KRITIK TEKS DAN TELAAH FUNGSI NASKAH ÉLMU HAKÉKAT RASA.

(1)

KRITIK TEKS DAN TELAAH FUNGSI NASKAH ÈLMU HAKÈKAT RASA

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Program Sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Rizwan (0906436)

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

KRITIK TEKS DAN TELAAH FUNGSI NASKAH ÉLMU HAKÉKAT RASA

oleh Rizwan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan

Bahasa dan Seni

© Rizwan 2013

Universitas Pendidkan Indonesia September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

KRITIK TEKS DAN TELAAH FUNGSI NASKAH ÉLMU HAKÉKAT RASA

oleh Rizwan 0906436

disetujui dan disahkan dalam sidang skripsi oleh Pembimbing I,

Dr. Tedi Permadi, M.Hum. NIP 197006242006041001

Pembimbing II,

Dra. Novi Resmini, M.Pd. NIP 197611031993032003

diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Dr. Dadang S. Anshori, M.Si. NIP 197006242006041001


(4)

Rizwan 0906436

ABSTRAK

Penelitian ini mengangkat sebuah objek penelitian berupa naskah atau manuscript. Persoalan yang muncul adalah adanya kecenderungan jumlah naskah Sunda yang semakin berkurang, terutama naskah Sunda yang mengandung unsur keagamaan atau tasawuf. Kuantitas naskah Sunda memang tidak sebanyak naskah melayu klasik. Oleh karena itu, penelitian terhadap naskah Sunda yang mengandung isi keagamaan sampai saat ini masih belum memadai dibandingkan dengan jumlah naskah yang tersimpan di berbagai tempat koleksi penyimpanan. Oleh karena itu, penulis akan melakukan sebuah penelitian terhadap salah satu naskah Sunda, yaitu naskah Élmu Hakékat Rasa (EHR).

Tahap pada penelitian ini didasarkan pada sebuah kajian filologis serta tinjauan terhadap kandungan isi dan fungsi teks. Pengkajian secara filologis bertujuan untuk menghasilkan edisi teks yang mudah dibaca dan dipahami dalam terjemahan serta dapat diperkirakan bersih dari kesalahan-kesalahan tulis. Pengkajian secara filologis meliputi; transliterasi teks, penyuntingan teks, dan penghasilan sebuah edisi teks dan terjemahan mengingat naskah ini berbahasa daerah (Jawa dan Sunda). Adapun metode filologi yang digunakan adalah metode naskah tunggal edisi standar. Penelitian ini dilanjutkan dengan melakukan tinjauan kandungan isi teks berdasarkan indikasi konsep pemikiran para tokoh sufistik dan kandungan nilai teksnya yang mengacu pada teori nilai hierarki yang dikemukakan oleh Max Scheller serta melakukan tinjauan terhadap fungsi teks melalui pendekatan sosiologi sastra yang dikemukakan oleh Ian Watt.

Berdasarkan hasil analisis terhadap teks naskah EHR diperoleh keterangan bahwa dalam tahap awal, yaitu proses transliterasi didapatkan ciri ragam bahasa lama yang tetap dipertahankan untuk menjaga kemurnian bahasanya serta aturan penulisan yang telah disesuaikan dengan pedoman ejaan yang berlakun sekarang. Berdasarkan hasil analisis kritik teks terdapat kasus kesalahan tulis berjumlah 109 kesalahan, diantaranya 31 kasus penyimpangan dalam tataran adisi; 32 kasus penyimpangan dalam tataran omisi; dan 46 kasus penyimpangan dalam tataran emendasi. Perbaikan dilakukan untuk mendapatkan kata yang sesuai dengan konteks kalimatnya. Di samping itu, perbaikan pula dilakukan sebagai upaya pengisian teks naskah yang telah hancur ataupun sobek. Tinjauan terhadap Kandungan isi teks EHR didasarkan pada indikasi konsep para pemikiran tokoh sufistik dan kandungan nilai teksnya. Indikasi konsep para pemikiran tokoh dalam teks EHR diperoleh keterangan bahwa adanya indikasi tokoh-tokoh sufistik-filosofis dan metafisis, seperti tokoh Ibn Arabi, Hallaj, dan Syekh Syamsuddin Sumaterani yang menganut paham ajaran Wahdat al-Wujud yang merupakan ajaran sentral Ibn Arabi. Tinjauan kandungan nilai teks yang terdapat pada teks naskah EHR diperoleh keterangan bahwa nilai hierarki diperoleh adalah nilai kenikmatan, nilai kehidupan, nilai kejiwaan, dan nilai kerohanian. Tinjauan fungsi teks dalam naskah EHR dapat diperoleh keterangan bahwa keterlibatan pembaca untuk mengetahui sebuah karya sastra memiliki fungsi ataupun manfaat yang diperoleh. Adapun fungsi teks yang didapatkan dalam naskah EHR antara lain sebagai media dakwah, sebagai sarana penyempurnaan akhlak, sebagai peningkatan kualitas keyakinan, dan sebagai sandaran prinsip kehidupan.


(5)

TEXTUAL CRITISM AND FUNCTION ANALYSIS OF THE ELMU HAKEKAT RASA SCRIPT

Rizwan 0906436

ABSTRACT

The research raises a research object in the form of text or manuscript. The problem that arises is the tendency of the number of Sundanese manuscripts of diminishing, especially Sundanese manuscripts that contain religious elements or Sufism. Quantity Sundanese script is not as much as the classic Malay manuscripts. Therefore, the study of Sundanese manuscripts containing religious content is still inadequate compared to the amount of text stored in various places collections storage. Therefore, the authors will conduct a study of one of the Sundanese script, the script is Elmu Hakekat Rasa (EHR).

Stage in this research is based on a philological study and review of the content of the text content and functionality. The assessment is intended to produce a philological edition of the text is easy to read and understand as well as can be expected in the translation net of write errors. The philological assessment include; transliterated text, editing text, and earning a text edition and translation of the text given local language (Javanese and Sundanese). The philological method used is a standard edition single script method. This study followed by a review by an indication of the content of the text content of the concept of Sufi thought leaders and content of the text which refers to the value of the value hierarchy theory proposed by Max Scheller as well as a review of the function of literary texts through a sociological approach proposed by Ian Watt....

Based on the analysisof theEHRdrafttextobtained information thatin theearly stages, which ischaracteristic ofthevariety of languagetransliterationobtainedlongretainedto maintainthe purity ofthe languageandrules of writingthathas beenadapted to thecurrent spellingguidelines. Based onthe analysis oftextual criticismthere arecases ofclerical errorstotaled109errors, of which31cases ofirregularitiesin the level ofadducts; 32cases ofirregularitiesin the level ofomission, and 46cases ofirregularities inemendationlevel. Repairsdonetoget the word outthataccording to thecontext of the sentence.In addition, the improvement is alsodone as atext insertionmanuscriptthat has beendestroyedortorn. Review

of thecontent ofthe textcontent ofan EHRbased on theindication

ofthethoughtleadersSuficonceptandcontent ofthe textvalue. Indication ofthethoughtleadersin theconcept ofEHRtextobtained information thatthe indicationfiguresSufi-philosophical andmetaphysical, such asIbnArabifigure, al-Hallaj, and theShaykhShamsal-Sumateraniwhich adoptsdoctrineWahdatal-Being which is thecentraldoctrineof IbnArabi. Reviewthe content ofthe textvaluecontained in theEHRdrafttextobtained information thatthe valueobtainedis the valuehierarchyenjoyment, value of life, the value ofpsychological, andspiritualvalues .Overview ofEHRfunctionsin the scripttextcan beobtained information thatthe involvement ofthe readerto findaliterary workhas a functionorbenefit obtained. The functionobtainedin the manuscripttextEHRamong others, asa medium of propaganda, as a means ofmoralperfection, as aquality improvementbelief, andas therestof lifeprinciple.


(6)

LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... ASBTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN... 1.1Latar Belakang Masalah... 1.2Identifikasi Masalah... 1.3Batasan Masalah... 1.4Rumusan Masalah... 1.5Tujuan Penelitian... 1.6Manfaat Penelitian... 1.7Definisi Operasional...

