MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

MEITY FITRI YANI

Masalah dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa rendah. Permasalahannya adalah apakah motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui kegiatan layanan bimbingan kelompok ? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan desain one-group pretest-posttest. Subyek penelitian ini berjumlah 10 siswa kelas X di SMA Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 yang memiliki motivasi belajar rendah.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan positif yang signifikan antara skor motivasi belajar siswa menggunakan layanan bimbingan kelompok sebelum dan sesudah perlakuan. Dengan demikian motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui kegiatan layanan bimbingan kelompok. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui kegiatan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X di SMA Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diajukan saran-saran sebagai berikut yaitu (1) kepada konselor sekolah untuk dapat menggunakan bimbingan kelompok untuk meningkatkan motivasi belajar siswa (2) Kepada peneliti lanjutan, yang ingin mengangkat kasus yang sama diharapkan dapat melanjutkan penelitian dengan tema serupa dengan melibatkan lebih banyak lagi subjek penelitian.


(2)

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

MEITY FITRI YANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tanjung Karang pada tanggal 07 Mei 1989 yang merupakan putri kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Sugiarto dan Ibu Khotun Husnani.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) Pertiwi diselesaikan tahun 1995, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Kupang Kota diselesaikan tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 16 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Bandar Lampung tahun 2007.

Tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswi di program studi bimbingan dan konseling,jurusan ilmu pendidikan, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi (SNMPTN).

Pada tahun 2010, penulis melaksanakan Praktek Layanan Bimbingan Dan Konseling di Sekolah (PLBK-S) DI SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Pada Januari 2011, penulis melakukan kuliah kerja lapangan ke Malang, Jawa Timur.


(7)

PERSEMBAHAN

Teruntuk Ibu dan Bapakku tercinta...

Untuk setiap namaku yang kalian ucap dalam tiap doa,

Untuk semua ketulusan kalian mengajariku tentang makna kehidupan, Kesabaran dan keikhlasan kalian dalam mendidikku, menjadi catatan indah

penentu jalanku...

semoga karya sederhana ini dapat membuat kalian bangga...

Dan teruntuk Kakak,mbak, dan keponakanku tersayang... Terima kasih untuk doa dan dukungan yang tidak pernah lelah


(8)

MOTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(QS. Al-Insyirah : 5)

“Start with Allah. Stay with Allah. End with Allah”

(Meity FY)

“Dalam hidup ada hal yang datang dengan sendirinya dan ada hal

yang harus diperjuangkan dahulu

untuk mendapatkannya”

(Zhafran)


(9)

i

SANWACANA

Alhamdulillah, Segala puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok Siswa Kelas X di SMA Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014” ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus diselesaikan mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling agar bisa meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak sekali mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk mengadakan penelitian.

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP Universitas Lampung juga selaku pembimbing pembantu


(10)

ii

pada penulisan skripsi ini. Terima kasih atas didikan, saran, kritik juga kesediaannya dalam memberikan| bimbingan yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Dr. Syarifuddin Dahlan, M. Pd. sebagai selaku pembimbing utama pada penulisan skripsi ini, terimakasih atas kesediaannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi.

5. Ibu Ranni Rahmayanthi Z, S.Pd, MA selaku dosen penguji pada penulisan skripsi ini. Terima kasih atas masukan dan saran-saran pada seminar proposal terdahulu dan seminar hasil sampai menuju ujian akhir.

6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling, terimakasih atas didikannya selama perkuliahan. Semoga apa yang bapak dan ibu berikan dapat bermanfaat bagi kehidupan penulis di masa depan.

7. Bapak dan Ibu staf dan karyawan FKIP Unila, terimakasih atas bantuannya selama ini dalam menyelesaikan segala keperluan administrasi kami.

8. Ibu Dra. Noveria Ridasari, M.Pd selaku kepala SMA Negeri 8 B.Lampung yang telah berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Ibu Gusri S.Pd selaku guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 B.Lampung, serta siswa-siswi SMA Negeri 8 B.Lampung terima kasih atas kesediaannya membantu penulis dalam mengadakan penelitian ini.

10.Kedua orang tuaku, tercinta yang tak henti-hentinya menyayangiku, memberikan doa, dukungan, semangat serta dengan sabar menantikan keberhasilanku.


(11)

iii

11.Kakak, mbak juga keponakan tersayang yang selalu memberiku dukungan serta doa untuk keberhasilanku walaupun kita terpisah jarak.

12.Keluarga besar Datuk Batu Kaya (Alm) yang telah memberi doa dan motivasinya.

13.Keluarga besar mbah Syukur, yang tak henti-hentinya memberi doa dan mendukungku selama ini.

14.Ibu Helmiyati selaku Kepala Sekolah PAUD SPS Beringin, dewan guru dan murid-murid yang telah mewarnai hari-hariku

15.Sahabat-sahabatku, Supay, Ajay, Emon, Once, Ambo terima kasih untuk persahabatan kita.

16.Teman-teman seperjuanganku bimbingan dan konseling angkatan 2007, Restong, Pede, Alfi, Wita, Diahe, Eka Unik, Eka Lis, Citra, Panjul, Arem, Ardian, Asep, Boyce, Reman, dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk kebersamaan kita, ini akan menjadi kisah klasik untuk masa depan.

17.Kakak dan adik tingkat Bimbingan Konseling yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih atas bantuannya.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu saran dan kritik membangaun dari semua pihak sangat praktikan harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Bandar Lampung, Maret 2015 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI ABSTRAK

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Identifikasi Masalah ... 7

3. Pembatasan Masalah ... 7

4. Rumusan Masalah ... 7

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Kegunaan Penelitian... 8

C. Kerangka Pikir ... 8

D. Hipotesis Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Motivasi Belajar ... 13

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 13

2. Ciri-Ciri Motivasi Belajar ... 16

3. Jenis Motivasi Belajar ... 18

4. Prinsip Motivasi Belajar ... 19

5. Fungsi Motivasi Belajar ... 19

6. Peranan Motivasi Belajar ... 20

7. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa ... 21

8. Faktor- faktor Pendorong Motivasi ... 22

9. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 22

B. Bimbingan Kelompok ... 26

1. Pengertian Bimbingan Kelompok ... 26

2. Tujuan Bimbingan Kelompok ... 27

3. Asas-Asas Bimbingan kelompok ... 29

4. Tahap-tahap Pertumbuhan Kelompok... 29

5. Teknik-teknik bimbingan kelompok ... 31

C. Keterkaitan Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa ... 33

III. METODE PENELITIAN ... 35

A. Metode Penelitian... 35

B. Subyek Penelitian ... 36

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 36

1. Variabel Penelitian. ... 36

2. Definisi Operasional. ... 37


(13)

E. Uji Persyaratan Instrumen. ... 40

F. Teknik Analisis Data ... 41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.. ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

