PRIVATISASI BUMN DI INDONESIA PADA MASA ORDE BARU : Ditinjau dari Peranan IMF antara Tahun 1967-1998.

(1)

NO. DAFTAR FPIPS: 1293/UN.40.2.3/PL/2012

PRIVATISASI BUMN DI INDONESIA PADA MASA ORDE BARU

(Ditinjau dari Peranan IMF Antara Tahun 1967-1998)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Pendidikan Sejarah

Oleh :

Feni Endah Nurfitriyani (0705783)

Jurusan Pendidikan Sejarah

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia


(2)

PERNYATAAN

Saya e yataka bahwa skripsi ya g berjudul: Privatisasi BUMN di Indonesia Pada Masa Orde Baru (Ditinjau dari Peranan IMF Antara Tahun 1967-1998) , i i adalah sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 31 Agustus 2012

Yang membuat pernyataan


(3)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Privatisasi BUMN di Indonesia Pada Masa Orde Baru (Ditinjau dari Peranan IMF antara Tahun 1967-1998). Adapun permasalahan pokoknya adalah bagaimana privatisasi BUMN di Indonesia masa Orde Baru apabila ditinjau dari peranan IMF antara tahun 1967-1998?. Dari masalah pokok tersebut, kemudian dibagi menjadi 3 pertanyaan penelitian, pertama, bagaimana kedudukan BUMN dalam perekonomian Indonesia?, kedua, bagaimana peranan IMF di Indonesia dalam hubungannya dengan privatisasi BUMN antara tahun 1967-1998?, ketiga, bagaimana dampak dari privatisasi BUMN antara tahun 1967-1998 terhadap perekonomian Indonesia?. Metode yang digunakan adalah metode historis, yaitu proses menguji dan menganalisis secara kritis data-data dan peninggalan peristiwa masa lampau melalui empat tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Teknik penelitian dilakukan dengan cara studi kepustakaan sebagai sumber utama. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan interdisipliner dengan menempatkan sejarah sebagai ilmu utama dibantu dengan konsep-konsep ilmu sosial, yaitu ilmu ekonomi dan politik. Hasil penelitian diperoleh penjelasan bahwa kedudukan BUMN dalam pandangan konstitusi sebagai pemenuh kebutuhan rakyat yang dikuasai dan dikelola oleh negara. BUMN dikenai kebijakan privatisasi yang pada mulanya sebagai konsekuensi dari pinjaman dana kepada IMF pada tahun 1966. Privatisasi BUMN masa Orde Baru diawali dari tahun 1967 setelah pengesahan Undang-Undang Penanaman Modal Asing tahun 1967 dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri tahun 1968. Setelah peraturan disahkan, maka terjadi privatisasi BUMN. Hingga akhir masa Orde Baru telah terjadi privatisasi BUMN pada sektor strategis, seperti telekomunikasi, listrik, air, batubara, kertas, perkebunan, semen, tambang minyak, dan lainnya. Peranan IMF dalam privatisasi BUMN sebagai penentu kebijakan pemerintah Orde Baru untuk melakukan privatisasi. IMF meminjamkan dana dengan syarat Indonesia bersedia melakukan privatisasi BUMN, hal tersebut disanggupi oleh pemerintah. Puncak kebijakan privatisasi masa Orde Baru adalah saat pemerintah meminjam dana kembali kepada IMF tahun 1998 untuk menanggulangi krisis moneter dengan salah satu persyaratannya privatisasi BUMN secara besar-besaran. Adapun dampak dari privatisasi BUMN yang digalakan oleh IMF melalui pemerintah Indonesia adalah mengalihkan kepemilikan BUMN kepada asing ataupun swasta, sehingga lambat laun Indonesia semakin kehilangan potensi kekayaannya dan dikuasai swasta. Maka, pinjaman dana kepada IMF membuat pemerintah selalu memiliki pinjaman dan menjadikan Indonesia tergantung terhadap dana asing. Pada akhirnya, pinjaman tersebut mensyaratkan kebijakan privatisasi yang dijalankan pemerintah Indonesia, sehingga privatisasi BUMN menjadi kebijakan ekonomi yang berjalan dibawah arahan IMF.


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR BAGAN ...xii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Rumusan Masalah ...10

1.3 Tujuan Penelitian ...10

1.4 Manfaat Penelitian ...11

1.5 Penjelasan Istilah ...12

1.6 Sistematika Penulisan ...15

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ...18

2.1 Sumber Buku ...18

2.2 Sumber Jurnal ...63

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...64

3.1 Metodologi Penelitian ...64

3.2 Teknik Pengumpulan Data ...68

3.3 Persiapan Penelitian ...69

3.3.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian ...69

3.3.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ...71

3.3.3 Proses Bimbingan ...72

3.4 Pelaksanaan Penelitian ...73


(5)

3.4.2 Kritik Sumber ...76

3.4.2.1 Kritik Eksternal ...76

3.4.2.2 Kritik Internal ...78

3.5 Interpretasi (Penafsiran Sumber) ...79

3.6 Laporan Hasil Penelitian ...81

BAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH ORDE BARU DALAM PRIVATISASI BUMN DITINJAU TAHUN 1967-1998 ...83

4.1 Kedudukan BUMN dalam Perekonomian Indonesia ...83

4.2 Peranan IMF di Indonesia dalam Hubungannya dengan Privatisasi BUMN di Indonesia antara tahun 1967-1998 ...92

4.2.1 Perekonomian Indonesia dalam Krisis: Menelusuri Upaya Pemerintah Melalui Kebijakan Dalam Negeri ...92

4.2.2 Penanggulangan Krisis Ekonomi Melalui Asing ...95

4.2.3 IMF dan Indonesia ...104

4.2.3.1 IMF: Lembaga Pendonor Dana Internasional ...104

4.2.3.2 Indonesia dan Keanggotaan IMF ...107

4.2.4 Konsekuensi Indonesia Berutang Pada IMF: Privatisasi BUMN ...113

4.2.5 Privatisasi BUMN Berdasarkan Jenis Bidang Usaha ...125

4.2.5.1 Pertamina...125

4.2.5.2 Perusahaan Listrik Negara ...126

4.2.5.3 Pertambangan Batubara ...129

4.2.5.4 PDAM ...130

4.2.6 Privatisasi BUMN Berdasarkan Kronologi Waktu ...132

4.2.6.1 Privatisasi BUMN Antara Tahun 1967-1982 ...133

4.2.6.2 Privatisasi BUMN Antara Tahun 1983-1990 ...141

4.2.6.3 Privatisasi BUMN Antara Tahun 1991-1998 ...146

4.3 Dampak dari Privatisasi BUMN Antara Tahun 1967-1998 Terhadap Perekonomian Indonesia ...165


(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...177 5.1 Kesimpulan ...177 5.2 Saran ...182

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Nasionalisasi Perusahaan Belanda Tahun 1958-1960 ...90

Tabel 4.2 Utang Luar Negeri Indonesia s.d 31 Desember 1965 ...95

Tabel 4.3 Privatisasi BUMN tahun 1967-1987 ...141

Tabel 4.4 Daftar Penasihat Keuangan Internasional BUMN Tahun 1998 ...158


(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Pendefisian Privatisasi Menurut Akademisi dan Para Ahli Ekonomi ...27 Bagan 4.1 Pendefinisan Privatisasi Menurut Akademisi dan Para Ahli Ekonomi ...120


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang memiliki konstitusi sejak disahkannya pada tanggal 18 Agustus 1945 yang disebut Undang-Undang Dasar 1945 atau disingkat UUD ’45. Secara garis besar dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum mengenai prinsip yang mengatur kekuasaan pemerintah, hak rakyat, dan hubungan di antara keduanya. Pasal-Pasal yang tertera dalam Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya mengatur mengenai hak asasi manusia, agama, pendidikan, keamanan negara dan mengenai ekonomi. Pasal mengenai perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial tercantum dalam Pasal 33, terdapat 3 ayat prototipe dan tambahan 2 ayat yang diamandemen pada tanggal 10 Agustus 2002, jadi saat ini Pasal 33 memiliki 5 ayat, sedangkan sampai akhir masa Orde Baru Pasal 33 masih memiliki 3 ayat. Berikut bunyi dari Pasal 33:

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas kekeluargaan

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara

3. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (R. Ibrahim, 1997: 2).


(10)

Setiap Pasal dalam konstitusi negara tentu memiliki penjelasan tertentu, begitu pun pada Pasal tentang perekonomian, berikut penjelasan mengenai Pasal 33 UUD ‘45:

Dalam Pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang.

Perekonomian berdasarkan atas demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi segala orang. Sebab itu cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Kalau tidak, tampuk produksi jatuh ke tangan orang seorang yang berkuasa dan rakyat banyak ditindasnya. Hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak boleh ditangan orang seorang. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemampuan rakyat (Simorangkir dalam R. Ibrahim, 1997: 51-52).

Dilihat dari penjelasan di atas dan dari kacamata konstitusi perekonomian Indonesia, sesuai amanah UUD ’45 dalam Pasal 33 bahwa potensi kekayaan alam adalah dikuasai oleh negara yang dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sehingga hanya negaralah yang memiliki wewenang untuk mengurusi potensi kekayaan alam produksi dari kekayaan ini dan juga pengurusan kebutuhan publik. Tentu potensi alam dan pengolahan kebutuhan publik ini memiliki peranan penting bagi kebutuhan rakyat, sehingga hasil dari pengelolaan ini dipergunakan untuk kemakmuran rakyat sebesar-besarnya.

Negeri Indonesia merupakan negeri yang memiliki kekayaan alam dan penduduk yang harus dipenuhi kebutuhan sehari-harinya. Setiap jenis kekayaan alam dan kebutuhan publik ini tentunya membutuhkan suatu badan yang


(11)

mengolah, memproduksi, dan mendistribusikan hasil olahan. Badan-badan ini diharuskan memiliki kapabilitas dalam pengelolaannya. Namun tetap dalam pengolahan kekayaan alam dan pengelolaan kebutuhan rakyat ini dibawah otoritas pemerintah, sedangkan badan itu hanya bersifat pengelola, sesuai amanat konstitusi.

Wibisono (R. Ibrahim, 1997: 110) mengemukakan bahwa: ‘Pada periode ini, Perusahaan Negara dipakai untuk mengembangkan usaha public utilities yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan industri vital strategis. Dengan ciri-ciri bersifat strategis dan modal pemerintah.’ Selanjutnya BUMN pada masa ini dikuasai oleh negara:

Penguasaan oleh negara dimaksudkan untuk mewujudkan kepentingan negara dan kesejahteraan masyarakat, dengan melakukan usaha-usaha ekonomi dalam bidang-bidang tertentu yang memenuhi unsur kepentingan negara dan menguasai hajat hidup orang banyak (R. Ibrahim, 1997: 110).