BAB II FILOLOGI, PROSES PENELITIAN FILOLOGI, TASAWUF, DAN FUNGSI NASKAH...

2.1 Naskah sebagai Objek Penelitian Filologi... 2.2 Proses Penelitian Filologi ... 2.3 Tasawuf ... 2.4 Fungsi Naskah ...

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN... 3.1 Metode Penelitian... 3.2 Objek Penelitian

3.2.1 Deksripsi Naskah ... 3.2.2 Ikhtisar Teks Naskah EHR... 3.3 Teknik Penelitian ...

3.3.1 Prosedur Penelitian ...

i ii iii iv v vi vii 1 6 7 7 7 7 8 9 9 16 26 30 32 32 32 32 35 37 37


(7)

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 3.3.3 Teknik Pengolahan Data ... 3.4 Kerangka Berpikir Penelitian...

BAB IV KRITIK TEKS, TINJAUAN KANDUNGAN DAN FUNGSI... 4.1 Tinjauan Teks...

4.1.1 Transliterasi... 4.1.2 Kritik Teks... 4.1.2.1 Penyimpangan Redaksional... 4.1.2.1.1 Penambahan (Adisi)... 4.1.2.1.2 Penghilangan (Omisi)... 4.1.2.1.3 Perbaikan (Emendasi)... 4.1.3 Edisi Teks... 4.1.3.1 Pengantar Edisi Teks... 4.1.3.2 Edisi Teks Naskah EHR... 4.1.4 Terjemahan Teks... 4.1.4.1 Pengantar Terjemahan Teks... 4.1.4.2 Terjemahan Teks Naskah EHR... 4.2 Kutipan Hadits Nabi... 4.3 Tinjauan Kandungan Isi Teks Naskah EHR... 4.3.1 Konsep Ajaran Pemikiran Para Tokoh Sufistik... 4.3.2 Tinjauan Kandungan Nilai Teks Naskah EHR ... 4.4 Kedudukan Naskah EHR dalam Karya Sastra... 4.5 Fungsi Teks Naskah EHR...

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 5.1 Simpulan... 5.2 Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... RIWAYAT HIDUP... 38 38 39 40 40 40 46 46 47 51 58 65 65 66 76 76 76 86 87 88 97 102 103 106 106 109


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Peninggalan tradisi masyarakat Sunda merupakan sumber kebudayaan yang sangat kaya. Kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat Sunda sangat beragam, baik dari tradisi lisan ataupun tulisannya. Peninggalan suatu tradisi masyarakat Sunda layak dipandang sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional yang dapat memberikan corak kebudayaan ataupun karakteristik yang tumbuh menjadi kepribadian suatu bangsa. Salah satu bentuk peninggalan dari masyarakat Sunda adalah adanya tradisi tulis, yaitu berupa naskah.

Naskah atau manuscript merupakan sumber informasi tentang hasil budaya masa lampau dalam bentuk tulisan. naskah juga merupakan salah satu sumber informasi kebudayaan daerah yang sangat penting. Oleh karena itu, diperlukan upaya pembinaan, pemeliharaan, dan pengembangan kebudayaan nasional sepertinya halnya naskah lama. Pada dasarnya naskah lama berisi berbagai data dan informasi mengenai perasaan, pikiran, dan pengetahuan dari suatu bangsa atau kelempok sosial tertentu.

Perlu diketahui bahwa keberadaannya merupakan suatu warisan budaya yang patut kita pelihara dan lestarikan guna mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal budaya dan kesejarahan. Robson (1994:7) menyebutkan bahwa warisan dalam konteks budaya Indonesia merupakan sebuah ungkapan emotif terutama naskah yang diwariskan sesepuh sebagai hal yang patut dihormati dan dijaga kelestariannya sehingga kita mendapat tugas moral untuk merawat apa yang telah ditinggalkan mereka untuk kita, keturunan mereka yang masih hidup.

Pada masanya naskah memiliki peranan fungsi yang sangat banyak, antara lain: sebagai pegangan kaum bangsawan untuk naskah-naskah yang berisi silsilah, sejarah leluhur, dan sejarah daerah mereka; sebagai alat pendidikan untuk naskah-naskah yang berisi pelajaran agama dan etika; sebagai media menikmati seni budaya seperti halnya naskah-naskah yang berisi cipta sastra atau karya seni; dapat menambah pengetahuan untuk naskah-naskah yang berisi berbagai


(9)

2

informasi ilmu pengetahuan; dan sebagai alat keperluan praktis kehidupan sehari-hari untuk naskah-naskah yang berisi primbon dan sistem perhitungan waktu. Namun, peranan fungsi tersebut justru mengalami proses penurunan, bahkan sampai tidak berfungsi lagi (Ekadjati, 1988:9)

Naskah mengemban isi yang sangat kaya, Barried (1985:4) menyatakan bahwa kekayaan yang dimiliki oleh sebuah naskah dapat ditunjukkan dengan aneka ragam aspek kehidupan, seperti masalah sosial, politik, ekonomi, agama, kebudayaan, bahasa, dan sastra yang kebanyakan isinya mengacu kepada hal yang sifatnya historis, didaktis, religius, dan belletri. Naskah lama juga memiliki hubungan erat dengan kehidupan sosial masyarakatnya yang melahirkan naskah-naskah tersebut.

Keragaman isi naskah sunda dapat diklasifikasikan kedalam 12 kelompok, diantaranya; (1) agama, (2) bahasa, (3) hukum/aturan, (4) kemasyarakatan, (5) mitologi, (6) pendidikan, (7) pengetahuan, (8) paririmbon, (9) sastra, (10) sastra sejarah, dan (12) seni (Ekadjati, 1988:34). Adapun aksara yang digunakan pada penulisan teks-teks naskah sunda dapat dibedakan ke dalam empat jenis aksara, yaitu (1) aksara sunda (kuno), (2) aksara cacarakan, (3) aksara pegon, dan (4) aksara latin (Darsa, 1998:4). Kondisi tersebut membuktikan bahwa naskah-naskah sunda mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Disamping itu, perkembangan tersebut memberikan gambaran mengenai terjadinya difusi budaya yang telah mewarnai segala aspek kehidupan masyarakat sunda pada masa lampau.

Keberadaan naskah sekarang, ada kecenderungan jumlahnya yang semakin berkurang karena banyaknya naskah yang hancur, rusak, ataupun musnah sehingga tidak dapat diketahui lagi kandungan isinya. Hal itu disebabkan oleh faktor-faktor yang menimpa naskah-naskah tersebut, misalnya terkena banjir, terbakar, dimakan serangga, ataupun lapuk karena usia naskah yang memang sudah tua. Faktor lainnya adalah dengan kesengajaan, seperti dibakar, tidak dipelihara, ataupun disimpan begitu saja tanpa ada kesadaran untuk memeliharanya dan sebab-sebab lainnya.


(10)

Adapula naskah-naskah yang tersimpan di berbagai tempat, seperti museum-museum, perpustakaan, pesantren, ataupun di kalangan masyarakat yang notabane-nya sebagai hak pewaris, justru keberadaan naskah lama sangat terlantar dan pemeliharaannya pun kurang mendapat perhatian secara layak. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya perhatian masyarakat terhadap naskah lama. Di samping itu, sebab lainnya adalah kurang mengertinya seseorang akan nilai yang terkandung di dalam suatu naskah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa naskah memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama sebagai jembatan untuk mempelajari sejarah budaya masa lampau, khususnya kebudayaan Sunda. Oleh karena itu, diperlukanlah sebuah penelitian terhadap naskah Sunda sebagai karya sastra klasik yang menyimpan pelbagai kehidupan masyarakat Sunda pada jamannya.

Batasan naskah Sunda dalam penelitian ini adalah naskah-naskah yang disusun dan ditulis di wilayah Sunda sebagai perkembangan naskah yang berisi paparan kisah mengenai cerita atau latar sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat sunda pada masanya. Arti wilayah Sunda dalam hal ini adalah naskah yang ditulis atau disusun meliputi wilayah Jawa Barat dan Banten (Ekadjati, 1988;4).

