Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Terhadap Bakteri Salmonella Typhi, Escherichia Coli dan Shigella Dysenteriae

(1)

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL

KULIT BUAH MANGGIS (

Garcinia mangostana

L.)

TERHADAP BAKTERI

Salmonella typhi, Escherichia

coli

dan

Shigella dysenteriae

SKRIPSI

OLEH:

MUHAMMAD FADILLAH A. NIM 101524084

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL

KULIT BUAH MANGGIS (

Garcinia mangostana

L.)

TERHADAP BAKTERI

Salmonella typhi, Escherichia

coli

dan

Shigella dysenteriae

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

MUHAMMAD FADILLAH A.

NIM 101524084

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI AKTIVITAS

ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH

MANGGIS (

Garcinia mangostana

L.) TERHADAP BAKTERI

Salmonella typhi, Escherichia coli

dan

Shigella dysenteriae

OLEH:

MUHAMMAD FADILLAH A. NIM 101524084

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal: 3 Agustus 2013 Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Saleha Salbi, M.Si., Apt. Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt. NIP 194909061980032001 NIP 195304031983032001

Pembimbing II,

Dra. Saleha Salbi, M.Si., Apt. NIP 194909061980032001 Dra. Masfria, M.S., Apt.

NIP 195707231986012001 Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt. NIP 195008221974121002

Drs. Syahrial Yoenoes, S.U., Apt. NIP 195112061983031001

Medan, Oktober 2013 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis

(Garcinia Mangostana L.)Terhadap Bakteri Salmonella typhi, Escherichia coli

dan Shigella dysenteriae”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Ibu Dra. Saleha Salbi, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Masfria, M.S., Apt., selaku dosen pembibing yang telah banyak memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Ibu Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt., Bapak Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt., Bapak Drs. Syahrial Yoenoes, S.U., Apt., selaku dosen penguji yang telah mendidik selama perkuliahan. Selaku Staf pengajar dan Pegawai Tata Usaha di Fakultas Farmasi, serta Seluruh Asisten di Laboratorium yang telah banyak membibing penulis selama perkuliahan dan membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.


(5)

dengan tulus dan ikhlas bagi kesuksesan penulis, juga kepada Adik-adik penulis serta teman-teman mahasiswa Fakultas Farmasi USU yang selalu memberi doa, dorongan dan motivasi kepada penulis selama menempuh pendidikan Sarjana Farmasi.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima kritik dan saran yang membangun pada skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 3 Agustus 2013 Penulis,

Muhammad Fadillah A. NIM 101524084


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... ... vi

ABSTRACT ... ... vii

DAFTAR ISI ... ... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………... xv

BAB I PENDAHULUAN ……. ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6


(7)

2.2 Sistematika Tumbuhan ... 6

2.3 Nama Daerah ... 7

2.4 Morfologi Tumbuhan ... 7

2.5 Khasiat Tumbuhan ... 8

2.6 Ekstrak ... 9

2.7 Metode-Metode Ekstraksi ... 9

2.8 Sterilisasi ... 10

2.9 Bakteri ... 11

2.10 Bentuk-Bentuk Bakteri ... 14

2.10.1 Bakteri Escherichia coli ... 15

2.10.2 Bakteri Salmonella typhi ... 16

2.10.3 Bakteri Shigella dysentrieae ... 16

2.11 Fase Pertumbuhan Bakteri ... 17

2.12 Media Pertumbuhan Bakteri ... 18

2.13 Metode Isolasi Biakan Bakteri ... 21

2.14 Uji Aktivitas Antimikroba ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Alat dan Bahan ... 23

3.1.1 Alat-alat ... 23

3.1.2 Bahan-bahan ... 24

3.2 Pembuatan Larutan Pereaksi ... 24

3.2.1 Larutan Pereaksi Bouchardat ... 24


(8)

3.2.3 Larutan Pereaksi Mayer ... 25

3.2.4 Larutan Pereaksi besi (III) klorida 1% ... 25

3.2.5 Larutan Pereaksi Molish ... 25

3.2.6 Larutan Pereaksi timbal (II) asetat 0,4 M ... 25

3.2.7 Larutan Pereaksi asam klorida 2 N ... 25

3.2.8 Larutan Pereaksi Natrium Hidroksida 2 N ... 25

3.2.9 Larutan Pereaksi Lieberman-Bauchard ... 26

3.3 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel ... 26

3.3.1 Pengambilan Sampel ... 26

3.3.2 Identifikasi Tumbuhan ... 26

3.3.3 Pengolahan Simplisia ... 26

3.4 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia ... 27

3.4.1 Pemeriksaan Makroskopik ... 27

3.4.2 Pemeriksaan Mikroskopik ... 27

3.4.3 Penetapan Kadar Air ... 27

3.4.4 Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air ... 28

3.4.5 Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Etanol ... 29

3.4.6 Penetapan Kadar Abu Total ... 29

3.4.7 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam ... 29

3.5 Pemeriksaan Skrining Fitokimia Simplisia ... 30

3.5.1 Pemeriksaan Alkaloid ... 30

3.5.2 Pemeriksaan Flavonoid ... 30


(9)

3.5.4 Pemeriksaan Glikosida ... 31

3.5.5 Pemeriksaan Saponin ... 32

3.5.6 Pemeriksaan Steroid/Triterpenoid ... 32

3.6 Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis ... 32

3.7 Sterilisasi Alat ... 33

3.8 Pembuatan Media ... 33

3.8.1 Nutrient Agar ... 33

3.8.2 Nutrient Broth ... 34

3.8.3 Pembuatan Media Agar Miring ... 34

3.9 Pembiakan Bakteri ... 34

3.9.1 Pembuatan Stok Kultur ... 34

3.10 Penyiapan Inokulum ... 35

3.10.1 Bakteri Salmonella typhi ... 35

3.10.2 Bakteri Shigella dysenteriae ... 35

3.10.3 Bakteri Escherichia coli ... 36

3.11 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Matang dan Mengkal Dengan Berbagai Konsentrasi ... 36

3.12 Pengujian Aktivitas Antibakteri Terhadap Ekstrak Etanol 36 3.12.1 Bakteri Salmonella typhi ... 36

3.12.2 Bakteri Shigella dysenteriae ... 37

3.12.3 Bakteri Escherichia coli ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39


(10)

4.3 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak... 41

4.4 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Matang dan Mengkal Terhadap Bakteri Salmonella typhi, Shigella dysenteriae, dan Escherichia coli ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

5.1 Kesimpulan ... 45

5.2 Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia Kulit Buah Manggis Matang dan Mengkal ... 39 Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia

dan Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Tua Matang dan Mengkal ... 41 Tabel 3 Hasil Diameter Daerah Hambatan Pertumbuhan Salmonella typhi,

Shigella dysenteriae,dan Escherichia coli Oleh Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Matang ... 42 Tabel 4 Hasil Diameter Daerah Hambatan Pertumbuhan Salmonella typhi,

Shigella dysenteriae,dan Escherichia coli Oleh Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Mengkal ... 43

Tabel 5 Hasil Pengukuran Diameter Daerah Hambatan Pertumbuhan

Salmonella typhi, Shigella dysenteriae, dan Escherichia coli

oleh Ekstrak Etanol kulit buah manggis matang . ... 56

Tabel 6 Hasil Pengukuran Diameter Daerah Hambatan Pertumbuhan

Salmonella typhi, Shigella dysenteriae, dan Escherichia coli


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tanaman Manggis ... 50

Gambar 2 Buah Manggis Matang Segar ... 51

Gambar 3 Buah Manggis Mengkal Segar ... 51

Gambar 4 Kulit Buah Manggis Matang yang Telah dipisahkan dari daging buah ... 52

Gambar 5 Kulit Buah Manggis Mengkal yang Telah dipisahkan dari daging buah ... 52

