PROGRAM HIPOTETIK BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN SELF ESTEEM SISWA BERMOTIVASI BELAJAR RENDAH : Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 SKRIPSI.

(1)

BERMOTIVASI BELAJAR RENDAH

(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

FITRI NURLIASARI 0703812

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

PROGRAM HIPOTETIK BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL

UNTUK MENINGKATKAN SELF ESTEEM SISWA

BERMOTIVASI BELAJAR RENDAH

(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh Fitri Nurliasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Fitri Nurliasari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PROGRAM HIPOTETIK BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL

UNTUK MENINGKATKAN SELF ESTEEM SISWA

BERMOTIVASI BELAJAR RENDAH

(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd NIP. 195206201980021001

Pembimbing II

Dra. Hj. Setiawati, M.Pd NIP. 196211121986102001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP. 19600501 198603 1 004


(4)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Fitri Nurliasari. (2014). Program Hipotetik Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah (Studi Deskriptif terhadap Siswa kelas X SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum motivasi belajar ,gambaran umum self esteem pada siswa bermotivasi belajar rendah, dan untuk menyusun program hipotetik bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan self esteem siswa bermotivasi belajar rendah. Self esteem berpengaruh terhadap tingkat prestasi belajar siswa sehingga diperlukan pelayanan bimbingan dan konseling untuk mengupayakan peningkatan self esteem. Oleh karena itu, disusun layanan yang memfasilitasi siswa untuk meningkatkan Self esteem dengan menyelenggarakan program bimbingan pribadi-sosial mengingat self esteem termasuk ke dalam aspek pribadi-sosial individu. Penelitian ini merupakan penelitian studi deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung tahun ajaran 2013/2014. Data yang digunakan untuk mengetahui tingkat self esteem siswa dikumpulkan melalui instrumen self esteem dan instrumen motivasi belajar yang berupa angket model likert dengan skala 1 - 5. Hasil penelitian menunjukkan; bahwa (1) motivasi belajar siswa umumnya termasuk kategori rendah. Dan (2) secara umum kategori self esteem siswa SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung tahun ajaran 2013/2014 adalah tinggi, dengan aspek percaya diri lebih rendah dibanding aspek mencintai diri. Berdasarkan hasil penelitian, program hipotetik bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan self esteem siswa disusun dengan layanan-layanan yang berkategori self esteem tinggi, sedang, rendah yang disesuaikan dengan kebutuhan siswanya. Rekomendasi untuk guru BK yaitu dapat menggunakan program bimbingan pribadi-sosial yang disusun dalam penelitian sebagai pedoman penyelenggaraan bimbingan dan data tersebut dapat menjadi gambaran bagi guru bimbingan dan konseling apabila merancang layanan responsif bagi siswanya.


(5)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Fitri Nurliasari. (2014). Progrramhypothetical Personal-Social Guidanceto ImproveSelf EsteemStudents with MotivatedLow Learning(Descriptive Study of theHigh School Studentsof class XSMA Angkasa LanudHuseinSastranegara Bandung Academic Year 2013/2014).

This research to describe the general motivation to learn, a general overview of self-esteem in students 'low motivation to learn, and to develop programs hypothetical personal-social counseling to improve students' motivation to learn self esteem is low. Self esteem affects the level of student achievement so that the necessary guidance and counseling services to work on improving self esteem. Therefore, structured service that facilitates students to increase self-esteem by organizing personal-social counseling program considering self esteem is included in the personal-social aspects of the individual. This research is a descriptive study. The samples in this study were students of class X SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara academic year 2013/2014. The data used to determine the level of students' self esteem collected through the instrument of self esteem and motivation to learn the instrument in the form of a model questionnaire Likert scale of 1 - 5 results showed; that (1) students' motivation generally is low. And (2) general categories of self-esteem of high school students SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara academic year 2013/2014, with the aspect of confidence is lower than the aspect of self love. Based on the research results, a hypothetical program of personal-social counseling to improve self-esteem of students organized by category of services that self-esteem is high, medium, low to the needs of their students. Recommendations for the BK teacher can use a personal-social counseling programs are arranged in research to guide the implementation of the guidance and the data can be a description for guidance and counseling teachers when designing responsive services for their students.


(6)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... 1 DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GRAFIK ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB II SELF ESTEEM, MOTIVASI BELAJAR, SISWA DAN BIMBINGAN KONSELING PRIBADI-SOSIAL ... Error! Bookmark not defined.

A. Self Esteem ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian ... Error! Bookmark not defined.

2. Karakteristik Self esteem ... Error! Bookmark not defined.

3. Aspek-aspek Self Esteem ... Error! Bookmark not defined.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi self esteem . Error! Bookmark not defined.

5. Hambatan dalam self esteem ... Error! Bookmark not defined.

6. Upaya peningkatan self esteem ... Error! Bookmark not defined.

B. Motivasi Belajar ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian ... Error! Bookmark not defined.


(7)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Siswa ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian ... Error! Bookmark not defined.

2. Tugas Perkembangan Siswa ... Error! Bookmark not defined.

D. Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial ... Error! Bookmark not defined.

E. Program bimbingan dan konseling ... Error! Bookmark not defined.

F. Peran Bimbingan Konseling dalam Meningkatkan ... Error! Bookmark not defined.

G. Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.

H. Asumsi Penelitian... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian. ... Error! Bookmark not defined.

B. Desain Penelitian dan Justifikasi Pemilihan Desain ... Error! Bookmark not defined.

C. Metode Penelitian dan Justifkasi Penggunaan Metode Penelitian. ... Error! Bookmark not defined.

D. Definisi Operasional Variabel ... Error! Bookmark not defined.

1. Motivasi Belajar ... Error! Bookmark not defined.

2. Self Esteem ... Error! Bookmark not defined.

E. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

F. Proses Pengembangan Instrumen ... Error! Bookmark not defined.

1. Jenis Instrumen ... Error! Bookmark not defined.

2. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen ... Error! Bookmark not defined.

3. Pedoman Skoring ... Error! Bookmark not defined.

G. Proses Pengujian Instrumen ... Error! Bookmark not defined.

1. Uji Kelayakan Instrumen ... Error! Bookmark not defined.

2. Uji Keterbacaan ... Error! Bookmark not defined.

3. Uji Validitas Butir Item ... Error! Bookmark not defined.

4. Uji Reliabilitas... Error! Bookmark not defined.


(8)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Penyusunan Proposal Penelitian... Error! Bookmark not defined.

2. Perizinan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

I. Analisis data ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Gambaran Umum Motivasi Belajar ... Error! Bookmark not defined.

2. Gambaran Umum Self Esteem Pada Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Error! Bookmark not defined.

3. Gambaran Umum Self Esteem Pada Siswa Bermotivasi Belajar Rendah Berdasarkan Aspek ... Error! Bookmark not defined.

4. Gambaran Umum Self Esteem pada Siswa Bermotivasi Rendah

Berdasarkan Indikator ... Error! Bookmark not defined.

B. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.

1. Hasil penelitian ... Error! Bookmark not defined.

2. Program Hipotetik Bimbingan Pribadi-sosial untuk Meningkatkan Self Esteem. ... Error! Bookmark not defined.

C. Keterbatasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Simpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Rekomendasi... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.


(9)

Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memiliki tujuan sama dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk membantu individu dalam mencapai tugas-tugas perkembangan yang akan dilewatinya. Dalam hal ini, sekolah formal mempunyai tugas untuk membantu para remaja melewati tugas perkembangannya sesuai dengan tahapan perkembangannya.

Menurut Konopka;Pikunas (Yusuf, 2009 hlm. 10) remaja merupakan individu yang sedang dalam proses berkembang atau menjadi (becoming) yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Fase remaja merupakan saat-saat yang penting bagi perkembangan dan integrasi individu. Masa remaja meliputi remaja awal : 12-15 tahun, remaja madya : 15-18 tahun, dan remaja akhir : 19-22 tahun. Pada masa inilah individu berkembang ke arah kedewasaan.

