PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM.

(1)

Nurpertiwi, Tresnawaty. 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA

PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kimia

Oleh:

Tresnawaty Nurpertiwi 1002422

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


(2)

Nurpertiwi, Tresnawaty. 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK

TWO-TIER

MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI

MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI

HIDROLISIS GARAM

Oleh

Tresnawaty Nurpertiwi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Tresnawaty Nurpertiwi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

Nurpertiwi, Tresnawaty. 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

TRESNAWATY NURPERTIWI

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA

PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. H. Sjaeful Anwar NIP : 196208201987031002

Pembimbing II

Dr. Nahadi, M.Pd., M.Si. NIP : 197102041997021002

Mengetahui,


(4)

Nurpertiwi, Tresnawaty. 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dr. H. Ahmad Mudzakir, M.Si. NIP : 196611211991031002


(5)

Nurpertiwi, Tresnawaty. 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice untuk Mendeteksi Miskonsepsi Siswa SMA pada Materi Hidrolisis Garam”. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi masalah rendahnya penguasaan konsep sains dan miskonsepsi siswa SMA. Miskonsepsi pada suatu materi merupakan salah satu kendala yang dapat mengurangi efektifitas pembelajaran, khususnya miskonsepsi pada materi kimia. Oleh karena itu, diperlukan suatu alat ukur yang dapat mendiagnosis miskonsepsi yang dialami siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat tes diagnostik two-tier multiple choice yang dapat mendeteksi miskonsepsi siswa SMA pada materi hidrolisis garam. Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Secara keseluruhan, penelitian ini melibatkan 37 siswa untuk tahap tes essay, 40 siswa untuk tahap tes pilihan ganda beralasan bebas, 40 siswa untuk uji reliabilitas dan 80 siswa untuk uji coba soal two-tier. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode Research and Development (R&D). Berdasarkan uji validitas, diperoleh 30 butir soal yang memenuhi kriteria validitas. Dari 30 soal yang valid, terdapat 10 soal yang memiliki konsep sama sehingga hanya 20 soal yang di ujicobakan. Berdasarkan uji reliabilitas, butir soal yang dikembangkan termasuk ke dalam reliabilitas dengan kategori tinggi dengan nilai reliabilitas sebesar 0,77. Miskonsepsi siswa SMA pada materi hidrolisis garam yang terdeteksi dengan tes diagnostik two-tier multiple choice yang dikembangkan, yaitu sebanyak 65 macam miskonsepsi. Dari penelitian ini diperoleh persentase miskonsepsi pada lima sub pokok materi hidrolisis garam yaitu konsep hidrolisis garam (64,12%), sifat larutan garam yang terhidrolisis(56,25%), pH larutan garam yang terhidrolisis (35,17%), hubungan Kh, dengan Kw, Ka dan Kb (39,58%) serta hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari (20%). Hasil dari analisis miskonsepsi siswa ini dapat di gunakan sebagai referensi guru kimia untuk mendeteksi miskonsepsi siswa pada materi hidrolisis garam dalam kelas.


(6)

Nurpertiwi, Tresnawaty. 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

The title of this research is “Development of Two-Tier Multiple Choice Diagnostic Test Instrument for detectyng Senior High School Students’ Misconceptions”. This study is aim for solving low mastery in science concept and misconceptions among high school students. Misconceptions is one of the obstacles that may reduce the effectiveness of learning, particularly misconception in chemistry. Because of that teacher need an instrument which is can diagnostic students‟ misconceptions. The purpose of this research is to produce two-tier diagnostic instrument which is able to detect misconception in salt hydrolysys concept among senior high school students. This research occur at one of Senior High School in Bandung. This instrument is developed in three steps, consist of 37 students for essay test, 40 student for multiple choice qustion with free reason, 40 students for reliability test and 80 students for two-tier test. The metode of this research is Research and Development (R&D). Result of validity test show that 30 questions are valid. From 30 questions which are valid, there are 10 questions have same concept so only 20 questions of two-tier test are tried. Reliability test which are analyzed by KR20 is 0,77 and belong to high criteria. Students‟ misconceptions of salt hydrolysis topic that investigated in salt hydrolysis diagnostic test two-tier multiple choice is 65 misconceptions. The data of students‟ misconceptions from five sub concept in salt hydrolysis topic including hydrolysis concept (64,12%), characteristic of salt hydrolysis concept (56,25%), determining the pH of salt hydrolysis concept (35,17%), the relation between Kh, with Kw, Ka and Kb concept (39,58%), and salt hydrolysis in daily life concept (20%). The results of analysis in students„ misconception could be used as references for chemistry teachers for identifying students„s misconception in classroom.


(7)

Nurpertiwi, Tresnawaty. 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengembangan Tes ... 9

B. Tes Diagnostik ... 13

C. Tes Two-Tier ... 15

D. Miskonsepsi ... 16

E. Miskonsepsi pada Materi Hidrolisis Garam ... 19

F. Tinjauan Materi Hidrolisis Garam ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 30

B. Metode Penelitian ... 30

C. Definisi Operasional ... 35

D. Prosedur Penelitian ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 38

F. Teknik Pengolahan Data ... 39


(8)

Nurpertiwi, Tresnawaty. 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Proses Pengembangan Tes Diagnostik Two-tier berdasarkan Data

Hasil Tes Essay dan Pilihan Ganda Beralasan Bebas ... 44

B. Validitas dan Reliabilitas Butir Soal ... 49

C. Miskonsepsi yang dialami Siswa pada Materi Hidrolisis Garam ... 52

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 92

B. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 97


(9)

Nurpertiwi, Tresnawaty. 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Nilai Minimum CVR ... 12

2.2 Kriteria Reliabitas Soal... 13

3.1 Kemungkinan Pola Jawaban Siswa... 42

3.2 Klasifikasi Jawaban Siswa ... 43

4.1 Pemetaan Kontribusi Jawaban Tes Essay ……….. 46

4.2 Pemetaan Kontribusi Jawaban Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas…….. 47

4.3 Nilai CVR Setiap Butir Soal yang dikembangkan pada Materi Hidrolisis Garam... 49

4.4 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal 1 ... 53

4.5 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 1 ... 54

4.6 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal 2 ... 55

4.7 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 2 ... 55

4.8 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal 3 ... 56

4.9 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 3 ... 57

4.10 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal 4 ... 58

4.11 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 4 ... 58

4.12 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal 5 ... 59

4.13 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 5 ... 60

4.14 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal 6 ... 61

4.15 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 6 ... 62

4.16 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal 7 ... 63

4.17 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 7 ... 63

4.18 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal 8 ... 64

4.19 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 8 ... 65

4.20 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal 9 ... 65

4.21 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 9 ... 66

4.22 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal 10 ... 67

4.23 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 10 ... 68

4.24 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal 11 ... 69

4.25 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 11 ... 70

4.26 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal 12 ... 71

4.27 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 12 ... 71


(10)

Nurpertiwi, Tresnawaty. 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel Halaman

4.29 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 13 ... 73

4.30 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal 14 ... 74

4.31 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 14 ... 75

4.32 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal 15... 76

4.33 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 15... 77

4.34 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal 16... 77

4.35 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 16 ... 78

4.36 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal 17... 79

4.37 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 17... 79

4.38 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal 18... 81

4.39 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 18... 81

4.40 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal 19... 82

4.41 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 19... 83

4.42 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal 20... 83

4.43 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 20... 84


(11)

Nurpertiwi, Tresnawaty. 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Langkah-langkah penggunaan metode R&D yang dilakukan 31

3.2 Diagram pengembangan butir soal two-tier 33

3.3 Alur Penelitian ... 36 4.1 Persentase Siswa yang mengalami Miskonsepsi pada Materi


(12)

Nurpertiwi, Tresnawaty. 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN

A.1 Kisi-kisi Tes Essay ... 97

A.2 Kisi-kisi Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas ... 100

A.3 Kisi-kisi Tes Two-tier ... 108

A.4 Hasil Validasi Tes Essay oleh Ahli ... 117

A.5 Soal Tes Essay yang telah direvisi ... 123

A.6 Hasil Validasi Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas ... 124

A.7 Soal Pilihan Ganda Beralasan Bebas ... 136

A.8 Hasil Validasi Tes Two-Tier ... 140

A.9 Soal Tes Two-Tier ... 156

LAMPIRAN B PENGOLAHAN DATA B.1 Pengolahan Data Hasil Validasi ... 161

B.2 Perhitungan Reliabilitas Soal ... 164

B.3 Rekapitulasi Hasil Tes Essay ... 167

B.4 Rekapitulasi Hasil Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas ... 171

B.5 Rekapitulasi Hasil Tes Two-Tier ... 183

B.6 Kriteria Identifikasi Miskonsepsi ... 203

LAMPIRAN C DOKUMENTASI PENELITIAN C.1 Foto-foto Penelitian ... 223

C.2 Surat Izin Penelitian ... 224


(13)

Nurpertiwi, Tresnawaty. 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM


(14)

Nurpertiwi, Tresnawaty. 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kimia merupakan mata pelajaran yang sarat dengan konsep, mulai dari konsep yang sederhana sampai konsep yang lebih kompleks dan dari konsep yang konkret sampai konsep yang abstrak. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan pemahaman yang benar terhadap konsep dasar yang membangun konsep-konsep kimia tersebut. Banyak di antara siswa yang sering kali memaknai konsep yang kompleks menjadi konsep yang membingungkan dan menyebabkan siswa kesulitan dalam mengaitkan konsep yang satu dengan konsep yang lainnya secara utuh dan benar (Gusbandono dkk., 2013).

