STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA (1)

BAB I
PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang
Sektor pariwisata di Indonesia saat ini dinilai efektif peranannya dalam

menambah devisa negara. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan kebutuhan
pariwisata, tidak hanya di Indonesia, namun di seluruh dunia. Pertumbuhan
kebutuhan manusia akan pariwisata menyebabkan sektor ini dinilai mempunyai
prospek yang besar di masa yang akan datang. Sektor pariwisata mampu
menghidupkan ekonomi masyarakat di sekitarnya, pariwisata juga diposisikan
sebagai sarana penting dalam rangka memperkenalkan budaya dan keindahan alam
daerah terkait. Menurut Norval dalam Spillane (1987) , seorang ahli ekonomi
berkebangsaan Inggris memaparkan bahwa pariwisata selain bermanfaat bagi
pendidikan kebudayaan dan social juga mempunyai arti yang lebih penting dari segi
ekonomi. Banyak negara di dunia menganggap pariwisata sebagai invisible export
atas barang dan jasa pelayanan kepariwisataan yang dapat memperkuat neraca
pemasukan. Pariwisata memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian
Indonesia. Dampak kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional
di tahun 2015 sebesar Rp. 461,36 triliun, 4,23 % dari PDB nasional.(LAKIP

Kemenpar,2015).

DESTINASI PARIWISATA 2016

1

Dari tahun ke tahun terus meningkat hingga pada tahun 2015 mencapai angka
10.406.759 orang wisatawan Mancanegara. Tentunya,kunjungan ini akan terus
ditingkatkan melalui pengembangan-pengembangan daya tarik wisata yang ada di
seluruh Indonesia,seperti yang dipaparkan oleh Menteri Pariwisata Bapak Arief
Yahya,menyatakan Target 20 juta wisatawan mancanegara

pada tahun 2019

mendatang. Tentu dengan memanfaatkan potensi-potensi daya tarik wisata alam yang
ada serta strategi yang baik dalam pengembangan dan pengelolaannya tentu saja hal
ini dapat diwujudkan dengan maksimal.(Harian Kompas,Oktober 2016)
Dalam upaya mencapai target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara di
tahun 2019 bersama dengan komitmen kabinet kerja di bidang kemaritiman dan visi
Presiden RI yang ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia . maka

pengembangan wisata bahari sudah menjadi salah satu program unggulan dan
prioritas dalam pembangunan kepariwisataan nasional dengan arah pengembangan
yang terdiri dari: pengenalan tempat tujuan wisata, dukungan bagi kampanye
pelestarian lingkungan, dan peningkatan wisata budaya bahari. Wisata bahari
merupakan sebuah tren wisata yang saat ini sedang berkembang pesat di seluruh
dunia (Akhyaruddin, 2012). Beberapa hal yang ingin dilakukan oleh wisatawan pada
wisata bahari adalah menyelam (diving), snorkeling, berselancar (surfing), berlayar
(sailing), bersampan (boating), memancing, dan sebagainya. Wisata bahari termasuk
jenis wisata alam sehingga dimana semua kegiatan maupun aktivitas wisata
berorientasi pada lingkungan alam,entah lingkungan pesisir maupun lingkungan laut.

DESTINASI PARIWISATA 2016

2

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau
17.540 dan panjang garis pantai 95 ribu kilometer yang membentang dari ujung barat
ke timur. Karunia sumber daya alam yang melimpah dan keanekaragaman hayati
yang besar membuat Indonesia menjadi bangsa yang diperhitungkan di dunia.
Indonesia menjadi Center of Excellent keanekaragaman sumber daya hayati. Hal

tersebut didukung oleh potensi kelautan dan perikanan, pertambangan, perhubungan
laut, industri maritime, ekowisata, jasa kelautan dan energy sumber daya mineral
yang yang melimpah. Sumber daya hayati terumbu karang mencapai 500 jenis spesies
dan spesies ikan 2000 jenis, budidaya (12,4 juta hektar), perikanan tangkap (6,8 juta
ton). Potensi tersebut akan memberi manfaat jika dibarengi dengan pengembangan
konservasi sumber daya ikan, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (Ruchimat,2012).
Taman Wisata Alam Laut (TWAL) 17 (Tujuh Belas) Pulau Riung merupakan
salah satu kawasan konservasi laut berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI
Nomor: 589/Kpts-II/1996, 16 September 1996 yang terletak di bagian utara Pulau
Flores tepatnya di perairan desa Tadho, Kelurahan Benteng Tengah,Kelurahan
Nangamese, Desa Lengkosambi Desa Sambinasi dan Desa Latung Kecamatan
Riung,Kabupaten Ngada. Kawasan ini dikelola oleh Balai Besar Konservasi Sumber
Daya Alam Wilayah III Kupang – Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan Luas kawasan
konservasi perairan 9.900 hektar. TWAL 17 Pulau Riung sebenarnya terdiri dari
gugusan pulau yang berjumlah 24 pulau, namun jumlah yang dimasukkan ke dalam
Taman Wisata Alam Laut 17 Pulau Riung yang dikelola BKSDA hanya berjumlah 17

DESTINASI PARIWISATA 2016

3


pulau. yaitu Pulau Pau, Pulau Borong, Pulau Ontoloe (terbesar), Pulau Dua, Pulau
Kolong, Pulau Lainjawa, Pulau Besar, Pulau Halima (Pulau Nani), Pulau Patta, Pulau
Rutong, Pulau Meja, Pulau Bampa (Pulau Tampa atau Pulau Tembang), Pulau Tiga
(Pulau Panjang), Pulau Tembaga, Pulau Taor, Pulau Sui dan Pulau Wire. Keseluruh
pulau tersebut tidak dihuni oleh manusia.
TWAL 17 Pulau Riung memiliki potensi wisata alam laut yang menjanjikan
dengan kekayaan keragaman hayati yang unik dan langka. Keunikan tersebut
dibuktikan dengan Panorama alam gugusan pulau,kelelawar besar,Ekosistem terumbu
karang,Ekosistem Bakau,biota laut serta salah satu hewan yang fenomenal di Pulau
Flores yaitu Komodo atau Mbou (Varanus Riungensis). Khusus untuk Biawak
komodo (Varanus Riungensis) yang ditemukan di pesisir pantai Pulau Ontoloe di
Kawasan Taman Wisata Alam Laut 17 Pulau Riung menjadi salah satu daya tarik
yang menarik banyak wisatawan serta kaum akademisi yang ingin menyaksikan
langsung keberadaan hewan purba ini diluar Taman Nasional Komodo di Kabupaten
Manggarai Barat. Secara fisik, memang ada perbedaan antara komodo di Pulau
Komodo,Labuan Bajo dengan komodo yang ada di TWAL 17 Pulau Riung. Komodo
di 17 Pulau Riung memiliki warna yang lebih mencolok dari pangkal kaki depan
sampai


ke

ujung

kepala.

