Efek Inhibisi Ekstrak Etanol Batang Kayu Manis (Cinnamomum burmanni) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella Typhi Secara In Vitro.

(1)

iv ABSTRAK

EFEK INHIBISI EKSTRAK ETANOL BATANG KAYU MANIS (Cinnamomum burmanni) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI

Salmonella Typhi SECARA In Vitro

Lili Oktavia. S, 2014. Pembimbing I : Johan Lucianus, dr., M.Si. Pembimbing II : Fen Tih, dr., M.Kes.

Latar Belakang Salmonella typhi adalah kuman penyebab demam tifoid. Penyakit ini sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan global negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia ,Thailand, dan Indonesia. Angka kesakitan per tahun mencapai 157/100.000 populasi pada daerah semi rural dan 810/100.000 populasi di daerah urban di Indonesia, dan dilaporkan adanya kecenderungan untuk meningkat setiap tahun. Resistensi bakteri terhadap berbagai jenis antibiotik menimbulkan banyak masalah dalam pengobatan penyakit.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui apakah ekstrak etanol batang kayu manis (Cinnamomum burmanni) mempunyai efek inhibisi terhadap pertumbuhan koloni Salmonella typhi secara in vitro.

Metode Penelitian menggunakan metode eksperimental laboratorik. Data yang diukur adalah Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dan Minimum Bactericidal Concentration (MBC) dari ekstrak etanol batang kayu manis pada koloni Salmonella typhi secara in vitro. Penelitian ini dilakukan pada 6 level konsentrasi ekstrak batang kayu manis, yaitu 40%; 20%; 10%; 5%; 2,5%; 1,25%. Analisis data menggunakan Kruskal-Wallis Test dan Mann-Whitney Test. Hasil penelitian menunjukkan adanya aktivitas antimikroba ekstrak batang kayu manis dengan Minimum Inhibitory Concentration (MIC) pada konsentrasi 10%, dan Minimum Bactericidal Concentration (MBC) pada konsentrasi 10%.

Kesimpulan ekstrak etanol batang kayu manis bersifat bakteriostatik pada konsentrasi 10% dan bersifat bakterisid pada konsentrasi 10% terhadap bakteri Salmonella typhi.

Kata kunci: Antimikroba, batang kayu manis, Salmonella typhi, Minimum Inhibitory Concentration, Minimum Bactericidal Concentration.


(2)

v ABSTRACT

INHIBITION EFFECTS OF ETHANOLIC EXTRACT OF CINNAMON BARK (Cinnamomum burmanni) AGAINST THE GROWTH OF Salmonella

Thypi IN VITRO

Lili Oktavia. S, 2014. Tutor 1st : Johan Lucianus, dr., M.Si. Tutor 2nd : Fen Tih, dr., M.Kes.

Background Salmonella typhi is bacteria causing typhoid fever. This disease is still a global health problem such as Southeast Asian countries like Malaysia, Thailand and Indonesia. Morbidity 157/100.000 year reach populations in semi-rural areas and 810/100.000 population in urban areas in Indonesia, and reported a tendency to increase every year. Resistance of the bacterial population to various types of antibiotics causes many problems in the treatment of disease. Objectives To examine whether ethanol extracts of cinnamon bark (Cinnamomum burnamanni) has inhibitory effects on the growth of Salmonella Typhi in vitro. Research Methods The study used laboratory comparative experimental methods. Data measured were Minimum Inhibition Concentration (MIC) and Minimum Bacterical Concentration (MBC) formed from the ethanol extract of cinnamon bark on Salmonella typhi colonies in vitro. The research was conducted on the 6th level of concentration, which is 40%; 20%; 10%; 5%; 2,5%; 1,25%. Data analysis using Kruskal-Wallis Test and Mann-Whitney Test.

Research results showed the antimicrobial activity of cinnamon bark extract, Minimum Inhibitory Concentration (MIC) was 10% and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) was 10%.

Conclusion Ethanol extract of Cinnamon bark (Cinnamomum burmanni) was bacteriostatic at concentration 10% and bactericid at concentration 10% of Salmonella typhi.

Keywords: Antimicrobial, cinnamon bark extract, Salmonella typhi, Minimum Inhibitory Concentration, Minimum Bactericidal Concentration.


(3)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan ... 3

1.3.1 Maksud ... 3

1.3.2 Tujuan ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 4

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 4

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 4

1.5.2 Hipotesis ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Tinjauan Umum Salmonella typhi ... 6

2.1.1 Klasifikasi Salmonella typhi ... 6

2.1.2 Morfologi dan Struktur Salmonella typhi ... 6


(4)

x

2.1.2.2 Struktur Bakteri Salmonella typhi ... 7

2.1.2.3 Sifat Biokimia Salmonella typhi ... 9

2.1.3 Penentu Patogenitas, Patogenesis dan Patologi ... 9

2.1.3.1 Penentu Patogenitas ... 9

2.1.3.2 Patogenesis ... 11

2.1.3.3 Patologi ... 13

2.1.4 Komplikasi ... 15

2.1.5 Pengobatan ... 16

2.2 Tinjauan Umum Tumbuhan Kayu Manis ... 17

2.2.1 Klasifikasi dan Diskripsi Morfologi ... 17

2.1.1.1 Klasifikasi Tumbuhan Kayu Manis ... 17

2.1.1.2 Deskripsi Tumbuhan Kayu Manis ... 18

2.2.2 Kandungan Kimia Kayu Manis ... 19

2.2.3 Manfaat Kayu Manis ... 21

2.2.4 Ekstrak Etanol Kayu Manis ... 21

2.3 Penentuan Aktivitas Antimikroba ... 22

BAB III ALAT, BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Alat dan Bahan ... 23