Gambar 6 Mikroskopik Serbuk Simplisia Kulit Buah Manggis ... 53

Gambar 7 Simplisia Kulit Buah Manggis Mengkal ... 54

Gambar 8 Simplisia Kulit Buah Manggis Matang ... 54

Gambar 9 Serbuk Simplisia Kulit Buah Manggis Mengkal ... 55

Gambar 10 Serbuk Simplisia Kulit Buah Manggis Matang ... 55

Gambar 11 Bagan Alur Penelitian ... 68

Gambar 12 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Mengkal Terhadap Bakteri Salmonella typhi ... 69

Gambar 13 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Mengkal Terhadap Bakteri Shigella dysenteriae ... 70

Gambar 14 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Mengkal Terhadap Bakteri Escherichia coli ... 71

Gambar 15 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Matang Terhadap Bakteri Salmonella typhi ... 72


(13)

Gambar 16 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah

Manggis Matang Terhadap Bakteri Shigella dysenteriae ... 73 Gambar 17 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Identifikasi Tanaman ... 49

Lampiran 2 Tumbuhan Manggis ... 50

Lampiran 3 Buah manggis Matang dan Mengkal ... 51

Lampiran 4 Kulit Buah Manggis Matang dan Mengkal ... 52

Lampiran 5 Hasil Mikroskopik ... 53

Lampiran 6 Simplisia Kulit Buah Manggis Matang dan Mengkal .... 54

Lampiran 7 Serbuk Simplisia Kulit Buah Manggis Matang dan Mengkal ... 55

Lampiran 8 Hasil Pengukuran Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Matang dan Mengkal Terhadap Bakteri Salmonella typhi, Shigella dysenteriae, dan Escherichia Coli ... 56

Lampiran 9 Perhitungan Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia 58 Lampiran 10 Bagan Alur Penelitian ... 68

Lampiran 11 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Mengkal Terhadap Bakteri Salmonella typhi ... 69

Lampiran 12 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Mengkal Terhadap Bakteri Shigella dysenteriae70 Lampiran 13 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Mengkal Terhadap Bakteri Escherichia coli ... 71

Lampiran 14 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Matang Terhadap Bakteri Salmonella typhi ... 72

Lampiran 15 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Matang Terhadap Bakteri Shigella dysenteriae 73 Lampiran 16 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Matang Terhadap Bakteri Escherichia coli ... 74


(15)

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MANGGIS(Garcinia mangostana

L.) TERHADAP BAKTERI Salmonella typhi, Escherichia coli dan

Shigella dysenteriae

ABSTRAK

Salah satu tanaman yang digunakan masyarakat sebagai tanaman obat adalah kulit buah manggis sebagai obat diare atau disentri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karateristik, skrining fitokimia, dan uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah manggis matang dan mengkal.

Karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik penetapan kadar air, kadar sari larut dalam air, kadar sari larut dalam etanol, kadar abu total, dan kadar abu tidak larut dalam asam. Penentuan golongan senyawa kimia dilakukan terhadap simplisia dan ekstrak etanol. Ekstraksi kulit buah manggis matang dan mengkal dilakukan dengan cara perkolasi. Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah manggis matang dan mengkal terhadap bakteri Salmonella typhi, Escherichia coli, dan

Shigella dysenteriae berbagai konsentrasi dengan metode difusi agar menggunakan Punch hole.

Hasil karakterisasi simplisia kulit buah manggis matang dan mengkal menunjukkan bahwa secara makroskopik simplisia kulit buah matang dan mengkal berwarna coklat, tekstur keras, berbau khas, berasa sepat dan pahit. Mikroskopik simplisia kulit buah manggis matang dan mengkal memperlihatkan adanya kristal kalsium oksalat, parenkim, berkas pembuluh xilem bentuk spiral, dan sel batu. Hasil karakterisasi simplisia kulit buah manggis matang, kadar air 7,95%, kadar sari larut dalam air 5,62%, kadar sari larut dalam etanol 18,43%, kadar abu total 4,04%, dan kadar abu tidak larut dalam asam 0,42%. Sedangkan simplisia kulit buah manggis mengkal, kadar air 7,94%, kadar sari larut dalam air 5,42%, kadar sari larut dalam etanol 18,55%, kadar abu total 4,37%, dan kadar abu tidak larut dalam asam 0,31%. Hasil skrining fitokimia kulit buah manggis matang dan mengkal menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloida, flavonoida, saponin, tanin, glikosida dan steroida/triterpenoida.

Hasil uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol kulit buah manggis matang memberikan daerah hambat yang efektif terhadap bakteri Salmonella typhi yaitu pada konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter 15,50 mm, Shigella dysenteriae yaitu pada konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter 15,30 mm, tetapi terhadap bakteri Escherichia coli memberikan daerah hambat yang kurang efektif yaitu pada konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter 13,80 mm. Sedangkan ekstrak etanol kulit buah manggis mengkal memberikan daerah hambat yang efektif terhadap bakteri Salmonella typhi yaitu pada konsentrasi 300 mg/ml dengan diameter 14,25 mm, Shigella dysenteriae yaitu pada konsentrasi 300 mg/ml dengan diameter 14,38 mm, dan Escherichia coli yaitu pada konsentrasi 300 mg/ml dengan diameter 14,75 mm.


(16)

Kata kunci: kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), Salmonella typhi, Escherichia coli, dan Shigella dysenteriae.

SIMPLISIA CHARACTERIZATION TEST ACTIVITIES AND ETHANOL EXTRACT OF ANTIBACTERIAL SKIN FRUIT

MANGOSTEEN

(Garcinia mangostana L.) AGAINST BACTERIA Salmonella typhi, Escherichia coli and Shigella dysenteriae

ABSTRACT

One of the plants used by the peopleas a medicinal plant is mangosteen rind as an diarrhea or dysentery. This study aims to determine the Characterization, phytochemical screening, and test antibacterial activity of the ethanol extract of mangosteen rind ripe and pomace against.

Characterization of botanicals includes examining macroscopic, microscopic determination of moisture content, water-soluble extract, levels of soluble extract in ethanol, total ash content, and ash content does not dissolve in acid. Grouping of chemical compounds made to botanicals, extracts ethanol. Extraction of ripe mangosteen rind and pomace done by percolation. Testing the antibacterial activity of ethanol extract of mangosteen rind ripe and pomace against Salmonella typhi bacteria, Escherichia coli, and Shigella dysenteriae

with various concentrations of agar diffusion method using a punch hole.

Characterization results simplicia ripe mangosteen peel and pomace showed that macroscopic ally simplisia ripe fruit and pomace skin is brown, hard texture, characteristic odor, and a bittertaste bitter. Microscopic simplicia ripe mangosteen peel and pomace showed the presence of crystals of calcium oxalate, parenchyma, xylem vessels files, spiral shape, and stone cells. Characterization results simplicia ripe mangosteen rind, water content 7.95%, the level of water-soluble extract 5.62%, levels of soluble extract in ethanol 18.43%, total ash content 4.04%, and ash content in the acidin soluble 0.42%. While the mangosteen rind simplicia pomace, water content of 7.94%, the level of water-soluble extract 5.42%, content of ethanol-soluble extract 18.55%, total ash content of 4.37%, and the levels of acidin soluble ash 0,31%. Results of phytochemical screening ripe mangosteen peel and pomace showed a class of compounds alkaloids, flavonoids, saponins, tannins, glycosides and steroid/triterpenoida.