Warna

yang

sering

ditemui

adalah

kehijau-

hijauan,kuning,merah,dan kebiru-biruan diselingi bintik-bintik. Sementara dari segi
ukurannya masih lebih kecil dibandingkan dengan komodo yang terdapat di Pulau

Komodo,Manggarai Barat. Selain menjadi habitat Komodo,Pulau Ontoloe juga

DESTINASI PARIWISATA 2016

4

menjadi habitat dari burung kalong, burung gosong atau dalam bahasa lokal burung
wontong (Megapodius reinwardt), hutan bakau serta sebanyak 33 ribu kalong. Ada
juga burung camar laut, mawar laut, ikan kerapu, ikan hias arwana, ikan sunu, ikan
barakuda dan ikan tengiri serta keindahan terumbu karang di bawah laut lainnya.
Selain flora dan Fauna,panaroma alam laut 17 Pulau yang di hiasai pulaupulau kecil dan panorama alam bawah lautnya. Beberapa lokasi yang menawarkan
keindahan panorama alam TWAL 17 Pulau antara lain meliputi Tanjung Lima Belas,
Tanjung Wengko Roe, dan Tanjung Torong Padang merupakan lokasi yang tepat
untuk melihat kawasan TWAL 17 Pulau Riung secara keseluruhan termasuk
pengambilan gambar/fotografi. Kemudian hamparan pasir putih di Pulau Rutong
yang dapat digunakan untuk camping agar bisa menikmati indahnya sunset dan
sunrise. Pada intinya bahwa,Potensi-potensi alam yang ditawarkan oleh Kawasan
TWAL 17 Pulau Riung sangat layak untuk dikembangkan menjadi daya tarik wisata
bahari unggulan Kabupaten Ngada,NTT. Sebagai salah satu Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (KAPET) di Kawasan Timur Indonesia dimana pendekatan khusus

ini dilakukan untuk menjembatani kesenjangan pembangunan dan pertumbuhan
antara Kawasan Barat dan Timur Indonesia,Kabupaten Ngada tentu bisa
memaksimalkan potensi-potensi di TWAL 17 Pulau Riung untuk meningkatkan
perekonomian dengan membangun fasilitas-fasilitas maupun infrastruktur penunjang
serta memberdayakan masyarakat akan keuntungan dari keberadaan pariwisata.

DESTINASI PARIWISATA 2016

5

Dari sisi lain, pengembangan potensi-potensi alam sebagai atraksi wisata
dalam sebuah kawasan konservasi,tentu tidak terlepas pula dari dampakdampaknya,baik dampak positif maupun dampak negatif. Dilihat dari dampak
positifnya,pengembangan pariwisata memberikan dampak terhadap meningkatnya
pertumbuhan ekonomi masyarakat oleh karena kedatangan wisatawan. Dengan
adanya pariwisata dapat memberikan perluasan lapangan kerja serta membuka
peluang kepada masayarakat untuk menjalankan usaha yang berkaitan dengan
aktivitas wisata. Selain dampak positif,pengembangan pariwisata juga bisa
berdampak negatif,khususnya terhadap keberlangsungan Ekologi dan Sosial Budaya
masyarakat lokal. Apalagi dengan kondisi lingkungan yang sangat rentan seperti di
Kawasan TWAL 17 Pulau Riung,Jika pengembangan kawasan tidak baik dan tidak

tertata dengan benar sesuai regulasi-regulasi yang telah dirumuskan ,maka akan
menyebabkan terdegradasinya lingkungan atau penurunan kualitas lingkungan itu
sendiri akibat aktivitas wisata yang berlebihan.
Selain permasalahan Lingkungan,isu-isu dan permasalahan lain juga terjadi
dalam lingkup pengelolaan TWAL 17 Pulau Riung. Adapun masalah dalam
pengelolaan yang terjadi adalah dokumen-dokemen mengenai status,fungsi dan batas
Kawasan yang belum lengkap,Rencana Jangka Pendek maupun jangka panjang yang
belum ada,terhambatnya laju investasi akibat terbentur dengan aturan Kawasan.
Selain itu,permasalahan lain yang terjadi adalah penangkapan ikan menggunakan
bom yang dilakukan oleh nelayan dari wilayah lain yang berimbas pada semakin
terancamnya kehidupan biota laut di Kawasan ini. Hal ini tentu disebabkan oleh

DESTINASI PARIWISATA 2016

6

kurangnya pengawasan dan monitoring fungsi kawasan dan batas-batas oleh pihak
Pengelola akibat dari terbatasnya sarana dan prasarana penunjang dalam melakukan
pengawasan ataupun monitoring kawasan secara efektif.
Dampak lain dari aktivitas wisata yaitu dampak terhadap keberlangsungan

sosial dan budaya masyarakat lokal. Kedatangan seorang wisatawan yang berasal dari
latar belakang sosial budaya yang berbeda dengan karakter sosial budaya masyarakat
lokal dapat menimbulkan konflik sehingga terjadi kesenjangan antara wisatawan
dengan masyarakat lokal. Selain itu,kedatangan wisatawan juga dapat menyebabkan
terkikisnya nilai-nilai etika dan estetika serta norma-norma masyarakat lokal oleh
karena interaksi antara masyarakat dengan gaya hidup wisatawan berdasarkan latar
belakang sosial dan budaya Negara asalnya. Dengan demikian,jika pengembangan
sebuah kawasan wisata tidak memperhatikan kondisi sosial masyarakat,maka lama
kelamaan akan menyebabkan terdegradasinya nilai-nilai sosial budaya masyarakat
lokal yang telah menjadi ciri khas kawasan wisata sebelumnya.
Seiring dengan kemajuan pariwisatanya, wisatawan juga mengalami
perubahan baik dari pola pikir maupun minat dan ketertarikannya. Wisatawan pada
saat ini mulai berfikir kritis dan tidak lagi hanya mencari kesenangan atau sesuatu hal
yang modern namun mulai peduli pada pendidikan, budaya, sejarah, alam dan
kelestariannya. Keprihatinan akan kerusakan alam dan lingkungan yang terjadi di
bumi telah membentuk suatu trend wisata yang menggunakan konsep keberlanjutan
dan bertanggung jawab. Menurut Asdak (2012:39), pembangunan berkelanjutan pada

DESTINASI PARIWISATA 2016


7

umumnya didefinisikan sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan kita
saat ini tanpa menghilangkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Tercapainya pembangunan berkelanjutan dilihat dari terpenuhinya
tiga prasyarat yaitu terlanjutkan secara ekologi, ekonomi dan sosial. Dapat dikatakan
bahwa dalam konsep pembangunan berkelanjutan, pembangunan yang dilakukan
tidak boleh berorientasi hanya pada tujuan ekonomi semata namun juga
mempertimbangkan aspek sosial dan ekologi. Untuk menjaga keberlanjutan suatu
sumber daya, kelestarian ekosistem dan juga untuk memastikan keberlanjutan
ekonomi dari suatu aktivitas pembangunan maka konsep pembangunan berkelanjutan
seharusnya diilhami sebagai prinsip dasar dalam melaksanakan pembangunan di
segala sektor termasuk sektor pariwisata yang merupakan salah satu sektor unggulan
dalam mendongkrak perekonomian.
Pariwisata sebagai salah satu sektor pembangunan tidak dapat dilepaskan
kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan yang telah dicanangkan oleh
pemerintah sesuai dengan tujuan pembangunan nasional. Pariwisata yang bersifat
multisektoral merupakan fenomena yang sangat kompleks dan sulit didefinisikan
secara baku untuk diterima secara universal, sehingga menimbulkan berbagai
persepsi pemahaman terhadap pariwisata, baik sebagai industri, aktivitas, maupun

sistem.