Pembahasan mengenai BUMN tidak bisa dilepaskan dengan kondisi perekonomian Indonesia. Mengikuti perkembangan perekonomian Indonesia pada awal Orde Baru, pemerintahan menghadapi beberapa permasalahan. Diantaranya, kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi sekitar 650% sehingga berefek pada pelonjakan harga-harga. Masalah berikutnya rehabilitasi secara fisik, baik itu infrastuktur bangunan, rehabilitasi ekspor dan rehabilitasi alat-alat yang banyak mengalami kerusakan (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 430-431).


(12)

Selain itu Indonesia memiliki utang luar negeri sekitar 2,3 milyar dollar. Pemerintah diwajibkan membayarnya pada tahun 1967 ditambah dengan tunggakan-tunggakan dari tahun sebelumnya. Jumlahnya diperkirakan meliputi 500 juta dollar (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 431).

Oleh karena itu, untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, maka pemerintah mengeluarkan Ketetapan No. XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan. Selain itu dikeluarkan pula Peraturan 3 Oktober 1966, tentang Pokok-Pokok Regulasi, peraturan ini memuat pokok-pokok antara lain tentang:

1. Anggaran belanja yang berimbang (balanced budget) untuk meniadakan salah satu sebab bagi inflasi, yaitu defisit dalam anggaran belanja;

2. Pengekangan ekspansi kredit untuk usaha-usaha produktif, khususnya di bidang pangan, eksport, prasarana dan industri;

3. Penundaan pembayaran utang-utang luar negeri (rescheduling) dan usaha mendapatkan kredit baru;

4. Penanaman modal asing guna membuka kesempatan pada luar negeri untuk turut serta membuka alam Indonesia, membuka kesempatan kerja serta membantu usaha peningkatan nasional (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 434).

Pada tahun 1967 lahirlah UU No. 1 tentang Penanaman Modal Asing (PMA), selanjutnya disingkat menjadi UU PMA. Latar belakang munculnya peraturan ini tertera di dalam pertimbangan Undang-undangnya bahwa negeri ini memiliki potensi kekayaan alam yang melimpah namun dalam pengelolaannya tersendat dengan kendala kemampuan teknologi, kemampuan sumber daya manusia (SDM) dan ketiadaan modal. Sehingga diharapkan dengan disahkannya UU PMA ini, maka investor asing masuk, dan membantu permasalahan


(13)

pengelolaan SDA dalam negeri. UU PMA disahkan pada tanggal 10 Januari 1967, sehari sebelumnya pada tanggal 9 Januari 1967 dibentuk suatu badan dengan nama Badan Pertimbangan Penanaman Modal Asing, yang langsung dipimpin oleh Ketua Presidium Kabinet Jenderal Soeharto beserta beberapa menteri sebagai anggota (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 434).

Dengan adanya UU No.1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing maka menjadi pelegalan bagi investor untuk memiliki BUMN dengan dominasi keuntungan untuk investor. BUMN memiliki fungsi penting dalam perekonomian Indonesia, salah satunya sebagai penyelenggara kepentingan umum. Sehingga dikhawatirkan apabila BUMN dilegalkan untuk diprivatisasi pemenuhan kepentingan umum menjadi terabaikan. BUMN sesuai amanat konstitusi UUD ’45 sebagai pelayan bagi kepentingan rakyat negeri ini. BUMN juga menjadi salah satu stabilisator perekonomian negara. Pada perkembangannya BUMN bukan hanya bisa dimiliki investor asing, namun para pengusaha dalam negeri pun bisa mengelola dan memiliki BUMN yang peraturannya telah disahkan tahun 1968 dengan adanya Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri.

Kendatipun telah direalisasikan payung hukum bagi para investor asing dan dalam negeri, namun kinerja BUMN belum mampu mengangkat perekonomian Indonesia. Indonesia masih terlilit utang yang harus segera dibayar. Maka Indonesia kembali meminta bantuan kepada lembaga keuangan Internasional, yaitu IMF yang diharapkan bisa membantu permasalahan perekonomian Indonesia.


(14)

Pada tanggal 23 Februari 1967, Indonesia resmi kembali menjadi anggota sebuah lembaga keuangan internasional, yaitu IMF (International Monetary Fund). Sebelumnya Indonesia pernah menjadi anggota IMF pada tanggal 15 April 1954, dan pada bulan Mei tahun 1965 Indonesia keluar dari IMF. Dengan masuknya kembali Indonesia ke lembaga keuangan Internasional ini diharapkan mampu membantu Indonesia keluar dari permasalahan ekonomi yang belum tuntas dari masa awal kemerdekaan.

Terdapat hubungan Indonesia dengan IMF selama tidak menjadi anggotanya, sekitar tahun 1965-1967 pemerintah Indonesia pernah mengundang IMF pada bulan juni 1966. Undangan ini dimaksudkan untuk membantu pemerintah dalam menyiapkan informasi tentang keadaan negara, menilai kebutuhannya akan bantuan asing dan merumuskan upaya teknis untuk menstabilkan perekonomian. Hal semacam ini sangat diperlukan untuk memperoleh bantuan dan investasi asing (Mas’oed, 1989: 83-84).

Setelah itu setahun kemudian pada Februari 1967 Indonesia menjadi anggota IMF secara resmi. Dengan resminya Indonesia menjadi anggota IMF, Indonesia meminta bantuan IMF berupa dana untuk mengatasi hiper inflasi. IMF dalam membantu negara anggotanya memberikan syarat tertentu yang harus dijalankan oleh pemerintah negara anggota. Robinson dalam Umarhadi mengungkapkan syarat yang biasa diberikan kepada negara anggota secara garis besar ada 3 yaitu pertama, liberalisasi perdagangan dan keuangan yang membuka ekonomi pada pasar dunia; kedua, deregulasi yang mengalihkan negara dari peran


(15)

penentu kebijakan; ketiga, privatisasi perusahaan-perusahaan (Umarhadi, 2010: 12).

Indonesia melalui bantuan IMF, diharapkan berdampak terhadap perbaikan ekonomi Indonesia, termasuk mengenai BUMN dalam perekonomian nasional diharuskan sesuai dengan amanat UUD ’45, dimana potensi kekayaan alam Indonesia dan sumber hajat hidup orang banyak haruslah dikelola oleh negarayang hasilnya untuk kesejahteraan rakyatnya. Dengan adanya perjanjian dengan IMF terdapat kekhawatiran bahwa amanat UUD ’45 telah terabaikan karena pengalihan pengelolaan hajat hidup orang banyak kepada pihak asing atau swasta dan keuntungan yang diperoleh bukan untuk rakyat, tapi untuk asing atau swasta.

Program Privatisasi BUMN sempat mencuri perhatian berbagai kalangan, terutama para investor atau para pemilik modal. BUMN go public menjadi angin segar bagi para kapitalis asing maupun domestik. Namun muncul kekhawatiran dari peneliti akan adanya dominasi kepemilikan BUMN di tangan pemilik modal daripada pemerintah.

Selain privatisasi BUMN masih terdapat persyaratan lain dalam kerjasama Indonesia dengan IMF, yaitu devaluasi dan deregulasi. Devaluasi merupakan kebijakan untuk menurunkan nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Devaluasi berefek pada meningkatnya nilai mata uang asing terhadap rupiah, sehingga utang luar negeri Indonesia semakin membengkak. Sedangkan deregulasi menunjuk kebijakan pemerintah untuk mengurangi bahkan meniadakan


(16)

aturan administrasi yang mengekang kebebasan gerak modal, barang, dan jasa. Dengan kebebasan gerak produksi, distribusi dan konsumsi modal, barang, serta jasa itu, volume kegiatan bisnis swasta diharapkan melonjak. Kebijakan deregulasi dalam bidang perekonomian ini rentan terhadap ketidakstabilan ekonomi, karena swasta yang lebih banyak berperan, sedangkan pemerintah seakan tidak memiliki hak mengurus didalamnya, karena deregulasi mengurangi bahkan meniadakan aturan dari pemerintah. Sehingga bantuan dana dari IMF dengan berbagai persyaratannya perlu dikaji kembali, sejauh mana dalam mengangkat perekonomian Indonesia.

Penelitian ini berusaha menjawab isu yang berkembang di masyarakat, bahwasanya IMF memiliki peran vital dalam privatisasi BUMN di Indonesia. Penelitian dengan judul Privatisasi BUMN di Indonesia Pada Masa Orde Baru (Ditinjau dari Peranan IMF Antara Tahun 1967-1998) berusaha mengangkat secara ilmiah dan akademik sejauh mana IMF memiliki peranan dalam pengalihan kepemilikan BUMN dari pemerintah kepada pihak swasta atau asing. Penelitian ini mengangkat pada masa Orde Baru karena masuknya kembali Indonesia menjadi anggota IMF pada masa Orde Baru (meskipun ratifikasi dilakukan oleh Soekarno). Selain itu telah disahkannya Undang-Undang Penanaman Modal Asing tahun 1967.

Sejauh yang diketahui oleh peneliti, belum ada penulisan secara khusus mengenai privatisasi BUMN di Indonesia yang mengambil pembabakan waktu pada masa Orde Baru dilihat dari peranan IMF. Penelitian pun biasanya dilakukan dari bidang studi ekonomi, sedangkan dari mahasiswa atau akademisi berlatar


(17)

belakang sejarah jarang ditemui. Sebagai mahasiswa pendidikan sejarah yang mempelajari Sejarah Perekonomian dan Sejarah Orde Baru memiliki tanggung jawab untuk melakukan penelitian mendalam mengenai peranan IMF dalam privatisasi BUMN di Indonesia pada masa Orde Baru. Dorongan ini muncul dengan banyaknya data dan fakta mengenai dampak privatisasi tersebut. Sehingga penelitian ini memiliki tingkat urgensitas yang tinggi. Sebagai mahasiswa pendidikan sejarah yang tinggal di negeri Indonesia menjadi suatu tantangan dan kesadaran dalam memperbaiki ekonomi di masa mendatang. Orde Baru telah berlalu, saat ini memasuki masa Reformasi, dimana perekonomian Indonesia belum terdapat kemajuan yang signifikan. Sejarah dipelajari untuk menjadi perbaikan di masa kini dan mendatang. Termasuk dari sisi ekonomi, sejarah ekonomi pada masa Orde Baru haruslah dijadikan cerminan bagi negeri ini dalam menata perekonomian Indonesia menuju perekonomian yang stabil.