Penelitian akan dilakukan terhadap naskah sunda yang berasal dari salah satu pewaris naskah, Eem Sulaemi yang bertempat tinggal di Jalan Sersan Surip Kelurahan Ledeng Kecamatan Cidadap. Kelurahan Cidadap (Kota Bandung) merupakan salah satu tempat dari beberapa tempat di Jawa Barat yang masih berlangsungnya proses penyalinan naskah (Ekadjati, 1988:10). Para penyalin itu umumnya merupakan pensiunan yang usianya telah tua. Perlu diketahui, naskah sunda ini berkembang pada lingkungan masyarakat agraris yang penuh dengan corak budaya yang dimodifikasi sebagai hasil karya mandiri yang juga tanpa disadari proses penciptaannya.

Berdasarkan hasil studi lapangan, ditemukan sebuah teks naskah Sunda yang diklasifikasikan sebagai naskah keagamaan atau tasawuf, yaitu teks naskah Èlmu Hakékat Rasa yang disingkat menjadi teks naskah EHR.


(11)

4

Penelitian terhadap naskah-naskah keagamaan atau tasawuf sebagian besar telah diteliti, di antaranya Syair Sejarah Hidup Syekh Abdul Wahab Rokan (May, 2005:5) berisi pemikiran sufistik Syekh Abdul Wahab Rokan penganut Tarikat Naqsabandiyyah yang banyak mengandung pemikiran sufistik diantaranya zuhud, tarekat, dan suluk. Penelitan ini ditelaah dari segi filologis dan fungsinya. Naskah keagamaan lainnya adalah Purwaning Jagat (Widuri, 2009:34) yang secara ringkas mengisahkan raja-raja di tatar Sunda. Meskipun mengisahkan raja-raja, tetapi pada awal pemberangkatan cerita memiliki pemikiran sufistik yang berkisah tentang penciptaan dunia, roh-roh yang berasal dari roh idopi dan merupakan awal dari seluruh roh di dunia ini. Penelitan yang dilakukan berupa hasil edisi teks dan terjemahan. Selanjutnya, Naskah Martabat Tujuh (Purwadaksi, 2001:134-135) yang mempunyai pemikiran sufistik Syekh Syamsuddin al-Sumatrani mengenai konsep martabat tujuhnya yang menjelaskan bahwa manusia sebagai hamba Allah terlebih dahulu harus melalui tujuh tingkatan, yakni ahadiyat, wahdat, wahidiyyat, alam mitsal, alam roh, alam ajsam, dan alam insan kamil. Penelitan lainnya adalah naskah Wasiyah al-Mustahafa (Samidi dalam lektur keagamaan:2009) berisi ajaran-ajaran tentang tasawuf dari Nabi Muhammad kepada sayyidina Ali bin Abu Thalib mengenai perintah tentang shalat, zikir, dan puasa. Adapun penelitian ini yang dilakukan melalui pendekatan sejarah. Selanjutnya, penelitian lainnya adalah atas teks naskah Daqa’iq al-Asrar ( M.Adib dalam lektur keagamaan:2008) berisi ajaran tarikat Khalwatiah melalui pendekatan pemikiran sufistik tokohnya (Tuan Rappang).

Ditemukannya sebuah teks naskah ini menjadi suatu permasalahan yang sangat kompleks. Artinya, naskah EHR dapat dikategorikan sebagai sastra sufi (islam) atau sastra mistik. Kedua permasalahan tersebut akan dijelaskan pada subab berikutnya. Objek permasalahan lainnya terhadap naskah EHR adalah aksara Arab-Pegon yang sudah tidak lazim digunakan di kalangan masyarakat sehingga masyarakat secara tidak langsung tidak mengerti dengan pemahaman teks naskah. Secara fisik, naskah EHR mengalami kerusakan yang cukup parah karena usia naskah yang terlampau tua sehingga terlihat rapuh, teknik penjilidan yang mulai terlepas, dan sebagian lembaran halaman naskah yang hilang.


(12)

Dari segi tulisan, teks naskah EHR sebagian mengalami kelunturan sehingga cukup sulit dalam proses pembacaan teks. Hal lainnya adalah penyajian teks naskah EHR yang tidak lazim digunakan pada masa sekarang.Naskah EHR dibuat pada awal abad ke-19. Hal itu dapat ditunjukkan dengan watermark yang tercantum pada naskah EHR tahun 1898. Naskah ini merupakan sebuah perlimuan batin atau diri antara kedekatan antara seorang hamba dengan Tuhannya. Teks naskah EHR tidak bisa dikaji oleh sembarang orang karena bisa mengakibatkan kegilaan. Hal itu dapat ditunjukkan oleh kutipan teks yang terdapat pada naskah EHR.

Ieu ‘ilmu hakékat ulah diaji ku sagala jalma

Sumawon lamuntacan tarék

kara enggon nabi wali para mu’min para sohabat para ‘ulama manana kudu apik karana matak gelo.

Ini Ilmu Hakikat jangan dikaji oleh sembarang orang

apalagi jika belum mau sampai ke tempat nabi wali para

mukmin para sahabat para ulama maknanya harus tertib

karena bisa mengakibatkan gila

Orang yang bisa mengkaji ilmu ini hanya para nabi, wali, sahabat, dan mukmin. Naskah ini ditulis dengan aksara Arab Pegon dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda. Pada umumnya aksara-pegon digunakan untuk menuliskan teks-teks naskah Sunda sejak abad ke-18 hingga menjelang akhir abad ke-20 (Darsa, 1998:4). Terjadi kemungkinan naskah EHR ini muncul pada abad seperti yang telah disebutkan.

Naskah ini memiliki keunikan tersendiri, meskipun berbahasa Sunda tetapi masih ada unsur serapan dari bahasa Jawa. Bahasa daerah yang digunakan pada naskah EHR terdapat bagian dari kosa kata bahasa daerah yang sulit dipahami (arkais) yang disebabkan konteks budaya yang terlalu jauh. Hal lainnya adalah dari segi isi teks naskah EHR terdapat peristilahan yang tidak diketahui maknanya, baik dari sisi istilah praktis maupun istilah tasawufnya karena memang masyarakat umum belum memahami secara penuh mengenai peristilahan tersebut. Terakhir adalah fungsi naskah dan teks yang sudah terlepas dari tradisi di masyarakatnya serta konteks naskah (teks) yang sudah tidak diketahui lagi.

Bentuk karangan dalam naskah ini adalah berbentuk cerita atau prosa. Naskah EHR mendeskripsikan situasi umat dalam perjalanan spritualnya (salik)


(13)

6

ketika mencapai tingkatan hakikat. hakikat kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya dalam konsep ilmu tasawuf menggunakan konsep martabat tujuh, seperti Alam Ajsam, Alam Mitsal, Alam roh, Alam ahadiat, Alam wahidiyat, Alam Insan Kamil, dan Alam Hadiyat. Selama ini keberadaan teks naskah tersebut hanya menjadi pegangan saja tanpa ada pembelajaraan mengingat pewaris tidak bisa mengenal aksara dari naskah tersebut sehingga naskah itu terbengkalai.

Sejauh ini naskah EHR belum pernah ada yang melakukan penelitian. Oleh karena itu, diperlukan penelitian terhadap naskah ini guna mengetahui kandungan isi yang tersimpan dalam naskah tersebut. Disamping itu, tujuan lainnya adalah sebagai upaya pemeliharaan dan pelestarian naskah lama yang mulai terabaikan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada pemahaman di atas, beberapa permasalahan objek yang diteliti akan diidentifikasi adalah sebagai berikut.

