Skrining Panjang Gelombang Serapan Maksimum Tablet Kaptopril Yang Dijual di Pasar Pramuka Dengan Spektrofotometer UV-Vis. 2011

(1)

PASAR PRAMUKA DENGAN SPEKTROFOTOMETER

UV-VIS

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Anaytullah

NIM: 108103000004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 19 September 2011


(3)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

SKRINING PANJANG GELOMBANG SERAPAN MAKSIMUM TABLET KAPTOPRIL YANG DIJUAL DI PASAR PRAMUKA DENGAN

SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

Laporan Penelitian

Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Dokter,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh : Anaytullah NIM: 108103000004

Pembimbing 1 Pembimbing 2

dr. Nurul Hiedayati, PhD dr. Rachmania Diandini, MKK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


(4)

iv

1432 H/2011 M

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan penelitian berjudul SKRINING PANJANG GELOMBANG SERAPAN MAKSIMUM TABLET KAPTOPRIL YANG DIJUAL DI PASAR PRAMUKA DENGAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS yang diajukan oleh Anaytullah (NIM : 108103000004), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan pada 19 September 2011. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Ciputat, 19 September 2011

DEWAN PENGUJI

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN

Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And

Kaprodi PSPD FKIK UIN

DR. dr. Syarif Hasan Lutfie, Sp.KFR Penguji I

dr. Alyya Siddiqqa, Sp.FK

Penguji II

Nurmeilis, M.Si, Apt

Penguji III

dr. Rachmania Diandini, MKK


(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat taufik dan hidayah-Nya penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul Skrining Panjang Gelombang Serapan Maksimum Tablet Kaptopril yang Dijual di Pasar Pramuka Dengan Spektrofotometer UV-Vis”.

Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi- tingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And, dan Drs. H. Achmad Gholib, MA dan Ibu Farida selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. H. Dr. Syarief Hasan Lutfi selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter. 3. dr. Nurul Hiedayati, PhD dan dr. Rachmania Diandini, MKK selaku Dosen

Pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan penelitian ini.

4. Mas Dani dan Ibu Ayu Lathifah sebagai staf laboratorium farmakokinetik yang membantu kami dalam mengejarkan penelitian ini.

5. Bapak dan Ibu serta keluarga besar saya yang telah memberikan kasih sayang, doa dan dorongan baik moril maupun materil.

6. Teman-teman kelompok riset, Anita Ratna Ningrum, Aldho Bramantyo, Aini Zahra, Afra Humaira, dan Alvira Widjaja yang selalu membantu dan menyediakan waktu untuk berdiskusi sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. 7. PSPD 2008, OMO, Safira Geng, Mang Muan yang telah mendukung dan

menghibur dalam pembuatan penelitian ini.

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

Ciputat, 19 September 2011


(6)

vi ABSTRAK

Anaytullah. Program Studi Pendidikan Dokter. Skrining Panjang Gelombang Serapan Maksimum Tablet Kaptopril Yang Dijual di Pasar Pramuka Dengan Spektrofotometer UV-Vis. 2011.

Berdasarkan laporan United States Trade Representative (USTR) tahun 2008 memperkirakan 25% obat yang beredar di Indonesia adalah palsu. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat panjang gelombang serapan maksimum kaptopril yang dijual di Pasar Pramuka sesuai dengan standar kaptopril yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian dekskriptif. Besar sampel adalah 73. Teknik sampling yang digunakan simple random sampling. Data dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-vis. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada 73 sampel didapatkan 100% sampel sudah memenuhi standar panjang gelombang serapan maksimum kaptopril yaitu 231.8 nm dengan standar deviasi 2% dengan rentang normal 226.38-235.62 nm. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan kadar kaptopril dengan menggunakan metode kuantitatif. Kata kunci: skrining, panjang gelombang serapan maksimum, kaptopril, spektrofotometer UV-Vis.

Anaytullah. Faculty of Medicine. Screening of The Wavelength of Maximum Absorbance of Captopril Tablets Sold at Pramuka Market Using UV-Vis Spectrophotometer. 2011.

Based on the report from United States Trade Representative (USTR) dated in 2008, it is estimated that 25% of the drugs in Indonesia are fake (counterfeit). The point of this research is to compare the wavelength of maximum absorbance of captopril sold at Pramuka market with standard captopril drug, and to see the coherency between them. This research is descriptive method. The sample taken is 73, using simple random technique. The obtained data than being analyzed using spectrophotometer UV-vis. The result shows that all 73 sample drugs has wavelength of maximum absorbance standard of captopril, that is 231.8 nm, with deviation standard of 2% in a normal range of 226.38nm-235.62nm. Further research is needed to estimate the drug consentration more accurately using quantitative method.

Keywords : screening, the wavelength of maximum absorbance, captopril, Uv-Vis spectrophotometer.


(7)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

LEMBAR PENGESAHAN... iv

KATA PENGANTAR... v

ABSTRAK... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR SINGKATAN... x

BAB 1: PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 4

BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Landasan Teori... 5

2.1.1. Obat... 5

2.1.2. Obat Palsu... 5

2.1.3. ACE-inhibitor... 5

2.1.4. Kaptopril... 7

2.1.5. Spektrofotometer... 12

2.2. Kerangka Konsep... 16

2.3. Definisi Operasional... 17

BAB 3: METODOLOGI PENELITIAN... 18

3.1. Desain Penelitian... 18

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 18

3.3. Populasi dan Sampel ... 18

3.4. Cara Kerja Penelitian... 20

3.5. Managemen Data... 24

BAB 4: HASIL DAN PEMBAHASAN... 26

4.1. Karakteristik Sampel... 26

4.2. Hasil... 26

4.3. Pembahasan... 29

4.4. Keterbatasan Penelitian... 31

BAB 5: SIMPULAN DAN SARAN ... 32

5.1. Simpulan... 32

5.2. Saran... 33

DAFTAR PUSTAKA... 34 DAFTAR LAMPIRAN... 36-44


(8)

viii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 2.1. Struktur Kimia Kaptopril... 7

Tabel 2.1. Jenis Obat Yang Mengalami Interaksi Obat-obat Pada Rawat Inap Geriartri di RS Dr. Sardjito Yogyakarta... 11

Gambar 2.2. Cara Kerja Spektrofotometer... 14

Gambar 2.3. Skema Kerangka Konsep Penelitian... 16

Tabel 2.2. Definisi Operasional... 17

Gambar 3.1. Skema Alur Penelitian... 20

Tabel 4.1. Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kaptopril Standar... 26

Tabel 4.2. Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Sampel dan Hubungannya dengan Panjang Gelombang Standar... 27


(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Uji Statistik... 35 Lampiran 2. Contoh Hasil Pembacaan Spektrofotometer Uv-Vis... 36 Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup... 42


(10)

x

DAFTAR SINGKATAN

ACE : Angiotensin Converting Enzym

ARB : Angiotensin Receptor Blockers

BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan CHF : Congestive Heart Failure

CCB : Calcium Channel Blockers

IPMG : International Pharmaceutical Manufacturers Group

RAS : Renin Angiotensin System

USTR : United States Trade Representative UV-Vis : Ultra Violet – Visible (spektrofotometer)


(11)

(12)

2 1.1. Latar Belakang

Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia.1

Obat palsu adalah obat yang diproduksi oleh orang yang tidak berhak berdasarkan peraturan perundang-undangan atau produk obat dengan penandaan yang meniru identitas obat lain yang telah mendapatkan izin edar.2

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 10 persen obat yang beredar di seluruh dunia adalah palsu, dan berdasarkan laporan United States Trade Representative (USTR) dalam 301 Report tahun 2008 memperkirakan 25 persen obat yang beredar di Indonesia adalah palsu.3