Pariwisata

yang

melibatkan

pelaku,

proses

penyelenggaraan,

kebijakan, Supply-demand,politik, serta sosial-budaya yang saling berinteraksi
dengan eratnya, lebih realistis bila dilihat sebagai sistem dengan berbagai subsistem
yang saling berhubungan dan mempengaruhi.(Ismayanti,2015). Sehingga, dalam

DESTINASI PARIWISATA 2016

8

upaya mengefektifkan pengembangan obyek maupun kawasan-kawasan wisata perlu
dilakukan secara komprehensif dan terpadu dengan mengantisipasi berbagai
pengembangan dilingkungan internal maupun eksternal yang ada, termasuk
didalamnya kecenderungan maupun tren pariwisata dalam konteks global (Suryono,
2005: 1).
Pengembangan suatu kawasan pariwisata alam yang lestari dan berkelanjutan
memerlukan kesinergian antara multistakeholder serta penanganan dan pengelolaan
sumberdaya potensial yang baik. Untuk menuju pengelolaan kawasan konservasi
taman wisata alam yang efektif, sebagaimana dinyatakan Dharmawan (2001);
Oktadiyani et al. (2013); serta Weiler dan Laing (2009), bahwa keterlibatan
stakeholder atau organisasi kelompok akan terbentuk jaringan sosial yang merupakan
modal sosial untuk mendukung keberhasilan dan keberlanjutan suatu pengembangan.
Sehingga untuk mendukung pengembangan yang berkelanjutan di kawasan TWAL 17
Pulau

Riung

Kabupaten

Ngada

sebagai

Daya

Tarik

Wisata

yang

berkelanjutan,peneliti mengangkat judul “Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata
Bahari yang berkelanjutan di Kawasan Taman Wisata Alam Laut 17 Pulau Riung
Kabupaten Ngada”.

2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan Uraian Latar belakang diatas,dimana pengembangan Kawasan

TWAL 17 Pulau Riung diarahkan pada pengembangan kawasan sebagai daya tarik
wisata bahari yang berkelanjutan dengan rumusan masalah :

DESTINASI PARIWISATA 2016

9

Bagaimana Strategi pengembangan Daya Tarik Wisata Bahari yang berkelanjutan di
Kawasan Taman Wisata Alam Laut 17 Pulau Riung ?
3.

Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan diatas,penulisan paper

ini bertujuan untuk meninjau strategi pengembangan Daya Tarik Wisata Bahari yang
berkelanjutan di Kawasan Taman Wisata Alam Laut 17 Pulau Riung.
4.

Manfaat Penulisan
Penelitian ini tentunya memiliki manfaat bagi banyak pihak,secara teoritis

maupun secara praktik. Secara teori,penulisan paper ini dapat bermanfaat untuk
Mengembangkan keilmuan di bidang pariwisata yang berkaitan dengan Konsepkonsep pengembangan Daya Tarik Wisata dan menghasilkan sebuah strategi
pengembangan Kawasan pariwisata berkelanjutan. Secara Praktis,Penelitian ini
bermanfaat bagi :
a. Bagi Peneliti
Dapat menerapkan

ilmu serta semua konsep pengembangan dalam

kaitannya dengan pengembangan Kawasan wisata Bahari secara nyata di
lapangan.
b. Bagi pengelola
Sebagai bahan tinjauan aspek pengelolaan Kawasan baik dalam
pengelolaan

fisik

kawasan

maupun

tata

kelola

penyelenggaraan

kepariwisataan di dalam Kawasan TWAL 17 Pulau Riung.
c. Bagi Pemerintah dan Pelaku wisata Kabupaten Ngada

DESTINASI PARIWISATA 2016

10

Sebagai bahan referensi dalam pengembangan Kawasan Taman Wisata
Alam 17 Pulau Riung sebagai salah satu daya tarik wisata Kabupaten
Ngada. Selain itu sebagai bahan tinjauan perumusan Rencana serta
kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan Pengembangan Pariwisata
Kabupaten Ngada.
d. Bagi Masyarakat Lokal
Sebagai bahan tinjauan untuk memacu kesadaran terhadap pelestarian
lingkungan dan juga ikut berpartisipasi dalam perencanaan maupun
pengembangan pariwisata di Kawasan TWAL 17 Pulau Riung.
5. Metode Penulisan
Penulisan paper ini dilakukan dengan menggunakan metode studi
kepustakaan,dimana penyusunan strategi pengembangan dilakukan menggunakan
faktor-faktor yang ditemukan oleh penulis dari sumber-sumber yang relevan dan isuisu yang berkaitan dengan pengembangan Kawasan Pariwisata yang dikonservasi.

BAB II
LANDASAN TEORI
1. Teori Pariwisata
Dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan
beberapa istilah yang berhubungan dengan kegiatan pariwisata antara lain :

DESTINASI PARIWISATA 2016

11

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan
daya tarik wisata.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang terkait di
bidang tersebut.
4. Kepariwisataan

adalah

segala

sesuatu

yang

berhubungan

dengan

penyelenggaraan pariwisata.
5. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa
pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata,
usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.
6. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran
wisata.
`

Menurut Suwantoro,Pariwisata pada hakikatnya adalah suatu proses kepergian

sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya.
Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan,baik karena kepentingan
ekonomi,social,dan kebudayaan,politik,agama,kesehatan maupun kepentingan lain
seperti karena sekedar ingin tahu,menambah pengalaman ataupun belajar. Definisi
tentang pariwisata oleh Matheison & Wall yang dikutip oleh Chris Cooper sebagai
berikut:

DESTINASI PARIWISATA 2016

12

“tourism is temporary movement to destination outside the normal home and
workplace, the activities undertaken during the stay and the facilities created to cater
for the needs of tourist” (Cooper, et al, 1993).

2. Teori Pariwisata Berkelanjutan
Sejak dilakukan langkah-langkah untuk pengembangan pariwisata di
Indonesia, maka kegiatan - kegiatan terencana dan terprogram yang dilakukan oleh
pemerintah pada hakeketnya memang bertujuan untuk ‘berkelanjutan’ khususnya di
bidang pariwisata misalnya, apa yang dimaksud dengan pembangunan pariwisata
berkelanjutan pada intinya berkelanjutan dengan usaha menjamin agar sumber daya
alam, sosial dan budaya yang dimanfaatkan untuk pembagunan pariwisata agar
dilestarikan untuk generasi mendatang (Ardika, 2003).