1. Aksara Arab-Pegon yang sudah tidak lazim digunakan di kalangan masyarakat sehingga mereka secara tidak langsung tidak mengerti dengan keberadaan suatu teks naskah;

2. Teks belum tersaji dengan baik untuk masyarakat pembaca. Hal itu dapat ditunjukkan dengan tanda baca, susunan paragraf yang belum jelas, tanda jeda dan bagian lainnya yang belum tersaji dengan baik sehingga menyulitkan proses pembacaan;

3. Bahasa naskah yang menggunakan dua bahasa, yaitu Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa yang cukup menyulitkan dalam proses pemahaman dan pemaknaan teks;

4. Penggunaan istilah tasawuf yang kurang dimengerti oleh masyarakat umum dari sisi istilah praktis maupun istilah tasawuf itu sehingga cukup menyulitkan dalam proses pemahaman teks;

5. Usia naskah yang terlampau tua sehingga terdapat lembaran naskah yang rapuh, sobek, teknik penjilidan yang longgar, dan lembaran halaman yang hilang;


(14)

6. Fungsi naskah dan teks yang sudah terlepas dari tradisi di masyarakat sehingga naskah mulai terabaikan;

7. Konteks naskah (teks) yang sudah tidak diketahui lagi pada jamannya.

1.3 Batasan Masalah

Agar pembahasan penelitian ini tidak terlalu jauh dan objek penelitian ini hanya satu naskah, maka naskah EHR akan dikaji secara filologis melalui tahapan kritik teks untuk menghasilkan edisi teks naskah EHR yang mudah dibaca dan dipahami dalam terjemahan. Disamping itu, dilakukan pula tinjauan kandungan isi teks dan fungsi naskah serta tinjauan naskah EHR dalam karya sastra.

1.4 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kasus kesalahan tulis naskah EHR ?

2. Bagaimana edisi teks yang mudah dibaca dan dipahami dalam terjemahan naskah EHR?

3. Bagaimana kandungan isi teks dalam naskah EHR? 4. Bagaimana fungsi teks dalam naskah EHR?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Menyajikan deskripsi kasus kesalahan tulis naskah EHR.

2. Tersajinya edisi teks yang mudah dipahami dan dibaca dalam terjemahan naskah EHR.

3. Menyajikan kandungan isi teks dalam naskah EHR. 4. Mengetahui fungsi naskah dan teks dalam naskah EHR.

1.6Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Sebuah teks naskah seperti halnya naskah EHR, tentunya akan memberikan manfaat pada sumber-sumber penelitian lainnya seperti bahasa, sejarah, budaya, arkeologi, agama, dan sebagainya, khususnya agama mengingat naskah EHR merupakan sebuah naskah tasawuf atau naskah keagamaan.


(15)

8

2. Manfaat Praktis

Sebuah teks naskah EHR menjadikan hasil penelitian sebagai salah satu cara untuk mempelajari kebudayaan masa lampau yang banyak merekam isi kehidupan. Kemudian, mengungkap nilai-nilai budaya sebagai sumber alternatif untuk pemeliharaan, pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional. Selain itu, menjadikan hasil penelitian ini sebagai sumber nilai-nilai kerarifan lokal budaya yang dihasilkan oleh suatu masyarakat tertentu.

1.7Definisi Operasional

Untuk memperjelas pokok-pokok permasalahan terhadap penelitian ini, maka variabel-variabel dalam penelitian ini dioperasionalkan sebagai berikut.

1. EHR merupakan naskah tulisan tangan yang digubah dalam bentuk prosa berbahasa sunda yang dimiliki oleh seorang pewaris bernama Eem Sulaemi yang bertempat tinggal di Jalan Sersan Surip Kelurahan Cidadap Kecamatan Ledeng Kota Bandung.

2. Kajian Filologis merupakan sebuah kajian terhadap objek penelitian filologi yakni sebuah naskah kuno yang bertujuan menghasilkan edisi teks yang terhindar dari kesalahan-kesalahan tulis.

3. Edisi Teks merupakan hasil dari proses kritik teks. Hal ini tentunya sudah melalui proses penyuntingan dan sudah terhindar dari kesalahan-kesalahan tulis.

4. Terjemahan merupakan suatu upaya pemindahan suatu teks dan bahasa

sumber ke dalam bahasa sasaran. Proses terjemahan merupakan sebuah hasil dari edisi teks. Hal ini bertujuan menjaga keaslian atau keutuhan suatu teks agar sasaran tidak terlalu menyimpang dari maksud yang disampaikan oleh si penulis atau penyalin.

5. Tinjauan Kandungan dan Fungsi merupakan sebuah alat untuk

mencapai maksud yang ingin disampaikan oleh suatu objek yang disesuaikan dengan teks dan konteks-nya.


(16)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Dalam melakukan sebuah penelitian diperlukan dengan adanya sebuah teori yang disertai dengan metode. Metode dapat diartikan sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya. Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami.

3.1Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik untuk melaksanakan penelitian. Sebagaimana telah disebutkan bahwa metode digunakan untuk memecahkan rangkaian sebab akibat secara sistematis. Metode penelitian bertujuan mendeskripsikan secara umum terkait dengan jenis penelitian yang akan dilakukan.

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode tersebut bermaksud menggali fakta-fakta yang terjadi pada objek (naskah EHR) yang kemudian disusul dengan analisis.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitan merupakan suatu hal atau perkara yang menjadi pokok pembicaraan dan dijadikan sebagai sasaran untuk data penelitian. Dalam hal ini, objek penelitian tersebut diuraikan mengenai deskripsi dan ringkasan isi naskahnya.

3.2.1 Deskripsi Naskah

Naskah EHR merupakan objek utama peneltian ini. Oleh karena itu, naskah EHR dideskripsikan secara ringkas yang disesuaikan dengan dunia kerja filologi. Naskah EHR tersimpan sebagai naskah milik pribadi, sehingga tidak tercantum nomor katalog ataupun nomor kode koleksi. Naskah ini diberi judul


(17)

33

Elmu Hakekat Rasa karena terdapat judul yang eksplisit dalam naskah tersebut. Lihatlah kutipan judul yang dicantumkan secara eksplisit.

Ieu ‘ilmu hakékat rasa. Anapon ngaran jasad nya éta Muhammad; ngaran rasa nya éta roh Muhammad; dingaranan sir (nya) éta napas Muhammad; dingaranan éling éta soca Muhammad; dingaranan enur nya éta hurip; dingaranan hurip nya éta {bocahan}; dingaranan hurip (nya) éta éling; éta sir dingaranan napas; éta rasa (nya )éta napas /2/dingaranan nyawa; (nyawa) dingaranan roh; dingaranan roh (nya) éta getih. Anapon wadahna hurip nya éta éling; wadahna éling nya éta syir; wadahna syir nya éta rasa; nyawa wadahna nyawa; napas wadahna napas, roh-roh éta déwék. (Kutipan teks naskah EHR)

Naskah EHR diperoleh dan ditemukan dari seorang pewaris bernama Eem Sulaemi yang bertempat tinggal di Jalan Sersan Surip Kecamatan Cidadap Kelurahan Ledeng (Kota Bandung). Naskah EHR merupakan sebuah naskah tasawuf atau naskah keagamaan yang banyak mendeskripsikan tentang ketauhidan Tuhan yang dikaitkan dengan keberadaan Ruh dengan Jasad serta dikaitkan pula dengan Nur Muhammad. Selain itu, Naskah EHR pula merupakan salah satu naskah sunda yang berkembang pada masa periode Islam. Adanya isi naskah yang banyak membahas tentang konsepsi Ilmu Tasawuf dapat diperkirakan bahwa Naskah EHR berkembang pada lingkungan pesantren yang notabane-nya dipenuhi kalangan Kyai dan Ulama.

Pada kolofon naskah tidak tertera nama pembuat atau penyalin naskah EHR. Akan tetapi, naskah EHR diperkirakan dibuat pada awal abad ke-19 di daerah Kecamatan Cidadap. Aksara yang digunakan dalam naskah EHR ini adalah aksara Arab-Pegon. Aksara Pegon merupakan huruf Arab yang digunakan untuk menuliskan bahasa-bahasa daerah di Nusantara, tetapi Pegon lebih akrab dengan penggunaan bahasa Sunda. Tinta yang digunakan berwarna hitam dan merah. Aksara dan bahasa pada naskah ini masih terlihat baik sehingga memudahkan proses pembacaan teks meskipun sebagian teks terdapat tinta yang luntur ataupun terkena sobekkan. Naskah EHR memiliki keunikan tersendiri, meskipun berbahasa Sunda tetapi naskah EHR banyak menyerap unsur bahasa Jawa. Naskah EHR digubah dalam bentuk prosa, yakni berupa paparan kisah mengenai ilmu tasawuf yang terstruktur.