Masyarakat umum dan semua pihak yang tidak bersalah di jalur pelayanan kesehatan adalah korban jika terjadi pemalsuan. Semua pihak tersebut harus bekerja sama dengan cara yang saling menguntungkan dan saling percaya, dan bukan hanya mengkritik untuk menghadapi ancaman ini. Pasien merupakan korban utama karena kesehatan mereka bahkan kehidupannya berada dalam bahaya jika mereka mengkonsumsi obat tanpa jaminan keamanan yang seharusnya mereka dapatkan dari produksi farmasi yang sah dan pengawasan peraturan. Pabrik obat yang sah merupakan korban tidak hanya karena kerugian langsung akibat kehilangan penghasilan tetapi juga kepercayaan masyarakat terhadap produk yang dihasilakn menurun, yang mengarah pada kehilangan jumlah penjualan. Reputasi perusahaan dan kesan terhadap produk tersebut menjadi rusak. Pemerintah merupakan korban karena dana yang digunakan untuk membeli obat yang tidak terjamin kemanjuran dan keamanannya, yang oleh karena itu gagal untuk melaksanakan tujuan mereka untuk melindungi kesehatan masyarakat. Pemerintah juga menjadi korban karena


(13)

kehilangan pendapatan pajak. Tenaga kesehatan profesional menjadi korban dengan hilangnya kepercayaan pasien terhadap pelayanan yang diberikan. Bila tenaga kesehatan juga sebagai penyedia (sebagai contoh apoteker), kehilangan financial dapat terjadi saat membeli obat palsu.4

Kaptopril merupakan obat antihipertensi yang bekerja menghambat

Angiotensin Converting Enzym (ACE). Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling lazim dengan gejala adanya gangguan pada mekanisme regulasi tekanan darah. Hipertensi bercirikan kenaikan tekanan darah yang mendadak dengan gejala encefalopati akut dengan gejala klinis sakit kepala hebat, gangguan kesadaran, serangan epilepsi.5 Meskipun dapat terjadi akibat proses penyakit lain, lebih dari 90 % pasien menderita hipertensi essensial, yaitu gangguan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya. Adanya riwayat dalam keluarga meningkatkan kemungkinan seseorang mendapatkan hipertensi. Faktor – faktor yang dapat menyebabkannya, antara lain stres, diet tinggi natrium, kegemukan dan merokok.6

Pengukuran spektrofotometri dengan UV-Vis berguna untuk mendeteksi komponen yang mengandung gugus tak jenuh atau atom seperti belerang atau halogen. Namun, identifikasi khusus senyawa jarang sekali bisa dilakukan pada spektral UV saja. Seringkali, spektrum berfungsi sebagai konfirmasi bukti identitas, sebagai tinjauan untuk data analisis lainnya. Pendekatan umum pertama biasanya dengan metode kualitatif yang berguna menjadi tinjauan untuk cara lainnya (kromatografi misalnya) bahwa materi terdiri dari satu komponen substansial.7

Dilihat dari struktur kaptopril, yang mempunyai gugus kromofor, maka senyawa ini dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet. Kaptopril memiliki serapan maksimum dalam larutan asam pada 230 nm,Error! Bookmark not defined. dengan standar deviasi 2%.8

Pasar pramuka adalah salah satu pusat perdagangan obat terbesar di Jakarta. Selama ini Pramuka menjadi sasaran konsumen terutama dari golongan kelas menengah ke bawah karena toko obat di Pramuka memang sanggup menjual obat


(14)

baik generik atau paten jauh lebih murah dibandingkan dengan tempat lain. Selain itu dari hasil penelitian BPOM tahun 2005 di Pasar Pramuka didapatkan bahwa dari 222 toko obat di Pasar Pramuka, hanya 33 unit atau 15% saja yang memiliki izin. Toko obat tidak berizin inilah yang dicurigai menjadi sasaran utama sindikat peredaran obat palsu lokal.9

Atas dasar hal-hal tersebut diatas, maka peneliti melakukan penelitian tentang “Skrining panjang gelombang serapan maksimum kaptopril yang dijual di Pasar Pramuka dengan spektrofotometer UV-Vis”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

Apakah panjang gelombang serapan maksimum kaptopril yang dijual di Pasar Pramuka sesuai dengan panjang gelombang serapan maksimum kaptopril standar dengan standar deviasi 2% sesuai ketetapan Farmakope Indonesia ?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kesesuain antara panjang gelombang serapan maksimum kaptopril yang dijual di Pasar Pramuka dengan panjang gelombang serapan maksimum kaptopril standar.

1.3.2. Tujuan Khusus

Membandingkan panjang gelombang serapan maksimum kaptopril yang dijual di Pasar Pramuka dengan panjang gelombang serapan maksimum kaptopril standar. Sebagai syarat dalam menyelesaikan studi pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(15)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti

Meningkatkan kemampuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian mengenai spektrofotometri uv-vis. Sebagai media aplikasi ilmu dalam menentukan permasalahan di masyarakat serta merumuskan permasalahan tersebut.

1.4.2. Bagi Perguruan Tinggi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data untuk penelitian selanjutnya terkait penghitungan panjang gelombang serapan maksimum yang dijual di Pasar Pramuka. Data ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi untuk BPOM tentang seberapa banyak peredaran obat palsu di Pasar Pramuka.

1.4.3. Bagi Masyarakat

Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang presentasi kemungkinan obat yang tidak sesuai panjang gelombang serapan maksimum standar kaptopril yang beredar di Pasar Pramuka agar masyarakat berhati-hati. Menghimbau agar masyarakat membeli obat di Apotek yang sesuai dengan peraturan dari Menteri Kesehatan.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Obat

A. Definisi Obat

Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia.1

B. Definisi Obat Palsu

Obat palsu adalah obat yang diproduksi oleh orang yang tidak berhak berdasarkan peraturan perundang-undangan atau produk obat dengan penandaan yang meniru identitas obat lain yang telah mendapatkan izin edar.2Menurut WHO, obat palsu dikelompokkan dalam lima kelompok yaitu:4

1. Produk tanpa zat aktif

2. Produk dengan kandungan zat aktif yang kurang 3. Produk dengan zat aktif berbeda

4. Produk yang diproduksi dengan menjiplak produk milik pihak lain 5. Produk dengan kadar zat aktif yang sama tetapi menggunakan label

dengan nama produsen atau negara asal berbeda 2.1.2. ACE-inhibitor

Terapi farmakologi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan antihipertensi yang berupa golongan diuretik, Angiotensin Converting Enzyme

(ACE) Inhibitor, β-adrenergic blockers, Angiotensin Receptor Blockers (ARB), Calcium Channel Blockers (CCB).5

ACE-inhibitor merupakan antihipertensi yang efektif dan efek sampingnya dapat ditoleransi dengan baik. Efek samping penggunaan ACE-inhibitor antara lain sakit kepala, takikardi, berkurangnya persepsi pengecapan, dizziness seperti ketidakseimbangan saat berdiri dari posisi duduk atau tidur, nyeri dada, batuk kering,


(17)

hiperkalemia, angiodema, neutropenia, dan pankreatitis. ACE-inhibitor dapat digunakan sebagai obat tunggal maupun dikombinasikan dengan obat lain. Selain sebagai antihipertensi, ACE-inhibitor juga dapat digunakan sebagai vasodilator, terapi congestive heart failure (CHF), left ventricular dysfunction, myocardial infarction, dan diabetes melitus.5