3.1.1 Bahan ... 23

3.1.2 Alat ... 23

3.2 Mikroba Uji ... 24

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

3.4 Metode Penelitian ... 24

3.4.1 Desain Penelitian ... 24

3.4.2 Variabel Penelitian ... 25

3.4.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 25

3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 25

3.4.3 Perhitungan Besar Sampel ... 26

3.4.4 Prosedur Kerja ... 26


(5)

xi

3.4.4.2 Sterilisasi Alat ... 27

3.4.4.3 Persiapan Bahan Uji ... 27

3.4.4.4 Persiapan Konsentrasi Ekstrak ... 27

3.4.4.5 Persiapan Media Uji ... 27

3.4.4.6 Persiapan Mikroba Uji ... 28

3.4.4.6.1 Pembuatan Suspensi Mikroba Uji ... 28

3.4.5 Prosedur Penelitian ... 29

3.4.5.1Pengujian Evektivitas Antimikroba ... 29

3.4.6 Metode Analisis ... 31

3.4.6.1Hipotesis Statistik ... 31

3.4.6.2Kriteria Uji ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Hasil Penelitian... 32

4.1.1 Hasil Uji MIC ... 32

4.1.2 Hasil Uji MBC ... 35

4.2 Pembahasan ... 37

4.3 Uji Hipotesis ... 41

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1 Simpulan ... 42

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN ... 46


(6)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Deskripsi Tanaman Kayu Manis ... 18 Tabel 4.1 Hasil Uji MIC ... 32 Tabel 4.2 Hasil Kruskal-Wallis Test untuk MIC ekstrak kayu manis terhadap bakteri Salmonella typhi ... 33 Tabel 4.3 Hasil Mann-Whitney Test untuk MIC ekstrak kayu manis terhadap bakteri Salmonella typhi ... 34 Tabel 4.4 Hasil Uji MBC ... 35 Tabel 4.5. Hasil Kruskal-Wallis Test untuk MBC ekstrak kayu manis terhadap bakteri Salmonella typhi ... 36 Tabel 4.6. Hasil Mann-Whitney Test untuk MBC ekstrak kayu manis terhadap


(7)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Morfologi Salmonella sp ... 7

Gambar 2.2 Salmonella typhi secara skematik ... 8

Gambar 2.3 Patofisiologi Demam Tifoid ... 12

Gambar 2.4 Pohon Kayu Manis ... 18

Gambar 2.5 Daun dan Bunga Kayu Manis ... 19


(8)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. PERSIAPAN PENELITIAN ... 46

Lampiran 1.1 Alur Kerja Ekstraksi Batang Kayu Manis ... 46

Lampiran 1.2 Alur Kerja Pembuatan Suspensi Bakteri Uji ... 47

LAMPIRAN 2. PROSEDUR PENELITIAN... 48

Lampiran 2.1 Pengujian Ekstrak dengan Metode Dilusi Tabung ... 48

Lampiran 2.2 Penanaman Pada Media Uji (Menentukan MBC) ... 48

LAMPIRAN 3. PEMBUATAN LARUTAN ... 49

Lampiran 3.1 Pembuatan larutan NaCl ... 49

Lampiran 3.2 Pembuatan Suspensi Mc Farland ... 49

Lampiran 3.3 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak ... 49

LAMPIRAN 4.HASIL PENELITIAN ... 51

Lampiran 4.1 Pengaruh konsentrasi ekstrak Cinnamomun burmanni terhadap pertumbuhan Salmonella typhi dalam media Salmonella Shigella Agar cair ... 50

Lampiran 4.1 Pengaruh konsentrasi ekstrak Cinnamomun burmanni terhadap pertumbuhan Salmonella typhi dalam media Salmonella Shigella Agar padat ... 50

LAMPIRAN 5. HASIL Kruskal-Wallis ... 51

Lampiran 5.1 Hasil Kruskal-Wallis MIC ... 51

Lampiran 5.2 Hasil Kruskal-Wallis MBC... 52

LAMPIRAN 6 HASIL Mann-whitney Test... 54

Lampiran 6.1 Hasil Mann-Whitney Test MIC ... 53

Lampiran 6.1 Hasil Mann-Whitney Test MBC ... 63


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salmonella typhi disebut juga Salmonella choleraesuis serovar typhi, Salmonella serovar typhi , Salmonella enterica serovar typhi (Holt, et al., 1994 dan Anonimous, 2001). S. typhi adalah strain bakteri yang menyebabkan terjadinya demam tifoid. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi serius serta merupakan penyakit endemis yang menjadi masalah kesehatan global termasuk di Indonesia dan Negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand. Angka kejadian termasuk tertinggi di dunia yaitu antara 358-810/100.000 penduduk setiap tahun. Penyakit ini mempunyai angka kematian yang cukup tinggi, yaitu 1-5% dari penderita (Punjabi, 2004).

Penyakit ini dianggap serius karena dapat disertai berbagai penyakit dan kejadian demam tifoid telah diperburuk dengan terjadinya peningkatan resistensi bakteri terhadap banyak antibiotik (Thong, et a1.,2000). Beberapa jenis antibiotik yang sering digunakan dalam pengobatan demam tifoid adalah kloramfenikol, ampisilin, amoksisilin, kotrimoksazol dan antibiotik lainnya yang sekarang banyak digunakan sebagai alternatif obat seperti azitromisin, ciprofloksasin, asam nalidiksat dan cefixime (Triadmodjo, et al., 1997).

Kloramfenikol merupakan lini pertama pengobatan demam tifoid. Namun, karena keterlibatan plasmid, Salmonella menjadi resisten terhadap kloramfenikol. Timbulnya resistensi bakteri bahkan multiresisten dari populasi bakteri terhadap berbagai jenis antibiotik menimbulkan banyak masalah dalam pengobatan penyakit demam tifoid. Pola resistensi yang terjadi sangat tergantung dari pola atau sifat bakteri, penggunaan antibiotik dan penatalaksanaan penyakit serta kecepatan resistensi bakteri terhadap antibiotik (Balbi, 2004). Karena itu, diperlukan adanya penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan bahan alternatif yang mampu mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotika.


(10)

2

Penggunaan tanaman sebagai obat sudah dikenal luas baik di negara berkembang maupun negara maju. Hal ini semakin diperkuat oleh adanya pemikiran back to nature serta krisis berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat. Pengobatan primer di Asia dan Afrika 70-80% populasinya masih tergantung pada obat tradisional. Meluasnya penggunaan obat tradisional disebabkan kepercayaan masyarakat bahwa obat tradisional berbahan alami, lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping (WHO, 2008)

Menurut Dr. Achmad Sujudi, M. Kes, Indonesia memiliki sekitar sekitar 30 ribu jenis tanaman. Seribu jenis di antaranya diketahui memiliki khasiat obat. Sementara 400 jenis dari 1.000 jenis itu telah digunakan untuk produksi obat tradisional dalam negeri. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat tradisional adalah batang kayu manis (Cinnamomum burmani.).

