PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PBL BERBANTUAN WEB UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF SISWA TENTANG LINGKUNGAN.

(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat penelitian ... 10

F. Asumsi ... 10

G. Hipotesis ... 10

BAB II KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI MODEL PBL BERBASIS WEB ... 11

A. Model PBL (Problem based learning) ... 12

B. Kemampuan Memecahkan Masalah ... 17

C. Berpikir Kreatif ... 20

D. Tinjauan Pembelajaran Konsep Lingkungan ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Metode dan Desain Penelitian ... 30

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

C. Definisi Operasional ... 31

D. Instrumen Penelitian ... 32

E. Tahap Analisis Uji Coba Instrumen ... 33

F. Hasil Uji Coba Instrumen ... 36

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 37


(2)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

B. Pembahasan ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Keterbatasan ... 69

C. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN A ... 77

 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) ... 78

 PETUNJUK PENGGUNAAN FREEWEBS ... 99

 LEMBAR KERJA SISWA (LKS) KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL ... 101

LAMPIRAN B ... 103

 KISI-KISI SOAL KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH- DAN BERPIKIR KREATIF ... 104

 SOAL KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN- BERPIKIR KREATIF ... 107

 KISI-KISI KUESIONER ... 112

LAMPIRAN C ... 115

 SOAL UJI COBA ... 116

 PENGOLAHAN DATA HASIL UJI COBA ... 119

 PENGOLAHAN DATA HASIL PRE-TEST DAN POST-TEST . 132  N-GAIN INDIKATOR KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF ... 134

 ANALISIS DATA KUESIONER ... 153

LAMPIRAN D ... 155

 TAMPILAN WEB ... 156

 FOTO PENELITIAN ... 158

 SURAT IZIN PENELITIAN ... 159


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini perkembangan sains dan teknologi telah mengendalikan dunia, yang berimbas pada perubahan sosial yang semakin pesat. Kenyataan tersebut menjadi tantangan bagi dunia pendidikan. Institusi pendidikan harus mempersiapkan siswa yang kreatif dan mempunyai kemampuan memecahkan masalah (Mahmudi, 2008). Strategi pembelajaran di sekolah seharusnya tidak hanya mengajarkan konsep-konsep yang esensial saja, namun juga harus membangun kemampuan berpikir kreatif siswa serta keterampilan memecahkan masalah sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.

Menurut Paidi (2010), kemampuan memecahkan masalah dipandang perlu dimiliki siswa, terutama siswa SMA, karena kemampuan-kemampuan ini dapat membantu siswa membuat keputusan yang tepat, cermat, sistematis, logis, dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Sebaliknya, kurangnya kemampuan-kemampuan ini mengakibatkan siswa pada kebiasaan melakukan berbagai kegiatan tanpa mengetahui tujuan dan alasan melakukannya.

Dalam pandangan pemikir pendidikan internasional pun, kemampuan memecahkan masalah dipandang penting bagi para lulusan SMA pada abad pengetahuan (abad ke-21). Trilling dan Hood (Paidi 2010) secara tegas menunjuk kemampuan memecahkan masalah sebagai bagian dari 7 jenis kemampuan yang dituntut untuk dijadikan student’s learning outcome di sekolah-sekolah lanjutan.


(4)

Para ahli pendidikan dari Yosemite Community College District (YCCD) (Paidi 2010) dari Mesa College juga menegaskan bahwa untuk abad pengetahuan, hasil belajar (student learning outcome) yang dituntut mulai disiapkan di sekolah menengah mencakup kemampuan pemecahan masalah, keterampilan berkomunikasi global, keterampilan informasi teknologi, dan kemampuan soft skill lainnya.

Selain pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif juga perlu dikembangkan dalam diri siswa. Munandar (1992) mengungkapkan bahwa berpikir kreatif perlu dipupuk dan dikembangkan dalam diri peserta didik karena pemikiran kreatif membuat anak lancar dan luwes dalam berpikir, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, dan mampu melahirkan banyak gagasan. Pada saat seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam suatu praktek pemecahan masalah, maka akan menghasilkan banyak ide dan bermacam-macam kemungkinan jawaban dalam menyelesaikannya. Menurut Nahel (2012) berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan bermacam-macam kemungkinan jawaban. Dalam pemecahan masalah apabila menerapkan berpikir kreatif, akan menghasilkan banyak ide-ide yang berguna dalam menemukan penyelesaian masalah.

Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif serta kemampuan siswa dalam memecahkan masalah adalah dengan menerapkan model PBL (Problem Based Learning) dalam proses pembelajaran. Menurut Fauziah (2009) PBL merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir, karena di


(5)

dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dihadapkan pada masalah yang harus dipecahkan melalui bimbingan guru. Khoirumas (2012) juga mengungkapkan bahwa model PBL sangat efektif untuk mengembangkan berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Penelitian yang dilakukan oleh Aryana (2007) menunjukkan bahwa model PBL dapat: (1) meningkatkan pemahaman konsep Biologi siswa, (2) meningkatkan kemampuan memecahkan masalah Biologi, (3) meningkatkan kemampuan menerapkan konsep-konsep Biologi, (4) meningkatkan sikap positif siswa terhadap pelajaran Biologi, dan (5) meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Salah satu upaya memudahkan guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran model PBL adalah dengan pemanfaatan internet. Arends (2008) mengungkapkan bahwa pada waktu dulu, guru-guru menggunakan pengajaran berbasis masalah dengan sumber-sumber yang terbatas bagi siswa dalam mencari informasi. Akan tetapi pada masa sekarang, siswa-siswa yang terlibat dalam pembelajaran berbasis masalah dapat mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan melalui bantuan internet.