ACE-inhibitor mengurangi produksi angiotensin II, meningkatkan kadar bradikinin, dan mengurangi aktivitas sistem saraf simpatis. Penyekat reseptor angiotensin II menyediakan blokade reseptor AT1 secara selektif, dan efek angiotensin II pada reseptor AT2 yang tidak tersekat dapat menambah efek hipotensif. Kedua kelas agen-agen ini adalah agen antihipertensif yang efektif yang dapat digunakan sebagai terapi tunggal atau dalam kombinasi dengan diuretik, antagonis kalsium, dan agen-agen penyekat alfa. Efek samping ACE-inhibitor dan penyekat reseptor angiotensin antara lain adalah insufisiensi ginjal fungsional karena dilatasi arteriol eferen ginjal pada ginjal dengan lesi stenotik pada arteri renalis. Kondisi-kondisi predisposisi tambahan terhadap insufisiensi ginjal yang diinduksi oleh agen-agen ini antara lain adalah dehidrasi, CHF, dan penggunaan obat-obat antiinflamasi non steroid. Batuk kering terjadi pada 15% pasien, dan angioedema terjadi pada <1% pasien yang mengkonsumsi ACE-inhibitor. Angioedema paling sering terjadi pada individu yang berasal dari Asia dan lebih lazim terjadi pada orang Afrika Amerika dibanding orang Kaukasia. Hiperkalemia yang disebabkan hipoaldosteronisme merupakan efek samping yang kadang terjadi baik pada penggunaan ACE-inhibitor maupun penyekat reseptor angiotensin.5

Jenis ACE-inhibitor yang dapat digunakan sebagai antihipertensi antara lain Benazepril, Kaptopril, Enalapril, Fosinopril, Lisinopril, Moexipril, Perindropil, Quinapril, Ramipril, Trandolapril. Salah satu golongan ACE-inhibitor yang paling banyak digunakan sebagai antihipertensi adalah kaptopril. Kaptopril sebagai dosis tunggal mempunyai durasi selama 6-12 jam dengan onset 1 jam. Kaptopril diabsorpsi sebanyak 60-75% dan berkurang menjadi 33-40% dengan adanya makanan serta 25-30% kaptopril akan terikat protein. Waktu paruh kaptopril dipengaruhi oleh fungsi ginjal dan jantung dimana waktu paruh kaptopril pada

volunteers sehat dewasa 1,9 jam; pasien CHF 2,06 jam; dan pasien anuria 20-40 jam. Kaptopril diekskresikan melalui urin 95% dalam waktu 24 jam.5


(18)

2.1.3. Kaptopril

2.1.3.1. Sifat Fisika dan Kimia Kaptopril

Gambar 2.1. Struktur Kimia Kaptopril

Sumber : Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics

Rumus molekul : C9H15NO3S

Nama IUPAC : (2S)-1-[(2S)-2-methyl-3-sulfanylpropanoyl] pyrrolidine-2- carboxylic acid

Nama generik : Kaptopril

Nama dagang : Acepress, Capoten, Captensin, Captopril, Hexpharm, Casipril, Dexacap, Farmoten, Forten, Locap, Lotensin, Metopril, Otoryl, Praten, Scantensin, Tenofax, Tensicap. Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam metanol, dalam etanol, dan

dalam kloroform.7,8 2.1.3.2. Farmakologi

Diabsorpsi dengan baik pada pemberian oral dengan biovailabilitas 70-75%. Pemberian bersama makanan akan mengurangi absorpsi sekitar 30%, oleh karena itu obat ini harus diberikan 1 jam sebelum makan.5

Sebagian besar ACE-inhibitor mengalami metabolisme dihati, kecuali lisinopril yang tidak dimetabolisme. Eliminasi umumnya melalui ginjal, kecuali fosinopril yang mengalami eliminasi di ginjal dan bilier. Kaptopril mengandung gugus SH yang dapat berinteraksi membentuk kelat dengan ion Zn dalam tempat aktif ACE, terjadi hambatan secara kompetitif ACE sehingga peredaran angiotensin II dan kadar aldosteron menurun. Akibatnya, tidak terjadi vasokonstriksi dan retensi Na, sehingga tekanan darah menurun.10


(19)

Mekanisme yang lain dari senyawa penghambat ACE adalah menghambat pemecahan bradikinin menjadi fragmen tidak aktif, sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat, menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah. Penghambat ACE memiliki peran khusus yang penting dalam pengobatan pasien dengan nefropati diabetes karena dapat mengurangi proteinuria dan menstabilkan fungsi ginjal bahkan walaupun tidak terjadi penurunan tekanan darah.10

Ginjal memegang peranan utama pada pengaturan tingginya tekanan darah, yang berlangsung melalui suatu sistem khusus, yakni Sistem Renin-Angiotensin, singkatnya RAS. Bila volume darah yang mengalir melalui ginjal berkurang dan tekanan darah di glomeruli ginjal menurun, misalnya karena penyempitan arteri setempat, maka ginjal dapat membentuk dan melepaskan enzim proteolitis renin. Dalam plasma, renin menghidrolisis protein angiotensinogen yang terbentuk di dalam hati menjadi angiotensin I (AT I). Zat ini diubah oleh enzim Angiotensin Converting Enzyme, yang disintesa di paru-paru (ACE) menjadi zat aktif angiotensin II. AT II ini kuat, dan menstimulasi sekresi hormon aldosteron oleh anak-ginjal dengan sifat retensi garam dan air. Akibatnya ialah volume darah dan tekanan darah naik.10

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah antara lain: mengkonsumsi terlalu banyak garam, stress, merokok, kehamilan. Tindakan- tindakan umum untuk menurunkan tekanan darah; menguruskan badan, mengurangi garam dalam pola makan, berhenti merokok, membatasi minum kopi dan alkohol, cukup istirahat dan tidur.11

Pengobatan dengan antihipertensi dimulai dengan dosis rendah agar tekanan darah jangan menurun terlalu drastis dengan mendadak. Kemudian, setiap 1-2 minggu dosis berangsur-angsur dinaikkan sampai tercapai efek yang diinginkan. Begitu pula penghentian terapi harus secara berangsur pula.11

2.1.3.3. Dosis

Kaptopril mula-mula diberikan dengan dosis 25 mg 2 atau 3 kali sehari, 1-2 jam sebelum makan. Respons tekanan darah maksimal terlihat 2-4 jam setelah dosis tersebut. Pada interval 1-2 minggu, dosis dapat ditingkatkan sampai tekanan darah terkontrol.5


(20)

2.1.3.4. Efek Samping

Efek sampingnya yang sering terjadi adalah hilangnya rasa terkadang juga penciuman, batuk kering, dan eksanthema.Kaptopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 g sehari pada 0,5% penderita dan pada 1,2% penderita dengan penyakit ginjal. Dapat tejadi sindroma nefrotik serta membran glomerulopati pada penderita hipertensi. Karena proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan maka penderita sebaiknya melakukan pemeriksaan protein urin sebelum dan setiap bulan selama 8 bulan pertama pengobatan.11

Neutropenia/agranulositosis terjadi kira-kira 0,4 % penderita. Efek samping ini terutama terjadi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Neutropenia ini muncul dalam 1 - 3 bulan pengobatan, pengobatan agar dihentikan sebelum penderita terkena penyakit infeksi. Pada penderita dengan resiko tinggi harus dilakukan hitung leukosit sebelum pengobatan, setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan dan secara periodik. Pada penderita yang mengalami tanda-tanda infeksi akut pemberian kaptopril harus segera dihentikan karena merupakan petunjuk adanya neutropenia.10,11

Hipotensi dapat terjadi 1 - 1,5 jam setelah dosis pertama dan beberapa dosis berikutnya, tapi biasanya tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan rasa pusing yang ringan. Tetapi bila mengalami kehilangan cairan, misalnya akibat pemberian diuretik, diet rendah garam, dialisis, muntah, diare, dehidrasi maka hipotensi tersebut menjadi lebih berat. Maka pengobatan dengan kaptopril perlu dilakukan pengawasan medik yang ketat, terutama pada penderita gagal jantung yang umumnya mempunyai tensi yang nomal atau rendah. Hipotensi berat dapat diatasi dengan infus garam faal atau dengan menurunkan dosis kaptopril atau diuretiknya. Sering terjadi ruam dan pruritus, kadang-kadang terjadi demam dan eosinofilia. Efek tersebut biasanya ringan dan menghilang beberapa hari setelah dosis diturunkan. Teriadi perubahan rasa, yang biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama dan menghilang meskipun obat diteruskan.5,10

Retensi kalium ringan sering terjadi, terutama pada penderita gangguan ginjal, sehingga perlu diuretik yang meretensi kalium seperti amilorida dan pemberiannya harus dilakukan dengan hati-hati.11


(21)

2.1.3.5. Indikasi dan Kontraindikasi

Tujuan Penggunaan adalah sebagai terapi pada hipertensi esensial dan hipertensi renovaskuler.

a. Indikasi:5

 Untuk pengobatan hipertensi sedang dan berat yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan kombinasi lain. Kaptopril dapat dipergunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan obat antihipertensi lain terutama tiazid.

