MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DALAM BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

Kata kunci: bimbingan kelompok, percaya diri siswa dalam belajar

MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

FATWA MUSTIKA ADJI

Masalah penelitian ini adalah percaya diri siswa dalam belajar. Permasalahannya adalah “apakah percaya diri siswa dalam belajar dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Labuhan Ratu Lampung Timur tahun pelajaran 2013/2014?. Tujuan penelitian untuk mengetahui peningkatan percaya diri siswa dalam belajar melalui layanan bimbingan kelompok. Metode penelitian adalah metode quasi eksperimen desain nonequievalent control group design. Subjek penelitian sebanyak 24 orang siswa dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, masing-masing terdiri dari 12 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi percaya diri siswa dalam belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa percaya diri siswa dalam belajar dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok, terbukti dari hasil analisis data percaya diri siswa dalam belajar menggunakan uji wilcoxon, dimana nilai probabilitas pada kelompok eksperimen diperoleh sebesar 0.002 < sig.0,05 sehingga Ha1 diterima dan Ha2 ditolak. Hal ini berarti bahwa percaya diri dalam belajar meningkat secara signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberi layanan bimbingan kelompok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa percaya diri siswa dalam belajar dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Labuhan Ratu Lampung Timur tahun pelajaran 2013/2014. Saran yang diberikan adalah kepada (1) Siswa hendaknya mengikuti kegiatan bimbingan kelompok untuk meningkatkan percaya diri siswa dalam belajar, (2) Guru bimbingan dan konseling hendaknya mengadakan kegiatan bimbingan kelompok secara rutin untuk meningkatkan percaya diri siswa dalam belajar (3) Peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang percaya diri siswa dalam belajar dengan bimbingan kelompok hendaknya dapat menggunakan subjek berbeda dan meneliti variabel lain dengan mengontrol variabel yang sudah diteliti sebelumnya.


(2)

KELAS X SMA NEGERI 1 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

Fatwa Mustika Adji (1013052025)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

Fatwa Mustika Adji lahir tanggal 25 Januari 1992 di Labuhan Ratu Enam, Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur, Lampung. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara, pasangan Bapak Dwi Putro Ariyanto dan Ibu Tri Ernaningsih.

Menempuh pendidikan formal yang diawali dari: SD Negeri 1 Labuhan Ratu Enam lulus tahun 2004; SMP Negeri 1 Labuhan Ratu lulus tahun 2007 ; kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 1 Labuhan Ratu lulus tahun 2010.

Tahun 2010, terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selanjutnya, pada bulan Juli-September 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMA Negeri 1 Belalau, Kecamatan Belalau, Kabupaten Lampung Barat, kedua kegiatan tersebut dilaksanakan di Desa Kejadian, Belalau, Lampung Barat.


(7)

Teruntuk Ayahanda Dwi Putro Ariyanto dan Ibunda Tri Ernaningsih tercinta yang selalu mendoakanku, memberikanku semangat dan motivasi dalam menempuh study, yang selalu membimbing dan mengajarkanku

untuk bersabar, ikhlas dan bersyukur atas apa yang selalu diberikan Tuhan kepada umat-Nya . Tak lebih, hanya sebuah karya sederhana ini yang bisa kupersembahkan.

Sahabat sahabat yang terkasih: Wiweka Haris Nitiasa, Thole Ghatan , Ibu kulon, dan Bapak kulon, juga adik adikku sayang: Ivani, Mayang, dan Surya.

Teman teman serta almamater tercinta.


(8)

Sabar, ikhlas, dan bersyukurlah pada apa yang diberikan Tuhan kepadamu.

(M. Ridwan)


(9)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Meningkatkan Percaya Diri Dalam Belajar Menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Labuhan Ratu Lampung Timur Tahun Pelajaran 2013/2014”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si., selaku Ketua Prigram Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Lampung dan pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, motivasi, kritikan, dan masukan dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Ibu Diah Utaminingsih, S.Psi, M.A., Psi., selalu pembimbing II yang telah menyediakan waktunya dalam memberikan bimbingan, motivasi, bantuan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;


(10)

terselesaikan.

6. Dosen-dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah mencurahkan segala ilmunya.

7. Drs. Suhartoyo, M.M selaku Kepala SMA Negeri 1 Labuhan Ratu Lampung Timur. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya membantu penulis dalam mengadakan penelitian.

8. Siswa-siswi SMA Negeri 1 Labuhan Ratu Lampung Timur yang telah bersedia memberikan bantuan dan kerjasama sebagai subjek dalam penelitian. 9. Kedua orang tuaku tersayang, Bapak Dwi Putro Ariyanto dan Ibu Tri Ernaningsih yang selalu membimbing, mendukung, dan selalu menyebut namaku dalam alunan doa yang tulus, agar aku dapat meraih kesuksesan dan cita-cita di hari mendatang.

10. Bapak dan Ibu Kulon yang selalu mendoakanku, membimbingku, dan memberikan motivasi kepadaku.

11. Mas Weka dan Ghatan yang memberikan kesempatan yang sungguh indah untuk tinggal bersama keluarga istimewa ini, aku dapat belajar banyak hal yang membangun, mendapat motivasi, semangat, terlebih dukungan doa yang tiada henti hari lepas hari, kiranya karunia Allah melimpah atas keluarga ini. 12. Adikku, Ivani Desinta Adji, yang selalu setia mendoakan keberhasilanku

dalam menempuhstudydan penyelesaian skripsi. Terima kasih atas semangat dan motivasi yang telah kau berikan selama ini.


(11)

dukaku menjalani persahabatan dan kekeluargaan bersama kalian membuatku semakin dewasa, terima kasih atas semangat dan motivasi yang kalian berikan selama ini.

14. Sahabat kampusku: Ika, Mamah, Bebi, Uni, Nay, Mbak Dita, Bebeth, Natalia, Mbak Lulu, Desti, Lusi, Ivana, Megga, Amel, Ayu, Nita, Mami Evi, Rani, Mbak Desi, Wella, Sespita, Galuh, Gustari, Dewi, Emil, Eva, Melin, Nop, Wiwit, Putri, Ara, Mbak Febri, Tiwi, Adit, Aan Pur, Kak Boy, Nanang, Irsan, ,Edo, Aan Edian, Dendra, dan Nana, terima kasih untuk semangat dan kebersamaan kalian selama perkuliahan yang membuat hari-hariku di kampus semakin berwarna.

15. Sahabat-sahabatku: Eka Andarwati, Nurma Sari, dan Sri Utami yang telah memberiku semangat, doa serta dukungan.

16. Almamaterku tercinta.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Bandar Lampung, April 2015 Penulis,


(12)

i DAFTAR ISI

ABSTRAK

HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP MOTO PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah...1

1. Latar Belakang... 1

2. Identifikasi Masalah... 7

3. Masalah dan Pembatasan Masalah... 7

4. Rumusan Masalah... 7

B. Tujuan Penelitian... 8

1. Tujuan Penelitian... 8

2. Kegunaan Penelitian... 8

C. Kerangka Pemikiran... 9

D. Hipotesis... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Percaya Diri dalam Bimbingan Belajar 1. Bimbingan Layanan Belajar………...,,,,,………... 16

2. Pengertian Percaya Diri Siswa………..………... 18

3. Pengertian belajar... 22

4. Faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri pada Siswa………... 24

5. Ciri – Ciri Percaya Diri Siswa ...………... 26

6. Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa... 27

7. Manfaat Percaya Diri dalam Belajar...31

B. Layanan Bimbingan Kelompok 1. Pengertian Bimbingan Kelompok... 32

2. Tujuan Bimbingan Kelompok... 33

3. Asas – Asas Bimbingan Kelompok... 33


(13)

ii

8. Manfaat Bimbingan Kelompok………...43

C. Upaya Meningkatkan Percaya Diri Siswa Melalui Layanan Bimbing Kelompok………...44

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian……….……… 48

B. Metode Penelitian... 48

C. Subjek Penelitian... 49

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel……….………. 50

1. Variable Penelitian……… 50

2. Definisi Operasional Variabel………... 51

E. Metode Pengumpulan Data... 52

F. Pengujian Instrumen Penelitian………... 54

1. Validitas Instrumen………... 54

2. Reabilitas Instrumen………. 55

3. Teknik Analisis Data………. 56

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Pra Bimbingan Kelompok... 58

2. Deskripsi Data... 59

3. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok... 62

4. Data Skor Subjek Sebelun dan Sesudah Mengikuti Layanan Bimbingan Kelompok (pretest dan posttest)…... 71

5. Analisis Data Hasil Penelitian... 103

6. Uji Hipotesis... 105

B. Pembahasan... 106

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...115

B. Saran...116

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Kriteria percaya diri siswa dalam belajar...60

4.2. Data siswa kelompok eksperimen... 61

4.3. Data siswa kelompok kontrol...61

4.4. Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian... 62

4.5. Skor preetest dan posttest kelompok eksperimen... 71

4.6. Deskripsi peningkatan percaya diri dalam belajar pada kelompok eksperimen... 90

4.7. Skor baseline percaya diri dalam belajar pada kelompok kontrol... 96

4.8. Analisis hasil penelitian menggunakan uji wilcoxon pada data pretest dan posttest kelompok eksperimen... 104

4.9. Analisis hasil penelitian menggunakan uji wilcoxon pada data pretest dan posttest kelompok kontrol... 104


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1.1. Skema kerangka pemikiran... 14

3.1. Nonequivalent Control Group Design... 49

4.1. Grafik perubahan percaya diri dalam belajar RA... 73

4.2. Grafik perubahan percaya diri dalam belajar TD... 75

4.3. Grafik perubahan percaya diri dalam belajar PPS... 76

4.4. Grafik perubahan percaya diri dalam belajar DP... 78

4.5. Grafik perubahan percaya diri dalam belajar BPR... 79

4.6. Grafik perubahan percaya diri dalam belajar ES... 81

4.7. Grafik perubahan percaya diri dalam belajar KRS... 82

4.8. Grafik perubahan percaya diri dalam belajar EW……… 84

4.9. Grafik perubahan percaya diri dalam belajar ST...……... 85

4.10. Grafik perubahan percaya diri dalam belajar YPR... 86

4.11. Grafik perubahan percaya diri dalam belajar ADY... 87

4.12. Grafik perubahan percaya diri dalam belajar FS... 89

4.13. Grafik perubahan percaya diri dalam belajar UKP... 97

4.14. Grafik perubahan percaya diri dalam belajar DS... 98

4.15. Grafik perubahan percaya diri dalam belajar IM... 98

4.16. Grafik perubahan percaya diri dalam belajar RN... 99

4.17. Grafik perubahan percaya diri dalam belajar DL... 99

4.18. Grafik perubahan percaya diri dalam belajar ZA... 100

4.19. Grafik perubahan percaya diri dalam belajar IB... 100

4.20. Grafik perubahan percaya diri dalam belajar EL... 101


(16)

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan utama suatu bangsa sebagai proses membantu manusia menghadapi perkembangan, perubahan, dan permasalahan yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pengaruh sekolah tentunya diharapkan positif terhadap perkembangan siswa.