1.2 Rumusan Masalah

Pada pembahasan Rumusan Masalah disusun berdasarkan pembatasan masalah dalam skripsi ini. Peneliti memfokuskan penelitian terhadap kondisi privatisasi BUMN di Indonesia pada masa Orde Baru pada tahun 1967-1998. Adapun rumusan masalah tersebut dirinci dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kedudukan BUMN dalam perekonomian Indonesia?

2. Bagaimana peranan IMF di Indonesia dalam hubungannya dengan privatisasi BUMN antara tahun 1967-1998?


(18)

3. Bagaimana dampak dari privatisasi BUMN antara tahun 1967-1998 terhadap perekonomian Indonesia?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah hasil yang ingin dicapai dalam sebuah penelitian. Secara garis besar tujuan dari penelitian ini adalah memaparkan privatisasi BUMN di Indonesia pada masa Orde Baru pada tahun 1967-1998 ditinjau dari peranan IMF. Adapun tujuan dari pembahasan penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan mengenai kedudukan BUMN dalam perekonomian Indonesia

2. Menguraikan peranan IMF di Indonesia dalam hubungannya dengan privatisasi BUMN antara tahun 1967-1998

3. Menjelaskan dampak dari privatisasi BUMN antara tahun 1967-1998 terhadap perekonomian Indonesia

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah kegunaan dari dilakukannya penelitian bagi pihak-pihak tertentu. Adapun manfaat dari penelitian yang berjudul Privatisasi BUMN di Indonesia Pada Masa Orde Baru (Ditinjau dari Peranan IMF Antara Tahun 1967-1998) adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, penelitian ini dijadikan sebagai pendalaman keilmuaan dengan mengkomparasikan ilmu sejarah dan ilmu ekonomi, agar memperkaya pengetahuan, sehingga diharapkan memiliki kemampuan multidisiplin ilmu sosial.


(19)

Kemudian meningkatkan keilmuan sejarah, khususnya Sejarah Orde Baru yang akan berguna bagi pengajaran sekolah dalam pembahasan Sejarah Indonesia masa Orde Baru.

2. Bagi civitas akademik, dapat meningkatkan kekritisan terhadap keadaan perpolitikan dan perekonomian Indonesia, khususnya di masa Orde Baru yang berpengaruh pada masa Reformasi. Menambah khazanah pengetahuan tentang sejarah perekonomian Orde Baru ditinjau dari kebijkan privatisasi dan meninjau peranan IMF di Indonesia. Selain itu, memberikan solusi alternatif untuk keluar dari permasalahan dalam hal privatisasi ini.

3. Bagi pemerintah, dijadikan sebagai bahan pertimbangan terhadap kebijakan privatisasi BUMN yang semakin meningkat penyelenggaraannya dan meninjau ulang kerjasama dengan IMF.

4. Bagi pembaca umum, penelitian ini bisa dijadikan sebagai gambaran privatisasi BUMN pada masa Orde Baru, dimana peristiwa sejarah dijadikan sebagai perbaikan di masa kini dan yang akan datang agar bisa menjadikan perekonomian negeri menjadi lebih baik.

I.5 Penjelasan Istilah

I. 5. 1. IMF

IMF adalah lembaga keuangan internasional. IMF merupakan singkatan dari International Monetary Fund yang artinya Dana Moneter Internasional. IMF dilahirkan melalui Pasal-Pasal Perjanjian yang dirumuskan dalam konferensi


(20)

internasional di bidang moneter dan keuangan (International Monetary and Financial Conference) di Bretton Woods, New Hampshire, USA, 1-22 Juli 1944 (Iqbal, 2007: 37).

IMF yang secara resmi berdiri tanggal 27 Desember 1945 setelah 29 negara menandatangani Pasal-Pasal Perjanjian (Iqbal, 2007: 37-38). Secara formal, tujuan dari pendirian IMF tersebut secara jelas tertera dalam Pasal-Pasal Perjanjian pendirian lembaga keuangan tersebut. Dalam hal ini, Pasal 1 dari Anggaran Dasar tersebut yang berisikan tujuan pendirian IMF, diantaranya:

 Untuk mendorong kerjasama moneter internasional melalui suatu lembaga yang permanen yang menyediakan mekanisme untuk konsultasi dan kerjasama dalam pemecahan permasalahan moneter internasional.

 Untuk membantu tercapainya perluasan dan keseimbangan pertumbuhan perdagangan internasional, dan untuk menyumbang tercapainya tingkat employment dan tingkat pendapatan nasional yang tinggi serta untuk pengembangan sumber daya produktif dari semua negara anggota sebagai tujuan utama kebijakan ekonomi.

 Untuk menciptakan kembali kepercayaan di negara anggota dengan memberikan bantuan keuangan secara temporer dengan tetap memperhatikan unsur keamanan dana tersebut, sehingga dapat memberikan kesempatan untuk memperbaiki ketidakseimbangan neraca pembayaran tanpa harus menggunakan cara-cara yang merusak kemakmuran nasional atau internasional (Harinowo, 2004: 80).


(21)

I. 5. 2. Privatisasi

Privatisasi (swastanisasi) adalah denasionalisasi dari suatu indusri, merubahnya dari kepemilikan pemerintah ke pemilikan swasta. Tingkat kepemilikan negara terhadap industry sangat tergantung pada ideologi politis di mana pendukung-pendukung perekonomian yang terencana secara terpusat mengupayakan lebih banyak nasionalisasi, dan penyokong perekonomian perusahaan swasta lebih menyukai sedikit atau tidak ada nasionalisasi sama sekali (Pass & Lowes, 1994: 519).

I. 5. 3. BUMN

BUMN merupakan singkatan dari Badan Usaha Milik Negara. Badan Usaha Milik Negara (atau BUMN) ialah badan usaha yang permodalannya seluruhnya atau sebagian dimiliki oleh Pemerintah. Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang sebagian atau seluruh kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. BUMN dapat pula berupa perusahaan nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat (http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Usaha_Milik_Negara).

I. 5. 4. Orde Baru

Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Negeri Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada masa Orde Lama.


(22)

Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam yangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenyangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar. Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun

1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998

(http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_%281966-1998%29).

Pada masa Orde Baru Indonesia kembali menjadi anggota IMF, setelah sebelumnya sempat keluar dari lembaga keuangan Internasional ini pada masa Soekarno pada bulan Mei 1965. Indonesia resmi kembali menjadi anggota IMF pada tanggal 23 Februari 1967.

I. 6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi yang peneliti susun disesuaikan berdasarkan buku pedoman penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada tahun 2012. Skripsi yang disusun ini terdiri dari 5 bab. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang masalah, dimana peneliti memaparkan alasannya mengapa penelitian yang berjudul Privatisasi BUMN di Indonesia Pada Masa Orde Baru (Ditinjau dari Peranan IMF Tahun 1967-1998) penting untuk


(23)

diteliti mendalam. Kemudian pada bab pendahuluan ini terdapat rumusan masalah, yaitu mengenai batasan masalah yang diteliti agar memiliki koridor yang jelas dalam penelitian sehingga pembahasan tidak meluas. Pada rumusan masalah ini dijabarkan 3 pertanyaan besar yang akan diteliti oleh peneliti, yaitu pertama Bagaimana kedudukan BUMN dalam perekonomian Indonesia? Kedua, Bagaimana peranan IMF di Indonesia dalam hubungannya dengan privatisasi BUMN antara tahun 1967-1998? dan ketiga, Bagaimana dampak dari privatisasi BUMN antara tahun 1967-1998 terhadap perekonomian Indonesia?. Subbab selanjutnya pada bab I ini membahas mengenai tujuan penelitian, dimana peneliti akan menjawab dari pertanyaan penelitian yang dipaparkan dalam rumusan masalah yang telah ditentukan. Kemudian dijelaskan mengenai manfaat penelitian bagi peneliti, civitas akademik, pemerintah dan pembaca umum. Selanjutnya terdapat subbab penjelasan istilah yang merupakan identifikasi dari kata-kata yang tertera pada judul, sehingga lebih mudah difahami maksud dari penelitian ini. Subbab terakhir dari bab I ini adalah sistematika penulisan, dimana dijabarkan secara naratif mengenai skripsi ini.

Bab II Kajian Pustaka

Pada bab ini dijelaskan mengenai kajian pustaka yang merupakan tinjauan terhadap sumber-sumber yang akan dikaji oleh peneliti. Sumber-sumber tersebut dipaparkan secara ringkas sehingga menunjukan korelasinya dengan permasalahan yang sedang diteliti. Sumber yang peneliti kaji adalah buku, undang-undang, majalah, internet. Selanjutnya terdapat landasan teoritik, merupakan teori yang digunakan oleh peneliti.


(24)

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini dipaparkan mengenai metodologi dan tehnik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Skripsi yang sedang diteliti ini metodologi penelitiannya menggunakan metodologi sejarah. Langkah-langkah penelitian yang akan ditempuh oleh peneliti adalah heuristik (pengumpulan sumber), kritik eksternal dan kritik internal, dan penulisan sejarah (historiografi) yang didalamnya terdapat penafsiran, penjelasan dan penyajian

Bab IV Kebijakan pemerintah Orde Baru dalam Privatisasi BUMN di Indonesia ditinjau dari peranan IMF tahun 1967-1998

Bab ini merupakan bab yang mengupas tuntas mengenai hasil penelitian dengan 3 kerangka besar, yaitu kedudukan BUMN dalam perekonomian Indonesia, peranan IMF di Indonesia dalam hubungannya dengan privatisasi BUMN antara tahun 1967-1998, dan terakhir membahas mengenai dampak dari privatisasi BUMN antara tahun 1967-1998 terhadap perekonomian Indonesia.

Bab V Kesimpulan

Pada bab V ini merupakan kesimpulan dari penelitian mengenai Privatisasi BUMN di Indonesia pada masa Orde Baru (ditinjau dari peranan IMF antara tahun 1967-1998). Kesimpulan adalah hasil akhir dari jawaban penelitian berupa analisis dari peneliti terhadap permasalahan yang telah dikaji dengan pemaparan yang komprehensif.


(25)

(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Bab III merupakan penjabaran dari metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam proses penelitian yang berjudul “Privatisasi BUMN di Indonesia Pada Masa Orde Baru (Ditinjau dari Peranan IMF Antara Tahun 1967-1998)”. Metode yang digunakan oleh peneliti dalam menyelesaikan proses penelitian ini adalah metode sejarah atau metode historis.

Gottschalk dalam bukunya yang berjudul “Mengerti Sejarah” mengungkapkan mengenai pengertian metode sejarah sebagai berikut:

Metode Sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Rekonstruksi yang imajinatif daripada masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses itu disebut historiografi (penulisan sejarah). Dengan mempergunakan metode sejarah dan historiografi (yang sering dipersatukan dengan nama metode sejarah) sejarawan berusaha untuk merekonstruksi sebanyak-banyaknya daripada masa lampau manusia (Gottschalk, 1985: 32).