Pada saat ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) terjadi sangat pesat (Kosnandar 2008). Menurut catatan internet world stats saat ini ada satu milyar pengguna internet di dunia. Penetrasi internet di Asia adalah 10%, sedangkan di Amerika mencapai 67%. Indonesia menduduki urutan ke 13 pengguna internet dunia dengan jumlah pengguna internet tahun 2006, sebanyak


(6)

18 juta orang. Angka itu mencapai 10 kali lebih besar dibanding lima tahun lalu. Tidak berlebihan apabila ada yang mengatakan bahwa TIK membawa gelombang baru menuju perubahan besar dalam sejarah kebudayaan manusia.

Sejumlah penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran melalui internet memiliki banyak manfaat. Berdasarkan hasil penelitian Rustikawaty (Ulit, 2012) terungkap bahwa terdapat pengaruh yang berarti pemanfaatan internet terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas X SMAN 4 Padang Tahun Pelajaran 2008/2009. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Koko (2006) terhadap siswa kelas X SMA Negeri IV Malang diperoleh hasil bahwa penggunaan internet berpengaruh terhadap kreativitas. Penggunaan internet mempunyai pengaruh dan peranan yang besar dalam meningkatkan kreativitas siswa. Siswa akan menjadi lebih kreatif dengan lebih sering menggunakan internet untuk mendukung suatu pemikiran.

Kemajuan teknologi internet telah memberikan kesempatan bagi para pendidik untuk memperkenalkan pembelajaran berbantuan web sebagai bagian dalam pendekatan baru di dunia pendidikan. Rianawati (2011) menyatakan bahwa pembelajaran berbantuan web atau E-learning (Electronic Learning) merupakan suatu pembelajaran elektronik berbasis TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang dituangkan dalam format digital dengan prinsip dan metode tertentu sehingga dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang interaktif sehingga memungkinkan siswa belajar secara individual atau kolaboratif melalui aplikasi internet. Menurut Lawanto (2000), pembelajaran melalui web menuntut bukan saja keterampilan peserta didik seperti terampil mengoperasikan komputer,


(7)

membaca, dan menulis tapi juga menuntut perilaku pribadi yang terbuka dan disiplin. Skenario mengajar dan belajar perlu disiapkan secara matang dalam sebuah kurikulum pembelajaran yang memang dirancang berbantuan web. Mengimplementasikan pembelajaran berbantuan web bukan berarti sekedar meletakkan materi ajar pada web. Selain materi ajar, skenario pembelajaran perlu disiapkan dengan matang untuk mengundang keterlibatan peserta didik secara aktif dan konstruktif dalam proses belajar mereka. Mengkombinasikan antara pertemuan secara tatap muka dengan pembelajaran berbantuan web dapat meningkatkan kontribusi dan interaktifitas antar peserta didik.

Berdasarkan sejumlah informasi tentang kondisi terkini didapatkan bahwa pembelajaran yang merangsang berpikir kreatif masih kurang diterapkan dalam pembelajaran di sekolah. Hasil survei nasional pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa sistem pendidikan formal di Indonesia pada umumnya masih kurang memberi peluang bagi pengembangan kreativitas (Tridjata, 2002). Hal senada dikemukakan oleh Munandar (1992) bahwa kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian. Rendahnya perhatian pengembangan krativitas disebabkan pembelajaran di sekolah yang terutama dilatihkan adalah pengetahuan, ingatan, kemampuan berpikir logis atau berpikir konvergen (kemampuan menemukan satu jawaban yang paling tepat terhadap masalah yang diberikan berdasarkan informasi yang tersedia). Menurut Munandar (1992) pengajaran di sekolah pada umumnya terbatas pada penalaran verbal dan pemikiran logis, pada


(8)

tugas-tugas yang hanya menuntut pemikiran konvergen yaitu pemikiran pada satu jawaban tunggal. Dengan demikian setiap siswa akan terbiasa berpikir konvergen sehingga bila dihadapkan pada suatu masalah siswa mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah atau memberikan beberapa alternatif pemecahan masalah.

Sejumlah penelitian yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa kreativitas siswa umumnya relatif rendah. Suparman (Yuliana, 2008) melakukan penelitian tentang berpikir kreatif pada siswa sekolah menengah dan didapatkan hasil yang menunjukan keterampilan berpikir kreatif siswa berada pada kategori rendah. Penelitian Aprilia (Rosilawati, 2006) menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa berada pada kategori rendah.

Selain pembelajaran yang merangsang berpikir kreatif masih kurang diterapkan di sekolah, pengimplementasian pembelajaran yang mengakomodasi kegiatan pemecahan masalah juga masih sulit dilakukan di sekolah. Hasil penelitian Paidi (2010) memberikan informasi bahwa sekolah, guru, dan juga siswa belum siap untuk pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan pemecahan masalah. Belum ada contoh dan perangkat pembelajaran yang relevan merupakan alasan dan faktor penyebab masih sulitnya pengimplementasian kegiatan tersebut dalam pembelajaran, termasuk pada matapelajaran Biologi. Hal ini merupakan tantangan dan sekaligus peluang besar untuk dilakukan penelitian khususnya pada matapelajaran biologi di SMA.

Selain beberapa kondisi terkini yang telah dijelaskan di atas, sejumlah penelitian tentang pembelajaran berbantuan web pada pelajaran biologi juga menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Penelitian yang dilakukan oleh


(9)

Feng, Ching, dan Mei (2010) tentang pengaruh pembelajaran dengan pemecahan masalah berbantuan web pada prestasi siswa yang tinggi dan rendah terhadap kemampuan memecahkan masalah dalam biologi menunjukkan bahwa tidak ada ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen. Penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2009) tentang pengaruh E-Learning (Electronic Learning) terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa SMP pada konsep pencemaran lingkungan menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang perpaduan pembelajaran konsep Biologi dengan menggunakan bantuan web yang diharapkan mampu menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kreatif siswa. Oleh sebab itu, maka dilakukan penelitian tentang pembelajaran dengan model PBL berbantuan web yang diimplementasikan pada materi pembelajaran Biologi pada konsep lingkungan. Konsep ini dipilih karena lingkungan merupakan konsep yang dekat dengan kehidupan sehari-hari dan banyak menampilkan permasalahan-permasalahan. Permasalahan lingkungan khususnya daerah perkotaan yang akhir-akhir ini terasa semakin kompleks, rumit, dan semakin mendesak untuk segera diselesaikan. Kita semua memang perlu terus menerus berupaya guna menanggulangi persoalan perkotaan yang semakin pelik tersebut (Asrul, 2010). Oleh karena itu, perlu kiranya memicu peserta didik untuk menghasilkan ide-ide yang dapat diterapkan guna menyelesaikan persoalan perkotaan mulai dari polusi udara, persampahan dan lainnya di Indonesia,