Menurut Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 3 (Tholib, 2005:3), pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter bangsa yang bermartabat. Ada 9 pilar pendidikan berkarakter, diantaranya adalah:

1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaannya

2. Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian 3. Kejujuran /amanah dan kearifan

4. Hormat dan santun

5. Dermawan, suka menolong dan gotong royong/ kerjasama 6. Kreatif dan bekerja keras

7. Kepemimpinan dan keadilan 8. Baik dan rendah hati


(18)

Berdasarkan fungsi itu, sekolah sebagai tempat pendidikan ikut berperan dalam mengembangkan potensi dalam diri siswa, supaya siswa dapat menjadi manusia yang memiliki iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kepribadian luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, serta dapat bertanggung jawab.

Hal ini didukung oleh Idris (Tholib, 2005:5), yang memandang bahwa:

“Pendidikan sebagai serangkaian interaksi dan bantuan terhadap perkembangan potensi (potensi fisik, emosi, sosial, sikap, moral, kepercayaan diri, pengetahuan, dan keterampilan) siswa semaksimal mungkin agar menjadi manusia dewasa.”

Dengan demikian, pendidikan bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Sekolah merupakan salah satu tempat pendidikan bagi siswa yang barang tentu memiliki tanggung jawab yang besar dalam upaya pengembangan potensi siswa secara optimal. Pengembangan tersebut bukan hanya perkembangan intelektual saja atau hanya pada aspek kognitifnya saja, akan tetapi juga kemampuan afektif dan psikomotoriknya. Hal tersebut tentu didukung oleh rasa percaya diri. Maka dari itu, percaya diri pada siswa mutlak menjadi hal yang penting untuk diperhatikan.

Lie (2003:4) mengatakan bahwa percaya diri adalah modal dasar seorang siswa dalam memenuhi berbagai kebutuhan sendiri. Menurut Lie (2003:4) ada beberapa ciri-ciri perilaku siswa yang mencerminkan percaya diri diantaranya:


(19)

1. Yakin pada diri sendiri

2. Tidak terlalu bergantung kepada orang lain 3. Tidak ragu-ragu

4. Merasa diri berharga

5. Tidak menyombongkan diri

6. Memiliki keberanian untuk bertindak

7. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain

Berdasarkan ciri – ciri tersebut siswa yang percaya diri akan mempunyai kemampuan untuk menghadapi masalah – masalah yang muncul dan tidak ragu untuk mengambil keputusan karena memiliki keyakinan yang tinggi pada diri. Selain itu, mereka berani mengemukakan ide – ide kreatif yang positif, sehingga potensi yang ada dalam diri mereka akan berkembang dengan baik yang menjadikan diri mereka lebih berharga.

Widarso (2005:44) mengemukakan bahwa siswa yang memiliki rasa percaya diri dapat melakukan apa pun dengan keyakinan akan berhasil, apabila ternyata gagal, seseorang tidak lantas putus asa tetapi mempunyai semangat untuk mencoba lagi. Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang yang memiliki percaya diri tidak mudah putus asa ketika menghadapi suatu permasalahan. Keyakinan individu terhadap dirinya timbul karena individu memiliki kepercayaan diri.

Percaya diri merupakan dasar siswa untuk dapat melakukan hal yang cukup berarti dan dianggap menantang. Percaya diri dapat dimiliki oleh seorang siswa apabila ia yakin akan kemampuan diri yang dimiliki sehingga dapat melahirkan suatu cipta ataupun kreasi. Sebaliknya apabila seorang siswa memiliki percaya diri yang rendah dalam dirinya maka individu itu akan


(20)

terbebani dan terganggu dalam melakukan suatu hal serta ragu dalam mengambil keputusan untuk masa depan yang akan dipilihnya.

Menurut Ubayidillah (Lina, 2010:18), ciri – ciri seseorang dengan percaya diri rendah adalah sebagai berikut:

1. Kurang bisa untuk bersosialisasi dan tidak yakin pada diri sendiri, sehingga mengabaikan kehidupan sosialnya.

2. Seringkali tampak murung dan depresi.

3. Punya masalah dalam kebiasaan makan misalnya anorexia yang mengarah pada obesitas, yang membahayakan bagi tubuhnya. 4. Mereka suka berpikir negatif dan gagal untuk mengenali potensi

yang dimilikinya.

5. Takut dikritik dan merespon pujian dengan negatif. 6. Takut untuk mengambil tanggung jawab.

7. Takut untuk membentuk opininya sendiri. 8. Hidup dalam keadaan pesimis.

Berdasarkan ciri-ciri yang telah diuraikan di atas, jelas bahwa individu yang memiliki rendahnya percaya diri memiliki citra diri negatif dan konsep diri yang kurang. Rendahnya percaya diri akan menjadi penghalang kemampuan seseorang dalam membentuk satu hubungan antar individu agar nyaman dan baik untuk dirinya.

Hal ini tentunya merupakan keadaan kurang baik untuk seorang siswa. Apabila percaya diri mereka kurang maka prestasi yang mereka capai pun tidak maksimal. Kurangnya keberanian dalam mengambil keputusan, tidak berani tampil, tidak mampu mengeluarkan pendapat, dan mengekspresikan diri di dalam kelas tentu akan menghambat prestasi yang ingin dicapai.

Melalui kancah orientasi yang telah dilakukan oleh peneliti, pada tanggal 28 – 31 Oktober 2013 di SMAN 1 Labuhan Ratu Lampung Timur, peneliti melihat


(21)

ketika kegiatan belajar berlangsung, ada beberapa siswa yang tidak mau maju ke depan kelas untuk mengerjakan tugas di papan tulis, siswa yang tidak mau bertanya saat presentasi, siswa yang tidak mau maju presentasi dengan alasan takut salah, siswa berbicara ragu – ragu saat ditanya oleh guru, siswa tidak kooperatif dalam kerja kelompok, siswa tidak menyelesaikan yag diberikan oleh guru, siswa tidak berani menampilkan hasil kerjanya di depan kelas dan siswa tidak berani mengeluarkan pendapat. Meskipun demikian, berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur yang dilakukan oleh peneliti dengan wali kelas dan guru matapelajaran mengenai nilai akademik dan intensitas perilaku tersebut muncul, guru dan wali kelas menjawab nilai akademik siswa yang bersangkutan adalah rata–rata dan perilaku tersebut sudah muncul sejak awal kegiatan belajar sebagai murid baru. Dengan demikian perilaku tersebut menunjukkan kurangnya percaya diri pada siswa.

Menurut Hakim (2002:6) rasa percaya diri merupakan salah satu kekuatan jiwa yang sangat menentukan berhasil tidaknya orang tersebut dalam mencapai berbagai tujuan hidupnya. Berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi siswa yang memiliki percaya diri rendah perlu dilakukan upaya untuk membangun percaya diri siswa dalam belajar. Hal tersebut agar siswa tidak lagi merasa canggung, malu ataupun takut mengungkapkan ide, pikiran, dan pendapat sehingga dapat membantu siswa dalam mencapai keberhasilannya dalam pendidikan.

Hal ini membuat peneliti tertarik untuk membantu guru dalam meningkatkan percaya diri siswa yaitu dengan memberikan layanan bimbingan kelompok.


(22)

Cara membangun percaya diri dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok diperkirakan tepat digunakan sebagai salah satu bentuk layanan bimbingan dan konseling untuk dapat diberikan kepada siswa yang memiliki rasa percaya diri yang rendah dalam menampilkan diri terutama dalam belajar di kelas. Hal ini dikarenakan layanan bimbingan kelompok memiliki teknik dan isi kegiatan yang relevan dengan pengembanganpercaya diri siswa.

Salah satu kegunaan dari kegiatan kelompok seperti yang diungkapkan oleh Hartinah (2009:9-10) bahwa, melalui kelompok dapat dihilangkan beban-beban moril seperti malu, penakut, sifat-sifat egoistis, agresif, manja, dan sebagainya. Hal tersebut sesuai dengan gejala-gejala orang yang mengalami tidak percaya diri. Sehingga melalui kegiatan kelompok yaitu bimbingan kelompok hal-hal tersebut dapat dikurangi sebaliknya kepercayaan diri yang dimiliki seseorang dapat meningkat. Maka dari itu, peran guru pembimbing sangatlah dibutuhkan untuk membantu siswa dalam meningkatkan percaya diri siswa.

Oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan judul “ Meningkatkan Percaya Diri dalam Belajar Menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas X SMAN I Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2013/2014”


(23)

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Terdapat siswa yang sering menyuruh teman yang lain saat menjawab pertanyaan dalam presentasi kelompok.

b) Terdapat siswa yang tidak mau menampilkan kemampuannya di depan kelas.

c) Terdapat siswa tidak berani menampilkan hasil kerja tugas pelajarannya di depan kelas.

d) Terdapat siswa ragu–ragu mengeluarkan pendapat saat kegiatan belajar.

3. Masalah dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah terdapat siswa yang kurang percaya diri dalam kegiatan belajar di kelas. Penelitian ini akan dibatasi pada “Meningkatkan Percaya Diri dalam Belajar Menggunakan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas X SMAN I Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2013/2014”.

4. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini adalah terdapat siswa yang kurang percaya diri dalam kegiatan belajar di kelas. Permasalahannya adalah “Apakah Percaya Diri dalam Belajar pada Siswa Kelas X SMAN I Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran


(24)

2013/2014 dapat ditingkatkan dengan menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok?”.

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dari penelian ini adalah untuk mengetahui peningkatan percaya diri dalam belajar menggunakan layanan bimbingan kelompk pada siswa kelas X SMAN I Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur tahun pelajaran 2013/2014.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini secara umum terbagi menjadi dua, yaitu:

a) Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah khasanah keilmuan Bimbingan dan Konseling serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

b) Kegunaan Praktis

Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan kurangnya kepercayaan diri siswa sehingga dapat membantu guru untuk mengatasi rasa percaya diri yang kurang pada siswa. Serta memberikan inspirasi kepada guru untuk


(25)

menggunakan metode yang lainnya dalam hal mengembangkan kepercayaan diri atau hal yang lainnya.

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah dasar dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta hasil observasi dan telaah kepustakaan yang memuat mengenai teori, dalil atau konsep-konsep. Dengan kata lain, kerangka berfikir merupakan hasil dari pemikiran seorang peneliti yang didasarkan pada konsep atau teori yang diajukan oleh pakar tentang variabel yang diteliti.

Menurut Lina dan Klara (2010:15) menjelaskan bahwa percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi sehingga menjadikan hidup lebih baik.

Sedangkan (Lie, 2003:3) menjelaskan bahwa:

“Seseorang yang percaya diri dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahapan perkembangan dengan baik, merasa berharga, keberanian, dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya, mempertimbangkan berbagai pilihan, serta membuat keputusan sendiri merupakan perilaku yang mencerminkan percaya diri.”

Berdasarkan pendapat di atas, seseorang yang memiliki percaya diri dapat melakukan suatu hal tanpa beban persaan yang mengganggu. Percaya diri adalah perilaku penting yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk mengembangkan prestasi dan potensinya secara maksimal. Sebaliknya, seseorang dengan percaya diri yang rendah akan menjalani hidupnya dengan


(26)

penuh ketidakberanian, merasa dirinya tidak berharga, tidak mandiri, dan prestasi yang tidak baik.

Menurut teori Moleculer (Khasan Tolib, 2005:239) pekembangan perilaku seseorang tergantung pada belajar. Sedangkan menurut Driscoll (Khasan Tholib, 2008:179) belajar didefinisikan sebagai perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman. Manusia melakukan banyak pembelajaran sejak mereka pertama lahir, sehingga perilaku dan belajar tidak dapat dipisahkan.

Aliran Skolastik ( Khasan Tholib, 2005:244) mengungkapkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah mengulang – ulang bahan yang harus dipelajari, dengan dilakukan berulang –ulang maka perilaku yang muncul akan semakin meningkat. Sedangkan Thorndike (Khasan Tholib, 2005: 252) mengatakan perilaku seseorang akan bertambah apabila ada latihan. Begitu pula dengan percaya diri siswa yang rendah. Percaya diri siswa dapat ditingkatkan dengan pemberian bimbingan kelompok. Di dalam bimbingan kelompok, kegiatan seperti mengekspresikan diri, mengungkapkan pendapat, aktif di dalam kelompok, menerima tantangan yang baru dapat dilatih dan dilakukan secara berulang–ulang.

Menurut Soejanto (1977:19) perubahan perilaku ditentukan sendiri oleh individu, tetapi bila cara – cara yang baru dengan sengaja diusahakan oleh orang lain dengan berulang–ulang dan terus–menerus sampai individu dapat melakukannya sendiri dengan benar maka belajar yang demikian disebut belajar dengan pembiasaan. Demikian pula dalam upaya meningkatkan


(27)

percaya diri siswa dalam belajar. Ada beberapa layanan bimbingan kelompok yang dapat digunakan untuk membantu meningkatkan percaya diri siswa, yaitu konseling kelompok, konseling individual, dan bimbingan kelompok.

Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok ialah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang bergerak, yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok (Prayitno, 2008:63). Layanan konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku yang disadari, dibina, dalam suatu kelompok kecil mengungkapkan diri kepada sesama anggota dan konselor, dimana komunikasi antar pribadi tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke arah yang lebih baik. Tujuan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan berkomunikasinya. Melalui konseling kelompok hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu sosialisasi dan komunikasi siswa diungkap dan didinamikakan melalui berbagai teknik, sehingga kemampuan sosialisasi dan berkomunikasi siswa berkembang secara optimal (Tohirin, 2007:181)

Konseling individual merupakan pelayanan bantuan secara profesional melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang untuk mengentaskan masalah yang dihadapi individu dalam


(28)

kehidupannya (Tohirin, 2007:170). Konseli mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat ia pecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Konseling individual bertujuan membantu membantu individu untuk mengadakan interpretasi fakta-fakta, mendalami arti nilai hidup pribadi, kini dan mendatang. Konseling memberikan bantuan kepada individu untuk mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku ( Prayitno, 2004:143)

Sukardi (2007:48) menjelaskan bahwa :

“Layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh bahan dari narasumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan.”

Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi verbal maupun non verbal ditingkatkan Menurut Prayitno (2004:312) Tujuan umum dari layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi anggota kelompok. Melalui layanan Bimbingan Kelompok hal-hal yang menganggu atau menghimpit perasaan yang diungkapkan, diringankan melalui berbagai cara dan dinamikan melalui berbagai masukan dan tanggapan baru.


(29)

Selain bertujuan sebagimana Bimbingan Kelompok, juga bermaksud mengentaskan masalah klien denagn memanfaatkan dinamika kelompok.

Berdasarkan pengertian ketiga layanan bimbingan konseling di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ketiga layanan tersebut bertujuan untuk membantu meningkatkan potensi siswa, salah satunya adalah percaya diri. Namun demikian, dalam penelitian ini peneliti menggunakan bimbingan kelompok untuk membantu siswa dalam meningkatkan percaya diri. Hal ini didasarkan pada teknik dan isi kegiatan yang ada di dalam bimbingan kelompok.

Jenis bimbingan kelompok yaitu topik bebas dan topik tugas (Tohirin, 2007:172) menjadi salah satu hal penting yang diperhatikan dalam penggunaan bimbingan kelompok dalam penelitian ini. Dengan tpoik tugas maka pemimpin kelompok dapat menentukan topic yang akan dibahas dalam kegiatan bimbinga kelompok, tentunya topi tersebut adalah topik yang relevan untuk meningkatkan percaya diri siswa. Berbeda dengan konseling kelompok, topik atau permasalahan yang muncul dalam kelompok tidak dapat diketahui sebelumnya oleh anggota dan pemimpin kelompok sehingga dikhawatirkan permasalahan yang diangkat tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu meningkatkan percaya diri siswa.

Di dalam bimbingan kelompok, peserta kelampok dapat mengekspresikan diri dihadapan anggota kelompok yang lain, sehingga memacu siswa untuk berani tampil dihadapan orang banyak, lain halnya dengan konseling individu dimana siswa hanya dihadapkan dengan satu konselor dalam layanan bimbingan dan


(30)

konseling sehingga kurang mendukung untuk siswa dapat melakukan belajar pembiasaan.

Sesuai dengan pernyataan Soejanto (Khasan Tholib, 1977:19), belajar pembiasaan dimana munculnya perilaku diusahakan oleh orang lain yang dilakukan secara berulang – ulang hingga individu tersebut dapat melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain. begitu pula dengan kegiatan di dalam bimbingan kelompk, pemimpin kelompok bertugas untuk mengendalikan jalannya kegiatan kelompok. Pemimpin kelompok akan memberikan kesempatan atau menunjuk peserta kelompok untuk aktif mengungkapkan pendapat, mengekspresikan diri dan menerima tantangan. Hal ini tentunya akan menjadikan peserta kelompok akan menjadi aktif di dalam kegiatan dan dapat melakukannya sendiri tanpa disuruh ketika berada di luar kelompok karena sudah terbiasa.

Maka dari itu, bimbingan kelompok adalah satu cara yang relevan untuk membantu meningkatkan percaya diri siswa karena kegiatan di dalam bimbingan kelompok sangat mendukung untuk meningkatkan percaya diri siswa. Dengan demikian pola pikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Bimbingan

Kelompok

Percaya diri siswa dalam belajar meningkat Percaya diri

siswa dalam belajar rendah


(31)

D. Hipotesis

Arikunto (2006:71) menyebutkan bahwa hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah bahwa meningkatkan percaya diri dalam belajar menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X SMAN 1 Labuhan Ratu tahun pelajaran 2013/2014.

Berdasarkan hipotesis penelitian di atas, peneliti mengajukan hipotesis statistik sebagai berikut :

Ho1 : Tidak terdapat peningkatan percaya diri dalam belajar yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberi layanan bimbingan kelompok.