Metode Penelitian Sejarah menurut Abdurrahman adalah penyelidikan atas suatu masalah dengan mengaplikasikan jalan pemecahannya dari perspektif historis. Menurut Gilbert J. Garraghan dalam Abdurrahman metode penelitian sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis, dan mengajukan


(27)

sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tulisan (Abdurrahman, 2007: 53).

Ismaun dalam bukunya yang berjudul “Sejarah Sebagai Ilmu” berpendapat bahwa metode sejarah ialah rekonstruksi imajinatif tentang gambaran masa lampau peristiwa-peristiwa sejarah secara kritis dan analisis berdasarkan bukti-bukti dan data peninggalan masa lampau yang disebut sumber sejarah (Ismaun, 2005: 34)

Menurut Hugiono dan Poerwantana dalam buku “Pengantar Ilmu Sejarah” diungkapkan bahwa metode sejarah hendaknya diartikan yang lebih luas, tidak hanya pelajaran mengenai analisa kritis saja, melainkan juga meliputi usaha sintesa daripada data yang ada sehingga menjadi penyajian dan kisah sejarah yang dapat dipercaya. Metode Sejarah bertujuan memastikan dan mengatakan kembali fakta masa lampau (Hugiono dan Poerwantana, 1992: 25).

Peneliti cenderung kepada definisi yang diungkapkan oleh Ismaun, metode sejarah adalah rekonstruksi imajinatif mengenai peristiwa masa lampau yang dilakukan oleh peneliti sejarah melalui bukti dan data peninggalan sejarah dengan menggunakan analisa kritis dalam melakukan interpretasi sejarah.

Dalam penelitian sejarah dibutuhkan tahapan-tahapan tertentu untuk menjadikan penelitian ini ilmiah dan sesuai dengan kaidah metode sejarah. Gottschalk menggunakan 4 tahapan dalam penulisan sejarah, yaitu:

1. Pengumpulan obyek yang berasal dari jaman itu dan pengumpulan bahan-bahan tercetak, tertulis, dan lisan yang boleh jadi relevan;


(28)

2. Menyingkirkan bahan-bahan (atau bagian-bagian daripadanya) yang tidak otentik;

3. Menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya mengenai bahan-bahan yang otentik;

4. Penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya itu menjadi sesuatu kisah atau penyajian yang berarti (Gottschalk, 1985: 18).

Menurut Abdurrahman dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Penelitian Sejarah” terbit tahun 2007 mengungkapkan dengan singkat terdapat 4 langkah dalam penelitian sejarah, yaitu:

1. Heuristik

2. Kritik atau verifikasi

3. Interpretasi atau aumassung

4. Historiografi atau darstellung (Abdurrahman, 2007: 64)

Menurut Wood Gray dikutip oleh Sjamsuddin tahun 2007, terdapat enam langkah Penelitian Sejarah yaitu:

1) Memilih suatu topik yang sesuai;

2) Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik;

3) Membuat catatan tentang itu apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung (misalnya dengan menggunakan system cards); sekarang dengan adanya fotokopi, computer, internet menjadi lebih mudah dan membuat system cards “ketinggalan jaman”


(29)

4) Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik sumber);

5) Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya;

6) Menyajikannya dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasinnya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin (Sjamsuddin, 2007: 89).

Dalam bukunya Sjamsuddin yang berjudul “Metodologi Sejarah” dibedakan mengenai metode dan metodologi, Sjamsuddin mengambil dari kamus The New Lexicon mengenai pengertian metode yang merupakan suatu cara untuk berbuat sesuatu; suatu prosedur untuk mengerjakan sesuatu; keteraturan dalam berbuat, berencana, dll; suatu susunan atau sistem yang teratur. Sehingga metode ada hubungannya dengan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam penyelidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang diteliti.

Sedangkan metodologi dalam kamus The New Lexicon adalah suatu cabang filsafat yang berhubungan dengan ilmu tentang metode atau prosedur, suatu sistem tentang metode-metode dan aturan-aturan yang digunakan dalam sains (science) (Sjamsuddin, 2007: 13-14).

Peneliti mengambil tahapan yang yang dikemukakan oleh Abdurrahman, yaitu Heuristik, Kritik atau Verifikasi, Interpretasi dan Historiografi. Hal ini


(30)

dikarenakan pendapat Abdurrahman lebih ringkas dengan memasukan poin-poin besar dalam langkah penelitian sejarah, dan lebih mudah dimengerti.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah studi literatur. Teknik studi literatur adalah teknik mempelajari, memilih dan menganalisis sumber-sumber dari buku-buku, jurnal, dokumen, internet dan sumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan topik pembahasan penelitian. Dalam studi literatur ini dibutuhkan data-data mengenai lembaga IMF, data BUMN, privatisasi BUMN di masa Orde Baru, kebijakan ekonomi politik Orde Baru, perjanjian (LoI) antara IMF dan pemerintah Orde Baru dan data yang relevan dengan penelitian ini. Dalam proses mendapatkan sumber untuk bahan penelitian, peneliti mengunjungi berbagai tempat yang dipandang tepat dan relevan membantu penelitian ini. Berikut tempat yang dikunjungi oleh peneliti:

1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia 2. Perpustakaan Universitas Indonesia

3. Perpustakaan Universitas Gajah Mada 4. Toko Buku Gramedia

5. Toko Buku Karisma

6. Pertokoan Buku di Kwitang Jakarta 7. Pertokoan Buku di Palasari Bandung 8. Pameran Buku Bandung


(31)

3.3 Persiapan Penelitian

3.3.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Dalam mencari tema penelitian Alfian mengungkapkan dalam Abdurrahman bahwa mencari tema dikembalikan kepada motif penelitian, yakni bukanlah semata-mata untuk menghasilkan karya yang bersifat kompilasi, melainkan juga dapat memberikan sumbangan baru para perkembangan ilmu pengetahuan dengan menggunakan data baru dari penemuannya dalam melaksanakan penelitian atau interpretasi baru terhadap data yang telah lama dikenal orang (Alfian, 1994: 2 dalam Abdurrahman, 2007: 55).

Gottschalk dalam menentukan subyek penelitian mengemukakan empat perangkat pertanyaan:

(1) Perangkat pertanyaan yang pertama bersifat geografis. Yang menjadi focus interogratif: “Dimana?” wilayah dunia yang mana yang ingin saya pelajari?

(2) Perangkat pertanyaan kedua bersifat biografis. Dan dipusatkan disekitar interogratif: “Siapa?” saya menaruh minat kepada orang apa?

(3) Perangkat pertanyaan yang ketiga bersifat kronologis. Dan dipusatkan di sekitar interogratif: “Bilamana?” periode mana pada masa lampau yang ingin saya pelajari?

(4) Perangkat pertanyaan yang keempat bersifat fungsional, atau okupasionil

dan berkisar disekitar interogratif: “Apa?” Lingkungan manusia yang

mana yang paling menarik minat saya? Kegiatan manusia jenis apa? (Gottschalk, 1985: 41).


(32)

Topik penelitian diambil dari mata kuliah yang pernah dipelajari selama perkuliahan di Jurusan Pendidikan Sejarah UPI, yaitu Mata Kuliah Sejarah Perekonomian dan Mata Kuliah Sejarah Orde Baru & Reformasi. Kedua mata kuliah ini menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam pengambilan tema penelitian. Peneliti memutuskan untuk mengambil tema Sejarah Ekonomi pada Masa Orde Baru.

Dalam buku Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah dan Perspektif karya Taufik Abdullah dan Abdurrachman Surjomihardjo mengambil pendapat Douglas C. North mengemukakan mengenai Sejarah Ekonomi:

Sejarah ekonomi secara garis besar, mempunyai perhatian mengenai kegiatan ekonomi masa lampau. Masalah-masalah yang ada hubungannya dengan seorang sejarawan ekonomi luasnya sama dengan minatnya terhadap pertumbuhan, kemandekan atau merosotnya ekonomi; kemakmuran kelompok-kelompok individual dalam ekonomi senada dengan arah perubahan ekonomi, serta hubungan timbal balik antara organisasi ekonomi dan kegiatannya.

Masalah besar dari sejarah ekonomi menitikberatkan pada dua kategori: (1) keseluruhan pertumbuhan ekonomi sepanjang waktu dan faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan itu (atau kemandekan atau kemerosotan), dan (2) distribusi pendapatan dalam ekonomi tersebut bagi arah pertumbuhan atau kemunduran (Abdullah dan Surjomihardjo, 1985: 171).

Peneliti memiliki pertimbangan mengapa memilih Sejarah Ekonomi Pada Masa Orde Baru. Peneliti selama ini sering mendapatkan wacana mengenai privatisasi BUMN di Indonesia dari Masa Orde Baru hingga saat ini (Masa Reformasi), dimana kebijakan ini diwacanakan bermula dari kesepakatan pemerintah Indonesia dengan IMF. Pandangan beberapa ekonom dan politisi mengenai dampak positif maupun negatif dari kebijakan privatisasi yang


(33)

dirasakan oleh masyarakat Indonesia, seringkali didengar oleh peneliti. Peneliti bermaksud melakukan tinjauan atas wacana yang sering dikemukakan di khalyak publik mengenai kebijakan privatisasi, bahkan sampai saat ini pemerintah semakin sering melakukan privatisasi BUMN kepada pihak swasta, terutama para pemodal asing. Peneliti juga telah mencari mengenai penelitian sejarah terkait perekonomian Orde Baru dari aspek privatisasi BUMN belum dilakukan penelitian oleh para akademisi di Jurusan Pendidikan Sejarah UPI. Dengan pertimbangan tersebut akhirnya peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian ini.

3.3.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Peneliti merancang proposal yang berisikan hal-hal berikut:

1. Judul

2. Latar Belakang Masalah 3. Rumusan Masalah 4. Tujuan Penelitian 5. Manfaat Penelitian 6. Tinjauan Pustaka

7. Metode dan Teknik Penelitian 8. Sistematika Penulisan

9. Daftar Pustaka

Peneliti mengajukan proposal kepada Wakil Ketua TPPS Jurusan Pendidikan Sejarah yaitu Drs. Ayi Budi Santoso, M.Si. untuk dipertimbangkan


(34)

dan bisa diseminarkan. Judul proposal yang diajukan adalah “Keterlibatan IMF dalam Privatisasi BUMN di Indonesia Pada Masa Orde Baru Tahun 1967-1997.”. Akhirnya Wakil Ketua TPPS mengizinkan dengan syarat direvisi terlebih dahulu. Peneliti mendapatkan nomor urut 128 / TPPS/ JPS/ 2010 untuk dilaksanakannya seminar proposal. Pelaksanaan seminar proposal dilakukan pada tanggal 22 Desember 2010. Dalam proses seminar proposal peneliti mendapatkan banyak masukan dari dosen-dosen, untuk memperbaiki proposal agar lebih baik dan melanjutkan kepada tahap penulisan skripsi. Akhirnya ditetapkanlah pembimbing skripsi peneliti yaitu pembimbing I Ibu Dr. Erlina Wiyanarti, M.Pd. dan pembimbing II Ibu Farida Sarimaya, S.Pd., M.Si.