Konsep yang kompleks dan abstrak dalam ilmu kimia menjadikan siswa beranggapan bahwa pelajaran kimia merupakan pelajaran yang sulit. Penguasaan konsep-konsep yang abstrak memiliki kesulitan yang lebih tinggi karena pemahaman konsep abstrak memerlukan daya nalar yang lebih kuat untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak dapat diamati secara langsung (Dewi, 2009). Siswa memerlukan bantuan yang tepat dan cepat, agar kesulitan yang mereka hadapi dapat segera teratasi. Agar bantuan yang diberikan dapat berhasil dan efektif, terlebih dahulu guru harus memahami letak kesulitan dan miskonsepsi yang dialami siswa.

Miskonsepsi (Hammer, 1996) merupakan pemahaman konsep yang terdapat di dalam pikiran siswa yang bertentangan dengan konsep ilmiah, yang dipengaruhi oleh pengalaman siswa. Miskonsepsi dapat terjadi jika pemahaman konsep kimia siswa tidak utuh. Ketidakutuhan pemahaman konsep siswa berkaitan dengan adanya konsepsi awal saat siswa memulai proses pembelajaran. (Ausubel dalam Tüysüz, 2009).

Seorang guru dituntut untuk mencari solusi untuk dapat meminimalkan atau memperkecil kesulitan dan miskonsepsi yang dialami siswa, sehingga tujuan dari pembelajaran bisa tercapai. Untuk bisa menemukan solusi tersebut seorang


(15)

2

guru harus terlebih dahulu mengetahui sejauh mana pemahaman konsep siswa dan dimana letak miskonsepsinya sehingga dapat melakukan tindak lanjut dari informasi yang diperoleh. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu alat diagnostik yang dapat mendeteksi miskonsepsi siswa agar guru dapat membuat solusi-solusi dalam menyelesaikan masalah kesulitan belajar dan miskonsepsi siswa tersebut.

Dalam suatu kelas, seorang guru selalu berhadapan dengan sejumlah murid yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk memberikan kesempatan perkembangan potensi dan kemampuannya secara optimal, seorang guru perlu memiliki kemampuan atau ketrampilan untuk melaksanakan diagnosis dan perbaikan belajar. Dalam hal diagnosis, tugas guru sama dengan tugas seorang dokter. Bedanya, dokter menunggu pasien yang datang karena sakit sedangkan guru tidak menunggu, melainkan mendekati murid yang menunjukkan gejala yang kurang beres. Dari hasil pemeriksaan guru kemudian menentukan

“penyakit“ anak dan memberikan pengobatan berupa perbaikan dalam cara

mengajar (Nasution, 1997).

Keabstrakan materi yang ada pada ilmu kimia merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang membuat siswa kesulitan dalam memahami materi kimia dan mengalami miskonsepsi khususnya materi hidrolisis garam. Kesulitan siswa dalam memahami materi ini berdampak besar pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan atau menjawab soal-soal pada materi tersebut. Evaluasi pembelajaran sangat penting untuk dikembangkan dalam dunia pendidikan. Menurut Arikunto (2012) seorang guru harus sekali-kali memberikan tes diagnostik untuk mengetahui bagian mana yang belum dikuasai oleh siswa dan mendeteksi apa sebab siswa tersebut belum menguasai bahan. Pengembangan alat evaluasi tidak hanya terbatas pada alat evaluasi yang dapat mengukur hasil belajar siswa saja. Saat ini alat evaluasi pembelajaran yang sedang banyak dikembangkan berupa evaluasi diagnostik yaitu alat untuk mengetahui kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran. Salah satu kesulitan belajar yang dialami siswa diantaranya ketika siswa mengalami miskonsepsi (Sari, 2013).


(16)

3

Menurut Dahar (2006) miskonsepsi bersifat pribadi, dalam suatu kelas siswa akan memberikan berbagai interpretasi menurut caranya sendiri. Dengan demikian, siswa perlu dituntun untuk mencari konsepnya sendiri sesuai dengan logika berpikir siswa dengan tidak keluar dari ranah materi yang ada. Miskonsepsi terbukti dapat bertahan dan mengganggu belajar seterusnya sehingga sangatlah penting untuk meluruskan miskonsepsi siswa agar pemahaman siswa menjadi benar dan tidak akan menimbulkan kesukaran dalam mempelajari konsep-konsep terkait. Namun untuk meluruskan miskonsepsi, guru terlebih dahulu harus mengetahui miskonsepsi yang dialami siswa. Beberapa cara untuk mengetahui pemahaman konsep siswa diantaranya adalah dengan penggunaan peta konsep, wawancara dan tes diagnostik two-tier multiple choice (Tüysüz, 2009).

Tes diagnostik merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dialami siswa (Arikunto, 2012). Instrumen tes diagnostik two-tier multiple choice digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang konsep-konsep kimia dan sebagai alat untuk mendiagnosis penyebab rendahnya hasil belajar siswa (Candrasegaran dkk., 2007). Tan dkk., (2005) menjelaskan bahwa dalam instrumen tes diagnostik two-tier multiple choice terdapat dua bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan yang mengandung berbagai pilihan jawaban, bagian ke dua berisi alasan-alasan yang mengacu pada jawaban-jawaban yang terdapat pada bagian pertama. Hal ini menjadikan instrumen diagnostik lebih efektif dalam memberikan pengetahuan sebagai alasan yang mendasari jawaban siswa.

Tes diagnostik dengan pertanyaan two-tier memiliki kelebihan daripada pilihan ganda one-tier yaitu penurunan kesalahan pengukuran dan siswa harus mengetahui penjelasan tentang konsep yang telah dipilihnya pada tingkat pertama. Pada pilihan ganda one-tier dengan empat pilihan jawaban yang mungkin, terdapat kemungkinan 25% siswa menjawab benar dengan cara menebak. Sedangkan pada pilihan ganda two-tier dengan empat pilihan jawaban dan empat alasan kemungkinan siswa menebak jawaban yang benar hanya 6,25%.