(18)

Hasil pengukuran pada fisik naskah adalah 21,5 cm x 17 cm dan ukuran ruang teks adalah 20 cm x 15 cm. Jumlah halaman pada naskah EHR ini adalah 35 halaman dengan jumlah baris setiap halaman yang bervariasi, yakni 5 baris pada halaman (34); 8 baris pada halaman (35); 9 baris pada halaman (5, 7, 32, dan 33); 10 baris pada halaman (3, 6, 24, dan 27); 11baris pada halaman (1, 8,1 0, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 28, 29, 30, dan 31); dan 12 baris pada halaman (2, 9, 14, dan 18). Total keselurahan baris yang terdapat pada naskah EHR sejumlah 355 baris. Ketebalan naskah hanya 35 lembar terdiri atas 1 halaman kosong dan 34 halaman yang ditulisi. Halaman kosong terdapat pada halaman 4 dan halaman yang ditulisi hanya diberi penanda dengan halaman muka (A) dan (B). Penomoran halaman hanya ditulisi dengan aksara latin (A) dan (B).

Bahan naskah EHR terbuat dari bahan kertas Eropa. Didalamnya terdapat watermark atau cap kertas bertuliskan SUPERION 1898. Cap kertas tersebut bermotif mahkota medallion. Selain itu, terdapat Iluminasi pada halaman depan naskah dengan motif semacam bunga matahari.

Kondisi fisik naskah sangat mengkhawatirkan. Naskah mengalami kerusakan cukup parah, diantaranya naskah sobek, hilang, ataupun lapuk karena memang usia naskah yang terlampau tua. Teknik penjilidannya longgar sehingga ada lembaran yang akan terlepas. Sebagian halaman naskah terdapat lubang atau sobekkan karena gigitan serangga atau dimakan oleh waktu. Warna kertas berwarna sand atau coklat pasir yang mulai agak lapuk dan kusam. Akan tetapi, secara keseluruhan teks ini masih dapat dikenali meskipun sebagian teks lainnya ada yang hilang karena sobekkan.

Secara ringkas, naskah EHR mendeskripsikan tentang konsep ilmu tasawuf. Disana banyak diceritakan konsep martabat tujuh untuk menuju manusia yang sempurna, lalu dzat-dzat Allah yang maha tinggi dan hakikat sebuah ruh dengan jasad serta keistimewaan dari Nur Muhammad atau ‘Hakikat Muhammad’. Naskah EHR diawali dengan gagasan mengenai ilmu hakikat ini yang tidak bisa dikaji oleh sembarang orang. Hal demikian bisa mengakibatkan kegilaan bagi para penggunanya. Naskah ini hanya bisa dilakukan oleh orang


(19)

35

yang berhati suci. Artinya, orang tersebut adalah para wali, alim ulama, sahabat, dan orang-orang muslim.

3.2.2 Ikhitisar Teks Naskah EHR

Pada dasarnya naskah EHR mendeskripsikan perjalanan spritual umat muslim yang sudah mencapai tataran pelaksanaan tingkat pencapaian (hakikat). Seorang penempuh jalan spritual (salik) sebelum mencapai tingkat hakikat terlebih dahulu harus melewati tataran pelaksaan tingkat pengajaran (syariat) dan tingkat pengalaman (tarekat). Sebagaimana yang telah disebutkan pada kutipan teks naskah EHR berikut ini.

Ieu ilmu Hakikat ulah diaji ku sagala jalma. Sumawon lamun tacan tarék kara enggon, nabi, wali, para mu,min, para sahabat, para ulama ma’nana kudu apik karana matak gélo. (paragraf pertama naskah EHR)

Berdasarkan pernyataan di atas, seorang salik terlebih dahulu harus menempuh tahapan tarikat. Pelaksanaan tarekat ini adalah salah satu jalan menuju hakikat, maka sebelum masuk ke dalam ajaran Sang penempuh jalan spritual (salik) hanya dapat menempuh perjalanannya dibawah bimbingan seorang guru terpercaya atau dalam istilah sufi sering dikenal sebagai mursyid. Mursyid adalah orang yang memiliki hubungan silsilah dengan guru-guru sebelumnya hingga sampai kepada nabi Muhammad. Dalam teks tersebut disebutkan pula bahwa terlebih dahulu kita harus Tarék. Tarék merupakan perkumpulan orang-orang yang memahami pengajaran agama Islam. Oleh karena itu, tarekat merupakan sebuah alat untuk mencapai tingkat hakikat.

Pada bagian Awal naskah EHR mendeskripsikan ilmu hakikat yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang karena bisa mengakibatkan kegilaan. Pada konteks gila ini, artinya seorang penempuh jalan spritual harus tertib atau dalam istilah sunda “kudu apik” melewati setiap tahapan-tahapan sebelum mencapai tingkat hakikat.


(20)

Secara umum, naskah EHR mendeskripsikan tentang ketasawufan metafisika, artinya naskah EHR banyak mendeskripsikan teori-teori tentang hakikat ilahi. Hakikat tersebut mempelajari suatu wujud dari zat Allah, Muhmmad, dan Adam. Dideskripsikan pula bagaimana hakikat sebuah ruh dengan jasad, nufus, tanafas, dan sebagainya. Namun, pada bagian awal ini secara keseluruhan merupakan tahapan awal untuk melaksanakan hakikat berupa pensucian diri dengan adanya Hakikat Muhammad. Hal itu dapat ditunjukkan dengan kutipan teks berikut ini.

Dék miceun badan éta nu aya sajerona soca yén kanyataan Nabi Muhammad nyaéta Rosulu Alloh anu manjing metu, maka nyaho manusa anu sajeroning soca karana éta satemenna kanyataan salira Nabi Muhammad nyaéta anu murba sareng misasaé jisim. Éta temen badan manusia (ti) dunya (nepi) ahérat supaya terang kana ngarasakeunana baé karana nu aya sajeroning soca nyaéta jenengan alip. (kutipan teks naskah EHR)

Setelah itu, tahapan kedua dari naskah ini adalah melaksanakan perbuatan-perbuatan terpuji, seperti, bersikap rendah hati, mendekatkan diri kepada Tuhan, taubat, berzikir, melakasanakan solat rasa, roh, maupun ati. Pada dasarnya naskah EHR menguraikan bahasan mengenai konsep martabat tujuh yang di bawa oleh Ibn’Arabi dan merupakan faham dari Wahdatul Wujud, yaitu Alam Ajsam, Alam Mitsal, Alam roh, Alam ahadiat, Alam wahidiyat, Alam Insan Kamil, dan Alam Hadiyat. Uraian tersebut diantaranya; 1) pembahasan yang berpangkal pada proses pencarian asal usul atau jati diri manusia, tentang eksistensi dirinya di alam maujud yang dibahas pada pemikiran tanazzul. Tanazzul diartikan sebagai turunnya wujud dengan penyingkapan Tuhan, dari kegaiban ke alam penampakan melalui berbagai tingkat perwujudan yang perjalanan itu dimulai dari diri manusia; 2) pembahasan tentang proses kesadaran rohani yang harus dicapai oleh manusia sebagai upaya untuk mengenal Tuhan dan mengenal dirinya dalam bentuk pengenalan diri serta rasa kedekatan dengan Tuhan. Secara umum, proses kesadaran rohani pada naskah EHR bisa berupa proses kembali atau menaik


(21)

37

(taraqi) yang dilakukan dengan melewati maqamat. Tanazzul maupun Taraqi inilah, keduanya merupakan sebuah perjalanan.

Tahap akhir naskah EHR adanya proses penyatuan diri manusia dengan Tuhan bahwasannya adalah manusia adalah banyangannnya Allah Swt. Semua perwujudan yang ada pada Allah telah menyatu dengan diri manusia.

3.3 Teknik Penelitian

Sebuah metode tentu akan berkaitan dengan teknik penelitian. Teknik merupakan sebauah alat yang bersifat konkret sebagai instrumen penelitian yang dideteksi secara indrawi. Di bawah ini adalah beberapa teknik penelitian yang dilakukan.