Kayu manis telah banyak digunakan sejak dulu oleh banyak bangsa di dunia. Salah satunya adalah bangsa Mesir kuno yang menggunakannya sebagai salah satu bahan untuk proses pembalseman mumi. Selain itu, kayu manis juga digunakan sebagai pengawet makanan. Kayu manis mengandung senyawa anti-inflamasi, antioksidan dan antibakterial yang dipercaya oleh masyarakat berguna untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Diantaranya adalah radang usus, infeksi saluran kencing, meredakan gejala-gejala flu dan demam serta dapat berperan sebagai salah satu metode dalam penatalaksanaan diabetes (Rismunandar dan Paimin, 2001).

Agar pengobatan secara tradisional dapat dipertanggungjawabkan, maka diperlukan penelitian ilmiah seperti uji antimikroba dari tanaman tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang tersebut identifikasi masalah pada penelitian ini adalah :

Apakah ekstrak etanol kayu manis memiliki efektivitas antimikroba terhadap bakteri Salmonella typhi secara in vitro.


(11)

3

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui efek inhibisi ekstrak etanol kayu manis terhadap pertumbuhan Salmonella typhi secara In Vitro.

1.3.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dan Minimum Bactericidal Concentration (MBC) ekstrak kayu manis terhadap bakteri Salmonella typhi secara in vitro.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademis

 Meningkatkan pengetahuan tentang penggunaan bahan alami yang mudah didapat dan murah sebagai antimikroba.

 Dapat digunakan sebagai acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai efek antimikroba pada kayu manis.

1.4.2 Manfaat Praktis

 Memberikan informasi kepada masyarakat tentang khasiat kayu manis sebagai anti mikroba terhadap bakteri Salmonella typhi.

 Diharapkan melalui penelitian ini diperoleh bahan alami yang bisa digunakan sebagai pengobatan alternatif disekitar kita yang murah dan memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan obat – obat sintetis yang dijual dipasaran.


(12)

4

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Cinnamommum burmannii mengandung beberapa senyawa terpenoid yang dipercaya memfasilitasi efek pengobatan. Beberapa bahan kimia yang terkandung di dalam kayu manis diantaranya minyak atsiri, eugenol, safrole, sinnamaldehid, tannin, kalsium oksalat, damar, zat penyamak (tanin), pelekat, gula, kalsium, oksalat, dua jenis insektisida cinnzelanin, cinnzelanol, cumarin dan sebagainya. Yang paling utama yaitu sinnamaldehid dan eugenol yang telah terbukti memiliki aktifitas antibakteri dan antijamur (Wasito, 2011).

Senyawa aktif dalam minyak atsiri kayu manis yang berkhasiat sebagai antibakteri adalah sinamaldehid dan eugenol. Selain minyak atsiri kandungan lain dari kayu manis seperti saponin, flavonoid, dan tannin juga berkhasiat sebagai antibakteri. Lebih dari satu mekanisme antibakteri diduga berperan dalam aktivitas senyawa ini untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Wasito, 2011).

Mekanisme tannin sebagai antimikroba adalah dengan mengganggu proses pembentukan dinding sel. Saponin bersifat merusak membran sel bakteri, dengan cara berikatan dengan kompleks polisakarida pada dinding sel. Flavonoid memiliki kemampuan mengganggu integritas dan merusak dinding bakteri yang menyebabkan bakteri lisis. Kemudian eugenol dapat merusak langsung membrane sel bakteri dan menghambat aktivitas enzim glucosyltransferase yang dihasilkan oleh bakteri. Dan sinnamaldehid menghambat sintesis dinding sel atau menghambat biosintesis enzim. Selain itu, sinnamaldehid juga menghambat transport glukosa sehingga menghambat proses glikolisis pada sel bakteri (Warsito, 2011).

Keempat zat aktif yang terkandung dalam kayu manis memiliki mekanisme yang berbeda-beda sebagai antibakteri. Namun, keempatnya bekerja secara sinergis untuk menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Salmonella typhi.


(13)

5

1.5.2 Hipotesis

Ekstrak etanol kayu manis memiliki efek antimikroba terhadap bakteri Salmonella typhi secara in vitro.


(14)

42 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Ekstrak etanol batang kayu manis (Cinnamomum burmanni) memiliki aktivitas antimikroba terhadap Salmonella thypi secara in vitro.

5.2 Saran

Sebagai akhir dari penelitian dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kadar dan spesifikasi zat-zat aktif dari batang kayu manis yang mempunyai efek sebagai antimikroba. 2. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan konsentrasi lain, misalnya antara

5%-10% untuk untuk mengetahui MIC dan MBC dalam menghambat bakteri Salmonella typhi.

3. Perlu diteliti lebih lanjut menggunakan metode lain untuk mengetahui MIC dan MBC dalam menghambat bakteri Salmonella typhi

4. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai efek ekstrak batang kayu manis dalam menghambat bakteri lain selain Salmonella typhi.

5. Diperlukan penelitian lanjutan mengenai efek antimikroba ekstrak batang kayu manis secara in vivo pada berbagai hewan coba maupun uji klinik untuk melihat farmakodinamik, farmakokinetik dan toksisitas ekstrak batang kayu manis agar pemanfaatan ekstrak batang kayu manis dapat diaplikasikan ke manusia.