(17)

4

Materi yang dipilih dalam penelitian pengembangan tes diagnostik two-tier multiple choice ini adalah hidrolisis garam. Salirawati (2010) mengungkapkan bahwa siswa sering mengalami kesulitan belajar dan miskonsepsi pada konsep-konsep kimia seperti pada pokok materi tatanama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya, kesetimbangan kimia, ikatan kimia, struktur atom, hukum-hukum dasar kimia, serta pada materi hidrolisis garam. Pada penelitian terhadap hasil belajar siswa yang dilakukan oleh Selviyanti (2009) menunjukkan hampir separuh siswa (35,9%) memiliki pemahaman sebagian dengan kecenderungan miskonsepsi mengenai level mikroskopik pada materi hidrolisis garam. Sedangkan dari hasil penelitian Nuraeni (2008) diperoleh hanya 8,9% siswa SMA di Bandung yang mampu menuliskan dan menggambarkan level mikroskopik hidrolisis garam dan hanya 44,7% siswa yang mampu menyelesaikan soal kimia level simbolik pada materi hidrolisis garam (Shofiawati, 2010). Materi hidrolisis garam mempunyai prasyarat konsep yang cukup tinggi yaitu kesetimbangan kimia, konsep asam dan basa, serta konsep perhitungan baik perhitungan dasar maupun logaritma. Kondisi ini menyebabkan tingkat kesulitan materi hidrolisis garam cukup tinggi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ayas dan Demircioğlu (2005), ditemukan banyaknya siswa yang memiliki miskonsepsi pada materi hidrolisis garam. Astuti (2012) juga mengungkapkan bahwa persentase tingkat pemahaman siswa yaitu hanya terdapat 32,22 % siswa yang memahami secara utuh materi hidrolisis garam, 32,72 % siswa mengalami miskonsepsi, 33,95% siswa tidak memahami dan 1,11 % siswa memahami sebagian. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) juga mengungkapkan bahwa data kesalahpahaman siswa dari lima konsep utama yang diteliti dalam hidrolisis garam yaitu konsep definisi hidrolisis garam (26,06%), pembentukan hidrolisis garam (27,07%), menentukan pH hidrolisis garam (23,54%), hubungan antara Kh dengan Kw, Ka, dan konsep Kb (29,72%), dan hidrolisis garam dalam konsep kehidupan sehari-hari (25,76%). Kholidinata (2013) juga menjelaskan bahwa pemahaman siswa tentang konsep-konsep inti dari materi hidrolisis garam masih rendah, siswa bisa menghitung pH suatu larutan garam yang merupakan level simbolik dengan


(18)

5

benar, tetapi tidak memahami secara utuh makna keterkaitannya dengan level makroskopik dan sub-mikroskopik dari nilai pH tersebut. Hal ini yang mengakibatkan banyaknya timbul miskonsepsi dan kesulitan belajar pada siswa. Guru harus mengetahui miskonsepsi apa saja yang dialami siswa sehingga dapat meluruskan miskonsepsi yang telah terjadi dan merancang suatu strategi pembelajaran yang tepat sehingga tidak ada lagi miskonsepsi yang berkelanjutan.

Permasalahan dalam pokok bahasan hidrolisis garam dalam mata pelajaran kimia harus mendapatkan perhatian, hal ini disebabkan konsep ini berhubungan erat dan saling mengisi terhadap pokok bahasan lainnya. Ini berarti konsep dasar hidrolisis garam menjadi salah satu kunci utama bagi siswa untuk mampu memahami kimia sehingga pemahaman konsep materi hidrolisis garam harus utuh. Selain itu, dalam topik ini penguasaan konsep asam basa juga harus dikuasai dengan baik. Namun pada kenyataannya, dalam memahami konsep asam basa tersebut siswa masih banyak mengalami miskonsepsi (Lestari, 2014).

Tes diagnostik two-tier multiple choice telah dikembangkan dan digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa pada beberapa ilmu sains seperti biologi, kimia dan fisika. Penelitian mengenai tes diagnostik two-tier multiple choice telah dikembangkan pada beberapa pokok bahasan kimia, seperti pokok bahasan ikatan kimia oleh Peterson dan Treagust (1999), energi ionisasi oleh Tan dkk., (2005), dan reaksi kimia oleh Chandrasegaran dkk., (2007). Di Indonesia, penelitian mengenai pengembangan two-tier multiple choice untuk mendeteksi miskonsepsi telah dikembangkan dalam beberapa materi kimia, diantaranya pada materi larutan penyangga, laju reaksi, stoikiometri, hidrokarbon, serta asam basa (Fauziah, 2013; Sari, 2013; Anugrah, 2013; Annisa, 2013; Lestari, 2014). Sedangkan pengembangan instrumen tes diagnostik two-tier multiple choice untuk mendeteksi miskonsepsi pada materi hidrolisis garam belum tersedia.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian mengenai “Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice untuk Mendeteksi Miskonsepsi Siswa SMA pada Materi Hidrolisis Garam” perlu dilakukan dengan harapan instrumen


(19)

6

yang dihasilkan dapat menjadi instrumen diagnostik yang dapat mendeteksi miskonsepsi siswa pada materi hidrolisis garam.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang penelitian, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

Salah satu materi yang potensial untuk terjadinya miskonsepsi adalah materi hidrolisis garam. Miskonsepsi yang terjadi pada materi hidrolisis garam harus dapat dideteksi agar guru dapat segera meremediasi miskonsepsi tersebut. Oleh karena itu, penelitian dalam rangka mengembangkan tes diagnostik two-tier untuk mendeteksi miskonsepsi siswa pada materi hidrolisis garam perlu untuk dilakukan.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengembangan tes diagnostik two-tier multiple choice yang dapat mendeteksi miskonsepsi siswa SMA pada materi hidrolisis garam?”

Rumusan masalah diatas dapat dijabarkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut :

1. Bagaimana proses pengembangan tes diagnostik two-tier multiple choice berdasarkan data hasil tes essay dan pilihan ganda beralasan bebas?

2. Apakah instrumen two-tier multiple choice yang dikembangkan telah memenuhi kriteria kelayakan dilihat dari validitas dan reliabilitasnya? 3. Miskonsepsi apa saja yang dialami siswa SMA tentang materi hidrolisis

garam yang dapat dideteksi melalui instrumen tes diagnostik two-tier multiple choice yang telah dikembangkan?

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut ini:

1. Validitas yang digunakan yaitu validitas isi dengan metode CVR (Content Validity Ratio) dan penentuan nilai mean.


(20)

7

2. Reliabilitas yang digunakan yaitu koefisien konsistensi internal dengan KR20 (Kuder-Richardson)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menghasilkan instrumen tes diagnostik two-tier multiple choice untuk materi hidrolisis garam.

2. Mengetahui kualitas instrumen two-tier multiple choice yang dikembangkan berdasarkan validitas dan reliabilitasnya.

3. Mendeteksi miskonsepsi siswa pada materi hidrolisis garam dari hasil tes two-tier.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Bagi siswa, tes diagnostik dapat menjadi sarana untuk mengetahui

miskonsepsi yang dialami pada materi hidrolisis garam.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tes diagnostik yang dapat dilakukan sendiri oleh guru pada materi hidrolisis garam sehingga kualitas proses pembelajaran dapat ditingkatkan.

3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Penulisan skripsi ini terdiri dari beberapa bagian yaitu pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan dan saran.

Bab I berisi pendahuluan. Pendahuluan memuat latar belakang penelitian yang berfungsi untuk menjelaskan alasan mengapa masalah itu di teliti. Identifikasi dan perumusan masalah yang dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya tentang masalah penelitian. Pembatasan masalah agar penelitian lebih terarah. Tujuan penelitian


(21)

8

menyajikan hasil yang ingin dicapai. Manfaat penelitian yang dilakukan serta struktur organisasi skripsi yang berisi urutan penulisan dari setiap bab.

Bab II berisi kajian pustaka. Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun rumusan masalah dan tujuan penelitian. Kajian pustaka yang dibahas dalam skripsi ini yaitu tentang pengembangan tes, tes diagnostik, tes two-tier, miskonsepsi, miskonsepsi pada materi hidrolisis garam dan tinjauan materi hidrolisis garam.

Bab III berisi metode penelitian. Metode penelitian menguraikan secara rinci mengenai prosedur penelitian yang dilakukan. Komponen dari metode penelitian terdiri dari lokasi penelitian, subyek penelitian, instrumen penelitian, penjelasan istilah, prosedur penelitian, teknik pengolahan data serta analisis data penelitian.

Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini menjelaskan hasil pengembangan tes dan hasil ujicoba produk yaitu hasil analisis data tes two-tier yang digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa. Dalam bab ini dipaparkan data hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi validitas, reliabilitas, serta miskonsepsi yang dialami siswa pada materi hidrolisis garam yang terdiri atas diagnosis miskonsepsi siswa pada materi hidrolisis garam dan miskonsepsi siswa yang terdeteksi pada tes two-tier.

Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan. Saran secara umum menyangkut perbaikan hasil dari penelitian ini, penulisan saran dapat ditujukan kepada para pembuat kebijakan, praktisi pendidikan, ataupun kepada penelitian berikutnya.

Daftar pustaka memuat semua sumber yang digunakan dalam penulisan skripsi. Lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian.