3.3.1 Prosedur Penelitian

Langkah kerja penelitian yang ditempuh dalam penelitian ini adalah: 1. Menentukan objek penelitian;

2. Mencari berbagai referensi yang terkait dengan objek penelitian; 3. Membaca naskah EHR secara cermat, teliti, dan berulang-ulang; 4. Membuat transliterasi teks, yakni perubahan dari aksara arab-pegon ke

aksara latin;

5. Melakukan kritik teks;

6. Melakukan penyuntingan teks; 7. Menghasilkan edisi teks; 8. Proses penerjemahan teks;

9. Melakukan telaah kandungan dan isi teks yang tersimpan dalam teks EHR;

10.Melakukan telaah fungsi teks dan konteks naskah EHR; 11.Menyusun laporan.


(22)

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data 3.3.2.1 Studi Dokumentasi

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, maka diperlukanlah suatu studi dokumentasi yang bertujuan untuk mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini erat kaitannya dengan referensi literasi yang berhubungan dengan objek dan fokus penelitian.

3.3.2.2 Studi Lapangan

Data perolehan dari penelitian filologi ini adalah melalui proses kerja lapangan. Studi lapangan yang dilakukan adalah melakukan sebuah pengamatan (observasi) dan wawancara yang terkait dengan data penelitian. Adapun nara sumber yang didapatkan adalah seorang pewaris bernama Eem Sulaemi yang bertempat tinggal di Jalan Sersan Surip Kecamatan Cidadap Kelurahan Ledeng (Kota Bandung).

3.3.3 Teknik Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data yang ditempuh adalah sebagai berikut. 1. Teks naskah EHR ditransliterasi dari aksara Arab-Pegon ke aksara

Latin;

2. Setelah transliterasi dilakukan, proses selanjutnya adalah melakukan tahap kritik teks dan proses penyuntingan teks.

3. Menghasilkan sebuah edisi teks naskah EHR. 4. Melakukan proses penerjemahan teks.

5. Melakukan telaah terhadap kandungan dan isi yang tersimpan dalam teks naskah EHR.


(23)

39

3.4 Kerangka Berpikir Penelitian

KRITIK TEKS DAN TELAAH FUNGSI NASKAH ELMU HAKEKAT RASA

-Hasil suntingan teks naskah EHR -Hasil terjemahan teks

naskah EHR -Hasil kandungan dan isi

teks naskah EHR -Hasil tinjauan fungsi

naskah EHR Naskah Elmu Hakekat

Rasa

1.Adanya kecenderungan kuantitas naskah Sunda yang semakin berkurang, teruama naskah keagamaan yang mengandung unsur tasawuf;

2. Naskah sebagai tinggalan budaya, dokumen, dan warisan budaya masa lampau;

3. Belum ada penelitian terhadap naskah EHR

Studi Lapangan di Jalan Sersan Surip Kecamatan Cidadap

Kelurahan Ledeng Kota Bandung

Penelitian deskriptif analisis dan kajian filologi

Prosedur Pengolahan data: 1.Transliterasi

2. Kritik Teks 3. Edisi Teks

4. Penerjemahan Teks 5.Tinjauan kandungan isi teks


(24)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap teks naskah Sunda atau teks naskah keagaamaan (tasawuf), yaitu teks naskah Élmu Hakékat Rasa adalah sebuah peneltian mengenai kesalahan tulis, penyusunan edisi teks, serta melakukan tinjauan terhadap kandungan isi dan fungsi teks, telah didapatkan beberpa simpulan diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Berdasarkan analisis kritik teks diperoleh keterangan bahwa dalam teks naskah EHR terdapat 109 kesalahan tulis dalam tataran penambahan (adisi), penghilangan (omisi), dan perbaikan (emendasi). Penambahan berupa kesalahan pada kata berjumlah 10 kasus penyimpangan; penambahan berupa kesalahan suku kata berjumlah 14 kasus penyimpangan; penambahan berupa kesalahan pada frasa atau kalimat berjumlah 7 kasus penyimpangan. Penghilangan berupa kesalahan pada kata berjumlah 21 kasus penyimpangan; penghilangan berupa kesalahan suku kata berjumlah 10 kasus penyimpangan; penghilangan berupa kesalahan pada frasa atau kalimat berjumlah 1 kasus penyimpangan. Kasus salah tulis berupa kesalahan penulisan huruf sebanyak 16 kasus penyimpangan; kasus salah tulis berupa kesalahan penulisan kata sebanyak 14 kasus penyimpangan; kasus salah tulis berupa frasa atau kalimat sebanyak 4 kasus penyimpangan; kasus salah tulis berupa penanda bunyi sebanyak 12 kasus penyimpangan. Perbaikan dilakukan untuk mendapatkan kata yang sesuai dengan konteks kalimatnya. Di samping itu, perbaikan pula dilakukan sebagai upaya pengisian teks naskah yang telah hancur ataupun sobek.

2) Berdasarkan proses transliterasi yang telah dilakukan, telah didapatkan ciri ragam bahasa lama yang terdapat pada teks naskah EHR. Hal itu


(25)

107

menunjukkan sebagai kekayaan ragam bahasa lama yang signifikan. Selain itu, teks naskah EHR telah mengalami penyesuaian pedoman ejaan yang berlaku sekarang untuk memudahkan proses pemahaman dan pembacaan teks kepada masyarakat luas.

3) Penyusunan edisi teks dilakukan dengan cara melakukan penyuntingan teks hasil dari proses kritik teks. Penyusunan edisi teks tersebut mengacu pada pedoman ejaan penulisan yang berlaku sekarang. Hal tersebut bertujuan agar teks dalam naskah mudah dibaca serta dipahami dalam terjemahan oleh khayalak luas. Adapun penyuntingan teks yang dilakukan meliputi penggunaan huruf kapital, penggunaan tanda baca, pemenggalan kata, serta membagi teks menjadi bebearapa paragaraf dan subab yang telah disesuaikan dengan aturan pedoman penulisan yang berlaku sekarang.

4) Kedudukan naskah EHR dalam karya sastra dapat diperoleh keterangan bahwa naskah EHR termasuk kedalam golongan jenis sastra sufi. Hal itu dapat ditunjukkan dengan isi karya yang berhubungan dengan masalah-masalah ketasawufan, diantaranya adalah adanya istiliah-istilah mengenai tasawuf dan adanya ekspresi pendekatan terhadap Tuhan berupa penyatuan diri.

5) Setelah didapatkan sebuah edisi teks dan terjemahan, penelitian terhadap teks naskah EHR dilanjutkan dengan melakukan tinjaun terhadap kandungan isi dan fungsi serta melakukan tinjauan naskah EHR dalam karya sastra. Tinjauan terhadap Kandungan isi teks EHR didasarkan pada indikasi konsep para pemikiran tokoh sufistik dan kandungan nilai teksnya. Indikasi konsep para pemikiran tokoh dalam teks EHR diperoleh keterangan bahwa adanya indikasi tokoh-tokoh sufistik-filosofis dan metafisis, seperti tokoh Ibn Arabi, Hallaj, dan Syekh Syamsuddin


(26)

al-Sumaterani yang menganut paham ajaran Wahdat al-Wujud yang merupakan ajaran sentral Ibn Arabi. Tinjauan kandungan nilai teks yang terdapat pada teks naskah EHR diperoleh keterangan bahwa nilai hierarki yang mengacu pada teori Max Scheller diperoleh nilai kenikmatan, nilai kehidupan, nilai kejiwaan, dan nilai kerohanian. Hal itu menunjukkan nilai sanagat erat kaitannya dengan kehidupan manusia dan mahluk sebagai pemeluk agama.

Tinjauan fungsi teks dalam naskah EHR dapat diperoleh keterangan bahwa keterlibatan pembaca untuk mengetahui sebuah karya sastra memiliki fungsi ataupun manfaat yang diperoleh. Adapun fungsi teks yang didapatkan dalam naskah EHR diantaranya; sebagai media dakwah, sebagai sarana penyempurnaan akhlak, sebagai peningkatan kualitas keyakinan, dan sebagai sandaran prinsip kehidupan. Pada dasarnya fungsi teks yang terdapat pada naskah EHR ini adalah menyampaikan pesan kepada masyarakat pembaca untuk selalu senantiasa mengingat kepada Allah sebagai Khaliq dengan cara mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa jumlah kesalahan tulis yang terdapat pada naskah EHR cukup banyak. Hal itu menunjukkan penulis atau penyalin teks naskah EHR masih memiliki kelemahan dalam hal penulisannnya. Akan tetapi, jika dikaitkan dengan masa lampau penulis atau penyalin teks naskah EHR merupakan orang yang sangat pendai dan cerdas mengingat pada masa lampu belum banyak orang yang mengenal dan tulisan.