Masa remaja merupakan masa dimana berkembangnya identitas atau jati diri remaja. Yusuf (2009, hlm. 14) menyatakan masa remaja merupakan saat berkembangannya self-identity (kesadaran akan identitas atau jati dirinya). Remaja dihadapkan kepada berbagai pernyataan : who am I? siapa saya? (masa depan); apa peran saya? (kehidupan sosial); dan mengapa saya harus beragama? (kehidupan beragama). Apabila remaja berhasil memahami dirinya, peran-perannya dalam kehidupan sosial, dan memahami makna hidup beragama, maka dia akan menemukan jati dirinya, maksudnya yaitu dia akan memiliki kepribadian yang sehat. Sebaliknya apabila gagal, maka dia akan mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion) sehingga dia cenderung memiliki kepribadian yang tidak sehat (maladjustment). Perlunya memberikan bimbingan arahan kepada remaja, agar remaja dapat berkembang secara optimal.


(10)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain itu, Erikson (Hurlock, 1980 hlm. 208) menyatakan pencarian identitas diri ini mempengaruhi perilaku remaja, dalam pernyataan sebagai berikut:

Dalam usaha mencari perasaan berkesinambungan dan kesamaan yang baru, para remaja harus memperjuangkan kembali perjuangan tahun-tahun lalu, meskipun untuk melakukannya mereka harus meneunjuk secara artifisial orang-orang yang baik hati untuk berperan sebagai musuh; dan mereka selalu siap untuk menempatkan idola dan ideal mereka sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir. Identifikasi yang sekarang terjadi dalam bentuk identitas ego adalah lebih baik dari sekedar penjumlahan identifikasi masa kanak-kanak.

Branden (1992, hlm. 11) yang berfokus pada studi mengenai harga diri mengungkapkan harga diri memiliki nilai kelangsungan hidup sebagai sesuatu kekuatan yang dibutuhkan manusia yang menjadi dasar bagi kebutuhan manusia yang membuat kontribusi penting untuk proses kehidupan, perkembangan yang normal dan sehat. Remaja yang memiliki harga diri rendah, dia akan memandang dirinya tidak berharga, tidak mampu, pesimis, tidak percaya diri meskipun dia mempunyai berbagai kemampuan yang dimiliki. Remaja tidak berfokus pada upaya pengembangan maupun pemanfaatan kemampuan yang dimiliki, akan tetapi dia akan memandang dirinya sebagai seorang yang negatif dengan segala kekurangannya. Oleh karena itu, self esteem siswa perlu ditingkatkan guna memberikan penilaian dan pandangan positif terhadap dirinya, sehingga perlu diperlukan program bimbingan dan konseling yang menunjang hal tersebut.

Berdasarkan fakta-fakta permasalahan siswa atau remaja yang kini sedang tumbuh dan berkembang mengindikasikan remaja melakukan hal yang tidak sesuai dengan tahapan perkembangannya. Oleh karena itu, diperlukan arahan, bimbingan dari guru, orangtua, dan lingkungan sekitar untuk membantu siswa dalam menghargai dirinya. Loree J Hisken (2011, hlm. 24) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara harga diri (self esteem) dengan kemampuan membaca siswa, tingkat membaca, dan prestasi akademiknya; penelitian Subowo


(11)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan Martiani (2009, hlm. 28) di SMK Yosonegoro Magetan, tingkat harga diri (self esteem) memperngaruhi prestasi belajar.

Merujuk pada hasil penelitian-penelitian terdahulu, self esteem mempunyai peranan penting dalam kehidupan remaja. Remaja-remaja yang mempunyai self esteem rendah dia mempunyai persepsi yang negatif akan dirinya dan memungkinkan berperilaku salah suai (maladjustment). Sesuai dengan pernyataan Bos et al (2006, hlm. 27) yang menyatakan self esteem is a central concept that is related to academic achievement, social functioning and psychopatology of children and adolescents, yang menjelaskan bahwa harga diri adalah konsep pusat yang berhubungan dengan prestasi akademik, fungsi sosial, dan psikopatologi pada anak dan remaja.

Dalam hal ini, pandangan penilaian remaja mengenai konsep dirinya agar dirinya menarik menurut orang lain dapat bersikap berlebihan dan bahkan bisa menyakiti dirinya. Contohnya remaja yang ingin dilihat menarik, dia dapat berperilaku dandan berlebihan karena ingin terlihat cantik. Atau dengan melakukan diet ketat dengan tidak makan sehingga badan yang gemuk menjadi kurus. Dengan kata lain, apa yang terjadi terhadap dirinya bukan karena dia bersyukur dengan dirinya, melainkan apa yang menurut orang lain menarik atau berharga. Konsep diri merupakan suatu pandangan individu terhadap dirinya sendiri, Hume (Burns, 1993 hlm. 6) menyatakan bahwa :

Bagi saya, saat saya memasuki dengan baik-baik sekali ke dalam apa yang saya sebut sebagai diri saya sendiri saya selalu tersandung pada suatu persepsi atau lainnya….., saya tidak pernah menganggap diri saya sendiri pada setiap saat tanpa suatu persepsi dan tidak pernah mengamati apapun kecuali persepsi. Persepsi remaja akan berpengaruh kepada individu tersebut dalam memberikan konsep diri, persepsi konsepsi diri hal yang positif dan konsep diri yang negatif.

Segala sesuatu berawal dari sebuah persepsi atau pandangan terhadap dirinya sendiri,ataupun pandangan orang lain terhadap dirinya, baik berpandangan hal positif atau pun hal negatif yang dapat mempengaruhi bagaimana individu berperilaku. Selain itu, diri atau yang disebut dengan me


(12)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam pengertian yang luas yaitu seseorang dapat menyebutkan kepunyaannya. James (Burns, 1993 hlm. 8) menyatakan :

Diri yang empiris terdiri atas empat komponen yang diklasifikasikan dengan urutan yang menurun menurut implikasinya bagi rasa harga diri atau self esteem yaitu diri spiritual, diri kebendaan, diri sosial dan diri badaniah.

Selain itu, James (Burns, 1993 hlm. 11) menguraikan bahwa :

Penentu dari tingkatan evaluasi diri seseorang (perasaan diri dan perhatian diri sebagai sinonim dalam hal ini). Dia membantah bahwa kedudukan yang dijabat seseorang didunia ini bergantung pada keberhasilannya atau kegagalannya yang menentukan rasa self esteem. Walaupun kita ingin memaksimumkan segala macam diri kita, batasan-batasan bakat dan waktu menghalangi hal ini sehingga masing-masing dari kita ini harus memilih diri-diri tertentu. Karena dipilih, tingkatan hormat-diri-diri kita dapat diturunkan hanya oleh kekurangan-kekurangan (ataupun dapat dinaikkan hanya oleh keberhasilan-keberhasilan) yang relevan dengan pretense.

Self esteem bagian dari sebuah konsep diri yang mempunyai makna bahwa self esteem adalah penilaian terhadap diri bahwa dirinya berharga, mempunyai kepercayaan terhadap dirinya, merasa berguna, merasa mampu, optimis, yakin akan kemampuan dirinya tugas dan melewati tugas perkembangan yang akan dilalui oleh setiap remaja yang mulai beralih dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

Berikut adalah penjelasan dari Havighurst (Hurlock, 1980 hlm. 10) yang menyatakan tugas-tugas perkembangan remaja yaitu :

1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

2. Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita.

3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuh secara efektif. 4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.

6. Mempersiapkan karir ekonomi.


(13)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk perilaku mengembangkan ideologi.

Self esteem merupakan bagian dari tugas perkembangan remaja dalam hal menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap akan kemampuan dirinya sendiri. Jika siswa memiliki self esteem yang tinggi maka dia akan mampu menerima dirinya, mempunyai kepercayaan terhadap dirinya, merasa mampu, merasa berharga, yakin akan kemampuan diri, merasa senang, optimis, merasa berguna dan bahagia. Sebaliknya, jika siswa memiliki self esteem yang rendah maka dia merasa malu akan kekurangan dalam dirinya, merasa rendah diri/minder, merasa putus asa, merasa tidak berharga, merasa tidak mampu, takut menghadapi respon dari orang lain, merasa tidak senang, pesimis dan dia merasa tidak bahagia.