(22)

Nurpertiwi, Tresnawaty. 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Subjek penelitian berupa instrumen tes diagnostik yang dikembangkan. Subjek ini diuji validitasnya dengan menggunakan metode CVR dan diuji reliabilitasnya berdasarkan perhitungan KR20. Miskonsepsi dapat terdeteksi oleh subjek penelitian dengan cara menganalisis jawaban siswa yang telah mempelajari materi hidrolisis garam. Secara keseluruhan, penelitian ini melibatkan 37 siswa untuk tahap tes essay, 40 siswa untuk tahap tes pilihan ganda beralasan bebas, 40 siswa untuk uji reliabilitas dan 80 siswa untuk uji coba soal two-tier.

B. Metode Penelitian

Metode pada penelitian ini didasari oleh metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2010), metode R&D adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Dalam Sugiyono (2010), langkah-langkah penelitian dan pengembangan terdiri atas sepuluh tahap, yaitu:

1. Potensi dan Masalah 6. Ujicoba Produk 2. Pengumpulan Informasi 7. Revisi Produk 3. Desain Produk 8. Ujicoba Pemakaian 4. Validasi Desain 9. Revisi Produk 5. Revisi Desain 10. Produksi Masal

Pada penelitian ini, langkah-langkah penggunaan metode Research and Development (R&D) tidak seluruhnya dilakukan. Langkah yang dilakukan pada penelitian ini hanya sampai langkah ujicoba terbatas. Secara garis besar langkah penelitian yang dikembangkan meliputi:


(23)

31

Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan metode R&D yang dilakukan

1. Tahap Potensi dan Masalah

Tahap potensi dan masalah yaitu latar belakang dilakukannya penelitian pengembangan instrumen tes diagnostik two-tier untuk mendeteksi miskonsepsi siswa SMA pada materi hidrolisis garam ini. Potensi dalam penelitian ini yaitu adanya tes diagnostik two-tier yang efektif untuk mengetahui pemahaman siswa (Candrasegaran,dkk. 2007) sedangkan masalah yang terdapat dalam penelitian ini yaitu miskonsepsi yang terjadi pada materi hidrolisis garam harus dapat dideteksi agar guru dapat segera meremediasi miskonsepsi tersebut.

2. Tahap Pengumpulan Informasi

Hasil dari studi kepustakaan tentang tes diagnostik, ditemukan bahwa terdapat beberapa jenis tes diagnostik, diantaranya peta konsep (Novak dalam Tuysuz,

POTENSI DAN MASALAH

Adanya instrumen tes diagnostik two -tier yang efektif untuk mengukur pemahaman siswa dan terdapat miskonsepsi pada materi hidrolisis garam

PENGUMPULAN INFORMASI

Studi kepustakaan mengenai tes diagnostik, miskonsepsi, tes two-tier dan hidrolisis garam serta analisis kompetensi dasar materi hidrolisis garam

DESAIN PRODUK

Perancangan instrumen tes two-tier mulai dari penyusunan tes essay untuk pilihan jawaban dan tes pilihan ganda untuk pilihan alasan

VALIDASI DESAIN

Tahap untuk menilai produk yang dirancang yaitu instrumen tes two-tier

REVISI DESAIN

Tahap perbaikan produk yang dirancang

UJICOBA PRODUK


(24)

32

2009), tes lisan (Carr dalam Tuysuz, 2009) dan tes diagnostik pilihan ganda two-tier (Treagust dalam Tuysuz, 2009).

Penentuan lingkup materi dilakukan pada tahap studi kepustakaan tentang materi hidrolisis garam. Berdasarkan standar isi, standar kompentensi yang harus siswa miliki terkait hidrolisis garam yaitu memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran, dan terapannya.dalam kehidupan. Sedangkan kompetensi dasar yang harus siswa miliki yaitu menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan garam tersebut.

Peneliti menerjemahkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut ke dalam lingkup materi hidrolisis garam yang akan menjadi fokus dalam instrumen tes diagnostik two-tier. Lingkup materi hidrolisis garam berkaitan tentang konsep hidrolisis garam, Sifat larutan garam yang terhidrolisis, menghitung pH larutan garam yang terhidrolisis, hubungan Kh, dengan Kw, Ka dan Kb serta hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil kajian ruang lingkup materi maka dihasilkan 20 konsep kemudian dilakukan penyusunan soal essay sebanyak 37 soal. Proses selanjutnya yang dilakukan, yaitu mengembangkan tes diagnostik two-tier.

3. Tahap Desain Produk

Adapun tahap-tahap dalam desain produk yaitu, Tahap pertama: tes essay

Dari hasil analisis kompetensi dasar diperoleh 37 soal yang siap untuk di validasi oleh lima orang ahli dan direvisi. Soal tes essay yang valid yaitu sebanyak 35 soal. Tes essay diberikan kepada 37 orang siswa. Berdasarkan hasil analisis terhadap jawaban tes essay diperoleh pilihan pengecoh pada tingkat pertama.

Tahap kedua: tes pilihan ganda alasan bebas

Hasil tes essay dikembangkan menjadi soal pilihan ganda alasan bebas. Jawaban dari pertanyaan tes essay pada tahap pertama kemudian digunakan sebagai referensi untuk menyusun pilihan jawaban pada soal pilihan ganda. Pengecoh dalam pilihan jawaban soal pilihan ganda tersebut berasal dari


(25)

jawaban-33

jawaban siswa yang kurang tepat. Setelah itu, soal pilihan ganda beralasan di-validasi oleh lima orang ahli dan direvisi. Soal pilihan ganda alasan bebas yang valid yaitu sebanyak 32 soal. Tes pilihan ganda alasan bebas diberikan kepada 40 orang siswa. Siswa diminta untuk memilih jawaban yang paling tepat untuk setiap pertanyaan dan kemudian memberikan penjelasan atas pilihan jawaban mereka secara bebas.

Tahap ketiga: tes two-tier

Data yang diperoleh dari hasil tes pilihan ganda dengan alasan bebas dianalisis dan dikembangkan menjadi soal two-tier, tingkat pertama untuk representasi jawaban mereka dan tingkat kedua untuk penjelasan dari jawaban mereka. Pengecoh pada pilihan tingkat kedua berasal dari alasan yang didapatkan pada tes pilihan ganda alasan bebas. Instrumen tes two-tier kemudian divalidasi oleh lima orang ahli yaitu dosen kimia. Soal two-tier yang valid yaitu sebanyak 30 soal kemudian dilakukan revisi. Dari 30 soal yang valid, terdapat 10 soal yang memiliki konsep sama sehingga hanya 20 soal yang di ujicobakan. Uji reliabilitas diberikan kepada 40 orang siswa.

Gambar 3.2 Diagram pengembangan butir soal two-tier Ion berikut dapat mengalami hidrolisis dalam air, kecuali ….

A. Na+ B. NH4+

C. CN– D. CH3COO

-Alasan :

1. Asam konjugasi yang bersifat lebih kuat dari air tidak dapat terhidrolisis.

2. Basa konjugasi yang bersifat lebih kuat dari air tidak dapat terhidrolisis.

3. Asam konjugasi yang bersifat lebih lemah dari air tidak dapat terhidrolisis.

4. Basa konjugasi yang bersifat lebih lemah dari air tidak dapat terhidrolisis.

Tier kedua disusun dari hasil tes pilihan

ganda. Tier pertama

disusun dari hasil tes essay.


(26)

34

4. Tahap Validasi Desain

Butir soal yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan validasi desain yaitu tahap untuk menilai produk yang dirancang. Dalam penelitian ini, validasi yang dilakukan adalah validasi isi. Validiasi isi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara butir-butir soal yang telah dikembangkan dengan miskonsepsi. Butir soal dikatakan “sesuai” jika butir soal yang dikembangkan secara tepat dapat mendeteksi miskonsepsi. Validasi ini dilakukan oleh lima orang pakar yang sudah berpengalaman dalam bidangnya. Untuk validator berjumlah lima, nilai minimum CVR sebesar 0,99. Dengan demikian, untuk soal dengan nilai CVR sama dengan atau lebih dari 0,99 dikatakan memenuhi kriteria validitas isi dan untuk soal dengan nilai CVR kurang dari 0,99 dikatakan tidak memenuhi kriteria validitas isi. Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah validasi isi butir soal adalah menilai hasil validitas isi dengan cara menghitung nilai CVR setiap butir soal. Nilai CVR setiap butir soal dihitung berdasarkan pada persamaan Lawshe.