Pariwisata berkelanjutan

menurut konsep Muller (1997) adalah pariwisata yang dikelola mengacu pada
pertumbuhan

kualitatif,

maksudnya

adalah

meningkatkan

kesejahteraan,

perekonomian dan kesehatan masyarakat. peningkatan kulitas hidup dapat dicapai
dengan meminimalkan dampak negative sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui.
Lima hal yang harus diperhatikan dalam pariwisata berkelanjutan menurut
konsep Muller (1997) yaitu:
1. pertumbuhan ekonomi yang sehat
2. kesejahteraan masyarakat lokal,

DESTINASI PARIWISATA 2016

13

3. tidak merubah struktur alam, dan melindungi sumber daya alam,
4. kebudayaan masyarakat yang tumbuh secara sehat
5. memaksimalkan kepuasan wisatawan dengan memberikan pelayanan yang
baik karena wisatawan pada umumnya mempunyai kepedulian yang tinggi
terhadap lingkungan.
Pembangunan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development)
pembangunan pariwisata yang menekankan pada prinsip pembangunan berkelanjutan.
WTO (1999:42), menekankan ada tiga hal penting dalam pembangunan pariwisata
berkelanjutan yaitu:
1. Quality. Sustainable tourism provides a quality experience for visitor, while
improving the quality of the host community and protecting the quality of
environment.
2. Continuity. Sustainable tourism ensures the continuity of the natural
resources upon which it based and the continuity of the cultural of the host
community with satisfying experience for visitors.
3. Balance. Sustainable tourism balances the need of the tourism industry,
supporters of environment, and the local community.
Adapun Isu-isu strategis dalam pariwisata berkelanjutan menurut WTO
Agenda 21 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan tanggung jawab Stakeholder Corporate
2. Menghasilkan Bentuk pariwisata yang cocok
3. “Sustaining” Sumber Daya Sosial dan Budaya

DESTINASI PARIWISATA 2016

14

4. “Sustaining” Lingkungan Alam
5. Kebutuhan atas rencana yang efektif untuk Perencanaan Daerah Tujuan
Wisata
6. Peranan “Carrying Capatities” dan indikator-indikator dalam Sustainable
Tourism.
7. Menghindari konflik
8. Peningkatan Keterlibatan Masyarakat
9. Pengarahan untuk masa depan.
Menurut Mowforth & Munt (1998) agar dapat tercapainya pembangunan
pariwisata yang berkelanjutan, maka konsep suistainable development harus
mempertimbangkan 7 aspek kunci, yaitu:
1. Futurity yaitu Pembangunan tidak diartikan dalam jangka waktu yang biasa
dipergunakan oleh kalangan pengusaha dan politisi melainkan lebih dari itu.
2. Inter generation Equity yaitu Kegiatan–kegiatan masa sekarang jangan
mengurangi sumber daya yang harus tersedia untuk generasi yang akan
datang.
3. Keterlibatan stakeholders yaitu Semua kelompok (masyarakat, politisi, dll)
yang berpengaruh dalam pembangunan harus terlibat dalam debat-debat dan
pembuatan keputusan.
4. The balancing of economic and environmental factors yaitu Keputusan harus
dibuat dengan berdasarkan isu yang luas daripada hanya sekedar biaya

DESTINASI PARIWISATA 2016

15

ekonomi dan isu-isu lingkungan harus dianggap bukan sebagai penghambat
pembangunan.
5. Environmental capacity yaitu Semua dampak lingkungan harus dikaji dalam
batasan pengaruhnya terhadap proses proseskeseimbangan agar keseimbangan
lingkungan tidak terganggu.
6. Emphasis on Quality as well as Quantity yaitu Keputusan tidak dibuat
berdasarkan biaya terkecil melainkan berdasarkan solusi yang memberikan
dampak merugikan yang terkecil.
7. Compability

with

local

system

yaituPembangunan

harus

menjaga

kelangsungan sistem-sistesosial, politik dan ekologis lokal.
Dapat

disimpulkan

bahwa

Pembangunan

pariwisata

berkelanjutan

adalah

pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan wisatawan dan masyarakat di
daerah tujuan saat ini dengan tetap menjaga dan meningkatkan kesempatan
pemenuhan kebutuhan di masa yang datang. Pembangunan berkelanjutan
(sustainable development) adalah sebuah proses pembangunan yang mengoptimalkan
manfaat dan kesesuaian dari sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
tersedia. ”Berkelanjutan” dapat diartikan dengan kelestarian yang menyangkut aspek
fisik, sosial, dan politik dengan memperhatikan pengelolaan sumber daya alam
(resources management) yang mencakup hutan, tanah, dan air, pengelolaan dampak
pembangunan terhadap lingkungan, serta pembangunan sumber daya manusia
(human resources development). Kondisi ini dapat tercapai apabila perangkat

DESTINASI PARIWISATA 2016

16

kelembagaan memasukkan unsur-unsur multisektor yang mencakup pemerintah,
swasta, LSM, serta badan-badan internasional.
3.

Teori Kawasan dan Daya Tarik wisata
Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya

(Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang). Lebih lanjut dalam
regulasi tersebut dijelaskan maksud daripada wilayah adalah ruang yang merupakan
kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Adisasmita, 2007 (dalam
Muhammad Ilyas, 2009) mencoba menjelaskan maksud dari kawasan wisata dengan
menelaah kedua komponen tersebut. Kawasan adalah bentangan permukaan (alam)
dengan batas-batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional. Kawasan
memiliki fungsi tertentu (misalnya kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan
pesisir pantai, kawasan pariwisata, dan lainlain). Wisata berarti perjalanan atau
bepergian. Jadi kawasan wisata dalah bentangan permukaan yang dikunjungi atau
didatangi oleh orang banyak (wisatawan) karena kawasan tersebut memiliki daya
tarik wisata yang menarik.
Sementara dalam Bab I, pasal 10, disebutkan kawasan strategis pariwisata
adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk
pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih
aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayan sumber daya
alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan kemanan Konsep dasar

DESTINASI PARIWISATA 2016

17

kawasan pariwisata dibagi dua macam yaitu kawasan pariwisata murni dan kawasan
pariwisata terbuka.
1. Kawasan pariwisata murni adalah kawasan yang seluruh lahan diperuntukkan
bagi pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata.
2. Kawasan pariwisata terbuka adalah kawasan yang bobot utamanya untuk
pengembangan pariwisata, yang dapat pula digunakan untuk kegiatan lain,
seperti pemukiman, hutan, perkebunan, pertanian, perindustrian (Ismayanti,
2010: 145).
Menurut MacKinnon et.al.(1990:49,dalam Ilyas,2009) Suatu kawasan
dianggap menarik jika memenuhi faktor-faktor berikut ini.
1. Letaknya cukup dekat atau jauh dari Bandar udara internasional atau pusat
wisata
2. Perjalanan ke kawasan tersebut mudah dan nyaman,perlu sedikit
usaha,sulit atau berbahaya
3. Kawasan tersebut memiliki atraksi wisata yang menonjol,misalnya satwa
liar yang menarik atau khas tempat tertentu
4. Kemudahan untuk melihat atraksi atau satwa dijamin
5. Memiliki beberapa keistimewaan yang berbeda
6. Memiliki tambahan budaya yang sangat menarik
7. Unik dalam penampilan
8. Mempunyai obyek rekreasi pantai,danau,sungai,air terjun,kolam renang
dan rekreasi lainnya

