STRATEGI PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA DENGAN MODEL PROJECT CITIZEN (Studi kasus di SMP Negeri 1 Lembang Kabupaten Bandung Barat).

(1)

DAFTAR ISI

Isi

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

DAFTAR TABEL... ii

ABSTRAK ... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 16

E. Definisi Konsep dan Definisi Operasional ... 18

F. Paradigma Penelitian ... 26

BAB II. KAJIAN TEORETIS A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ... 31

1 Perkembangan Citizenship Education dan Civic Education………. 33

2 Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia ... 39

3 Rasional dan Landasan PKn di Indonesia ... 40

4. Esensi Pendidikan Kewarganegaraan………...43

B. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan………... 47

1. Pengertian Pembelajaran ………. 47

2. Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan………. 48

C. Pembelajaran Berbasis Portofolio………....51

1. Pengertian Portofolio………...51

2. Dasar Filosofi Pembelajaran berbasis Portofolio………... 53

3. Prinsip Dasar Pembelajaran Portofolio………...51

4. Sifat-sifat Pembelajaran Portofolio……….54


(2)

6. Maksud dan Tujuan Pembelajaran berbasis Portofolio………...57

7. Profil Pedagogis Pembelajaran berbasis Portofolio……….57

D. Hak Asasi Manusia……….58

1. Pengertian dan Hakikat Hak Asasi Manusia ...58

2. HAM dalam Hukum Internasional ...61

2.1.Di Negara-negara Eropa………62

2.2.Di Negara-negara Amerika………63

2.3.Di Negara-negara Afrika………...63

3. Perkembangan HAM di Indonesia ... 64

4 Penegakan HAM Bagian dari Cita-cita Perjuangan Bangsa…………...71

5 HAM dalam Kehidupan Masyarakat……...74

E. Strategi peningkatan mutu Pembelajaran PKn tentang HAM…………... 76

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... ……79

B. Lokasi danSubjek Penelitian ...84

1. Lokasi………...84

2. Subjek………...86

C. Teknik Pengumpulan Data ...88

1. Observasi………...88

2. Wawancara………. 89

3. Studi Dokumentasi………. 92

4. Studi Literatur………...93

D Teknik Analisis Data ...93

E. Instrumen Penelitian………...94

F Validasi Data ...99

1.Memperpanjang masa Observasi………....99

2. Pengamatan Seksama………....99

3. Trianggulasi……….100

4. Menggunakan referensi yang cukup ……….……..100


(3)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum SMP Negeri 1 Lembang...…..103

1. Sejarah dan Profil SMP Negeri 1 Lembang ...103

2.Visi , Misi ………...105

3. Struktur Organisasi ...106

4. Jumlah Siswa, Pendidikan dan Tenaga Kependidikan ...108

a. Jumlah Siswa dan Rombongan belajar………...108

b. Kualifikasi Pendidikan……….…..108

c. Pengembangan Kompetensi/Profesional Guru…………...108

d. Prestasi Pengembangan Kompetensi Guru………....109

5. Prestasi Sekolah/ Siswa ... 109

6. Denah Sekolah ……...…………....110

B. Hasil Penelitian………...111

1 Latar Belakang Penerapan Model Project Citizen di SMP Negeri 1 Lembang ………....112

2. Persiapan guru Pendidikan Kewarganegaraan dengan menerapakan model Project Citizen ………...115

3. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam mengimplentasikan PKn menggunakan model Project Citizen………..……….119

4. Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dihadapi guru dan siswa dalam mengimplementasikan pembelajaran PKn mmenggunakan model Project Citizen……….……….131

5.Respon siswa dalam mengimplementasikan pembelajaran PKn menggunakan model Project Citizen……… ………. 134

6.Tingkat efektivitas Pembelajaran PKn menggunakan Model Project Citizen tentang Hak Asasi Manusia di SMP Negeri 1 Lembang……... 138


(4)

1. Persiapan pembelajaran guru PKn

menggunakan model Project Citizen ……..………...140

2. . Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam mengimplentasikan Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan model Project Citizen..………...145

3. Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dihadapi guru dan siswa dalam mengimplementasikan pembelajaran PKn menggunakan model Project Citizen………..……….151

4. Respon siswa dalam mengimplementasikan pembelajaran PKn menggunakan model Project Citizen ………...152

5. Tingkat efektivitas Pembelajaran PKn menggunakan Model Project Citizen tentang HAM di SMP Negeri 1 Lembang………....154

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 157

1. Kesimpulan Umum……….. 157

2. Kesimpulan Khusus………. 158

B. Rekomendasi ... 164

DAFTAR PUSTAKA ...165


(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membangun masyarakat Indonesia melalui bidang pendidikan nasional merupakan proses yang tidak henti untuk mencapai hasil yang diharapkan. Departemen Pendidikan Nasional atau Depdiknas yang sekarang berubah menjadi Kementrian pendidikan nasional selaku pemegang amanah pelaksanaan sistem pendidikan nasional memiliki kewajiban untuk mewujudkan visi pembangunan “ menciptakan insan Indonesia cerdas, komprehensif dan kompetitif ( insan paripurna ).DEPDIKNAS ( 2009: 3) .

Terbitnya Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional yang terbaru yang telah disahkan Presiden pada 8 Juli 2003 ( Nomor 20 Tahun 2003). Dibanding dengan undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional sebelumnya ( Nomor 2 Tahun 1989), Undang-undang tentang sistem Pendidikan Nasional yang baru ini sarat dengan tuntutan yang cukup mendasar karena “ harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, global “. Salahsatu upaya yang segera dilakukan untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah “ pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan “.


(6)

Strategi peningkatan mutu pendidikan dalam proses pembelajaran merupakan upaya dalam pembaharuan pendidikan oleh para pakar dan praktisi pendidikan, Akademisi, Guru baik pendidikan dasar maupun perguruan tinggi tentunya harus berpedoman serta mengacu pada visi dan misi pembangunan pendidikan nasional secara makro dan mikro .

Visi makro pendidikan nasional adalah terwujudnya masyarakat madani sebagai bangsa dan masyarakat Indonesia baru dengan tatanan kehidupan yang sesuai amanat proklamasi Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui proses pendidikan. Masyarakat Indonesia tersebut memiliki sikap dan wawasan keimanan dan akhlak tinggi, kemerdekaan dan demokrasi, toleransi dan menjunjung hak asasi manusia, serta berpengertian dan berwawasan global. Sedangkan secara mikro adalah terwujudnya individu manusia baru yang memiliki sikap dan wawasan keimanan dan akhlak tinggi, kemerdekaan dan demokrasi, toleransi dan menjunjung hak asasi manusia, saling pengertian dan wawasan global. ( Muchlich, 2007: 3) .

Visi secara mikro dan makro pendidikan nasional dalam mewujudkannya warganegara yang didambakan hal ini searah apa yang dikemukakan Cogan (1998:115) mengkonstruksi karakteritik yang harus dimiliki warganegara sebagai berikut:

1. the ability to look at and approach problems as a member of a global society (kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat global)

2. the ability to work with others in a cooperative way and to take responsibility for one’s roles/duties within society (kemampuan


(7)

bekerjasama dengan orang lain dan memikul tanggung jawab atas peran atau kewajibannya dalam masyarakat)

3. the ability to understand, accept, appreciate and tolerate cultural differences (kemampuan untuk memahami, menerima, dan menghormati perbedaan-perbedaan budaya)

4. the capacity to think in a critical and systemic way (kemampuan berpikir kritis dan sistematis)

5. the willingness to resolve conflict and in a non-violent manner (kemampuan menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan)

6. the willingness to change one’s lifestyle and consumption habits to protect the environment (kemampuan mengubah gaya hidup dan pola makanan pokok yang sudah biasa guna melindungi lingkungan) 7. the ability to be sensitive towards and to defend human rights (eg,

rights of women, ethnic minorities, etc), and (memiliki kepekaan terhadap dan mempertahankan hak asasi manusia (seperti hak kaum wanita, minoritas etnis, dsb)

8. the willingness and ability to participate in politics at local, national and international levels (kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan politik pada tingkatan pemerintahan lokal, nasional, dan internasional).

Tuntutan pengembangan karakteristik warganegara di atas menurut Cogan (1998:117) harus dikonstruksi dalam kebijakan pendidikan kewarganegaraan yang multidimensional (multidimensional citizenship), yang ia gambarkan dalam empat dimensi yang saling berinterelasi, yaitu the personal, social, spatial and temporal dimension. Keempat dimensi ini akan melahirkan atribut kewarganegaraan yang

mungkin akan berbeda di tiap negara sesuai dengan sistem politik negara masing-masing, yakni: (1) a sense of identity; (2) the enjoyment of certain rights; (3) the fulfilment of corresponding obligations; (4) a degree of interest and involvement

in public affairs; and (5) an acceptance of basic societal values.

Memperoleh pendidikan yang layak merupakan hak asasi manusia setiap warga yang dijamin konstitusi ( Suryadi; 2009 ;13). Proses pendidikan yang


(8)

bermutu bagi kehidupan manusia adalah merupakan harapan dan harus menjadi bagian yang utama bagi sekolah .