5. Tahap Revisi Desain

Tahap revisi desain yaitu tahap perbaikan produk yang dirancang. Dalam tahap ini setiap butir soal diperbaiki sesuai dengan masukan dari para ahli. Perbaikan butir soal meliputi perbaikan penulisan tanda titik, penggunaan bahasa dan kata yang kurang tepat, penulisan kata-kata yang salah dan rumusan konsep yang kurang tepat. Setelah mendapatkan masukan dan perbaikan berdasarkan hasil validasi, kemudian dilakukan pemilihan satu butir soal untuk satu konsep. Pemilihan butir soal dilakukan agar satu konsep hanya diidentifikasi miskonsepsinya dengan menggunakan satu soal. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir terjadinya data yang bias. Setelah dilakukan pemilihan butir soal, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas.

6. Tahap Ujicoba Produk

Pada tahap ini, butir soal two-tier yang telah memenuhi dari segi validitas dan reliabilitas, kemudian diaplikasikan kepada kelompok siswa yang berbeda dengan kelompok uji reliabilitas. Kelompok siswa uji coba berjumlah 80 siswa dan soal yang diuji coba berjumlah 20 butir soal (terlampir dalam lampiran A.9 halaman


(27)

35

156). Berdasarkan hasil tes two-tier, selanjutnya dilakukan analisis terhadap setiap pola respon jawaban siswa. Analisis tersebut mengacu pada kriteria identifikasi miskonsepsi yang dikembangkan. Berdasarkan kriteria identifikasi miskonsepsi tersebut, maka dapat diketahui siswa yang mengalami miskonsepsi dan tidak mengalami miskonsepsi. Selain itu, berdasarkan kriteria identifikasi miskonsepsi tersebut akan dapat diketahui miskonsepsi apa saja yang terdapat dalam pikiran siswa pada materi hidrolisis garam.

C. Definisi Operasional

Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Pengembangan Tes: Pengembangan tes adalah suatu proses perancangan alat ukur (tes) agar menjadi suatu alat ukur (tes) yang berkualitas (Firman, 2013) 2. Tes Diagnostik: Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui

kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat (Arikunto, 2012). 3. Tes two-tier: Tes two-tier adalah instrumen diagnostik yang terdiri dari bagian

pertama berisi pertanyaan yang mengandung berbagai pilihan jawaban, bagian ke dua berisi alasan-alasan yang mengacu pada jawaban-jawaban yang terdapat pada bagian pertama (Kim-Cwee Daniel Tan dkk., 2005)

4. Miskonsepsi: Miskonsepsi merupakan pemahaman konsep yang terdapat di dalam pikiran siswa yang bertentangan dengan konsep ilmiah, yang dipengaruhi oleh pengalaman siswa (Hammer,1996).

5. Hidrolisis garam: Hidrolisis garam adalah penguraian molekul air oleh kation atau anion garam membentuk ion H3O+ atau ion OH- (Whitten dkk., 2004)

C. Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap pendahuluan, tahap pengembangan soal two-tier, serta tahap analisis. Alur penelitian tersebut disajikan dalam bentuk bagan pada Gambar 3.3 sebagai berikut,


(28)

36

Gambar 3.3 Alur Penelitian

Analisis KD materi hidrolisis garam kelas XI SMA Studi kepustakaan tentang tes diagnostik, miskonsepsi, tes

two-tier dan hidrolisis garam

Ta

ha

p P

enda

huluan

Penyusunan tes essay Validasi oleh ahli Pelaksanaan tes essay Pembuatan soal pilihan

ganda beralasan bebas

Validasi oleh ahli Revisi

Revisi

Pelaksanaan tes pilihan ganda beralasan bebas Pembuatan soal two-tier

Uji reliabilitas

Ujicoba Produk (tes two-tier)

Revisi desain Ta ha p P enge mbang an so al tw o -ti er

Pengolahan data dan analisis hasil tes two-tier

Kesimpulan Ta ha p Ana li sis Validasi desain Pengumpulan Informasi Desain Produk


(29)

37

Alur penelitian di atas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Tahap Pendahuluan

Tahap ini adalah tahap pengumpulan informasi. Dalam tahap ini dilakukan dua langkah, yaitu :

a. Studi kepustakaan tentang tes diagnostik, miskonsepsi, tes two-tier dan materi hidrolisis garam merupakan pengumpulan informasi sebagai landasan dalam penelitian ini. Studi kepustakaan dilakukan dengan membaca dan mengkaji buku-buku sumber serta penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, baik penelitian dalam negeri maupun luar negeri.

b. Analisis kompetensi dasar materi hidrolisis garam merupakan pengumpulan informasi sebagai acuan untuk pembuatan tes essay.

2. Tahap Pengembangan Instrumen

Produk yang dikembangkan berupa butir soal tes diagnostik two-tier multiple choice. Dalam desain produk ini terdiri atas tiga tahap, yaitu :

a. Soal tes essay

Jawaban-jawaban yang diperoleh dari tes essay digunakan sebagai pilihan jawaban pada soal tahap dua (soal pilihan ganda beralasan).

b. Soal pilihan ganda beralasan bebas

Alasan-alasan yang diungkapkan oleh siswa akan dijadikan sebagai pilihan alasan pada soal tes diagnostik two-tier multiple choice.

c. Soal tes diagnostik two-tier multiple choice

Soal tes diagnostik two-tier multiple choice merupakan soal bertingkat dua. Tingkat pertama terdiri dari empat pilihan jawaban yang diperoleh dari tes essay

dan literature. Sedangkan tingkat kedua terdiri dari empat pilihan alasan yang mengacu pada jawaban pada tingkat pertama.

1) Uji Validitas

Butir soal yang telah dikembangkan, kemudian diuji validitasnya. Dalam penelitian ini, validasi yang dilakukan adalah validasi isi. Validiasi isi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara butir soal yang telah dikembangkan dengan


(30)

38

konsep target. Butir soal dikatakan “sesuai” jika butir soal yang dikembangkan secara tepat dapat mendeteksi miskonsepsi. Validasi isi dilakukan oleh para pakar dibidangnya. Pada penelitian ini, pakar yang melakukan validasi isi berjumlah 5 orang, yaitu lima orang pakar yang merupakan dosen pendidikan kimia.

2) Uji Reliabilitas

Butir soal yang diterima berdasarkan hasil perhitungan CVR, kemudian diujikan kepada 40 siswa untuk mengetahui nilai reliabilitasnya. Butir soal yang diuji untuk diketahui nilai reliabilitasnya berjumlah 20 soal (terlampir dalam lampiran A.9 halaman 156).

Sebelum dilakukan perhitungan nilai hasil uji reliabilitas, terlebih dahulu dilakukan penskoran pada setiap butir soal. Penskoran untuk setiap butir soal, yaitu dengan memberikan nilai 1 pada jawaban benar yaitu apabila siswa menjawab benar pada tingkat pertama dan kedua setiap butir soal dan nilai 0 pada jawaban yang salah yaitu apabila siswa menjawab benar hanya pada salah satu tingkat butir soal. Data hasil uji reliabilitas kemudian dihitung dengan menggunakan persamaan reliabilitas KR20 yang tercantum dalam bab 2 halaman 13. Berdasarkan nilai reliabilitas, kemudian dapat ditentukan ketegori reliabilitas dari keseluruhan butir soal yang telah dikembangkan.

3. Tahap Analisis

Pada tahap ini dilakukan analisis dan interpretasi data, sehingga diperoleh miskonsepsi apa saja dan persentase miskonsepsi siswa pada setiap konsep hidrolisis garam berdasarkan hasil tes two-tier hingga didapatkan kesimpulan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Soal tes essay

Isi pertanyaan tes essay dikembangkan dari hasil analisis kompetensi dasar. Instrumen tes essay digunakan untuk mengetahui jawaban-jawaban siswa yang dapat digunakan sebagai pengecoh dalam soal pilihan ganda. Data dari tes essay


(31)

39

2. Pilihan ganda beralasan bebas

Soal tes pilihan ganda adalah tahap kedua dari pengembangan tes two-tier. Pengecoh pada pilihan dikembangkan berdasarkan hasil tes essay. Soal pilihan ganda ini diberikan untuk mengetahui alasan siswa menjawab pilihan tersebut. Kemudian alasan dari jawaban siswa akan dikembangkan menjadi pilihan alasan pada tes two-tier.

3. Instrumen Validasi

Instrumen validasi yaitu instrumen berupa format validasi yang diberikan kepada para ahli untuk mengetahui validitas butir soal yang telah dikembangkan. Dalam penelitian ini, validasi yang dilakukan adalah validasi isi. Validitas isi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara butir soal yang telah dikembangkan dengan konsep target.