1. Gambaran hasil pra bimbingan kelompok ... 42

2. Deskripsi data ... 43

3. Pelaksanaan Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok ... 44

4. Data Skor Subjek Sebelum Pretest dan Sesudah Posttest ... 49

5. Analisis Data Hasil Penelitian ... 51

B. Pembahasan ... 76

V. KESIMPULAN DAN SARAN.. ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Alternatif Jawaban Skala ... 38

3.2 Kisi-Kisi Skala Motivasi Belajar Siswa ... 39

4.1 Kriteria Motivasi Belajar Siswa ... 43

4.2 Daftar Anggota Bimbingan Kelompok ... 44

4.3 Skor Motivasi Belajar ... 49

4.4 Data Hasil Skala Sebelum Dan Setelah Layanan Bimbingan Kelompok ... 49

4.5 Analisis Data Hasil Observasi Sebelum Dan Setelah Layanan Bimbingan Kelompok ... 51

4.6 Perubahan Motivasi Belajar DS Setelah Layanan Bimbingan Kelompok ... 58

4.7 Perubahan Motivasi Belajar DSP Setelah Layanan Bimbingan Kelompok ... 60

4.8 Perubahan Motivasi Belajar I Setelah Layanan Bimbingan Kelompok ... 62

4.9 Perubahan Motivasi Belajar IK Setelah Layanan Bimbingan Kelompok ... 63

4.10 Perubahan Motivasi Belajar MC Setelah Layanan Bimbingan Kelompok ... 65

4.11 Perubahan Motivasi Belajar SC Setelah Layanan Bimbingan Kelompok ... 66

4.12 Perubahan Motivasi Belajar SE Setelah Layanan Bimbingan Kelompok ... 68

4.13 Perubahan Motivasi Belajar SH Setelah Layanan Bimbingan Kelompok ... 70

4.14 Perubahan Motivasi Belajar SM Setelah Layanan Bimbingan Kelompok ... 72

4.15 Perubahan Motivasi Belajar YY setelah Layanan Bimbingan Kelompok ... 73


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi Instrumen ... 83

2. Skala Motivasi Belajar ... 92

3. Penskoran Hasil uji coba XII IPS ... 95

4. Hasil uji coba ... 105

5. Hasil Prestest ... 107

6. Hasil Posttest ... 109

7. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 111

8. Prosedur Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok ... 112

9. Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan ... 121

10. Surat Izin Penelitian ... 137


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 11

3.1 Pola one group pretest posttest design ... 36

4.1 Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Siswa ... 50

4.2 Grafik Perubahan Motivasi Belajar DS ... 59

4.3 Grafik Perubahan Motivasi Belajar DSP ... 60

4.4 Grafik Perubahan Motivasi Belajar I ... 62

4.5 Grafik Perubahan Motivasi Belajar IK ... 64

4.6 Grafik Perubahan Motivasi Belajar MC ... 65

4.7 Grafik Perubahan Motivasi Belajar SC ... 67

4.8 Grafik Perubahan Motivasi Belajar SE ... 69

4.9 Grafik Perubahan Motivasi Belajar SH ... 70

4.10 Grafik Perubahan Motivasi Belajar SM ... 72


(17)

1. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang

Sekolah adalah wadah pendidikan formal mempunyai tanggung jawab besar untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagaimana yang diamanahkan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas bahwa :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab”.

Upaya mewujudkan pendidikan nasional tidak hanya menjadi tugas dan tanggung jawab salah satu bidang keilmuan saja, melainkan merupakan tugas dan tanggung jawab semua disiplin bidang keilmuan. Sekolah merupakan lembaga pendidikan resmi yang bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan kepada siapapun yang berhak termasuk para remaja (siswa). Sekolah sebagai lembaga formal memiliki tugas menyelenggarakan pendidikan melalui proses pembelajaran untuk mengembangkan aspek kemanusiaan dan potensi diri para peserta didik, sehingga


(18)

2

siswa bisa berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Sebagaimana dinyatakan oleh Prayitno (2006:15) yaitu :

“Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertanggung jawab dalam menunjang keberhasilan peserta didiknya menjalankan tugas-tugas perkembangannya dengan baik, dan menyediakan program yang menarik, menyenangkan, menantang, membangun motivasi, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan positif”.

Berdasarkan pernyataan di atas, diketahui bahwa sekolah sangat berperan dalam mempengaruhi perkembangan diri siswa sebagai peserta didik maupun sebagai individu yang sedang berkembang. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pelayanan agar siswa berkembang secara optimal tentu saja diperlukan adanya pendidik yang profesional di bidang keilmuannya masing-masing, termasuk salah satunya yaitu guru pembimbing. Guru pembimbing mempunyai tugas-tugas dan tanggung jawab tersendiri kepada peserta didiknya, seperti yang ditegaskan dalam SK Mendikbud No.025/O/1995 (dalam Prayitno 2008:22), bahwa :

“Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang bimbingan belajar dan bimbingan karir, melalui berbagai jenis kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku”.

Menurut UU No.20 tahun 2003 pasal 1 Ayat 6 (dalam Aqib 2011:153)

“keberadaan guru pembimbing / konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur”.


(19)

3

Tugas dan peran guru pembimbing / konselor juga dinyatakan Aqib (2011:77) adalah sebagai berikut :

a. Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa

b. Mampu mengatasi dan membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa

c. Mampu memahami diri siswa secara baik, yang menyangkut kebutuhan, kesulitan maupun perbedaan individu siswa dalam rangka kelancaran proses belajar mengajar

d. Bekerja sama dengan guru mata pelajaran, wali kelas, kepala sekolah dalam rangka membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi siswa khususnya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pribadi, sosial, dan karir.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keberadaan guru pembimbing di sekolah berperan dalam mengembangkan siswa sesuai dengan keadaan diri siswa itu sendiri serta mengembangkan potensi dan mampu mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam diri siswa serta memandirikan siswa dalam mengambil keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli kepada kemaslahatan umum. Jika guru pembimbing dapat melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya dengan baik, maka dapat dipastikan siswa di sekolah juga akan berkembang sesuai dengan kemampuannya dan akan memiliki rasa percaya diri yang positif, sehingga kondisi tersebut dapat mendukung siswa untuk berprestasi.

Menurut Hurlock (1990), masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial.


(20)

4

Pada usia tersebut yang merupakan masa transisi, muncul permasalahan yang berkaitan dengan masalah pribadi dan belajar salah satunya yaitu siswa yang kurang motivasi dalam belajar. Belajar merupakan permasalahan yang umum dibicarakan setiap orang, terutama yang terlibat dalam dunia pendidikan. Belajar menekankan pada pembahasan tentang siswa dan proses yang menyertainya dalam usaha mengadakan perubahan secara kognitif, afektif, dan psikomotornya.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 8 B.Lampung, peneliti akan melakukan penelitian pada kelas X karena terdapat siswa yang mengalami motivasi belajar rendah yaitu siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, cuek dan mengobrol saat guru sedang menjelaskan materi, tidak aktif dalam kegiatan belajar, malas dan kurang berkonsetrasi dalam belajar.

Menurut Slameto ( 2002 : 2 ), belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dalam proses belajar mengajar, guru menginginkan hasil yang optimal dari proses tersebut. Namun dalam pelaksanaannya, muncul hambatan-hambatan karena siswa belum memiliki kesadaran dan tujuan dari belajar. Hal ini disebabkan karena siswa kurang memiliki motivasi belajar sehingga hasil belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan guru.


(21)

5

Menurut Winkel (2003:24) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa untuk menumbuhkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, agar tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai.

Seseorang yang tinggi tingkat motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk menambah pengetahuannya untuk memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya rendah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka meninggalkan pelajaran, dan berakibat pada kesulitan belajar (Ahmadi dan Widodo, 2004:83).

Berdasarkan uraian diatas, motivasi merupakan faktor pendorong yang berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik atau tidaknya dalam mencapai tujuan, sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya.

Motivasi sangat dibutuhkan dalam proses belajar, siswa yang memiliki motivasi belajar tentunya mampu mencapai tujuan dari belajar. Karena motivasi memberikan dorongan untuk melaksanakan dan menggerakkan kegiatan belajar. Sedangkan siswa yang kurang memiliki motivasi belajar tidak akan mau melakukan aktivitas belajar. Siswa cenderung menghindar, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru serta mengobrol saat guru sedang menjelaskan materi.