The test results of the antibacterial activity of the ethanol extract of mangosteen rind ripe provide effective inhibitory regions of the Salmonella typhi bacterium that is at a concentration of 500 mg/ml with a diameter of 15.50 mm, Shigella dysenteriae is at a concentration of 500 mg/ml with a diameter of 15.30 mm, but the bacterium Escherichia coli provides inhibitory regions are less effective at a concentration of 500 mg/ml with a diameter of 13.80 mm. While the ethanol extract of mangosteen rind pomace provide


(17)

effective inhibitory regions of the Salmonella typhi bacterium that is at a concentration of 300 mg/ml with a diameter of 14.25 mm, Shigella dysenteriae

is the concentration of 300 mg/ml with a diameter of 14.38 mm, and the

Escherichia coli at a concentration of 300 mg/ml with a diameter of 14.75 mm. Keywords: Mangosteen rind (Garcinia mangostana L.), Salmonella typhi,


(18)

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MANGGIS(Garcinia mangostana

L.) TERHADAP BAKTERI Salmonella typhi, Escherichia coli dan

Shigella dysenteriae

ABSTRAK

Salah satu tanaman yang digunakan masyarakat sebagai tanaman obat adalah kulit buah manggis sebagai obat diare atau disentri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karateristik, skrining fitokimia, dan uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah manggis matang dan mengkal.

Karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik penetapan kadar air, kadar sari larut dalam air, kadar sari larut dalam etanol, kadar abu total, dan kadar abu tidak larut dalam asam. Penentuan golongan senyawa kimia dilakukan terhadap simplisia dan ekstrak etanol. Ekstraksi kulit buah manggis matang dan mengkal dilakukan dengan cara perkolasi. Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah manggis matang dan mengkal terhadap bakteri Salmonella typhi, Escherichia coli, dan

Shigella dysenteriae berbagai konsentrasi dengan metode difusi agar menggunakan Punch hole.

Hasil karakterisasi simplisia kulit buah manggis matang dan mengkal menunjukkan bahwa secara makroskopik simplisia kulit buah matang dan mengkal berwarna coklat, tekstur keras, berbau khas, berasa sepat dan pahit. Mikroskopik simplisia kulit buah manggis matang dan mengkal memperlihatkan adanya kristal kalsium oksalat, parenkim, berkas pembuluh xilem bentuk spiral, dan sel batu. Hasil karakterisasi simplisia kulit buah manggis matang, kadar air 7,95%, kadar sari larut dalam air 5,62%, kadar sari larut dalam etanol 18,43%, kadar abu total 4,04%, dan kadar abu tidak larut dalam asam 0,42%. Sedangkan simplisia kulit buah manggis mengkal, kadar air 7,94%, kadar sari larut dalam air 5,42%, kadar sari larut dalam etanol 18,55%, kadar abu total 4,37%, dan kadar abu tidak larut dalam asam 0,31%. Hasil skrining fitokimia kulit buah manggis matang dan mengkal menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloida, flavonoida, saponin, tanin, glikosida dan steroida/triterpenoida.

Hasil uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol kulit buah manggis matang memberikan daerah hambat yang efektif terhadap bakteri Salmonella typhi yaitu pada konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter 15,50 mm, Shigella dysenteriae yaitu pada konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter 15,30 mm, tetapi terhadap bakteri Escherichia coli memberikan daerah hambat yang kurang efektif yaitu pada konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter 13,80 mm. Sedangkan ekstrak etanol kulit buah manggis mengkal memberikan daerah hambat yang efektif terhadap bakteri Salmonella typhi yaitu pada konsentrasi 300 mg/ml dengan diameter 14,25 mm, Shigella dysenteriae yaitu pada konsentrasi 300 mg/ml dengan diameter 14,38 mm, dan Escherichia coli yaitu pada konsentrasi 300 mg/ml dengan diameter 14,75 mm.


(19)

Kata kunci: kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), Salmonella typhi, Escherichia coli, dan Shigella dysenteriae.

SIMPLISIA CHARACTERIZATION TEST ACTIVITIES AND ETHANOL EXTRACT OF ANTIBACTERIAL SKIN FRUIT

MANGOSTEEN

(Garcinia mangostana L.) AGAINST BACTERIA Salmonella typhi, Escherichia coli and Shigella dysenteriae

ABSTRACT

One of the plants used by the peopleas a medicinal plant is mangosteen rind as an diarrhea or dysentery. This study aims to determine the Characterization, phytochemical screening, and test antibacterial activity of the ethanol extract of mangosteen rind ripe and pomace against.

Characterization of botanicals includes examining macroscopic, microscopic determination of moisture content, water-soluble extract, levels of soluble extract in ethanol, total ash content, and ash content does not dissolve in acid. Grouping of chemical compounds made to botanicals, extracts ethanol. Extraction of ripe mangosteen rind and pomace done by percolation. Testing the antibacterial activity of ethanol extract of mangosteen rind ripe and pomace against Salmonella typhi bacteria, Escherichia coli, and Shigella dysenteriae

with various concentrations of agar diffusion method using a punch hole.

Characterization results simplicia ripe mangosteen peel and pomace showed that macroscopic ally simplisia ripe fruit and pomace skin is brown, hard texture, characteristic odor, and a bittertaste bitter. Microscopic simplicia ripe mangosteen peel and pomace showed the presence of crystals of calcium oxalate, parenchyma, xylem vessels files, spiral shape, and stone cells. Characterization results simplicia ripe mangosteen rind, water content 7.95%, the level of water-soluble extract 5.62%, levels of soluble extract in ethanol 18.43%, total ash content 4.04%, and ash content in the acidin soluble 0.42%. While the mangosteen rind simplicia pomace, water content of 7.94%, the level of water-soluble extract 5.42%, content of ethanol-soluble extract 18.55%, total ash content of 4.37%, and the levels of acidin soluble ash 0,31%. Results of phytochemical screening ripe mangosteen peel and pomace showed a class of compounds alkaloids, flavonoids, saponins, tannins, glycosides and steroid/triterpenoida.

The test results of the antibacterial activity of the ethanol extract of mangosteen rind ripe provide effective inhibitory regions of the Salmonella typhi bacterium that is at a concentration of 500 mg/ml with a diameter of 15.50 mm, Shigella dysenteriae is at a concentration of 500 mg/ml with a diameter of 15.30 mm, but the bacterium Escherichia coli provides inhibitory regions are less effective at a concentration of 500 mg/ml with a diameter of 13.80 mm. While the ethanol extract of mangosteen rind pomace provide


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Infeksi merupakan keadaan masuknya mikroorganisme (bakteri dan jamur) ke dalam tubuh. Perkembangan infeksi di Indonesia yang beriklim tropis disebabkan oleh udara yang lembab, sanitasi yang kurang, lingkungan yang padat penduduk dan tingkat sosial ekonomi yang rendah. Pengobatan infeksi yang paling umum dilakukan adalah dengan penggunaan antibiotik. Penggunaan antibiotik untuk infeksi lokal telah dikurangi karena kecenderungan menimbulkan hipersensitivitas secara lokal pada kulit atau membran mukosa (Tan dan Rahardja, 2002).