(15)

79

RIWAYAT HIDUP

- Nama : Lili Oktavia Safitri

- Nomor Pokok Mahasiswa : 0810087

- Tempat dan Tanggal Lahir : Semarang, 2 Oktober 1990

- Alamat : Jl. Candi Persil 429c

Semarang - Riwayat Pendidikan:

TK Teladan Dharma Wanita, Ungaran, lulus tahun 1996 SDN Gedanganak 01, Ungaran, lulus tahun 2002

SMP Mardi Rahayu, Ungaran, lulus tahun 2005

Saint Therese Global School (SMA Theresiana 1) Semarang, lulus tahun 2008 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung


(16)

ABSTRAK

EFEK INHIBISI EKSTRAK ETANOL BATANG KAYU MANIS (Cinnamomum burmanni) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI

Salmonella Typhi SECARA In Vitro ABSTRACT

INHIBITION EFFECTS OF ETHANOLIC EXTRACT OF CINNAMON BARK (Cinnamomum burmanni) AGAINST THE GROWTH OF Salmonella

Thypi IN VITRO Lili Oktavia S

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia Abstract

Salmonella typhi is bacteria causing typhoid fever. This disease is still a global health problem such as Southeast Asian countries like Malaysia, Thailand and Indonesia. Morbidity 157/100.000 year reach populations in semi-rural areas and 810/100.000 population in urban areas in Indonesia, and reported a tendency to increase every year. Resistance of the bacterial population to various types of antibiotics causes many problems in the treatment of disease. Objectives To examine whether ethanol extracts of cinnamon bark (Cinnamomum burnamanni) has inhibitory effects on the growth of Salmonella Typhi in vitro. Research Methods The study used laboratory comparative experimental methods. Data measured were Minimum Inhibition Concentration (MIC) and Minimum Bacterical Concentration (MBC) formed from the ethanol extract of cinnamon bark on Salmonella typhi colonies in vitro. The research was conducted on the 6th level of concentration, which is 40%; 20%; 10%; 5%; 2,5%; 1,25%. Data analysis using Kruskal-Wallis Test and Mann-Whitney Test. Research results showed the antimicrobial activity of cinnamon bark extract, Minimum Inhibitory Concentration (MIC) was 10% and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) was 10%. The conclusion of the study are Ethanol extract of Cinnamon bark (Cinnamomum burmanni) was bacteriostatic at concentration 10% and bactericid at concentration 10% of Salmonella typhi.

Keywords: Antimicrobial, cinnamon bark extract, Salmonella typhi, Minimum Inhibitory Concentration, Minimum Bactericidal Concentration.

Abstrak

Salmonella typhi adalah kuman penyebab demam tifoid. Penyakit ini sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan global negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia ,Thailand, dan Indonesia. Angka kesakitan per tahun mencapai 157/100.000 populasi pada daerah semi rural dan 810/100.000 populasi di daerah urban di Indonesia, dan dilaporkan adanya kecenderungan untuk meningkat setiap tahun. Resistensi bakteri terhadap berbagai jenis antibiotik menimbulkan banyak


(17)

masalah dalam pengobatan penyakit. Tujuan Penelitian untuk mengetahui apakah ekstrak etanol batang kayu manis (Cinnamomum burmanni) mempunyai efek inhibisi terhadap pertumbuhan koloni Salmonella typhi secara in vitro. Metode Penelitian menggunakan metode eksperimental laboratorik. Data yang diukur adalah Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dan Minimum Bactericidal Concentration (MBC) dari ekstrak etanol batang kayu manis pada koloni Salmonella typhi secara in vitro. Penelitian ini dilakukan pada 6 level konsentrasi ekstrak batang kayu manis, yaitu 40%; 20%; 10%; 5%; 2,5%; 1,25%. Analisis data menggunakan Kruskal-Wallis Test dan Mann-Whitney Test. Hasil penelitian menunjukkan adanya aktivitas antimikroba ekstrak batang kayu manis dengan Minimum Inhibitory Concentration (MIC) pada konsentrasi 10%, dan Minimum Bactericidal Concentration (MBC) pada konsentrasi 10%. Simpulan dari penelitian adalah ekstrak etanol batang kayu manis bersifat bakteriostatik pada konsentrasi 10% dan bersifat bakterisid pada konsentrasi 10% terhadap bakteri Salmonella typhi.

Kata kunci: Antimikroba, batang kayu manis, Salmonella typhi, Minimum Inhibitory Concentration, Minimum Bactericidal Concentration.

Pendahuluan

Salmonella typhi adalah strain bakteri yang menyebabkan terjadinya demam tifoid. Penyakit ini dianggap serius karena dapat disertai berbagai penyakit dan kejadian demam tifoid telah diperburuk dengan terjadinya peningkatan resistensi bakteri terhadap banyak antibiotik. Timbulnya resistensi bakteri bahkan multiresisten dari populasi bakteri terhadap berbagai jenis antibiotik menimbulkan banyak masalah dalam pengobatan penyakit demam tifoid.

Penggunaan tanaman sebagai obat sudah dikenal luas baik di negara berkembang maupun negara maju. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat tradisional adalah batang kayu manis (Cinnamomum burmani.). Kayu manis telah banyak digunakan sejak dulu oleh banyak bangsa di dunia. Kayu manis mengandung senyawa anti-inflamasi, antioksidan dan antibakterial yang dipercaya oleh masyarakat berguna untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Bahan dan Cara

Subjek penelitian ini adalah koloni kuman Salmonella typhi yang sudah diidentifikasi terlebih dahulu. Bahan yang digunakan adalah ekstrak etanol 95% batang kayu manis, medium Nutrien Broth (NB), Salmonella Shigella Agar (SSA), akuades steril, carboxy Methyl Cellulose (CMC) 1%.

Alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi kecil, labu erlenmeyer, cawan petri, pengaduk, mortir, labu spiritus/ bunsen, ose, pipet tetes, pipet mikro, tip biru, kuning, spuit, spatula , label, timbangan analitik digital, inkubator, autoclave, standar 0.5 McFarland, kaca objek, dan alat-alat lain yang biasanya digunakan dalam laboratorium Mikrobiologi.


(18)

Penelitian ini mengunakan metode penelitian true experimental design dengan uji laboratorium post test only. Data yang diukur adalah aktivitas Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dan Minimum Bactericidal Concentration (MBC).

Analisis statistik menggunakan analisis Kruskal-Wallis test dan Mann-Whitney Test dengan α=0,05.