4. Tes Two-tier

Soal pilihan two-tier yang dikembangkan terdiri dari dua tingkat pilihan jawaban. Tingkat pertama terdiri dari empat pilihan jawaban dan tingkat kedua terdiri dari empat pilihan jawaban. Tes two-tier ini dilakukan untuk mendapatkan nilai reliabilitas soal.

E. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data terhadap instrumen yang digunakan termasuk juga soal two-tier yang dikembangkan dilakukan untuk menarik kesimpulan. Berikut dipaparkan teknik pengolahan datanya.

1. Data Hasil Tes Essay

Pada penelitian ini dilakukan tes essay yang merupakan bagian dari tahap pengembangan tes yaitu untuk menggali informasi dasar mengenai konsep siswa tentang materi hidrolisis garam.

Adapun langkah-langkah pengolahan data hasil tes essay dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(32)

40

b. Menyusun data hasil tes essay menjadi pilihan untuk soal pilihan ganda beralasan bebas.

2. Data Hasil Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas

Adapun cara mengolah data hasil tes pilihan ganda beralasan bebas adalah sebagai berikut :

a. Menganalisis hasil tes pilihan ganda beralasan bebas

b. Menyusun data jawaban alasan bebas siswa menjadi pilihan untuk tingkat kedua.

3. Uji Butir Soal Two-Tier

Setelah instrumen diagnostik two-tier disusun kemudian dilakukan uji coba. Hasil uji coba tersebut kemudian dilakukan analisis terhadap butir-butir soal two tier dengan uji validitas dan reliabilitasnya.

a. Validitas

Butir soal yang telah disusun kemudian diuji validitasnya. Pada tahap ini dilakukan validasi isi. Uji validitas yang dilakukan pada tahap ini adalah validitas isi dengan menggunakan metode CVR (Content Validity Ratio). Menurut Lawshe (1975) CVR merupakan sebuah pendekatan validitas isi untuk mengetahui kesesuaian item dengan domain yang diukur berdasarkan judgement para ahli. Setelah semua item mendapat skor, kemudian skor tersebut diolah. Nilai minimum CVR terdapat pada tabel 2.1 halaman 12.

1) Menghitung nilai CVR

ne = jumlah responden yang menyatakan Ya

N = total respon Ketentuan:

a) Saat kurang dari ½ total responden yang menyatakan Ya maka nilai CVR = - b) Saat ½ dari total responden yang menyatakan Ya maka nilai CVR = 0


(33)

41

c) Saat seluruh responden menyatakan Ya maka nilai CVR = 1 (nilai diatur menjadi 0.99 sesuai dengan jumlah responden)

d) Saat jumlah responden yang menyatakan Ya lebih dari ½ total responden maka nilai CVR berada pada rentang antara 0 – 0.99

2) Menghitung nilai CVI (indeks validitas konten)

Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR untuk pertanyaan yang dijawab Ya.

(Lawshe, 1975) 3) Menghitung nilai mean

Untuk mengukur nilai mean, maka berlaku ketentuan sebagai berikut : a) Saat responden menjawab „Ya‟ tanpa memberikan saran perbaikan nilainya=2.

Artinya, responden benar-benar yakin bahwa butir soal sesuai dengan domain yang diukur.

b) Saat responden menjawab „Ya‟ dengan memberikan saran perbaikan

nilainya=1. Artinya, responden menganggap butir soal sesuai dengan domain yang diukur, namun masih perlu terdapat perbaikan.

c) Saat responden menjawab „Tidak‟ nilainya= 0. Artinya, responden menganggap butir soal tidak sesuai dengan domain yang diukur.

4) Kriteria penentuan soal two-tier yang diterima

Soal two-tier yang diterima ialah soal yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Soal yang mempunyai nilai CVR ≥ 0.99 (hal ini disesuaikan dengan jumlah

responden)

b) Soal yang mempunyai nilai CVR antara 0 sampai dengan 0.99 dengan nilai mean ≥ 1.5


(34)

42

b. Reliabilitas

Reliabilitas terkait dengan konsistensi hasil pengukuran (Kusaeri dan Suprananto, 2012). Dalam menentukan reliabilitas soal two-tier digunakan acuan penilaian dengan ketentuan jika kedua tingkat soal two-tier dijawab dengan benar maka siswa mendapatkan skor 1 dan jika hanya salah satu tingkat yang benar maka siswa mendapatkan nilai 0 (Bayrak, 2013). Kriteria reliabilitas soal terdapat pada tabel 2.2 halaman 13.

Untuk mengetahui reliabilitas digunakan rumus KR20 (Kuder-richardson) sebagai berikut :

r =

[

]

Keterangan :

k = jumlah butir soal S2 =Variasi skor-skor tes

pi = proporsi respon betul pada suatu soal qi = proporsi respon salah pada suatu soal G. Analisis Data Hasil Tes Two-tier

Setelah dilakukan uji terhadap butir-butir soal two-tier kemudian dilakukan pengelompokkan jawaban siswa berdasarkan kemungkinan pola jawaban siswa menggunakan format seperti berikut,

Tabel 3.1 Kemungkinan Pola Jawaban Siswa Soal

(%) Jawaban siswa

untuk setiap pola respon

A.1 A.2 A.3 A.4 A.5

B.1 B.2 B.3 B.4 B.5

C.1 C.2 C.3 C.4 C.5

D.1 D.2 D.3 D.4 D.5

(Bayrak, 2013) Setiap kriteria pemahaman tersebut kemudian dihitung dalam bentuk persentasenya, dengan cara sebagai berikut :


(35)

43

Keterangan :

KTP = % kriteria nilai persen N = jumlah seluruh siswa

X = jumlah siswa yang menjawab

Berdasarkan hasil tes two-tier tersebut juga dapat diketahui tingkat pemahaman siswa pada tiap butir soal serta dapat didiagnosis kesulitan yang dialaminya karena mengalami miskonsepsi atau belum paham, hal tersebut dapat diketahui berdasarkan kemungkinan pola jawaban siswa, dari pola jawaban siswa tersebut dapat dikategorikan dalam beberapa tingkat pemahaman seperti disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Klasifikasi Jawaban Siswa

No. Pola Jawaban Siswa Klasifikasi Jawaban Siswa 1 Jawaban benar - alasan benar Pemahaman utuh

2 Jawaban benar - alasan salah Pemahaman parsial dengan miskonsepsi 3 Jawaban salah - alasan benar Pemahaman parsial dengan miskonsepsi 4 Jawaban salah - alasan salah Tidak paham


(36)

Nurpertiwi, Tresnawaty. 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil tes essay digunakan untuk pembuatan pilihan jawaban pada tingkat pertama soal two-tier dan hasil tes pilihan ganda beralasan bebas digunakan untuk pembuatan pilihan alasan untuk tingkat kedua soal two-tier.

2. Tes diagnostik two-tier multiple choice yang dikembangkan memenuhi kriteria baik dilihat dari validitas isi maupun reliabilitas. Berdasarkan validitas isi yang ditentukan dengan menggunakan metode CVR, dari 32 butir soal yang dikembangkan diperoleh 29 butir soal yang memenuhi kriteria validitas isi dengan nilai CVR sebesar 1 dan 1 soal dengan nilai CVR 0,6 dengan nilai mean 1,6. Dari 30 soal yang valid, terdapat 10 soal yang memiliki konsep sama sehingga hanya 20 soal yang di ujicobakan. Berdasarkan kriteria reliabilitas, nilai reliabilitas soal two-tier yang ditentukan dengan menggunakan KR20 yaitu 0,77. Nilai tersebut menunjukkan bahwa butir-butir soal yang dikembangkan memiliki reliabilitas yang tinggi.

3. Miskonsepsi siswa SMA pada materi hidrolisis garam yang terdeteksi dengan tes diagnostik two-tier multiple choice yang telah dikembangkan, yaitu sebanyak 65 macam miskonsepsi. Persentase terbesar yaitu siswa menganggap bahwa ion Na+ merupakan basa konjugasi yang bersifat lebih kuat dari air sehingga tidak terhidrolisis (81,25%). Pada hidrolisis total seluruh ion pembentuk garam mengalami hidrolisis karena merupakan asam atau basa konjugasi yang bersifat lebih lemah dari air (78,75%). Dan sebanyak 77,5% siswa menganggap reaksi hidrolisis CH3COONa adalah : CH3COO-(aq)+ H2O(l) CH3COOH(aq)+ OH-(aq)


(37)

93

Karena CH3COO- merupakan basa konjugasi yang bersifat lebih lemah dari air sehingga dapat terhidrolisis.