Masyarakat Indonesia sudah mengenal dan menggunakan tanaman untuk mengobati berbagai macam infeksi yang disebabkan oleh mikroba. Hal ini disebabkan sadarnya masyarakat akan efek samping obat sintetik yang lebih besar dibandingkan dengan obat tradisional. Cukup banyak jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat, salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai obat adalah kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) (Ayuningtyas, 2009).

Manggis merupakan tanaman fungsional karena sebagian besar dari tanaman tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat. Akan tetapi, banyak yang tidak mengetahui jika kulit buah manggis memiliki khasiat. Kulit buah manggis yang selama ini dibuang sebagai limbah sehabis memakan daging


(21)

buah, ternyata memiliki banyak manfaat penting bagi kesehatan. Kulit buah manggis oleh masyarakat biasanya digunakan sebagai obat diare atau disentri (Kristenses, 2005).

Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak metanol kulit buah manggis dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, dan Shigella dysenteriae. Dalam usaha yang berkesinambungan para peneliti mengembangkan obat tradisional untuk melawan infeksi. Banyak penelitian dilakukan untuk menemukan obat baru yang lebih efektif melawan penyakit yang disebabkan bakteri, jamur dan virus. Kulit buah manggis mengandung senyawa Xanthone yang tergolong senyawa polyphenol, yang mempunyai kemampuan sebagai antibakteri, antioksidan, antikanker, antidiabetes. Penelitian xanthone telah dimulai sejak tahun 1970 dan hingga kini telah ditemukan lebih dari 40 jenis xanthone, diantaranya adalah alpha-mangostin dan gamma-mangostin yang dipercaya memiliki kemampuan mencegah berbagai penyakit. Kandungan alpha-mangostin dan gamma-mangostin pada buah manggis bersifat sebagai antibakteri. Xanthone tergolong senyawa polyphenol yang dihasilkan dari metabolit sekunder, Hampir semua molekul

turunan xanthone mempunyai gugus fenol dengan rumus molekul C13H8O2.

o

o


(22)

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti melakukan uji karakterisasi simplisia untuk mengetahui karakteristik simplisia, pemeriksaan skrining fitokimia untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat pada simplisia ekstrak serta menguji dan membandingkan aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah manggis matang dengan kulit buah manggis mengkal terhadap beberapa bakteri, yaitubakteri Salmonella typhi, Shigella dysenteriae, dan Escherichia coli. Bakteri Salmonella typhi dan Escherichia coli

menyebabkan penyakit diare, bakteri Shigella dysenteriae menyebabkan penyakit disentri (Gibson, 1996). Dipilih ketiga bakteri tersebut karena penelitian ini difokuskan hanya terhadap bakteri yang menyebabkan infeksi pada sistem pencernaan dan biasanya masyarakat menggunakan sebagai obat diare atau disentri (Liska, 2011).

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah dengan melakukan karakterisasi simplisia kulit buah manggis dapat diperoleh karakteristik simplisia kulit buah manggis matang dan mengkal?

b. Senyawa golongan apakah yang terkandung dalam simplisia dan ekstrak etanol kulit buah manggis matang dan mengkal?

c. Apakah ekstrak etanol kulit buah manggis matang dan mengkal (Garcinia mangostana L.) mempunyai efek sebagai antibakteri terhadap Salmonella typhi, Shigella dysenteriae dan Escherchia coli?


(23)

d. Apakah ada perbedaan daya antibakteri ekstrak etanol dari kulit buah manggis yang matang dan mengkal?

1.3 Hipotesis

Hipotesis dari perumusan masalah di atas adalah:

a. Karakteristik simplisia kulit buah manggis dapat diperoleh dengan melakukan karakterisasi simplisia kulit buah manggis matang dan mengkal.

b. Golongan senyawa yang terkandung dalam simplisia dan ekstrak etanol kulit buah manggis adalah flavonoid, alkaloid, tanin, steroida/triterpenoida, saponin, dan glikosida.

c. Ekstrak etanol kulit buah manggis mempunyai efek sebagai antibakteri terhadap Salmonella typhi, Shigella dysenteriae dan

Escherchia coli.

d. Ada perbedaan daya antibakteri ekstrak etanol dari kulit buah manggis yang matang dan mengkal.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui karakterisasi simplisia kulit buah manggis matang dan mengkal.

b. Untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam simplisia dan ekstrak etanol kulit buah manggis yang matang dan mengkal.


(24)

c. Untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak etanol kulit buah manggis yang matang dan mengkal.

d. Untuk mengetahui perbedaan daya antibakteri ekstrak kulit buah manggis matang dan mengkal.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

a. Pemanfaatan limbah kulit buah manggis sebagai obat diare. b. Menambah daftar inventaris tanaman obat yang berkhasiat


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Manggis dengan nama latin Garnicia mangostana ini berasal dari asia tenggara. Pohon manggis hanya bisa tumbuh di hutan dan dataran tinggi tertentu yang beriklim tropis seperti di Indonesia, Malaysia, Vietnam, Myanmar, Filipina dan Thailand (Liska, 2011).

Manggis juga dikenal sebagai tanaman budidaya dan merupakan salah satu tanaman buah tropika yang pertumbuhannya paling lambat, tetapi umurnya juga paling panjang. Membutuhkan 10-15 tahun untuk mulai berbuah dan tingginya mencapai 10-20 meter (Liska, 2011).

2.2 Sistematika Tumbuhan

Berdasarkan hasil identifikasi MEDA (2013), sistematika Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Clusiales Famili : Clusiaceae Genus : Garcinia


(26)

Spesies : Garcinia mangostana L.

2.3 Nama Daerah

Manggis memiliki nama yang berbeda di beberapa daerah di Indonesia, antara lain: manggoita, mangi (Gayo), manggu (Sunda), manggus (Lampung), manggista (Batak), Kirasa (Makasar) dan Mangustang (Halmahera) (Warisno dan Kres, 2012).

2.4 Morfologi Tumbuhan

Tumbuhan manggis berasal dari biji yang umumnya membutuhkan waktu 10-15 tahun untuk mulai berbuah. Tinggi batang mencapai 10-25 meter serta tajuk yang rindang berbentuk piramida. Diameter batang 25-35 cm dan kulit batang biasanya berwarna coklat gelap atau hampir hitam, kasar dan cenderung mengelupas. Getah manggis berwarna kuning dan terdapat pada semua jaringan utama tanaman (Liska, 2011).

Sistem akar pada manggis mudah patah, lambat tumbuh, dan mudah terganggu karena tidak dijumpai akar rambut pada akar utama maupun akar lateral. Letak daun berhadapan, merupakan daun sederhana dengan tangkai daun pendek yang berhubungan dengan tunas, panjang tangkai daun 1,5-2 cm dengan helaian daun berbentuk bulat telur, bulat panjang atau elips dengan panjang 15-25 cm, lebar 7-13 cm, mengkilap, tebal dan kaku, ujung daun meruncing dan licin. Bunganya bersifat uniseksual. Bunga betina terdapat pada


(27)

pucuk ranting dan muda dengan diameter 5-6 cm. Tangkai bunga pendek dan tebal berwarna merah kekuningan (Liska, 2011).