(10)

khususnya dalam mengatasi pencemaran lingkungan. Untuk memudahkan siswa dalam memecahkan masalah lingkungan tersebut, maka dilakukan pembelajaran berbantuan web, karena melalui web/internet bisa membantu siswa dalam mencari informasi yang mereka butuhkan untuk menghasilkan ide-ide kreatif dalam memecahkan permasalahan lingkungan tersebut.

B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. “Apakah pembelajaran dengan model PBL berbantuan web lebih baik dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kreatif siswa tentang lingkungan jika dibandingkan dengan model PBL secara konvensional?”

Rumusan masalah ini dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perbedaan peningkatan kemampuan siswa memecahkan masalah melalui pembelajaran model PBL berbantuan web dibandingkan dengan pembelajaran model PBL secara konvensional pada konsep lingkungan?

2. Bagaimanakah perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran model PBL berbantuan web dibandingkan dengan pembelajaran model PBL secara konvensional pada konsep lingkungan? 3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan model PBL


(11)

C. Batasan Masalah

1. Kemampuan memecahkan masalah dalam penelitian ini meliputi kemampuan mengidentifikasi masalah, kemampuan merumuskan (menganalisis) masalah, kemampuan menemukan alternatif-alternatif solusi, dan kemampuan memilih alternatif solusi (terbaik).

2. Kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian ini meliputi keterampilan berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes, keterampilan berpikir orisinal, keterampilan merinci, dan keterampilan menilai.

3. Konsep lingkungan dalam penelitian ini membahas tentang pencemaran lingkungan dan perubahan lingkungan.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengukur peningkatan kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran dengan model PBL berbantuan web pada konsep lingkungan. Secara rinci tujuan dari penelitianini adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh informasi tentang perbedaan peningkatan kemampuan siswa memecahkan masalah melalui pembelajaran model PBL berbantuan web dibandingkan dengan pembelajaran model PBL secara konvensional pada konsep lingkungan.

2. Memperoleh informasi tentang perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran model PBL berbantuan web dibandingkan dengan pembelajaran model PBL secara konvensional pada konsep lingkungan.


(12)

3. Memperoleh informasi tentang tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan model PBL berbantuan web pada konsep lingkungan.

E. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi guru, memberikan alternatif pengajaran baru menggunakan web pada konsep lingkungan sehingga mampu meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kreatif siswa.

2. Bagi siswa, diharapkan dapat lebih mudah dan memandirikan siswa dalam memahami konsep lingkungan.

F. Asumsi

1. Berpikir kreatif dapat dikembangkan melalui pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif.

2. Internet menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan dalam pembelajaran berbasis masalah.

G. Hipotesis

Kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kreatif siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model PBL berbantuan web lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model PBL secara konvensional.


(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain penelitian the matching only pretest-posttest control group design (Fraenkel dan Warren, 2006). Desain penelitian ini menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Masing-masing kelompok diberikan pretest dan posttest. Subjek pada kedua kelompok tidak dipilih secara acak. Kelompok eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan model PBL berbantuan web, sedangkan kelompok kontrol mendapatkan pembelajaran dengan model PBL secara konvensional. Desain penelitian tersebut ditunjukkan pada Tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1 the matching only pretest-posttest control group design

Kelompok Eksperimen M O X O

Kelompok Kontrol M O C O

(Fraenkel dan Warren, 2006) Keterangan :

X = Pembelajaran dengan model PBL berbantuan web C = Pembelajaran dengan model PBL secara konvensional O = pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol O = post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X pada salah satu SMA di Kota Bandung yang terdiri dari 11 kelas. Sampel sebanyak dua kelas X semester 2 diambil dengan teknik purposive sampling yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan


(14)

tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2007). Pertimbangan yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah kelas yang dijadikan sebagai kelas eksperimen pada survei awal menunjukkan semua siswanya mampu mengoperasikan internet, sehingga penelitian ini bisa dilakukan tanpa harus ada kendala secara teknis.

C. Definisi Operasional

1. Model PBL (Problem Based Learning) berbantuan web dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan pada konsep pencemaran dan perubahan lingkungan dengan memadukan antara tatap muka di kelas dan pembelajaran diluar jam sekolah menggunakan bantuan web (Blended learning) yang bertujuan untuk melatih kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kreatif siswa.

2. Kemampuan memecahkan masalah dalam penelitian ini adalah skor tes kemampuan siswa pada konsep pencemaran dan perubahan lingkungan yang meliputi kemampuan mengidentifikasi masalah, kemampuan merumuskan (menganalisis) masalah, kemampuan menemukan alternatif-alternatif solusi, kemampuan memilih alternatif solusi (terbaik). Kemampuan memecahkan masalah diukur dengan menggunakan tes dalam bentuk uraian sebanyak empat soal.

3. Berpikir kreatif dalam penelitian ini adalah skor tes kemampuan siswa pada konsep pencemaran dan perubahan lingkungan yang meliputi keterampilan berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes, keterampilan berpikir orisinal,


(15)

keterampilan merinci, dan keterampilan menilai. Kemampuan berpikir kreatif diukur dengan tes dalam bentuk uraian sebanyak enam soal.

D. Instrumen Penelitian

Data dari penelitian ini diambil dengan menggunakan tes uraian dan kuesioner seperti yang diuraikan di bawah ini.