Sebagai contoh, jika seorang siswa yang mempunyai self esteem tinggi, dia yakin akan kemampuan dirinya dalam berprestasi, mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, merasa mampu dan merasa dapat mencapai prestasi belajar yang baik maka dia akan termotivasi dan bersungguh-sungguh, belajar dengan baik, sehingga tujuan prestasi belajarnya tercapai. Sebaliknya, jika remaja memiliki self esteem yang rendah, dia merasa tidak berharga, tidak mampu dan takut menghadapi respon dari orang lain, dia akan menutup kekurangannya itu dengan perilaku-perilaku yang salah suai (maladjustment). Sebagai contoh, dia akan merasa putus asa karena belajar terus menerus tetapi mendapatkan nilai yang kurang memuaskan, itu merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan dia minder dari teman-temannya, kurang bergaul karena malu dengan nilainya yang kurang. Padahal dia mempunyai fisik yang cukup, tetapi karena kemampuan dirinya kurang dia merasa pesimis. Oleh karena itu, perlu informasi yang luas, bimbingan serta arahan kepada siswa tersebut agar dia tumbuh menjadi siswa yang mempunyai pandangan positif terhadap dirinya.


(14)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Self esteem mempunyai dua aspek yaitu aspek percaya diri dan mencintai diri. Pada aspek percaya diri ini lebih mengacu kepada penilaian diri individiu terhadap dirinya sendiri, sedangkan aspek mencintai diri lebih mengacu kepada penilaian dari luar diri individu atau penilaian dari orang lain. Orang yang mempunyai kepercayaan diri adalah sesosok yang sempurna dan mampu melakukan apa saja, atau memiliki penampilan fisik tanpa cacat sedikitpun. Mungkin ada beberapa diantara orang yang minder karena memiliki kekurangan pada diri misalnya hidung pesek, tubuh mungil, rambut krebo, kulit hitam, dan lain sebagainya. Dengan mempunyai rasa percaya diri, orang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sedangkan, jika dia kurang mempunyai rasa percaya diri maka akan menghambat pengembangan potensi diri. Jadi, orang yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan-tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasannya, serta bingung dalam menentukan pilihan juga sering membandingkan dirinya dengan orang lain.

Pada masa yang paling penting dalam menentukan self esteem yaitu pada masa remaja. Karena pada masa inilah pembentukan-pembentukan perilaku mulai terjadi dengan berbagai perubahan-perubahan perilaku ke arah kematangan dan kedewasaan agar individu dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tugas tahapan perkembangannya.

Sudrajat mengatakan bahwa pentingnya pemenuhan kebutuhan self esteem individu, khususnya pada kalangan remaja, terkait erat dengan dampak negatif jika mereka tidak memiliki self esteem yang mantap. Mereka akan mengalami kesulitan dalam menampilkan perilaku sosialnya, merasa inferior dan canggung. Namun apabila kebutuhan self esteem mereka dapat terpenuhi secara memadai, kemungkinan mereka akan memperoleh sukses dalam menampilkan perilaku sosialnya, tampil dengan keyakinan diri (self-confidence) dan merasa memiliki nilai dalam lingkungan sosialnya (Jordan et. al. 2003).


(15)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dapat disimpulkan bahwa Self esteem merupakan suatu bentuk evaluasi dan penilaian individu dalam penerimaan akan dirinya terhadap segala kekurangan dan kelebihan, untuk mengembangkan berbagai potensi, minat dan bakat yang ada pada dirinya.

Oleh karena itu, diperlukannya bimbingan oleh orangtua, wali kelas, guru maupun masyarakat yang berada dalam disekitar lingkungan siswa tersebut. Sehingga bimbingan dan konseling dalam mengarahkan self esteem seperti yang diungkapkan :

Kartadinata (Yusuf, 2009 hlm. 38) menyatakan :

bimbingan sebagai proses membantu siswa untuk mencapai perkembangan secara optimal. Agar siswa dapat berkembang optimal maka dibutuhkan arahan dan bimbingan. Dalam hal ini, Self esteem termasuk aspek dalam konsep diri dan konsep diri ini merupakan salah satu bagian dari tujuan dari bimbingan pribadi-sosial. Bimbingan pribadi-sosial bertujuan untuk mengembangkan komitmen beragama, pemahaman sifat dan kemampuan diri, bakat dan minat, konsep diri dan kemampuan mengatasi masalah-masalah pribadi, keragaman budaya, sikap-sikap sosial dan mampu berhubungan sosial dengan lingkungan dimana siswa tersebut berada.

Bimbingan pribadi-sosial yang diberikan kepada siswa merupakan tanggungjawab konselor yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 27 Tahun 2008 pada butir pendahuluan dikemukakan : konteks tugas konselor berada dalam pelayanan yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum. Pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor adalah pengampu pelayanan ahli bimbingan dan konseling terutama dalam jalur pendidikan formal dan nonformal. Jika siswa tidak diberikan arahan dan bimbingan oleh konselor nya maka memungkinkan dia dapat berperilaku yang maladjusment atau salah suai. Rogers (Burns, 1993 : 51) mengemukakan


(16)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

salah menyesuaikan diri sebagai suatu keganjilan, sumber keganjilan yang paling serius ada di antara diri dan organisme.

Selain itu, Purwanto (2004, hlm. 102) mengungkapkan bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar menunjukkan tingkat keberhasilan siswa dalam mengupayakan tujuan yang akan dicapainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: faktor yang ada pada diri individu itu sendiri, disebut faktor individual meliputi faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan faktor yang ada di luar individu, yang disebut faktor sosial meliputi faktor keluarga / keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.

Stipek (Slavin, 2011 hlm. 103) menyatakan siswa yang tidak merasa bahwa mereka dicintai dan bahwa mereka mampu, tidak akan mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan pertumbuhan yang lebih tinggi. Siswa yang tidak yakin akan dirinya bahwa dia layak dicintai, dan kemampuan cenderung mengambil keputusan-keputusan yang aman untuk dirinya sendiri.

Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai suatu dorongan atau daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan tindakan dalam mencapai suatu tujuan. McDonald (Fathurohman & Sobry, 2009 hlm. 19 ) menyatakan motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Menurut McDonald, terdapat tiga elemen penting yaitu mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai adanya perasaan, dan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi merupakan suatu kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.


(17)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam kegiatan belajar baik disekolah maupun dirumah, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar sehingga tujuannya tercapai. Dalam melakukan aktivitas belajar baik disekolah maupun dirumah, motivasi sangat diperlukan karena siswa yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan suatu aktivitas belajar.

Dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan dari dalam diri maupun dari luar diri individu untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi mempunyai peran penting sebagai faktor pendorong, penggerak dan pengarah aktivitas belajar untuk mencapai suatu tujuan. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi adalah faktor internal (yang terdapat dalam diri siswa) dan faktor eksternal (faktor yang terdapat dari luar siswa). Motivasi dapat memberikan semangat pada diri siswa sendiri.

Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat membuat program yang membantu siswa motivasi belajar rendah untuk kemudian ditingkatkan self esteem nya sehingga siswa tersebut mempunyai kepercayaan akan dirinya, merasa mampu, merasa berharga, merasa berharga, optimis, mampu menerima kelebihan dan kekurangan dirinya, mampu bersosialisasi dengan orang lain, mampu menghargai perbedaan dengan orang lain. Jika tidak dilakukan pelayanan pada siswa yang motivasi belajarnya rendah, maka siswa tersebut merasa akan putus asa, merasa pesimis, merasa kurang berharga, kurang percaya diri, kurang menerima dirinya. Jadi, siswa yang mempunyai self esteem rendah maupun tinggi dapat berkembang secara optimal dan melewati tugas-tugas perkembangannya dengan optimal.

Berdasarkan pada penelitian-penelitian terdahulu, berikut adalah penelitian yang dilakukan Lingga Filoha (2003:77-78) dengan populasi 30 orang di salah satu panti asuhan di Bandung dengan hasil (a) 5 orang siswa memiliki self esteem rendah dengan prestasi belajar yang tinggi, (b) 11 orang siswa memiliki self


(18)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

esteem rendah dengan prestasi belajar rendah, (c) 5 orang siswa memiliki self esteem tinggi dengan prestasi belajar rendah, (d) 9 orang memiliki self esteem tinggi dengan prestasi belajar tinggi.