3.3.3 Proses Bimbingan

Proses Bimbingan merupakan proses yang dilakukan oleh peneliti dengan dosen pembimbing dalam menjalankan penelitian skripsi ini yang mampu menjadikan penelitian terarah, ilmiah, dan sesuai prosedur akademik. Prose bimbingan yang dilakukan oleh peneliti memiliki tingkat urgensitas yang tinggi dalam dalam penelitian, karena didalamnya terdapat proses konsultasi, diskusi, motivasi dan membuat arahan penelitian semakin jelas bagi peneliti. Proses bimbingan disesuaikan dengan kesepakatan antara peneliti dan dosen pembimbing. Proses bimbingan ini menghadapi kendala dari peneliti, karena peneliti mengontrak mata kuliah Program Latihan Profesi (PLP) dan diharuskan senin sampai sabtu ke sekolah. Sehingga selama PLP peneliti tidak melakukan proses bimbingan. Setelah PLP peneliti kembali melakukan proses bimbingan dengan dosen pembimbing.


(35)

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Heuristik (Pengumpulan Sumber)

Menurut G.J Renier dalam buku Abdurrahman yang berjudul “Metodologi Penelitian Sejarah”, heuristik adalah suatu teknik, suatu seni, bukan suatu ilmu. Oleh karena itu, heuristik tidak mempunyai peraturan-peraturan umum. Heuristik sering kali merupakan suatu keterampilan dalam menemukan, menangani, memerinci bibiliografi dan mengklasifikasi catatan-catatan (Abdurrahman, 2007: 64).

Peneliti melakukan pencarian sumber sejarah ke beberapa tempat, yaitu:

1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia

Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) adalah tempat yang pertama kali dikunjungi oleh peneliti. Di perpustakaan ini didapatkan beberapa buku, yaitu (1) Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri karya Ismail Sunny dan Rudioro Rochmat; (2) Sumber Luar Negeri Bagi Pembangunan Indonesia karya Zulkarnain Djamin; (3) Teori-Teori Keterbelakangan karya Ian Roxborough; (4) Teori Pembangunan Dunia Ketiga karya Arief Budiman

2. Perpustakaan Universitas Indonesia

Kunjungan ke perpustakaan Universitas Indonesia dilakukan oleh peneliti untuk mencari sumber namun di perpustakaan ini tidak mendapatkan buku karena perpustakaannya sedang dalam proses pemindahan ke perpustakaan yang baru.


(36)

3. Perpustakaan Universitas Gajah Mada

Di perpustakaan Universitas Gajah Mada peneliti menemukan banyak buku, diantaranya: (1) Privatisasi di Indonesia: Teori dan Implementasi karya Indra Bastian, (2) Ekonomi dan Struktur Politik: Orde Baru 1966-1971 karya

Mohtar Mas’oed, (3) Hutang itu Hutang editornya Roem Topatimasang.

4. Toko Buku Gramedia

Di Toko Buku Gramedia peneliti berhasil mendapatkan 2 buku yang berhubungan dengan penelitian, buku tersebut adalah (1) Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia: Jalan Baru Membangun Indonesia karya Ishak Rafick, (2) Jebakan Liberalisasi: Pragmatisme, Dominasi Asing dan Ketergantungan Ekonomi Indonesia karya Yoseph Umarhadi.

5. Pertokoan Buku di Kwitang Jakarta

IMF: Penanganan Krisis & Indonesia Pasca-IMF karya Cyrilus Harinowo.

6. Pertokoan Buku di Palasari Bandung

Pertokoan Buku di Palasari peneliti menemukan buku yang relevan dengan pembahasan penelitian, buku terssebut adalah: (1) Prospek BUMN dan Kepentingan Umum karya Ibrahim R., (2) Sejarah Nasional Indonesia VI karya Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, (3) Ekonomi Politik Globalisasi: Kajian Krisis Kapitalisme dan Perang Dunia Ketiga karya Darsono Prawiranegoro, (4) Soeharto: Sebuah Biografi Politik karya R. Elson.


(37)

7. Pameran Buku Bandung

(1) IMF: Penanganan Krisis & Indonesia Pasca-IMF, karya para ekonom Bank Indonesia.

8. Toko Buku Online

Dalam mencari sumber, bukan hanya perpustakaan dan toko buku yang dikunjungi, peneliti juga membeli buku secara online, berikut buku-buku yang dibeli, (1) BUMN Expose: Menguak Pengelolaan Aset Negara Senilai 2.000 Triliun Lebih karya Ishak Rafick dan Baso Amir, (2) Terjajah di Negeri Sendiri, karangan Revrisond Baswir dkk, (3) Strategi Pembangunan Indonesia Pasca IMF karya para peneliti dari CIReS (Centre for Interreligious Studies)/Puska (Pusat Kajian Antropologi) UI.

9. Buku Pinjaman dari Dosen Pembimbing Ibu Farida Sarimaya, S.Pd., M.Si.

Peneliti juga meminjam buku dari dosen pembimbing untuk lebih mempermudah analisis, buku tersebut berjudul Melawan Gurita Neoliberalisme karya Budi Winarno.

10.Buku Pinjaman dari teman

Peneliti meminjam buku dengan judul buku, Privatisasi dalam Pandangan Islam karya Rahmat S. Labib, buku ini memberikan analisis mengenai privatisasi di dunia, khususnya di Indonesia dalam pandangan Islam.


(38)

3.4.2 Kritik Sumber

Kritik sumber merupakan bagian dari metodologi sejarah yang harus dijalankan oleh peneliti dalam menuntaskan penelitian ini. Kritik sumber bertujuan untuk mencari kebenaran dari sebuah sumber. Peneliti diharuskan untuk mengerahkan kemampuan pikirannya untuk menguji keakuratan sumber. Pada kritik sumber ini terdapat 2 tahapan, yaitu kritik eksternal dan kritik internal.

3.4.2.1 Kritik Eksternal

Kritik eksternal adalah cara melakukan verifikasi atau pengjian terhadap aspek-aspek “luar” dari sumber sejarah (Sjamsuddin, 2007: 132).

Sebuah sumber sejarah (catatan harian, surat, buku) adalah otentik atau asli jika itu benar-benar adalah produk dari orang yang dianggap sebagai pemiliknya (atau dari periode yang dipercayai sebagai masanya jika tidak mungkin menandai pengarangnya) atau jika itu yang dimaksudkan oleh pengarangnya (Lucey, 1984: 47 dalam Sjamsuddin, 2007: 134).

Sumber-sumber yang digunakan oleh peneliti adalah buku dan jurnal yang diterbitkan pada masa Orde Baru dan masa Reformasi. Pengecekan sumber diantaranya dilakukan terhadap isi perjanjian (LoI) antara IMF dan Indonesia tahun 1998 yang telah diterjemahkan, terdapat dalam buku Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia: Jalan Baru Membangun Indonesia karya Ishak Rafick, maka peneliti melakukan cross check dengan dokumen lain dari buku lisensi BI, yaitu


(39)

IMF dan Stabilitas Keuangan Internasional. Bahasanya keduanya berbeda dalam mencantumkan LoI, buku dari Ishack Rafick berbahasa Indonesia, sedangkan buku lisensi BI menggunakan bahasa Inggris, kedua dokumennya berjudul sama Indonesia Memorandum of Economic and Financial Policies. Kemudian setelah diterjemahkan isinya sama antara kedua buku tersebut.

Peneliti juga melakukan tinjauan atas buku-buku yang digunakan, terutama dari sisi penulis. Penulis-penulis tersebut haruslah memiliki kapabilitas di bidang ekonomi, politik dan sejarah. Seperti buku IMF dan Stabilitas Keuangan Internasional merupakan buku yang dibawah lisensi Bank Indonesia dengan penulisnya merupakan para analis ekonomi pada Direktorat Internasional Bank Indonesia. Kemudian buku IMF: Penanganan Krisis & Indonesia Pasca-IMF penulisnya adalah Cyrillus Harinowo, dia pernah menjabat menjadi Alternate Executive Director IMF di Washington pada periode April 1998-Oktober 2000, juga merupakan Kandidat Gubernur Bank Indonesia pada tahun 2003, sehingga peneliti berpandangan bahwa buku ini memiliki nilai kapabilitas tinggi dalam membahas mengenai IMF. Selanjutnya buku Prospek BUMN dan Kepentingan Umum adalah Tesis Master Ilmu Hukum yang dibuat oleh Ibrahim R. Peneliti meninjau buku ini mengandung unsur hukum yang kuat dalam membahas mengenai BUMN di mata hukum. Termasuk buku lainnya dihasilkan dari para pakar di bidangnya.

Penelitian sejarah ditekankan pada aspek penggunaan sumber yang sesuai dengan tahun pembabakan dalam penelitian. Peneliti mengambil pembabakan masa Orde Baru, tahun 1967-1998, sehingga dibutuhkan buku yang selaras


(40)

dengan jiwa jaman. Buku yang peneliti gunakan yang sesuai tahun penelitian diantaranya, Ekonomi dan Struktur Politik Orde Baru 1966-1971 karya Mohtar

Mas’oed diterbitkan tahun 1989, dimana penulis merupakan Profesor Ilmu

Ekonomi UGM. Selanjutnya buku Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri karya Ismail Sunny dan Rudioro Rochmat diterbitkan pada tahun 1967, para penulis merupakan ahli hukum dan ketatanegaraan. Berikutnya buku Sejarah Nasional Indonesia VI karya Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto diterbitkan tahun 1993, kedua penulis merupakan Profesor Ilmu Sejarah UI.

3.4.2.2 Kritik Internal

Kritik internal menekankan aspek “dalam” yaitu isi dari sumber: kesaksian

(testimoni). Terdapat 2 hal yang harus diperhatikan dari kritik internal, yaitu

1. Arti sebenarnya dari kesaksian itu harus dipahami. Apa sebenarnya yang ingin dikatakan oleh penulis? Adalah mustahil untuk mengevaluasi sesuatu kesaksian kecuali orang thu jelas apa yang telah dikatakan. Sesuatu yang dikatakan tidak selalu jelas sehingga tidak mudah untuk memahami apa sebenarnya maksudnya.