Buah manggis dihasilkan secara partenogenesis (tanpa penyerbukan), berbentuk bulat atau agak pipih dengan diameter 3,5-8 cm. Berat buah bervariasi, yakni sekitar 75-150 gram, tergantung pada umur pohon dan daerah geografisnya. Tebal kulit buah berkisar antara 0,8-1 cm, berwarna keunguan dan biasanya mengandung cairan kuning yang rasanya pahit. Buah manggis mengandung 2-3 biji. Segmen-segmen umumnya berukuran tidak sama dan biasanya 1-2 segmen besar mengandung biji. Biji-biji besar berbentuk pipih berwarna ungu gelap atau cokelat dengan panjang 2-2,5 cm, lebar 1,5-2,0 cm dan tebalnya antara 0,7-1,2 cm tertutup oleh serat lunak yang menyebar sampai ke dalam daging buah. Berat biji bervariasi antara 0,1-2,2 gram (Liska, 2011).

2.5 Khasiat Tumbuhan

Tidak hanya nikmat disantap sebagai buah segar, manggis juga memiliki khasiat. Hampir semua bagian tanaman buah ini menyimpan khasiat. Secara tradisional manggis digunakan sebagai obat sariawan, wasir, dan luka karena kemampuan sebagai antiinflamasi atau antiperadangan (Holistic Health Solution, 2011).

Kulit buah manggis memliki manfaat yang banyak, yaitu dapat mengobati penyakit disentri, diare, dan sariawan. Untuk mengobati disentri dan diare kulit buah manggis di rebus dengan empat gelas air. Untuk mengobati sariawan langkah yang dilakukan sama seperti prosedur pembuatan ramuan


(28)

penyembuhan diare dan disentri. Hanya air rebusan hasil saringan cukup digunakan untuk berkumur-kumur (Holistic Health Solution, 2011).

2.6 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung, ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Ekstraksi adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupan hewan. Cairan penyari dapat berupa air, etanol dan campuran air etanol (Ditjen POM, 1979).

2.7 Metode-Metode Ekstraksi

Ekstraksi dengan menggunakan pelarut terdiri dari 2 cara, yaitu: 1. Cara dingin

Ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara dingin terdiri dari:

a. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan (Depkes RI, 2000).

b. Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang berulang-ulang sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan (Depkes RI, 2000).

2. Cara panas


(29)

a. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000).

b. Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang berulang-ulang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000).

c. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur 40-50oC (Depkes RI, 2000).

d. Infudasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98oC) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Depkes RI, 2000).

e. Dekoktasi adalah infus pada waktu yang lebih lama (30 menit) dan temperatur sampai titik didih air (Depkes RI, 2000).

2.8 Sterilisasi

Sterilisasi merupakan proses penghilangan semua jenis organisme hidup, yang terdapat pada/di dalam suatu benda. Cara-cara sterilisasi yaitu:

a. Sterilisasi dengan bahan kimia, contoh: senyawa fenol dan turunannya. Desinfektan ini digunakan misalnya untuk membersihkan area tempat bekerja (Pratiwi, 2008).


(30)

b. Sterilisasi kering digunakan untuk alat-alat gelas misalnya cawan petri, tabung reaksi. Waktu sterilisasi selama ±2 jam, berdaya penetrasi rendah. Ada dua metode sterilisasi panas kering yaitu dengan insinerasi, yaitu pembakaran dengan api bunsen dan oven dengan temperatur sekitar 160-170oC (Pratiwi, 2008).

c. Sterilisasi basah, biasanya menggunakan uap panas bertekanan dalam autoklaf. Media biakan, larutan dan kapas dapat disterilkan dengan cara ini. Autoklaf merupakan suatu alat pemanas bertekanan tinggi, dengan meningkatnya suhu air maka tekanan udara akan bertambah dalam autoklaf yang tertutup rapat. Sejalan dengan meningkatnya tekanan di atas tekanan udara normal, titik didih air meningkat. Biasanya pemanasan autoklaf berada pada suhu 121oC selama 15 menit (Pratiwi, 2008).

d. Filtrasi bakteri, digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang terurai atau tidak tahan panas. Metode ini didasarkan pada proses mekanik yaitu menyaring semua bakteri dari bahan dengan melewatkan larutan tersebut melalui lubang saringan yang sangat kecil (Pratiwi, 2008).

2.9 Bakteri

Nama bakteri berasal dari kata “bakterion” (bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau batang. Sekarang namanya dipakai untuk menyebutkan sekelompok mikroorganisme yang bersel satu, berkembangbiak dengan


(31)

pembelahan diri, karena bentuknya sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop (Dwidjoseputro, 1987).

Pertumbuhan dan perkembangan bakteri di pengaruhi oleh: a. Temperatur

Proses pertumbuhan bakteri tergantung pada reaksi kimiawi dan laju reaksi kimia yang dipengaruhi oleh temperatur. Berdasarkan ini maka bakteri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Bakteri psikofil yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur maksimal 20oC, temperatur optimum adalah 0-15oC.

2. Bakteri mesofil yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur maksimal 45oC, temperatur optimum adalah 20-40oC

3. Bakteri termofil yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur maksimal 100oC, temperatur optimum 55-65oC

Temperatur optimum biasanya merupakan refleksi dari lingkungan normal organisme tersebut. Oleh karena itu bakteri-bakteri yang pathogen bagi manusia biasanya tumbuh dengan baik pada 37oC (Pratiwi, 2008).

b. pH

pH optimum bagi kebanyakan bakteri terletak antara 6,5 dan 7,5. Namun ada beberapa mikroorganisme yang dapat tumbuh pada keadaan yang sangat asam atau alkali (Pratiwi, 2008).

c. Tekanan osmosis

Osmosis merupakan perpindahan air melewati membran semipermeabel karena ketidakseimbangan material terlarut dalam media. Medium yang baik


(32)

untuk pertumbuhan sel adalah medium isotonis terhadap sel tersebut. Dalam larutan hipotonik air akan masuk ke dalam sel sehingga menyebabkan sel membengkak, sedangkan dalam larutan hipertonik air akan keluar dari sel sehingga membran plasma mengerut dan lepas dari dinding sel (plasmolisis) (Pratiwi, 2008).

d. Oksigen

Menurut Pratiwi (2008), berdasarkan kebutuhan oksigen di kenal mikroorganisme menjadi 5 golongan yaitu:

1. Bakteri aerobik yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.

2. Bakteri anaerobik yaitu bakteri yang dapat tumbuh tanpa oksigen. 3. Bakteri anaerobik fakultatif yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan

oksigen ataupun tanpa oksigen.

4. Bakteri mikroaerob yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik dengan adanya sedikit oksigen.

e. Nutrisi

Nutrisi merupakan substansi yang diperlukan untuk biosintesis dan pembentukan energi. Berdasarkan kebutuhannya, nutrisi dibedakan menjadi dua yaitu makroelemen (elemen yang diperlukan dalam jumlah banyak) dan mikroelemen (elemen nutrisi yang diperlukan dalam jumlah sedikit) (Pratiwi, 2008).


(33)

2.10 Bentuk-Bentuk Bakteri

Berdasarkan bentuk morfologinya, maka bakteri dapat di bagi atas tiga golongan yaitu (Dwidjoseputro, 1987):

A. Golongan basil

Golongan basil berbentuk serupa tongkat pendek, silindris. Basil dapat bergandengan dua-dua, atau terlepas satu sama lain, yang bergandeng-gandengan panjang disebut streptobasil, yang dua-dua disebut diplobasil.

B. Bentuk kokus

Golongan kokus merupakan bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil. Golongan ini tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang bergandeng-gandengan panjang, disebut streptokokus, ada yang bergandengan dua, disebut diplokokus, ada yang mengelompok berempat, disebut tetrakokus, kokus yang mengelompok serupa kubus disebut sarsina.