Purnama Sidik (2008), penelitian terhadap siswa dipanti asuhan tingkat SMP, tingkat harga dirinya berada pada kategori sedang sebanyak 17 orang, kategori lainnya sebanyak 8 orang memiliki tingkat harga diri rendah dan 5 orang lainnya memiliki harga diri sangat rendah. Adapun siswa panti asuhan yang termasuk kategori tinggi yaitu 11 orang dan yang memiliki harga diri sangat tinggi ada 3 orang.

Endang Sulaeman (2011), penelitian terhadap siswa kelas VIII di SMPN 43 Bandung menunjukkan self esteem siswa yang tinggi disebabkan aspek percaya diri (confidence) yang lebih tinggi dibandingkan dengan aspek mencintai diri (self love). Berdasarkan uraian tentang fenomena dan hasil penelitian di atas, tergambarkan bahwa individu yang berbahagia memiliki kecenderungan hasil positif dalam aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.

Ketika melakukan studi pendahuluan di kelas X SMA Angkasa Bandung, ditemukan 30 siswa yang bermotivasi belajar rendah dari 80 siswa. Mereka terlihat dari rendahnya rasa percaya diri, kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan sekolah baik dengan teman-teman, guru-guru dan staf sekolah, menarik diri dari lingkungan, perasaan minder, serta pesimis.

Dalam konteks Bimbingan dan konseling, peningkatan self esteem termasuk ke dalam Program Bimbingan pribadi sosial. Program untuk meningkatkan self esteem siswa dengan motivasi belajar rendah perlu dibuat program secara terencana dan sistematis berdasarkan kondisi objektif siswa disekolah. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu diadakan studi mengenai peningkatan self esteem siswa dengan motivasi belajar rendah, studi tersebut dikemas dalam penelitian yang berjudul : ”Program Hipotetik Bimbingan Pribadi


(19)

-Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Penelitian ini diarahkan untuk mengungkapkan permasalahan mengenai self esteem. Maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana deskripsi motivasi belajar di SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung tahun ajaran 2013/2014?

2. Bagaimana deskripsi self esteem siswa di SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung tahun ajaran 2013/2014?

3. Bagaimana rumusan program hipotetik bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan self esteem siswa bermotivasi belajar rendah di SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung tahun ajaran 2013/2014?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini umumnya bertujuan memperoleh rumusan Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk :

1. Mendeskripsikan motivasi belajar di SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung tahun ajaran 2013/2014.

2. Mendeskripsikan self esteem siswa di SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung tahun ajaran 2013/2014.

3. Dapat mengidentifikasi pelayanan program layanan bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan self esteem siswa di SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung tahun ajaran 2013/2014.

4. Menyusun program hipotetik bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan self esteem siswa bermotivasi belajar rendah di SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung tahun ajaran 2013/2014.


(20)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait, yaitu :

1. Bagi SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung, untuk memberikan masukan mengenai gambaran umum self esteem siswa yang bermotivasi belajar rendah.

2. Bagi guru-guru SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung untuk memberikan masukan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun dan memberikan layanan untuk siswa.

3. Bagi guru BK, dapat dijadikan suatu pedoman sebagai bahan pertimbangan dalam memnyusun layanan bimbingan pribadi-sosial dalam meningkatkan self esteem siswa yang bermotivasi belajar rendah

4. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Penelitian ini dapat menambah referensi keilmuan bimbingan dan konseling. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi kerangka acuan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah menengah atas.


(21)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian.

Lokasi penelitian ini ialah di SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung yang beralamat di jalan Lettu Subagio. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006 hlm. 130).

Secara spesifik, sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling (penentuan sampel secara bertujuan). Metode ini digunakan karena peneliti memiliki pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan (Riduwan, 2006 hlm. 63).

Berdasarkan pengertian tersebut, maka ditetapkan bahwa populasi penelitian adalah peserta didik kelas X SMA Angkasa Lanud Husein SastranegaraBandung tahun ajaran 2013/2014 sebagaimana ditunjukkan tabel berikut.

Tabel 3. 1

Jumlah Anggota Populasi dan Sampel

Peserta didik Kelas X SMA Angkasa Lanud Husein S Bandung

No. Kelas Anggota

Populasi

Sampel

1. X IPA A 33 14

2. X IPA B 33 14

3. XIPA C 30 14

4. X IPA D 34 14

5. X IPS A 36 14

6. X IPS B 34 14

7. X IPS C 34 14

8. X IPS D 34 13

9. X IPS E 32 13


(22)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peserta didik kelas X SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung yang menjadi pilihan populasi dan sampel penelitian dengan asumsi bahwa peserta didik kelas X berada pada masa transisi perilaku dan motivasi belajar kelas IX ke kelas X. Berdasarkan kerangka pikir tersebut peserta didik kelas X dianggap dapat mewakili profil umum perilaku peserta didik kelas XI dan kelas XII, termasuk profil umum self esteem nya.

B. Desain Penelitian dan Justifikasi Pemilihan Desain

Desain penelitian yang dilakukan berdasarkan pada pendekatan dan metode penelitian seperti tampak dalam Tabel 3.2 dibawah ini :

Tabel 3. 2 Desain Penelitian

Tahap Kegiatan Hasil

Awal studi pendahuluan

Melakukan internalisasi dalam

menentukan fokus

permasalahan yang dihadapi peserta didik di sekolah berkaitan dengan kepribadian dan perilakunya (self esteem)

Fokus penelitian yaitu berkaitan dengan peningkatan self esteem peserta didik di sekolah melalui program bimbingan pribadi-sosial.

Melakukan kajian teoritik berkaitan dengan konsep dan pengukuran self esteem

Konsep dan operasionalisasi self esteem termasuk model pengukuran nya

Melakukan kajian terhadap bentuk-bentuk program bimbingan pribadi-sosial yang diprediksi dapat meningkatkan self esteem peserta didik.

Konsep dan bentuk-bentuk program bimbingan pribadi-sosial yang di prediksi dapat meningkatkan self esteem peserta didik.


(23)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Mengurus perizinan untuk

dilakukan nya penelitian lapangan.

Izin penelitian di sekolah yang ditentukan.

Pelaksanaan studi lapangan

Mendesain dan

mengembangkan blue-print alat ukur (angket) untuk mengungkapakan self esteem

Kisi-kisi dan pernyataan serta blue-print alat ukur (angket) untuk mengungkap self esteem peserta didik.

Melakukan validasi alat ukur melalui judgement pakar agar siap di uji coba di lapangan

Alat ukur (angket) yang telah di validasi beberapa pakar dan siap di uji coba di lapangan.

Mengambil data tentang self esteem peserta didik (dengan alat ukur teruji validitas dan reliabilitas) dan data tentang pelayanan BK aktual (saat ini) yang dilakukan untuk meningkatkan self esteem peserta didik.

Data objektif tentang self esteem peserta didik dan bentuk kegiatan layanan BK aktual (saat ini ; saat penelitian dilakukan) untuk meningkatkan self esteem peserta didik.

Akhir

pengembangan program

Pengolahan dan analisis data hasil penjaringan dari lapangan

Hasil deskriptif dari data yang berkaitan dengan self esteem dan layanan BK di sekolah.

Pengembangan program hipotetik bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan self esteem peserta didik berdasarkan data lapangan.

Program (hipotetik) bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan self esteem peserta didik berdasarkan data objektif lapangan.


(24)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Metode Penelitian dan Justifkasi Penggunaan Metode Penelitian.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan penganalisisan data hasil penelitian dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik, mulai dari pengumpulan data, penafsiran sampai penyajian hasilnya Arikunto (2006, hlm. 12). Pada penelitian, hasil yang diperoleh berupa angka, yang digunakan untuk menganalisis variabel motivasi belajar dan variabel self esteem.