Dalam hal ini, guru bimbingan dan konseling bertanggung jawab dalam membantu siswa menyelesaikan masalahnya khususnya dalam meningkatkan optimisme siswa agar lebih termotivasi lagi dalam belajar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru pembimbing agar siswa optimis adalah dengan


(22)

6

menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling. Salah satu layanan yang dapat digunakan adalah layanan bimbingan kelompok.

Bimbingan kelompok membahas masalah-masalah umum bagi peserta layanan. Sehingga bimbingan kelompok lebih diminati oleh individu untuk berlatih bersama memecahkan masalah individu lain karena di dalam bimbingan kelompok semua dilatih dianggap konselor. Untuk melatih remaja agar dapat memotivasi dirinya agar bisa menjalankan tugas perkembangannya yang sulit dipecahkan. Seperti yang dikemukakan oleh Prayitno (1995:178) :

“Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya”.

Tujuan dari layanan bimbingan kelompok adalah membantu agar siswa dapat mengembangkan kemampuan atau potensinya secara optimal, karena kurangnya motivasi dalam diri individu dapat membuat masalah tersendiri bagi perkembangan siswa. Dalam bimbingan kelompok, para siswa dapat mempelajari cara meningkatkan motivasi belajar dengan memanfaatkan dinamika kelompok karena melalui interaksi dengan anggota-anggota kelompok mereka dapat memenuhi beberapa kebutuhan psikologis, seperti kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan teman sebaya dan diterima oleh mereka, kebutuhan untuk bertukar pikir dan berbagi perasaan, kebutuhan menemukan nilai-nilai kehidupan sebagai pegangan dan kebutuhan untuk lebih independen serta lebih mandiri. Dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka diharapkan para siswa dapat


(23)

7

tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

a. Terdapat siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru b. Terdapat siswa yang mengobrol saat guru sedang menjelaskan pelajaran c. Terdapat siswa yang tidak aktif pada saat proses belajar

d. Terdapat siswa yang bermain saat proses belajar

e. Terdapat siswa yang ke kantin saat jam pelajaran berlangsung

3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan beberapa masalah yang timbul, agar lebih efektif peneliti membatasi masalah dengan mengkaji mengenai “Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok Siswa Kelas X di SMA Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014” .

4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut : “Apakah Motivasi Belajar Siswa Dapat Ditingkatkan Menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok Siswa Kelas X di SMA Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 ?”

B.Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian


(24)

8

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah motivasi belajar dapat ditingkatkan menggunakan layanan bimbingan kelompok siswa kelas X di SMA Negeri 8 B.Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini penulis harapkan berguna sebagai berikut : a. Secara teoritis

Penelitian ini berguna untuk memberikan sumbangan yang positif bagi pengembangan konsep-konsep ilmu tentang bimbingan dan konseling khususnya berkaitan dengan pengembangan bimbingan kelompok dan berguna untuk meningkatkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

b. Secara praktis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu sumbangan informasi, pemikiran bagi remaja, orang tua, guru pembimbing, dan masyarakat.

C.Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah dasar dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta hasil observasi dan telaah kepustakaan yang memuat mengenai teori, dalil, atau konsep-konsep.

Menurut Sardiman (2004:69-70). motivasi belajar terdiri dari dua jenis yaitu : 1. Motivasi intrinsik adalah dorongan yang timbul dari dalam diri individu


(25)

9

individu. Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan, yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Motivasi intrinsik muncul berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekedar atribut dan seremonial.

2. Motivasi ekstrinsik. adalah dorongan yang timbul dari luar diri individu untuk melakukan aktivitas belajar dikarenakan adanya rangsangan dari luar diri individu. Motivasi belajar ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar.

Dalam proses belajar mengajar, motivasi sangat dibutuhkan, baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah aktivitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah seseorang yang tidak memiliki keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi ekstrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar.

Motivasi merupakan faktor psikologis yang menentukan intensitas usaha siswa dalam belajar. Oleh karena itu perhatian yang diberikan oleh keluarga, pihak sekolah maupun lingkungan siswa dalam mengarahkan kegiatan belajar sangatlah penting. Apabila motivasi belajar siswa tinggi, maka ada kecenderungan bagi siswa untuk terdorong belajar lebih aktif dan lebih semangat lagi untuk giat belajar.


(26)

10

Bimbingan kelompok merupakan bantuan individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok membahasa masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan sosial (Juntika, 2006 : 23)

Sedangkan menurut Romlah (2006 : 3), “Bimbingan kelompok adalah salah satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang dianutnya dan dilaksanakan dalam situasi kelompok”.

Dari pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dengan memberikan informasi dan data dalam usaha mengembangkan tingkah laku yang kurang mendukung menjadi mendukung dalam proses belajar sehingga siswa dapat termotivasi. Selain itu juga melatih kepecayaan diri individu sehingga lebih berani membuka diri untuk menggali kelemahan dan kelebihan yang ada pada dirinya karena adanya interaksi didalam kelompok.

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok adalah suatu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan terikat dimana layanan bimbingan kelompok merupakan variabel bebas yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa sebagai variabel yang dapat dipengaruhi. Dapat dikatakan


(27)

11

bahwa motivasi belajar siswa yang rendah di kelas X SMA Negeri 8 B.Lampung dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa rendahnya motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok.

Berikut ini adalah bentuk kerangka pikir dari penelitian ini :

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

Gambar diatas menunjukkan bahwa, siswa yang memiliki motivasi rendah diberikan layanan bimbingan kelompok yang berguna untuk meningkatkan motivasi belajarnya. Meningkatnya motivasi belajar siswa memungkinkan siswa memperoleh hasil yang optimal dalam belajar. Selain itu, siswa juga dapat siap baik fisik maupun mentalnya terhadap hasil belajar.

D.Hipotesis

Menurut Sukardi (2005 : 42) Hipotesis penelitian mempunyai fungsi memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau research question. Sesuai dengan hipotesis penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Ha : Terdapat perbedaan positif yang signifikan antara motivasi belajar siswa sebelum dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X di SMA Negeri 8 B.Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014

Layanan Bimbingan

Kelompok

Motivasi belajar

tinggi

Motivasi belajar rendah


(28)

12

Ho : Tidak terdapat perbedaan positif yang signifikan antara motivasi belajar siswa sebelum dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X di SMA Negeri 8 B.Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat ditimbulkan oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku.

Menurut Winkel (2003:24) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa untuk menumbuhkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, agar tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai.

Sedangkan menurut Prayitno (1989:8) motivasi merupakan suatu energi yang menggerakan siswa untuk belajar, tetapi juga merupakan sesuatu yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar.”

Menurut Makmun (2007: 37) motivasi merupakan :


(30)

14

2) Suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan (prepatory set) dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari atau tidak disadari

Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat (Uno, 2009: 3). Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Menurut Uno (2009: 3) motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.

Suryabrata (2011: 70) mengemukakan motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktiviatas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motif manusia merupakan dorongan, hasrat, keingianan dan tenaga penggerak lainnya, yang berasal dari dalam dirinya,untuk melakukan sesuatu menurut Sobur (2003: 265). Sedangkan Sheriff & Sheriff dalam Sobur (2003) menyebutkan motif sebagai suatu istilah genetic yang meliputi semua faktior internal yang mengarah pada berbagai jenis perilaku yang bertujuan, semua pengaruh internal, seperti kebutuhan (need) yang berasal dari fungsi-fungsi organisme, dorongan dan keinginan, aspirasi dan selera sosial, yang bersumber dari fungsi-fungsi tersebut.


