet ini memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein dan mudah berikatan dengan unsur protein mulai dari permukaan hingga terus meresap ke jaringan yang dalam. Dengan matinya protein


(12)

2

setelah terikat dengan unsur kimia dari formalin, maka ia tidak akan diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa asam.

Kadar formaldehida di udara memiliki ambang batas yang dibenarkan

yaitu 0.1 ppm (parts per million). Dalam International Programme on Chemical

Safety (IPCS) disebutkan bahwa batas toleransi formaldehida yang dapat diterima tubuh dalam bentuk air minum adalah 0,1 mg per liter atau dalam satu hari asupan yang diperbolehkan adalah 0,2 mg. Sementara formalin yang boleh masuk ke tubuh dalam bentuk makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari. NIOSH juga menyatakan formaldehida berbahaya bagi kesehatan pada kadar 20 ppm. Jika melebihi ambang batas tersebut maka dalam jangka pendek maupun jangka panjang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, mulai dari gejala seperti sensasi terbakar di mata, hidung dan di daerah tenggorokan, bahkan sampai mengakibatkan penyakit kanker (National Cancer Institute, 2009).

Sebenarnya penggunaan bahan pengawet yang aman bagi kesehatan diperbolehkan selama masih berada dalam batas tingkat ambang batas toleransi . Namun sering ditemukan bahan pengawet yang ditambahakan ke dalam makanan melebihi ambang batas toleransi sehingga sangat berpotensi terhadap timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh toksisitas senyawa pengawet tersebut terhadap kesehatan (Eigenmann, dkk., 2007).

Seiring dengan semakin seringnya bahan pengawet ditambahkan pada makanan maupun minuman saat ini, maka sangat dibutuhkan instrumen analisis yang akurat, selektif dan sensitif terhadap berbagai jenis senyawa pengawet untuk memonitoring keberadaan senyawa pengawet tersebut.

1.2.Batasan Masalah

Skripsi ini dibatasi pada permasalahan pada pengembangan metode analisis sensor kimia sebagai instrumen analisis menjadi instrumen standar dengan deteksi spektrofotometri UV-Vis.


(13)

1.3.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Mendapatkan instrumen analisis sensor kimia yang selektif

akurat, sederhana dan cepat pada penentuan formaldehida pada makanan.

2. Bagaimana mendapatkan kondisi optimum penentuan formaldehid

menggunakan sensor dalam deteksi spektrofotometri UV-Vis

3. Bagaimana analisis formaldehid yang terdapat pada sample makanan di

pasar.

1.4.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan instrumen analisis sensor kimia yang sensitif, selektif,

akurat, sederhana, dan cepat pada penentuan formaldehida pada makanan.

2. Mendapatkan kondisi optimum penentuan formaldehid menggunakan

sensor formaldehid dalam sistem deteksi spektrofotometri UV-Vis.

3. Menganalisis formaldehid di dalam sample makanan yang terdapat di

pasar.

1.5.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan instrumen analisis sensor kimia yang sensitif, selektif,

akurat, sederhana, dan cepat untuk penentuan formaldehida pada makanan.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kandungan

formaldehida dalam makanan sehingga dapat memudahkan masyarakat untuk memilih makanan yang baik dan layak untuk dikonsumsi.

3. Sebagai informasi bagi peneliti selanjutnya dalam menganalisis kadar

formaldehida dalam makanan menggunakan metode sensor kimia dengan deteksi spektrofotometri.


(14)

30 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dalam skripsi ini adalah :

1. Dari hasil Optimasi yang dilakukan, diperoleh metode spektrofotometri dalam penentuan kadar formalin dalam makanan, dengan menggunakan pelarut H2SO4 pada pH Optimum pH 3, panjang gelombang maksimum

568.54 nm, serta linearitas pengukuran 1-15 ppm dan diperoleh persamaan regresi linear dari kurva kalibrasi dengan nilai y = 0.209x + 0.060 dengan harga R2 = 0.991.