DESTINASI PARIWISATA 2016

18

9. Cukup dengan lokasi lain yang menarik wisatawan sehingga bisa menjadi
bagian dari kegiatan wisatawan
10. Sekitar kawasan tersebut memiliki pemandangan yang indah
11. Keadaan makanan dan akomodasi tersedia
Berdasarkan Undang-Undang No.10 tahun 2009 pengertian daya tarik wisata
adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Secara garis besar daya tarik wisata
diklasifikasikan ke dalam tiga klasifikasi (Marpaung, dalam Mulyo, 2005):
1. Daya tarik wisata alam
Daya tarik wisata alam bersumber dari kondisi alam yang ada termasuk juga
kedekatan dengan alam sekitar atau lingkungan seperti wisata pantai, wisata bahari,
wisata alam pegunungan, wisata daerah liar dan terpencil, wisata taman dan daerah
konservasi.
a. Daya tarik budaya
Daya tarik budaya memiliki obyek yang bersumber dari kondisi sosial budaya
masyarakat ataupun peninggalan seperti kondisi adat istiadat masyarakat, kondisi
sosial masyarakat, dan acara tradisional.

DESTINASI PARIWISATA 2016

19

3. Daya tarik buatan manusia (termasuk artifisial/khusus)
Daya tarik buatan manusia ini merupakan daya tarik yang mengembangkan
sesuatu yang bersumber dari buatan manusia, atau termasuk sebagai daya tarik
khusus seperti: Taman hiburan rakyat, festival-festival musik, festival tahunan atau
lokasi ajang perlombaan (perahu, motor cros, dll).
Menurut Yoeti (1997), komponen dasar Daya Tarik wisataadalah :
a. Atraksi wisata dan aktivitasnya.
b. Fasilitas akomodasi dan pelayanan
c. Fasilitas wisatawan lainnya dan jasa seperti : operasi perjalanan wisata,
tourism information, restoran, retail shopping, bank, money changer, medical
care, public safety dan pelayanan pos.
d. Fasilitas dan pelayanan transportasi
e. Infrastruktur lainnya meliputi persediaan air, listrik, pembuangan limbanh dan
telekomunikasi.
f. Elemen kelembagaan yang meliputi program pemasaran, pendidikan dan
pelatihan, perundang-undangan dan peraturan, kebijakan investasi sektor
swasta, organisasi struktural private dan public serta program sosial ekonomi
dan lingkungan.
Menurut Inskeep (1991:27), ada 5 (lima) unsur penting yang harus dipenuhi untuk
pengembangan suatu objek wisata, yaitu:

DESTINASI PARIWISATA 2016

20

1. Daya Tarik, unsur ini merupakan faktor utama yang menarik wisatawan
mengadakan perjalanan mengunjungi suatu tempat, baik suatu tempat primer
yang menjadi tujuan utamanya, atau tujuan sekunder yang dikunjungi dalam
suatu perjalanaan primer.
2. Prasarana wisata, unsur ini dibutuhkan untuk melayani wisatawan selama
perjalanan wisata. Fasilitas ini cenderung berorientasi pada daya tarik wisata
di suatu lokasi.
3. Sarana Wisata, unsur ini merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang
diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan
wisatanya.
4. Infrastruktur, unsur ini adalah pendukung fungsi sarana dan prasarana wisata,
baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik diatas permukaan
tanah dan dibawah tanah, dan
5. Masyarakat, Lingkungan, dan Budaya Daerah, tujuan wisata yang memiliki
berbagai objek dan daya tarik wisata akan mengundang kehadiran wistawan.

4. Teori Strategi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga menyebutkan strategi
sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Pengertian strategi menurut Rangkuti (2005: 3) Strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program

DESTINASI PARIWISATA 2016

21

tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya. Dalam hubungannya dengan
perencanaan strategis mempunyai tujuan agar perusahaan dapat melihat secara
objektif kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi
perubahan lingkungan eksternal. Sedangkan kata “strategi”sendiri merupakan bahasa
yunani kuno “Strategeos” yang berarti seni berperang. Istilah tersebut berkembang
hingga saat ini dan digunakan oleh suatu organisasi dalam prosesnya mencapai tujuan
dari organiasi.

5. Teori Perencanaan Pengembangan
Untuk

mengoptimalkan

keuntungan

dari

pengembangan

pariwisata

dibutuhkan suatu perencanaan yang baik dan matang. Tujuan ini hanya dapat dicapai
jika direncanakan dengan baik dan terintegrasi dengan perencanaan pembangunan
nasional secara keseluruhan. Ada delapan model pendekatan perencanaan pariwisata
menurut Inskeep, yaitu:
1. Pendekatan berkesinambungan, inkremental dan fleksibel (continuous,
incremental and flexible approach). Pendekatan ini didasarkan pada kebijakan
dan rencana pemerintah, baik secara nasional maupun regional. Perencanaan
pariwisata dilihat sebagai suatu proses berkesinambungan yang perlu
dievaluasi berdasarkan pemantauan dan umpan balik dalam kerangka
pencapaian tujuan dan kebijakan pengembangan pariwisata.

DESTINASI PARIWISATA 2016

22

2. Pendekatan sistem (system approach). Pariwisata dilihat sebagai suatu system
yang saling berhubungan (interrelated system), demikian halnya dalam
perencanaan dan teknik analisisnya.
3. Pendekatan menyeluruh (comprehensive approach). Pendekatan ini bisa juga
disebut pendekatan holistik. Seperti pada pendekatan sistem seluruh aspek
yang terkait dalam perencanaan pariwisata mencakup institusi, lingkungan
dan implikasi sosial ekonominya dianalisis dan direncanakan secara
menyeluruh.
4. Integrated approach. Mirip dengan pendekatan sistem dan pendekatan
menyeluruh. Pariwisata dikembangkan dan direncanakan sebagai suatu sistem
yang terintegrasi baik ke dalam maupun ke luar.
5. Pendekatan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
(environmental

and

sustainable

development

approach).