1. Tes Uraian

Untuk mengetahui kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kreatif siswa sebelum dan sesudah pembelajaran maka digunakan tes uraian dengan indikator seperti yang diuraikan di bawah ini:

a. Tes Kemampuan Memecahkan Masalah bertujuan untuk mengukur kemampuan memecahkan masalah oleh siswa. Tes ini diberikan kepada siswa kelompok ekperimen dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah pembelajaran. Tes ini berupa soal uraian sebanyak empat item.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Kemampuan Memecahkan Masalah

No Jenis indikator Jumlah soal

1 Mengidentifikasi masalah 1

2 Merumuskan (menganalisis) masalah 1

3 Menemukan alternatif-alternatif solusi 1

4 Memilih alternatif solusi (terbaik) 1

Jumlah 4

b. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa tentang lingkungan. Tes ini diberikan kepada siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok kontrol sebelum dan sesudah pembelajaran. Tes ini berupa soal uraian sebanyak enam item.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kreatif

No Jenis indikator Jumlah soal

1 Keterampilan berpikir lancar 2


(16)

No Jenis indikator Jumlah soal

3 Keterampilan berpikir orisinal 1

4 Keterampilan memperinci 1

5 Keterampilan menilai 1

Jumlah 6

2. Kuesioner

Kuesioner diberikan dalam bentuk skala difrensiasi semantik yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu (Sugiyono, 2008). Skala diferensiasi semantik memiliki kelebihan yaitu untuk menanyakan fakta. Pemberian kuesioner ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan siswa mengenai pembelajaran dengan model PBL berbantuan web, yang diberikan kepada 27 orang siswa kelas eksperimen setelah pembelajaran yang terdiri dari 30 pernyataan.

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket

No. Kisi-kisi Jumlah Soal

1. Ketertarikan belajar biologi dan pembelajaran lewat web 3

2. Keuntungan pembelajaran melalui web 6

3. Kekurangan pembelajaran melalui web 3

4. Tampilan dan sajian materi web 6

5. Kemudahan akses 1

6. LKS (Lembar Kerja Siswa) pada web 2

7. Aspek-aspek berpikir kreatif 6

8. Aspek-aspek pemecahan masalah 5

Total 30

E. Tahap Analisis Uji Coba Instrumen

Tahap analisis uji coba instrumen pada penelitian ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Validitas Tes

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas butir soal didapat dengan cara mengkorelasikan setiap butir pertanyaan dengan skor total. Skor butir soal


(17)

dianggap sebagai X dan skor total dianggap sebagai Y. untuk menguji validitas instrumen tes hasil belajar digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut :

= �Σ − Σ Σ

�Σ 2

− Σ 2 �Σ 2− Σ 2

(Arikunto, 2007) Keterangan :

= Koefisien Korelasi antara variabel X dan Y = Skor tiap buti soal

= Skor total tiap butir soal � = Jumlah peserta tes

Untuk menginterpretasikan besarnya koefesien korelasi digunakan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.5 Kriteria validitas Koefisien korelasi Kriteria

0,80-1,00 Sangat Tinggi

0,60-0,79 Tinggi

0,40-0,59 Cukup

0,20-0,39 Rendah

1,00-0,19 Sangat Rendah

(Arikunto, 2007) 2. Reliabilitas Tes

Pengertian reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan, keajegan atau ketepatan hasil tes. Pengujian reabilitas tes pada penelitian ini menggunakan rumus :

11=

2 1 2 12

1 + 1 2 12


(18)

(Arikunto, 2007) Keterangan :

11 = Reliabilitas Instrumen 1

2 12

= Korelasi antara skor – skor tiap belahan tes

Penafsiran dari koefisien reabilitas digunakan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.6 Klasifikasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Kriteria

0,80-1,00 Sangat Tinggi

0,60-0,79 Tinggi

0,40-0,59 Cukup

0,20-0,39 Rendah

0,00-0,19 Sangat Rendah

(Arikunto, 2007) 3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesulitan soal menunjukkan kepada derajat kesulitan suatu item untuk diselesaikan oleh siswa. Untuk menghitung taraf / indeks kesukaran tiap butir soal dapat digunakan rumus :

� = ��

(Arikunto, 2002) Keterangan

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab benar Jx = jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.7 Klasifikasi tingkat kesukaran Indeks Kesukaran Kriteria

0,00-0,29 Sukar

0,30-0,69 Sedang

0,70-1,00 Mudah


(19)

Besarnya indeks kesukaran antara 0.00 sampai dengan 1.00. soal yang mendekati indeks 0.00 diartikan soal itu sukar. Dan soal yang mendekati nilai 1.00 diartikan soal itu terlalu mudah.

4. Daya Pembeda

Suatu item yang betul-betul dapat memisahkan kedua golongan siswa yang betul-betul mempelajari materi pelajaran dengan yang tidak mempelajari materi pelajaran. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi / daya pembeda butir soal:

��=

� − �

Keterangan:

DP = Indeks Daya Pembeda

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA = Banyaknya peserta tes kelompok atas

JA = Banyaknya peserta tes kelompok bawah

(Arikunto, 2002)

Tabel 3.8 Kriteria acuan daya pembeda Indeks Daya Pembeda Kriteria

DP≤ 0,00 Sangat Jelek, sebaiknya dibuang saja

0,00 – 0,19 Jelek

0,20 – 0,39 Cukup

0,40 – 0,69 Baik

0,70 – 1,00 Sangat Baik

(Arikunto, 2002) F. Hasil Uji Coba Instrumen

Ringkasan hasil uji coba instrumen selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C. Uji coba instrumen penelitian ini dilakukan pada kelas XI IPA yang sudah mendapatkan pembelajaran tentang lingkungan. Hasil uji coba instrumen


(20)

dianalisis menggunakan program Anates Ver 4.0.5. Berdasarkan hasil uji coba instrumen penelitian didapatkan hasil dari empat item soal kemampuan memecahkan masalah yang diuji coba maka ke empat soal tersebut direvisi agar dapat digunakan dalam penelitian . Selain itu, dari sembilan item soal kemampuan berpikir kreatif yang diuji cobakan maka tiga item soal dibuang sedangkan enam item soal lainnya direvisi agar bisa digunakan dalam penelitian.