C. Golongan spiral

Golongan spiral merupakan bakteri yang menyerupai lilitan. Bakteri ini tidak banyak terdapat, karena itu merupakan golongan yang paling kecil, jika dibandingkan dengan golongan kokus maupun golongan basil.

Berdasarkan reaksi bakteri terhadap pewarnaan gram, maka bakteri dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:


(34)

a. Bakteri gram positif, yaitu bakteri yang dapat mengikat zat warna utama (kristal violet) sehingga tampak berwarna ungu tua.

b. Bakteri gram negatif, yaitu bakteri yang kehilangan warna utama (kristal violet) ketika dicuci dengan alkohol dan menyerap zat warna kedua sewaktu pemberian safranin tampak berwarna merah (Lay, 1992).

2.10.1 Bakteri Escherichia coli

Menurut Dwidjoseputro (1987), sistematika bakteri Escherichia coli adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Protophyta Sub divisi : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales Familia : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia

Species : Escherichia coli

Escherichia coli disebut juga Bacterium coli, merupakan bakteri gram negatif, aerob atau anaerob fakultatif, panjang 1-4 µm, lebar 0,4-1,7 µm, berbentuk batang, tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh baik pada suhu 37oC tetapi dapat tumbuh pada suhu 8-40oC, membentuk koloni yang bundar, cembung, halus dan dengan tepi rata. Escherichia coli biasanya terdapat dalam saluran cerna sebagai flora normal. Bakteri ini dapat menjadi patogen bila berada diluar usus atau dilokasi lain dimana flora normal jarang terdapat (Dwidjoseputro, 1987).


(35)

2.10.2 Bakteri Salmonella typhi

Menurut Dwidjoseputro (1987), sistematika bakteri Salmonella typhi adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Schizophyta Sub divisi : Schizomycetes Bangsa : Eubacteriales Suku : Enterobacteriaceae Marga : Salmonella

Species : Salmonella typhi

Salmonella typhi merupakan bakteri gram negatif, bersifat motil (bergerak), bakteri anaerob fakultatif. Berbentuk batang pendek berderet seperti rantai. Salmonella typhi tidak dapat menfermentasi glukosa dan lactosa ,tidak menghasilkan asam dan gas dari glukosa. Salmonella typhi dapat tumbuh baik pada media Mc. Conkey dimana akan membentuk koloni yang tidak berwarna. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 35-37oC.

Salmonella typhi biasanya ditemukan pada jaringan limfe saluran pencernaan kemudian masuk ke dalam nodus limfe dan aliran darah. Salmonella typhi

dapat menyebabkan penyakit demam tifoid (Dwidjoseputro, 1987). 2.10.3 Bakteri Shigella dysentrieae

Menurut Dwidjoseputro (1987), sistematika bakteri Shigella dysentrieae adalah sebagai berikut:


(36)

Divisi : Monomychota Sub divisi : Schizomycetes Bangsa : Eubacteriales Suku : Enterobacteriaceae Marga : Shigella

Species : Shigella dysentrieae

Shigella dysentrieae merupakan bakteri gram negatif, tidak bergerak, bakteri anaerob fakultatif, berbentuk batang ramping, tidak berkapsul. Koloni bulat transparan dengan pinggir-pinggir utuh mencapai diameter kira-kira 2 mm. Kuman ini sering ditemukan pada pembenihan diferensial karena ketidakmampuan meragikan laktosa. Bakteri Shigella dysentrieae

menghasilkan racun yang dapat menyerang permukaan usus besar, menyebabkan pembengkakan, luka pada dinding usus, dan diare berdarah (Dwidjoseputro, 1987).

2.11 Fase Pertumbuhan Bakteri

Fase pertumbuhan bakteri meliputi fase lamban, fase logaritma, fase statis dan fase penurunan atau kematian (Soenarto, 1988).

a. Fase Lamban (lag phase)

Fase ini merupakan fase penyesuaian bakteri terhadap suatu lingkungan baru. Ciri–ciri fase ini yaitu tidak ada pertambahan populasi, sel mengalami perubahan dalam komposisi dan bertambah ukurannya (Soenarto, 1988).


(37)

b. Fase Logaritma (exponential phase)

Fase ini terjadi setelah sel bakteri menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru. Ciri-ciri fase ini yaitu sel membelah dengan laju yang konstan, jumlah sel bakteri baru meningkat secara eksponensial, massa menjadi dua kali lipat dengan laju yang sama dan keadaan pertumbuhan seimbang (Soenarto, 1988). c. Fase Statis (stationary phase)

Dalam fase ini kecepatan tumbuh sama dengan kecepatan mati. Ciri-ciri fase ini beberapa sel mati sedangkan yang lain tumbuh dan membelah sehingga jumlah sel yang hidup menjadi tetap (Soenarto, 1988).

d. Fase Penurunan (period of decline) atau Fase Kematian

Ciri-ciri fase ini yaitu sel yang mati lebih cepat daripada terbentuknya sel-sel baru karena jumlah nutrisi berkurang, terjadi akumulasi zat toksin dan laju kematian mengalami percepatan menjadi eksponensial (Soenarto, 1988). Fase Stasioner

Fase

Eksponensial

Fase Kematian

Fase

fase Lag

0 5 10

Grafik pertubuhan bakteri 2.12 Media Pertumbuhan Bakteri

Pembiakan bakteri dalam laboratorium memerlukan media yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi bakteri. Zat hara diperlukan untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam


(38)

metabolisme dan pergerakan. Lazimnya, media biakan mengandung air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen dan hidrogen. Dalam bahan dasar media dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino dan vitamin (Lay, 1992).

I. Bedasarkan asalnya, media dibagi atas (Lay, 1992):

1. Media sintetik, yaitu media yang kandungan dan isi bahan yang ditambahkan diketahui secara terperinci. Contoh: glukosa, kalium fosfat dan magnesium fosfat.

2. Media non-sintetik yaitu media yang kandungan dan isinya tidak diketahui secara terperinci dan menggunakan bahan yang terdapat di alam. Contohnya: pepton, ekstrak daging, ekstrak ragi, kaldu daging. II. Berdasarkan kegunaannya, dapat dibedakan menjadi (Dwidjoseputro, 1987):

1) Media selektif, yaitu digunakan untuk menyeleksi pertumbuhan mikroba yang diperlukan dari campuran mikroba-mikroba lain yang terdapat dalam bahan yang akan diperiksa. Dengan penambahan zat-zat tertentu mikroba yang dikehendaki dapat dipisahkan dengan mudah. Media ini sangat berguna untuk identifikasi, contohnya: SS-agar yang digunakan untuk mengisolasi bakteri jenis Salmonella dan Shigella. 2) Media diferensial, yaitu pada media ini sering ditambahkan zat warna

untuk mencegah pertumbuhan bakteri tertentu. Namun tidak mengganggu pertumbuhan yang lain Karen amedium ini memiliki organism tertentu. Penambahan garam empedu pada medium ini dapat


(39)

menjadikan pilih-pilih terhadap organism patogen saluran pencernaan (Soenarto, 1988).

3) Media diperkaya, dibuat dari media dasar dengan penambahan bahan-bahan lain untuk mempersubur pertumbuhan mikroba tertentu yang pada media dasar tidak dapat tumbuh dengan baik. Maka dari itu dibutuhkan beberapa penambahan nutrisi pengaya kedalam media dasar yang dapat menyokong pertumbuhan mikroba, misalnya dengan menambahkan darah, serum atau ekstrak hati.