Metode yang digunakan adalah studi deskriptif. metode ini dipilih karena melalui metode ini, menurut Sukmadinata (2007, hlm. 75) terdapat tiga jenis informasi yang dapat diperoleh melalui penelitian deskriptif, yaitu:

1) Informasi tentang keadaan saat ini (present condition), apa yang dimiliki, apa yang dilakukan, apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan.

2) Informasi apa yang diinginkan (what we may want), yaitu apa yang ingin dicapai, apa yang menjadi tujuan dan sasaran, apa yang dibutuhkan dan arah mana yang dituju.

3) Informasi bagaimana agar sampai ke sana, bagaimana mencapainya (how to get three)

Data dan informasi yang dapat diperoleh dari metode ini selaras dengan tujuan pada penelitian dan dapat menjawab rumusan masalah pada penelitian ini.

D. Definisi Operasional Variabel

Terdapat dua variabel penelitian, yaitu variabel motivasi belajar dan variabel self esteem. Kedua variabel tersebut dapat didefinisikan secara operasional sebagai berikut :


(25)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Motivasi Belajar

Motivasi belajar dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu dorongan/kekuatan dalam diri individu yang mendorong individu melakukan sesuatu dengan usaha yang optimal untuk mencapai hasil prestasi setinggi-tingginya. Motivasi belajar dalam variabel ini menjadi motivasi berprestasi agar mengetahui peserta didik dalam mencapai hasil prestasi belajarnya.

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada konsep Mc Clelland (1978) yang dikembangkan Kartadinata, (Apsari, 2001 hlm. 47). Mengemukakan tujuh unsur motivasi belajar yaitu kebutuhan berprestasi, keinginan berprestasi, antisipasi, hambatan, bantuan, suasana perasaan, dan tema berprestasi.

Aspek-aspek tersebut di uraikan sebagai berikut : a. Kebutuhan berprestasi.

Menunjukkan adanya keinginan, harapan, untuk mencapai hasil yang didasarkan secara eksplisit, keinginan atau harapan berkenaan dengan sesuatu yang bersifat umum.

b. Keinginan berprestasi.

Menunjukkan adanya usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Usaha tersebut baik yang bersifat jasmani atau rohani.

c. Antisipasi.

Menggambarkan bagaimana individu membuat perhitungan terhadap pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Antisipasi ini banyak menunjukkan keberhasilan ataupun kegagalan.


(26)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menggambarkan rintangan atau kesukaran yang di atasi dalam mencapai tujuan. Hambatan tersebut dapat bersumber dari diri individu atau faktor-faktor di luar sekitarnya.

e. Bantuan.

Menunjukkan adanya orang-orang yang bersimpati, membantu dan mendorong untuk mencapai tujuan. Bantuan ini ke arah pencapaian tujuan yang bersifat berkelanjutan.

f. Suasana perasaan

Menggambarkan perasaan-perasaan yang dihayati individu dalam pencapaian tujuan. Perasaan ini meliputi perasaan positif dan negatif.

g. Tema berprestasi

Menunjukkan gambaran keseluruhan dari apa yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan.

2. Self Esteem

Secara operasional, self esteem dalam penelitian ini adalah merupakan suatu bentuk evaluasi diri individu dalam penerimaan segala kekurangan dan kelebihan terhadap dirinya, dapat mengetahui dan mengembangkan berbagai potensi, minat dan bakat yang ada dalam dirinya.

Bush (Suherman, 2008 hlm. 27) mengungkapkan bahwa aspek-aspek self esteem terbagi dalam :

a. Aspek percaya diri (confidence) yaitu kualitas keyakinan serta kenyamanan individu terhadap penampilan (appearance), kemampuan (ability), kekuasaan (power), dirinya dalam berinteraksi dengan lingkungan.

1) Penampilan (appearance) yaitu ciri fisik individu yang dianggap dapat memunculkan ketertarikan atau menarik (attractive) untuk diperlihatkan atau dibanggakan kepada orang lain.


(27)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Kemampuan (ability) yaitu kapabilitas individu yang diyakini memberi pengaruh (memiliki kemanjuran/efikasi) terhadap keberhasilan. Sub-aspek indikatornya memiliki hal-hal sebagai berikut : Kecerdasan (intelligence) yang tinggi, Bakat (talents) yang mendukung, Keterampilan hasil belajar yang berdaya guna (skill), Kepandaian dalam melakukan suatu pekerjaan (performance)

3) Kekuasaan (power) yaitu daya atau kekuatan diri yang dimiliki individu untuk mengontrol individu lain, peristiwa dan atau situasi lingkungan (to control people and event). Sub-aspek indikatornya memiliki hal-hal sebagai berikut : Dominasi terhadap individu lain (dominance) dalam bentuk paksaan (coercion), kompetisi (competence), dan kepemimpinan (leadership), Status sosial yang tinggi (social status), Kondisi ekonomi (money/uang) yang berlimpah, Kekuatan mengubah lingkungan (environmental affectance).

b. Mencintai diri (self love) yaitu akumulasi dorongan untuk mengasihi, menghargai dan menyayangi diri sendiri yang bersumber dari penghargaan sosial (social rewards), perasaan adanya hubungan dengan sumber-sumber kebanggaan. Sub-aspek indikatornya memiliki hal-hal sebagai berikut :

1) Penghargaan sosial (social rewards) yaitu apresiasi lingkungan sosial terhadap individu yang diwujudkan melalui kasih sayang (affection), pujian (praise), dan penghormatan (respect) sehingga individu tersebut merasa berharga.

2) Sumber rasa bangga dari orang lain yang seolah-olah dialami sendiri (vicarious sources), yaitu instrumental input dari luar diri individu yang mendorong munculnya perasaan berharga pada diri seperti : Perasaan memiliki hubungan dengan kesenangan atau kemenangan orang lain (basking in reflected glory), Cerminan (reflection) yang menimbulkan rasa bangga membandingkan (comparison) antara diri dengan orang lain,


(28)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kepemilikan yang mendalam terhadap suatu benda sehingga menjadi kebanggan karena dianggap menggambarkan atau merefleksikan dirinya sendiri (possession).

3) Moralitas (morality), yaitu kesusilaan yang mendeskripsikan kepatutan; pantas atau tidak; baik atau buruk menurut pandangan diri dan lingkungan seperti : Perlakuan yang adil dan jujur (fair and honest) terhadap orang lain, Perilaku mementingkan kepentingan orang lain (altruism/keinginan untuk menolong orang lain dengan tulus), Sikap keberagamaan (religiosity) yaitu perilaku yang menjadi kebanggan atau penghargaan terhadap diri karena berhubungan dengan penilaian Tuhan.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur untuk melakukan penelitian. Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti dalam sebuah penelitian untuk mempermudah dalam mengumpulkan data penelitian. Sebagaimana Arikunto (2002, hlm. 134) menjelaskan bahwa:

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah. Untuk memperoleh data, peneliti harus menggunakan alat atau instrument yang menunjang dalam memperoleh data dari permasalah yang akan diteliti.

Sedangkan menurut Sugiyono (2010, hlm. 133) bahwa instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Terdapat beberapa cara untuk menyusun instrumen penelitian, menurut Sugiyono (2010, hlm. 133) langkah-langkah untuk menyusun instrumen yaitu menentukan variabel penelitian, menetapkan indikator-indikator variabel, menyusun pernyataan dari variabel. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kuesioner (angket).


(29)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kuesioner (angket) berfungsi sebagai alat pengumpul data sekaligus alat ukur untuk mencapai tujuan penelitian. Sugiyono (2010, hlm. 40) menyatakan :

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang diukur dan tahu apa yang bias diharapkan dari responden. Kuesioner digunakan untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data yang dibutuhkannya.

Untuk memperoleh data mengenai gambaran self esteem peserta didik bermotivasi belajar rendah dan program bimbingan diperlukan alat/instrumen untuk mengungkapnya. Penelitian menggunakan dua jenis instrumen, yaitu angket pertama adalah angket pengungkap motivasi belajar siswa dan angket kedua adalah angket self esteem siswa. Untuk instrumen motivasi belajar, instrumen yang digunakan adalah instrumen yang sudah valid. Sedangkan untuk mengukur self-esteem, dikembangkan instrumen baru berdasarkan pada devinisi operasional variabel yang diturunkan menjadi kisi-kisi instrumen.