Proses kajian filologis melalui tahapan kritik teks untuk menghasilkan edisi teks yang mudah dibaca dan dipahami dalam terjemahan, peneliti melakukan kembali tinjauan berupa kandungan isi teks dan fungsi serta meninjau kedudukan naskah EHR dalam karya sastra. Itu semua dilakukan untuk menggali isi yang tersimpan di dalam naskah berupa pengetahuan yang sangat beragam, seperti halnya masalah agama. Di samping itu, tujuan lainnya adalah untuk mengetahui kedudukan naskah EHR dalam karya sastra.


(27)

109

5.2 Saran

Sebagai manusia biasa, setelah melakukan penelitian dan penelusuran terhadap teks naskah EHR, peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sepenuhnya sempurna, maka dari itu penulis merekomendasikan beberapa hal diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Dalam penelitian ini masih banyak segi lainnya yang belum sepenuhnya penulis kaji, mengingat penelitian ini dikaji dengan naskah tunggal. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan kepada semua pihak yang berminat agar mampu melanjutkan dan melengkapi penelitian selanjutnya dari segi atau aspek lainnya yang belum dikaji.

2) Bagi masyarakat luas, khsususnya kaum muslim penelitian ini dapat dijadikan bahan diskusi agar lebih memahami tentang ajaran-ajaran tasawuf yang terkandung dalam naskah EHR.

3) Bagi dunia akademisi, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pembelajaran dan stimulus dalam mengembangkan ilmu filologi.


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, K H E. (1986). Perbandingan Mazhab-Mazhab. Bandung; Sinar Baru.

Armstrong, Amatullah.(1996). Khazanah Istilah Sufi: Kunci Memasuki Dunia Tasawuf. Malaysia: Mizan.

Baried, Siti Baroroh, ‘dkk’.(1985). Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Danadjaja, James. (2002). Foklor Indonesia. Jakarta: Graffiti.

Damono, Sapardi Djoko. (2005). Sosiologi Sastra. Jakarta: Yayasan Obor.

Damono, Sapardi Djoko. (2002). Pedoman Penelitian Sosiologi Sastra. Jakarta: Depdiknas.

Darsa, Undang A.(1998). Khasanah Pernaskahan Sunda. Jatinangor: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran.

Dewan Bahasa dan Pustaka. 1988. Pedoman Transliterasi Huruf Arab ke Huruf Rumi. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Djamaris, Edward.(2002). Metode Penelitian Filologi. Jakarta: CV Manasco. Indonesia.

Djajasudarma, Fatimah. (1998). Penerjemahan dan Interpretasi dalam Nuansa-nuansa Pelangi Budaya. Bandung. Pustaka Karya.

Ekadjati, Edi S. (1988). Naskah Sunda: Inventarisasi dan Pencatatan. Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran dan The Toyota Foundation.

Huda, Noor. (2007). Islam Nusantara (Sosial Intelektual Islam di Indonesia. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Hutomo, Suripan Sadi. (1991). Mutiara Yang Terlupakan. Surabaya: Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (Hiski)-Komisariat Jawa Timur.

Jurusan Basa jeung Sastra Sunda. 1990. Palanggeran Ejahan Basa Sunda. Bandung: Rahmat Cijulang berkerjasama dengan FPBS IKIP Bandung.

Kartanegara, Mulyadhi. (2006). Menyelami Lubuk Tasawuf. Jakarta; Erlangga.

Nasib Ar-Rifai, Muhammad. (1999). Kemudahan dari Allah Ringkasan Ibnu Tafsir Jilid 2. Jakarta: Gema Insani.


(29)

111

Permadi, Tedi. (2012). Naskah Gulungan Koleksi Cagar Budaya Candi Cangkung. (disertasi). Universitas Padjadjaran.

Purnomo, Eddy. (2002). Bahasa dan Sastra Indonesia: Menuju Transformasi Sosial Budaya Abad XXI. Yogyakarta: Gamamedia dan Universitas Ahmad Dahlan.

Purwadaksi, A.P.1991. Unsur Tasawuf dalam Naskah Melayu Klasik. Dalam lembaran Sastra Nomor 12.Depok: Fakultas Sastra UI

Ratna, Nyoman Kutha. (2004). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Robson, S. O.(1994). Prinsip-Prinsip Filologi Indonesia. Jakarta: Rul.

Satjadibrata.(1954). Kamus Basa Sunda. Jakarta: Perpustakaan Perguruan Kementrian P.P. dan K.

Setiadi, Elly M, dkk. (2011). Ilmu Sosial dan Budaya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Solihin, M, dkk. (2002). Kamus Tasawuf. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suryani NS, Elis.(2008). Filologi (Teori, Sejarah, Metode, Penerapannya). Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran.

Teeuw, A. (2003). Sastera dan Ilmu Sastera. Kiblat Buku Utama: Bandung.

Tim Redaksi. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Tim Redaksi. (2008). Lektur Keagamaan.Jurnal Penelitian. Puslitbang lektur keagamaan badan Litbang dan Diklat Depag RI.

Tim Redaksi. (2009). Lektur Keagamaan.Jurnal Penelitian. Puslitbang lektur keagamaan badan Litbang dan Diklat Depag RI.

Valiudin, Mir. (1987). Tasawuf dalam Quran. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Zoetmulder, P.J dan S.O Robson. 1994. Kamus Jawa Kuna Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap teks naskah Sunda atau teks naskah keagaamaan (tasawuf), yaitu teks naskah Élmu Hakékat Rasa adalah sebuah peneltian mengenai kesalahan tulis, penyusunan edisi teks, serta melakukan tinjauan terhadap kandungan isi dan fungsi teks, telah didapatkan beberpa simpulan diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Berdasarkan analisis kritik teks diperoleh keterangan bahwa dalam teks naskah EHR terdapat 109 kesalahan tulis dalam tataran penambahan (adisi), penghilangan (omisi), dan perbaikan (emendasi). Penambahan berupa kesalahan pada kata berjumlah 10 kasus penyimpangan; penambahan berupa kesalahan suku kata berjumlah 14 kasus penyimpangan; penambahan berupa kesalahan pada frasa atau kalimat berjumlah 7 kasus penyimpangan. Penghilangan berupa kesalahan pada kata berjumlah 21 kasus penyimpangan; penghilangan berupa kesalahan suku kata berjumlah 10 kasus penyimpangan; penghilangan berupa kesalahan pada frasa atau kalimat berjumlah 1 kasus penyimpangan. Kasus salah tulis berupa kesalahan penulisan huruf sebanyak 16 kasus penyimpangan; kasus salah tulis berupa kesalahan penulisan kata sebanyak 14 kasus penyimpangan; kasus salah tulis berupa frasa atau kalimat sebanyak 4 kasus penyimpangan; kasus salah tulis berupa penanda bunyi sebanyak 12 kasus penyimpangan. Perbaikan dilakukan untuk mendapatkan kata yang sesuai dengan konteks kalimatnya. Di samping itu, perbaikan pula dilakukan sebagai upaya pengisian teks naskah yang telah hancur ataupun sobek.

2) Berdasarkan proses transliterasi yang telah dilakukan, telah didapatkan ciri ragam bahasa lama yang terdapat pada teks naskah EHR. Hal itu


(2)

menunjukkan sebagai kekayaan ragam bahasa lama yang signifikan. Selain itu, teks naskah EHR telah mengalami penyesuaian pedoman ejaan yang berlaku sekarang untuk memudahkan proses pemahaman dan pembacaan teks kepada masyarakat luas.

3) Penyusunan edisi teks dilakukan dengan cara melakukan penyuntingan teks hasil dari proses kritik teks. Penyusunan edisi teks tersebut mengacu pada pedoman ejaan penulisan yang berlaku sekarang. Hal tersebut bertujuan agar teks dalam naskah mudah dibaca serta dipahami dalam terjemahan oleh khayalak luas. Adapun penyuntingan teks yang dilakukan meliputi penggunaan huruf kapital, penggunaan tanda baca, pemenggalan kata, serta membagi teks menjadi bebearapa paragaraf dan subab yang telah disesuaikan dengan aturan pedoman penulisan yang berlaku sekarang.