2. Setelah fakta kesaksian dibuktikan dan setelah arti sebenarnya dari isinya telah dibuat sejelas mungkin, selanjutnya kredibilitas saksi harus ditegakkan. Saksi atau penulis harus jelas menunjukkan kompetensi


(41)

(competence) dan verasitas (veracity, kebenaran) (Lucey, 1984: 70; Cf. Ge 1950: 290-294 dalam Sjamsuddin, 2007: 144).

Peneliti melakukan 2 tahapan dalam kritik internal, pertama tahapan peninjauan keakuratan dan kedua membandingkan antara satu sumber dengan sumber lainnya. Sumber yang digunakan dalam penelitian berjudul Privatisasi BUMN di Indonesia Pada Masa Orde Baru (Ditinjau dari Peranan IMF Antara Tahun 1967-1998 adalah sumber tertulis, sehingga peneliti hanya membuat tinjauan/kritik internal terhadap buku-buku dan jurnal. Dalam kritik internal, dituntut untuk mendapatkan data yang akurat. Dalam proses penelitian, diharuskan untuk menganalisis data BUMN pada masa Orde Baru, maka peneliti menggunakan data mengenai BUMN yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan Republik Indonesia, Bank Indonesia atau dari sumber yang sudah dipercaya oleh berbagai kalangan. Selain itu, kritik internal dilakukan setelah mendapatkan sumber yang relevan dengan tema penelitian, selanjutnya peneliti melakukan perbandingan antara satu sumber dengan sumber lainnya terkait suatu pembahasan.

3.5 Interpretasi (Penafsiran Sumber)

Interpretasi sejarah sering disebut sebagai analisis sejarah. Dalam hal ini, ada dua metode yang digunakan, yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti menguraikan, sedangkan sintesis berarti menyatukan. Keduanya dipandang


(42)

sebagai metode utama di dalam interpretasi (Kuntowijoyo, 1995: 100 dalam Abdurrahman, 2007: 73).

Menurut Berkhofer yang dikutip Abdurrahman tahun 2007, analisis sejarah itu sendiri bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan suatu interpretasi yang menyeluruh (Abdurrahman, 2007: 73).

Interpretasi merupakan tahapan selanjutnya dalam penelitian sejarah, Interpretasi bermakna tafsiran ilmiah dari peristiwa sejarah berdasarkan perspektif dari peneliti sejarah.interpretasi dilakukan oleh peneliti untuk menafsirkan sumber-sumber yang telah didapatkan, dipilah dan dilakukan kritikan atasnya. Fakta yang telah didapatkan oleh peneliti menjadi bahan dasar interpretasi, sedangkan teori yang digunakan menjadi alat analisis dari fakta-fakta, sejauh mana relevansi penggunaan teori tersebut terhadap peristiwa yang terjadi. Penafsiran ini dilakukan dengan analisis kritis dengan bantuan ilmu bantu sosial lainnya, yaitu politik dan ekonomi.

Fakta yang didapatkan oleh peneliti mengenai perkembangan BUMN pada masa Orde Baru, latar belakang privatisasi BUMN, kebijakan pemerintah Orde Baru terhadap privatisasi BUMN, peranan IMF dalam kebijakan privatisasi BUMN dan analisis dampak dari privatisasi BUMN. Fakta-fakta yang berkaitan dengan pembahasan tadi dianalisis dan dilakukan penafsiran.


(43)

3.6 Laporan Hasil Penelitian

Laporan hasil penelitian dikenal dengan nama Historiografi. Menurut JH. Hexter dalam buku Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah dan Perspektif karya dkk memaparkan bahwa historiografi adalah cara untuk menyampaikan dalam bentuk tertulis, apa yang dalam pikiran sejarawan diketahuinya mengenai masa lampau. Penyampaian secara efisien atau efektif dalam menulis sejarah mengharuskannya untuk membeberkan apa yang diketahuinya menurut suatu prinsip koherensi Prinsip koherensi secara tradisional dan masih umum dipakai oleh para sejarawan ialah pengisahan (Abdullah dan Surjomihardjo, 1985: 250).

Hugiono dan Poerwantana mengungkapkan mengenai historiografi atau penulisan sejarah adalah cara untuk merekonstruksi suatu gambaran masa lampau berdasarkan data yang diperoleh. Selanjutnya kedua istilah yaitu metode dan histogiografi sering dipersatukan dengan nama metode sejarah (Hugiono dan Poerwantana, 1992: 25).

Historiografi merupakan langkah terakhir yang dilakukan oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah. Historiografi dilakukan apabila telah mencapai tahapan heuristik (pengumpulan data), kritik eksternal dan kritik internal, dan penafsiran. Laporan hasil penelitian dituangkan dalam bentuk karya ilmiah yaitu Skripsi (Jenjang Strata 1) yang berjudul Privatisasi BUMN di Indonesia Pada Masa Orde Baru (Ditinjau dari Peranan IMF Antara Tahun 1967-1998). Adapun laporan hasil penelitian tertera dalam buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI, tertuang dalam 5 bagian/bab.


(44)

Pada Bab I terdapat Pendahuluan, dimana didalamnya terdapat mengenai uraian dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah, dan sistematika penulisan. Bab II berisikan mengenai Kajian Pustaka dan Landasan Teori. Bab III menjelaskan mengenai Metodologi Penelitian. Bab IV memaparkan mengenai Pembahasan Penelitian. Bab V Kesimpulan. Pada akhir laporan hasil penelitian dicantumkan Daftar Pustaka yang memuat sumber-sumber penelitian.


(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya tentang Kebijakan Pemerintah Orde Baru dalam Privatisasi BUMN Ditinjau dari Peranan IMF Antara Tahun 1967-1998. Maka peneliti menyimpulkan dari pembahasan penelitian dan mengemukakan saran kepada seluruh pihak yang terkait dalam penelitian ini.

5.1 Kesimpulan

BUMN dalam pandangan konstitusi merupakan badan pemerintahan yang mengelola kebutuhan barang dan jasa masyarakat. Kedudukan BUMN telah jelas posisinya dalam konstitusi sebagai aset yang dilindungi negara dan dikelola oleh negara.

Adapun BUMN dalam perspektif perekonomian memiliki peranan strategis, dimana peranannya sebagai pengelola kebutuhan hajat hidup orang banyak, dari mulai keperluan barang pokok hingga kebutuhan jasa masyarakat. Perspektif ekonomi makro memandang BUMN memiliki pengaruh dalam aspek kepentingan fiskal, yaitu untuk menambah sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan dalam pandangan ekonomi mikro sebagai salah satu alat produksi kebutuhan masyarakat.


(46)

Perjalanan BUMN pada masa Orde Baru melewati beberapa kondisi, salah satunya kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi BUMN dilegalkan melalui Undang Penanaman Modal Asing (UU PMA) tahun 1967 dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri (UU PMDN) tahun 1968. Lahirnya UU PMA merupakan hasil dari konferensi di Jenewa tentang investasi asing di Indonesia yang diselenggarakan pada bulan November 1966. Konferensi ini dihadiri oleh para ekonom Indonesia yang disebut „The Berkeley Mafia' dan para kapitalis global yang memimpin perusahaan raksasa, seperti David Rockefeller, dan perusahaan dunia diwakili oleh British Leyland, Lehman Brothers, Asian Development Bank dan perusahaan lainnya. Oleh karena itu, hal yang wajar apabila Undang-Undang Penanaman Modal Asing yang disahkan 2 bulan setelah pertemuan ini memiliki karakteristik pro kepada para investor asing. Negeri Indonesia hanya mewadahi fasilitas investasi para pemodal.

Selain adanya UU PMA yang telah disahkan pada tanggal 10 Januari 1967, kebijakan privatisasi BUMN diamanatkan oleh IMF (International Monetary Fund), sebuah lembaga keuangan internasional yang salah satu tugasnya memberikan pinjaman dana kepada negara anggotanya beserta persyaratan yang harus dipenuhi oleh negara anggotanya, salah satunya adalah privatisasi BUMN. Indonesia merupakan negara yang meminjam dana/berutang kepada IMF dalam rangka menanggulangi hiper inflasi tahun 1966.

Privatisasi sudah diusung oleh IMF dari tahun 1966, Soeharto menjalankan program stabilisasi yang dirumuskan dengan bantuan IMF dan menghapus semua langkah-langkah nasionalisasi pemerintahan Soekarno. Pada


(47)

masa Orde Baru yang berlangsung selama 32 tahun, privatisasi BUMN mengalami fase yang berbeda-beda setiap dasawarsanya. Program tersebut adalah menghapuskan semua diskriminasi terhadap investasi asing. IMF juga tergabung dalam IGGI (Inter Governmental Group on Indonesia), dimana IGGI (saat ini berubah menjadi CGI-Consultative Group on Indonesia) melakukan kontrol atas kebijakan ekonomi Rezim Soeharto.

Privatisasi BUMN era Orde Baru meningkat pada tahun 1990-an, hal ini disebabkan lahirnya Konsensus Washington (dirumuskan oleh lembaga yang bermarkas di Washington DC, IMF dan World Bank). Konsensus Washington adalah 10 kebijakan ekonomi bagi negara yang dilanda krisis, atau negara yang sedang berkembang. Akhirnya, negara anggota IMF diharuskan menerapkan 10 kebijakan ini, diantaranya privatisasi BUMN. BUMN yang telah diprivatisasi adalah PDAM, Pertamina, PLN, Tambang Batubara, PT Tambang Timah, Semen Gresik, Indosat, Krakatau Steel, dan BUMN lainnya.

Puncaknya, saat Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1997, pemerintah kembali berutang kepada IMF untuk menstabilkan krisis keuangan tersebut, dan dampaknya Indonesia kembali kebijakannya dikendalikan oleh IMF. Ketergantungan Indonesia berutang kepada pihak asing membuat negeri ini tergadaikan perekonomiannya. IMF bisa dikatakan sebagai penghubung antara pemerintah dengan investor. Setelah seakan pemerintah hanya fasilitator masuknya para pemodal asing untuk mengeksploitasi potensi kekayaan Indonesia, baik berupa barang maupun jasa.


(48)

Melunasi utang tidaklah mudah, bahkan seringkali pemerintah membayar utang dengan berutang lagi, efeknya adalah para kreditor menjadi leluasa untuk menyetir kebijakan pemerintah Indonesia, salah satunya kebijakan privatisasi. Privatisasi menurut peneliti sangat merugikan negara, karena pengelolaan usaha dilakukan oleh swasta dengan keuntungan untuk swasta, sehingga harga jual ditentukan oleh swasta. Privatisasi bisa mengakibatkan kehilangan kedaulatan ekonomi yang berujung pada lepasnya kedaulatan politik, karena politik praktis saat ini membutuhkan dana besar, dana itu didapatkan dari para pemodal yang konsekuensinya para wakil negara harus membuat kebijakan pro pemodal, itulah yang disebut politik-ekonomi kapitalis.