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Jenis Instrumen

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan data primer yang diambil dari alat ukur berupa kuesioner, yang digunakan sebagai alat pengumpul data sekaligus alat ukur untuk mencapai tujuan penelitian. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab oleh responden (Sugiyono, 2010, hlm. 142). Tipe kuesioner yang digunakan adalah Self-Administrated Questionnaire, yaitu kuesioner yang diisi sendiri oleh responden. Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data subjek penelitian, yaitu alat ukur self esteem dan motivasi belajar peserta didik di sekolah.


(30)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap self esteem dan motivasi belajar peserta didik di sekolah, dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Terdapat kisi-kisi instrumen yaitu: kisi-kisi instrumen untuk mengukur self esteem dan motivasi belajar peserta didik di sekolah.

Berikut disajikan dalam tabel kisi-kisi instrumen sebelum dilakukan uji coba. Kisi-kisi instrumen self esteem (sebelum uji coba) disajikan dalam Tabel berikut.

Tabel 3. 3

Kisi-Kisi Instrumen Pengungkap Self Esteem (Sebelum Uji Coba)

Aspek Sub-Aspek Indikator

No Item Positif (+) Negatif (-) 1. Confid ence (rasa percay a diri) 1.1 Appearance (penampilan diri)

1.1.1. Tinggi badan yang ideal 1,2 3,4

1.1.2. Wajah yang cantik/tampan 5,6 7,8 1.1.3. Warna kulit yang kuning

langsat

9,10 11, 12 1.1.4. Mata indah yang bersinar 13,14 15,16 1.1.5. Suara yang lembut

(wanita) dan atau berwibawa (pria)

17,18 19,20

1.1.6. Rambut yang hitam dan lurus

21,22 23,24 1.1.7. Pakaian yang rapi dan gaul 25,26 27,28 1.2. Ability

(kemampuan)

1.2.1.Kecerdasan yang tinggi (intelligence)

29,30 31,32 1.2.2.Bakat (talents) 33,34 35,36 1.2.3.Keterampilan belajar yang

berdaya guna (skill)

37 38,39

1.2.4.Kepandaian dalam melakukan suatu pekerjaan (performance)

40,41 42,43

1.3.Power (kekuatan)

1.3.1.Dominasi terhadap individu lain (dominance), dalam bentuk paksaan (coercion), kompetisi (competition), dan kepemimpinan

- 44,45,46,


(31)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu (leadership).

1.3.2. Status social yang tinggi (social status)

48,49 50,51 1.3.3. Kondisi ekonomi

(money/uang) yang berlimpah

52 53

1.3.4. Kekuatan mengubah lingkungan (environmental affectance)

54,55 56,57

2. Self love (mencintai diri) 2.1.Social rewards (penghargaan sosial)

2.1.1. Perasaan dikasihi dan disayangi (affection )-kebalikannya-dibenci (disliked)

58,59 60,61

2.1.2. Perasaan bangga karena dipuji/pujian (praise )-kebalikannya-dikritik (criticism)

62,63 64,65

2.1.3.Perasaan dihormati (respected)-kebalikannya-dihina (insolence)

66, 69

2.2. Vicarious sources (sumber-sumber rasa bangga yang seolah-olah dialami sendiri oleh individu)

2.2.1. Perasaan memiliki hubungan dengan kesenangan/kemenangan orang lain (basking in reflected glory)

70,71 72,73

2.2.2.Cerminan (reflection) yang menimbulkan rasa bangga dari membandingkan (comparison) diri dengan orang lain

- 74,75,76,77

2.2.3. Kepemilikan yang mendalam terhadap suatu benda sehingga menjadi kebanggaan karena dianggap

menggambarkan/merefleksikan diri (possession)

78,79 80,81

2.3. Morality (moralitas)

2.3.1. Perlakuan yang adil dan jujur (fair and honest) terhadap orang lain

82,83 84,85 2.3.2. Perilaku mementingkan orang

lain (altruism)/keinginan untuk menolong orang lain secara tulus

86,87 88,89

2.3.3. Sikap keberagamaan (religiousity)

90,91 92,93

3. Pedoman Skoring

Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sehingga menghasilkan item-item pernyataan dan kemungkinan jawabannya. Instrumen digunakan untuk mengukur respon peserta didik mengenai variabel motivasi


(32)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

belajar dan variabel self esteem. Skor yang diberikan untuk setiap item pernyataan bentuk variabel self esteem peserta didik di sekolah yang dijawab oleh responden yaitu 5 (sangat sesuai), 4 (sesuai), 3 (ragu-ragu), 2 (kurang sesuai), 1 (tidak sesuai). Dan skor bentuk variabel motivasi belajar untuk setiap pertanyaan yaitu 5 (Sangat setuju), 4 (Setuju) , 3 (ragu-ragu), 2 (kurang setuju), 1 (tidak setuju). Lebih jelasnya, dirinci dalam tabel berikut.

Tabel 3. 4

Alternatif Pilihan Jawaban Instrumen

Alternatif Skor Butir Soal

Favorable Non-favorable

Sangat Sesuai (SS) 5 1

Sesuai (S) 4 2

Ragu-ragu (R) 3 3

Kurang Sesuai (KS) 2 4

Tidak Sesuai (TS) 1 5

G. Proses Pengujian Instrumen 1. Uji Kelayakan Instrumen

Uji kelayakan instrumen melalui penimbangan (judgement) dalam pengembangan alat pengumpul data bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari aspek kesesuaian dengan landasan teoritis, kesesuaian dengan format dilihat dari sudut ilmu pengukuran serta ketepatan bahasa yang digunakan, dilihat dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan respon. Penimbangan dilakukan oleh tiga dosen ahli yakni dosen dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Penilaian oleh 3 dosen ahli dilakukan dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan bahwa item tersebut


(33)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bisa digunakan, dan item yang diberi nilai TM menyatakan dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak bisa digunakan atau diperlukan revisi pada item tersebut. Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian harus melalui tahap uji coba terhadap populasi di luar sampel penelitian, sehingga dapat diketahui kelayakan serta validitas instrumen yang akan dipergunakan untuk penelitian. Langkah-langkah pengembangan instrumen mencakup kontekstualisasi butir soal dengan mengubah butir soal yang kurang dipahami, melakukan validasi pakar (judgement) kepada tiga orang dosen jurusan PPB yaitu Dr. Ipah Saripah, M.Pd., Dra. Lily Nurilah, M.Pd.,dan Dra.S.W. Indrawati, M.Pd.

Hasil validasi pakar terhadap instrumen self esteem disajikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 3. 5

Hasil Judgement Instrumen

Pertimbangan Saran / Komentar

Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3

Bahasa Pergunakan Bahasa spesifik sesuai karakteristik responden

Ada yang harus di perbaiki Bahasa diperbaiki. Usahakan tidak menggunakan kata “tidak” dalam pernyataan. Konstruk Perbaiki Definisi Operasional Variable Memadai Perbaiki, masih ada beberapa pernyataan yang belum memadai. Konten Hindari pernyataan yang bertolak belakang secara langsung Cukup memadai Perbaiki, masih ada beberapa pernyataan yang belum memadai


(34)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Uji Keterbacaan

Langkah selanjutnya setelah uji kelayakan instrumen, maka penelitian ini melakukan uji coba dengan uji keterbacaan terhadap peserta didik-siswi SMA yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel penelitian.

Uji keterbacaan dilakukan di SMA Pasundan 8 Bandung, dengan responden sebanyak satu kelas berjumlah 36 orang siswa. Uji keterbacaan ini dilakukan pada tanggal 23 April 2013.

Hasilnya, seluruh item pernyataan yang diberikan dapat dimengerti oleh peserta didik baik dari segi bahasa maupun makna dari pernyataan itu sendiri.

3. Uji Validitas Butir Item

Arikunto (2010, hlm. 211) mengungkapkan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. Selain itu, Sugiyono (2004, hlm. 137) mengtakan uji validitas adalah tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur. Dengan kata lain uji validitas ialah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, yang bertujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Menurut Djaali dan Pudji (2008), Validitas dibagi menjadi tiga macam yaitu, Validitas isi, Validitas konstruk, dan Validitas empiris.