4) Kedudukan naskah EHR dalam karya sastra dapat diperoleh keterangan bahwa naskah EHR termasuk kedalam golongan jenis sastra sufi. Hal itu dapat ditunjukkan dengan isi karya yang berhubungan dengan masalah-masalah ketasawufan, diantaranya adalah adanya istiliah-istilah mengenai tasawuf dan adanya ekspresi pendekatan terhadap Tuhan berupa penyatuan diri.

5) Setelah didapatkan sebuah edisi teks dan terjemahan, penelitian terhadap teks naskah EHR dilanjutkan dengan melakukan tinjaun terhadap kandungan isi dan fungsi serta melakukan tinjauan naskah EHR dalam karya sastra. Tinjauan terhadap Kandungan isi teks EHR didasarkan pada indikasi konsep para pemikiran tokoh sufistik dan kandungan nilai teksnya. Indikasi konsep para pemikiran tokoh dalam teks EHR diperoleh keterangan bahwa adanya indikasi tokoh-tokoh sufistik-filosofis dan metafisis, seperti tokoh Ibn Arabi, Hallaj, dan Syekh Syamsuddin


(3)

al-Sumaterani yang menganut paham ajaran Wahdat al-Wujud yang merupakan ajaran sentral Ibn Arabi. Tinjauan kandungan nilai teks yang terdapat pada teks naskah EHR diperoleh keterangan bahwa nilai hierarki yang mengacu pada teori Max Scheller diperoleh nilai kenikmatan, nilai kehidupan, nilai kejiwaan, dan nilai kerohanian. Hal itu menunjukkan nilai sanagat erat kaitannya dengan kehidupan manusia dan mahluk sebagai pemeluk agama.

Tinjauan fungsi teks dalam naskah EHR dapat diperoleh keterangan bahwa keterlibatan pembaca untuk mengetahui sebuah karya sastra memiliki fungsi ataupun manfaat yang diperoleh. Adapun fungsi teks yang didapatkan dalam naskah EHR diantaranya; sebagai media dakwah, sebagai sarana penyempurnaan akhlak, sebagai peningkatan kualitas keyakinan, dan sebagai sandaran prinsip kehidupan. Pada dasarnya fungsi teks yang terdapat pada naskah EHR ini adalah menyampaikan pesan kepada masyarakat pembaca untuk selalu senantiasa mengingat kepada Allah sebagai Khaliq dengan cara mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa jumlah kesalahan tulis yang terdapat pada naskah EHR cukup banyak. Hal itu menunjukkan penulis atau penyalin teks naskah EHR masih memiliki kelemahan dalam hal penulisannnya. Akan tetapi, jika dikaitkan dengan masa lampau penulis atau penyalin teks naskah EHR merupakan orang yang sangat pendai dan cerdas mengingat pada masa lampu belum banyak orang yang mengenal dan tulisan.

Proses kajian filologis melalui tahapan kritik teks untuk menghasilkan edisi teks yang mudah dibaca dan dipahami dalam terjemahan, peneliti melakukan kembali tinjauan berupa kandungan isi teks dan fungsi serta meninjau kedudukan naskah EHR dalam karya sastra. Itu semua dilakukan untuk menggali isi yang tersimpan di dalam naskah berupa pengetahuan yang sangat beragam, seperti halnya masalah agama. Di samping itu, tujuan lainnya adalah untuk mengetahui kedudukan naskah EHR dalam karya sastra.


(4)

5.2 Saran

Sebagai manusia biasa, setelah melakukan penelitian dan penelusuran terhadap teks naskah EHR, peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sepenuhnya sempurna, maka dari itu penulis merekomendasikan beberapa hal diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Dalam penelitian ini masih banyak segi lainnya yang belum sepenuhnya penulis kaji, mengingat penelitian ini dikaji dengan naskah tunggal. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan kepada semua pihak yang berminat agar mampu melanjutkan dan melengkapi penelitian selanjutnya dari segi atau aspek lainnya yang belum dikaji.

2) Bagi masyarakat luas, khsususnya kaum muslim penelitian ini dapat dijadikan bahan diskusi agar lebih memahami tentang ajaran-ajaran tasawuf yang terkandung dalam naskah EHR.

3) Bagi dunia akademisi, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pembelajaran dan stimulus dalam mengembangkan ilmu filologi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, K H E. (1986). Perbandingan Mazhab-Mazhab. Bandung; Sinar Baru.

Armstrong, Amatullah.(1996). Khazanah Istilah Sufi: Kunci Memasuki Dunia

Tasawuf. Malaysia: Mizan.

Baried, Siti Baroroh, ‘dkk’.(1985). Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Danadjaja, James. (2002). Foklor Indonesia. Jakarta: Graffiti.

Damono, Sapardi Djoko. (2005). Sosiologi Sastra. Jakarta: Yayasan Obor.

Damono, Sapardi Djoko. (2002). Pedoman Penelitian Sosiologi Sastra. Jakarta: Depdiknas.

Darsa, Undang A.(1998). Khasanah Pernaskahan Sunda. Jatinangor: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran.

Dewan Bahasa dan Pustaka. 1988. Pedoman Transliterasi Huruf Arab ke Huruf

Rumi. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Djamaris, Edward.(2002). Metode Penelitian Filologi. Jakarta: CV Manasco. Indonesia.

Djajasudarma, Fatimah. (1998). Penerjemahan dan Interpretasi dalam

Nuansa-nuansa Pelangi Budaya. Bandung. Pustaka Karya.

Ekadjati, Edi S. (1988). Naskah Sunda: Inventarisasi dan Pencatatan. Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran dan The Toyota Foundation.

Huda, Noor. (2007). Islam Nusantara (Sosial Intelektual Islam di Indonesia. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Hutomo, Suripan Sadi. (1991). Mutiara Yang Terlupakan. Surabaya: Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (Hiski)-Komisariat Jawa Timur.

Jurusan Basa jeung Sastra Sunda. 1990. Palanggeran Ejahan Basa Sunda. Bandung: Rahmat Cijulang berkerjasama dengan FPBS IKIP Bandung.

Kartanegara, Mulyadhi. (2006). Menyelami Lubuk Tasawuf. Jakarta; Erlangga.

Nasib Ar-Rifai, Muhammad. (1999). Kemudahan dari Allah Ringkasan Ibnu


(6)

Permadi, Tedi. (2012). Naskah Gulungan Koleksi Cagar Budaya Candi

Cangkung. (disertasi). Universitas Padjadjaran.

Purnomo, Eddy. (2002). Bahasa dan Sastra Indonesia: Menuju Transformasi

Sosial Budaya Abad XXI. Yogyakarta: Gamamedia dan Universitas

Ahmad Dahlan.

Purwadaksi, A.P.1991. Unsur Tasawuf dalam Naskah Melayu Klasik. Dalam lembaran Sastra Nomor 12.Depok: Fakultas Sastra UI

Ratna, Nyoman Kutha. (2004). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian

Sastra.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Robson, S. O.(1994). Prinsip-Prinsip Filologi Indonesia. Jakarta: Rul.

Satjadibrata.(1954). Kamus Basa Sunda. Jakarta: Perpustakaan Perguruan Kementrian P.P. dan K.

Setiadi, Elly M, dkk. (2011). Ilmu Sosial dan Budaya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Solihin, M, dkk. (2002). Kamus Tasawuf. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suryani NS, Elis.(2008). Filologi (Teori, Sejarah, Metode, Penerapannya). Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran.

Teeuw, A. (2003). Sastera dan Ilmu Sastera. Kiblat Buku Utama: Bandung.

Tim Redaksi. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Tim Redaksi. (2008). Lektur Keagamaan.Jurnal Penelitian. Puslitbang lektur keagamaan badan Litbang dan Diklat Depag RI.

Tim Redaksi. (2009). Lektur Keagamaan.Jurnal Penelitian. Puslitbang lektur keagamaan badan Litbang dan Diklat Depag RI.

Valiudin, Mir. (1987). Tasawuf dalam Quran. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Zoetmulder, P.J dan S.O Robson. 1994. Kamus Jawa Kuna Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.