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran didalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi yang diingat itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. ( Sanjaya, W, 2007:1 )

Permasalahan hak asasi manusia merupakan isu yang paling menonjol dari seluruh aspek kehidupan manusia yang akhir-akhir ini merupakan keprihatinan umum yang dirasakan oleh masyarakat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Muladi (2005:159), menyatakan bahwa : “ Di dalam setiap kesempatan permasalahan hak asasi manusia selalu menjadi topik pembicaraan yang aktual dan selalu dibahas guna memperoleh solusinya ”. Pendapat ini mengungkapkan semakin berkembangnya isu hak asasi manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang terangkat menjadi salah satu yang muncul dan menjadi salah satu debat publik yang tidak berkesudahan.

Beberapa permasalahan hak asasi manusia yang sering berkembang adalah salah satunya merupakan dampak dari perubahan yang deras dan tidak terelakan, adanya desakan gelombang globalisasi. Era globalisasipun menurut Winandi W (2007: 49) membawa konsekuen adanya penghilangan sekat/ batas


(9)

antar Negara, bahkan dengan menggunakan satelit palapa sebagai sarana komunikasi dapat dipergunakan Negara adidaya untuk menyadap percakapan penting yang terkait dengan situasi politik dan keamanan Indonesia.

Di era globalisasi umumnya orang menyadari bahwa sekarang ini proses dan pengaruh globalisasi makin dirasakan sebagai bagian dari kehidupan kita. Giddens (1990: 64) secara ringkas menyebutnya bahwa :

Globalisasi adalah intensifikasi hubungan sosial sejagat yang menghubungkan tempat-tempat yang berjauhan sedemikian rupa, sehingga peristiwa lokal bisa terjadi disebabkan oleh kejadian ditempat lain yang sekian mil jauhnya dan sebaliknya.

Ohmae (1993:183-185; 2002: 171-175), mengemukakan bahwa secara politis batas-batas antar negara semakin sirna (Ohmae, 1993:183-185; 2002: 171-175). Karena itulah menurut Mazlish dan Buultjes (1993: 2) menyatakan bahwa starting point for global history adalah menguatnya fenomena globalisasi itu

sendiri yang berdimensi luas membawa harapan dan kecemasan. Manusiapun dengan akal budi dan nurani memiliki kebebasan untuk memutuskan sendiri prilaku atau perbuatannya, seraya manusia memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya memenuhi tuntutan kualitas pelaksanaan hak asasi manusia melalui program kegiatan dengan berpijak pada supremasi hukum, diantaranya bercirikan elemen-elemen sebagai berikut : 1) asas pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia , 2) asas legalitas, 3) asas pembagian kekuasaan, 4) asas Peradilan bebas dan tidak memihak, 5) asas kedaulatan rakyat, ( Rasjidi dan Sidharta, 1989: 186).


(10)

Keseriusan serta perlunya penanganan mengurangi permasalahan tentang hak asasi manusia sebagaimana diungkapkan Al Muchtar (2001:374) , Pendidikan hak asasi manusia sebagai alternatif mengetengahkan peran pendidikan dalam rangka menegakan Hak Asasi Manusia merupakan salah satu bagian esensial yang

harus dikembangkan dalam PKn.

Masih banyaknya pelanggaran antara lain disebabkan sebagian masyarakat ataupun siswa disekolah belum memahami hakekat Hak Asasi Manusia , pernyataan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Armiwulan , H, pada Simposiun Nasional di UPI Bandung tahun 2009 : “ Masih tingginya angka pelanggaran hak asasi manusia antara lain disebabkan karena sebagian masyarakat belum memahami hak asasi manusia secara benar. Beberapa fakta menunjukan bahwa pemahaman hak asasi manusia masih sebatas “ euphoria “. Beberapa peristiwa besar pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi , selalu mendapat perhatian tinggi dari Pemerintah dan masyarakat di Indonesia , Kasus Tanjung Priok (1994), Kasus terbunuhnya Marsinah (1994), terbunuhnya seorang wartawan Udin dari harian umum Bernas Yogyakarta (1996), Peristiwa penculikan para aktivis politik (1998), Peristiwa Trisakti (1998), Kasus Ambon (1999), Kasus Poso , Kasus Sampit, Kasus TKI di Malaysia ( 2002), Terbunuhnya Repoter RCTI Ersa Siregar dalam konflik Aceh (2003). Budimasyah, D, (2008:54). Hal ini membuktikan gambaran peristiwa dan pelanggaran yang perlu adanya penanganan dan perhatian secara serius dari pemerintah dan lembaga di Negara kita, termasuk dalam memberikan pendidikan kesadaran tentang Hak


(11)

Asasi Manusia kepada siswa sebagai warganegara agar kompeten atau optimal secara dini dan berkelanjutan sesuai dengan harapan dan amanah dari pendidikan.

Kondisi saat ini pun yang menjadi keprihatinan dinegeri kita tercinta adalah masih maraknya tindak pidana korupsi yang meluas dan sistematis juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak ekonomi dan sosial masyarakat ( Romli Atmasasmita 2004:75, : Gede Putu I 2007 : 30 ), hal ini dipertegas dengan dengan apa yang dikemukakan oleh Muladi, (2002:245 ) Korupsi di Indonesia memang sudah bersifat sistemik dan endemik sehingga memerlukan instrument-instrumen hukum yang luar biasa untuk menanganinya. Dalam situasi seperti sekarang ini, masih sulit kita mengharapkan para penegak hukum untuk mampu memberantas korupsi karena hukum dikalahkan dengan kekuasaan, dengan kekuasaan penguasa dapat menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, keluarga dan kelompoknya. Jadi benar postulat dalam sosiologi hukum mengatakan bahwa “ dinegara berkembang, dalam perbenturan antara kekuasaan dan hukum, maka kekuasaanlah yang cenderung menang “ ( Sartjipto Rahardjo, 2003: 58).

Membangun sebuah kesadaran setiap individu akan pentingnya pemahaman tentang hak-haknya serta kewajibannya untuk senantiasa menghargai dan menghormati hak orang lain dalam konteks sebagai individu, maupun dalam konteks sosial baik sebagai anggota masyarakat dan juga sebagai warga Negara merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan untuk mewujudkan budaya hak asasi manusia . ( Armiwulan , H , 2008: 5 ). Oleh karena pendidikan hak asasi manusia merupakan hal yang mutlak harus dilakukan, sebagaimana yang


(12)

ditegaskan dalam Mukadimah Universal Declaration of Human Rights bahwa “ agar setiap orang dan setiap badan didalam masyarakat senantiasa mengingat deklarasi ini, akan berusaha dengan cara mengajarkan dan memberikan pendidikan guna menggalakan penghargaan terhadap hak-hak dan kebebasan – kebebasan tersebut ” Sekalipun konteks peningkatan mutu mengacu pada proses pendidikan dan hasilnya ,peran dan komitmen pendidikan merupakan suatu hal mutlak dibutuhkan oleh setiap individu untuk membangun hidupnya. Hal yang sangat mendasar mengingat pendidikan dijadikan tolok ukur tingkat kesejahteraan manusia. Sehingga berkualitasnya tidaknya tingkat kesejahteraan seseorang dipengaruhi oleh sejauhmana tingkat pendidikan yang dia peroleh, derajat moralitas yang terbentuk. Sebagaimana yang diungkapkan Schoor didalam Denim ( 2003:5) berpendapat “ praktik-praktik pendidikan merupakan wahana yang terbaik dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia dengan derajat moralitas tinggi “.

Sebagai alternatif dalam mengupayakan adanya penguatan dalam memahami tentang hak asasi manusia secara benar dan mendasar diantaranya melalui adanya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “value basic education”. Konfigurasi Pendidikan Kewarganegaraan dibangun dalam tiga

kerangka sistemik, yakni PKn ditinjau secara kurikuler, teoritik, dan programatik Konfigurasi atau kerangka sistemik PKn dibangun atas dasar paradigma sebagai


(13)

berikut: Pertama, PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlaq mulia, cerdas, partisipatif dan bertanggung jawab. Kedua, PKn secara teoritik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotor yang bersifat konvluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara. Ketiga, PKn secara pragmatik dirancang sebagai subjek pelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embeding values) dan pengalaman belajar (learning experience) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntutan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara. Budimansyah,D ,( 2008 )

Sejalan dengan Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan ( Civic Education ) tidak bisa diisolasikan dari kecenderungan globalisasi yang berdampak pada kehidupan siswa . Budimansyah, D dan Komalasari , (2008:84). Globalisasi menuntut Pendidikan Kewarganegaraan mengembangkan Civic competence yang meliputi pengetahuan kewarganegaraan ( Civic

knowledge), keterampilan kewarganegaraan ( Civic skills), dan watak karakter

kewarganegaraan (Civic dispositions) yang multidimensional. Pendidikan Kewarganegaraan pun mengemban misi Civic Education for Democration dan


(14)

Value- Based Education. Ditambahkan oleh Winataputra ( 2006:1 ), bahwa tugas

Pendidikan Kewarganegaraan dengan paradigma baru diarahkan pada pengembangan pendidikan demokrasi yang mengemban tiga fungsi pokok, yakni (1) mengembangkan kecerdasan warganegara ( Civic intelligence ), (2) membina tanggung jawab warganegara ( Civic responsibility), (3) mendorong partisifasi warganegara ( Civic participation). Kecerdasan warganegara yang dikembangkan untuk good citizenship, bukan hanya dalam dimensi rasional yang selama ini terjebak dalam budaya verbalistik tetapi juga meliputi dimensi spiritual, emosional, dan social, sehingga paradigma baru yang dikembangkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan akan bercirikan multidimensional.

Dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ( Civic Education ) mutakhir, yakni partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab

dari warga negara dalam kehidupan politik dan masyarakat baik tingkat local maupun nasional, maka partisipasi semacam itu memerlukan penguasaan sejumlah kompetensi kewarganegaraan. Winataputra dan Budimansyah ( 2007: 185-186 ), mengemukakan empat kompetensi kewarganegaraan yang harus dipelajari dalam Pendidikan Kewarganegaraan guna mencapai tujuan tersebut, yakni : Pertama penguasaan terhadap pengetahuan dan politik kenegaraan ; kedua ,pengembangan kemampuan intelektual dan partisipatoris ; ketiga, pengembangan karakter dan sikap mental ; keempat , komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip dasar demokrasi konstitusional, sedangkan Branson, mengemukakan tiga komponen utama yang perlu dipelajari dalam PKn, yaitu civic knowledge, civic


(15)

skills, dan civic dispositions ( Branson, 1998:5 ) Kompetensi yang diharapkan

diatas senada dengan konteks bahwa, arah baru Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat terealialisasikan dalam kehidupan nyata di sekolah maupun di masyarakat yang terbentang keseluruh tanah air. Untuk itu diperlukan pemahaman bersama untuk disosialisasikan dalam bentuk kerja nyata dalam pembentukan kepribadian siswa menjadi pribadi yang utuh dan insan kamil yang menjadi tumpuan harapan kita bersama. Tidak mudah memang, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan, semua sangat bergantung pada niat, dan dorongan kita bersama untuk memberikan dukungan, sehingga apa harapannya yang bersemangat berubah yang lebih penting adalah guru sebagai pelaku langsung di lapangan. Berbagai harapan tentang media , strategi serta proses pembelajaran disekolah dalam meningkatkan kompetensi siswa khususnya warganegara yang multidimensional bukan merupakan pekerjaan ringan bagaikan membalikan tangan, hal ini tidak dipungkiri realitas dilapangan (sekolah) selalu dihadapkan dengan berbagai kendala dan tantangan, hambatan, sehingga permasalahannya selalu merupakan bahan kajian dan penelitian bagi para akademisi diantaranya guru sebagai pelaku langsung. Oleh karena sebaiknya di upayakan adanya model pembelajaran yang lebih kreatif, aktif-partisipastif, bermakna dan menyenangkan.

Guru adalah pendidik yang merupakan tenaga profesional bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian. Kewajibannya menciptakan suasana pendidikan yang


(16)

bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Perannya sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik (UU. RI nomor 20 tahun 2003).

Namun, tidak dapat dipungkiri hasil temuan-temuan para peneliti dan hasil diskusi , maupun pada pertemuan musyawarah guru mata pelajaran atau MGMP, masih terdapat guru dalam memberikan pembelajarannya berpusat pada dirinya, bukan pada siswa. Kenyataannya di Indonesia saat ini pembelajaran masih didominasi sistem konvensional sehingga penerapan pembelajaran yang berorientasi pada konsep ‘ contextual multiple intelegences “ masih jauh dari harapan. Dimana sebagian besar siswa “ tidak dapat menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara aplikasi pengetahuan tersebut didalam kehidupannya saat ini dan dikemudian hari “. Artinya pembelajaran tidak memberikan makna bagi siswa dalam memecahkan permasalahan kewarganegaraan yang terjadi dalam kehidupan Budimansyah , Komalasari (2008 ) Hal lain ini terjadi karena pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tidak mengaitkan materi dengan realita kehidupan siswa, tidak kontekstual, lebih banyak memberikan kemampuan untuk menghapal bukan untuk berpikir, kreatif,kritis dan analitis, bahkan menimbulkan sikap apatis siswa dan menganggap enteng dan kurang menarik. (Budimansyah , Komalasari, 2008 )


(17)

Jurnal terkemuka manajemen pendidikan, Educational Leadership, edisi Maret 1993 menurunkan laporan utama tentang profesional. Menurut jurnal tersebut, untuk menjadi profesional seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal, yaitu: Pertama, guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Kedua, guru menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarkannya kepada para sisiwa. Ketiga, guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar. Keempat, guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya,

dan belajar dari pengalamannya. Kelima, guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.

Tantangan nyata dalam peran bagi guru pada pembelajaran saat ini sebagai fasilitator didalam maupun diluar kelas dalam proses peningkatan mutu pembelajaran adalah bagaimana strategi dalam menyampaikan materi pembelajaran dan bahan ajar, langkah-langkah apa yang hendak dilakukan termasuk perlu adanya repleksi mendalam guna mencapai kompetensi secara komprehenshif dan mewujudkan tercapainya multiple intelligences yang diharapkan. Di samping itu, guru profesional juga harus dapat memiliki kemampuan dalam pengolahan bahan ajar. Materi pembelajaran (instructional materials) dapat berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus


(18)

Proses pembelajaran adalah merupakan suatu system. Dengan demikian, pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat dimulai upaya meningkat dari menganalis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses pembelajaran. Begitu banyak komponen yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan, namun demikian , tidak mungkin upaya meningkatkan kualitas dilakukan dengan memperbaiki setiap komponen secra serempak.

Dari permasalahan- permasalahan dan gambaran diatas penulis merasa tertarik dan mencoba untuk melakukan penelitian mengenai :

“STRATEGI PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA

DENGAN MODEL PROJECT CITIZEN

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Strategi peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tentang Hak asasi manusia menggunakan model Project Citizen di SMP Negeri 1 Lembang ? ”

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka untuk lebih mengarahkan penelitian ini rumusan dirinci lagi dalam pertanyaan penelitian, sebagai berikut :

1. Bagaimanakah persiapan pembelajaran guru PKn yang dilakukan menggunakan model Project Citizen untuk meningkatkan mutu pembelajaran di SMP Negeri 1 Lembang tentang Hak asasi manusia ?


(19)

2. Bagaimanakah langkah-langkah yang dilakukan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran PKn menggunakan model Project Citizen dalam meningkatkan mutu pembelajaran di SMP Negeri 1

Lembang tentang Hak asasi manusia ?

3. Bagaimanakah mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam mengimplementasikan pembelajaran PKn menggunakan model Project Citizen dalam meningkatkan mutu pembelajaran di SMP Negeri 1 Lembang tentang Hak asasi manusia ? 4. Bagaimana respon siswa dalam mengimplementasikan pembelajaran PKn

mmenggunakan model Project Citizen untuk meningkatkan mutu pembelajaran siswa SMP Negeri 1 Lembang tentang Hak asasi manusia ? 5. Bagaimana tingkat efektivitas Pembelajaran PKn menggunakan

model Project Citizen tentang Hak asasi manusia di SMP Negeri 1 Lembang ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran Bagaimana Strategi peningkatan mutu Pembelajaran PKn menggunakan model Project Citizen tentang Hak asasi manusia di SMP Negeri 1 Lembang Kabupaten


(20)

2. Tujuan Khusus adalah :

2.1 Menganalisis persiapan-persiapan yang dilakukan guru PKn dalam mengimplementasikan model Project Citizen untuk meningkatkan mutu pembelajaran siswa SMP tentang Hak Asasi Manusia

2.2 Menganalisis pelaksanaan serta langkah-langkah yang diterapkan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran PKn menggunakan Model Project Citizen untuk meningkatkan mutu pembelajaran siswa

tentang hak asasi manusia.

2.3.Mengungkapkan Identifikasi hambatan-hambatan dalam mengimplementasikan Pembelajaran PKn menggunakan Model Project Citizen untuk meningkatkan mutu pembelajaran siswa SMP

dalam hak asasi manusia

2.4.Mengetahui respon guru dan siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan setelah menggunakan model Project Citizen . 2.5.Mengetahui efektivitas pelaksanaan pembelajaran PKn setelah

menggunakan model Project Citizen.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis dan praktis dalam meningkatkan mutu pembelajaran siswa menggunakan model Project Citizen pada pembelajaran PKn


(21)

1. Manfaat Teoretis

a. Mengadakan inovasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam bentuk Project Citizen .

b. Melakukan pengembangan kurikulum di tingkat Sekolah Menengah Pertama .

c. Memberikan masukan pemikiran bagi pertimbangan dan kajian teoritis tentang pendidikan Kewarganegaraan, khususnya konsep hak asasi manusia, baik yang menyangkut teori, pendekatan dan metode-metode pembelajarannya.

d. Suatu upaya Strategi dalam meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di tingkat SMP menggunakan model Project Citizen.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat menggali dan meningkatkan potensi siswa, sehingga potensi siswa kompeten, dan mampu berkompetitif untuk kehidupan di masa yang akan datang bagi masyarakat, bangsa dan Negara.

b. Bagi guru, temuan-temuan penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesionalisme dalam menyelenggarakan proses pembelajaran PKn menggunakan model Project Citizen baik di dalam maupun di luar kelas.