(31)

15

Menurut Purwanto (2007: 60), motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/ perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diartikan bahwa motivasi adalah suatu kekuatan atau dorongan dalam diri individu membuat individu tersebut bergerak, bertindak untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya.

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku akibat latihan dan pengalaman (Hamalik, 2009: 106). Sedangkan menurut Makmun (2007: 157) adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Senada juga diungkapkan Uno (2009: 22) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pengertian belajar menurut Purwanto yaitu sebagai berikut :

1) Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik atau tetapi ada juga yang mengarah ke tingkh laku yang lebih buruk

2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar

3) Untuk dapat disebut sebagai belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Beberapa lama periode waktu itu berlangsung ditentukan dengan pasti, tetapi


(32)

16

perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan maupun bertahun-tahun. Ini beratti kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung sementara

4) Tingkah laku yang megalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

Dari beberapa pengertian belajar di atas, maka dapat diambil pengertian bahwa belajar adalah suatu proses seorang individu melakukan perubahan perilaku berdasar pengalaman dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Dari kedua pengertian motivasi dan juga belajar, maka dapat digabungkan pengertian motivasi belajar adalah suatu kekuatan atau dorongan dalam diri individu membuat individu tersebut bergerak, bertindak untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya yaitu proses seorang individu melakukan perubahan perilaku berdasar pengalaman dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

2. Ciri-Ciri Motivasi Belajar

Dalam mengikuti proses kegiatan belajar setiap siswa memiliki perbedaan dalam reaksinya, hal ini tergantung pada motivasi yang terdapat didalam diri siswa


(33)

17

tersebut. Menurut Munandar (1999:34-35), ciri-ciri motivasi adalah sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas b. Ulet menghadapi kesulitan

c. Tak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi. d. Ingin mendalami bidang pengetahuan yang diberikan e. Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin

f. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah

g. Senang dan rajin belajar dengan penuh semangat dan mudah bosen dengan tugas rutin

h. Dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya i. Mengejar tujuan-tujuan jangka panjang

j. Senang mencari dan memecahkan soal-soal dalam mata pelajaran maupun yang lainnya.

Berdasarkan ciri-ciri motivasi diatas maka seseorang yang tinggi tingkat motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk menambah pengetahuannya untuk memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya rendah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka meninggalkan pelajaran, dan berakibat pada kesulitan belajar (Ahmadi dan Widodo, 2004:83).

Berdasarkan uraian diatas, motivasi merupakan faktor pendorong yang berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat


(34)

18

menentukan baik atau tidaknya dalam mencapai tujuan, sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya.

3. Jenis-Jenis Motivasi Belajar

Didalam setiap individu memiliki motivasi yang berbeda didalam melakukan kegiatan belajar. Selain itu, seorang siswa dapat memiliki lebih dari satu macam motivasi dalam melakukan kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2003:69-70). Motivasi belajar terdiri dari dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Motivasi intrinsik adalah dorongan yang timbul dari dalam diri individu untuk melakukan aktivitas belajar tanpa adanya rangsangan dari luar diri individu. Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan, yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Motivasi intrinsik muncul berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekedar atribut dan seremonial.

Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang timbul dari luar diri individu untuk melakukan aktivitas belajar dikarenakan adanya rangsangan dari luar diri individu. Motivasi belajar ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar.

Hakim (2005:28) membagi motivasi berdasarkan motifnya, yaitu motif intrinsik dan ekstrinsik. Motif intrinsik adalah motif yang mendorong seseorang melakukan sesuatu kegiatan tertentu, sedangkan motif ekstrinsik adalah motif yang


(35)

19

mendorong seseorang melakukan kegiatan tertentu tetapi motif tersebut terlepas dari kegiatan yang ditekuninya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat berguna dalam kegiatan belajar. Sedangkan motif intrinsik belajar menjadi kuat jika diiringi dengan motif ekstrinsik.

4. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar

Motivasi mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar seseorang. Agar peranan motivasi dapat optimal, maka prinsip-prinsip motivasi tidak hanya sekedar diketahui namun harus dapat dimengerti.

Menurut Bahri (2002:118-121) ada beberapa prinsip dalam motivasi belajar yaitu: a. Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar

b. Motivasi intrinsik lebih utama dari pada motivasi ekstrinsik dalam belajar c. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman

d. Motivasi berhubungan erat dengan keutuhan dalam belajar e. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar

f. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.

5. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Motivasi dalam belajar dapat berfungsi sebagai penggerak dan filter dan saringan untuk menyisihkan perbuatan yang tidak mendukung tercapainya tujuan yang dinginkan.


(36)

20

a. Mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak atau motorik yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal iini merupakan motir penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, mengarahkan tujuan yang ingin dicapai. Motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, menentukan mana yang harus segera diselesaikan dan menyisikan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi belajar. Seorang siswa melakukan suatu kegiatan atau usaha karena adanya motivasi. Aspek motivasi dalam keseluruhan proses belajar sangatlah penting, karena motivasi dapat mendorong siswa untuk melakukan aktivitas tertentu yang berhubungan dengan kegiatan belajar.

6. Peranan Motivasi dalam Belajar

Pada hakekatnya orang yang ingin mencapai tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam belajar motivasi muncul karena adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhan yaitu mencapai hasil belajar yang diinginkan. Menurut Uno (2007: 27) ada beberapa peranan penting dalam motivasi belajar yaitu:

a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar b. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai

c. Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar d. Menetukan ketekunan belajar.


(37)

21

Motivasi dapat menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar siswa. Dengan motivasi seseorang dapat lebih mengarahkan tingkah lakunya kearah kegiatan yang paling utama dan bermanfat sehingga siswa tersebut tidak akan terpengaruh untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang lain yang tidak bermanfaat.

7. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan motivasi dalam belajar antara lain yaitu:

a. Penggunaan pujian verbal

Penerimaan sosial yang mengikuti suatu tingkah laku yang diinginkan dapat menjadi alat yang cukup dipercaya untuk mengubah prestasi dan tingkah laku akademis kearah yang diinginkan.

b. Penggunaan tes dan nilai secara bijaksana

Penggunaan tes dan nilai mempunyai efek dalam memotivasi anak didik. Akan tetapi tes dan nilai harus dipakai secara bijaksana agar keinginan anak didik untuk berusaha belajar lebih baik.

c. Membangkitkan rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi

Didalam diri anak didik terdapat potensi yang besar yaitu rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Potensi ini dapat ditumbuhkan dengan menyediakan lingkungan yang kreatif.

d. Memanfaatkan apersepsi anak didik

Bahan apersepsi merupakan seperangkat materi yang dikuasai yang melicinkan jalan menuju penguasaan materi pelajaran yanag baru.


(38)

22

e. Pergunakan simulasi dan permainan

Penggunakan simulasi dan permainan dapat memotivasi anak didik, meningkatkan interaksi, menyajikan gambaran yang jelas mengenai situasi kehidupan sebenarnya.

Dari beberapa upaya dalam meningkatkan motivasi belajar anak didik dapat disimpulkan bahwa anak didik dapat termotivasi dalam belajar apabila guru menyediakan lingkungan yang kreatif untuk mengembangkan potensinya.

8. Faktor-faktor Pendorong Motivasi Belajar

Menurut Nasution (2004: 77) dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a. Motivasi intrinsik

Yaitu motivasi yang ada di dalam diri yaitu mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan belajar itu.

b. Motivasi ekstrinsik

Yaitu motivasi yang berasal dari lingkungan sibelajar, seperti; ingin mendapat pujian, ijazah, kenaikan tingkat, dan sebagainya.