2. Dari hasil pengukuran secara Spektrofotometri, diperoleh kadar formalin tertinggi terdapat pada sampel N dengan kadar formalin 0.0951 mg/g, dengan kadar formalin terendah yaitu dengan sampel C dengan kadar 0.0143 mg/g.

3. Dari hasil pengukuran spektrofotometri kadar formaldehida yang terdapat dalam sampel tidak memenuhi syarat karena tidak seharusnya ada formaldehida dalam sampel makanan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan (MenKes) Nomor 1168/MenKes/PER/X/1999.

5.2 Saran

Dari hasil skripsi ini diajukan saran sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan instrumen analisis formalin dalam makanan yang lebih akurat, ekonomis, cepat dan tepat.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjut menuju ke pembuatan alat sensor kimia. 3. Perlu dilakukan penentuan formaldehida pada lebih banyak lagi sampel

makanan maupun minuman yang beredar di pasaran dan membandingakan kadar formalin yang diperoleh dalam penelitian dengan kadar formalin yang sesungguhnya.


(15)

DAFTAR PUSTAKA

Broto, L., (2006), Formalin Bukan Formalitas, Harian Kompas, 5 Januari 2006.

Cahyadi, W., (2006), Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan,

Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Cosnier, S., (1999), Biomolecule immobilization on electrode surfaces by entrapment or attachment to electrochemically polymerized films. A review,

Biosensors & Bioelectronics 14: 443-456.

Davletshina, T.A., Shul'gina, L.V., Lazhentseva, L.Y., Blinov, Y.G. dan Pivneko, T.N., (2003), Inhibitory Effect of an Antimicobial Preparation from Lipids

of Marine Fishes onn Tissue and Microbial Enzyms, Applied Biohemistry

and Microbiology, 39(6): 595-598.

Day, R. A dan A. L. Underwood., (1981), Analisa Kuantitatif Edisi Keempat,

Erlangga, Jakarta.

Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan RI,

Jakarta.

Eigenmann, P.A., dan Haenggeli, C.A., (2007), Food colourings, preservatives,

and hyperactivity, The Lancet370: 1524-1525.

Emr, SA. and Yacynyh, A.M., (1995), Use of polymer film in amperometric

biosensors, Electroanalysis7: 913-923.

Giatrakou, V., Ntzmani, A., dan Savvaidis, I.N., (2010), Combined Chitosan-Thyme Treatments with Modified Atmosphere Packaging on a

Ready-to-cook Poultry Product, Journal of Food Protection, 73(4): 663-669.

Giesova, M., Chumchalova, J., dan Plockova, M., (2004), Effect of food preservatives on the inhibitory activity of acidocin CH5 and bacteriocin

D10, Eur Food Res Technol 218: 194-197.

Heck, Casanova S., P. B. Dodd, E. N. Schachter, T. J. Witek and T. Tosun., (1985), Formaldehyde concentration in the blood of human and fischer-344

rats exposed to CH2O under controlled conditions. J. Am. Ind. Hyg. Assoc

46: 1-3.

Herlich, K., (1990), Official Methods Of Analysis, 15th edition, Virginia : AOAC

Inc.

International Agency for Research on Cancer (IARC), (1982), Some Industrials


(16)

32

Khopkar, S. M., (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia

Press, Jakarta.

Marquie, C., A. M. Tessier, C. Aymard, and S. Guilbert., (1997), HPLC Determination of The Reactive Lysine Content of Rotton Seed Protein Films to Monitor The Extent of Cross-Linking by Formaldehyde,

Glutaraldehyde, and Glyoxal. J. Agric. Food Chem. 45: 922-926.

Rachmawati, E, (2006), Waspadai Jajanan Anak di Sekolah, Makan Sehat Hidup

Sehat. Harian Kompas. 19 Juli 2005.

Saparinto, C. dan Hidayati, D., (2006), Bahan Tambahan Pangan, Penerbit

Kansisnus, Yogyakarta.