 Payah jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan digitalis.

b. Kontraindikasi:5

Hipersensitif terhadap kaptopril dan obat-obat ACE-inhibitor lainnya.

ACE-inhibitor dikontraindikasikan pada wanita hamil karena bersifat teratogenik. Pemberian pada ibu menyusui juga kontraindikasi ACE-inhibitor

diekskresi melalui ASI dan berakibat buruk terhadap fungsi ginjal bayi. Dalam JNC VII, ACE-inhibitor diindikasikan untuk hipertensi dengan penyakit ginjal kronik. Namun harus berhati-hati terutama bila ada hipertensi kalemia, karena ACE-inhibitor akan memperberat hyperkalemia. Kadar kreatinin darah perlu dipantau selama pemberian ACE-inhibitor. Bila terjadi peningkatan keatinin, maka obat ini harus dihentikan. ACE-inhibitor

dikontraidikasikan pada stenosis arteri renalis bilateral atau unilateral pada ginjal tunggal.

Pemberian bersama diuretik hemat kalium dapat menimbulkan hiperkalemia. Pemberian bersama antasida akan mengurangi absorpsi, sedangkan kombinasi dengan AINS akan mengurangi efek antihipertensinya dan menambah risiko hiperkalemia.

2.1.3.6. Interaksi Obat

Mekanisme interaksi obat dapat dibagi menjadi interaksi farmakokinetika dan interaksi farmakodinamik. Farmadinamik mempengaruhi hubungan konsentrasi-efek obat, sedangkan farmakokinetik menentukan hubungan dosis-konsentrasi obat. Proses-proses farmakokinetik seperti absorpsi, distribusi, dan eliminasi menentukan berapa cepatnya, berapa konsentrasinya dan untuk berapa lama obat tersebut akan berada pada organ target. Konsep farmakodinamik tentang respons maksimum dan


(22)

sensitivitas menentukan besarnya efek pada konsentrasi tertentu.5 Berikut ini adalah tabel jenis obat yang mengalami interaksi obat-obat pada penderita rawat inap geriartri di RS Dr. Sardjito Yogyakarta.12

Tabel 2.1. Jenis Obat Yang Mengalami Interaksi Obat-obat Pada Rawat Inap Geriartri di RS Dr. Sardjito Yogyakarta

Sumber : Rahmawati F. Kajian retrospektif interaksi obat di Rumah Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta. 2006.

Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa terdapat interaksi kaptopril terhadap furosemid, alupurinol, asetoal dan antasida. Berikut merupakan penjelasan interaksi kaptopril dengan obat lain :13,14

1. Kaptopril dengan furosemid

Penggunaan ACE-inhibitor dengan furosemid efektif dan aman digunakan. Akan tetapi dapat terjadi hipotensi pada pemberian pada dosis pertama, terutama apabila pemakain dosis tinggi diuretik yaitu lebih dari 80mg per hari dan biasanya berkaitan dengan keadaan gagal jantung, hipertensi renovascular,


(23)

hemodialisa, renin-angiotensin yang tinggi, diet rendah sodium, dehidrasi, diare, dan mual.

2. Kaptopril dengan alupurinol

Terdapat tiga kasus Stevens-Johnson syndrome dan dua kasus hipersensitifitas yang dilaporkan dalam penggunaan kaptopril dan alupurinol. Anafilaksis dan infark miokard terjadi pada satu orang yang menggunakan enalapril dengan alupurinol. Kombinasi ACE-inhibitor dengan alupurinol mungkin meningkatkan resiko leukopenia dan infeksi yang serius. ACE-inhibitor mungkin meningkatkan level plasma digoksin dan litium dan mungkin meningkatkan hipersensitifitas terhadap alupurinol.

3. Kaptopril dengan antacid

Antasid dapat mengurangi bioavalibitas dari ACE-inhibitorakan tetapi jarang sekali kejadian yang menimbulkan gejala klinis.

2.1.4. Spektrofotometer 2.1.4.1. Definisi

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang


(24)

gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding.15

Suatu grafik yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi panjang gelombang sinar merupakan spektrum absorpsi. Transisi yang dibolehkan untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang berbeda adalah tidak sama sehingga spektra absorpsinya juga berbeda. Dengan demikian, spektra dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk analisis kualitatif. Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya molekul yang menyerap radiasi, sehingga spektra absorpsi juga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif.16 Semua molekul dapat mengabsorpsi radiasi daerah UV-Vis karena mereka mengandung elektron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi.17 Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, sementara sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400-800 nm.Error! Bookmark not defined.

Berikut ini adalah uraian bagian-bagian spektrofotometer.Error! Bookmark not defined. 1. Sumber-sumber lampu; lampu deutrium digunakan untuk daerah UV pada

panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang gelombang antara 350-900 nm.

2. Monokromator: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian.

3. Sel absorpsi: Pada pengukuran didaerah tampak, kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvet adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih


(25)

besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder dapat juga digunakan. Kita harus menggunakan kuvet yang bertutup untuk pelarut organik. Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas hasil leburan serta seragam keseluruhannya.

4. Detektor: Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang.

2.1.4.2. Cara Kerja

Gambar 2.2. Cara Kerja Spektrofotometer Sumber gambar : www.hitachi-hitec.com

Keterangan Gambar:

Sumber sinar yang diperlukan adalah sumber sinar yang menyediakan seluruh spektrum tampak dan ultra-ungu dekat sehingga didapatkan spektrum pada daerah 200 nm – 800 nm. Karena alasan tersebut maka sumber sinar yang digunakan adalah kombinasi dari lampu deutrium untuk mendapatkan spektrum UV dan lampu tungsten/halogen untuk mendapatkan spektrum tampak. Kemudian hasil kombinasi kedua lampu tersebut difokuskan pada kisi difraksi. Tanda panah biru menunjukan jalur berbagai panjang gelombang sinar diteruskan dengan arah yang


(26)

berbeda. Celah (slit) hanya menerima sinar pada daerah panjang gelombang yang sangat sempit untuk diteruskan ke spektrometer. Sinar datang dari kisi difraksi dan celah akan mengenai lempeng putar dan satu dari tiga hal berikut dapat terjadi:Error! Bookmark not defined.

1. Jika sinar mengenai bagian transparan, sinar akan mengarah langsung dan melewati sel yang mengandung sampel. Kemudian dipantulkan oleh cermin ke lempeng putar kedua. Lempeng ini berputar ketika sinar datang dari lempeng yang pertama, sinar akan mengenai bagian cermin lempeng kedua. Yang kemudian memantulkannya ke detektor. Selanjutnya mengikuti jalur merah pada diagram diatas.

2. Jika berkas asli sinar dari celah mengenai bagian cermin lempeng putar pertama, berkas akan dipantulkan sepanjang jalur hijau. Setelah cermin, sinar melewati sel referens. Akhirnya sinar mencapai lempeng kedua yang berputar, sehingga sinar mengenai bagian transparan. Selanjutnya akan melewati detektor.