Dari pendapat di atas motivasi didorong oleh dua faktor, baik dari dalam diri maupun dari luar diri individu tersebut. Jadi yang perlu diperhatikan bahwa kedua faktor tersebut sama-sama kuat dalam mempengaruhi motivasi, jika individu hanya memiliki salah satu dari faktor tersebut maka mereka tidak akan pernah termotivasi.

9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar menurut Anni (2007: 158) ada enam faktor yaitu:


(39)

23

a. Sikap

Sikap merupakan kombinasi dari konsep, informasi, dan emosi yang dihasilkan di dalam predisposisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa, atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sikap memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar siswa karena sikap itu membantu siswa dalam merasakan dunianya dan memberikan pedoman kepada perilaku yang dapat membantu dalam menjelaskan dunianya. Sikap juga akan membantu seseorang merasa aman di suatu lingkungan yang pada mulanya tampak asing. Sikap akan memberikan pedoman dan peluang kepada seseorang untuk mereaksi secara lebih otomatis.

b. Kebutuhan

Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai kekuatan internal yang memandu siswa untuk mencapai tujuan. Semakin kuat seseorang merasakan kebutuhan, semakin besar peluangnya untuk mengatasi perasaan yang menekan di dalam memenuhi kebutuhannya. Tekanan ini dapat diterjemahkan ke dalam suatu keinginan ketika indIvidu menyadari adanya perasaan dan berkeinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Apabila siswa membutuhkan atau menginginkan sesuatu untuk dipelajari, mereka cenderung sangat termotivasi. Konsep kebutuhan yang paling terkenal adalah yang dikembangkan oleh Maslow. Teori tersebut mengasumsikan pemenuhan kebutuhan merupakan prinsip yang paling penting yang mendasari perkembangan manusia.


(40)

24

c. Rangsangan

Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif. Stimulus yang unik akan menarik perhatian setiap orang dan cenderung mempertahankan keterlibatan diri secara aktif terhadap stimulus tersebut. Rangsangan secara langsung membantu memenuhi kebutuhan belajar siswa. Apabila siswa tidak memperhatikan pembelajaran, maka sedikit sekali belajar akan terjadi pada diri siswa tersebut. Proses pembelajaran dan materi yang terkait dapat membuat sekumpulan kegiatan belajar. Setiap siswa memilikii keinginan untuk mempelajari sesuatu dan memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran. Apabila mereka tidak menemukan proses pembelajaran yang merangsang mangakibatkan siswa yang pada mulanya termotivasi untuk belajar pada akhirnya menjadi bosan dan perhatiannya akan menurun.

d. Afeksi

Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional-kecemasan, kepedulian, dan pemilikan-dari individu atau kelompok pada waktu belajar. tidak kegiatan belajar yang terjadi di dalam kevakuman emosional. Siswa merasakan sesuatu saat belajar, dan emosi siswa tersebut dapat memotivasi perilakunya kepada tujuan. Afeksi dapat menjadi motivator intrinsik. Apabila emosi bersifat positif pada waktu kegiatan belajar berlangsung, maka emosi mempu mendorong siswa untuk belajar keras. Integritas emosi dan berpikir siswa itu dapat mempengaruhi motivasi belajar dan menjadi kekuatan terpadu yang positif, sehingga akan menimbulkan kegiatan belajar yang efektif.


(41)

25

e. Kompetensi

Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh kompetensi dari lingkungannya. Teori kompetensi mengasumsikan bahwa siswa secara alamiah berusaha keras berinteraksi dengan lingkungannya secara efektif. Siswa secara intrinsik termotivasi untuk menguasai lingkungan dan mengerjakan tugas-tugas secara berhasil agar menjadi puas. Dalam situasi pembelajaran, rasa kompetensi pada diri siswa itu akan timbul apabila menyadari bahwa pengetahuan atau kompetensi yang diperoleh telah memenuhi standar yang telah ditentukan. Apabila siswa mengetahui bahwa dia merasa mampu terhadap apa yang telah dipelajari, dia akan merasa percaya diri. Hubungan antara kompetensi dan kepercayaan diri adalah saling melengkapi. Kompetensi memberikan peluang pada kepercayaan diri untuk berkembang, dan memberikan dukungan emosional terhadap usaha tertentu dalam menguasai keterampilan dan pengetahuan baru. Perolehan kompeten dari belajar baru itu selanjutnya menunjang kepercayaan diri, yang selanjutnya dapat menjadi faktor pendukung dan motivasi belajar yang lebih luas.

f. Penguatan

Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon. Penggunaan peristiwa penguatan yang efektif, seperti penghargaan terhadap hasil karya siswa, pujian, penghargaan sosial, dan perhatian, dinyatakan sebagai variabel penting di dalam perancangan pembelajaran. Menurut Uno (2009: 23) motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik dan ekstrinsik.


(42)

26

1) Faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.

2) Faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan adanya motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.

B. Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok (Romlah, 2006:3). Bimbingan kelompok merupakan kegiatan untuk mencegah masalah-masalah perkembangan. Didalamnya terdapat informasi tentang pendidikan, karier, pribadi, sosial, dan tidak menyentuh mata pelajaran dalam susunan akademik.

Menurut (Prayitno, 1997:37) layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari guru pembimbing) atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan untuk perkembangan dirinya baik secara individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan pengambilan keputusan atau tindakan tertentu.


(43)

27

Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.

Bagi siswa, bimbingan kelompok bermanfaat sekali karena melalui interaksi dengan anggota-anggota kelompok mereka dapat memenuhi beberapa kebutuhan psikologis, seperti kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan teman sebaya dan diterima oleh mereka, kebutuhan untuk bertukar pikir dan berbagi perasaan, kebutuhan menemukan nilai-nilai kehidupan sebagai pegangan dan kebutuhan untuk lebih independen serta lebih mandiri. Dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka diharapkan para siswa dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah proses pemberian informasi dan bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (guru pembimbing) pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan sebagainya, dimana pemimpin kelompok menyediakan informasi-informasi yang bermanfaat agar dapat membantu individu mencapai perkembangan yang optimal.

2. Tujuan Bimbingan Kelompok

Menurut Bennett dalam Romlah (2001: 14-15) tujuan bimbingan kelompok yaitu :

a. Memberikan kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan,


(44)

28

pekerjaan, pribadi, dan sosial. Tujuan ini dapat dicapai melalui kegiatan-kegiatan :

1) Mempelajari masalah-masalah hubungan antar pribadi yang terjadi dalam kelompok dalam kehidupan sekolah yang dapat mengubah perilaku individu dan kelompok dalam cara yang dapat diterima oleh masyarakat

2) Mempelajari secara kelompok masalah pertumbuhan dan perkembangan, belajar menyesuaikan diri dalam kehidupan orang dewasa, dan menerapkan pola hidup yang sehat

3) Mempelajari secara kelompok dan menerapkan metode pemahaman diri mengenai sikap, minat, kemampuan, kepribadian dan kecenderungan-kecenderungan sifat, dan penyesuaian pribadi serta social

4) Bantuan untuk mengembangkan patokan-patokan nilai untuk membuat pilihan–pilihan dalam berbagai bidang kehidupan dan dalam mengembangkan filsafat hidup

b. Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok dengan :

1) Mempelajari masalah-masalah manusia pada umumnya

2) Menghilangkan ketegangan emosi, menambah pengertian mengenai dinamika kepribadian, dan mengarahkan kembali energi yang terpakai untuk memecahkan kembali energi yang terpakai untuk memecahkan masalah tersebut dalam suasana yang permisif

3) Untuk mencapai tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan efektif daripada melalui kegiatan bimbingan individual


(45)

29

4) Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih efektif

Secara singkat dapat dikatakan bahwa hal yang paling penting dalam kegiatan bimbingan pada umumnya dan bimbingan kelompok pada khususnya adalah bahwa bimbingan merupakan proses belajar baik bagi para petugas bimbingan maupun bagi individu yang dibimbing.