Pada penelitian ini, pertama dilakukan pembuatan ekstrak etanol batang kayu manis dengan cara memaserasi 0,5 kg simplisia batang kayu manis dengan etanol 95% selama 3 kali 24 jam. Filtratnya lalu disaring dan diuapkan dengan evaporator. Setelah itu campur 1,6 g ekstrak etanol dengan sebanyak 2 ml. Selanjutnya siapkan 8 tabung steril dan isi tabung 2,3,4,5,6 dengan 1 ml Carboxymethylcellulose (CMC) 1% . Kemudian ambil 1 ml dari tabung pertama masukan kedalam tabung ke 2, kocok, ambil 1ml dari tabung ke 2 masukan kedalam tabung ke 3, begitu seterusnya sampai tabung ke 6. Pada tabung ke 6 ambil 1 ml dan buang. Masukan 1 ml suspensi kuman Salmonella typhi kedalam masing-masing tabung. Untuk tabung ke 7 masukan 1 ml S. typhi sebagai kontrol positif dan 1 ml ekstrak etanol kayu manis pada tabung 8 sebagai kontrol negatif. Inkubasi 24 jam dengan sushu 37oC. Amati kekeruhan untuk mengetahui MIC. Untuk mengetahui MBC ambil 50 μL dari masing-masing tabung tanam pada SSA. Inkubasi 24 jam dengan sushu 37oC, amati pertumbuhan bakteri.

Hasil dan Pembahasan

Uji MIC dilakukan dengan metode dilusi tabung yang dapat dilihat dari jernih atau keruh dari setiap perlakuan. Hasil yang didapatkan disajikan dalam tabel 4.1

Tabel. 4.1 Pengaruh konsentrasi ekstrak Cinnamomun burmanni terhadap pertumbuhan Salmonela typhi dalam media Salmonella Shigella Agar cair Perlakuan(%) 40% 20% 10% 5% 2,5% 1,25% K - K +

Pengulangan

1 Jernih Jernih Jernih keruh keruh keruh jernih keruh Pengulangan

2 Jernih Jernih Jernih keruh keruh keruh jernih keruh Pengulangan

3 Jernih Jernih Jernih keruh keruh keruh jernih keruh Karena data non parametik maka dilakukan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann-whitney.


(19)

Tabel 4.2 Hasil Kruskal-Wallis Test untuk MIC ekstrak kayu manis terhadap bakteri Salmonella typhi

Dari uji dengan Kruskal-Wallis Test didapatkan perbedaan yang bemakna dalam penghambatan pertumbuhan bakteri dengan (p≤0.05), dan dilanjutkan dengan Mann-Whitney Test (table 4.3).

Tabel 4.3 Hasil Mann-Whitney Test untuk MIC ekstrak kayu manis terhadap bakteri Salmonella typhi

40% 20% 10% 5% 2,5% 1,25% K - K+

40% 1.000 1.000 0.025* 0.025* 0.025* 1.000 0.02

20% 1.000 0.025* 0.025* 0.025* 1.000 0.02

5*

10% 0.025 0.025* 0.025* 1.000 0.02

5*

5% 1.000 1.000 0.025* 1.00

0

2,5% 1.000 0.025* 1.00

0

1,25% 0.025* 1,00

0

K - 0.02

5* K +

Keterangan :

*: terdapat perbedaan bermakna (p<0,05)

Secara statistik MIC di tentukan pada konsentrasi terkecil dimana terdapat perbedaan bermakna dibandingkan dengan kontrol positif (p<0,05). Dari hasil tersebut nilai p<0,05 terdapat pada konsentrasi 40%, 20% dan 10%. Hal ini menunjukan bahwa efek penghambatan bakteri yang berbeda bermakna (dibandingkan kontrol positif) terdapat pada konsentrasi 40%, 20% dan 10% sehingga dapat disimpulkan bahwa MIC ekstrak kayu manis terhadap bakteri Salmonella typhi adalah pada konsentrasi 10%.

Test Statisticsa,b hasil Chi-Square 23.000

df 7

Asymp. Sig. .002 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: konsentrasi ekstrak Ranks

konsentrasi

ekstrak N Mean Rank

hasil 1 3 6.50

2 3 6.50

3 3 6.50

4 3 18.50

5 3 18.50

6 3 18.50

7 3 6.50

8 3 18.50


(20)

Uji MBC dilakukan dengan metode penanaman setiap tabung pada uji MIC ke dalam Salmonella shigella Agar, yang dapat dilihat dari tumbuh atau tidak nya bakteri dari setiap perlakuan. Hasil yang didapatkan disajikan dalam tabel 4.4.

Tabel. 4.4 Pengaruh konsentrasi ekstrak Cinnamomun burmanni terhadap pertumbuhan Salmonela typhi dalam media Salmonella Shigella Agar padat

Perlakuan

(%) 40% 20% 10% 5% 2,5% 1,25% K - K +

Pengulangan

1 - - - + + + - +

Pengulangan

2 - - - + + + - +

Pengulangan

3 - - - + + + - +

* - tidak terdapat pertumbuhan + terdapat pertumbuhan

Karena data non parametik maka dilakukan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann-whitney.

Tabel 4.5 Hasil Kruskal-Wallis Test untuk MBC ekstrak kayu manis terhadap bakteri Salmonella typhi

Uji distribusi data dengan uji beda Kruskal-Wallis Test didapatkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) dalam kemampuan membunuh bakteri. Kemudian dilanjutkan dengan Mann-Whitney Test (Tabel 4.6).