3. Jika sinar mengenai bagian hitam lempeng pertama, sinar akan dihalangi – dan untuk sesaat tidak ada sinar yang melewati spektrometer. Komputer akan memproses arus yang dihasilkan oleh detektor karena tidak ada sinar yang masuk


(27)

2.2. Kerangka Konsep

Pada kerangka konsep ini dijelaskan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi panjang gelombang serapan maksimum kaptopril sampel. Faktor-faktor tersebut diantaranya: kandungan kaptopril, bahan pengotor, pelarut, vehikulum, proses pembuatan tablet. Penelitian kali tidak dibahas pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap panjang gelombang serapan maksimum kaptopril. Penelitian kali ini hanya bersifat skrining panjang gelombang, yaitu hanya melihat panjang gelombang serapan maksimum berdasarkan hasil perekaman panjang gelombang sampel dengan spektrofotometer Uv-vis. Berikut bagan kerangka konsep pada penelitian kali ini:

: Diteliti pada penelitian ini : Tidak diteliti pada penelitian ini

Gambar 2.3. Skema Kerangka Konsep Penelitian Skrining panjang

gelombang serapan maksimum kaptopril

sampel

Spektrofotometer Uv-vis

Sesuai standar

Tidak sesuai standar

 Kandungan kaptopril  Pelarut

 Vehikulum

 Proses pembuatan tablet

Asli

Palsu Penelitian lebih lanjut


(28)

2.3. Definisi Operasional

Tabel 2.2. Definisi Operasional No Variabel Penguk

ur

Alat Ukur Cara Pengukuran Skala

pengukuran

1 Panjang gelombang serapan maksimum

Peneliti Spektrofotometer UV-Vis U2910

Sesuai dengan prosedur baku pengukuran panjang gelombang Dibagi atas:

 Sesuai: jika mean dari dua kali pengukuran pada rentang 226.38-235.62 nm

 Tidak sesuai: jika mean dari dua kali pengukuran tidak pada rentang 226.38-235.62 nm


(29)

19 3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif katagorik. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek, variabel, gejala, atau keadaan dengan apa adanya. Metode ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu. Peneliti juga tidak melakukan kontrol dan manipulasi terhadap variabel penelitian.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari dan Agustus 2011. Pengambilan sampel dilaksanakan pada bulan Februari 2011 di Pasar Pramuka dan skrining dilaksanakan pada bulan Februari dan Agustus 2011 di laboratorium Farmakokinetik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3. Populasi dan Subyek penelitian

3.3.1. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau penelitian ini adalah seluruh toko obat di Pasar Pramuka.

3.3.2. Populasi Target

Populasi target penelitian ini adalah seluruh toko obat di Pasar Pramuka yang menjual tablet kaptopril.

3.3.3. Kriteria Sampel

Penelitian dilakukan di laboratorium kimia analsis FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan kriteria :

A. Kriteria Inklusi


(30)

B. Kriteria Ekslusi

1. Tablet kaptopril yang bukan berasal dari toko obat di Pasar Pramuka.

2. Tablet kaptopril yang sudah kadaluarsa. 3.3.4. Jumlah Sampel

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan rumus deskriptif kategorik, rumus deskriptif katagorik yaitu:18

Zα2 x P x Q N =

d2 Ket :

Zα : adalah deviat baku alfa, α5% (Zα = 1,96)

P : merupakan proporsi dari kategori variabel yang diteliti (25%).

Q : 1-P (75%)

d : merupakan kesalahan penilitian yang masih bisa diterima untuk memprediksi proporsi yang akan diperoleh. Peneliti menetapkan presisi sebesar 10%.

Dengan demikian sampel yang diambil pada penelitian ini adalah: N = Zα² x P x Q

= (1,96)² x 0,25 x 0,75 0.1²

= 73

Dengan demikian sampel yang diambil pada penelitian ini sebanyak 73 sampel.


(31)

3.3.5. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara Simple Random Sampling. Dari 282 toko di Pasar Pramuka diambil 73 sampel kaptopril dari merk generik ataupun paten. Jika nomer toko yang telah ditentukan merupakan toko bukan penjual obat maka pengambilan sampel pada toko tersebut digantikan ditoko sebelahnya atau toko obat yang paling dekat dengan toko tersebut. Pengambilan sampel oleh peneliti tidak berdasarkan ijin penjual obat (informed consent) agar tidak terjadi bias.

3.4. Cara Kerja Penelitian

3.4.1. Alur Penelitian

Gambar 3.1. Skema Alur Penelitian Pengambilan

Sampel di Pasar Pramuka

Penggerusan Sampel

Pembuatan Pelarut Buffer Fosfat Citrat

dengan pH 7

Pembuatan Larutan Kaptopril Standar

dan Sampel Pembacaan Panjang

Gelombang Serapan Maksimum dengan

Spektrofotometer Uv-Vis Analisis Hasil

Serapan Maksimum Panjang Gelombang (Menggunakan SPSS


(32)

3.4.2. Cara Kerja

A. Persiapan Penelitian (1) Alat :

1. Hitachi U-2910 Spectrophotometer UV-Vis

2. HP Pro Desktop (Windows Xp Pro, Software UV-Solution U-2910)

3. Pipet (Nichipet) 5 mL dan 10 mL 4. Kuvet 3.5 mL

5. Vortex ( SRS710HA Advantec) 6. Timbangan Digital (AND GX-200) 7. Mesin Sentrifuge (Hettich EBA 21) 8. 73 tabung reaksi

9. Rak tabung reaksi (2) Bahan :

1. Standar kaptopril

2. Kaptopril sampel sebanyak 73 tablet 3. Buffer Fosfat Citrat dengan pH 7 4. Metanol

B. Pembuatan Buffer Fosfat Citrat pH 7

Pembuatan buffer menggunakan metode sesuai Farmakope dengan modifikasi. Buffer merupakan gabungan dari asam lemah dengan garam konjugatnya atau basa lemah dengan garam konjugatnya. Buffer berfungsi untuk menjaga pH sebuah larutan.

Pertama, buat larutan Na2HPO4 1 M. Lakukan penimbangan garam Na2HPO4 sebanyak 70,98 gram. Isi garam tersebut ke dalam gelas ukur, kemudian tambahkan aquades hingga 500 mL. Lakukan homogenisasi larutan dengan menggunakan stirrer sehingga larutan benar-benar tercampur. Setelah larutan Na2HPO4 terbentuk, baru kemudian buat larutan 0,2 M Na2HPO4 yang nanti akan menjadi bahan


(33)

kemudian campurkan dengan 400 mL aquades. Maka larutan Na2HPO4 0,1 M telah selesai dibuat.

Langkah berikutnya adalah membuat larutan 0,1 M asam sitrat, dengan terlebih dahulu membuat asam sitrat 1 M. Pertama-tama lakukan penimbangan garam asam sitrat sebanyak 94,55 gram dengan menggunakan timbangan digital., kemudian masukkan ke dalam gelas ukur dan tambahkan aquades hingga mencapai 500 mL. Lakukan homogenisasi larutan dengan menggunakan stirrer. Setelah larutan 1 M asam sitrat dibuat, buat larutan 0,1 M asam sitrat dengan cara mengambil 50 mL larutan 1 M asam sitrat dan tambahkan 450 mL aquades sehingga terbentuklah larutan asam sitrat 0,1 M.

Kemudian, buat buffer fosfat sitrat pH 7 dengan mencampurkan larutan Na2HPO4 0,2 M dan larutan asam sitrat 0,1 M.