Ha1 : Terdapat peningkatan percaya diri dalam belajar yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberi layanan bimbingan kelompok.

Ho2 : Tidak terdapat peningkatan percaya diri dalam belajar yang signifikan pada kelompok kontrol tanpa diberi layanan bimbingan kelompok.

Ha2 : Terdapat peningkatan percaya diri dalam belajar yang signifikan pada kelompok kontrol tanpa diberi layanan bimbingan kelompok.


(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Percaya Diri Dalam Bimbingan Belajar 1. Bimbingan Layanan Belajar

Layanan bimbingan belajar sebagaimanan diungkapkan oleh Dewa Ketut Sukardi (2008:62) menjelaskan bahwa:

Layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi yang cocok dengan kecepatan dan sesulitan belajar, serta berbagai tujuan dan kegiatan belajar, serta berbagai aspek tujuan dankegiatan belajar laninyya, sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.

Prayitno (2004:76) bahwa bimbingan belajar merupakan seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik agar dapat membuat pilihan, mengadakan penyesuaian, dan memecahkan masalah pendidikan danpengajaran tau belajar yang dihadapi. Dengan demikian bimbingan belajar adalah upaya guru pembimbing membantu siswa mengatasi berbagai permasalahan belajar saat proses belajar sedang berlangsung.

Sedangkan menurut Saring Marsudi (Prayitno, 2004:78) menjelaskan bahwa layanan bimbingan belajar yang bertujuan membantu siswa dalam mencapai keberhasilan secara optimal. Melalui bimbingan belajar maka siswa dapat secara terbuka memahami dan menerima latihan serta kekurangannya,


(33)

memahami faktor – faktor penyebab dan memahami pula bagaimana mengatasi kesulitannya.

Berdasarkan beberapa pengertian bilayanan bimbingan belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar adalah seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik dalam mengadakan penyesuaian diri belajar dan memecahkan masalah – masalah belajar dengan cara mengambangkanbelajar yang kondusif dengan tujuan membantu siswa mencapai keberhasilan belajar dan mengambangan semua potensi siswa secara optimal dengan cara memberikan motivasi untuk belajar melalui kebiasaan – kebiasaan kegiatan belajar yang posotif dan efektif sesuai dengan kemampuan, minat, dan kesempatan yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan.

Bentuk layanan bimbingan belajar yang diberikan kepada siswa adalah layanan bimbingan yang disesuaikan dengan masalah belajar yang dihadapi oleh siswa. Dengan melihat spesifikasi masalah yang dihadapi oleh siswa, maka guru pembimbing dapat merumuskan pogram layanan bimbingan belajar kepada siswa. Menurut Tohirin (2007:131) beberapa bentuk layanan bimbingan belajar yang dapat diberikan kepada siswa adalah sebagai berikut:

a. Orientasi kepada siswa

b. Pemberian informasi tentang cara belajar yang tepat selama mengikuti pembelajaran

c. Bantuan dalam memilih jurusan atau program studi yang sesuai d. Layanan pengumpulan data

e. Bantuan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar

f. Bantuan dalam hal membentuk kelompok-kelompok belajar dan mengatur kegiatan-kegiatan belajar kelompok


(34)

Pendapat di atas mengandung artian bahwa bentuk layanan bimbingan belajar yang akan diberikan kepada siswa adalah dalam bentuk pengenalan tentang sekolah dan kurikulum belajarnya, cara belajar yang baik sehingga dapat memilih jurusan yang sesuai dengan bakat, minat dan kempuannya, sehingga siswa dapat mengatasi permasalahan belajarnya.

Melalui koncah orientasi yang telah dilakukan oleh peneliti, didapati saat kegiatan belajar sedang berlangsung terdapat beberapa siswa yang menunjukkan perilaku kurangnya percaya diri dalam belajar pada siswa, sehingga peneliti tertarik untuk membantu guru bimbingan dan konseling untuk membantu meningkatkan percaya diri dalam belajar siswa. Layanan bimbingan belajar akan diberikan dalam bentuk kelompok dengan memberikan materi yang berkaitan dengan percaya diri dalam belajar dan memberikan kegiatan – kegiatan yang dapat melatih siswa untuk lebih mampu mengekspresikan diri dan mampu menghadapi kendala dalam menyelesaikan tugas belajar. Maka dari itu, peneliti menggunakan kegiatan yang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan percaya diri siswa dalam belajar, yaitu bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kelompok akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih diri mereka menjadi lebih percaya diri di dalam belajar.

2. Pengertian Percaya Diri Siswa

Setiap siswa tentunya memiliki masa perkembangan sebagai remaja. Santrock (2003:387) menjelaskan bahwa:


(35)

masa perkembangan remaja itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil di tuntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya, sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas berikutnya.

Sedangkan masa remaja menurut Stanley Hall (Santrock, 2003: 388) perkembangan remaja, dianggap sebagai masa topan-badai dan stress (strom & stress), karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Jika terarah dengan baik maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki tanggung jawab, tetapi jika tidak terbimbing, maka akan menjadi seseorang yang tidak memiliki masa depan yang baik.

Setiap masa perkembangan individu tentu memiliki ciri – ciri yang berbeda pada masa sebelum dan sesudahnya. Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelumnya. Ciri-ciri remaja menurut Santrock (2003:378), antara lain :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.

Berdasarkan ciri – ciri tersebut, remaja berada pada masa peralihan dan perubahan , dimana setiap perubahan – perubahan tersebut akan berdampak


(36)

pada perkembangan mereka selanjutnya. Maka dari itu masa perkembangan remaja sangatlah penting untuk diperhatikan, ketika mereka diberikan pembelajaran yang baik maka mereka akan menjadi baik, tetapi sebaliknya jika mereka diberikan pengajaran yang kurang baik, tentu hasilnya juga tidak baik bagi perkembangannya. Dalam ini tentunya percaya diri siswa menjadi salah satu hal penting yang layaknya dapat diperhatikan.

Salah satu kegiatan yang memberikan pengajaran yang baik dan terarah, yang dapat membantu meningkatkan percaya diri dalam belajar siswa adalah layanan bimbingan kelompok. Isi kegiatan di dalam bimbingan kelompok, diperkirakan relevan untuk meningkatkan percaya diri dalam belajar pada siswa. Salah satu jenis layanan bimbingan kelompok adalah kelompok tugas, dimana yang menentukan topik apa yang akan dibahas di dalam kegiatan adalah pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok akan memberikan materi – materi yang berkaitan dengan percaya diri dalam belajar siswa sehingga siswa akan memperoleh informasi – informasi untuk membantu meningkatkan percaya diri dalam belajar.

Percaya diri adalah dimensi evalusi yang menyeluruh dari diri. Siswa dapat membuat evaluasi diri terhadap berbagai domain dalam hidupnya, seperti akademik, atletik, penampilan fisik, dan sebagainya (Santrock, 2003:336). Sedangkan menurut Dariyo (2007:206) percaya diri ialah kemampuan individu untuk dapat memahami dan meyakini seluruh potensinya agar dapat dipergunakan dalam menghadapi pernyesuaian diri dengan lingkungan hidupnya.


(37)

Widarso (2005:44) mengemukakan bahwa:

“ …siswa yang memiliki rasa percaya diri dapat melakukan apa pun dengan segala kemampuan yang dimiliki, dan bangga dengan hasil kerjanya sehingga tidak ragu untuk menunjukkannya kepada orang lain, apabila ternyata gagal, seseorang tidak lantas putus asa tetapi mempunyai semangat untuk mencoba lagi.”

Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang yang memiliki percaya diri tidak mudah putus asa ketika menghadapi suatu permasalahan. Keyakinan individu terhadap dirinya timbul karena individu memiliki kepercayaan diri. Dengan demikian, percaya diri akan membuat merasa yakin bahwa dirinya memiliki potensi untuk melakukan suatu tindakan dalam rangka menghadapi penyesuaian diri di lingkungannya.

Sedangkan (Lie, 2003:43) menjelaskan bahwa:

“…Seseorang yang percaya diri dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahapan perkembangan dengan baik, merasa berharga, keberanian, optimis, dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya, mempertimbangkan berbagai pilihan, serta membuat keputusan sendiri merupakan perilaku yang mencerminkan percaya diri.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah kemampuan individu untuk menunjukkan seluruh potensinya kepada orang lain dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Demikian halnya dengan percaya diri siswa dalam belajar, siswa yang memiliki percaya diri dalam belajar tentunya akan mampu mengembangkan seluruh potensinya sehingga prestasi yang dicapai oleh siswa dapat diperoleh secara optimal.


(38)

3. Pengertian Belajar

Belajar memiliki cakupan makna yang luas, para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang brilian mengenai belajar dan tentu saja dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Berikut adalah rumusan mengenai pengertian belajar menurut para ahli:

Menurut Widarso (2005:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Menurut Syah (Widarso, 2005:9) belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Menurut Darsono (Widarso, 2005:3) belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan individu secara keseluruhan, baik fisik maupun psikis, untuk mencapai suatu tujuan yang mana tujuan belajar disini untuk mencapai perubahan tingkah laku.

Cronbach (Khasan Tholib, 2005:13) menyatakan “ Learning is shown by change in behavior as a result of experiece” yang berarti bahwa belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Hal serupa juga diungkapkan oleh Gagne (Khasan Tholib, 2005:22) bahwa belajar sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagi akibat pengalaman.


(39)

Menurut Spears (Widarso, 2005:9) “learning is to observe, to read, to imitate

to try something themselves, to listen, to follow direction”yang berarti, belajar

adalah untuk mengamati, membaca, meniru dan mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, serta mengikuti arahan.