Situmorang, M.; Gooding, J.J. dan Hibbert, D.B., (1999), Immobilisation of enzyme throughout a polytiramine matrix: a versatile procedure for

fabricating biosensors, Analytica Chimica Acta 394: 211-223.

Situmorang, M.; Hibbert, D.B. dan Gooding, J.J., (2000), An experimental design study of interferences of clinical relevance of a polytiramine

immobilized-enzyme biosensor, Electroanalysis 12: 111-119.

Situmorang, M., (2005), Development of enzyme based biosensor by using electrodepositited polytryramine, Ph.D Thesis, The University of New South Wales, Australia.

Situmorang, M. (2010) Kimia Analitik Lanjut dan Instrumentasi. Penerbit FMIPA, Unimed; Medan.

Sutiari. N.K dan Umi Dwipayanti, (2006), Jurnal Pembinaan Pedagang Tahu Di

Pasar Badung mengenai Bahaya Penyalahgunaan Formalin. Program Studi

IKM Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Skoog, D. A. and Leary, J. J., (1992), Principles of Instrumnetal Analysis, 4th ed.,

Saundres College Publishers, New York.

Suharta., (2005), Kimia Instrumentasi, Jurusan Kimia FMIPA Unimed, Medan.

Velasco-Garcia, M.N. and Mottram, T., (2003). Biosensors Technology

Addressing Agricultural Problems. Automation and Emerging

Technologies. 84 (1) : 1 – 12.

Vo-Dingh, T. dan Cullum, B., (2000), Biosensor and biochips: advances in

biological and medical diagnostics, Fresenius Journal of Analytical


(17)

inarno, F. G. dan T. S. Rahayu., (1994), Bahan Tambahan Untuk Makanan dan

Kontaminan. Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

World Health Organization (WHO), (2002), Formaldehyde. Concise International

Chemical Assessment Document 40. Geneva.

Yao, T dan Takashima, K., (1998), Amperometric biosensor ith a composite membrane sol-gel derived enzyme film and electrochemical generated

poly(1,2-diaminobenzene) film, Biosensors & Bioelectronics 13: 67-73.

Yuliarti, N., (2007), Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Penerbit Andi,


(1)

setelah terikat dengan unsur kimia dari formalin, maka ia tidak akan diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa asam.

Kadar formaldehida di udara memiliki ambang batas yang dibenarkan yaitu 0.1 ppm (parts per million). Dalam International Programme on Chemical Safety (IPCS) disebutkan bahwa batas toleransi formaldehida yang dapat diterima tubuh dalam bentuk air minum adalah 0,1 mg per liter atau dalam satu hari asupan yang diperbolehkan adalah 0,2 mg. Sementara formalin yang boleh masuk ke tubuh dalam bentuk makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari. NIOSH juga menyatakan formaldehida berbahaya bagi kesehatan pada kadar 20 ppm. Jika melebihi ambang batas tersebut maka dalam jangka pendek maupun jangka panjang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, mulai dari gejala seperti sensasi terbakar di mata, hidung dan di daerah tenggorokan, bahkan sampai mengakibatkan penyakit kanker (National Cancer Institute, 2009).

Sebenarnya penggunaan bahan pengawet yang aman bagi kesehatan diperbolehkan selama masih berada dalam batas tingkat ambang batas toleransi . Namun sering ditemukan bahan pengawet yang ditambahakan ke dalam makanan melebihi ambang batas toleransi sehingga sangat berpotensi terhadap timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh toksisitas senyawa pengawet tersebut terhadap kesehatan (Eigenmann, dkk., 2007).

Seiring dengan semakin seringnya bahan pengawet ditambahkan pada makanan maupun minuman saat ini, maka sangat dibutuhkan instrumen analisis yang akurat, selektif dan sensitif terhadap berbagai jenis senyawa pengawet untuk memonitoring keberadaan senyawa pengawet tersebut.

1.2.Batasan Masalah

Skripsi ini dibatasi pada permasalahan pada pengembangan metode analisis sensor kimia sebagai instrumen analisis menjadi instrumen standar dengan deteksi spektrofotometri UV-Vis.