Pariwisata

direncanakan, dikembangkan dan dikelola memperhatikan kelestarian
lingkungan fisik dan sosial budaya. Analisis daya dukung merupakan bagian
yang paling penting dalam pendekatan ini.
6. Pendekatan swadaya masyarakat (community approach). Pendekatan yang
melibatkan yang sebesar-besarnya masyarakat mulai dari proses perencanaan,
membuat keputusan, pelaksanaan dan pengelolaan pengembangan pariwisata.
7. Pendekatan implementasi (implementable approach). Kebijakan, rencana,
rekomendasi dan rumusan pengembangan pariwisata dibuat serealistis

DESTINASI PARIWISATA 2016

23

mungkin dan dapat diterapkan. Rumusan perencanaan dibuat sejelas mungkin
sehingga bisa dilaksanakan.
8. Penerapan proses perencanaan yang sistematik (application of systematic
planning process). Pendekatan yang dilakukan berdasarkan logika tahapan
kegiatan.
Perencanaan pariwisata merupakan suatu proses pembuatan keputusan yang
berkaitan dengan masa depan suatu daerah tujuan wisata atau atraksi wisata yang
merupakan suatu proses dinamis penentuan tujuan, yang secara sistematis
mempertimbangkan

berbagai

alternatif

tindakan

untuk

mencapai

tujuan,

implementasi terhadap alternatif terpilih dan evaluasi. Proses perencanaan pariwisata
dengan melihat lingkungan (fisik, ekonomi, sosial, politik) sebagai suatu komponen
yang saling terkait dan saling tergantung satu dengan lainnya ( Paturusi, 2008).
Menurut Yoeti (1997: 2-3), pengembangan pariwisata perlu memperhatikan
beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Wisatawan (Tourist)
Harus diketahui karakteristik dari wisatawan, dari negara mana mereka datang, usia,
hobi, dan pada musim apa mereka melakukan perjalanan.
2. Transportasi
Harus dilakukan penelitian bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia untuk
membawa wisatawan ke daerah tujuan wisata yang dituju.
3. Atraksi/obyek wisata

DESTINASI PARIWISATA 2016

24

Atraksi dan objek wisata yang akan dijual, apakah memenuhi tiga syarat
seperti: a) Apa yang dapat dilihat (something to see), b) Apa yang dapat dilakukan
(something to do), c) Apa yang dapat dibeli (something to buy).
4. Fasilitas pelayanan
Fasilitas apa saja yang tersedia di DTW tersebut, bagaimana akomodasi
perhotelan yang ada, restaurant, pelayanan umum seperti Bank/money changers,
kantor pos, telepon/teleks yang ada di DTW tersebut.
5. Informasi dan promosi
Diperlukan publikasi atau promosi, kapan iklan dipasang, kemana
leaflets/brosur disebarkan sehingga calon wisatawan mengetahui tiap paket wisata
dan wisatawan cepat mengambil keputusan pariwisata di wilayahnya dan harus
menjalankan kebijakan yang paling menguntungkan bagi daerah dan wilayahnya,
karena fungsi dan tugas dari organisasi pariwisata pada umumnya:
a. Berusaha memberikan kepuasan kepada wisatawan kedaerahannya dengan
segala fasilitas dan potensi yang dimilikinya.
b. Melakukan koordinasi di antara bermacam-macam usaha, lembaga, instansi
dan jawatan yang ada dan bertujuan untuk mengembangkan industri
pariwisata.

DESTINASI PARIWISATA 2016

25

BAB III
PEMBAHASAN
1.

Potensi Kawasan TWAL 17 Pulau Riung
a.
Pulau Batang Kolong
Di Pulau Batang Kolong terdapat hamparan koral pada kedalaman 10 meter.

Pada kedalaman ini terdapat pula mawar laut, organisme unik yang melekat pada
karang masif besar berbentuk rumbaian seperti pita rambut berwarna merah menyala
yang sebenarnya merupakan kumpulan telur kelinci laut (Hexabranchus sanguineus).
Telur-telur ini menyatu dan terikat oleh lendir membentuk rumbaian berwarna
merah menyala. Sering dijumpai penyu sisik (Erectmochelys imbricata) besar yang
tertarik oleh banyaknya sponge di wilayah ini. Kondisi karang di wilayah timur
memiliki profil tegak dan celah-celahnya didominasi oleh karang submasif serta
karang dari genus Acropora.
b.

Pulau Meja

Pulau meja memiliki tempat snorkeling yang indah dimana dijumpai
hamparan karang Acropora berselang-seling dengan karang lunak dan kipas laut
hidup di hamparan perairan yang jernih. Yang mengagumkan adalah adanya kipas
laut raksasa yang sangat indah. Acropora berbentuk meja sering ditemukan bersama
gerombolan ikan karang Dakocan yang hidup menetap diantara cabang-cabang
karang batu.

DESTINASI PARIWISATA 2016

26

c.

Pulau Tangil

Karang di sekitar pulau ini didominasi oleh spesies Acropora Formosa, jenis
karang batu dengan cabang yang panjang. Pada wilayah ini terdapat termoklin, yaitu
perbedaan suhu air secara mendadak, di permukaan hangat sedangkan di bawah 1
meter secara mendadak akan merasakan dingin. Ikan paus terkadang melintas di
wilayah ini diantara Pulau Tangil dan sebelah utara Pulau Pata. Ikan Paus ini memang
sering terlihat di perairan Flores yang lebih hangat pada musim pancaroba.
d. Pulau Lainjawa
Di sebelah timur perairan ini dapat ditemui ikan napoleon (Cheilinus
undulatus) sepanjang 1 meter, belut raksasa yang panjangnya dapat mencapai 2 meter
dengan diameter kepala 10 cm. Terumbu karang di wilayah ini sebagian besar
merupakan karang mati dan banyak terdapat ikan butane (surgeon fish) dan kambingkambing (angel fish) berenang di wilayah ini.
e. Pulau Tiga (Bampa Timur)
Disebut Pulau Tiga karena dari kejauhan Nampak seperti 3 buah pulau namun
sebenarnya satu pulau yang terdiri dari 3 bukit yang terpisah oleh pasir dan rumput.
Pada kedalaman 10 meter di sebelah timur dapat ditemui mawar laut.
f. Pulau Sui

DESTINASI PARIWISATA 2016

27

Keanekaragaman karang dan ikan cukup tinggi di wilayah ini. Di sebelah
barat laut terdapat banyak celah dan tebing yang diselingi oleh Acropora berbentuk
meja. Wilayah ini sangat baik untuk pengambilan gambar video bawah air.
g. Pulau Ontoloe
Pulau ini merupakan pulau terbesar di wilayah TWA 17 Pulau yang terletak di
daerah barat dekat Tanjung Torong Padang. Kondisi terumbu karang kurang menarik
namun pada wilayah ini terdapat ribuan kelelawar yang hidup di hutan bakau.
Kelelawar ini mulai aktif bergerak pada senja hari sehingga menimbulkan
pemandangan yang unik di wilayah pantai dan bakau yang indah menarik. Di wilayah
ini hidup pula monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan burung elang
(Haliaetus leucogaster) pada pucuk pohon tertinggi.Di Teluk Tule di sebelah timur
pulau ini pada saat surut pagi hari anda akan menemukan hamparan terumbu karang
yang sangat dangkal sedalam mata kaki. Begitu dangkalnya bahkan karang Acropora
menyembul keluar dari air. Pemandangan indah ini dapat anda nikmati pada pagi hari
saat surut terendah. Begitu juga akan nampak ikan karangyang bermain di perairan
yang dangkal saat surut. Kurang lebih sejauh 100 meter dari wilayah rata ini akan
anda temui tubir yang sangat dalam.
h. Pulau Wire
Pulau ini terletak tepat di depan Kampung Oting Bajo di Desa Tadho. Kondisi
bakau di wilayah ini sangat bagus, terdapat pula sedimentasi bakau di wilayah barat