3. Asas-asas Bimbingan Kelompok a. Asas Kerahasiaan

Para anggota harus menyimpan dan merahasiakan informasi apa yang dibahas dalam kelompok, terutama hal-hal yang tidak layak diketahui orang lain b. Asas keterbukaan

Para anggota bebas dan terbuka mengemukakan pendapat, ide, saran, tentang apa saja yang yang dirasakan dan dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan ragu-ragu.

c. Asas kesukarelaan

Semua anggota dapat menampilkan diri secara spontan tanpa malu atau dipaksa oleh teman lain atu pemimpin kelompok.

d. Asas kenormatifan

Semua yang dibicarakan dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan kebiasaan yang berlaku.

4. Tahap-tahap Pertumbuhan Kelompok

Dalam proses dinamika kelompok, apabila diamati bagaimana anggota kelompok mengalami kehidupan fase demi fase, akan terlihat sebagai proses yang unik yang akan dilalui oleh semua anggota kelompok dalam rangka menuju kearah


(46)

30

terbentuknya kelompok yang kohesif dan berfungsi untuk mencapai tujuan kelompok. Fase pertumbuhan kelompok sebagaimana dikemukakan Tuckman dkk adalah :

a. Tahap pembentukan rasa kekelompokan

Tahap pembentukan kelompok merupakan tahap awal dalam pertumbuhan kelompok. Pada tahap ini, setiap individu dalam melakukan berbagai penjajagan terhadap anggota lainnya mengenai hubungan antar pribadi yang dikehendaki kelompok sekaligus mencoba berperilaku tertentu untuk mendapatkan sebuah reaksi dari lainnya. Bersamaan dengan tampilnya perilaku individu tersebut, secara perlahan-lahan anggota kelompok mulai menciptakan pola hubungan antar sesama anggota. Pada tahap inilah secara berangsur-angsur mulai diletakan pola dasar perilaku kelompok, baik yang berkaitan dengan tugas-tugas kelompok maupun yang berkaitan dengan hubungan antar pribadi anggota-anggotanya.

b. Tahap pancaroba

Pada fase kedua dari proses pertumbuhan kelompok ini, upaya memperjelas tujuan kelompok mulai nampak, partisipasi anggota meningkat. Sadar atau tidak, pada tahap ini anggota kelompok mulai mendeteksi kekuatan dan kelemahan masing-masing anggota kelompok melalui proses interaksi yang intensif, ditandai dengan mulai terjadinya konflik satu sama lain karena setiap anggota mulai makin menunjukan “aku”-nya masing-masing. Anggota yang merasa kuat mengeksploitasi anggota lain yang terlihat lemah, atau bahkan kadang-kadang ada anggota yang terlihat menentang kelompok. Salah satu ciri penting dari fase ini


(47)

31

adalah dengan berbagai cara apapun anggotanya akan saling mempengaruhi satu sama lain.

c. Pembentukan norma

Dalam fase ketiga ini, meskipun konflik masih terus terjadi, anggota kelompok mulai melihat karakteristik kepribadian masing-masing secara lebih mendalam, sehingga lebih memahami terjadi perbedaan dan konflik pemahaman tentang bagaimana cara berkomunikasi orang-orang tertentu, cara membantu orang lain, cara memperlakukan orang lain dalam kelompok akan meningkatkan ikatan, rasa percaya (trust), serta kepuasan hubungan dan konsensus diantara anggota kelompok dalam pengambilan keputusan.

d. Tahap berprestasi

Menginjak fase berprestasi, kelompok sudah dibekali dengan suasana hubungan kerja yang harmonis antara anggota yang satu dengan lainnya. Norma kelompok telah disepakati, tujuan dan tugas kelompok serta peran masing-masing anggota telah jelas. Terdapat keterbukaan komunikasi dalam kelompok dan keluwesan dalam berinteraksi satu sama lain.

5. Teknik-Teknik Bimbingan Kelompok

Penggunaan tehnik dalam kegiatan bimbingan kelompok mempunyai banyak fungsi selain dapat lebih memfokuskan kegaiatan bimbingan kelompok terhadap tujuan yang ingin dicapai tetapi juga dapat membuat suasana yang terbangun dalam kegiatan bimbingan kelompok agar lebih bergairah dan tidak cepat membuat siswa jenuh mengikutinya, seperti yang dikemukakan oleh Romlah (2001: 86) “Bahwa teknik bukan merupakan tujuan tetapi sebagai alat untuk


(48)

32

mencapai tujuan. Pemilihan dan penggunaan masing-masing teknik tidak dapat lepas dari kepribadian konselor, guru atau pemimpin kelompok”. Jadi jelas bahwa selain sebagai alat untuk mencapai tujuan, teknik penggunaan dan pemilihan juga harus disesuaikan dengan karakteristik konselor atau pemimpin kelompok.

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam bimbingan kelompok, seperti yang disebutkan oleh Romlah (2001: 87): Beberapa teknik yang biasa digunakan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok yaitu, antara lain : pemberian informasi, diskusi kelompok, pemecahan masalah (problem solving), permainan peranan (role playing), permainan simulasi (simulation games), karyawisata (field trip), penciptaan suasana keluarga (home room).

Dari beberapa teknik di atas peneliti menggunakan teknik diskusi kelompok dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. Diskusi kelompok adalah percakapan yang telah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang pemimpin. Didalam melaksanakan bimbingan kelompok, diskusi kelompok tidak hanya untuk memecahkan masalah, tetapi juga untuk mencerahkan persoalan, serta untuk mengembangkan pribadi.

Dinkmeyer dan Munro dalam Romlah (2001: 89) menyebutkan tiga macam tujuan diskusi kelompok yaitu : (a) untuk mengembangkan terhadap diri sendiri, (b) untuk mengembangkan kesadaran tentang diri (self), (c) untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antar manusia.


(49)

33

Diskusi kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan kelompok yang penting, hampir semua teknik bimbingan kelompok menggunakan diskusi sebagai cara kerjanya, misalnya permainan peranan, karya wisata, permainan simulasi, pemecahan masalah, homeroom, dan pemahaman diri melalui proses kelompok.

C. Keterkaitan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Siswa pada dasarnya adalah individu yang siap atau dipersiapkan untuk mengikuti proses pendidikan baik fisik dan psikologis. Individu yang siap, maksudnya adalah individu yang secara sadar mempersiapkan diri untuk belajar. Sedangkan individu yang dipersiapkan, maksudnya adalah individu yang perlu sedikit paksaan agar mengikuti proses pendidikan. Siswa juga adalah manusia secara rasional dan etnis selalu berusaha meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaannya. Mereka merupakan suatu totalitas kehidupan, suatu pribadi yang memiliki sifat dasar terbuka keluar (akan siap menerima perubahan) dan terbuka kedalam (terus mengembangkan konsep-konsep individualitas).

Menurut (Sukardi 2002 : 442). ”bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang dilaksanakan dengan cara memberikan informasi dan data-data dalam usaha untuk mengembangkan tingkah laku yang baik dari individu.”