Pengujian validitas butir item dilakukan terhadap seluruh item yang terdapat dalam angket yang mengungkap self esteem siswa. Menurut Arikunto (2002, hlm. 145) uji validitas alat pengumpul data dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur. Uji validitas dilakukan di SMA Pasundan 8 Bandung, dengan responden sebanyak satu kelas berjumlah 36 orang siswa. Uji


(35)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterbacaan dilakukan pada tanggal 23 April 2013. Uji validitas ini dilakukan bersamaan dengan uji keterbacaan dan dilakukan kepada responden yang sama.

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas Isi. Validitas isi untuk pembakuan instrumen dilakukan dengan beberapa tahap yaitu dengan hasil judgement instrument (hasil penilaian oleh ahli) dan melakukan korelasi instrumen yang hasilnya dilampirkan (terlampir).

Uji Validitas digunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut:

r xy=

 

 

 

2 2

2 2

y y

n x x

n

y x xy

n

Riduwan (2008, hlm. 98)

Keterangan: r

xy : Koefisien korelasi suatu butir/item n : Jumlah sampel

x : skor suatu butir/item y : skor total

Hasil validitas terhadap instrumen yang diuji coba, terdapat beberapa item pernyataan yang tidak valid, sehingga item tersebut tidak dapat digunakan dalam penelitian (Hasil validitas terlampir). Item pernyataan yang menunjukkan tidak valid untuk selanjutnya tidak dipergunakan dalam penelitian. Berikut disajikan item-item pernyataan yang tidak valid dalam Tabel berikut (perhitungan validitas secara lengkap terlampir).

Tabel 3. 6 Hasil Uji Validitas Item


(36)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu r11 = [ ] [1 - ]

Jenis Instrumen

Banyaknya Pernyataan

Tidak Valid

Nomor Item

Self esteem 8 19, 24, 27, 35, 36, 38, 45, 48

4. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen cukup baik Arikunto (2010 hlm. 221). Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen diolah dengan metode statistika memanfaatkan program komputer Microsoft Excel 2007.

Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut.

Arikunto (2006, hlm. 171) Keterangan:

r11 = reliabilitas yang dicari

n = jumlah item pertanyaan yang diuji

= jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total

Sebagai kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi yang dijelaskan pada tabel sebagai berikut :


(37)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3. 7

Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen

Kriteria Kategori

0.91-1.00 Derajat keterandalan sangat tinggi 0.71-0.90 Derajat keterandalan tinggi 0.41-0.71 Derajat keterandalan sedang 0.21-0.41 Derajat keterandalan rendah

< 20 Derajat keterandalan sangat rendah

Rakhmat dan Solehuddin (2006, hlm. 74)

Hasil uji reliabilitas terhadap instumen Self esteem menunjukan tingkat derajat keterandalan sangat tinggi dengan hasil perhitungan 0.918 sesuai dengan kriteria di atas yang menunjukan rentang nilai 0.91-1.00 berada pada kategori derajat keterandalan sangat tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa instrumen Self esteem mampu menghasilkan skor-skor secara konsisten.

H. Teknik Pengumpulan Data 1. Penyusunan Proposal Penelitian

Sebelum penelitian dilakukan, peneliti terlebih dahulu menyusun proposal penelitian. Proses penyusunan proposal dimulai dari pengajuan tema bahasan penelitian kepada dewan skripsi. Setelah tema disetujui oleh dewan skripsi, selanjutnya proposal diseminarkan untuk mendapatkan berbagai masukan dari dewan skripsi dan dari teman-teman mahapeserta didik lainnya sebagai peserta seminar. Setelah tema disetujui oleh Dewan Skripsi, peneliti merumuskan judul penelitian dalam bentuk proposal. Berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh


(38)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ketika seminar, proposal kemudian direvisi dan hasil revisi diajukan kembali untuk memperoleh pengesahan dan pengangkatan dosen pembimbing skripsi.

2. Perizinan Penelitian

Perizinan penelitian bertujuan untuk memenuhi kelengkapan administrasi penelitian sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Perizinan dimulai dengan mengajukan permohonan izin penelitian kepada ketua jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB), dan dapat langsung diserahkan kepada sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian, yaitu SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung (surat izin terlampir).

3. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara wali kelas dan penyebaran angket kepada responden yaitu peserta didik kelas X SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah:

a. Penyampaian tujuan penelitian angket b. Penyebaran angket

c. Penjelasan petunjuk pengisian angket d. Pengumpulan angket

e. Penutup

I. Analisis data

Dalam penelitian kuantitatif atau penelitian yang dihitung hasilnya berdasarkan angka, maka harus dilakukan sebuah analisi data. Menurut Sugiyono (2010, hlm. 147) bahwa :


(39)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan pada bab I, terdapat empat pertanyaan yang perlu dijawab. Pertanyaan pertama dijawab dengan mengunakan kategori norma motivasi belajar yang secara deskriptif menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, rendah. Motivasi belajar tinggi bermakna bahwa peserta didik memiliki keselarasan antara motivasi dengan kepercayaan dirinya yang bersumber dari kualitas total individu, motivasi belajar sedang memiliki keselarasan tidak seimbang dengan kepercayaan dirinya, dan motivasi belajar rendah memiliki tidak selaras antara kepercayaan diri dengan kualitas individu.

Analisis data untuk pertanyaan penelitian self esteem peserta didik di sekolah menggunakan rumus yang sama. Data yang terkumpul dikategorikan menjadi tiga bagian yakni tinggi, sedang dan rendah. Rumus yang digunakan untuk membuat kategori intensitas esteem peserta didik adalah sebagai berikut.

X ideal + Z (SD Ideal)

Keterangan :

X ideal = ½ dari skor maksimal SD ideal = 1/3 dari X ideal

Z = Luas dari daerah kurva normal (0,61)

Pengelompokan data sesuai dengan kategori adalah sebagai berikut :

Tabel 3. 8


(40)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kriteria Kategori

x ≥ X + 0,5 s Tinggi

X – 0,5 s ≤ x ≤ X + 0,5 s Sedang

x ≤ X-0,5 s Rendah

Berdasarkan rumus perhitungan di atas, maka pembagian kategori tingkat self esteem siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. 9

Klasifikasi Kategori Tingkat Self Esteem Siswa Kategori

skor Rentang Deskripsi

Tinggi ≥ 151 Responden memiliki skor

tinggi pada setiap aspek, memiliki rasa percaya diri tinggi dan memiliki rasa cinta terhadap diri sendiri.

Sedang 109 – 150 Responden memiliki skor

yang menyebar pada kategori sedang dan atau tinggi pada sebagian aspek saja.

Rendah ≤108 Responden memiliki skor

rendah pada setiap aspek, kurang memiliki rasa percaya diri tinggi dan kurang memiliki rasa cinta terhadap diri sendiri.


(41)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan dari penelitian Program Hipotetik Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah diperoleh kesimpulan dan rekomendasi yang diharapkan menjadi masukan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling khususnya dalam pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan self esteem siswa.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka di bawah ini akan dipaparkan beberapa kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan yang dikaji. Berikut hasil penelitian yang dituangkan dalam beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengolahan data menunjukkan gambaran umum siswa kelas X di SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung tahun ajaran 2013/2014 secara umum memiliki motivasi belajar dengan kategori rendah (65 siswa dari 120 siswa). Hal ini mengandung arti bahwa secara umum siswa belum secara penuh mampu memotivasi dirinya untuk belajar.

2. Secara umum siswa kelas X di SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung tahun ajaran 2013/2014 memiliki self esteem yang tinggi sebesar 42 siswa, kategori sedang 18 siswa dan kategori rendah 5 orang. Gambaran umum self esteem berdasarkan aspek menunjukkan bahwa aspek percaya diri (confidence) lebih rendah dibandingkan aspek mencintai diri (self love). Sedangkan berdasarkan sub aspek self esteem, yang memiliki kategori rendah adalah sub aspek kekuatan (power) dan penghargaan sosial (social rewards).