(2)

3

1.3.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Mendapatkan instrumen analisis sensor kimia yang selektif akurat, sederhana dan cepat pada penentuan formaldehida pada makanan. 2. Bagaimana mendapatkan kondisi optimum penentuan formaldehid

menggunakan sensor dalam deteksi spektrofotometri UV-Vis

3. Bagaimana analisis formaldehid yang terdapat pada sample makanan di pasar.

1.4.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan instrumen analisis sensor kimia yang sensitif, selektif, akurat, sederhana, dan cepat pada penentuan formaldehida pada makanan. 2. Mendapatkan kondisi optimum penentuan formaldehid menggunakan

sensor formaldehid dalam sistem deteksi spektrofotometri UV-Vis.

3. Menganalisis formaldehid di dalam sample makanan yang terdapat di pasar.

1.5.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan instrumen analisis sensor kimia yang sensitif, selektif, akurat, sederhana, dan cepat untuk penentuan formaldehida pada makanan. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kandungan formaldehida dalam makanan sehingga dapat memudahkan masyarakat untuk memilih makanan yang baik dan layak untuk dikonsumsi.

3. Sebagai informasi bagi peneliti selanjutnya dalam menganalisis kadar formaldehida dalam makanan menggunakan metode sensor kimia dengan deteksi spektrofotometri.


(3)

30

Kesimpulan yang dapat diperoleh dalam skripsi ini adalah :

1. Dari hasil Optimasi yang dilakukan, diperoleh metode spektrofotometri dalam penentuan kadar formalin dalam makanan, dengan menggunakan pelarut H2SO4 pada pH Optimum pH 3, panjang gelombang maksimum 568.54 nm, serta linearitas pengukuran 1-15 ppm dan diperoleh persamaan regresi linear dari kurva kalibrasi dengan nilai y = 0.209x + 0.060 dengan harga R2 = 0.991.

2. Dari hasil pengukuran secara Spektrofotometri, diperoleh kadar formalin tertinggi terdapat pada sampel N dengan kadar formalin 0.0951 mg/g, dengan kadar formalin terendah yaitu dengan sampel C dengan kadar 0.0143 mg/g.

3. Dari hasil pengukuran spektrofotometri kadar formaldehida yang terdapat dalam sampel tidak memenuhi syarat karena tidak seharusnya ada formaldehida dalam sampel makanan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan (MenKes) Nomor 1168/MenKes/PER/X/1999.

5.2 Saran

Dari hasil skripsi ini diajukan saran sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan instrumen analisis formalin dalam makanan yang lebih akurat, ekonomis, cepat dan tepat.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjut menuju ke pembuatan alat sensor kimia. 3. Perlu dilakukan penentuan formaldehida pada lebih banyak lagi sampel

makanan maupun minuman yang beredar di pasaran dan membandingakan kadar formalin yang diperoleh dalam penelitian dengan kadar formalin yang sesungguhnya.


(4)

31

DAFTAR PUSTAKA

Broto, L., (2006), Formalin Bukan Formalitas, Harian Kompas, 5 Januari 2006. Cahyadi, W., (2006), Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan,

Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Cosnier, S., (1999), Biomolecule immobilization on electrode surfaces by entrapment or attachment to electrochemically polymerized films. A review,

Biosensors & Bioelectronics 14: 443-456.

Davletshina, T.A., Shul'gina, L.V., Lazhentseva, L.Y., Blinov, Y.G. dan Pivneko, T.N., (2003), Inhibitory Effect of an Antimicobial Preparation from Lipids of Marine Fishes onn Tissue and Microbial Enzyms, Applied Biohemistry

and Microbiology, 39(6): 595-598.

Day, R. A dan A. L. Underwood., (1981), Analisa Kuantitatif Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta.

Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Eigenmann, P.A., dan Haenggeli, C.A., (2007), Food colourings, preservatives, and hyperactivity, The Lancet370: 1524-1525.