(22)

c. Bagi sekolah, temuan-temuan penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk memperbaiki mutu pembelajaran PKn sesuai tuntutan kurikulum.

d. Bagi praktisi pendidikan, temuan-temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam mengimplementasikan pembelajaran PKn menggunakan model Project Citizen dalam meningkatkan mutu pembelajaran siswa tentang hak asasi manusia.

E. Definisi Konsep dan Definisi Operasional

Untuk memperjelas judul dan masalah penelitian perlu didefinisikan beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian. Konsep yang didefinisikan meliputi definisi secara konseptual dan definsi secara operasional.

1. Strategi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

a. Definisi konseptual

1.1. Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu yang meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberi pengalaman belajar kepada siswa. Strategi pembelajaran terdiri dari teknik (prosedur) dan metode yang akan membawa siswa pada pencapaian tujuan.( Al Muhtar ,S , 2007) .


(23)

Strategi pembelajaran terdiri dari teknik (prosedur) dan metode yang akan membawa siswa pada pencapaian tujuan. Jadi, strategi lebih luas daripada metode dan teknik. Ada dua kutub pendekatan yang bertolak belakang, yaitu ekspositori dan discovery. Kedua pendekatan tersebut bermuara dari teori Ausubel yang menggunakan penalaran deduktif (ekspositori) dan teori Bruner yang menggunakan penalaran induktif (discovery). Kedua pendekatan tersebut merupakan suatu kontinum.

1.2. Pembelajaran PKn adalah penampilan perbuatan, sikap, dan faham guru di hadapan siswanya yang akan menentukan sejauh mana hak kewajiban siswanya dapat terlaksana pada bidang studi PKn (Djahiri, 1985: 7). Dengan mengajar ditampilkan kemahiran “ seni/Arts ” dari sang guru dalam merealisir pengetahuan dan keterampilan dedaktik metodik serta perbekalan kependidikan lainnya. Pembaharuan tersebut diharapkan terbentuknya “ democrations citizen ” guna mencapai masyarakat Indonesia baru atau

masyarakat madani (civil society). Dalam hal ini, Budimansyah, (2008: 182) mengungkapkan bahwa perlu dilakukan revitalisasi PKn agar menjadi “subjek pembelajaran yang kuat” (powerful learning area) yang secara kurikuler ditandai oleh pengalaman belajar secara kontekstual dengan ciri-ciri: bermakna (meaningful), terintegrasi (integrated), berbasis nilai (value-based), menantang (challenging) dan mengaktifkan (activating).

Pakar pendidikan sudah banyak membahas dan merumuskan tentang model-model pembelajaran PKn. Djahiri (2003: 9-22), mengajukan tiga macam


(24)

yaitu: “Pembelajaran AJEL (Active, Joyful, Effective, Learning), Pembelajaran M3SE (Multidimensi Materi-Media-Sumber-Evaluasi), dan Pembelajaran Portofolio. Ketiga jenis pembelajaran tersebut sangat cocok diterapkan pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pola pembelajaran yang melibatkan fisik, emosi dan sosial yang positif dengan didorong oleh lingkungan yang kondusif, menyenangkan dan mendorong semangat untuk belajar sehingga memenuhi ciri-ciri belajar yang diharapkan yaitu holistik (pembelajaran dikaji dari beberapa bidang dan fenomena), bermakna (keterkaitan antara teori dan praktek sebagai perolehan nyata hasil belajar) dan aktif (siswa terlibat dalam proses pembelajaran).

b. Definisi Operasional

1.1. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Demokrasi dan Hak asasi manusia seyogyanya mengorganisasikan pengalaman belajar secara beragam untuk berbagi jalur, jenis jenjang dan situasi pendidikan, dan dengan cara melibatkan siswa dalam proses pengambilan keputusan dalam masyarakat. Oleh sebab itu diperlukan berbagai strategi belajar yang berorientasi pada pengembangan kemampuan berpikir kristis dan pemecahan masalah sosial yang bertujuan memfasilitasi siswa untuk menjadi warganegara yang dewasa.


(25)

1.2. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masa lalu secara pragmatik sarat dengan muatan afektif namun dilaksanakan secara kognitif telah disikapi secara keliru sebagai satu-satunya obat mujarab (panacea) untuk mengatasi persoalan kehidupan para siswa khususnya yang menyangkut perilaku moral (Winataputra dan Budimansyah, 2008: 181).

Dengan demikian, pembelajaran kurang diarahkan kepada hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah yang ada di masyarakat, struktur, proses dan institusi-institusi Negara dengan segala kelengkapannya (trapigs of government) sehingga nilai moral yang ada tidak mempribadi. Akibat yang langsung dirasakan adalah perilaku-perilaku yang didasari oleh nilai moral yang tidak mempribadi sebagai hasil dari apa yang disebut dengan learned behaviour. Bahkan sering dimanifestasi dengan ketidakpatuhan, tidak memiliki sopan santun dan tidak bersikap tanggung jawab serta demokratis.

1..3. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam penelitian ini adalah proses belajar mengajar di sekolah yang didesain untuk membina dan mengembangkan warga negara yang cerdas, mampu dan memahami: (1) hak-hak asasinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, (2) menjadi warga negara Indonesia yang cerdas dan terampil, (3) warga negara yang berkarakter, sesuai yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Yang diperoleh dari proses pembelajaran di sekolah dengan tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:


(26)

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup berdampingan dengan bangsa-bangsa lainnya.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Diwujudkan dalam kehidupan yang demokratis di sekolah, masyarakat, keluarga, ataupun pemerintah serta organisasi-organisasi non-pemerintah. Selain itu, adanya kesadaran bela negara, penghargaan terhadap HAM, pelestarian lingkungan hidup, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, serta sikap perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

2.Model Pembelajaran Portofolio

2.1. Model pembelajaran portofolio merupakan pembelajaran sebagai proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang bersoko guru pada aktivis belajar siswa kadar tinggi dan multi domain serta multi dimensional proses ajar utuh terpadu, interdisipliner, akan memberdayakan program baru Pendidikan


(27)

Kewarganegaraan disamping wacana kesempatan pelatihan pelakonan berbagai kegiatan dan kemahiran siswa menjadi warga masyarakat serta anak bangsa yang baik, demokratis, cerdas dan berbudaya Indonesia ( Djahiri, 2001:1)

3.Hak Asasi Manusia

a. Definisi konseptual

1.1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (UU No. 39 Tahun 1999).

Secara konseptual dapat dikatakan bahwa Pembinaan Hak Asasi Manusia adalah proses, perbuatan, pembaharuan, penyempurnaan yang merupakan usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam melaksanakan Hak asasi manusia (KBBI). Hal ini menunjukkan bahwa adanya kegiatan untuk mencapai tujuan penghargaan kesadaran akan hak-hak asasi manusia dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.


(28)

b. Definisi Operasional

1.1.Pembelajaran Hak asasi manusia dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran yang menggunakan model Project Citizen yang diikuti siswa di sekolah, dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai berikut:

1). Aspek kognitif meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Memiliki pengetahuan tentang pengertian HAM. b. Memiliki pengetahuan tentang sejarah HAM. c. Memiliki pengetahuan tentang jenis-jenis HAM.

d. Memiliki pengetahuan tentang Instrumen HAM di Indonesia. e. Memiliki pengetahuan tentang Lembaga Perlindungan HAM dan Peranannya di Indonesia.

f. Memiliki pengetahuan tentang upaya penegakan HAM.

g. Memiliki pengetahuan tentang kasus-kasus pelanggaran HAM. 2). Aspek afektif meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Mencerminkan sikap yang ber-HAM dalam kehidupan sehari-hari. b. Mengakui hak dan kewajiban asasi sesama manusia sebagai warga negara.

3). Aspek psikomotor meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Memberi contoh perilaku yang sesuai dengan HAM. b. Berperilaku sesuai status dan peran di masyarakat


(29)

Agar mempermudah memahami definisi konsep dan definisi operasional dalam penelitian ini, dapat digambarkan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 1-1

Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Variabel Penelitian

NO Variabel Deskriptor Indikator

1 Pendidikan Kewarganegara

an dengan

Model Project Citizen

Mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu

melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

a. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaaraan.

b. Berpartisifasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan masyarakat,

berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

c.Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. 2 Pembelajaran

Hak Asasi Manusia (HAM)

a. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan,

penghormatan, dan perlindungan HAM.

b. Menghargai persamaan

kedudukan warga

1). Aspek kognitif:

a. Memiliki pengetahuan tentang hak asasi manusia (HAM). b. Memiliki pengetahuan tentang

sejarah hak asasi manusia (HAM).

c. Memiliki pengetahuan tentang jenis-jenis HAM.

d. Memiliki pengetahuan tentang Instrumen HAM di Indonesia.


(30)

negara dalam berbagai aspek kehidupan.

e. Memiliki pengetahuan tentang Lembaga perlindungan HAM dan peranannya di Indonesia. f. Memiliki pengetahuan tentang

upaya penegakan HAM. g. Memiliki pengetahuan tentang

kasus-kasus pelanggaran HAM.