B. Saran

Dari hasil penelitian dapat disarankan kepada:

1. Para guru di SMA, khususnya guru kelas XI, disarankan untuk menggunakan alat tes diagnostik two-tier multiple choice yang dikembangkan mengingat pentingnnya mendiagnosis miskonsepsi yang terdapat dalam pikiran siswa, khususnya dalam materi hidrolisis garam. 2. Peneliti lain dapat mengkaji atau mengembangkan soal-soal serupa pada

pokok materi lainnya untuk memperkaya soal tes diagnostik two-tier.

3. Peneliti lain melakukan ujicoba produk butir soal two-tier multiple choice ini pada skala yang lebih besar.

4. Peneliti lain dapat mengembangkan aplikasi komputer yang memuat soal diagnostik pilihan two-tier multiple choice dan kriteria identifikasi miskonsepsi sehingga dapat menjadi bahan evaluasi miskonsepsi siswa pada materi hidrolisis garam. D i h a r a p k a n p u l a a d a n y a p e n e l i t i a n l e b i h l a n j u t u n t u k m e n g e m b a n g k a n m o d e l d a n m e d i a p e m b e l a j a r a n y a n g t e p a t , s e h i n g g a p e n g u a s a a n s i s w a t e r h a d a p m a t e r i h i d r o l i s i s g a r a m u t u h d a n t i d a k h a n y a b e r s i f a t h a f a l a n .


(38)

94


(39)

Nurpertiwi, Tresnawaty. 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anugrah, Indah Rizki. (2013) . Mengungkap Miskonsepsi Topik Stoikiometri pada Siswa Kelas X Melalui Tes Diagnostik Two-Tier. Skripsi S1 pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Arifin, Zaenal. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Astuti, Lusi. (2012). Pengembangan Tes Diagnostik Two- Tier Multiple Choice

Untuk Mengukur Pemahaman Konsep Siswa SMA pada Materi Hidrolisis Garam.Skripsi S1 pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Ayas, A. dan Demircioğlu G. (2005). “Conceptual Change Achieved Through A

New Teaching Program On Acids And Bases”. Chemistry Education

Research and Practice. 6(1), 36-51.

Bayrak, B.K. (2013). “Using Two-Tier Test to Identify Primary Student’s Conceptual Understanding and Alternative Conceptions in Acid Base”. Mevlana International Journal of Education. 3, (2), 19-26.

Chandrasegaran, Treagust and Mocerino,M. (2007). “The Development of

Two-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument for Evaluating Secondary School Student’s Ability to Describe and Explain Chemical Reaction Using Multiple Level of Representating”. Jurnal of Chemistry Education Research and Practice. 8(3), 293-307.

Dahar, R.W. (2006). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Depdiknas. (2007). Tes Diagnostik. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Fauziah, Nur Esa (2013). Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier

untuk Menidentifikasi Miskonsepsi Siswa SMA Kelas XI dalam Memahami Materi Larutan Penyangga. Skripsi S1 pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Firman, H. (2013). Penelitian Pendidikan Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Gusbandono, Sukardjo dan Utomo. (2013). ”Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif STAD dilengkapi Media Animasi Macromedia Flash dan Plastisin Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia Kelas X “. Jurnal Pendidikan Kimia. 2, (4), 102-109.


(40)

95

Hammer, D. (1996). “Misconceptions or P-Prims: How May Alternative

Perspective of Cognitive Structure Influence Instructional Perceptions and Intention?”. The Journal of the Learning Sciences. 5, (2), 97-127.

Jefriadi, Syahputra dan Erlina. (2014). Deskripsi Kemampuan Representasi Mikroskopik dan Simbolik Siswa SMA Negeri di Kabupaten Sambas pada Materi Hidrolisis Garam. Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan: tidak diterbitkan.

Kholidinata, Fareka. (2013). Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model Predict-Observe-Explain (POE). Skripsi S1 pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Kusaeri dan Suprananto. (2012). Pengukuran dan Penelitian Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Lawche, C.H. (1975). “A Quantitative Approach to Content Validity”. Personnel Psychology. 28, 563-573.

Lestari, Mita Yuli. (2014). Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier untuk Mendeteksi Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Asam Basa. Skripsi S1 pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Nasution, Noehi. (1997). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. Nuraeni, Ani. (2008). Analisis Level Mikroskopik dalam Buku Teks Kimia SMA,

Pembelajaran dan Pemahaman Siswa pada Materi Hidrolisis Garam. Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan

Partana, Crys Fajar dan Wiyarsi, A. (2009). Mari Belajar Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Permana, Irvan. (2009). Kimia Untuk SMA Kelas 2. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Putri, Yeni Riska. (2013). Analyzing Of Student’s Misconceptions On Salt Hydrolysis Chemistry at Senior High Schools In Padangsidempuan. Skripsi S1 pada FPMIPA UNIMED Medan : tidak diterbitkan.

Salirawati, D. (2010). Pengembangan Model Instrumen Pendeteksi Miskonsepsi Kimia pada Peserta Didik SMA. Penelitian Disertasi Doktor Pascasarjana UNY Yogyakarta : tidak diterbitkan.

Sari, Nur Komala Eka. (2013). Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Sebagai Instrumen Alternatif untuk Mendeteksi Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Laju Reaksi. Skripsi S1 pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.


(41)

96

Selviyanti. (2009). Analisis Hasil Belajar Level Makroskopik, Mikroskopik dan Simbolik siswa SMA pada Materi Pokok Hidrolisis Garam. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Shofiawati. (2010). Analisis Kemampuan Penyelesaian Soal Kimia Level Simbolik Secara Sistematik oleh Siswa SMA Kelas XI pada Materi Pokok Hidrolisis Garam. Skripsi S1 Jurusan Pendidikan KimiaFPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Sudjana, N. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Bandung.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tan, Taber, Goh and Chia,L. (2005). “The Ionisation Energy Diagnostic Instrument: A Two-Tier Multiple Choice Instrument to Determine High School Students’s Understanding of Ionisation Energy”. Jurnal of Chemistry Education Research and Practice. 4, 180-197.

Tekkaya, Ozden, Hatipoglu and Tarakci. (1999). “A cross-Age Study of High School Student’s Understanding of Diffusion and Osmosis”. Hacettepe Universitesi Egitim Fakultesi Dergisi. 15, 84-93.

Treagust, Tan, Goh and Chia,L. (2002). “Development and Application of a Two -tier Multiple Choice Diagnostic Instrument to Assess High School Student’s Understanding of Inorganic Chemistry Qualitative Analysis”. Journal of Research in Science Teaching. 39, 283-301.

Treagust, D.F and Tan, K.D. (1999). “Evaluating Student’s Understanding of Chemical Bonding”. School Science Review. 81, 75-84.

Tüysüz, C. (2009). “Development of two-tier diagnostic instrument and assess students’ understanding in chemistry”. Scientific Research and Essay. 4, 626-631.

Whitten, Davis, Peck and Stanley. (2004). General Chemistry. Philadelphia: Saunders College Publishing.

Zayeri, Rangi , Khosravi and Allahyari (2010). Development and Evaluation of a New Questionnaire for Rating of Cognitive Failures at Work. International Journal of Occupational Hygiene. 3, (1), 6-11.

Zeilik, M. (1998).Conceptual diagnostic tests. Diakses pada tanggal 19 September 2014 jam 14.00 dari www.flaguide.org/extra/download/cat/diagnostic.pdf


(1)

Nurpertiwi, Tresnawaty. 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil tes essay digunakan untuk pembuatan pilihan jawaban pada tingkat pertama soal two-tier dan hasil tes pilihan ganda beralasan bebas digunakan untuk pembuatan pilihan alasan untuk tingkat kedua soal two-tier.

2. Tes diagnostik two-tier multiple choice yang dikembangkan memenuhi kriteria baik dilihat dari validitas isi maupun reliabilitas. Berdasarkan validitas isi yang ditentukan dengan menggunakan metode CVR, dari 32 butir soal yang dikembangkan diperoleh 29 butir soal yang memenuhi kriteria validitas isi dengan nilai CVR sebesar 1 dan 1 soal dengan nilai CVR 0,6 dengan nilai mean 1,6. Dari 30 soal yang valid, terdapat 10 soal yang memiliki konsep sama sehingga hanya 20 soal yang di ujicobakan. Berdasarkan kriteria reliabilitas, nilai reliabilitas soal two-tier yang ditentukan dengan menggunakan KR20 yaitu 0,77. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa butir-butir soal yang dikembangkan memiliki reliabilitas yang tinggi.