James O. Whittaker (Widarso, 2005:7) merumuskan belajar adalah sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut Howard L. Kingskey (Widarso, 2005:8) Leaning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku dalam arti luas ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang secara keseluruhan baik secara fisik maupun psikis untuk mencapai perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan serta interaksi dengan lingkungan.

Berdasarkan pernyataan di atas mengenai percaya diri dalam belajar dapat disimpulkan bahwa percaya diri dalam belajar adalah suatu kemampuan seseorang untuk menunjukkan seluruh potensi kepada orang lain dalam proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan yang terjadi secara konsisten dengan didasari keberanian serta adanya kesiapan di dalam belajar. Perubahan tingkah laku dapat terjadi sebagai hasil dari adanya pengalaman dan latihan yang terbentuk ketika siswa mengikuti bimbingan kelompok di sekolah, sebab dalam bimbingan kelompok siswa akan diarahkan dan


(40)

mendapat banyak pengalaman serta latihan-latihan yang berkaitan dengan peningkatan percaya diri dalam belajarnya.

4. Faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri pada Siswa

Menurut Santrock (2003:338), faktor – faktor yang mempengaruhi percaya diri adalah sebagai berikut:

a) Keadaan Fisik dan Karakteristik

Secara tidak langsung, pertumbuhan perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaimana siswa ini memandang dirinya sendiri dan bagaimana dia memandang orang lain. Ini semua akan tercermin dari pola penyesuaian diri siswa secara umum. Kondisi fisik mempengaruhi percaya diri siswa secara langsung, fisik menentukan apa yang dapat dilakukan dan yang tidak dilakukan oleh siswa. Karakteristik siswa sangat berpengaruh dalam percaya diri siswa, siswa dengan karakter diri terbuka akan lebih mampu menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki karakteristik diri tertutup.

b) Lingkungan

Lingkungan yang selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensinya maka akan membuat siswa merasa dirinya berharga dan pada akhirnya menjadi siswa yang percaya diri. Begitu sebaliknya jika lingkungan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensinya maka siswa merasa tidak memiliki potensi dan pada akhirnya siswa menjadi pemalu serta tidak percaya diri. Dalam hal ini, sekolah merupakan lingkungan yang memberikan


(41)

kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensinya. Salah satunya melalui bimbingan kelompok siswa diberikan kesempatan untuk mengekspresikan diri, menampilkan hasil kerja, menunjukkan kemampuan, mengungkapkan pendapat, dan mempu menghadapi kendala dalam menyelesaikan tugas sehingga percaya diri siswa dapat meningkat.

c) Pola Asuh Orang Tua

Memilih dan menerapkan pola pengasuhan (parenting style) adalah penting dilakukan oleh orang tua untuk pengembangan kepribadian diri pada anak dalam keluarga. Masing-masing dapat memilih jenis pola pengasuhan yang berbeda sesuai dengan karakteristik keluarganya sendiri, yang penting menggunakan aspek komunikasi dua arah antara orang tua dan anak-anak.

Beberapa hal yang mempengaruhi percaya diri siswa dalam keluarga, (Santrock, 2003:338), yaitu:

1. Ekspresi rasa kasih sayang

2. Perhatian terhadap masalah yang dihadapi oleh anak 3. Keharmonisan di rumah

4. Partisipasi dalam aktifitas bersama keluarga

5. Kesediaan untuk memberikan pertolongan yang kompeten dan terarah kepada anak ketika mereka membutuhkan

6. Menetapkan peraturan yang jelas dan adil 7. Mematuhi peraturan-peraturan tersebut

8. Memberikan kebebasan pada anak dengan batas-batas yang telah ditentukan.

d) Dukungan Teman Sebaya

Dukungan dari teman sebaya lebih berpengaruh terhadap tingkat rasa percaya diri pada individu pada masa remaja awal daripada anak -anak,


(42)

meskipun dukungan orang tua juga merupakan faktor yang penting untuk rasa percaya diri.

Siswa akan memperoleh dukungan dari teman sebaya mereka yang berperan sebagai anggota kelompok di dalam kegiatan bimbingan kelompok. Dukungan ini akan memberikan energi positif bagi setiap siswa dan menjadikan siswa memiliki harga diri yang tinggi dengan demikian percaya diri dalam belajar siswa dapat meningkat.

5. Ciri-Ciri Percaya Diri Siswa

Karakter siswa bermacam-macam. Ada yang penuh percaya diri, namun ada pula yang penakut dan selalu khawatir. Rasa percaya diri pada siswa harus dikperhatikan oleh guru karena bila diabaikan maka dapat mempengarui prestasi yang dicapai oleh siswa.

Menurut Santrock (2003, 338) ciri-ciri percaya diri adalah sebagai berikut: 1) Mengarahkan atau memerintah orang lain

2) Menggunakan kualitas suara yang sesuai dengan situasi 3) Mengekspresikan pendapat

4) Duduk dengan orang lain dalam aktifitas sosial 5) Bekerja koperatif dalam kelompok

6) Memandang lawan bicara ketika mengajak dan diajak bicara 7) Menjaga kontak mata selama pembicaraan berlangsung

8) Memulai kontak yang ramah saat berkomunikasi dengan orang lain 9) Menjaga jarak yang sesuai antara diri dengan orang lain

10) Berbicara dengan lancar, hanya sedikit mengalami keraguan

Sedangkan Lie (2003:4) yang menyatakan bahwa ciri-ciri perilaku yang mencerminkan percaya diri:


(43)

1) Yakin pada diri sendiri

2) Tidak terlalu bergantung kepada orang lain 3) Tidak ragu-ragu

4) Merasa diri berharga

5) Tidak menyombongkan diri

6) Memiliki keberanian untuk bertindak

7) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain.

Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki rasa percaya diri yakni orang yang mampu mengekpresikan diri, yakin pada kemampuan diri, mandiri, bekerja kooperatif dalam kelompok, dan mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain.

Melalui layanan bimbingan kelompok, siswa akan memperoleh berbagai kegiatan yang akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerkspresikan diri, dimana hal tersebut dilakukan secara berulang –ulang sehingga diharapkan siswa terbiasa untuk mengekspresikan diri dengan demikian percaya diri dalam belajar siswa dapat ditingkatkan.

6. Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa

Percaya diri pada siswa penting dimiliki, karena percaya diri merupakan salah satu aspek penting yang mempengaruhi kehidupan mereka. Menurut Santrock (2003:339) ada lima cara yang dapat digunakan dalam meningkatkan percaya diri siswa, yaitu:

a. Mengidentifikasi Penyebab Rendahnya Rasa Percaya Diri

b. Mengidentifikasi sumber rasa percaya diri yaitu kompetensi dalam domain- domain diri yang penting dalam memperbaiki tingkat kepercayaan diri.

c. Dukungan emosional dan penerimaan sosial d. Prestasi


(44)

e. Mengatasi Masalah

Menurut Harter (Santrock, 2003:339) intervensi harus dilakukan terhadap penyebab dari rendahnya rasa percaya diri jika bertujuan untuk meningkatkan rasa percaya diri yang signifikan. Siswa memiliki tingkat rasa percaya diri yang paling tinggi ketika mereka berhasil di dalam domain – domain diri yang penting. Sumber dukungkan alternatif dapat dimunculkan tidak hanya dalam keluarga saja, tetapi bisa saja dimunculkan secaara informal seperti dukungan seorang guru, pelatih, atau orang dewasa lainnya yang berpengaruh. Dukungan orang tua dan teman sebaya sama – sama berhubungan dengan harga diri remaja secara keseluruhan. Rasa percaya diri siswa meningkat menjadi lebih tinggi karena mereka tahu tugas- tugas apa yang penting untuk mencapai tujuannya, dan karena mereka telah melakukan tugas-tugasnya tersebut atau yang serupa dengan tugas-tugasnya tersebut. Ketika siswa memilih mengatasi masalahnya dan bukan menghindarinya, remaja menjadi lebih mampu menghadapi masalah secara nyata, jujur, dan tidak menjauhinya. Perilaku ini menghasilkan suatu evaluasi diri yang menyenangkan yang dapat mendorong terjadinya persetujuan terhadap diri sendiri yang bisa meningkatkan rasa percaya diri. Perilaku sebaliknya dapat menyebabkan rendahnya percaya diri. Evaluasi diri yang tidak menyenangkan dapat mendorong adanya penolakkan, kebohongan, dan penghindaran sebagai usaha untuk tidak mengakui adanya sesuatu yang kenyataanya adalah benar. Proses ini membuat adanya ketidaksetujuan terhadap diri sendiri sebagai suatu bentuk umpan balik terhadap ketidakmampuan dirinya.


(45)

Sedangkan menurut Lina, dkk (2010:53-68) untuk membangun rasa percaya diri harus ada modal untuk membangunnya, diantaranya yaitu:

1) Adanya kemauan atau keinginan untuk memiliki rasa percaya diri 2) Memiliki usaha yang keras untuk memiliki rasa percaya diri

3) Adanya ketekunan dalam membangun rasa percaya diri, yaitu dengan usaha atau kerja keras melakukan berbagai cara unfuk mewujudkan percaya diri.

Setelah memiliki kemauan untuk membangun percaya diri, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan rasa percaya diri yang diungkapkan oleh Lina,dkk (2010:53-68) diuraikan sebagai berikut:

a. Mengenali diri sendiri b. Mengekspresikan diri

c. Memberi energi yang positif kepada diri sendiri d. Berani mengambil resiko

e. Selalu meyakinkan diri

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan percaya diri ada beberapa langkah yang dapat ditempuh, yaitu mengenali diri sendiri, berani berekspresi, dapat memberi energi yang positif bagi diri sendiri, mampu meyakinkan diri dan berani untuk mengambil resiko dan menerima hasil dari usaha yang telah lakukan. Seseorang yang telah mengenali dirinya sendiri akan mampu mendeskripsikan dirinya dengan segala kelebihan maupun kekurangan. Individu tersebut akan mampu memberikan gambaran aspek-aspek positif dan negatif dalam dirinya. Setelah mampu mengenali diri sendiri, selanjutrya adalah memberanikan diri untuk mengekspresikan diri. Berekspresi meliputi banyak hal, yaitu dari yang paling sederhana sampai ke hal yang membutuhkan keberanian yang lebih besar.