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Ada tiga tahap dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data, diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan studi literatur terhadap jurnal, buku dan laporan penelitian mengenai kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kreatif siswa untuk mengkaji temuan-temuan penelitian sebelumnya. Menganalisis kurikulum biologi kelas X yang berkaitan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada konsep lingkungan.

b. Menyusun instrumen penelitian yang meliputi penyusunan kisi-kisi soal kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kreatif siswa, serta melakukan judgement kepada ahli.

c. Melakukan uji coba instrumen (tes kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kreatif siswa) yang digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian. d. Melakukan analisis butir soal untuk selanjutnya memilih dan merevisi


(21)

e. Menyusun kuesioner yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbantuan web.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan sejumlah soal untuk mengukur kemampuan awal memecahkan masalah dan berpikir kreatif siswa tentang lingkungan sebelum pembelajaran pada kelas eksperimen dan kontrol.

b. Memberikan penjelasan kepada siswa kelas eksperimen cara untuk mengakses materi pembelajaran melalui web.

c. Melaksanaan pembelajaran sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di masing-masing kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 3.11 berikut ini.

Tabel 3.9. Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kontrol

No. Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

1. Pembelajaran lingkungan yang terdiri dari materi pencemaran lingkungan, pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara, pelestarian lingkungan, pengolahan sampah Siswa dilakukan oleh siswa secara mandiri melalui web yang diakses diluar jam pelajaran sekolah.

Kegiatan guru yaitu menjelaskan tugas yang harus dikerjakan oleh siswa dalam mengakses web.

Sumber belajar: www.biologiwadud.webs.com

Pembelajaran lingkungan yang terdiri dari materi pencemaran lingkungan, pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara, pelestarian lingkungan, pengolahan sampah dilakukan di dalam kelas dengan metode ceramah dan diskusi.

Kegiatan guru yaitu menjelaskan materi tentang lingkungan dan mengarahkan siswa untuk berdiskusi.

Sumber belajar:Slide powerpoint, buku paket biologi.

2. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan model PBL yang mengangkat tema tentang “Banjir di Bandung”.

TAHAP 1 (Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa)

Kegiatan pembelajaran tahap 1 ini dilakukan di kelas.

Kegiatan guru yaitu menjelaskan tujuan pembelajaran, serta mengarahkan siswa untuk mengakses web yang dibuat oleh guru, dan memotivasi siswa yang terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan model PBL yang mengangkat tema tentang “Banjir di Bandung”.

TAHAP 1 (Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa) Kegiatan pembelajaran tahap 1 ini dilakukan di kelas.

Kegiatan guru yaitu menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.


(22)

No. Kelas Eksperimen Kelas Kontrol TAHAP 2 (Mengorganisasikan siswa untuk

belajar).

Kegiatan pembelajaran tahap 2 dilakukan oleh masing-masing kelompok dengan mengakses web diluar jam pelajaran sekolah. Siswa bisa melakukan interaksi secara online dengan guru melalui forum chating maupun dengan sesama siswa melalui forum diskusi.

Kegiatan guru yaitu membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut secara online melalui web.

TAHAP 2 (Mengorganisasikan siswa untuk belajar).

Kegiatan pembelajaran tahap 2 dilakukan oleh masing-masing kelompok di dalam kelas selama jam pelajaran. Kegiatan guru yaitu membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

TAHAP 3 (Membimbing investigasi yang dilakukan secara individual maupun kelompok). Kegiatan pembelajaran tahap 3 dilakukan oleh masing-masing kelompok diluar jam sekolah dengan melakukan investigasi berdasarkan permasalahan yang dipilih oleh setiap kelompok. Kegiatan ini dilakukan oleh siswa melalui bantuan web yang menyediakan artikel-artikel untuk membantu siswa dalam memecahakan masalah.

Kegiatan guru yaitu mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dari web yang dibuat guru, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

TAHAP 3 (Membimbing investigasi yang dilakukan secara individual maupun kelompok).

Kegiatan pembelajaran tahap 3 dilakukan oleh masing-masing kelompok diluar jam sekolah dengan melakukan investigasi berdasarkan permasalahan yang dipilih oleh setiap kelompok melalui bantuan buku paket dan sumber lainnya yang relevan.

Kegiatan guru yaitu mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai melalui buku teks dan lain sebagainya, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

TAHAP 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya).

Kegiatan pembelajaran tahap 4 dilakukan pada web dan di dalam kelas. Masing-masing kelompok memasukkan hasil tugas kelompok ke dalam web dan dikomentari oleh anggota kelompok lain. Selain itu juga, siswa melaporkan hasil tugas kelompok pada saat jam pelajaran di kelas.

Kegiatan guru yaitu membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai.

TAHAP 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya).

Kegiatan pembelajaran tahap 4 dilakukan di dalam kelas dengan masing-masing kelompok melaporkan hasil investigasi.

Kegiatan guru yaitu membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai.

TAHAP 5 (Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah).

Kegiatan pembelajaran tahap 5 dilakukan di dalam kelas selama jam pelajaran.

Kegiatan guru yaitu membantu siswa untuk melakukan refleksi/ evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang digunakan.

TAHAP 5 (Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah).

Kegiatan pembelajaran tahap 5 dilakukan di dalam kelas selama jam pelajaran.

Kegiatan guru yaitu membantu siswa untuk melakukan refleksi/ evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang digunakan.


(23)

d. Memberikan tes akhir kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kreatif siswa. Soal yang diberikan sama dengan soal saat tes awal.

e. Memberikan kuesioner kepada siswa kelas eksperimen yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbantuan web.