2). Aspek afektif :

a. Mencerminkan sikap yang ber- Hak Asasi Manusia dalam kehidupan sehari-hari. b. Mengakui hak dan kewajiban

sesama manusia sebagai warga negara.

3). Aspek psikomotor :

a. Memberi contoh perilaku yang sesuai dengan HAM.

b. Berperilaku sesuai dengan status dan peran di

masyarakat.

F. Paradigma Penelitian

Penelitian ini berangkat dari kehidupan nyata di masyarakat, maupun lingkungan sekolah secara disadari atau tidak masih banyak permasalahan-permasalahan dan pelanggaran Hak asasi manusia yang terjadi baik secara sengaja maupun tidak disengaja. Pelanggaran dan permasalahan HAM, telah menjadi perhatian dan merupakan persoalan secara bersama, oleh karena itu siswa disekolah seyogyanya diperkenalkan pembelajaran HAM secara bermakna, agar mereka mengetahui dan sadar akan hak dan kewajiban asasi dirinya dan hak asasi orang lain .


(31)

Pembelajaran PKn masa lalu secara Pragmatik sarat dengan muatan afektif namun dilaksanakan secara kognitif telah disikapi secara keliru sebagai satu-satunya obat mujarab (panacea) untuk mengatasi persoalan kehidupan kehidupan para siswa khususnya yang menyangkut prilaku dan moral (Winataputra dan Budimansyah, 2008:181). Pembelajaran PKn yang dilakukan oleh guru diharapkan dapat membelajarkan materi secara efektif, melibatkan siswa dan seluruh komponen secara aktif. Seiring tuntutan peningkatan kompetensi dan guru professional, guru sebagai fasilitator dan motivator harus dapat memilih, menentukan model pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan kompetensi siswa, baik itu kompetensi pengetahuan , keterampilan dan sikap guna mendukung keberhasilan proses pembelajaran melalui sebuah kegiatan pembelajaran yang kreatif, inovatif sekaligus menyenangkan yang melibatkan siswa secara aktif.

Tujuan PKn yaitu membentuk warganegara yang baik (good citizens), memiliki pengetahuan dan kemampuan, memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk membangun dirinya, juga akan terwujud bila mampu mengatasi masalahnya dan masalah orang lain, serta memiliki sikap dan perilaku yang baik yang menyadari akan hak dan kewajibannya, mengetahui dan sadar akan hak dan kewajiban asasi dirinya dan hak asasi orang lain, sehingga mereka terbiasa menghormati diri dan hak asasi orang lain. Oleh karena itu menurut Sapriya dan Winataputra (2004:134) menyatakan: “ Dengan memahami Hak Asasi Manusia sejak dini (di sekolah, maka siswa diharapkan dapat bersikap dan berprilaku sesuai prinsip-prinsip hak asasi manusia . Sehingga ketika mereka menjalani


(32)

hidup di masyarakat akan lebih siap terutama menghadapi persoalan yang ada kaitannya dengan Hak asasi manusia )”.

Pembelajaran hak asasi manusia melalui PKn dengan menggunakan model Project Citizen diharapkan akan memberikan kemampuan berfikir dan bersikap

kritis siswa terhadap gejala yang berkembang dalam masyarakat dan menanggapi setiap permasalahan sosial terutama yang berhubungan dengan masalah penegakan hak asasi manusia. .

Melalui Pembelajaran PKn diharapkan akan membawa pengaruh positif bagi perilaku siswa dalam kehidupannya dan memiliki kemampuan melakukan evaluasi terhadap permasalahan Hak asasi manusia yang ada di sekitar lingkungannya. Sebagaimana yang termuat dalam Konvensi menentang Diskriminasi dalam Pendidikan Tahun 1960 pasal 5 ayat 1 huruf (a) yang dikeluarkan oleh Division Of Human Right, UNESCO (Brownlie, 1999:321) sebagai berikut:

“education shall be directed to the full development of the human personality and to the strengthening of respect for human rights and fundamental freedoms; it shall promote understanding, tolerance and friendship among all nations, racial or relegius groups and shall further activities of the United Nation for the maintenance of peace”

Hal tersebut secara tegas memberikan batasan tentang pentingnya pendidikan dalam mengembangkan potensi peserta didik sehubungan dengan upaya penegakan Hak asasi manusia. Dalam pencapaian tujuan tersebut tidaklah mudah dan perlu penanganan secara terpadu dan mendasar serta terus-menerus lewat jenjang pendidikan. Sosok peran yang strategis untuk mensosialisasikan


(33)

konsep dan masalah Hak asasi manusia kepada peserta didik sebagai harapan bangsa di masa depan adalah guru.

Pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran dalam upaya peningkatan mutu proses pembelajaran pada dasarnya adalah cara-cara yang digunakan dalam proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien. Oleh karena itu diperlukan, sebelum menentukan strategi pembelajaran yang digunakan. Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam menentukan strategi, (Sanjaya W,2007:128) :

a. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai.

• Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif atau psikomotor

• Kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,apakah tingkat tinggi atau rendah

• Memerlukan keterampilan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai

b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan dan materi pembelajaran

• Materi pelajaran itu berupa fakta,konsep, hukum atau teori

• Untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu

• Tersedianya buku sumber c. Pertimbangan dari sudut siswa

• Strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa

• Strategi pembelajaran itu sesuai minat dan bakat

• Strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa d. Pertimbangan-pertimbangan lainnya.

• Untuk mencapai tujuan apakah cukup dengan satu strategi saja


(34)

Adapun paradigma penelitian digambarkan dalam bagan berikut: Bagan 1.1 Paradigma Penelitian

Latar belakang Masalah

• Masih banyaknya pelanggaran baik dilingkungan masyarakat maupun

disekolah Diperlukan strategi dan langkah Model

Pembelajaran Pkn Model Project Citizen

• Pembelajaran HAM belum bermakna dan belum sepenuhnya dipahami

oleh siswa secara menyeluruh.

• Pembelajaran PKn masih mementingkan Hasil sebagai produk dari pada proses

Membentuk siswa kemampuan Berpikir kritis Menjadi warganegara Yang Dewasa Memecahkan masalah Social

Hasil yang diharapkan

Meningkatkan Mutu Pembelajaran

1. Pengetahuan kewarganegaraan ( Civic Knowledge)

1.1 Mengetahui pengertian Hak Asasi Manusia 1.2 Mengetahui Sejarah Hak Asasi Manusia 1.3 Mengetahui Jenis-jenis Hak Asasi Manusia 1.4 Mengetahui instrumen Hak Asasi di Indonesia 1.5 Mengetahui Lembaga perlindungan

Hak Asasi Manusia dan Peranannya di Indonesia. 2. Watak kewarganegaraan ( Civic Disposition )

2.1 Memberi contoh prilaku yang sesuai dengan Hak Asasi Manusia 2.2 Berprilaku sesuai dengan status dan peran di masyarakat

3. Keterampilan kewarganegaraan ( Civic Skills ) 3.1 Kemampuan untuk mencerminkan sikap yang ber- HAM

dalam kehidupan sehari-hari

3.2 Kemampuan mengakui Hak dan Kewajiban asasi sesama manusia sebagai warganegara.


(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode penelitian mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam upaya menghimpun data yang diperlukan dalam penelitian. Metodologi menurut Moleong (2000:145) adalah “suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian”. Dengan kata lain, metodologi merupakan proses, prinsip-prinsip yang kita gunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban. Berdasarkan pada pengertian ini, dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah “ mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha untuk memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya” (Nasution, 1996:5). Sementara itu, Moleong (2000:3) mengemukakan sebagai berikut:

Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia pada kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

Pemilihan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, penelitian tentang bagaimana strategi dalam meningkatan mutu pembelajaran PKn dengan model project citizen tentang hak asasi manusia yang mengungkapkan gambaran atau deskriptif dan informasi secara dini dan menghimpun sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua, pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji

dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar alamiahnya. Disamping itu pendekatan kualitatif mempunyai


(36)

adaptabilitas yang tinggi sehingga memungkinkan penulis senantiasa menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah dalam penelitian ini.

Menurut Nasution (1966:54) bahwa “ dalam penelitian naturalistik peneliti sendirilah yang menjadi instrument utama yang terjun langsung ke lapangan serta berusaha sendiri mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara”. Pendekatan naturalistik sangat mengutamakan manusia sebagai instrument penelitian, sebab mempunyai adaftibilitas yang baik. Jadi, senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian itu

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Metode ini dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu kelompok, organisasi, lembaga atau gejala tertentu.

Mulyana (2002:201) mengemukakan bahwa “studi kasus merupakan uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek dari seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial”. Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti (diperoleh melalui metode wawancara, pengamatan, penelaahan dokumen, hasil survei dan data apapun untuk menguraikan suatu kasus secara rinci). Selain itu juga, “peneliti mempelajari semaksimal mungkin subjek penelitian dengan tujuan untuk memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti” (Mulyana, 2002: 201).