(46)

Semakin banyak hal yang di ekspresikan maka akan semakin tinggi rasa percaya diri.

Arti luas dari memberi energi positif dalam diri adalah berfikir, berkata- kata dan bertindak yang positif. Memberi energi positif juga berarti menolak hal-hal negatif yang datang dari luar diri individu. Karena pikiran positif akan mendukung terbangunnya percaya diri. Berani mengambil resiko berarti berani untuk menerima hasil yang sesuai ataupun yang tidak sesuai dengan harapan. Termasuk di dalamnya adalah gagal. Kegagalan sering menjadi batu sandungan, terlebih bagi individu yang sedang berusaha membangun rasa percaya diri. Kegagalan menimbulkan kekecewaan yang sering membuat individu beranggapan bahwa dirinya tidak berguna, hingga kemudian takut untuk melangkah kedepan. Untuk itu perlu mengubah anggapan bahwa kegagalan bukanlah akhir dari semuanya melainkan pengalaman untuk melangkah lebih baik. Seseorang akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi apabila memiliki pemsrmn positif pada dirinya, memiliki keyakinan kuat terhadap kemampuannya dan mempunyai pengetahuan yang akurat akan kemampuan yang dimiliki.

Berbagai macam cara dalam meningkatkan percaya diri dalam belajar siswa di atas dapat diadopsioleh guru bimbingan dan konseling melalui pemberian layanan bimbingan kelompok bagi siswa di sekolah, sebab dengan pemberian bimbingan kelompok yang mengacu pada cara-cara peningkatan percaya diri dalam belajar siswa akan membantu guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan percaya diri dalam belajar siswa secara efektif.


(47)

7. Manfaat Percaya Diri dalam belajar

Dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masyarakat percaya diri merupakan hal yang penting yang harus dimiliki oleh setiap individu. Sebab, percaya diri dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi seorang individu atau seorang siswa. Menurut Lina dan Klara (2010:28-35) percaya diri dapat menumbuhkan semangat yang berguna untuk kehidupan, dapat diuraikan yaitu :

1) Berfikir Positif

2) Mandiri (Tidak Bergantung Dengan Orang Lain) 3) Berprestasi

4) Optimis 5) Kreatif

6) Mudah Bergaul

Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa manfaat dari percaya diri dalam belajar siswa sangatlah berperan dalam kehidupan sehari-hari, yang dari manfaatnya dapat membantu siswa untuk dapat menjadikan dirinya sebagai manusia yang dapat berdiri sendiri atau dapat dikatakan sebagai orang yang mandiri, dapat berfikir positif dalam setiap permasalahan yang sedang dihadapi, berfikir optimis, dapat berprestasi dengan sehat dan bertanggungjawab, kreatif dalam berfikir dan bertindak, dan mudah dalam bergaul dengan masyarakat luas, dimana hal – hal tersebut dapat dilatih di dalam kegiatan bimbingan kelompok.


(48)

B. Layanan Bimbingan Kelompok 1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok adalah salah satu teknik dalam bimbingan, untuk memberikan bantuan kepada peserta didik/siswa yang dilakukan oleh seorang pembimbing/konselor melalui tiap kegiatan kelompok yang dapat berguna untuk mencegah berkembangnya masalah-masalah yang dihadapi anak didik.

Hal ini sesuai dengan pendapat menurut Juntika Nurihsan (2007:23) yaitu:

Layanan Bimbingan Kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilandaskan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, sosial.”

Bimbingan kelompok adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang dalam suasana kelompok, yang berupa kaegiatan pemberian informasi atau aktivitas yang mengnyakut masalah pendidikan, pekerjaan, social, dan pribadi.

Menurut Sukardi (2007:64) layanan bimbingan kelompok adalah:

Layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/ konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam mengambil keputusan.”

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah kegiatan yang memungkinkan bagi siswa untuk memperolah informasi yang berguna untuk dirinya baik sebagai siswa atau masyarakat dalam mempertimbangkan suatu keputusan.


(49)

Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas dapat diambil kesimpulan layanan bimbingan kelompok adalah pemberian bantuan kepada individu yang dilandaskan dalam situasi kelompok, dimana kegiatan ini merupakan pemberian informasi dari nara sumber (terutama dari guru pembimbing/ konselor) baik yang bersifat personal, vokasional, dan sosial untuk membantu sekelompok siswa menyususun rencana dan keputusan yang tepat.

2. Tujuan Bimbingan Kelompok

Kesuksesan bimbingan kelompok sangat dipengaruhi sejauh mana tujuan yang akan dicapai dalam layanan-layanan kelompok yang diselenggrakan. Thohirin (2007:172) menjelaskan tujuan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut:

a. Tujuan Umum

Layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan (siswa).

b. Tujuan Khusus

Layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal para siswa.

3. Asas-Asas Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (2004:13-15), asas-asas yang ada dalam layanan bimbingan kelompok diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Asas Kerahasiaan


(50)

c) Asas Kesukarelaan d) Asas Kenormatifan e) Asas Kekinian f) Asas Keahlian

Para anggota kelompok harus menyimpan dan merahasiakan informasi apa yang dibahas dalam kelompok, terutama hal-hal yang tidak layak diketahui orang lain. Segala sesuatu yang dibahas dan muncul dalam kegiatan kelompok hendaknya menjadi rahasia kelompok yang hanya diketahui oleh anggota kelompok dan tidak disebarluaskan ke luar kelompok.

Agar layanan bimbingan kelompok berjalan efektif maka para anggota bebas dan terbuka mengemukakan pendapat,ide, saran, tentang apa saja yang yang dirasakan dan dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan ragu-ragu. Kesukarelaan anggota dimulai sejak awal rencana pembentukan kelompok oleh pimpinan kelompok. Dengan kesukarelaan anggta kelompok akan dapat mewujudkan peran aktif diri mereka masing –masing untuk mencapai tujuan layanan bimbingan kelompok. Semua anggota dapat menampilkan diri secara spontan tanpa malu atau dipaksa oleh teman lain atu pemimpin kelompok.

Asas kenormatifan dipraktikan berkenaan dengan cara – cara berkomunikasi dan bertatakrama dalam kegiatan kelompok dan mengemas isi bahasan. Semua yang dibicarakan dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan kebiasaan yang berlaku. Asas kekinian member isi aktual dalam pembahasan yang dilakukan, anggota kelompok diminta untuk mengemukakan hal–hal yang terjadi dan berlaku sekarang ini. Halhal atau pengalaman yang telah lalu dianalisis dan disangkut – pautkan kepentingan pembahasan hal – hal yang terjadi dan berlaku sekarang. Asas keahlian


(51)

diperlihatkan oleh pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan kelompok dalam mengembangkan proses dan isi pembahasan secara keseluruhan.

4. Jenis-jenis Bimbingan Kelompok

Di dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok dikenal ada dua jenis yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas. Menurut Thohirin (2007:172-173), jeis bimbingan kelompok dibagi menjadi dua, yaitu topik tugas dan topik bebas. Topik tugas adalah topik atau pokok bahasan yang diberikan oleh pembimbing (pemimpin kelompok) kepada kelompok untuk dibahas.Topik bebas adalah suatu topik atau pokok bahasan yang dikemukakan secara bebas oleh anggota kelompok. Secara bergililran anggota kelompok mengemukakan topik secara bebas, selanjutnya dipilih mana yang akan dibahas terlebih dahulu dan seterusnya. Topik-topik yang dibahas dalam layanan bimbingan kelompok baik topik bebas maupun topik tugas dapat mencakup bidang-bidang pengembangan kepribadian, hubungan sosial, pendidikan karier, kehidupan berkeluarga, kehidupan beragama, dan lain sebagainya.

Dalam penelitian ini, menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan kelompok tugas dimana permasalahan yang dibahas dalam kelompok nanti ditentukan oleh pemimpin kelompok.

5. Komponen Bimbingan Kelompok

Komponen-komponen dalam bimbingan kelompok meliputi tiga komponen, suasana kelompok merupakan hubungan dinamis antara anggota kelompok, msing-masing anggota itu berkepentingan untuk bergulat dengan suasana


(52)

antar hubungan itu sendiri, khususnya suasana perasan yang tumbuh di dalam kelompok itu. Suasana perasaan itu meliputi baik rasa diterima,ditolak, rasa cinta dan benci, rasa menyakut sikap, reaksi dan tanggapan para anggota yang berdasarkan keterlibatan dalam saling hubungan mereka dalam kelompok. Anggota kelompok merupakan suatu komponen penting dalam bimbingan kelompok yang terdiri dua individu atau lebih. Pemimpin kelompok merupakan orang yang bertugas mengatur jalannya atau proses kegiatan dalam layanan bimbingan kelompok.

Menurut Prayitno (2004:4-13) mengemukakan ada tiga komponen penting dalam kelompok yaitu:

a) Suasana kelompok

Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling di sekolah. Layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi dan bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (guru pembimbing) pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu. Dinamika kelompok berarti suatu kelompok yang teratur dari dua atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain.

Ada lima hal yang hendaknya diperhatikan dalam menilai apakah kehidupan sebuah kelompok tersebut baik atau kurang baik, yaitu:

1) Adanya saling hubungan yang dinamis antar anggota. 2) Memiliki tujuan bersama.

3) Hubungan antar besarnya kelompok (banyak anggota) dan sifat kegiatan kelompok.