DESTINASI PARIWISATA 2016

28

yang membuat kondisi perairan agak keruh dan tidak ditemukan terumbu karang pada
kedalaman 10 meter.
i. Pulau Wongkoroe
Pulau ini terletak antara Ontoloe dan Tanjung Torong Padang. Pada
kedalaman 3 meter akan ditemui taman karang lunak dan Acropora. Terdapat patahan
membentuk jalur selebar 10 meter yang mirip seperti yang terdapat pada Barrier
Timur.
j. Pulau Pata
Terletak di depan Desa Nangamese hanya berjarak 200 meter dari Dermaga.
Wilayah penyelaman sekitar pulau landai pada kedalaman 3 meter dan banyak
terdapat karang lunak dan Acropora.
k. Panorama Alam
Salah satu objek wisata andalan dengan nilai jual tinggi adalah panaroma alam
laut 17 Pulau yang di hiasai pulau-pulau kecil dan panorama alam bawah
lautnya.yang dapat memuaskan pengunjung yang datang untuk menikmati keindahan
alam laut 17 pulau sebagai pelepas kepenatan setelah beraktifitas dan bekerja.
Beberapa lokasi yang menawarkan keindahan panorama alam TWAL 17 Pulau antara
lain meliputi Tanjung Lima Belas, Tanjung Wengko Roe, dan Tanjung Torong Padang
merupakan lokasi yang tepat untuk melihat kawasan TWAL 17 Pulau Riung secara

DESTINASI PARIWISATA 2016

29

keseluruhan termasuk pengambilan gambar/fotografi.Pulau Rutong, Selain pantai
pasir putihnya lokasi ini juga sering digunakan untuk camping agar bisa menikmati
indahnya sunset dan sunrise,juga di puncak pulau Rutong kita dapat melihat
pemandangan yang sangat menakjubkan.Selat Damu merupakan lokasi yang tepat
untuk menikmati keindahan kawasan darat TWAL 17 Pulau. Kumpulan (Habitat)
Kalong dan tempat feeding komodo (Varanus comodoensis), dapat dilihat di pulau
Ontoloe. Dua belas buah Spot Snorkeling (Pulau Pata, Pulau Taor, Pulau Bakau,
Pulau kalong, Pulau Ontoloe, Pulau Taka, Pulau Tembaga, Pulau Tiga, Pulau
Tembang, dan Pulau Lainjawa)3 Buah Spot Diving (Pulau Bakau, Pulau Ontoloe,
Tanjung Torong Padang)

2. Isu Strategis
Wilayah P3K beserta sumberdaya alamnya memiliki makna strategis bagi
pembangunan nasional, karena dapat diandalkan sebagai salah satu pilar ekonomi
nasional. Disamping itu, fakta-fakta yang telah dikemukakan beberapa ahli, juga
mengindikasikan

bahwa wilayah P3K di Indonesia memiliki keanekaragaman

potensi, mulai dari potensi perikanan, pariwisata, transportasi, dan energi. Potensi
tersebut tersebar di kawasan P3K dengan keanekaragaman ekosistem dan
produktivitas hayatinya yang cukup tinggi seperti terumbu karang, padang lamun, dan
hutan mangrove. Namun pemanfaatan potensi sumberdaya pulau-pulau kecil tersebut

DESTINASI PARIWISATA 2016

30

belum dikelola secara optimal dan berkelanjutan, sehingga selain tingkat
kesejahteraan masyarakat pesisir dan P3Kyang sebagian besar adalah nelayan masih
hidup dibawah garis kemiskinan, juga terjadi peningkatan degradasi lingkungan
akibat over exploitasi. Hal ini tentu saja menyebabkan wilayah pesisir yang juga
menyimpan potensi bencana, baik yang disebabkan oleh alam maupun oleh ulah
manusia, menjadi semakin rentan (Arifin, 2001).
Dari kondisi keunikan dan kerentanan yang dimilikinya, terdapat berbagai isu
utama terkait dengan pesisir dan pulau-pulau kecil yang meliputi antara lain:
a. Degradasi sumber daya P3K; disebabkan cara memanfaatkan sumber daya
P3K tanpa menerapkan kaidah-kaidah kelestarian lingkungan.
b. Kemiskinan masyarakat pesisir; Pembangunan ekonomi melalui eksploitasi
sumberdaya secara berlebihan dilakukan tanpa mempedulikan peran dan
keterlibatan masyarakat hingga menyebabkan pemiskinan masyarakat
setempat.
c. konflik pemanfaatan dan kewenangan. Masalah konflik pemanfaatan ruang
(zonasi dan tata ruang wilayah) merupakan masalah yang sering mengemuka
(Dahyar, 1999). Konflik disebabkan perbedaan rencana peruntukkan dan
pemanfaatan kawasan P3K untuk konservasi dan pembangunan yang belum
mempertimbangkan kesesuaian dan daya dukung ruang.
d. rawan bencana alam dan/atau bencana akibat tindakan manusia; Potensi
tersebut dapat berupa tsunami, gempa bumi, abrasi, rob, banjir, pencemaran
dan salah satu isu yang terjadi diseluruh dunia adalah pemanasan global

DESTINASI PARIWISATA 2016

31

(Global Warming) yang mengakibatkan kenaikan paras muka air laut (Sea
Level Rise). Kemudian gempa tektonik, tsunami, pemanasan global (global
warming), dan sebagainya.
e. ketidakpastian hukum; Banyak wilayah pesisir dihuni penduduk yang
bermigrasi dari wilayah lain tanpa memproses kepemilikan tanah dan
bangunan pemukimannya. Ketika pembangunan ekonomi berkembang,
mereka sering tersingkir atau tidak memiliki hak akses (access rights)
terhadap sumber daya secara baik.
f. Kedaulatan dan wawasan nusantara. Indonesia memiliki 92 buah pulau kecil
yang terletak di perbatasan dengan negara lain, berarti bahwa pulau-pulau
kecil tersebut memiliki arti penting sebagai garda depan dalam menjaga dan
melindungi keutuhan NKRI dari intervensi negara lain.
g. Sosial, ekonomi, dan budaya. pembangunan yang dilakukan lebih sering jauh
dari apa yang di butuhkan oleh masyarakat, tidak sesuai dengan budaya
setempat, dan bahkan diskriminatif lebih mendahulukan pihak luar atau
bahkan asing untuk berperan. Disisi lain, masyarakat masih perlu pemahaman
dan kepedulian terhadap lingkungan di kawasan P3K dalam menjalankan
kehidupannya di kawasan sensitif.