Ranks konsentrasi

ekstrak N Mean Rank

hasil 1 3 6.50

2 3 6.50

3 3 6.50

4 3 18.50

5 3 18.50

6 3 18.50

7 3 6.50

8 3 18.50

Total 24

Test Statisticsa,b hasil Chi-Square 23.000

Df 7

Asymp. Sig. .002 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: konsentrasi ekstrak


(21)

Tabel 4.6 Hasil Mann-Whitney Test untuk MBC ekstrak kayu manis terhadap bakteri Salmonella typhi

40% 20% 10% 5% 2,5% 1,25% K - K+

40% 1.000 1.000 0.025* 0.025* 0.025* 1.000 0.025*

20% 1.000 0.025* 0.025* 0.025* 1.000 0.025*

10% 0.025 0.025* 0.025* 1.000 0.025*

5% 1.000 1.000 0.025* 1.000

2,5% 1.000 0.025* 1.000

1,25% 0.025* 1,000

K - 0.025*

K +

Keterangan :

*: terdapat perbedaan bermakna (p<0,05)

Secara statistic MBC ditentukan pada konsentrasi terkecil dimana tidak terdapat perbedaan bermakna bila dibandingkan dengan kontrol negatif (p>0.05)

Dari hasil tersebut nilai p>0,05 terdapat pada konsentrasi 40%, 20% dan 10%. Hal ini menunjukan bahwa efek pembunuhan bakteri yang tidak berbeda bermakna (dibandingkan dengan kontrol negatif) pada konsentrasi 40%, 20% dan 10% sehingga dapat disimpulkan bahwa MBC ekstrak kayu manis terhadap bakteri Salmonella typhi adalah pada konsentrasi 10%.

Simpulan

Ekstrak etanol batang kayu manis (Cinnamomum burmanni) memiliki aktivitas antimikroba terhadap Salmonella thypi secara in vitro.

Daftar Pustaka

1. Anonimous. 2001. Salmonella typhi – Material Safety Data Sheet-Infectious Substances. Public health Agency of Canada

2. Balbi H J. 2004. Chloramphenicol American Academy of Pediatrics, Pediatrics in Review 25, pp:284-288.

3. Punjabi, N.H. 2004. Demam Tifoid dan Imunisasi Terhadap Penyakit ini. U.S. NAMRU-2, Jakarta. http://www.papdi.Or.id/Imunisasi/demam typhoid dan imunisasi terh.htrn

4. Rismunandar, Paimin FB. 2001. Kayu Manis Budidaya dan Pengolahan. Jakarta: Penebar Swadaya.

5. Thong, KL.; Bhutta, Z A; P*9, T., 2000. Multidrug-resistant strains of Salmonella enteric serotype typhi are genetically homogenous and coexist with antibioticsensitive strains as distinct, independent clones. International journal of infectious diseases. Canada (4): 194-197

6. WHO. (2008). Traditional Medicine. (online). http://www.who.int/botanical/ mediacenter/ factsheet/fs134/en/, 21/7/2014.


(22)

43

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2001. Salmonella typhi – Material Safety Data Sheet-Infectious Substances. Public health Agency of Canada

Balbi H J. 2004. Chloramphenicol American Academy of Pediatrics, Pediatrics in Review 25, pp:284-288.

Departemen Kesehatan RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta, 17, 31-32.

Departemen Kesehatan RI, 2000. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.

Dirjen Perkebunan, 2007. Komoditi Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan : Kayu Manis. Hal. 14.

Dzen, Sjoekoer M., et al 2003, Bakteriologi Medik, Ed. 1, Malang, Bayumedia Publishing, p 187-197 & 223-234.

Guenther, E., 2006. Minyak Atsiri. Jilid 1, penerjemah Ketaren S.,Penerbit UI Press, Jakarta

Gupte, S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Alih bahasa Julius ES. Binarupa Aksara. Edisi III.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Penerjemah Dr. Kosasih P. dan Dr. Iwang S. Cetakan kedua. Bandung ITB. Hal. 69-76, 102-104.

Holt, J.G., Noel, R.K., Peter, H.A., James, T.S., Stanley, T.W. 1994. Bergey's manual of Determinative Bacteriology. Ninth edition. Williams and Wilkins. Ballimore, Maryland USA. 186,242

http://captura.uchile.cl/jspui/bitstream/2250/11202/1/Retamal_Patricio.pdf http://jmm.sgmjournals.org/cgi/reprint/57/4/424.pdf

http://www.jidc.org/index.php/journal/article/viewFile/220/ http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1081282/

Karsinah, H.M. Lucky, Suharto dan H.W. Mardiastuti (1994). Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta. Binarupa Aksara.

Marleni, M. 2012. Ketepatan Uji Tubex TF dibandingkan Nested-PCR dalam Mendiagnosis Demam Tifoid pada Anak pada Demam Hari ke-4. Universitas Sriwijaya. Palembang.


(23)

44

Nasronudin. 2007. Immunopatogenesismolekuler, Diagnosis dan Penatalaksanaan Demam Tifoid Masa Kini. Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini & Mendatang. Surabaya: Airlangga University Press.

Pastoor, R. Hatta, M., Abdoel, T.H., Smith, H.L. 2007. Simple, Rapid and Affordable Point –Of-Care Test For the Serodiagnosis Of Thypoid Fever. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Punjabi, N.H. 2004. Demam Tifoid dan Imunisasi Terhadap Penyakit ini. U.S. NAMRU-2, Jakarta. http://www.papdi.Or.id/Imunisasi/demam typhoid dan imunisasi terh.htrn

Retamal, Patricio, et al, Modified Intracellular-Associated Phenotypes in A Recombinant Salmonella Typhi Expressing S. Typhimurium SPI-3 Sequences, Universidad Andres Bello, 9/12/2014.

Rismunandar, Paimin FB. 2001. Kayu Manis Budidaya dan Pengolahan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Saroj, Sunil D., Shashidhar, R., Karani, Manisha, Bandekar,Jayant R 2008, Distribution of Salmonella Pathogenicity Island (SPI)-8 and SPI-10 among Different Serotypes of Salmonella, 9/12/2014.

Seth, Helena M. B 2008, SPI-7: Salmonella’s Vi-Encoding Pathogenicity Island. Thong, KL.; Bhutta, Z A; P*9, T., 2000. Multidrug-resistant strains of Salmonella

enteric serotype typhi are genetically homogenous and coexist with antibioticsensitive strains as distinct, independent clones. International journal of infectious diseases. Canada (4): 194-197

Tim mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. 2003. Bakteriologi Medik. Malang : Bayumedia Publishing.

Todar K. 2008. Pathogenic E. coli.

http://textbookofbacteriology.net/salmonella.html, 21/2/2014.