Buffer yang dibuat harus memiliki pH 7 yang terdiri dari Na2HPO4 0,2 N sebanyak 218 ml dan Asam Sitrat 0,1 N sebanyak 32,5 ml. Setelah Na2HPO4 dengan Asam Sitrat tercampur, tambahkan Aquades ke dalam gelas kimia hinga volume larutan menjadi 500 ml. C. Pembuatan Larutan Kaptopril Standar

Pembuatan larutan standar dan sampel mengunakan metode sesuai Farmakope, metode sesuai pada jurnal El-nany dan jurnal

Ribeiro dengan modifikasi.8, 19 , 20 Sebanyak 25 mg kaptopril dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Masukkan metanol 2 mL ke dalam tabung tersebut. Kemudian gunakan vortex dengan kecepatan setengah dan tidak dipanaskan agar bubuk kaptopril dan metanol menjadi homogen. Kemudian tambahkan buffer fosfat citrate

sebanyak 6 mL ke dalam tabung. Setelah itu, lakukan sentrifugasi selama 3 menit dengan kecepatan 2000 rpm.


(34)

D. Pembuatan Larutan Kaptopril Sampel

Pembuatan larutan standar dan sampel mengunakan metode sesuai Farmakope dan metode sesuai pada jurnal El-nany dan jurnal

Ribeiro dengan modifikasi.8,19,20 Kaptopril yang telah ditumbuk menjadi bubuk halus dimasukkan sebanyak 25 mg ke dalam tabung reaksi. Tambahkan metanol 2 mL ke dalam tabung tersebut. Kemudian gunakan vortex dengan kecepatan setengah dan tidak dipanaskan agar bubuk kaptopril dan metanol menjadi homogen. Kemudian tambahkan buffer fosfat citrate sebanyak 6 mL ke dalam tabung. Setelah itu, lakukan sentrifugasi selama 3 menit dengan kecepatan 2000 rpm. Langkah-langkah tersebut dilakukan pada setiap sampel.

E. Penggunaan Alat Spektrofotometer

Penggunaan spektrofotometer UV-Vis ini berdasarkan metode yang telah ditetapkan oleh Clarke.Error! Bookmark not defined. Secara singkat penggunaan spektrofotometer adalah sebagai berikut :

Langkah pertama pastikan alat spektrofotometer tersambung dengan komputer. Kemudian tekan switch power on dan tunggu hingga 30 menit agar mesin siap dipakai. Lalu buka software UV-Solution U-2910 dan tunggu hingga sofware dan mesin terhubung.

Setelah itu kita lakukan penetapan baseline dengan menggunakan buffer fosfat citrate dengan pH 7 dan men-nol-kan serapan. Kemudian masukan kaptopril sampel ke dalam mesin spektrofotometer dengan menggunakan kuvet 3.5 mL untuk memulai pembacaan. Pada setiap selesai pembacaan, kuvet dibilas menggunakan buffer fosfat citrate dengan pH 7.


(35)

F. Pembacaan Panjang Gelombang Kaptopril Standar

Siapkan salah satu tabung kuvet yang akan digunakan, isi kuvet dengan larutan kaptopril standar sebanyak 3,5 mL dengan menggunakan pipet. Masukkan kuvet tersebut ke dalam mesin spektrofotometer Uv-vis. Kemudian lakukan pembacaan panjang gelombang serapan maksimum dengan rentang 200-400 nm.

G. Pembacaan Panjang Gelombang Kaptopril Sampel

Siapkan salah satu tabung kuvet yang akan digunakan. Untuk pembilasan kuvet, isi kuvet dengan larutan kaptopril sampel sebanyak 1,5 mL dengan menggunakan pipet. Setelah itu isi kuvet dengan larutan kaptopril sampel sebanyak 3,5 mL dengan menggunakan pipet. Masukkan kuvet tersebut ke dalam mesin spektrofotometer Uv- vis. Kemudian lakukan pembacaan panjang gelombang serapan maksimum dengan rentang 200-400 nm.

3.5. Managemen Data

3.5.1. Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Pengumpulan data dilakukan saat penelitian pada bulan Februari 2011 dan Agustus 2011.

2. Data yang diperoleh, yaitu data yang didapatkan berdasarkan pembacaan panjang gelombang serapan maksimum dengan spektrofotometer Uv-Vis.

3.5.2. Pengolahan Data

Data yang didapatkan diedit dan dikoding untuk kemudian dimasukkan dan dilakukan perhitungan statistik dengan menggunakan


(36)

3.5.3. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dengan menampilkan gambaran panjang gelombang serapan maksimum kaptopril standar dan sampel dan kemudian di analisis berdasarkan standar deviasi panjang gelombang serapan maksimum kaptopril standar.

3.5.4. Rencana Penyajian Data

Data yang didapat akan disajikan dalam bentuk tekstuler dan tabuler.


(37)

27 4.1. Karateristik Sampel

Penelitian ini dilaksanakan selama empat minggu di Pasar Pramuka dan di laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan di Pasar Pramuka dengan cara membeli tablet kaptopril tanpa memberikan informed consent. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya bias. Pada saat pengambilan sampel, beberapa toko tempat pengambilan sampel tutup dan beberapa toko juga tidak menjual kaptopril. Karena hal tersebut, peneliti mengganti toko yang tidak menjual kaptopril dan toko tutup tersebut dengan toko terdekat yang menjual kaptopril dan toko terdekat yang buka.

Pada penelitian ini, diperoleh hasil yang akan disajikan sebagai berikut: gambaran panjang gelombang serapan maksimum kaptopril standar; gambaran panjang gelombang serapan maksimum sampel dan hubungannya dengan panjang gelombang standar.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kaptopril Standar.

Penelitian didahului dengan melihat panjang gelombang serapan maksimum kaptopril standar sebagai tolak ukur dalam analisis hasil penelitian. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh panjang gelombang serapan maksimum kaptopril standar terlihat pada tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1. Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kaptopril Standar

Zat yang diuji λ max


(38)

Dari tabel 4.1. terlihat bahwa panjang gelombang serapan maksimum kaptopril standar adalah 231.8 nm. Nilai ini akan menjadi tolak ukur untuk dibandingkan dengan panjang gelombang serapan maksimum pada sampel.

4.2.2. Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Sampel dan Hubungannya dengan Panjang Gelombang Standar

Setelah diketahui panjang gelombang serapan maksimum kaptopril standar, maka dilakukan skrining panjang gelombang serapan maksimum sampel penelitian. Setelah itu dibuat tabel analisis antara panjang gelombang serapan maksimum kaptopril standar dengan panjang gelombang serapan maksimum sampel. Maka didapatlah hasil berikut:

Tabel 4.2. Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Sampel dan Hubungannya dengan Panjang Gelombang Standar

No Sampel λ 1 max λ 2 max Mean Keterangan 1 3 231.2 232 231.6 Sesuai Standar 2 5 232.8 232.2 232.5 Sesuai Standar 3 7 231.8 233.2 232.5 Sesuai Standar 4 16 231.4 231.6 231.5 Sesuai Standar 5 26 232.6 233.2 232.9 Sesuai Standar 6 33 233.4 234.4 233.9 Sesuai Standar 7 36 230.6 233.2 231.9 Sesuai Standar 8 43 232.4 231.8 232.1 Sesuai Standar 9 45 231.6 233.2 232.4 Sesuai Standar 10 48 230.2 233.4 231.8 Sesuai Standar 11 53 232.8 230.4 231.6 Sesuai Standar 12 57 230.8 233.6 232.2 Sesuai Standar 13 58 230.2 231.2 230.7 Sesuai Standar 14 59 232.4 234.4 233.4 Sesuai Standar 15 61 231.4 234.4 232.9 Sesuai Standar 16 66 231.4 233.4 232.4 Sesuai Standar 17 69 231.8 232 231.9 Sesuai Standar 18 73 232.6 233.6 233.1 Sesuai Standar 19 74 232.6 234 233.3 Sesuai Standar 20 77 232.6 234.6 233.6 Sesuai Standar 21 78 230.8 231.2 231 Sesuai Standar