Emr, SA. and Yacynyh, A.M., (1995), Use of polymer film in amperometric biosensors, Electroanalysis7: 913-923.

Giatrakou, V., Ntzmani, A., dan Savvaidis, I.N., (2010), Combined Chitosan-Thyme Treatments with Modified Atmosphere Packaging on a Ready-to-cook Poultry Product, Journal of Food Protection, 73(4): 663-669.

Giesova, M., Chumchalova, J., dan Plockova, M., (2004), Effect of food preservatives on the inhibitory activity of acidocin CH5 and bacteriocin D10, Eur Food Res Technol 218: 194-197.

Heck, Casanova S., P. B. Dodd, E. N. Schachter, T. J. Witek and T. Tosun., (1985), Formaldehyde concentration in the blood of human and fischer-344 rats exposed to CH2O under controlled conditions. J. Am. Ind. Hyg. Assoc 46: 1-3.

Herlich, K., (1990), Official Methods Of Analysis, 15th edition, Virginia : AOAC Inc.

International Agency for Research on Cancer (IARC), (1982), Some Industrials


(5)

Khopkar, S. M., (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Marquie, C., A. M. Tessier, C. Aymard, and S. Guilbert., (1997), HPLC Determination of The Reactive Lysine Content of Rotton Seed Protein Films to Monitor The Extent of Cross-Linking by Formaldehyde, Glutaraldehyde, and Glyoxal. J. Agric. Food Chem. 45: 922-926.

Rachmawati, E, (2006), Waspadai Jajanan Anak di Sekolah, Makan Sehat Hidup Sehat. Harian Kompas. 19 Juli 2005.

Saparinto, C. dan Hidayati, D., (2006), Bahan Tambahan Pangan, Penerbit Kansisnus, Yogyakarta.

Situmorang, M.; Gooding, J.J. dan Hibbert, D.B., (1999), Immobilisation of enzyme throughout a polytiramine matrix: a versatile procedure for fabricating biosensors, Analytica Chimica Acta 394: 211-223.

Situmorang, M.; Hibbert, D.B. dan Gooding, J.J., (2000), An experimental design study of interferences of clinical relevance of a polytiramine immobilized-enzyme biosensor, Electroanalysis 12: 111-119.

Situmorang, M., (2005), Development of enzyme based biosensor by using electrodepositited polytryramine, Ph.D Thesis, The University of New South Wales, Australia.

Situmorang, M. (2010) Kimia Analitik Lanjut dan Instrumentasi. Penerbit FMIPA, Unimed; Medan.

Sutiari. N.K dan Umi Dwipayanti, (2006), Jurnal Pembinaan Pedagang Tahu Di

Pasar Badung mengenai Bahaya Penyalahgunaan Formalin. Program Studi

IKM Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Skoog, D. A. and Leary, J. J., (1992), Principles of Instrumnetal Analysis, 4th ed., Saundres College Publishers, New York.

Suharta., (2005), Kimia Instrumentasi, Jurusan Kimia FMIPA Unimed, Medan. Velasco-Garcia, M.N. and Mottram, T., (2003). Biosensors Technology

Addressing Agricultural Problems. Automation and Emerging

Technologies. 84 (1) : 1 – 12.

Vo-Dingh, T. dan Cullum, B., (2000), Biosensor and biochips: advances in biological and medical diagnostics, Fresenius Journal of Analytical


(6)

33

inarno, F. G. dan T. S. Rahayu., (1994), Bahan Tambahan Untuk Makanan dan

Kontaminan. Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

World Health Organization (WHO), (2002), Formaldehyde. Concise International Chemical Assessment Document 40. Geneva.

Yao, T dan Takashima, K., (1998), Amperometric biosensor ith a composite membrane sol-gel derived enzyme film and electrochemical generated poly(1,2-diaminobenzene) film, Biosensors & Bioelectronics 13: 67-73. Yuliarti, N., (2007), Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Penerbit Andi,