III. Berdasarkan konsistensinya, dibagi atas (Dwidjoseputro, 1987):

1) Media padat/ solid, pada zaman dahulu orang lazim menggunakan kentang yang dipotong-potong serupa silinder untuk medium. Suatu penemuan yang baik sekali ialah medium dari kaldu yang dicampur dengan sedikit agar-agar. Kemudian disterilkan, dan kemudian dibiarkan mendingin maka akan diperoleh medium padat.

2) Media semi solid, yaitu penambahan zat pemadat hanya ±50%. Umumnya diperlukan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan kandungan air dan hidup anaerob fakultatif, atau untuk pemeriksaan pergerakkan bakteri.

3) Media cair, yaitu biasa dipakai ialah kaldu yang disiapkan sebagai berikut 1 liter air ditambahkan 3 g kaldu daging sapid an 5 g pepton. Medium tersebut ditentukan pH 6,8-7


(40)

2.13 Metode Isolasi Biakan Bakteri

Menurut Soenarto (1988), Metode isolasi biakan bakteri adalah sebagai berikut:

a) Cara gores

Ose yang telah steril dicelupkan ke dalam suspensi mikroorganisme yang diencerkan, lalu dibuat serangkaian goresan sejajar yang tidak saling menutupi di atas permukaan agar yang telah padat.

b) Cara sebar

Suspensi mikroorganisme yang telah diencerkan diinokulasikan secara merata dengan menggunakan hockey stick pada permukaan media padat c) Cara tuang

Pengenceran inokulum yang berturut-turut diletakkan pada cawan petri steril dan dicampurkan dengan medium agar cair, lalu dibiarkan memadat. Koloni yang berkembang akan tertanam di dalam media tersebut.

2.14 Uji Aktivitas Antimikroba

Penentuan kepekaan bakteri patogen terhadap antimikroba dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti metode dilusi, difusi dan turbidimetri (Pratiwi, 2008).

1. Metode dilusi

Metode ini menggunakan antimikroba dengan kadar yang menurun secara bertahap, baik dengan media cair atau padat. Kemudian media


(41)

diinokulasi bakteri uji dan diinkubasi. Tahap akhir dilarutkan antimikroba dengan kadar yang menghambat atau mematikan. Uji kepekaan secara dilusi memakan waktu dan penggunaannya dibatasi pada keadaan tertentu. Uji kepekaan cara dilusi cair menggunakan tabung reaksi, tidak praktis dan jarang dipakai. Namun kini ada cara yang lebih sederhana yaitu dengan menggunakan mikrodilution plate. Keuntungan uji mikrodilusi cair adalah uji ini memberikan hasil kuatitatifyang menunjukan jumlah antimikroba yang dibutuhkan untuk mematikan bakteri (Mudihardi, 2001).

2. Metode difusi

Metode yang paling sering digunakan dan biasanya menggunakan cakram. Ada beberapa jenis cakram yaitu cakram kertas, cakram silinder dan

punch hole. Cakram tersebut yang berisi sejumlah tertentu obat ditempatkan pada permukaan medium padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Setelah diinkubasi, diameter zona hambatan sekitar cakram dipergunakan untuk mengukur kekuatan hambatan obat terhadap mikroorganisme yang uji (Mudihardi, 2001).

3. Metode Turbidimetri

Pada cara ini digunakan media cair, pertama dilakukan penuangan media kedalam tabung reaksi, lalu ditambahkan suspensi bakteri, kemudian dilakukan pemipetan larutan uji, dilakukan inkubasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran kekeruhan, kekeruhan yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri diukur dengan menggunakan instrumen yang cocok, misalnya nephelometer


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Farmakognosi dan Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan. Metodologi penelitian yang digunakan adalah eksperimental yang meliputi penyiapan sampel, pengolahan sampel, pembuatan ekstrak etanol dengan cara perkolasi. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah manggis matang dan kulit buah manggis mengkal terhadap bakteri Salmonella typhi, Shigella dysenteriae dan Escherchia coli. dengan metode difusi agar menggunakan

punch hole, kemudian daya hambat (zona jernih) diukur dengan metode Kirby & Bauer.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, autoklaf (Fisons), blender (Miyako), desikator, freeze dryer (Modulio), hot plate

(Fisons), inkubator (Fiber Scientific), jangka sorong, jarum ose, kamera digital (Casio), krus porselin, laminar air flow Cabinet (Astec HLF 1200L), lemari pendingin (Glacio), lumpang dan alu, mikroskop (Olympus), neraca kasar (Sun), neraca listrik (Mettler Tolledo), oven (Memmert), penangas air (Yenaco), pinset, pipet mikro (Eppendorf), rotary evaporator (Haake D),


(43)

seperangkat alat penetapan kadar air, spektrofotometer visibel (Dynamica) dan tanur.

3.1.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit buah manggis matang dan kulit buah manggis mengkal, media (nutrien agar,

nutrient broth), bakteri Salmonella typhi (ATCC 29213), Shigella dysenteriae

(ATCC 25931) dan Escherchia coli (ATCC 10536), aquadest, aquabidest, bahan kimia yang digunakan berkualitas pro analisa yaitu alfa naftol, amil alkohol, asam klorida pekat, asam asetat anhidrida, asam nitrat, asam asetat glasial, asam sulfat pekat, besi (III) klorida, bismuth (III) nitrat, dimethyl sulfoxide (DMSO), etanol 96%, iodium, isopropanol, kalium iodida, kloralhidrat, kloroform, metanol, natrium hidroksida, natrium sulfat anhidrat, raksa (II) klorida, serbuk magnesium, serbuk zinkum, timbal (II) asetat, dan toluena.

3.2 Pembuatan Larutan Pereaksi 3.2.1 Pereaksi Bouchardat

Sebanyak 4 g kalium iodida dilarutkan dalam air suling secukupnya kemudian ditambahkan 2 g iodida sedikit demi sedikit, cukupkan dengan air suling sampai 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.2.2 Pereaksi Dragendorff

Sebanyak 0,8 g bismut (III) nitrat dilarutkan dalam asam nitrat pekat 20 ml kemudian dicampurkan dengan larutan kalium iodida sebanyak 27,2 g


(44)

dalam 50 ml air suling. Campuran didiamkan sampai memisah sempurna. Larutan jernih diambil dan diencerkan dengan air suling secukupnya hingga 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.2.3 Pereaksi Mayer

Sebanyak 1,36 g raksa (II) klorida, kemudian dilarutkan dalam air suling hingga 60 ml. Pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 g kalium iodida lalu dilarutkan dalam 20 ml air suling. Kedua larutan dicampurkan dan ditambahkan air suling hingga diperoleh larutan 100 ml (Depkes RI, 1995). 3.2.4 Pereaksi besi (III) klorida 1%

Sebanyak 1 g besi (III) klorida dilarutkan dalam air suling sampai 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.2.5 Pereaksi Molish

Sebanyak 3 g -naftol dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.2.6 Pereaksi timbal (II) asetat 0,4 M

Timbal (II) asetat sebanyak 15,17 g dilarutkan dalam air suling bebas CO2 hingga 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.2.7 Pereaksi asam klorida 2 N

Sebanyak 17 ml asam klorida pekat diencerkan dengan air suling sampai 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.2.8 Pereaksi natrium hidroksida 2 N

Sebanyak 8,002 g pelet natrium hidroksida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml (Ditjen POM, 1979).


(45)

3.2.9 Pereaksi Liebermann-Burchard

Campur secara perlahan 5 ml asam asetat anhidrida dengan 5 ml asam sulfat pekat tambahkan etanol hingga 50 ml (Harborne, 1984).