Ditinjau dari lingkup wilayahnya, Arikunto (1989:115) mengemukakan sebagai berikut:

Penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit, tetapi ditinjau dari sifat penelitiannya, penelitian kasus lebih mendalam dan


(37)

membicarakan kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan mengumpulkan data, menyusun dan mengaplikasikannya serta menginterpretasikannya.

Melalui penggunaan metode studi kasus, penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan fakta-fakta secara komprehensif tentang upaya dan langkah-langkah, termasuk hambatan dan kendala yang dihadapi dalam meningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan model project citizen sebagai salahsatu model alternatif yang inovatif, kreatif dalam menentukan salahsatu pilihan tepat dan efektif.

Dalam studi kasus, metode terpenting tetap saja bersifat kualitatif. Dengan demikian, instrumen utama dalam penelitian adalah penulis sendiri yang terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan wawancara. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (2000:132) bahwa:

...bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia menjadi segala bagi keseluruhan proses penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir dan pada akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya.

Di dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan antar manusia, artinya selama proses penelitian penulis akan lebih banyak mengadakan kontak dengan orang-orang di sekitar lokasi penelitian yaitu di SMP Negeri 1 Lembang Kabupaten Bandung Barat. Dengan demikian penulis lebih leluasa mencari informasi dan data yang terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian.

Metodologi adalah proses, prinsip-prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban. Mendasarkan diri pada pengertian ini, pada rencana penelitian tesis yang hendak dilakukan oleh penulis


(38)

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini merupakan kajian analitis mengenai strategi peningkatan mutu pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan model project citizen tentang hak asasi manusia. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Creswell (1998) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut.

Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyses words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting.

Kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah.

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah dirumuskan yaitu untuk mengungkapkan Strategi peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan model project citizen tentang hak asasi manusia . Maka untuk mencapai sasaran tersebut, diperlukan suatu metode penelitian yang menitik beratkan pada upaya yang dihasilkan pada suatu solusi praktis dan konstektual terhadap permasalahan yang diteliti . Berdasarkan hal tersebut untuk mencapai tujuan penelitian , maka metode penelitian yang dipandang relevan adalah metode kualitatif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasution (1996:18), bahwa :

” Penelitian kualitatif disebut juga dengan penelitian naturalistik Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan yang bercorak kualitatif bukan kuantitatif, karena tidak


(39)

menggunakan alat pengukur. Disebut Naturalistik, karena situasi dilapangan bersifat natural atau wajar sebagaimana adanya tanpa manipulasi, diatur dengan eksperimen atau suatu tes ”.

Metode ini dipandang tepat untuk dijadikan dasar tilikan bagi penelitian ini, karena masalah yang diteliti memerlukan pengungkapan secara komprehensif dan mendasar atas dasar alamiah para subyek penelitian yaitu proses pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan di sekolah dalam meningkatkan kompetensi kewarganegaraan siswa tentang hak asasi manusia dengan menggunakan model Project Citizen.

Sejalan dengan ungkapan diatas, Bogdan dan Biklen (1982:3) menyebutnya penelitian kualitatif untuk pendidikan dengan sebutan”naturalistik ”, sesuai dan dengan karakteristik masalah yang dikaji. Lebih lanjut Bogdan dan Biklen (1982:27-29), secara operasional mengemukakan lima karakteristik utama dari penelitian kualitatif, yaitu sebagai berikut :

1. Qualitative research has the natural seeting as the direct source of data and the researches is the key instrument,

2. Qualitative research is descriptive

3. Qualitative researches are concered with process nother than simply outcomes or products.

4. Qualitative researches tend to analyze their data indiac, tively. 5. Meaning is of essensial concern to the qualitative approach.

Karena sifat penelitian naturalistik bertujuan mengamati fenomena yang ada secara ” apa adanya ” bukan untuk melakukan pengukuran secara terkontrol. Penelitian ini dilakukan dengan menceburkan diri secara langsung dilapangan, berorientasi pada penemuan, eksplorasi( menjelajah), perluasan dan menggambarkan secara holistik( menyeluruh). Dengan demikian, penelitian ini berorientasi pada proses bukan pada keluaran. Peneliti kualitatif harus mendasarkan diri pada asumsi bahwa realitas merupakan dinamika. Untuk


(40)

menjaring data secara luas , mendalam, kaya dan real terhadap subyek penelitian maka perlu melakukan sudi dokumentasi , wawancara dan observasi partisipan untuk melihat secara langsung strategi dan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam kelas khususnya pembahasan yang berkaitan dengan masalah hak asasi manusia dengan menggunakan model project citizen untuk meningkatkan

Sedangkan Menurut Maxfield (dalam Nazir, 1983:66) studi kasus atau case study adalah:

Penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Yang subjek penelitiannya dapat berupa individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Sehingga dapat memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Menurut Nasution (1996), lokasi penelitian menunjukan pada pengertian tempat atau lokasi sosial penelitian yang dicirikan oleh adanya tiga unsur yaitu pelaku, tempat, dan kejadian yang dapat diobservasi.

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Lembang Kabupaten Bandung Barat. Strategi pembelajaran PKn menggunakan model Project Citizen dapat meningkatkan mutu dan kompetensi yang diharapkan sehingga memungkinkan penulis memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Alasan peneliti melakukan penelitian dengan studi kasus ini karena sesuai dengan sifat dan tujuan penelitian yang ingin diperoleh, bukan untuk menguji


(41)

hipotesis, akan tetapi berusaha untuk mendapatkan gambaran yang nyata tentang bagaimana strategi peningkatan mutu dan implementasi proses pembelajaran PKn menggunakan model Project Citizen tentang hak asasi manusia. Karena penelitian ini bersifat kualitatif, maka instrumen utama penelitian adalah peneliti sendiri yang terjun langsung kelapangan untuk mencari informasi melalui obeservasi dan wawancara. Sebagaimana dikemukakan Moleong (2000:103) bahwa “bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia menjadi segala bagi proses penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir, dan akhirnya ia menjadi pelapor penelitian”.

Jadi selama proses penelitian, peneliti akan lebih banyak berhubungan atau mengadakan kontak dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya khususnya dilokasi penelitian SMP Negeri 1 Lembang Kabupaten Bandung Barat. Dengan demikian ditempat tersebut peneliti lebih leluasa mencari informasi dan data yang terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan dalam penelitian.

Adapun alasan lain peneliti memilih penelitian di SMP Negeri 1 Lembang Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai berikut :

1.1Sekolah ini merupakan sekolah unggulan yang telah menjadi rintisan berstandar nasional (RSBI).

1.2Sekolah yang telah mengembangkan dan pernah menjadi sekolah model Pilot Project Citizen pada tahun 2000.

1.3 Sekolah ini telah mempunyai program secara kontinu dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas secara inovatif kreatif, sehingga sering dikunjungi oleh berbagai daerah dalam


(42)

dan luar Kota/ Kabupaten yang ada di Jawa Barat dengan model project citizen

1.4Sekolah yang pernah mengikuti lomba model project citizen dan mendapat juara atau berprestasi .di tingkat propinsi maupun nasional.

1.5Sekolah yang selalu berprestasi pada bidang akademis maupun non akademis , sehingga menggunakan model project citizen tahun 2009/2010 menjadi icon pada pembelajaran khususnya pendidikan kewarganegaraan.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian kualitatif adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi yang dipilih secara purposif bertalian dengan tujuan tertentu. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Moleong (2000:165) bahwa “...pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak tetapi sampel bertujuan“. Sedangkan yang menjadi subjek penelitiannya adalah Kepala Sekolah/ Wakil Kepala Sekolah, Guru Pendidikan Kewarganegaraan dan siswa. Sebagaimana dikemukakan Nasution (1996:32) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat member informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa manusia dan situasi yang diobservasi. Sering sampel dipilih secara purposive bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian

responden ini diminta pula untuk menunjuk orang lain dan seterusnya. Cara lazim ini disebut snowball sampling yang dilakukan secara serial atau berurutan.


(43)

Jadi subjek penelitian adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi dipilih secara purposive bertalian dengan ungkapan Moleong (2000:165) yang menyatakan bahwa “…pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak tetapi sampel bertujuan.

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terkait dalam strategi peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan model Project Citizen , yaitu guru-guru Pendidikan Kewarganegaraann SMP 1 Lembang Kabupaten Bandung, yaitu,

1) TS beliau adalah guru PKn kelas 7 2) NR selaku guru PKn kelas 8

3) MH selaku guru PKn kelas 9 merangkap jabatan Wakasek

Peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa-siswi sebagai responden antara lain;

1) Kelas VIII : AN , IY, OS, RR

Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara kepada WK beliau merupakan Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Lembang Kabupaten Bandung Barat.

Dalam penelitian kualitatif, sampel yang dipilih bersifat purposif sehingga besarnya sampel ditentukan oleh adanya pertimbangan perolehan informasi. Penentuan sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai pada titik jenuh seperti yang dikemukakan oleh Nasution (1996:32-33) sebagai berikut:

Untuk memperoleh informasi sampai dicapai taraf “redundancy” ketentuan atau kejenuhan artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang dianggap berarti.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa pengumpulan data dari responden didasarkan pada kejenuhan data dan informasi yang diberikan.