Menurut Hartinah (2009:166) bimbingan kelompok kerap dilibatkan atau melibatkan diri dalam pengelolahan berbagai kelompok yang melakukan kegiatan dalam rangka beraneka aktivitas kurikuler. Dalam hal ini motivasi belajar


(50)

34

termasuk dalam kegiatan kurikuler, oleh sebab itu bimbingan kelompok dapat digunakan dalam meningkatkan motivasi belajar.

Dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa maka dibutuhkan rasa percaya diri dalam menguasai materi pelajaran. Dengan ini guru pembimbing dapat memberikan bantuan melalui pelaksanaan layanan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok adalah suatu hubungan antara konselor dengan satu atau lebih klien yang penuh perasaan penerimaan, kepercayaan, dan rasa aman sehingga akan membuat siswa lebih optimis dalam menjalani hidup.


(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Di dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan prosedur suatu penelitian akan dilakukan. Hal terpenting yang perlu diperhatikan bagi seorang peneliti adalah ketepatan penggunaan metode yang sesuai dengan objek penelitian dan tujuan yang ingin dicapai agar penelitian dapat berjalan dengan baik, terarah, dan sistematis.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen (eksperimental research). Menurut Arikunto, (2006:3) eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor yang lain yang bisa menganggu.

Bentuk penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dimana dalam penelitian ini tanpa menggunakan kelompok kontrol dan terdapat pretest sebelum diberikan perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan seperti berikut:


(52)

36

Gambar 3.1 Pola One-Group Pretest-Posttest Design (Sugiyono, 2008:74)

Keterangan :

O1: Nilai pretest (sebelum diberikan perlakuan) yaitu pengukuran atau

observasi awal sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok

X: Perlakuan atau pemberian layanan bimbingan kelompok pada siswa

O2 : Nilai posttest (aetelah diberikan perlakuan) yaitu pengukuran

setelah diberikan layanan bimbingan kelompok

B. Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini diketahui berdasarkan hasil skala motivasi belajar dan diperoleh siswa yang memiliki motivasi belajar rendah adalah siswa kelas X yang berjumlah 10 siswa yang tersebar di kelas X IIS 3.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitan

Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006: 118). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel yaitu variable bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).

a. Variabel bebas (X)


(53)

37

Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi atau penyebab. Pada penelitian sebagai variabel bebas (X) adalah layanan bimbingan kelompok.

b. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat (dependent). adalah variabel yang keberadaannya bergantung pada variabel bebas. Pada penelitian ini sebagai variabel terikat (Y) adalah motivasi belajar rendah

2. Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional penelitian dalam penelitian ini adalah :

a. Motivasi belajar adalah dorongan kekuatan atau energy penggerak dan pengarah dalam diri individu untuk melakukan suatu tindakan atau kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu dengan ciri-ciri : (1) tekun menghadapi tugas, (2) ulet menghadapi kesulitan, (3) tak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, (4) selalu berprestasi sebaik mungkin, (5) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.

b. Layanan bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok (Romlah, 2001:3). Bimbingan kelompok merupakan kegiatan untuk mencegah masalah-masalah perkembangan. Dalam hal ini permasalahan yang akan diselesaikan dalam bimbingan kelompok adalah motivasi belajar siswa. Ada empat tahapan dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran.


(54)

38

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sangat erat hubungannya dengan pendekatan apa yang digunakan oleh peneliti terhadap masalah apa yang ingin dikaji. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Skala Motivasi Belajar

Peneliti menggunakan skala Likert dalam penelitian ini dimana skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena atau gejala sosial yang terjadi, hal ini secara spesifik telah ditetapkan oleh peneliti, yang selanjutnya disebut variabel penelitian. Variabel penelitian ini dijabarkan melalui dimensi-dimensi menjadi sub-variabel kemudian sub-variabel dijadikan indikator-indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk menyusun item-item pertanyaan atau pernyataan yang berhubungan dengan variabel penelitian (Iskandar, 2008:82). Skala Likert mempunyai gradasi dari yang sangat positif dan sangat negatif yang diungkapkan melalui kata-kata sebagai berikut :

Tabel 3.1. Alternatif Jawaban Skala

Pernyataan Positif Negatif

Sangat Setuju 5 1

Setuju 4 2

Ragu-Ragu 3 3

Tidak Setuju 2 4

Sangat Tidak Setuju 1 5

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lima alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju, Setuju, Ragu-Ragu, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju.


(55)

39

Kisi-kisi skala motivasi belajar yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan kisi-kisi skala yang sudah valid dan reabil dari peneliti lain yaitu Astuti (2011).

Tabel 3.2 Kisi-kisi Skala Motivasi Belajar

Variabel Indikator Deskriptor

Motivasi belajar a. Motivasi intrinsik

b. Motivasi ekstrinsik

1. Mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas

2. Besarnya keingintauan siswa terhadap pelajaran

3. Mempersiapkan waktu untuk belajar

4. Tingkat kehadiran siswa dalam menghadiri pembelajaran 5. Memberi perhatian terhadap

pelajaran yang diberikan di dalam kelas

1. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

2. Merasa ingin unggul dari teman-teman yang lain

3. Keinginan untuk mendapatkan penghargaan.

2. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap subyek yang diteliti. Teknik ini digunakan untuk mengamati, memamhami peristiwa secara cermat, mendalam dan terfokus terhadap subjek penelitian, baik dalam suasana formal, maupun santai, tentang subyek penelitian melalui guru yang berhubungan dengan subyek penelitian. Peneliti berperan serta dalam kegiatan-kegiatan subjek.

Dalam penelitian ini, peneliti mengamati dan mengadakan penilaian terhadap siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu yang memiliki penurunan. motivasi belajar.


(56)

40

E. Uji Persyaratan Instrumen 1. Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2006: 168). Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji validitas instrumen karena peneliti menggunakan skala motivasi belajar peneliti lain yang telah valid. Peneliti lain tersebut adalah Astuti (2011), uji validitasnya dilakukan pada siswa kelas XII IPS SMAN 1 Gading Rejo. Peneliti lain tersebut menggunakan validitas isi (content validity) untuk mengukur validitas instrumennya. Menurut Sukardi (2003) validitas isi atau sering disebut validitas wajah (face validity) adalah dimana tes mengukur tentang suatu kondisi yang ingin diukur. Untuk menguji validitas isi setelah instrumen disesuaikan tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgments experts).

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

Instrumen pokok pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala. Pada skala motivasi belajar peneliti tidak melakukan uji reliabilitas instrumen karena peneliti menggunakan skala motivasi belajar peneliti


(57)

41

lain yang telah reliabil.Peneliti lain tersebut adalah Astuti (2011), uji validitasnya dilakukan pada siswa kelas XII IPS SMAN 1 Gading Rejo. Berdasarkan uji realibilitas dengan menggunakan rumus alpha dapat diketahui bahwa r hitung = 0,88 > 0,254 (r hitung > r tabel) maka dapat dikatakan pedoman observasi ini reliabel.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan hipotesis dan menarik kesimpulan tentang masalah yang akan diteliti. Penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui dampak dari suatu perlakuan yaitu mencobakan sesuatu, lalu dicermati akibat dari perlakuan tersebut. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan skor keterampilan motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah pemberian layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan analisis statistik Uji t atau t–test yaitu dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2006 : 306).

Adapun rumus tersebut adalah sebagai berikut :

) 1 ( 2  

N N d X Md t Keterangan :

Md : Mean dari deviasi (d) antara posttest dan pretest Xd : Perbedaan deviasi dengan mean deviasi

N : Banyak subjek Df : atau db adalah N-1


(58)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah motivasi belajar dapat ditingkatkan melalui kegiatan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X di SMA Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini terbukti dari hasil uji-t yang menunjukkan bahwa t hitung > t tabel (17,05> 4,781) maka Ha diterima ini berarti motivasi belajar

siswa dapat ditingkatkan melalui kegiatan layanan bimbingan kelompok.