Triadmodjo P dan Oktarina C. Pola resistensi bakteri enteropatogen terhadap antibiotika. Cermin Dunia Kedokteran 1997; (online), (http://www.kalbe.co.id/files/cdk),

Tumbelaka. 2003. Tata Laksana Demam Tifoid Pada Anak. Pediatrics Update. Naskah lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak IDAI Jaya. 9/12/2014.

Voight, R. 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah S.N. Soewandi. Edisi kelima. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press


(24)

45

Wain, John, et al 2005, Vi Antigen Expression in Salmonella enterica Serovar Typhi Clinical Isolates from Pakistan, American Society for Microbiology, 9/12/2014.

Wang, R., Wang, R., Yang, B., 2009. Extraction of essential oils from five cinnamon leaves and identification of theirvolatile compound compositions. Innovative Food Science and Emerging Technologies, 10, 289–292

Wasito H. Obat Tradisional Kekayaan Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011: 78-80.

WHO. (2008). Traditional Medicine. (online). http://www.who.int/botanical/ mediacenter/ factsheet/fs134/en/, 21/7/2014.

World Health Organization (WHO). 2003. Typhoid Fever. http://www.who.int/. 9/12/2014.


(1)

Tabel 4.2 Hasil Kruskal-Wallis Test untuk MIC ekstrak kayu manis terhadap bakteri Salmonella typhi

Dari uji dengan Kruskal-Wallis Test didapatkan perbedaan yang bemakna dalam penghambatan pertumbuhan bakteri dengan (p≤0.05), dan dilanjutkan dengan Mann-Whitney Test (table 4.3).

Tabel 4.3 Hasil Mann-Whitney Test untuk MIC ekstrak kayu manis terhadap bakteri Salmonella typhi

40% 20% 10% 5% 2,5% 1,25% K - K+

40% 1.000 1.000 0.025* 0.025* 0.025* 1.000 0.02

20% 1.000 0.025* 0.025* 0.025* 1.000 0.02 5*

10% 0.025 0.025* 0.025* 1.000 0.02

5*

5% 1.000 1.000 0.025* 1.00

0

2,5% 1.000 0.025* 1.00

0

1,25% 0.025* 1,00

0

K - 0.02

5* K +

Keterangan :

*: terdapat perbedaan bermakna (p<0,05)

Secara statistik MIC di tentukan pada konsentrasi terkecil dimana terdapat perbedaan bermakna dibandingkan dengan kontrol positif (p<0,05). Dari hasil tersebut nilai p<0,05 terdapat pada konsentrasi 40%, 20% dan 10%. Hal ini menunjukan bahwa efek penghambatan bakteri yang berbeda bermakna (dibandingkan kontrol positif) terdapat pada konsentrasi 40%, 20% dan 10% sehingga dapat disimpulkan bahwa MIC ekstrak kayu manis terhadap bakteri

Salmonella typhi adalah pada konsentrasi 10%.

Test Statisticsa,b hasil Chi-Square 23.000

df 7

Asymp. Sig. .002 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: konsentrasi ekstrak Ranks

konsentrasi

ekstrak N Mean Rank

hasil 1 3 6.50

2 3 6.50

3 3 6.50

4 3 18.50

5 3 18.50

6 3 18.50

7 3 6.50

8 3 18.50


(2)

Uji MBC dilakukan dengan metode penanaman setiap tabung pada uji MIC ke dalam Salmonella shigella Agar, yang dapat dilihat dari tumbuh atau tidak nya bakteri dari setiap perlakuan. Hasil yang didapatkan disajikan dalam tabel 4.4.

Tabel. 4.4 Pengaruh konsentrasi ekstrak Cinnamomun burmanni terhadap pertumbuhan Salmonela typhi dalam media Salmonella Shigella Agar padat

Perlakuan

(%) 40% 20% 10% 5% 2,5% 1,25% K - K +

Pengulangan

1 - - - + + + - +

Pengulangan

2 - - - + + + - +

Pengulangan

3 - - - + + + - +

* - tidak terdapat pertumbuhan + terdapat pertumbuhan

Karena data non parametik maka dilakukan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann-whitney.

Tabel 4.5 Hasil Kruskal-Wallis Test untuk MBC ekstrak kayu manis terhadap bakteri Salmonella typhi

Uji distribusi data dengan uji beda Kruskal-Wallis Test didapatkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) dalam kemampuan membunuh bakteri. Kemudian dilanjutkan dengan Mann-Whitney Test (Tabel 4.6).

Ranks konsentrasi

ekstrak N Mean Rank

hasil 1 3 6.50

2 3 6.50

3 3 6.50

4 3 18.50

5 3 18.50

6 3 18.50

7 3 6.50

8 3 18.50

Total 24

Test Statisticsa,b hasil Chi-Square 23.000

Df 7

Asymp. Sig. .002 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: konsentrasi ekstrak


(3)

Tabel 4.6 Hasil Mann-Whitney Test untuk MBC ekstrak kayu manis terhadap bakteri Salmonella typhi

40% 20% 10% 5% 2,5% 1,25% K - K+

40% 1.000 1.000 0.025* 0.025* 0.025* 1.000 0.025*

20% 1.000 0.025* 0.025* 0.025* 1.000 0.025*

10% 0.025 0.025* 0.025* 1.000 0.025*

5% 1.000 1.000 0.025* 1.000

2,5% 1.000 0.025* 1.000

1,25% 0.025* 1,000

K - 0.025*

K +

Keterangan :

*: terdapat perbedaan bermakna (p<0,05)

Secara statistic MBC ditentukan pada konsentrasi terkecil dimana tidak terdapat perbedaan bermakna bila dibandingkan dengan kontrol negatif (p>0.05)

Dari hasil tersebut nilai p>0,05 terdapat pada konsentrasi 40%, 20% dan 10%. Hal ini menunjukan bahwa efek pembunuhan bakteri yang tidak berbeda bermakna (dibandingkan dengan kontrol negatif) pada konsentrasi 40%, 20% dan 10% sehingga dapat disimpulkan bahwa MBC ekstrak kayu manis terhadap bakteri Salmonella typhi adalah pada konsentrasi 10%.

Simpulan

Ekstrak etanol batang kayu manis (Cinnamomum burmanni) memiliki aktivitas antimikroba terhadap Salmonella thypi secara in vitro.