(44)

Apabila dari beberapa responden yang dimintai keterangan diperoleh informasi yang sama, maka hal itu sudah dianggap cukup untuk proses pengumpulan data yang diperlukan sehingga tidak perlu meminta keterangan dari responden berikutnya.

C.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi literatur.

1. Observasi

Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Arikunto (1998:129) berpendapat bahwa “observasi dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan instrumen pengamatan maupun tanpa instrumen pengamatan”. Apabila diikhtisarkan, alasan secara metodologis bagi penggunaan pengamatan adalah bahwa pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya.

Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan yang dianut oleh para subjek pada keadaan waktu itu. Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data. “Pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama baik dari pihak pengamat maupun dari pihak subjek” (Moleong, 2000:126). Oleh karena


(45)

itu, dengan melakukan observasi secara langsung, tujuan dari metode studi kasus dalam penelitian ini diharapkan akan dapat mengungkap fakta-fakta secara lebih mendalam dan leluasa.

2. Wawancara

Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi (Nasution, 2003:113). Maksud dilakukannya wawancara tersebut antara lain untuk membuat suatu konstruksi sekarang dan disini mengenai orang, peristiwa, aktivitas, motifasi, perasaan dan lain sebagainya.

Wawancara ini bertujuan untuk “ mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi” (Nasution, 2003:73).

Wawancara menurut Mulyana (2002:18) adalah “bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu”.

Melalui wawancara ini diharapkan dapat diperoleh bentuk-bentuk informasi tertentu dari semua responden dengan susunan kata dan urutan yang disesuaikan dengan ciri-ciri setiap responden. Hal tersebut dimungkinkan sebab sebagaimana dikemukakan Mulyana (2002:181), bahwa:

Wawancara bersifat luwes, susunan pertanyaan dan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara, termasuk karakteristik sosial budaya (agama, suku, gender, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya) responden yang dihadapi.


(46)

Wawancara sebagaimana dikemukakan Dexter (dalam Lincoln dan Guba, 1985:268) adalah percakapan dengan suatu tujuan. Tujuan yang dimaksud dalam wawancara bisa meliputi hal-hal di luar diri yang diwawancarai, capaian yang sedang dijalani subjek penelitian saat ini, suatu peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan dan berbagai macam lainnya. Wawancara juga boleh menyangkut projeksi tentang masa depan subjek penelitian baik menyangkut keinginannya maupun pengalaman masa depannya, verifikasi dan perluasan informasi.

Menurut Patton (1990:280) (Sapriya, 2007) pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam penelitian naturalistik dapat mengikuti tiga macam pilihan sebagai berikut: Pertama, Wawancara percakapan informal (the informal conversation interview), ialah wawancara yang sepenuhnya didasarkan pada susunan

pertanyaan spontan ketika interaksi berlangsung khususnya pada proses observasi partisipatif di lapangan. Pada saat wawancara melalui percakapan informasi berlangsung terkadang orang yang diwawancarai tidak diberitahu bahwa mereka sedang diwawancarai.

Kedua, Wawancara umum dengan dengan pendekatan terarah (the general

interview guide approach), ialah jenis wawancara yang menggariskan sejumlah

isu yang harus digali dari setiap responden sebelum wawancara dimulai. Pertanyaan yang diajukan tidak perlu dalam urutan yang diatur terlebih dahulu atau dengan kata-kata yang dipersiapkan. Panduan wawancara memberikan checklist selama wawancara untuk meyakinkan bahwa topik-topik yang sesuai

telah terakomodasi. Peneliti menyesuaikan baik urutan pertanyaan maupun kata-kata untuk responden tertentu.


(47)

Ketiga, Wawancara terbuka yang baku (the standardized open-ended

interview), meliputi seperangkat pertanyaan yang secara seksama disusun dengan

maksud untuk menjaring informasi mengenai isu-isu yang sesuai dengan urutan dan kata-kata yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Fleksibilitas dalam menggali informasi dibatasi, tergantung pada sifat wawancara dan keterampilan peneliti.

Lebih lanjut mengenai apa yang perlu ditanyakan kepada subjek penelitian, Patton (1989:198) memberikan kiatnya. (a) pertanyaan berkaitan dengan pengalaman dan perilaku; (b) pertanyaan berkaitan dengan pendapat atau nilai; (c) pertanyaan berkaitan dengan perasaan; (d) Pertanyaan berkaitan dengan pengetahuan; (e) pertanyaan berkaiatan dengan indera; (f) pertanyaan berkaitan dengan latar belakang atau demografi.

Berdasarkan hal tersebut, maka metode ini memungkinkan pihak yang diwawancarai untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya, untuk menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai fenomena yang diteliti, tidak sekedar menjawab pertanyaan.

Dalam penelitian ini, peneliti sesuai dengan permasalahan dalam penulisan tesis Strategi peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tentang Hak asasi manusia menggunakan model Project Citizen ini, melakukan wawancara kepada: 1) Guru PKn SMP Negeri 1 Lembang, 2) Siswa SMP Negeri 1 Lembang, 3) Kepala Sekolah / Wakil Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Lembang.

3. Studi Dokumentasi

Dokumen dan catatan (dokumen dan record) merupakan sumber informasi yang sangat berguna. Ada beberapa alasan menggunakan dokumen dan catatan,


(48)

seperti dikemukakan oleh Lincoln dan Guba, (1989:276-277) antara lain sebagai berikut:

(1) dokumen dan catatan ini selalu dapat digunakan terutama karena mudah diperoleh dan relatif mudah

(2) merupakan sumber informasi yang mantap, baik dalam pengertian

merefleksikan situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang tanpa melalui perubahan di dalamnya

(3) dokumen dan catatan merupakan informasi yang kaya

(4) keduanya merupakan sumber resmi yang tidak dapat disangkal, yang

menggambarkan formal, dan

(5) tidak seperti pada sumber manusia, baik dokumen maupun catatan

non-reactive, tidak member reaksi/respon atas perlakuan peneliti. Meskipun istilah dokumen dan catatan seringkali digunakan untuk menunjukan satu arti, tetapi pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai arti yang berbeda bila ditinjau dari tujuan dan analisis yang digunakan.

Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data penelitian kualitatif. Moleong (2000:161) mengungkapkan kegunaan dokumen “sebagai sumber data untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan”. Sedangkan Arikunto (1998:236) menjelaskan bahwa “metode dokumentasi merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”.

Data yang diperoleh melalui kajian dokumentasi ini dapat dipandang sebagai narasumber yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Jadi melalui studi dokumentasi ini peneliti dapat memperkuat data hasil observasi dan wawancara yang telah dilaksanakan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan masalah, tujuan, fungsi dan sebagainya.

4. Studi Literatur

Studi literatur merupakan alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca,


(49)

mempelajari buku-buku dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoretis yang dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian dan menunjang pada kenyataan yang berlaku pada penelitian.

Faisal (1992:30) mengemukakan bahwa hasil studi literatur bisa dijadikan masukan dan landasan dalam menjelaskan dan merinci masalah-masalah yang akan diteliti; termasuk juga memberi latar belakang mengapa masalah tadi penting diteliti.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses yang dilakukan secara sistematis untuk mencari dan menemukan serta menyusun transkrip wawancara, catatan-catatan lapangan (field notes), dan bahan-bahan lainnya yang telah dikumpulkan peneliti. Dengan cara ini, diharapkan peneliti dapat meningkatkan pemahamannya tentang data yang terkumpul dan memungkinkannya menyajikan data tersebut secara sistematis guna menginterpretasikan dan menarik kesimpulan (Bogdan dan Biklen, 1992:153).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi (Miles dan Huberman (1992:16-18). Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan merupakan rangkain kegiatan analisis yang saling susul menyusul.


(50)

Bagan 1.1 Komponen-komponen Analisis Data (Miles dan Huberman, 1992:20)

Bagan di atas dapat dijelaskan bahwa tiga jenis kegiatan utama analisis data merupakan proses siklus dan interaktif. Peneliti harus siap bergerak di antara empat “sumbu” kumparan itu selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak balik di antara kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

E. Instrumen Penelitian

Peneliti adalah instrumen utama dalam penelitian ini, hal tersebut sesuai dengan pendapat Nasution (1992:9) bahwa “ peneliti adalah key instrument yakni peneliti sendiri yang bertindak sebagai pengamat, untuk mengumpulkan data secara mendalam yang dibantu dengan pedoman observasi dan pedoman wawancara”. Agar penelitian ini terarah, maka sebelum melakukan penelitian ke

Pengumpulan data

Reduksi data

Kesimpulan: Penarikan/verifikasi

Penyajian data


(51)

lapangan, peneliti terlebih dahulu menyusun kisi-kisi penelitian yang selanjutnya dijadikan acuan untuk membuat pedoman wawancara, studi dokumentasi, dan observasi (terlampir). Adapun kisi-kisi penelitian adalah sebagai berikut :

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama (key instrument) dalam mengumpulkan data dan menginterpretasi data dengan dibimbing oleh pedoman wawancara dan pedoman observasi. Dengan demikian dalam penelitian mengenai kajian tentang pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini, peneliti mengadakan observasi dan wawancara mendalam, dengan asumsi bahwa hanya manusia yang dapat memahami makna interaksi sosial, menyelami perasaan dan nilai-nilai yang terekam dalam ucapan dan perilaku responden. Peneliti sendiri adalah sebagai pengkonstruksi realitas atas dasar pengamatan dan pengalamannya di lapangan.