B. Saran

Saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 8 Bandar Lampung adalah:

1. Kepada Konselor Sekolah

Konselor sekolah hendaknya dapat memberikan layanan bimbingan kepada siswa lain yang mengalami masalah motivasi belajar, karena layanan bimbingan kelompok dirasa lebih efektif. Selain itu konselor sekolah dapat melaksanakan dan memaksimalkan berbagai layanan yang ada.


(59)

82

Kepada para peneliti yang ingin mengangkat kasus yang sama diharapkan dapat melanjutkan penelitian dengan tema serupa dengan melibatkan lebih banyak lagi subjek penelitian.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

______________________________. 2010. Psikologi Belajar (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta

Anni, Chatarina Tri. 2007. Psikologi Belajar. Semarang : UPT Unnes Press Aqib, Z. 2011. Iktisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung : Yrma

Widya

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek(Edisi Revisi VI). Jakarta : Rineka Cipta.

Astuti, Nurul Adhi. 2011. Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas XII IPS di SMAN 1 Gading Rejo Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi.Tidak Diterbitkan. Bandar Lampung : Universitas Lampung.

Bahri. 2002. Psikologi Belajar, Jakarta: PT Gramedia.

Depdiknas. 2003. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta Penjelasannya. Bandung : Citra Umbara

Hakim, Thursan. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta : Puspa Swara

Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara Hartinah. 2009 . Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung : Refika Aditama Hurlock, E. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga

Iskandar. 2008. Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif dan Kuantitatif). Jakarta : Gaung Persada Press

Juntika, A. 2006. Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung : PT. Refika Aditama


(61)

Makmun A.S. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar –Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

___________. Psikologi Kependidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya Munandar, Utami. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta :

Rineka Cipta

Nasution,S. 2004. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Prayitno. 1989. Motivasi Dalam Belajar. Jakarta : Depdikbud

_______. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Ghalia Indonesia

_______, dkk. 1997. Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Penebar Aksara

_______. 2004. Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok. Padang : Universitas Negeri Padang

_______. 2006. Buku Ajar Psikologi Perkembangan Remaja. Padang : Angkasa Raya

_______. 2008. Dasar dan Teori Praksis Pendidikan . Padang : UNP Press Purwanto, M, N. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya Romlah, Tatiek. 2001. Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok. Malang :

Universitas Negeri Malang

_____________. 2006. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang:Universitas Negeri Malang

Sardiman, A. M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta

Sukardi. 2002. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung : Alfabeta

______ . 2005 . Metodelogi Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya. Yogyakarta : Bumi Aksara


(62)

Uno, Hamzah, B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Bandung : Gaung Persada

_____________. 2009. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia

Suryabrata, Sumadi. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada Yusuf, S. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja . Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya

Winkel W.S. 2003. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia

_________. 2004. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah (Cetakan VII). Jakarta : Grasindo


(1)

41

lain yang telah reliabil. Peneliti lain tersebut adalah Astuti (2011), uji validitasnya dilakukan pada siswa kelas XII IPS SMAN 1 Gading Rejo. Berdasarkan uji realibilitas dengan menggunakan rumus alpha dapat diketahui bahwa r hitung = 0,88 > 0,254 (r hitung > r tabel) maka dapat dikatakan pedoman observasi ini reliabel.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan hipotesis dan menarik kesimpulan tentang masalah yang akan diteliti. Penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui dampak dari suatu perlakuan yaitu mencobakan sesuatu, lalu dicermati akibat dari perlakuan tersebut. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan skor keterampilan motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah pemberian layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan analisis statistik Uji t atau t–test yaitu dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2006 : 306).

Adapun rumus tersebut adalah sebagai berikut :

) 1 ( 2  

N N d X Md t Keterangan :

Md : Mean dari deviasi (d) antara posttest dan pretest

Xd : Perbedaan deviasi dengan mean deviasi N : Banyak subjek


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah motivasi belajar dapat ditingkatkan melalui kegiatan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X di SMA Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini terbukti dari hasil uji-t yang menunjukkan bahwa t hitung > t tabel (17,05> 4,781) maka Ha diterima ini berarti motivasi belajar

siswa dapat ditingkatkan melalui kegiatan layanan bimbingan kelompok.

B. Saran

Saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 8 Bandar Lampung adalah:

1. Kepada Konselor Sekolah

Konselor sekolah hendaknya dapat memberikan layanan bimbingan kepada siswa lain yang mengalami masalah motivasi belajar, karena layanan bimbingan kelompok dirasa lebih efektif. Selain itu konselor sekolah dapat melaksanakan dan memaksimalkan berbagai layanan yang ada.


(3)

82

Kepada para peneliti yang ingin mengangkat kasus yang sama diharapkan dapat melanjutkan penelitian dengan tema serupa dengan melibatkan lebih banyak lagi subjek penelitian.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

______________________________. 2010. Psikologi Belajar (Edisi Revisi).

Jakarta : Rineka Cipta

Anni, Chatarina Tri. 2007. Psikologi Belajar. Semarang : UPT Unnes Press Aqib, Z. 2011. Iktisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung : Yrma

Widya

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek(Edisi Revisi VI). Jakarta : Rineka Cipta.

Astuti, Nurul Adhi. 2011. Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas XII IPS di SMAN 1

Gading Rejo Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi.Tidak Diterbitkan.

Bandar Lampung : Universitas Lampung.

Bahri. 2002. Psikologi Belajar, Jakarta: PT Gramedia.

Depdiknas. 2003. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta Penjelasannya. Bandung : Citra Umbara

Hakim, Thursan. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta : Puspa Swara

Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara Hartinah. 2009 . Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung : Refika Aditama Hurlock, E. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga

Iskandar. 2008. Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif dan Kuantitatif). Jakarta : Gaung Persada Press

Juntika, A. 2006. Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung : PT. Refika Aditama


(5)

Makmun A.S. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar –Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

___________. Psikologi Kependidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya Munandar, Utami. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta :

Rineka Cipta

Nasution,S. 2004. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Prayitno. 1989. Motivasi Dalam Belajar. Jakarta : Depdikbud

_______. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Ghalia Indonesia

_______, dkk. 1997. Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Penebar Aksara

_______. 2004. Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok. Padang : Universitas Negeri Padang

_______. 2006. Buku Ajar Psikologi Perkembangan Remaja. Padang : Angkasa Raya

_______. 2008. Dasar dan Teori Praksis Pendidikan . Padang : UNP Press Purwanto, M, N. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya Romlah, Tatiek. 2001. Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok. Malang :

Universitas Negeri Malang

_____________. 2006. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang:Universitas Negeri Malang

Sardiman, A. M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta

Sukardi. 2002. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung : Alfabeta

______ . 2005 . Metodelogi Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya. Yogyakarta : Bumi Aksara


(6)

Uno, Hamzah, B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang

Pendidikan. Bandung : Gaung Persada

_____________. 2009. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia

Suryabrata, Sumadi. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada Yusuf, S. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja . Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya

Winkel W.S. 2003. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia

_________. 2004. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah (Cetakan VII). Jakarta : Grasindo


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 82

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 12 76

UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 46 70

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 77

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 4 62

MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 PUNGGUR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 69

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA KELAS X MAN KRUI LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 8 71

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 11 84

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DALAM BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 79

PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 11 71