Berdasarkan tekanan IMF privatisasi BUMN dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah Orde Baru telah melakukan privatisasi BUMN, namun masih dalam rambu-rambu pemerintah, sehingga tidak terlalu dibebaskan para investor untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Era Reformasi lebih bebas dalam membuka investasi, hingga bisa mencapai 100 persen. Orde Baru menurut peneliti adalah “Era Pembukaan Privatisasi”, karena rezim ini tidak menekankan privatisasi sebagai prioritas kebijakan ekonomi.

Peranan IMF dalam privatisasi BUMN di Indonesia selama Orde Baru menurut peneliti adalah sebagai berikut, pertama IMF meminjamkan dana kepada Indonesia tahun 1966 untuk mengatasi hiper inflasi. Pemerintah Indonesia menyepakati Letter of Intent (nota kesepakatan) dengan IMF, salah satunya privatisasi BUMN. Kedua, IMF menjadi penasehat keuangan Indonesia dan memberikan masukan dalam forum Paris Club yang diadakan oleh IGGI tahun


(49)

1967. Masukannya berupa pinjaman dana kepada Indonesia dengan bersyarat, salah satunya liberalisasi perekonomian. Ketiga, IMF mengusung Washington Consensus untuk Indonesia pada tahun 1989, yaitu 10 kebijakan ekonomi untuk negara berkembang, salah satu poin kebijakannya adalah privatisasi. Keempat, tahun 1997 Indonesia mengalami kondisi perekonomian yang ambruk akibat krisis Asia Tenggara. Indonesia didatangi IMF untuk meminjamkan dana guna mengatasi krisis. Dalam pinjaman dana ini IMF mensyaratkan 50 kesepakatan kebijakan ekonomi yang merugikan Indonesia, salah satunya privatisasi BUMN. IMF menempati posisi paling berpengaruh dalam kebijakan privatisasi BUMN di Indonesia pada masa Orde Baru.

Peneliti memandang bahwa Indonesia memiliki sejarah perekonomian yang dipengaruhi oleh IMF dalam privatisasi BUMN dan menjadi ketergantungan kepada bantuan dana asing. Oleh karena itu peristiwa ini bisa dijadikan catatan sejarah untuk masa depan Indonesia agar lebih baik dalam pengelolaan BUMN dan mengkaji ulang untuk kebijakan meminta bantuan lembaga keuangan internasional.

Penelitian dengan judul Privatisasi BUMN di Indonesia Pada Masa Orde Baru (Ditinjau dari Peranan IMF Antara Tahun 1967-1998) ini bisa dipelajari pada pendidikan formal. Penelitian ini sangatlah erat kaitannya dengan pembelajaran siswa di sekolah. Materi ini dapat dipelajari pada mata pelajaran sejarah di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XII Semester I. Terdapat pada Standar Kompetensi 2, yaitu Menganalisis Perjuangan sejak Orde Baru sampai dengan Masa Reformasi, dalam Kompetensi Dasar 1. Menganalisis


(50)

Perkembangan Pemerintah Orde Baru dan Kompetensi Dasar 2. Menganalisis Proses Berakhirnya Pemerintah Orde Baru dan Terjadinya Reformasi. Oleh karena itu, penelitian ini bisa menjadi rujukan para guru dan siswa sekolah dalam memahami mata pelajaran sejarah, khususnya pada masa Orde Baru dari perspektif perekonomian.

5.2 Saran

Peneliti ingin menyampaikan saran kepada mereka yang mendalami sejarah ekonomi dan Orde Baru, pemerintah dan pada umumnya bagi para pembaca. Adapun saran dari peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagi para sejarawan, sebagai kaum intelektual tentunya memiliki kemampuan dalam meneliti peristiwa sejarah. Sehingga diharapkan dapat melakukan penelitian untuk meningkatkan kemajuan negeri, dengan jalan mempelajari sejarah untuk dijadikan cerminan masa kini dan yang akan datang, agar sebagai anak bangsa meninggalkan sejarah kelam dan menggantinya dengan peristiwa yang mengukir nama baik negeri. Untuk penelitian selanjutnya, bisa diteliti mengenai privatisasi BUMN pada masa Reformasi.

2. Bagi pemerintah, harapan peneliti adalah pemerintah menasionalisasi BUMN, mengelolanya dengan manajemen yang profesional untuk kemakmuran rakyat dan tidak menyerahkannya kepada pihak swasta. Selain itu, kembali mengkaji mengenai kebijakan privatisasi yang merugikan masyarakat dan negara. Adapun mengenai kerjasama Indonesia


(51)

dengan lembaga asing dalam hal pinjaman dana perlu ditinjau ulang, karena telah terbukti apabila lembaga asing meminjamkan dananya kepada negara lain dalam hal ini IMF dengan Indonesia, maka yang terjadi adalah Indonesia dikendalikan oleh lembaga atau negara tersebut dalam hal kebijakan ekonomi dan politik.

3. Bagi pembaca umum, sebagai masyarakat umum tentunya menginginkan negerinya menjadi negeri yang terdepan, kuat dan mandiri. Tidak bergantung dan dikendalikan asing atau pihak swasta, salah satunya IMF. Sebagai masyarakat Indonesia yang mengalami masa Orde Baru, tentunya menjadi sebuah keharusan untuk memperbaiki kondisi negeri, dengan cara memunculkan paradigma baru bahwa negeri ini harus bangkit dari ketergantungan asing, dan mandiri serta profesional dalam mengelola BUMN melalui peningkatan skill dan pendidikan profesi.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Abdullah, T dan Surjomihardjo, A. (1985). Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah dan Perspektif. Jakarta: PT. Gramedia.

Abdurahman, D. (2007). Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Arifin, S (ed). (2004). IMF dan Stabilitas Keuangan Internasional. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Bastian, I. (2002). Privatisasi di Indonesia: Teori dan Implementasi. Jakarta: Salemba Empat.

Baswir, R et all. (2003). Terjajah di Negeri Sendiri. Jakarta: Elsam.

Budiman, A. (1995). Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Djamin, Z. (1995). Sumber Luar Negeri Bagi Pembangunan Indonesia. Jakarta: UI-Press.

Gottschalk, L. (1985). Mengerti Sejarah. Jakarta: UI-Press.

Hadi, S et all. (2004). Strategi Pembangunan Indonesia Pasca IMF. Jakarta: Granit.

Harinowo, C. (2004). IMF: Penanganan Krisis & Indonesia Pasca-IMF. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Hugiono dan Poerwantana. (1992). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Rineka Cipta Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung: Historia Utama Press.


(53)

Katoppo, A. (1997). Pasar Modal Indonesia: Retrospeksi Lima Tahun Swastanisasi BEJ. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Labib, R. (2005). Privatisasi dalam Pandangan Islam. Jakarta: Wadi Press.

Mas’oed, M. (1989). Ekonomi dan Struktur Politik Orde Baru 1966-1971.

Jakarta: LP3ES

Pass, C dan Lowes, B. (1994) . Kamus Lengkap Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Poesponegoro, M.D dan Notosusanto, N. (1993). Sejarah Nasional Indonesia VI.

Jakarta: Balai Pustaka.

Prawironegoro, D. (2010). Ekonomi Politik Globalisasi Seri 1. Jakarta: Nusantara Consulting.

R, Ibrahim. (1997). Prospek BUMN dan Kepentingan Umum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Rafick, I. (2007). Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia. Jakarta: Ufuk Press. Rafick, I dan Amir, B. (2010). BUMN Expose: Menguak Pengelolaan Aset

Negara Senilai 2.000 Triliun Lebih. Jakarta: Ufuk Press.

Ricklefs, M.C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi. Roxborough, I. (1986). Teori-Teori Keterbelakangan. Jakarta: LP3ES.

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Sunny, I dan Rochmat, R. (1976). Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri. Jakarta: Pradnya Paramita.

Topatimasang, R (ed). (1999). Hutang itu Hutang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Umarhadi, Y. (2010). Jebakan Liberalisasi: Pragmatisme, Dominasi Asing, dan

Ketergantungan Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: Cakrawala Institute. Winarno, B. (2010). Melawan Gurita Neoliberalisme. Jakarta: Erlangga.


(54)

Sumber Jurnal:

Iqbal, M. (2008). “Penjajahan IMF di Indonesia”. Al-Insan Jurnal Kajian Islam. 3, (1), 37-50.

Sumber Internet:

TN. (2009). Siapa Sebenarnya Soeharto?. [Online]. Tersedia:

http://www.akhirzaman.info/nasional/ipoleksosbud/1296-siapa-sebenarnya-soeharto.html [30 Juni 2012]

TN. (2011). Sejarah Indonesia (1966-1998). [Online]. Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_%281966-1998%29 [12

September 2011]

TN. (2011). Badan Usaha Milik Negara. [Online]. Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Usaha_Milik_Negara [12 September

2011]

TN. (2012). Definition of 'Credit Tranche' and Investopedia explains 'Credit Tranche'. [Online]. Tersedia:

http://www.investopedia.com/terms/c/credit-tranche.asp [12 September 2011]

Adwirman. (2010). Krisis Ekonomi, Peran IMF dan Ketegasan Pemerintah. [Online].Tersedia:http://adwirman.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2010/12/03/kr

isis- ekonomi-peran-imf-dan-ketegasan-pemerintah/ [30 Juni 2012]

Ech-wan. (2009). Sejarah BUMN, IMF-World Bank dan Privatisasi di Indonesia (1). [Online]. Tersedia:

http://nusantaranews.wordpress.com/2009/06/26/sejarah-bumn-imf-word-

bank-dan-privatisasi-di-indonesia-1/ [30 Juni 2012]

Ech-wan. (2009). Sejarah BUMN, IMF-World Bank dan Privatisasi di Indonesia (2). [Online]. Tersedia:

http://nusantaranews.wordpress.com/2009/06/29/sejarah-bumn-imf-wb-

dan-privatisasi-di-indonesia-2/ [30 Juni 2012]

Departemen Keuangan. (TT). Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983

Tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawatan (PERJAN), Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Perseroan


(55)

(PERSERO). [Online] Tersedia:

http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/1983/3TAHUN~1983PP.HTM [30

Juni 2012]

Franco, L. A. M. G. (2012). A 15 años de la crisis del Sureste Asiático. [Online] Tersedia: http://www.paradigmas.tk/?p=3965?share=google-plus-1 [30 Juni 2012]