(39)

22 81 232.2 234.6 233.4 Sesuai Standar 23 83 230.6 230.4 230.5 Sesuai Standar 24 87 232 232.4 232.2 Sesuai Standar 25 91 230.8 229.6 230.2 Sesuai Standar 26 93 232.2 233 232.6 Sesuai Standar 27 95 229.6 234.8 232.2 Sesuai Standar 28 97 231.2 233.4 232.3 Sesuai Standar 29 99 231.6 234.8 233.2 Sesuai Standar 30 102 234.6 235 234.8 Sesuai Standar 31 107 234.6 235 234.8 Sesuai Standar 32 108 234 231.6 232.8 Sesuai Standar 33 110 230.6 231.6 231.1 Sesuai Standar 34 111 232.4 234.4 233.4 Sesuai Standar 35 112 231.4 233 232.2 Sesuai Standar 36 115 230.2 235.8 233 Sesuai Standar 37 129 229.8 232.8 231.3 Sesuai Standar 38 132 232.6 232.2 232.4 Sesuai Standar 39 141 232.4 235 233.7 Sesuai Standar 40 149 232.8 229.8 231.3 Sesuai Standar 41 151 232 233.6 232.8 Sesuai Standar 42 152 232 233.6 232.8 Sesuai Standar 43 155 231.6 231.8 231.7 Sesuai Standar 44 170 231.4 235 233.2 Sesuai Standar 45 175 231 234.2 232.6 Sesuai Standar 46 177 232 230.6 231.3 Sesuai Standar 47 179 230.4 229.8 230.1 Sesuai Standar 48 181 230.2 234 232.1 Sesuai Standar 49 190 234 230.6 232.3 Sesuai Standar 50 192 231.2 231.6 231.4 Sesuai Standar 51 194 231.2 234.8 233 Sesuai Standar 52 196 231 230.4 230.7 Sesuai Standar 53 199 233 235.2 234.1 Sesuai Standar 54 209 231.6 235.4 233.5 Sesuai Standar 55 212 232.8 232 232.4 Sesuai Standar 56 215 233.8 234.2 234 Sesuai Standar 57 217 231.4 229.6 230.5 Sesuai Standar 58 221 232.4 234 233.2 Sesuai Standar 59 232 231.8 234.4 233.1 Sesuai Standar 60 234 233 231 232 Sesuai Standar 61 240 233.2 235 234.1 Sesuai Standar 62 241 232.2 230.4 231.3 Sesuai Standar 63 245 232.8 234.6 233.7 Sesuai Standar 64 248 233.8 231.6 232.7 Sesuai Standar 65 249 233.2 233.8 233.5 Sesuai Standar 66 256 232.2 234 233.1 Sesuai Standar 67 267 231.2 234.4 232.8 Sesuai Standar 68 270 231.4 234.6 233 Sesuai Standar


(40)

69 271 233.6 234.4 234 Sesuai Standar 70 274 231 234.6 232.8 Sesuai Standar 71 275 231.8 233.6 232.7 Sesuai Standar 72 279 233 231 232 Sesuai Standar 73 282 232.8 232.6 232.7 Sesuai Standar

Pada penelitian ini, pengukuran panjang gelombang serapan maksimum setiap sampel dilakukan sebanyak dua kali. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari bias pada data yang diperoleh. Untuk analisis terhadap kaptopril standar, digunakan rerata (mean) dari kedua pengukuran. Setelah itu hasil dari rerata tersebut dianalisis dengan standar deviasi 2% yang telah ditetapkan Farmakope dengan rentang normal yaitu 226.38-235.62 nm.Error! Bookmark not defined.

Berdasarkan hasil dari analisis dengan standar deviasi 2% didapatkan bahwa 100% sampel kaptopril memenuhi panjang gelombang serapan maksimum kaptopril standar.

4.3. Pembahasan

Pada penelitian skrining panjang gelombang serapan maksimum kaptopril yang dijual di Pasar Pramuka dengan metode spektrofotometer UV-Vis ini bersifat kualitatif,7 yaitu melihat kesesuaian panjang gelombang serapan maksimum kaptopril standar dengan panjang gelombang serapan maksimum sampel kemudian dianalisis berdasarkan standar deviasi panjang gelombang serapan maksimum kaptopril standar yaitu sebesar 2% dengan rentang normal 226.38-235.62 nm.Error! Bookmark not defined.

Standar deviasi 2% diperlukan karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengukuran seperti ikatan dengan pembawa, ikatan dengan senyawa lain yang terikat dengan zat aktif kaptopril, hal tersebut yang menyebabkan terjadi pergeseran panjang gelombang.7 Pada pengukuran sampel yang sama, pengukuran pertama dan pengukuran kedua juga memberikan hasil yang berbeda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Karena itu, pada pengukuran ini diambil mean atau rata-rata dari hasil pengukuran panjang gelombang pertama dan panjang gelombang kedua.


(41)

Setiap senyawa mempunyai panjang gelombang serapan maksimum yang berbeda, apabila terdapat penyimpangan terhadap panjang gelombang serapan maksimum yang melebihi standar deviasi, hal tersebut berarti tidak adanya senyawa tersebut ataupun terdapat senyawa lain yang bukan senyawa yang diuji. Menurut WHO, obat palsu dikelompokkan dalam lima kelompok yaitu:4 (1) Produk tanpa zat aktif (API) (2) Produk dengan kandungan zat aktif yang kurang (3) Produk dengan zat aktif berbeda (4) Produk yang diproduksi dengan menjiplak produk milik pihak lain (5) Produk dengan kadar zat aktif yang sama tetapi menggunakan label dengan nama produsen atau negara asal berbeda.

Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa 73 sampel kaptopril dari Pasar Pramuka yang kemudian dianalisis didapatkan bahwa 100% sampel memenuhi standar panjang gelombang serapan maksimum dengan standar deviasi 2% dari panjang gelombang serapan maksimum standar dengan rentang normal 226.38-235.62 nm.

Pada penelitian lain secara kuantitatif didapatkan hasil berikut, diperoleh kadar untuk tablet Captopril generik (Indofarma) sebesar 103,31 % ± 0,0435, tablet Captopril (Dexa Medica) sebesar 100,41% ± 0,0883, dan tablet nama dagang; tablet Dexa Cap (Dexa Medica) sebesar 102,41% ± 0,1086, tablet Otoryl (Otto) sebesar 100,63% ± 0,7438, tablet Tensicap (Sanbe Farma) sebesar 99,40% ± 0,3131, tablet Captensein (Kalbe Farma) sebesar 102,03% ± 0,4007, tablet Farmoten (Pratapa Nirmala) sebesar 100,40% ± 0,3133. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar kaptopril dalam sediaan tablet dengan nama dagang maupun generik, memenuhi standar persyaratan tablet menurut The United States Pharmacopeia (2007) yaitu tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.21

Penelitian ini bukanlah untuk menentukan suatu obat palsu atau tidak, tetapi penelitian ini bersifat skrining, untuk menentukan kesesuaian zat aktif pada kaptopril standar dan sampel. Walaupun seluruh sampel telah memenuhi panjang gelombang serapan maksimum standar, tidak menutup kemungkinan sampel tersebut merupakan obat palsu. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tambahan untuk menghitung kadar kaptopril sampel dengan metode kuantitatif.7


(42)

4. 4. Keterbatasan Penelitian

4.4.1. Variabel Penelitian

Peneliti hanya meneliti satu variabel, yaitu panjang gelombang serapan maksimum untuk mengetahui ada tidaknya zat aktif kaptopril pada sampel. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pergeseran panjang gelombang serapan maksimum sampel, antara lain bahan pembawa, proses pembuatan tablet, dan bahan lainnya yang terkandung dalam tablet. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan pergeseran panjang gelombang serapan maksimum sampel.