Daftar Pustaka

1. Anonimous. 2001. Salmonella typhi – Material Safety Data Sheet-Infectious Substances. Public health Agency of Canada

2. Balbi H J. 2004. Chloramphenicol American Academy of Pediatrics, Pediatrics in Review 25, pp:284-288.

3. Punjabi, N.H. 2004. Demam Tifoid dan Imunisasi Terhadap Penyakit ini. U.S. NAMRU-2, Jakarta. http://www.papdi.Or.id/Imunisasi/demam typhoid dan imunisasi terh.htrn

4. Rismunandar, Paimin FB. 2001. Kayu Manis Budidaya dan Pengolahan. Jakarta:Penebar Swadaya.

5. Thong, KL.; Bhutta, Z A; P*9, T., 2000. Multidrug-resistant strains of Salmonella enteric serotype typhi are genetically homogenous and coexist with antibioticsensitive strains as distinct, independent clones. International journal of infectious diseases. Canada (4): 194-197

6. WHO. (2008). Traditional Medicine. (online). http://www.who.int/botanical/ mediacenter/ factsheet/fs134/en/, 21/7/2014.


(4)

43

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2001. Salmonella typhi – Material Safety Data Sheet-Infectious Substances. Public health Agency of Canada

Balbi H J. 2004. Chloramphenicol American Academy of Pediatrics, Pediatrics in Review 25, pp:284-288.

Departemen Kesehatan RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta, 17, 31-32.

Departemen Kesehatan RI, 2000. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.

Dirjen Perkebunan, 2007. Komoditi Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan : Kayu Manis. Hal. 14.

Dzen, Sjoekoer M., et al 2003, Bakteriologi Medik, Ed. 1, Malang, Bayumedia Publishing, p 187-197 & 223-234.

Guenther, E., 2006. Minyak Atsiri. Jilid 1, penerjemah Ketaren S.,Penerbit UI Press, Jakarta

Gupte, S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Alih bahasa Julius ES. Binarupa Aksara. Edisi III.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Penerjemah Dr. Kosasih P. dan Dr. Iwang S. Cetakan kedua. Bandung ITB. Hal. 69-76, 102-104.

Holt, J.G., Noel, R.K., Peter, H.A., James, T.S., Stanley, T.W. 1994. Bergey's manual of Determinative Bacteriology. Ninth edition. Williams and Wilkins. Ballimore, Maryland USA. 186,242

http://captura.uchile.cl/jspui/bitstream/2250/11202/1/Retamal_Patricio.pdf http://jmm.sgmjournals.org/cgi/reprint/57/4/424.pdf

http://www.jidc.org/index.php/journal/article/viewFile/220/ http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1081282/

Karsinah, H.M. Lucky, Suharto dan H.W. Mardiastuti (1994). Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta. Binarupa Aksara.

Marleni, M. 2012. Ketepatan Uji Tubex TF dibandingkan Nested-PCR dalam Mendiagnosis Demam Tifoid pada Anak pada Demam Hari ke-4. Universitas Sriwijaya. Palembang.


(5)

44

Nasronudin. 2007. Immunopatogenesismolekuler, Diagnosis dan Penatalaksanaan Demam Tifoid Masa Kini. Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini & Mendatang. Surabaya: Airlangga University Press.

Pastoor, R. Hatta, M., Abdoel, T.H., Smith, H.L. 2007. Simple, Rapid and Affordable Point –Of-Care Test For the Serodiagnosis Of Thypoid Fever.

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Punjabi, N.H. 2004. Demam Tifoid dan Imunisasi Terhadap Penyakit ini. U.S. NAMRU-2, Jakarta. http://www.papdi.Or.id/Imunisasi/demam typhoid dan imunisasi terh.htrn

Retamal, Patricio, et al, Modified Intracellular-Associated Phenotypes in A Recombinant Salmonella Typhi Expressing S. Typhimurium SPI-3 Sequences, Universidad Andres Bello, 9/12/2014.

Rismunandar, Paimin FB. 2001. Kayu Manis Budidaya dan Pengolahan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Saroj, Sunil D., Shashidhar, R., Karani, Manisha, Bandekar,Jayant R 2008,

Distribution of Salmonella Pathogenicity Island (SPI)-8 and SPI-10 among Different Serotypes of Salmonella, 9/12/2014.

Seth, Helena M. B 2008, SPI-7: Salmonella’s Vi-Encoding Pathogenicity Island.

Thong, KL.; Bhutta, Z A; P*9, T., 2000. Multidrug-resistant strains of Salmonella enteric serotype typhi are genetically homogenous and coexist with antibioticsensitive strains as distinct, independent clones. International journal of infectious diseases. Canada (4): 194-197

Tim mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. 2003. Bakteriologi Medik. Malang : Bayumedia Publishing.

Todar K. 2008. Pathogenic E. coli.

http://textbookofbacteriology.net/salmonella.html, 21/2/2014.

Triadmodjo P dan Oktarina C. Pola resistensi bakteri enteropatogen terhadap antibiotika. Cermin Dunia Kedokteran 1997; (online), (http://www.kalbe.co.id/files/cdk),

Tumbelaka. 2003. Tata Laksana Demam Tifoid Pada Anak. Pediatrics Update.

Naskah lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak IDAI Jaya. 9/12/2014.

Voight, R. 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi.Penerjemah S.N. Soewandi. Edisi kelima. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press


(6)

45

Wain, John, et al 2005, Vi Antigen Expression in Salmonella enterica Serovar Typhi Clinical Isolates from Pakistan, American Society for Microbiology, 9/12/2014.

Wang, R., Wang, R., Yang, B., 2009. Extraction of essential oils from five cinnamon leaves and identification of theirvolatile compound compositions.

Innovative FoodScience and Emerging Technologies, 10, 289–292

Wasito H. Obat Tradisional Kekayaan Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011: 78-80.

WHO. (2008). Traditional Medicine. (online). http://www.who.int/botanical/ mediacenter/ factsheet/fs134/en/, 21/7/2014.

World Health Organization (WHO). 2003. Typhoid Fever. http://www.who.int/. 9/12/2014.