(53)

4) Itikad dan sikap terhadap orang lain. 5) Kemampuan mandiri.

b) Anggota Kelompok

Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam proses kehidupan kelompok. Tanpa anggota tidaklah mungkin ada kelompok. Kegiatan ataupun kehidupan kelompok itu sebagian besar didasari atas peranan para anggotanya. Secara ringkas peranan para anggota kelompok sangatlah menentukan. Lebih tegas dikatakan bahwa anggota kelompok justru merupakan badan dan jiwa kelompok itu. Untuk ini peranan anggota kelompok amat menentukan. Peranan yang hendaknya dimainkan oleh anggota kelompok agar dinamika kelompok itu benar-benar seperti yang diharapkan ialah:

1) Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antara anggota kelompok.

2) Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok.

3) Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama.

4) Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik.

5) Benar-benar berusaha untuk secara efektif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok.

6) Mampu mengkomunikasikan secara terbuka. 7) Berusaha membantu orang lain.

8) Memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk juga menjalani peranannya.

9) Menyadari pentingnya kegiatan kelompok tersebut.

c. Pemimpin Kelompok

Pemimpin kelompok adalah orang yang mampu menciptakan suasana didalam suatu kelompok tersebut. Peranan pemimpin kelompok dalam layanan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut:


(54)

1) Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan atau campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok. Campur tangan ini meliputi hal-hal bersifat dari yang dibicarakan maupun mengenai proses kegiatan itu sendiri. 2) Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana

perasaan yang berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok.

3) Jika kelompok tersebut tampak kurang menuju ke arah yang dimaksudkan, maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah yang dimaksud.

4) Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok.

5) Pemimpin kelompok diharapkan mampu mengatur jalannya lalu lintas kegiatan kelompok.

6) Sifat kerahasian dari kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya juga menjadi tanggung jawab pemimpin.

Dalam bimbingan kelompok peran pemimpin kelompok sangatlah penting. Karena pemimpin kelompok merangsang diawalinya kegiatan kelompok, membantu terselenggarakannya kegiatan kelompok secara baik, dan menilai proses dinamika kelompok itu sendiri. Dengan demikian kegiatan dapat berjalan sesuai dengan tahapan-tahapan yang sudah ada.

6. Teknik-Teknik Layanan Bimbingan Kelompok

Ada beberapa teknik yang bisa diterapkan dalam layanan bimbingan kelompok, yaitu teknik umum dan permainan kelompok (Thohirin, 2007:173-174). Dalam teknik ini dilakukan pengembangan dinamika kelompok. Secara garis besar, teknik-teknik ini meliputi:

“...komunikasi multi arah secara efektif dinamis dan terbuka, pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan, diskusi, analisis, dan pengembangan argumentasi, dorongan minimal untuk memantapkan respon dan aktivitas anggota kelompok, penjelasan, pendalaman, dan pemberian contoh untuk lebih memantapkan analisis,


(55)

argumentasi, dan pembahasan, pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku baru yang dikehendaki.”

Teknik-teknik di atas diawali dengan teknik penstrukturan guna memberikan penjelasan dan pengarahan pendahuluan tentang layanan bimbingan kelompok. Selanjutnya, bisa dilakukan kegiatan selingan berupa kelompok, memantapkan pembahasan, dan atau relaksi. Sebagai penutup, diterapkan teknik pengakhiran atau melaksanakan kegiatan pengakhiran.

Permainan kelompok dapat dijadikan sebagai salah satu teknik dalam layanan bimbingan kelompok baik sebagai selingan maupun sebagai wahana yang memuat materi pembinaan atau materi layanan tertentu. Permainan kelompok yang efektif dan dapat dijadikan sebagai teknik dalam layanan bimbingan kelompok harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut: sederhana, menggembirakan, menimbulkan suasana rilek dan tidak melelahkan, meninggalkan keakraban, dan diikuti oleh semua anggota kelompok.

7. Tahap - Tahap Layanan Bimbingan Kelompok

Tahap-tahap perkembangan kelompok dalam bimbingan melalui pendekatan kelompok sangat penting yang pada dasarnya tahapan perkembangan kegiatan bimbingan kelompok sama dengan tahapan yang terdapat dalam konseling kelompok. Prayitno (2004:27-29) tahap-tahap bimbingan kelompok ada empat tahap, yaitu: tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran.

1) Tahap Pembentukan 2) Tahap Peralihan


(56)

3) Tahap Kegiatan 4) Tahap Pengakhiran

Tahap pembentukan merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka.

Tahap peralihan merupakan tahap transisi dari tahap pembentukan ketahap kegiatan. Disebut tahap transisi karena merupakan saat transisi antara awal bimbingan kelompok dengan kegiatan kelompok sesungguhnya. Dalam menjelaskan kegiatan apa yang akan dilaksanakan pemimpin kelompok dapat menjelaskan kegiatan bimbingan kelompok tugas atau bebas. Setelah jelas kegiatan apa yang harus dilakukan, maka tidak akan muncul keragu-raguan atau belum siapnya anggota dalam melaksanakan kegiatan dan manfaat-manfaat yang akan diperoleh setiap anggota kelompok.

Peranan pemimpin kelompok pada tahap ini yaitu(Prayitno, 2004: 27): 2) Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka


(57)

3) Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung 4) Mendorong dibahasnya suasana perasaan

5) Membuka diri, sebagai contoh, dan penuh empati

Pemimpin kelompok sebaiknya aktif untuk membantu anggota kelompok, karena para anggota belum dapat berjalan sendiri secara efektif. Kegiatan yang harus dilakukan oleh pemimpin kelompok yang utama adalah meningkatkan keikutsertaan anggota kelompok dalam memasuki ketahap selanjuntnya agar menjadi kelompok yang solid.

Tahap kegiatan merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok. Namun kegiatan kelompok pada tahap ini tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya. Jika tahap-tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap ini aka berlangsung dengan lancar. Pada kegiatan ini saatnya anggota berpartisipasi aktif dalam kelompok, suasana mengembangkan diri anggota kelompok, baik yang menyangkut pengembangan kemampuan berkomunikasi, mengajukan pendapat dengan terbuka, sabar dan tenggang rasa, maupun menyangkut pemecahan masalah yang dikemukakan dalam kelompok. Pada tahap ini kegiatan bimbingan kelompok akan tampak secara jelas, apakah kegiatan yang dilaksanakan adalah kelompok tugas atau kelompok bebas, sehingga rangkaian kegiatannya disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok yang bersangkutan.

Tahap pengakhiran merupakan tahap terakhir dari kegiatan bimbingan kelompok. Pada tahap ini terdapat dua kegiatan, yaitu penilaian (evaluasi) dan tindak lanjut (follow up). Tahap ini merupakan tahap penutupan dari seluruh rangkaian pertemuan kegiatan bimbingan kelompok dengan tujuan


(58)

telah tercapainya suatu pemecahan masalah oleh kelompok tersebut. Dalam kegiatan kelompok berpusat pada pembahasan dan penjelajahan tentang kemampuan anggota kelompok untuk menerapkan hal-hal yang telah diperoleh malalui layanan bimbingan kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pemimpin kelompok berperan untuk memberi penguatan terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok tersebut. Pada tahap ini pemimpin kelompok menciptakan suasana yang menyenangkan dan mengesankan, sehingga semua anggota kelompok merasa memperoleh manfaat yang besar dalam kegiatan tersebut serta adanya keinginan untuk mengadakan kegiata lagi.

Peranan pemimpin kelompok pada tahap ini adalah (Prayitno, 2004:29):

1) Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas, dan terbuka.

2) Memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan anggota.

3) Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut. 4) Penuh rasa persahabatan dan empati.

Peranan pemimpin kelompok pada tahap ini yaitu memberikan pernyataan dan mengucapkan terimakasih atas keikutsertaan anggota serta memberi semangat untuk kegiatan lebih dengan penuh rasa persahabatan dan simpati, di samping itu fungsi pemimpin kelompok pada tahap ini adalah memperjelas arti tiap pengalaman yang diperoleh melalui kelompok dan mengajak para anggota untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari serta menekankan kembali akan pentingnya pemeliharaan hubungan antar anggota setelah kelompok berakhir.


(59)

8. Manfaat Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok dalam pelaksanaannya memiliki beberapa manfaat, menurut Sukardi (2007:67) manfaat dari layanan bimbingan kelompok, salah satunya adalah memberikan kesempatan pada anggota untuk berpendapat dan membicarakan berbagai hal yang terjadi di sekitarnya. Winkel, dkk (Damayanti, 2012:42) menyebutkan bahwa manfaat layanan bimbingan kelompok adalah:

a. Siswa mendapatkan informasi baru yang belum diketahui, b. Siswa dapat menyadari tantangan yang akan dihadapi,

c. Siswa dapat menerima dirinya setelah menyadari bahwa teman-temannya sering menghadapi persolan,

temannya,

d. Lebih berani mengungkapkan pendapatnya di dalam kelompok, e. Lebih bisa menerima pendapat orang lain

Hal ini didukung oleh Thohirin (2007:17) tujuan layanan bimbingan kelompok yaitu secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan (siswa). Secara lebih khusus layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang dan tingkahlaku yang lebih efektif yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal para siswa.

Sedangkan pendapat lainnya menurut Winkel, dkk (Damayanti, 2012:41) adalah menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing-masing anggota kelompok serta meningkatkan mutu kerjasama dalam kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi para partisipan. Kegiatan


(60)

yang mendorong anggota kelompok untuk mengeluarkan pendapat dan saling bertukar ide, akan merangsang kemampuan siswa untuk mengekspresikan diri. Siswa semakin berani memberikan tanggapan – tanggapan dan opini, menghargai pandapat orang lain dan tidak ragu dalam mengambil keputusan. Maka dari itu, guru bimbingan konseling dapat membantu siswa dalam meningkatkan percaya diri melalui pemanfaatan layanan bimbingan kelompok sebagai layanan yang dianggap sesuai untuk meningkatkan percaya diri siswa.