4. 4. 2. Sampel Penelitian

Terdapat beberapa keterbatasan dalam pengambilan sampel, antara lain terdapat beberapa toko yang telah ditunjuk menjadi tempat pengambilan sampel, sedang tutup atau tidak menjual kaptopril. Karena hal tersebut, peneliti mengganti toko tersebut dengan toko terdekat yang buka atau yang menjual kaptopril.


(43)

33 5.1. Simpulan

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan 73 sampel dari Pasar Pramuka yang kemudian dianalisis didapatkan bahwa 100% sampel kaptopril memenuhi standar panjang gelombang serapan maksimum kaptopril 231.8 nm dengan standar deviasi 2% dengan rentang normal 226.38-235.62 nm.

5.2. Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan kadar kaptopril dan penggunaan kromatografi untuk mengukur secara kuantitatif kandungan kaptopril dalam suatu obat.

International Pharmaceutical Manufacturers (IPMG) mulai melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang obat palsu melalui slogan “STOP dengan CINTA”. Supaya terhindar dari obat palsu (STOP) dengan cermati kemasan dan obatnya, ingat untuk merusak kemasan lama, niat hidup lebih sehat, tempat membeli obat di apotek, ajak semua untuk saling mengingatkan (CINTA).22 Diperlukan peran dari pemerintah untuk menciptakan sebuah gerakan bersama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya peredaran obat palsu.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992. ( Dipublikasi pada 2006, diakses pada September 2011). Didapat dari :

http://www.binfar.depkes.go.id/data/files/1203426275_PEDOMAN%20OBAT% 20BEBAS%20DAN%20BEBAS%20TERBATAS.pdf

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1010/Menkes/Per/XI/2008 tentang registrasi obat. 2008. (Dipublikasi pada 2008, diakses pada September 2011). Didapat dari :

http://www.depkes.go.id/downloads/Permenkes/registrasi_obat.pdf

3. The United States Trade Representative. National trade estimate report – Indonesia (internet). 2009. ( Dipublikasi pada 3/29/2009, diakses pada September 2011). Didapat dari :

http://www.ustr.gov/sites/default/files/uploads/reports/2009/NTE/asset_upload_file2 55_15479.pdf

4. World Health Organization. Quality assurance of pharmaceuticals: a compendium of guidelines and related materials, Vol 1. 1997.

5. Katzung, Bertram G. Farmakologi dasar dan klinik. Edisi VI. Jakarta: EGC; 1998.

6. Mycek MJ, Harvey R, Champe PC. Farmakologi. Edisi II. Jakarta: Widya Medika; 2001.

7. Moffat AC, Osselton MD, Widdop B. Clarke„s analysis of drug and poisons. 3th ed. London: Pharmaceutical Press; 2004.

8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 1995.

9. Ana. Apotek Rakyat, Mission Imposible? Majalah Farmacia [serial online] 2007 [cited 2011 September 14] Available from: URL: http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=468. 10.Goodman LS, Gilman A. Dasar Farmakologi Terapi Ed.10 Vol.2. Jakarta:


(45)

11.Rahardja T. Obat-obat penting. Edisi V. Jakarta: Gramedia; 2002. 12.Rahmawati F. Kajian retrospektif interaksi obat di Rumah Sakit

Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta. 2006.

13.Baxter K. Stockley‟s Drug Interactions Pocket Companion (Electronic Serial).London: Pharmaceutical Press; 2009.

14.Harkness R. Interaksi obat. Bandung: Penerbit ITB; 1989.

15.Khopkar SM. Konsep dasar kimia analitik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia; 1990.

16.Rohman A. Kimia farmasi analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2007. 17.Underwood A.L, R.A. Day JR. Analisis kimia kuantitatif. Jakarta: Penerbit

Erlangga; 2002.

18.Dahlan, Muhammad Sopiyudin. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika; 2009.

19.El-Enany Nahed, Belal Fathalla, Rizk Mohamed. Novel Spectrophotometric Method for the Assay of Captopril in Dosage Forms using 2,6-

Dichloroquinone-4-Chlorimide. International Journal of Biomedical Science ; 2008;4(2):147-154.

20.Ribeiro PRS, Pezza L, Pezza HR. A Simple Spectrophotometric Method For The Determination Of Captopril In Pharmaceutical Preparations Using Ammonium Molybdate. Brasil Journal Quimica Volume 35, number 3. 2010.

21.Manik UC. Penetapan Kadar Kaptropril Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet. 2008. ( Dipublikasi pada 2010, diakses pada September 2011). Didapat dari :

http://www.researchgate.net/publication/43605416_Penetapan_Kadar_Kaptro pril_Dalam_Sediaan_Tablet_Secara_Spektrofotometri_Ultraviolet

22.International Pharmaceutical Manufacturers Group. Obat palsu (serial online). 2009. Didapat dari:


(46)

Lampiran 1 Hasil Uji Statistik Menggunakan SPSS 16.0

Hasil Uji Statistik

Statistics Peak 1

N Valid 73

Missing 0

Mean 231.8

Std. Deviation 1.173

Minimum 229.4

Maximum 234.6

Statistics Mean Panjang Gelombang

N Valid 73

Missing 0

Mean 232.53

Std. Deviation 1.50

Minimum 230.1

Maximum 234.8

Statistics Peak 2

N Valid 73

Missing 0

Mean 233.25

Std. Deviation 1.729

Minimum 229.6


(47)

Statistics Mean Panjang Gelombang

N Valid 73

Missing 0

Mean 232.53

Std. Deviation 1.50

Minimum 230.1

Gambaran Hasil Analisis Panjang Gelombang Serapan Maksimum Sampel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Memenuhi Standar 73 100.0 100.0 100.0

Lampiran 2

Contoh Hasil Pembacaan Spektrofotometer


(48)

(49)

(50)

(Lanjutan) Contoh Hasil Pembacaan Spektrofotometer

Contoh Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kaptopril Sampel 3 pada running pertama


(51)

(Lanjutan) Contoh Hasil Pembacaan Spektrofotometer


(52)

(Lanjutan) Contoh Hasil Pembacaan Spektrofotometer

Contoh Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kaptopril Sampel 3 pada running kedua


(53)

(Lanjutan) Contoh Hasil Pembacaan Spektrofotometer


(54)

Lampiran 3 Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PERSONAL DATA

Nama : Anaytullah

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 7 Maret 1990

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Olahraga I No. 24 Rt.007 Rw.015 Kramat Jati

Jakarta Timur

Nomor Telepon/HP : 085691085867

Email : anay379@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1996-2002 : SDN Cililitan 01 Pagi Jakarta Timur 2002-2005 : Global Islamic School Junior High 2005-2008 : Global Islamic School Senior High

2008- sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta PENGALAMAN ORGANISASI

2009-2010 : Center For Indonesian Medical Student Activities (SCORA)


(1)

(2)

40

(Lanjutan) Contoh Hasil Pembacaan Spektrofotometer

Contoh Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kaptopril Sampel 3 pada running pertama


(3)

(4)

42

(Lanjutan) Contoh Hasil Pembacaan Spektrofotometer

Contoh Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kaptopril Sampel 3 pada running kedua


(5)

(6)

44

Lampiran 3 Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PERSONAL DATA

Nama : Anaytullah

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 7 Maret 1990

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Olahraga I No. 24 Rt.007 Rw.015 Kramat Jati

Jakarta Timur

Nomor Telepon/HP : 085691085867

Email : anay379@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1996-2002 : SDN Cililitan 01 Pagi Jakarta Timur 2002-2005 : Global Islamic School Junior High 2005-2008 : Global Islamic School Senior High

2008- sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta PENGALAMAN ORGANISASI

2009-2010 : Center For Indonesian Medical Student Activities (SCORA)