3. Tahap Analisis Data

a. Melakukan analisis data secara statistik deskriptif berupa penyajian data melalui tabel, grafik, perhitungan rata-rata, dan simpangan baku.

b. Melakukan analisis data secara statistik inferensial berupa uji beda dua rerata antara kelompok kontrol dan eksperimen untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kreatif siswa antara kedua kelompok tersebut.

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Kemampuan Memecahkan Masalah dan Berpikir Kreatif a. Skor Tes

Hasil pretes dan posttes kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kreatif siswa terlebih dahulu diolah dengan menggunakan teknik pengolahan data sebagai berikut:

SM R

NP x 100 Keterangan :


(24)

R = skor mentah yang diperoleh siswa SM = skor maksimum ideal dari seluruh soal

(Purwanto, 2008) b. N-gain

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kreatif ditinjau dari perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (normalized gain) yang diperoleh dari penggunaannya. Perhitungan nilai gain ternormalisasi dan pengklasifikasiannya menggunakan persamaan yang dirumuskan oleh R. R. Hake sebagai berikut: (Cheng, et.al, 2004):

�= � − � �

���� − � �

Keterangan: Spost = skor tes akhir Spre = skor tes awal

Smaks = skor maksimum ideal

Tabel 3.10. Kategori Tingkat Gain yang Dinormalisasi Gain yang dinormalisasi Klasifikasi

g > 0,70 Tinggi

0,30 < g < 0,70 Sedang

g < 0,30 Rendah

Pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.0. Menurut Candiasa (2003) sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan berupa uji normalitas dan uji homogenitas data sebagai berikut:

1) Uji normalitas data

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi atau sebaran skor data kemampuan kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kreatif siswa kedua


(25)

kelas. Uji normalitas data menggunakan program SPSS for windows versi 16.0. Untuk menentukan normal atau tidaknya data adalah dengan memperhatikan bilangan pada kolom signifikansi (Sig.). Jika signifikansi yang diperoleh > (0,05), maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Jika signifikansi yang diperoleh < (0,05), maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Candiasa, 2003).

2) Uji homogenitas data

Menurut Candiasa (2003) uji homogenitas dimaksudkan untuk

memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi

yang memiliki variansi yang sama. Uji homogenitas data menggunakan Test of

Homogenity of Variance pada program SPSS for windows versi 16.0. Sama seperti untuk uji normalitas. Pada kolom Sig. terdapat bilangan yang menunjukkan taraf

signifikansi yang diperoleh. Untuk menetapkan homogenitas digunakan

pedoman,jika signifikansi yang diperoleh >  (0,05), maka variansi setiap sampel

sama (homogen). Jika signifikansi yang diperoleh <  (0,05) , maka variansi setiap

sampel tidak sama (tidak homogen). c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan teknik uji statistik yang cocok dengan distribusi data yang diperoleh. Apabila data kedua kelas normal maka dilanjutkan dengan statistik parametrik (independent sample T Test). Cara mengetahui ditolak atau diterimanya H0 pada uji independent sample T Test adalah dengan memperhatikan bilangan pada kolom Sig. (2-tailed). Jika nilai Sig.


(26)

(2-tailed)  ½  (0,025) maka H0 diterima, sedangkan jika nilai Sig. (2-tailed) ˂ ½  (0,025) maka H0 ditolak.

Apabila data salah satu atau kedua kelas tidak normal maka dilanjutkan uji statistik non-parametrik dengan uji Mann Whitney U pada software SPSS 16. Cara mengetahui ditolak atau diterimanya H0 pada uji Mann Whitney U adalah dengan memperhatikan nilai Asymp. Sig (2-tailed). Jika Asymp. Sig (2-tailed)  ½  (0,025) maka H0 diterima, sedangkan jika Asymp. Sig (2-tailed) ˂ ½  (0,025) maka H0 ditolak (Trihendradi, 2008).

2. Analisis Data Kuesioner Siswa

Data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner diolah dengan cara persentase, yaitu:

Indeks =

ruhSiswa JumlahSelu

aMenjawab JumlahSisw

x 100 %

Selanjutnya persentase kuesioner tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan kategori pada Tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.11. Interpretasi Data Kuesioner

Persentase Tafsiran Kualitatif

0% Tidak Ada

1% - 25% Sebagian Kecil

26% - 49% Hampir Setengahnya

50% Setengahnya

51% - 75% Sebagian Besar

76% - 99% Pada Umumnya

100% Seluruhnya


(27)

Studi Pendahuluan

Judgement, Uji Coba, Revisi

Tes Awal

Pembelajaran PBL berbantuan web pada kelas eksperimen

Pembelajaran PBL secara konvensional pada kelas kontrol

Tes Akhir (Posttest)

Memberikan angket kepada siswa kelas eksperimen

Pengolahan dan Analisis

Data Penyusunan Instrumen: 1. Soal tes berpikir kreatif

2. Soal tes kemampuan memecahkan masalah 3. Kuesioner

Studi Literatur: Model Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan web, kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kreatif siswa

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Perumusan Masalah

Kesimpulan

Pertemuan 1: Menjelaskan cara mengakses web

Pertemuan 2: pembelajaran dengan model PBL berbantuan web.

Pertemuan 1: pembelajaran materi lingkungan di kelas.

Pertemuan 2: pembelajaran dengan model PBL secara konvensional di kelas

Pertemuan 3: melaporkan hasil investigasi kelompok dan tes akhir

Pertemuan 3: melaporkan hasil investigasi kelompok dan tes akhir


(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Peningkatan kemampuan siswa memecahkan masalah pada konsep lingkungan yang mendapatkan pembelajaran model PBL berbantuan web secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran model PBL secara konvensional. Hasil ini kemungkinan disebabkan karena pembelajaran PBL berbantuan web memudahkan siswa dalam mencari dan menggunakan informasi untuk memecahkan masalah jika dibandingkan dengan pembelajaran model PBL secara konvensional.

Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa pada konsep lingkungan yang mendapatkan pembelajaran model PBL berbantuan web secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran model PBL secara konvensional. Hasil ini kemungkinan disebabkan karena pembelajaran berbantuan web menyediakan beragam informasi yang mudah diakses oleh siswa sehingga mampu melatih kemampuan berpikir kreatif siswa lebih baik dibandingkan pembelajaran PBL secara konvensional.

Berdasarkan hasil kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran melalui web. Respon tersebut diantaranya adalah siswa sangat tertarik belajar melalui web, dan pembelajaran melalui web memiliki banyak keuntungan yaitu dapat meningkatkan motivasi


(29)

belajar, memberikan cukup waktu untuk memahami materi pembelajaran, dan melatih kemandirian siswa dalam belajar.

B. Keterbatasan

Pada penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu kuesioner penelitian hanya diberikan kepada kelas eksperimen, sehingga tanggapan antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol terhadap pembelajaran tidak bisa dibandingkan. Bagi peneliti lain yang melakukan penelitian yang sama, sebaiknya memberikan kuesioner kepada siswa kelas eksperimen maupun kelas kontorl agar terjaring tanggapan siswa yang mendapatkan pembelajaran berbantuan web dan yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional. Hal ini akan lebih mendukung data hasil penelitian yang dilakukan.

C. Saran

Berdasarkan hasil temuan dari penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran bagi guru dan peneliti lain, diantaranya adalah :

1. Pada penelitian ini menggunakan web hosting yang terbatas untuk memuat materi pelajaran. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian berbantuan web sebaiknya menggunakan web hosting yang mampu memuat materi dan konten lainnya dalam jumlah banyak.

2. Pada penelitian ini terdapat keterbatasan yaitu web yang digunakan tidak dapat merekam jejak siswa seperti durasi siswa mengakses web, menu-menu apa saja yang dipelajari oleh siswa selama mengakses web. Bagi guru yang akan melakukan pembelajaran yang sama, sebaiknya menggunakan web yang mampu merekam jejak siswa tersebut selama mereka mengakses pembelajaran


(30)

melalui web. Hal ini bisa menjadi data pendukung bagi guru dalam menganalisa hasil pembelajaran berbantuan web.

3. Penelitian ini hanya dilakukan satu kali dan tidak dilakukan replikasi (pengulangan). Bagi peneliti lain sebaiknya melakukan replikasi (pengulangan) agar tingkat keyakinan terhadap hasil penelitian menjadi tinggi. 4. Hasil penelitian ini hanya mengungkap aspek kognitif dan tidak mengungkap aspek afektif dan psikomotor. Bagi peneliti lain sebaiknya perlu diimbangi dengan aspek-aspek tersebut serta mengiplementasikan di lingkungan terdekat misalnya lingkungan sekolah.


(1)

Abdul Wadud, 2012

Pembelajaran Dengan Model PBL Berbantuan Web Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Berpikir Kreatif Siswa Tentang Lingkungan

kelas. Uji normalitas data menggunakan program SPSS for windows versi 16.0. Untuk menentukan normal atau tidaknya data adalah dengan memperhatikan bilangan pada kolom signifikansi (Sig.). Jika signifikansi yang diperoleh > (0,05), maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Jika signifikansi yang diperoleh < (0,05), maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Candiasa, 2003).

2) Uji homogenitas data

Menurut Candiasa (2003) uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Uji homogenitas data menggunakan Test of Homogenity of Variance pada program SPSS for windows versi 16.0. Sama seperti untuk uji normalitas. Pada kolom Sig. terdapat bilangan yang menunjukkan taraf signifikansi yang diperoleh. Untuk menetapkan homogenitas digunakan pedoman,jika signifikansi yang diperoleh >  (0,05), maka variansi setiap sampel sama (homogen). Jika signifikansi yang diperoleh <  (0,05) , maka variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen).

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan teknik uji statistik yang cocok dengan distribusi data yang diperoleh. Apabila data kedua kelas normal maka dilanjutkan dengan statistik parametrik (independent sample T Test). Cara mengetahui ditolak atau diterimanya H0 pada uji independent sample T Test adalah dengan memperhatikan bilangan pada kolom Sig. (2-tailed). Jika nilai Sig.


(2)

43

Abdul Wadud, 2012

Pembelajaran Dengan Model PBL Berbantuan Web Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Berpikir Kreatif Siswa Tentang Lingkungan

(2-tailed)  ½  (0,025) maka H0 diterima, sedangkan jika nilai Sig. (2-tailed) ˂ ½  (0,025) maka H0 ditolak.

Apabila data salah satu atau kedua kelas tidak normal maka dilanjutkan uji statistik non-parametrik dengan uji Mann Whitney U pada software SPSS 16. Cara mengetahui ditolak atau diterimanya H0 pada uji Mann Whitney U adalah dengan memperhatikan nilai Asymp. Sig (2-tailed). Jika Asymp. Sig (2-tailed)  ½  (0,025) maka H0 diterima, sedangkan jika Asymp. Sig (2-tailed) ˂ ½  (0,025) maka H0 ditolak (Trihendradi, 2008).