C. Upaya Meningkatkan Percaya Diri Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok

Percaya diri siswa adalah perasaan nyaman siswa te.rhadap diriya sendiri sehingga membuat siswa beranimenunjukkan kemammpuannya kepada orang lain. Menurut Dariyo (2007:206) Percaya diri merupakan kemampuan siswa untuk dapat memahami dan meyakini potensinya agar dapat dipergunakan dalam menghadapi penyesuaian diri dengan lingkungan hidupnya. Sehingga dapat dijelaskan bahwa percaya diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, tetapi sesuatu yang dipelajari dan merupakan hasil usaha dalam meyakini kemampuan atau potensi yang telah dimiliki.

Salah satu tujuan pendidikan di Indonesia adalah membantu siswa untuk meningkatkan potensi diri siswa. Pengembangan potensi siswa tentunya dibarengi dengan rasa percaya diri, karena dengan percaya diri siswa dapat mengekspresikan dirinya untuk menyelesaikan tugas – tugas barunya untuk mencapai keberhasilan yang optimal.


(61)

Siswa yang percaya diri dapat mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya, hal ini tentunya memberikan manfaat bagi siswa. Siswa yang percaya diri akan lebih mudah bergaul dari pada siswa yang kurang percaya diri. Rasa percaya diri yang dimiliki membuat siswa tidak sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan sekolah, keluarga maupun lingkungan masyarakat tempat tinggalnya. Pentingnya percaya diri pada diri siswa salah satunya adalah menjadi diri yang dapat berfikir positif dalam menghadapi berbagai permasalahan. siswa yang percaya diri sangat percaya akan kemampuan yang dimiliki oleh dirinya sendiri sehingga ia tidak peduli pada gunjingan maupun pujian dari orang lain, dan informasi apapun tentangnya yang dapat menurunkan percaya diri siswa tersebut. Siswa yang percaya diri cenderung mandiri, tidak bergantung dengan orang lain. Namun perlu diingat bahwa manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi. Dan wujud dari interaksi itu adalah bantuan, pertolongan, dan sebagainya. Oleh karena itu, ketergantungan antar individu yang satu dengan individu yang lainnya tidak dapat dihindari.

Siswa yang percaya diri membuat siswa optimis dalam memandang kehidupan. Siswa yang optimis berarti ia yang percaya akan kemampuan yang dimiliki oleh diri sendiri sehingga biasa mernbuat target keberhasilan hingga menjadi siswa yang kreatif. Siswa yang kreatif adalah siswa yang mampu menciptakan sesuatu dan berkreasi. Sehingga hasil dari kreasi yang diciptakannya dapat dipublikasikan di lingkungannya. Tanpa adanya rasa percaya diri, siswa tidak akan berani mempublikasikan hasil kreasinya di


(62)

hadapan teman-temannya. Oleh karena itu, tanpa rasa percaya diri siswa tidak akan marnpu menonjolkan diri di depan banyak orang. Siswa yang percaya diri akan yakin dengan kemampuan yang dimiliki oleh diri sendiri, sehingga dapat melahirkan semangat untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Dengan semangat yang dimiliki oleh siswa untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki maka akan melahirkan prestasi yang gemilang.

Percaya diri bukan bawaan dari lahir melainkan hasil belajar dari lingkungan. Lingkungan yang memberi kesempatan seorang siswa untuk belajar dan menghargai dirinya sendiri maka siswa akan tumbuh menjadi siswa yang percaya diri. Aliran Skolastik (Khasan Tholib, 2005:140) mengungkapkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah mengulang – ulang bahan yang harus dipelajari, dengan dilakukan berulang – ulang maka perilaku yang muncul akan semakin meningkat. Begitu pula dengan percaya diri siswa yang rendah. Percaya diri siswa dapat ditingkatkan dengan pemberian bimbingan kelompok. Di dalam bimbingan kelompok, kegiatan seperti mengekspresikan diri, mengungkapkan pendapat, aktif di dalam kelompok, menerima tantangan yang baru dapat dilatih dan dilakukan secara berulang–ulang.

Layanan bimbingan kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku yang didasari, dibina pada suatu kelompok kecil untuk dapat mengungkapkan segala ide, gagasan maupun permasalahan yang sedang dihadapi siswa yang sifatnya umum kepada sesama anggota maupun konselor, dimana hubungan komunikasi antar


(1)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas X di SMAN I Labuhan Ratu Lampung Timur tahun pelajaran 2013/2014 , maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:

1. Kesimpulan Statistik

Percaya diri dalam belajar siswa yang rendah dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Labuhan Ratu Lampung Timur tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini terbukti dari hasil analisis data dengan menggunakan uji wilcoxon, dimana sig.probabilitas pada kelompok eksperimen diperoleh sebesar 0.002 < sig. 0.05 sehingga Ha1 diterima dan Ho1 ditolak, sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh sig.probabilitas sebesar 0.324 pada sig.probabilitas (2-arah) hal ini menunjukkan bahwa sig.probabilitas > signifikansi 0,05 sehingga Ha1 diterima dan Ho1 ditolak., dimana Ha1 yaitu terdapat peningkatan percaya diri dalam belajar yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberikan layanan bimbingan kelompok, diterima dan Ho1 yaitu tidak terdapat peningkatan percaya diri dalam belajar yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberikan layanan bimbingan kelompok, ditolak.


(2)

116

Hal ini berarti bahwa percaya diri dalam belajar meningkat secara signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberi layanan bimbingan kelompok, dan tidak terdapat peningkatan percaya diri dalam belajar yang signifikan pada kelompok kontrol yang tanpa diberi layanan bimbingan kelompok, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan percaya diri dalam belajar siswa kelas X SMAN 1 Labuhan Ratu Lampung Timur tahun pelajaran 2013/2014.

2. Kesimpulan Penelitian

Pemberian bimbingan kelompok dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam belajar pada siswa kelas X SMAN 1 Labuhan Ratu Lampung Timur tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dari perubahan perilaku keduabelas subyek penelitian yang sebelum diberikan perlakuan memiliki kepercayaan diri yang rendah dalam belajar, tetapi setelah diberi perlakuan dengan pemberian bimbingan kelompok keduabelas subyek tersebut kepercayaan dirinya meningkat menjadi lebih baik.

B. Saran

Saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di SMAN 1 Labuhan Ratu Lampung Timur adalah:

1. Siswa

Percaya diri memberikan manfaat yang sangat besar bagi seorang siswa, baik dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masyarakat. Percaya diri dalam belajar akan


(3)

membuat siswa menjadi berfikir positif, mandiri (tidak bergantung dengan orang lain), berprestasi, optimis, kreatif, dan mudah bergaul. Maka dari itu, percaya diri merupakan hal yang penting yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Percaya diri dalam belajar dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok, sehingga siswa hendaknya mengikuti kegiatan bimbingan kelompok untuk meningkatkan percaya diri dalam belajarnya, sehingga siswa dapat secara optimal mengembangkan potensi di dalam diri dan meningkatkan prestasi.

2. Guru Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan diri dalam belajar siswa sehingga dapat membantu guru untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam belajar pada siswa. Maka dari itu, guru bimbingan dan konseling hendaknya guru dapat menginformasikan mengenai pentingnya kepercayaan diri siswa, dan melaksanakan secara rutin kegiatan bimbingan kelompok untuk membantu siswa dalam meningkatkan percaya diri siswa dalam belajar, dikarenakan di dalam bimbingan kelompok siswa akan memperoleh pengajaran yang baik dan terarah untuk meningkatkan percaya diri dalam belajar pada siswa. Guru bimbingan dan konseling hendaknya juga dapat menggunakan metode lain dalam mengembangkan kepercayaan diri atau hal yang lainnya.


(4)

118

3. Kepada para peneliti

Peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang percaya diri siswa dalam belajar dengan bimbingan kelompok hendaknya dapat menggunakan subjek berbeda dan meneliti variabel lain dengan mengontrol variabel yang sudah diteliti sebelumnya.


(5)

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2000.Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Damayanti, Nidya. 2012. Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseling. Yogyakarta:

Araska.

Dariyo, Agoes. 2007. Psikolodi Perkembangan (Anak Tiga Tahun Pertama). Bandung: PT. Refika Aditama.

Hakim, Tharigh. 2002.Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri.Jakarta: Purwa Swara. Hartinah. 2009.Panduan dan Strategi Bimbingan.Bandung: PT Refika Aditama.

Juntika Nurihsan, Achmad. 2009. Strategi Layanan Bimbingan Dan Konseling. Bandung: PT Refika Aditama.

Lina dan Klara. 2010.Panduan Menjadi Remaja Percaya Diri. Jakarta: Nobel Edumedia. Lie, Anita. 2003. 101 Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak. Jakarta:

Elexmedia.

Musfiqon. 2012.Metodolgi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakarya. Prayitno. 2004.Seri Layanan Konseling.Padang: Universitas Negeri Padang. Santrock. 2003.Perkembangan Remaja.Jakarta: Erlangga.

Sudjana. 2005.Metoda Statistika. Tarsito: Bandung.

Sugiono. 2010.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, Dewa Ketut. 2007. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling.Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.


(6)

Tohirin. 2007.Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 82

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 12 76

UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 46 70

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 77

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 4 62

JUDUL INDONESIA: MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 PUNGGUR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 78

MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 PUNGGUR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 69

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA KELAS X MAN KRUI LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 8 71

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 11 84

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DALAM BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 79