Habibullah, A. (2010). Kebijakan Privatisasi BUMN : Relasi state, market and civil society. [Online] Tersedia:

http://ahabibullah.wordpress.com/2010/01/17/kebijakan-privatisasi-bumn-relasi-state-market-and-civil-society/ [30 Juni 2012]

Jookut. (2011). Cengkeraman Asing di Indonesia. [Online] Tersedia:

http://unseenhands.wordpress.com/2011/07/12/cengkeraman-asing-di-indonesia/ [30 Juni 2012]

Kompas. (2011). RI Dapat Pinjaman 5.110,6 Juta Dollar AS. [Online] Tersedia:

http://www.docstoc.com/docs/114868695/1993-07-01-RI-DAPAT-PINJAMAN-5110_6-JUTA-DOLLAR-A [18 September 2012]

Sekretaris Negara. (TT). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan. [Online] Tersedia:

www.akli.org/files/peraturan_perundangan/uu15_1985.pdf [30 Juni 2012]

Pekerja, Perhimpunan Rakyat. (2011). Diskusi Terbuka PRP "Menggadaikan Indonesia Melalui Regulasi". [Online] Tersedia:

http://www.wherevent.com/detail/perhimpunan-rakyat-pekerja-diskusi-terbuka-prp-menggadaikan-indonesia-melalui-regulasi [30 Juni 2012]

Presiden Republik Indonesia. (TT). Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 1981 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Tambang Batubara Antara Perusahaan Negara Tambang Batubara dan Kontraktor Swasta. [Online]. Tersedia:

dapp.bappenas.go.id/website/peraturan/file/pdf/KEPPRES_1981_049.pdf

[30 Juni 2012]

Presiden Republik. (TT). Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 Tentang Pemilikan Saham yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal

Asing. [Online]. Tersedia:


(56)

Presiden Republik Indonesia. (TT). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1993 Tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perseroan (PERSERO) PT. Tambang Batubara Bukit Asam. [Online]. Tersedia:

www.bphn.go.id/data/documents/93pp027.doc [30 Juni 2012]

Setyawan, D. (2008). Bangkrut IMF. [Online]. Tersedia:

http://danangsetyawan.wordpress.com/2008/12/30/bangkrut-imf/ [30 Juni

2012]

Umar, Z. (2010). Privatisasi BUMN di Indonesia. [Online]. Tersedia:

http://zulpiero.wordpress.com/2010/04/20/privatisasi-bumn-di-indonesia/


(1)

183

dengan lembaga asing dalam hal pinjaman dana perlu ditinjau ulang, karena telah terbukti apabila lembaga asing meminjamkan dananya kepada negara lain dalam hal ini IMF dengan Indonesia, maka yang terjadi adalah Indonesia dikendalikan oleh lembaga atau negara tersebut dalam hal kebijakan ekonomi dan politik.

3. Bagi pembaca umum, sebagai masyarakat umum tentunya menginginkan negerinya menjadi negeri yang terdepan, kuat dan mandiri. Tidak bergantung dan dikendalikan asing atau pihak swasta, salah satunya IMF. Sebagai masyarakat Indonesia yang mengalami masa Orde Baru, tentunya menjadi sebuah keharusan untuk memperbaiki kondisi negeri, dengan cara memunculkan paradigma baru bahwa negeri ini harus bangkit dari ketergantungan asing, dan mandiri serta profesional dalam mengelola BUMN melalui peningkatan skill dan pendidikan profesi.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Abdullah, T dan Surjomihardjo, A. (1985). Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah

dan Perspektif. Jakarta: PT. Gramedia.

Abdurahman, D. (2007). Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Arifin, S (ed). (2004). IMF dan Stabilitas Keuangan Internasional. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Bastian, I. (2002). Privatisasi di Indonesia: Teori dan Implementasi. Jakarta: Salemba Empat.

Baswir, R et all. (2003). Terjajah di Negeri Sendiri. Jakarta: Elsam.

Budiman, A. (1995). Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Djamin, Z. (1995). Sumber Luar Negeri Bagi Pembangunan Indonesia. Jakarta: UI-Press.

Gottschalk, L. (1985). Mengerti Sejarah. Jakarta: UI-Press.

Hadi, S et all. (2004). Strategi Pembangunan Indonesia Pasca IMF. Jakarta: Granit.

Harinowo, C. (2004). IMF: Penanganan Krisis & Indonesia Pasca-IMF. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Hugiono dan Poerwantana. (1992). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Rineka Cipta Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung: Historia Utama Press.


(3)

Katoppo, A. (1997). Pasar Modal Indonesia: Retrospeksi Lima Tahun

Swastanisasi BEJ. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Labib, R. (2005). Privatisasi dalam Pandangan Islam. Jakarta: Wadi Press.

Mas’oed, M. (1989). Ekonomi dan Struktur Politik Orde Baru 1966-1971. Jakarta: LP3ES

Pass, C dan Lowes, B. (1994) . Kamus Lengkap Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Poesponegoro, M.D dan Notosusanto, N. (1993). Sejarah Nasional Indonesia VI.

Jakarta: Balai Pustaka.

Prawironegoro, D. (2010). Ekonomi Politik Globalisasi Seri 1. Jakarta: Nusantara Consulting.

R, Ibrahim. (1997). Prospek BUMN dan Kepentingan Umum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Rafick, I. (2007). Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia. Jakarta: Ufuk Press. Rafick, I dan Amir, B. (2010). BUMN Expose: Menguak Pengelolaan Aset

Negara Senilai 2.000 Triliun Lebih. Jakarta: Ufuk Press.

Ricklefs, M.C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi. Roxborough, I. (1986). Teori-Teori Keterbelakangan. Jakarta: LP3ES.

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Sunny, I dan Rochmat, R. (1976). Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang

Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri. Jakarta: Pradnya

Paramita.

Topatimasang, R (ed). (1999). Hutang itu Hutang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Umarhadi, Y. (2010). Jebakan Liberalisasi: Pragmatisme, Dominasi Asing, dan

Ketergantungan Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: Cakrawala Institute.


(4)

Sumber Jurnal:

Iqbal, M. (2008). “Penjajahan IMF di Indonesia”. Al-Insan Jurnal Kajian Islam.

3, (1), 37-50.

Sumber Internet:

TN. (2009). Siapa Sebenarnya Soeharto?. [Online]. Tersedia:

http://www.akhirzaman.info/nasional/ipoleksosbud/1296-siapa-sebenarnya-soeharto.html [30 Juni 2012]

TN. (2011). Sejarah Indonesia (1966-1998). [Online]. Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_%281966-1998%29 [12 September 2011]

TN. (2011). Badan Usaha Milik Negara. [Online]. Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Usaha_Milik_Negara [12 September 2011]

TN. (2012). Definition of 'Credit Tranche' and Investopedia explains 'Credit

Tranche'. [Online]. Tersedia: http://www.investopedia.com/terms/c/credit-tranche.asp [12 September 2011]

Adwirman. (2010). Krisis Ekonomi, Peran IMF dan Ketegasan Pemerintah. [Online].Tersedia:http://adwirman.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2010/12/03/kr isis- ekonomi-peran-imf-dan-ketegasan-pemerintah/ [30 Juni 2012]

Ech-wan. (2009). Sejarah BUMN, IMF-World Bank dan Privatisasi di

Indonesia (1). [Online]. Tersedia:

http://nusantaranews.wordpress.com/2009/06/26/sejarah-bumn-imf-word- bank-dan-privatisasi-di-indonesia-1/ [30 Juni 2012]

Ech-wan. (2009). Sejarah BUMN, IMF-World Bank dan Privatisasi di

Indonesia (2). [Online]. Tersedia:

http://nusantaranews.wordpress.com/2009/06/29/sejarah-bumn-imf-wb- dan-privatisasi-di-indonesia-2/ [30 Juni 2012]

Departemen Keuangan. (TT). Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983

Tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawatan (PERJAN), Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Perseroan


(5)

(PERSERO). [Online] Tersedia:

http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/1983/3TAHUN~1983PP.HTM [30

Juni 2012]

Franco, L. A. M. G. (2012). A 15 años de la crisis del Sureste Asiático. [Online] Tersedia: http://www.paradigmas.tk/?p=3965?share=google-plus-1 [30 Juni 2012]

Habibullah, A. (2010). Kebijakan Privatisasi BUMN : Relasi state, market and

civil society. [Online] Tersedia:

http://ahabibullah.wordpress.com/2010/01/17/kebijakan-privatisasi-bumn-relasi-state-market-and-civil-society/ [30 Juni 2012]

Jookut. (2011). Cengkeraman Asing di Indonesia. [Online] Tersedia:

http://unseenhands.wordpress.com/2011/07/12/cengkeraman-asing-di-indonesia/ [30 Juni 2012]

Kompas. (2011). RI Dapat Pinjaman 5.110,6 Juta Dollar AS. [Online] Tersedia:

http://www.docstoc.com/docs/114868695/1993-07-01-RI-DAPAT-PINJAMAN-5110_6-JUTA-DOLLAR-A [18 September 2012]

Sekretaris Negara. (TT). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun

1985 Tentang Ketenagalistrikan. [Online] Tersedia:

www.akli.org/files/peraturan_perundangan/uu15_1985.pdf [30 Juni 2012] Pekerja, Perhimpunan Rakyat. (2011). Diskusi Terbuka PRP "Menggadaikan

Indonesia Melalui Regulasi". [Online] Tersedia:

http://www.wherevent.com/detail/perhimpunan-rakyat-pekerja-diskusi-terbuka-prp-menggadaikan-indonesia-melalui-regulasi [30 Juni 2012] Presiden Republik Indonesia. (TT). Keputusan Presiden Republik Indonesia

Nomor 49 Tahun 1981 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Tambang Batubara Antara Perusahaan Negara Tambang Batubara dan Kontraktor Swasta. [Online]. Tersedia: dapp.bappenas.go.id/website/peraturan/file/pdf/KEPPRES_1981_049.pdf

[30 Juni 2012]

Presiden Republik. (TT). Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 Tentang

Pemilikan Saham yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal

Asing. [Online]. Tersedia:


(6)

Presiden Republik Indonesia. (TT). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 27 Tahun 1993 Tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perseroan (PERSERO) PT. Tambang Batubara Bukit Asam. [Online]. Tersedia:

www.bphn.go.id/data/documents/93pp027.doc [30 Juni 2012]

Setyawan, D. (2008). Bangkrut IMF. [Online]. Tersedia:

http://danangsetyawan.wordpress.com/2008/12/30/bangkrut-imf/ [30 Juni 2012]

Umar, Z. (2010). Privatisasi BUMN di Indonesia. [Online]. Tersedia:

http://zulpiero.wordpress.com/2010/04/20/privatisasi-bumn-di-indonesia/