3. Strategi Pengembangan Kawasan TWAL 17 Pulau Riung yang
berkelanjutan

DESTINASI PARIWISATA 2016

32

a. Ditinjau dari Aspek Filosofis.
Landasan yang termuat dalam kajian filosofis mencerminkan hakikat yang
terdalam dari nilai-nilai moralitas di dalam pembentukan peraturan perundangundangan di mana dalam hal ini terdapat suatu paradigma bahwa pembangunan
pulau-pulau kecil yang disandarkan pada tiga aktor yakni pemerintah, swasta dan
masyarakat tidak dapat terlepas dari nilai falsafah ―keberlanjutan‖ antara
pemanfaatan alam dan konservasinya untuk mencapai hakikat tujuan bernegara paling
mendasar yakni terciptanya masyarakat sejahtera adil dan makmur, baik lahiriah
maupun batiniah. Kebijakan pemanfaatan dan pengembangan pulau-pulau kecil
beserta kawasan pesisirnya harus didasari landasan filosofis Pancasila dan mengacu
pada prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan, termasuk pengakuan dan jaminan
perlindungan atas hak-hak hukum adat serta jaminan atas kesejahteraan masyarakat
dan

kelestarian

ekosistemmya.Dalam

refleksi

filosofis,

maka

terpenuhinya

kesejahteraan melalui pengelolaan plau-pulau kecil dengan penyeimbangan
keterjaminan kelestarian lingkunagan hidup merupakan cerminan pemuliaan
kemanusiaan. Hal ini sesuai dengan ideologi, falsafah dan cita hukum Pancasila
khususnya sila kemanusiaan yang adil dan beradab dan sila keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Berkaitan dengan penyelenggaraan pulau-pulau kecil maka
ideologi, falsafah dan cita hukum Pancasila di atas harus meresepsi dan dapat
dioperasionalisasikan di dalam peraturan perundang-undangan. Peresepsian dimaksud
harus mencerminkan bahwa di dalam penyelenggaraan dan penanganan pulau-pulau
kecil harus dilandasi semangat keadilan, pelibatan masyarakat dan akses yang merata

DESTINASI PARIWISATA 2016

33

bagi semua pihak untuk turut berupaya menciptakan kesejahteraan baik lahir maupun
batin dengan dilandasi keterjaminan kelestarian lingkungan hidup.
b. Ditinjau dari Aspek sosiologis.
kebudayaan Masyarakat Indonesia sejak awal terbentuk dengan ciri
kebudayaan yang sangat beragam yang muncul karena pengaruh ruang hidup berupa
kepulauan ciri alamiah tiap-tiap pulau berbeda-beda. Jika dilihat dari segi budaya,
masyarakat pulau kecil mempunyai budaya yang umumnya berbeda dari masyarakat
pulau kontinen dan daratan (Dahuri, 1998). Sebagian besar masyarakat di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil adalah nelayan yang pada saat-saat tertentu juga
berkerja sebagai petani di persawahan pasang surut yang menggantung kehidupan
pada sumberdaya wilayah P3K khususnya perikanan sebagai sumber pendapatan
lainnya. Kesulitan menangkap ikan diperairan dekat pantai akhir-kahir ini menjadikan
masyarakat tersebut harus mencari ikan lebih jauh, dengan dibuatnya sistem
pengelolaan sumber daya wilayah P3K terpadu yang diharapkan memberikan
kemudahan bagi masyarakat, pemerintah dan pihak lain untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat umumnya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
(Yudhohusodo, 1998).

c. Ditinjau dari Aspek ekologis.
Kawasan pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang cukup besar
karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, maupun

DESTINASI PARIWISATA 2016

34

pertahanan dan keamanan serta adanya beberapa ekosistem yang saling berinteraksi
khas tropis dengan produktivitas hayati tinggi yaitu terumbu karang (coral reef),
padang lamun (seagrass), dan hutan bakau (mangrove). Oleh karenanya
pembangunan pulau-pulau kecil harus memprioritaskan pada keseimbangan antara
aspek ekonomi dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (Briguglio, 1995). Prinsip
keseimbangan ini terelaborasi di dalam kebijakan pembangunan pulau-pulau kecil
yang bertumpu pada tiga stake holders mendasar yakni pemerintah, swasta dan
masyarakat. Dengan demikian, terdapat pola yang senantiasa sinergis antara
pemanfaatan potensi-potensi ekonomi dengan aspek lingkungan hidup. Dalam
menjaga fungsi ekologi pesisir dan pulau-pulau kecil, perlu dipahami beberapa aspek
mendasar terkait pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil yaitu:


Setiap aktor yang terlibat tersebut, dalam pengelolaan pulau-pulau kecil
yang bersifat rentan harus berbasis pada kepedulian atau kesadaran terhadap
lingkungan.



Sistem pengelolaan pulau-pulau kecil terpadudan berkelanjutan.



Indikator keberhasilan pengelolaan pulau-pulau kecil salah satunya dari
faktor kualitas lingkungan yang berkelanjutan.
Prinsip konservasi dalam pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil

mengandung implikasi bahwa keberadaan berbagai pihak turut mendukung
terbentuknya sistem yang menjamin perlindungan terhadap kesinambungan kualitas
lingkungan hidup dan memastikan kegiatan usaha dan jasa di pesisir dan pulau-pulau

DESTINASI PARIWISATA 2016

35

kecil yang ramah lingkungan (Yudhohusodo, 1998). Hal ini dilakukan antara lain
melalui kegiatan pengelolaan dengan memperhatikan kaidah ekologi dan peka
terhadap nilai sosial budaya masyarakat. Selain itu, menentukan ambang batas
(carrying

capacity),

baik

secara

sosial

maupun

ekologis

dalam

rangka

meminimalisasi akibat negatif yang ditimbulkan kegiatan pembangunan.
Mengingat P3K berfungsi salah satunya sebagai pengatur iklim global,habitat
dan ekosistem lingkungan yang bermanfaat bagi masyarakat, maka dapat dikatakan
P3K sebenarnya merupakan kawasan yang sangat sensitiv terhadap perubahan. Oleh
karenanya,

pemanfaatan

potensi

sumberdaya

keanekaragaman

hayati

dan

ekosistemnya serta nilai kekhasan dan keaslianya yang ada di P3K harus dilakukan
secara berkelanjutan dan terpadu yang berbasis pada perlindungan, pemeliharaan,
pemanfaatan dan pengembangan terhadap (Adrianto, Luky. 2004).
Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan apresiasi,
pemahaman dan kesadaran akan ekosistem yang menjadi tatanan unsur keseimbangan
lingkungan hidup kawasan P3K. Dengan pendekatan ekologis, pengelolaan
lingkungan di pulau-pulau kecil menjadi penting sebagai upaya terpadu untuk
melestarikan (perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan) fungsi lingkungan
hidup, dan sekaligus menjadi rambu pembangunan berkelanjutan yang menjamin
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa
depan.
d. Ditinjau dari Aspek politis.

DESTINASI PARIWISATA 2016

36

Tersebarnya ribuan pulau-pulau kecil yang terbentang dari Sabang sampai
Merauke, di satu sisi merupakan cerminan kekayaan sumber daya yang dimiliki
bangsa Indonesia. Namun di sisi lain dengan kurang tersedianya prasarana dan sarana
yang memadai antara lain di bidang sosial, ekonomi, budaya, hukum, pendidikan, dan
kesehatan, menimbulkan kendala pertahanan dan keamanan bagi keutuhan negara
kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terutama pulau-pulau kecil yang berada di