2. Analisis Data Kuesioner Siswa

Data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner diolah dengan cara persentase, yaitu:

Indeks =

ruhSiswa JumlahSelu

aMenjawab JumlahSisw

x 100 %

Selanjutnya persentase kuesioner tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan kategori pada Tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.11. Interpretasi Data Kuesioner

Persentase Tafsiran Kualitatif

0% Tidak Ada

1% - 25% Sebagian Kecil 26% - 49% Hampir Setengahnya

50% Setengahnya

51% - 75% Sebagian Besar 76% - 99% Pada Umumnya

100% Seluruhnya


(3)

Abdul Wadud, 2012

Pembelajaran Dengan Model PBL Berbantuan Web Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Berpikir Kreatif Siswa Tentang Lingkungan

Studi Pendahuluan

Judgement, Uji Coba, Revisi

Tes Awal

Pembelajaran PBL berbantuan web pada kelas eksperimen

Pembelajaran PBL secara konvensional pada kelas kontrol

Tes Akhir

(Posttest)

Memberikan angket kepada siswa kelas eksperimen

Pengolahan dan Analisis

Data Penyusunan Instrumen: 1. Soal tes berpikir kreatif

2. Soal tes kemampuan memecahkan masalah 3. Kuesioner

Studi Literatur: Model Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan web, kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kreatif siswa

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Perumusan Masalah

Kesimpulan

Pertemuan 1: Menjelaskan cara mengakses web

Pertemuan 2: pembelajaran dengan model PBL berbantuan web.

Pertemuan 1: pembelajaran materi lingkungan di kelas.

Pertemuan 2: pembelajaran dengan model PBL secara konvensional di kelas

Pertemuan 3: melaporkan hasil investigasi kelompok dan tes akhir

Pertemuan 3: melaporkan hasil investigasi kelompok dan tes akhir


(4)

68

Abdul Wadud, 2012

Pembelajaran Dengan Model PBL Berbantuan Web Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Berpikir Kreatif Siswa Tentang Lingkungan

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Peningkatan kemampuan siswa memecahkan masalah pada konsep lingkungan yang mendapatkan pembelajaran model PBL berbantuan web secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran model PBL secara konvensional. Hasil ini kemungkinan disebabkan karena pembelajaran PBL berbantuan web memudahkan siswa dalam mencari dan menggunakan informasi untuk memecahkan masalah jika dibandingkan dengan pembelajaran model PBL secara konvensional.

Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa pada konsep lingkungan yang mendapatkan pembelajaran model PBL berbantuan web secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran model PBL secara konvensional. Hasil ini kemungkinan disebabkan karena pembelajaran berbantuan web menyediakan beragam informasi yang mudah diakses oleh siswa sehingga mampu melatih kemampuan berpikir kreatif siswa lebih baik dibandingkan pembelajaran PBL secara konvensional.

Berdasarkan hasil kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran melalui web. Respon tersebut diantaranya adalah siswa sangat tertarik belajar melalui web, dan pembelajaran melalui web memiliki banyak keuntungan yaitu dapat meningkatkan motivasi


(5)

Abdul Wadud, 2012

Pembelajaran Dengan Model PBL Berbantuan Web Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Berpikir Kreatif Siswa Tentang Lingkungan

belajar, memberikan cukup waktu untuk memahami materi pembelajaran, dan melatih kemandirian siswa dalam belajar.

B. Keterbatasan

Pada penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu kuesioner penelitian hanya diberikan kepada kelas eksperimen, sehingga tanggapan antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol terhadap pembelajaran tidak bisa dibandingkan. Bagi peneliti lain yang melakukan penelitian yang sama, sebaiknya memberikan kuesioner kepada siswa kelas eksperimen maupun kelas kontorl agar terjaring tanggapan siswa yang mendapatkan pembelajaran berbantuan web dan yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional. Hal ini akan lebih mendukung data hasil penelitian yang dilakukan.

C. Saran

Berdasarkan hasil temuan dari penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran bagi guru dan peneliti lain, diantaranya adalah :

1. Pada penelitian ini menggunakan web hosting yang terbatas untuk memuat materi pelajaran. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian berbantuan web sebaiknya menggunakan web hosting yang mampu memuat materi dan konten lainnya dalam jumlah banyak.

2. Pada penelitian ini terdapat keterbatasan yaitu web yang digunakan tidak dapat merekam jejak siswa seperti durasi siswa mengakses web, menu-menu apa saja yang dipelajari oleh siswa selama mengakses web. Bagi guru yang akan melakukan pembelajaran yang sama, sebaiknya menggunakan web yang mampu merekam jejak siswa tersebut selama mereka mengakses pembelajaran


(6)

70

Abdul Wadud, 2012

Pembelajaran Dengan Model PBL Berbantuan Web Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Berpikir Kreatif Siswa Tentang Lingkungan

melalui web. Hal ini bisa menjadi data pendukung bagi guru dalam menganalisa hasil pembelajaran berbantuan web.

3. Penelitian ini hanya dilakukan satu kali dan tidak dilakukan replikasi (pengulangan). Bagi peneliti lain sebaiknya melakukan replikasi (pengulangan) agar tingkat keyakinan terhadap hasil penelitian menjadi tinggi. 4. Hasil penelitian ini hanya mengungkap aspek kognitif dan tidak mengungkap aspek afektif dan psikomotor. Bagi peneliti lain sebaiknya perlu diimbangi dengan aspek-aspek tersebut serta mengiplementasikan di lingkungan terdekat misalnya lingkungan sekolah.


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PQ4R BERBANTUAN KARTU MASALAH TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VIII

1 17 276

PEMBELAJARAN MODEL TABA BERBANTUAN GSP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VII MATERI SEGIEMPAT

3 47 516

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning (PBL) Terhadap Keterampilan Memecahkan Masalah Pada Konsep Keanekaragaman Hayati

1 13 250

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH BELAJAR IPS TERPADU MELALUI Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Belajar Ips Terpadu Melalui Pendekatan Saintifik Dengan Model Pembelajaran Problem Bas

0 2 12

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH BELAJAR IPS TERPADU MELALUI Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Belajar Ips Terpadu Melalui Pendekatan Saintifik Dengan Model Pembelajaran Problem Bas

0 2 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMECAHAN MASALAH METEMATIKA SISWA.

0 1 38

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK SISWA.

0 0 39

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN EXELEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI SUHU DAN KALOR.

1 2 52

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE TECHNOLOGY AND SOCIETY (STS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MEMECAHKAN MASALAH SOSIAL SISWA.

0 3 68

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik

0 0 11