(42)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

3. Secara garis besar, program ini terdiri dari layanan dasar dengan metode bimbingan klasikal, konseling individual, dan konseling kelompok yang memuat dua belas layanan yang mempunyai sasaran siswa yang mempunyai self esteem rendah, self esteem sedang, dan self esteem tinggi. Dua belas

layanan khusus yang terdiri dari “mengatasi rendah diri”, “pengungkapan diri”, “meningkatkan rasa percaya diri“, “Menghargai orang lain”, “Siapa

saya (Who am I)”, “Sebuah garis”, “Bersyukur”, ”konsep diri AKU”,

“persaingan positif”, “No Excuse”, “Kurang bangga menjadi diri”, dan “Makna diri sendiri”.

B. Rekomendasi

Rekomendasi penelitian ini ditunjukkan kepada guru bimbingan dan konseling serta peneliti selanjutnya.

1. Guru Bimbingan dan Konseling/konselor

a. Berdasarkan hasil penelitian ini. Guru bimbingan dan konseling dapat menggunakan program bimbingan pribadi-sosial yang disusun dalam penelitian sebagai pedoman penyelenggaraan bimbingan.

b. Profil self esteem siswa dapat dijadikan studi kasus lanjutan, terutama siswa yang memiliki tingkat self esteem sedang dan rendah tetapi tidak bersedia mengikuti kegiatan bimbingan. Data tersebut dapat menjadi gambaran bagi guru bimbingan dan konseling apabila merancang layanan responsif bagi siswa yang termasuk kategori rendah.

c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program bimbingan pribadi sosial ini dapat memberikan gambaran kepada guru BK untuk merancang kembali layanan bimbingan yang mungkin lebih sesuai berdasarkan rekomendasi hasil penelitian para pakar pada kajian pustaka.


(1)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

a. Peneliti selanjutanya dapat meneliti hubungan antara self esteem dan motivasi belajar, serta pengaruh antar kedua variabel tersebut. Peneliti selanjutnya yang mengambil tema penelitian self esteem dapat melakukan uji lapangan dan statistik terhadap program hipotetik ini

b. Program yang telah dirumuskan dan dapat dikembangkan dengan mengeksplorasi lebih lanjut kebutuhan layanan yang tidak hanya diprioritaskan pada pencapaian indikator terendah saja, tetapi pada self esteem yang berkategori sedang dan tinggi

c. Instrumen self esteem siswa dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan instrumen self esteem untuk siswa SMK dan SMP, dengan tetap mengacu pada kajian pustaka.

d. Program bimbingan pribadi-sosial yang disusun dalam penelitian ini dapat diterapkan pada siswa kelas X dan kelas XI, namun dengan didasari pada profil self esteem yang berbeda.

e. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA, peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian pada populasi yang lebih luas, seperti pada siswa di SD, SMP, SMK dan Perguruan Tinggi, sehingga dapat dihasilkan rumusan program bimbingan yang memiliki efektivitas signifikan untuk meningkatkan self esteem siswa.


(2)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang : Universitas Muhammadiyah. Apsari, Sri. 2001. Hubungan Antara Persepsi tentang Suasana Kehidupan

Sekolah dengan Motivasi Belajar Siswa. Skripsi, Unisba, Tidak diterbitkan.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Bandung. Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam. Bandung: tidak diterbitkan.

Bastaman, H. D. 1995. Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islami. Yogyakarta : Yayasan Insan Khamil & Pustaka Pelajar

Bos, Arjan E R., Muris, Peter., Mulkens, Sandra., Schaalma, Herman P. (2006). ”Changing Self-esteem in children and Adolescents : A Road Map For Future interventions”. Netherlands Journal of Psychology, 2006, pp. 26-33

Branden, Nathaniel. (1992). The Power of Self Esteem. Deeerfield Beach, Florida: Health Communications Inc.

Burns, R. B. 1998. Konsep Diri, Teori, Perkembangan dan Perilaku. Alih Bahasa oleh Eddy. Jakarta : Arcan.

Burns,R.B. 1993. Konsep Diri Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Alih Bahasa: Eddy. Jakarta:Arcan.

Centi, J Paul. 1993. mengapa rendah diri? yogyakarta: Kanisius.

Coopersmith, S. 1967. The Antecedents of self esteem. San Fransisco : W.h. Freeman & Co.


(3)

2

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Djaali, Pudji. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Endang Sulaeman. 2011. Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Mengkatkan Self Esteem Siswa Di Smpn 43 Bandung. Skripsi. Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan).

Fathurohman, Pupuh & Sutikno, Sobry. (2009). Strategi Belajar Mengajar melalui penanaman konsep umum dan konsep islami. Bandung : Refika Aditama.

Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Revika Aditama.

Filoha, Lingga. 2003. Studi Mengenai Hubungan Antara Self-Esteem Dengan Prestasi Belajar Pada Anak Yang Tinggal Di Panti Asuhan Al-Fien

Frey, D. C. 1994. Enhancing Self Esteem.USA. Accelerated Development Inc. Furqon. 2004. Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Hakim, Thursan. 2002. Belajar Secara Efektif. Jakarta : Puspa Swara.

Hisken, Loree J. (2011). “The Correlation Between Self Esteem and Student

Reading Ability, Reading Level, and Academic Achievement”. Journal University of Central Missouri. No.1/Th.14/November 2011, pp. 1-35). Hurlock, E. B. 1980. Developmental Psichology: A Life Span Approach (Fifth

ed.). Alih bahasa 1997. Istiwidayanti dan Soedjarwo. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Jordan,C.H.,Spencer,S.J.,Zanna,M.P.,Hoshino-Browne,E.,& Correll, J. (2003). Secure and defensive high self-esteem. Journal of Personality and Social Psychology, 85, 969-978.

Maslow, Abraham H.1993. Alih Bahasa oleh Nurul Iman. Motivasi dan Kepribadian. Bandung : Remaja Rosda Karya.


(4)

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nurihsan, A. Juntika dan Syamsu Yusuf. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. 2001. Human development (8th Ed.). Boston : McGraw-Hill.

Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.

Purnama Sidik. 2008. Profil Harga Diri Remaja Panti Asuhan. Skripsi PPB FIP UPI. Bandung : tidak diterbitkan.

Purwanto, M. Ngalim, MP. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Rakhmat, Cece dan Solehudin. 2006. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Bandung : Andira.

Rice, F. P. 1990. The Adolescent Development, Relationship and Culture (6th Ed). Boston : Ally & Bacon.

Riduwan. 2006. Metode dan tekhnik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta.

Riduwan. 2008. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta.

Santrock, John W. 2007. Remaja (Edisi kesebelas). Alih bahasa oleh Benedictine Widyasinta. Jakarta : Erlangga.

Sidik, Purnama. 2008. Profil Harga Diri (Self Esteem) Remaja di Panti Asuhan. Bandung: Skripsi. Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan).

Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers

Slavin, Robert. 2011. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik. Alih bahasa oleh Drs. Marianto Samosir, S.H. Jakarta Barat : PT Indeks.

Stuart & Sundeen. 1991. Principle and Prcatice of Psychiatric Nursing (6th Ed). Philadelphia : The CV Mocby.

Subowo, E dan Martiarini, N. (2009). ”Hubungan antara Harga Diri Remaja Dengan Motivasi Berprestasi pada SIswa SMK Yosonegoro Magetan”.


(5)

4

Fitri Nurliasari, 2014

Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Bermotivasi Belajar Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sugiyono. 2004. Statistika Non Parametris. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung : Alfabeta.

Suherman. 2008. Konsep dan Aplikasi Bimbingan & Konseling. Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Pendidikan Indonesia.

Sukmadinata, Nana S. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Syamsuddin, Abin. 2005. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja. Rosdakarya.

Thantaway. 2005. Kamus Istilah Bimbingan dan Konseling .http://ilmupsikologi.com.

Thursan, Hakim. 2000. Belajar secara efektif. Jakarta : Puspa Swara. Wuryani, Sri Esti. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo.

Yusuf, Syamsu. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Yusuf, Syamsu. 2007. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Yusuf, Syamsu. 2009. Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Bandung : Rizqi Press.


(6)