(52)

Tabel 3.1 Kisi-kisi Penelitian

No Pertanyaan Penelitian Indikator Rincian Informasi Sumber Data Instrumen Data

1.

2

Bagaimanakah persiapan yang dilakukan guru PKn menggunakan model project citizen ?

Bagaimanakah langkah-langkah yang dilakukan

guru dalam

mengimplementasikan pembelajaran PKn menggunakan model project citizen?

Mengidentifikasi langkah persiapan-persiapan guru dalam

Pengembangan Silabus mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan model project

citizen

Menganalisis langkah-langkah guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran sesuai dengan tahapan model

project citizen

1. Mendeskripsikan berbagai

informasi persiapan guru dan siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan model project citizen

2. Mendeskripsikan

langkah-langkah siswa dan guru pada proses pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dengan model project citizen

Guru ,siswa , ,Buku PKN, KTSP ,Silabus, RPP,

Guru, siswa, buku referensi yang relevan

1. Analisis

Dokumen

2. Pedoman

Wawancara

1. Pedoman

Wawancara

2. Pedoman


(1)

160 ,melalui program nyata yang terencana, terarah, terpadu, meyeluruh secara kontinu.

Adapun langkah-langkah dalam melaksanakan model Project Citizen adalah : 1). Langkah pertama : Identifikasi Masalah

(a). Membagi siswa menjadi 6 (enam) kelompok kecil untuk mencari dan menemukan permasalahan dilingkungan dengan media surat khabar. (b). Tiap kelompok mengajukan 2 (dua) permasalahan temuannya dan menuliskannya dipapan tulis dan menyampaikan alasan/ latar belakang pengajuannya.

(c).Perwakilan kelompok tampil mempromosikan ajuannya untuk

meyakinkan kelas bahwa ajuannya pantas dipertimbangkan untuk menjadi bagian kelas.

2). Langkah kedua : Menetapkan masalah kajian kelas

(a). Setiap siswa memilih 2(dua) permasalahan untuk kajian kelas dengan cara tampil kedepan dan menandai pilihannya.

(b).Voting dilanjutkan sampai menghasilkan 1 (satu) permasalahan kajian kelas.

(c). Penetapan keputusan pilihan kelas ditentukan dengan perolehan suara terbanyak.

3).Langkah ketiga : Mengumpulkan Informasi

(a). Mengidentifikasi sumber informasi yang dapat memberikan data yang berhubungan dengan permasalahan .

(b). Membagi tugas tim pencari informasi dilapangan sesuai kebutuhan dan sumber informasi yang dikunjungi.


(2)

161 (c).Menyusun pertanyaan sesuai kebutuhan dan sumber informasi yang

dikunjungi.

(d).Mengunjungi sumber informasi dan menampung data yang diperoleh. 4).Langkah keempat : menyusun Portofolio

(a). Membagi siswa menjadi 4 (empat) kelompok protofolio sesuai dengan tugasnya masing-masing yaitu :

Kelompok 1 : Menjelaskan masalah

2 : Mengkaji kebijakan alternative 3 : Mangusulkan satu kebijakan 4 : Menyusun rencana tindakan

(b). Mengerjakan portofolio masing-masing berdasarkan informasi yang diperoleh dalam bentuk tayangan dan dokumentasi.

5). Langkah kelima : Menyajikan portofolio ( Show case)

(a).Tiap kelompok secara bergiliran tampil menyajikan portofolionya masing- masing dengan cara mempresentasikan dan mempertanggungjawabkannya dihadapan tim juri dan para pengunjung.

(b).Tiap kelompok menampilkan atraksi yel yang berhubungan dengan permasalahan.

(c). Pengumuman hasil perolehan nilai tiap-tiap kelompok 6). Langkah keenam : Refleksi pengalaman belajar

c. Hambatan-hambatan dalam mengimplemenntasikan pembelajaran PKn menggunakan model Project Citizen, ; Waktu pelaksanaan memerlukan lebih dari jumlah pelajaran yang dibutukan, Biaya yang disediakan untukk


(3)

162 pemenuhan kegiatan baik dilapangan dan di kelas, oleh guru dan siswa senantiasa berupaya diminimalisir melalui antisipasi secara dini, melalui langkah nyata secara sinergis dengan pihak –pihak yang terkait dan terlibat pada kegiatan ini, agar memperoleh solusi dan lancarnya proses pengembangan dalam mencapai peningkatan mutu pembelajaran dan kompetensi siswa yang diharapkan termasuk peran dan fartisipasi aktif dalam memberikan solusi kebijakan alternatif yang sesuai dengan tema, atau pembahasannya, sehingga proses pembelajarannya bermakna, utuh, terintegrasi, guna mendorong dan mewujudkan visi dan misi dan strategis pendidikan nasional .

d. Model Project Citizen mengadaftasi dari pembelajaran berpikir kritis, inquiri, Cooperatif learning. Problem Solving dalam memecahkan masalah yang menjadi kajian kelas secara berkelompok. Peran serta dari guru dan siswa secara aktif dapat meningkatkan keterlibatan, respon positif, melalui rencana tindakan, yang dipersiapkan secara optimal dalam upaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan watak sebagai warganegara demokrasi dan memahami hak asasi manusia.


(4)

163 B. Rekomendasi.

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan diatas dirumuskan rekomendasi-rekomendasi sebagai berikut :

1. Bagi guru PKn sebagai fasilitator dalam tahap persiapan mengembangkan model Project Citizen sebagai Strategi dalam upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran tentang HAM, sebaiknya mengacu pada rencana yang telah disepakati bersama, rencana padatahap ini diantaranya :

a. Kebijakan publik atau temuan masalah pada penelitian ini berkaitan dengan materi pembelajaran Hak Asasi Manusia yang terdapat dilingkungan sekolah maupun masyarakat.

b.Perlu upaya persiapan dalam mmefasilitasi melalui penyusunan program arah, langkah-langkah secara detail berkenaan dengan tema yang akan diungkap menggunakan mpodel ini.

c. Tujuan yang akan dicapai, dalam model ini menjadi acuan bersama dengan selalu berupaya meningkatkan kompetensi profesionalismenya baik itu kompetensi kepribadian ,sosial, pedagogis, dan profesional ,agar siswa bisa termotivasi,dan dapat mengembangkan kompetensi yang diinginkan melalui pembelajaran yang menyenangkan,menumbuhkan kreativitas,dan tanggung jawab, kepedulian termasuk pengalaman belajarnya .

2. Bagi guru PKn pada tahapan langkah-langkah dan strategi dalam implementasi pembelajaran Project Citizen tentang HAM sebaiknya terencana,terarah lengkap dan konsisten, dapat memberikan dampak positif dan baik, dalam meningkatkan kompetensi siswa.


(5)

164 3. Identifikasi hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dan siswa, adalah

sebagai berikut :

a. Bagi Kepala sekolah agar mengizinkan para siswa memanfaatkan waktu diluar jam belajar.

b. Bagi Kepala sekolah dan guru PKn meningkatkan koordinasi dengan biorkrasi terkait yang dapat memberikan pelayanan dan informasi lebih awal guna terwujudnya kerjasama yang harmonis, guna lancar dan suksesnya progam sekolah maupun program peningkatan mutu pendidikan dengan mengacu pola manajemen sekolah berbasis sekolah, yang memenuhi standar proses pendidikan. Untuk melakukan kerjasama agar terjalin secara efektif seyognya semua pihak terkait dan merasa terpanggil dalam menginformasikan berbagai temuan dan kebijakan-kebijakan yang ada sebagai bahan dan sumber pembelajaran bagi siswa. Berbagai pihak yang terkait sebagai sumber pembelajaran ; Pemerintahan Daerah, RW dan RT.

c. Para siswa senantiasa perlu meningkatkan motivasi belajarnya, dan mengubah pola pikir bahwa belajar tidak hanya didalam kelas saja, tetapi juga dapat belajar dari lingkungan dan masyarakat.

4. Kepala Dinas Pendidikan , dengan menggunakan model Project Citizen pada pembelajaran PKn ,respon siswa sangat antusias, positif . sebaiknya dilaksanakan lomba serta pelatihan secara terprogram , terencana , kontinu


(6)

165 dan terpadu menjadi solusi alternatif dan inovatif guna mendukung peningkatan mutu pembelajaran.

5. Materi Project Citizen sebaiknya menyangkut kebijakan publik disekolah. Dalam penelitian ini mengungkap sejumlah dan berbagai kebijakan publik teridentifikasi diantaranya tentang :

- Pendidikan gratis, lingkungan hidup, urbanisasi, Pemerintahan , - Kemiskinan, anak terlantar, kependudukan .

Tema-tema tersebut diatas dapat dipilih untuk memperoleh pembelajaran Project Citizen.