3. Miskonsepsi siswa SMA pada materi hidrolisis garam yang terdeteksi dengan tes diagnostik two-tier multiple choice yang telah dikembangkan, yaitu sebanyak 65 macam miskonsepsi. Persentase terbesar yaitu siswa menganggap bahwa ion Na+ merupakan basa konjugasi yang bersifat lebih kuat dari air sehingga tidak terhidrolisis (81,25%). Pada hidrolisis total seluruh ion pembentuk garam mengalami hidrolisis karena merupakan asam atau basa konjugasi yang bersifat lebih lemah dari air (78,75%). Dan sebanyak 77,5% siswa menganggap reaksi hidrolisis CH3COONa adalah :


(2)

Karena CH3COO- merupakan basa konjugasi yang bersifat lebih lemah dari

air sehingga dapat terhidrolisis.

B. Saran

Dari hasil penelitian dapat disarankan kepada:

1. Para guru di SMA, khususnya guru kelas XI, disarankan untuk menggunakan alat tes diagnostik two-tier multiple choice yang dikembangkan mengingat pentingnnya mendiagnosis miskonsepsi yang terdapat dalam pikiran siswa, khususnya dalam materi hidrolisis garam. 2. Peneliti lain dapat mengkaji atau mengembangkan soal-soal serupa pada

pokok materi lainnya untuk memperkaya soal tes diagnostik two-tier.

3. Peneliti lain melakukan ujicoba produk butir soal two-tier multiple choice ini pada skala yang lebih besar.

4. Peneliti lain dapat mengembangkan aplikasi komputer yang memuat soal diagnostik pilihan two-tier multiple choice dan kriteria identifikasi miskonsepsi sehingga dapat menjadi bahan evaluasi miskonsepsi siswa pada materi hidrolisis garam. D i h a r a p k a n p u l a a d a n y a p e n e l i t i a n l e b i h l a n j u t u n t u k m e n g e m b a n g k a n m o d e l d a n m e d i a p e m b e l a j a r a n y a n g t e p a t , s e h i n g g a p e n g u a s a a n s i s w a t e r h a d a p m a t e r i h i d r o l i s i s g a r a m u t u h d a n t i d a k h a n y a b e r s i f a t h a f a l a n .


(3)

94


(4)

Nurpertiwi, Tresnawaty. 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anugrah, Indah Rizki. (2013) . Mengungkap Miskonsepsi Topik Stoikiometri pada Siswa Kelas X Melalui Tes Diagnostik Two-Tier. Skripsi S1 pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Arifin, Zaenal. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Astuti, Lusi. (2012). Pengembangan Tes Diagnostik Two- Tier Multiple Choice

Untuk Mengukur Pemahaman Konsep Siswa SMA pada Materi Hidrolisis Garam.Skripsi S1 pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Ayas, A. dan Demircioğlu G. (2005). “Conceptual Change Achieved Through A

New Teaching Program On Acids And Bases”. Chemistry Education

Research and Practice. 6(1), 36-51.

Bayrak, B.K. (2013). “Using Two-Tier Test to Identify Primary Student’s

Conceptual Understanding and Alternative Conceptions in Acid Base”. Mevlana International Journal of Education. 3, (2), 19-26.

Chandrasegaran, Treagust and Mocerino,M. (2007). “The Development of

Two-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument for Evaluating Secondary School Student’s Ability to Describe and Explain Chemical Reaction

Using Multiple Level of Representating”. Jurnal of Chemistry Education

Research and Practice. 8(3), 293-307.

Dahar, R.W. (2006). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Depdiknas. (2007). Tes Diagnostik. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Fauziah, Nur Esa (2013). Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier

untuk Menidentifikasi Miskonsepsi Siswa SMA Kelas XI dalam Memahami Materi Larutan Penyangga. Skripsi S1 pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Firman, H. (2013). Penelitian Pendidikan Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Gusbandono, Sukardjo dan Utomo. (2013). ”Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif STAD dilengkapi Media Animasi Macromedia Flash dan Plastisin Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Ikatan


(5)

95

Hammer, D. (1996). “Misconceptions or P-Prims: How May Alternative

Perspective of Cognitive Structure Influence Instructional Perceptions and

Intention?”. The Journal of the Learning Sciences. 5, (2), 97-127.

Jefriadi, Syahputra dan Erlina. (2014). Deskripsi Kemampuan Representasi Mikroskopik dan Simbolik Siswa SMA Negeri di Kabupaten Sambas pada Materi Hidrolisis Garam. Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan: tidak diterbitkan.

Kholidinata, Fareka. (2013). Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model Predict-Observe-Explain (POE). Skripsi S1 pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Kusaeri dan Suprananto. (2012). Pengukuran dan Penelitian Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Lawche, C.H. (1975). “A Quantitative Approach to Content Validity”. Personnel Psychology. 28, 563-573.

Lestari, Mita Yuli. (2014). Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier untuk Mendeteksi Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Asam Basa. Skripsi S1 pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Nasution, Noehi. (1997). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. Nuraeni, Ani. (2008). Analisis Level Mikroskopik dalam Buku Teks Kimia SMA,

Pembelajaran dan Pemahaman Siswa pada Materi Hidrolisis Garam. Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan

Partana, Crys Fajar dan Wiyarsi, A. (2009). Mari Belajar Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Permana, Irvan. (2009). Kimia Untuk SMA Kelas 2. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Putri, Yeni Riska. (2013). Analyzing Of Student’s Misconceptions On Salt Hydrolysis Chemistry at Senior High Schools In Padangsidempuan. Skripsi S1 pada FPMIPA UNIMED Medan : tidak diterbitkan.

Salirawati, D. (2010). Pengembangan Model Instrumen Pendeteksi Miskonsepsi Kimia pada Peserta Didik SMA. Penelitian Disertasi Doktor Pascasarjana UNY Yogyakarta : tidak diterbitkan.

Sari, Nur Komala Eka. (2013). Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Sebagai Instrumen Alternatif untuk Mendeteksi Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Laju Reaksi. Skripsi S1 pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.


(6)

Selviyanti. (2009). Analisis Hasil Belajar Level Makroskopik, Mikroskopik dan Simbolik siswa SMA pada Materi Pokok Hidrolisis Garam. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Shofiawati. (2010). Analisis Kemampuan Penyelesaian Soal Kimia Level Simbolik Secara Sistematik oleh Siswa SMA Kelas XI pada Materi Pokok Hidrolisis Garam. Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Sudjana, N. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Bandung.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tan, Taber, Goh and Chia,L. (2005). “The Ionisation Energy Diagnostic

Instrument: A Two-Tier Multiple Choice Instrument to Determine High

School Students’s Understanding of Ionisation Energy”. Jurnal of

Chemistry Education Research and Practice. 4, 180-197.

Tekkaya, Ozden, Hatipoglu and Tarakci. (1999). “A cross-Age Study of High

School Student’s Understanding of Diffusion and Osmosis”. Hacettepe

Universitesi Egitim Fakultesi Dergisi. 15, 84-93.

Treagust, Tan, Goh and Chia,L. (2002). “Development and Application of a Two

-tier Multiple Choice Diagnostic Instrument to Assess High School Student’s Understanding of Inorganic Chemistry Qualitative Analysis”. Journal of Research in Science Teaching. 39, 283-301.

Treagust, D.F and Tan, K.D. (1999). “Evaluating Student’s Understanding of

Chemical Bonding”. School Science Review. 81, 75-84.

Tüysüz, C. (2009). “Development of two-tier diagnostic instrument and assess

students’ understanding in chemistry”. Scientific Research and Essay. 4,

626-631.

Whitten, Davis, Peck and Stanley. (2004). General Chemistry. Philadelphia: Saunders College Publishing.

Zayeri, Rangi , Khosravi and Allahyari (2010). Development and Evaluation of a New Questionnaire for Rating of Cognitive Failures at Work. International Journal of Occupational Hygiene. 3, (1), 6-11.

Zeilik, M. (1998).Conceptual diagnostic tests. Diakses pada tanggal 19 September 2014 jam 14.00 dari www.flaguide.org/extra/download/cat/diagnostic.pdf