3.3 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel 3.3.1 Pengambilan Sampel

Sampel yang diambil adalah kulit buah dari tanaman manggis yang bewarna merah kehitaman (matang) dan hijau kekuningan (mengkal) yang diperoleh dari Jl. Jamin ginting, Desa Kampung Baru. Kecamatan Sibolangit. Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan tanaman yang sama dari daerah lain.

3.3.2 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA), Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.3.3 Pengolahan Simplisia

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit buah manggis matang dan mengkal yang masih segar. Kulit buah dipisahkan dari daging buah, dibersihkan dari pengotor lalu dicuci, ditiriskan dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka yang terlindung dari sinar matahari langsung. Selanjutnya dirajang dan dikeringkan dalam lemari pengering dengan temperatur 50-60oC sampai kulit buah manggis kering (bila dibelah-belah rapuh). Simplisia yang telah kering kemudian diblender menjadi serbuk hingga


(46)

halus lalu dimasukkan ke dalam wadah plastik yang tertutup rapat dan di simpan pada suhu kamar.

3.4 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, dan penetapan kadar abu tidak larut asam (WHO, 1998).

3.4.1 Pemeriksaan Makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan pada simplisia segar yang meliputi pemeriksaan bentuk, warna, bau, dan rasa.

3.4.2 Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia kulit buah manggis. Serbuk kulit buah manggis diletakkan diatas kaca objek yang telah ditetesi kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup, selanjutnya diamati di bawah mikroskop.

3.4.3 Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (destilasi toluen). Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung penyambung dan tabung penerima.

Cara penetapan:

Pada labu bulat dimasukkan 200 ml toluena dan 2 ml air suling, didestilasi selama 2 jam. Setelah itu toluena didinginkan dan volume air di


(47)

dalam tabung penerimaan dibaca. Kemudian ke dalam labu dimasukkan 5 gram serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena mulai mendidih kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik hingga sebagian besar air tersuling. Kemudian kecepatan penyulingan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah 2 jam didestilasi, kemudian toluen dibiarkan dingin, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena yang telah dijenuhkan. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin sampai suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1998).

3.4.4 Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air

Sebanyak 5 gram serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling 1000 ml) dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Diuapkan 20 ml filtrat sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara (Ditjen POM, 1979).


(48)

3.4.5 Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Etanol

Sebanyak 5 gram serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dengan etanol 96% dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Diuapkan 20 ml filtrat sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol (96%) dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM, 1979).

3.4.6Penetapan Kadar Abu Total

Sebanyak 2 gram serbuk simplisia yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 600°C selama 3 jam. Kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara (Depkes RI, 1995).

3.4.7 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Dalam Asam

Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring dengan kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijarkan sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bobot yang dikeringkan (Ditjen POM, 1979).


(49)

3.5 Pemeriksaan Skrining Fitokimia 3.5.1 Pemeriksaan Alkaloida

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 gram kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan lalu disaring (Depkes RI, 1995).

Filtrat dipakai untuk percobaan berikut:

Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan 2 tetes larutan pereksi Mayer akan terbentuk endapan berwarna putih atau kuning

a. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan 2 tetes larutan pereksi Bouchardat akan terbentuk endapan berwarna coklat-hitam

b. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan 2 tetes larutan pereksi Dragendorff akan terbentuk endapan berwarna merah atau jingga

Alkaloida dinyatakan positif jika terjadi endapan atau paling sedikit dua atau tiga dari percobaan di atas. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap ekstrak etanol kulit buah manggis.

3.5.2 Pemeriksaan Flavonoida

Sebanyak 10 g serbuk simplisia dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan 10 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika terjadi warna merah atau kuning atau jingga


(50)

pada lapisan amil alcohol. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap ekstrak etanol kulit buah manggis(Farnsworth, 1966).

3.5.3 Pemeriksaan Tanin

Sebanyak 0,5 gram serbuk simplisia disari dengan 10 ml air suling, disaring lalu filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 ml larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%. Terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap ekstrak etanol kulit buah manggis(Depkes RI, 1995).

3.5.4 Pemeriksaan Glikosida

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 3 gram kemudian disari dengan 30 ml campuran 7 bagian volume etanol 96% dan 3 bagian volume air suling, selanjutnya ditambahkan 10 ml HCl 2 N, direfluks selama 10 menit, didinginkan dan disaring. Pada 30 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan selama 5 menit lalu disaring. Filtrat disari sebanyak 3 kali, tiap kali dengan 20 ml campuran 3 bagian volume kloroform dan 2 bagian volume isopropanol. Diambil lapisan air kemudian ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molisch, ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat pekat terbentuk cincin warna ungu pada batas kedua cairan menunjukkan adanya ikatan gula. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap ekstrak etanol kulit buah manggis(Depkes RI, 1995).


(51)

3.5.5 Pemeriksaan Saponin

Sebanyak 0,5 gram serbuk simpisia dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik, timbul busa yang mantap tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm. Ditambahkan 1 tetes larutan asam klorida 2 N, bila buih tidak hilang menunjukkan adanya saponin. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap ekstrak etanol kulit buah manggis(Depkes RI, 1995).

3.5.6 Pemeriksaan Steroida/Triterpenoida

Sebanyak 1 gram serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa dalam cawan penguap ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat. Timbul warna ungu atau merah kemudian berubah menjadi hijau biru menunjukkan adanya steroida-triterpenoida. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap ekstrak etanol kulit buah manggis(Harborne, 1984).

3.6 Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Matang (EEKBMM) Sebanyak 300 g serbuk simplisia matang dimasukkan kedalam wadah kaca, cairan penyari dituang sampai semua simplisia terendam, biarkan sekurang-kurangnya selama 3 jam. Pindahkan massa sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali di tekan hati-hati, tuangi cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 ml tiap menit, cairan penyari ditambahkan


(52)

berulang-ulang secukupnya hingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia. Perkolat terakhir yang sudah bening ditampung di cawan penguap kemudian diuapkan, jika tidak meninggalkan sisa maka perkolasi dihentikan. Perkolat yang diperoleh dipekatkan dengan alat penguap rotary evaporator. Kemudian dikeringkan dengan freeze dryer pada suhu -40oC pada tekanan 2 atm selama lebih kurang 24 jam dan diperoleh ekstrak kental. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap serbuk simplisia kulit buah manggis mengkal (Ditjen POM, 1979).

3.7 Sterilisasi Alat

Alat-alat yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri ini, disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Alat-alat gelas disterilkan didalam oven pada suhu 160 – 170oC selama tidak kurang dari 2 jam, jarum ose dibakar dengan pembakaran di atas api langsung sampai merah. Media disterilkan di autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit (Ansel, 1989).

3.8 Pembuatan Media 3.8.1 Nutrient agar

Komposisi: Lab-Lemco powder 1,0 g Yeast exstract 2,0 g Peptone 5,0 g Sodium chloride 5,0 g Agar 15,0 g Cara pembuatan:


(53)

tersebut kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer. Lalu disterilkan di autoklaf pada suhu121OC selama 15 menit (Difco, 1953).

3.8.2 Nutrient Broth

Komposisi: Lab-Lemco powder 1,0 g Yeast exstract 2,0 g Peptone 5,0 g Sodium chloride 5,0 g

Cara pembuatan:

Sebanyak 13 g nutrient broth dilarutkan dalam air suling steril ad 1000 ml kemudian dipanaskan hingga semua larut, dalam keadaan panas larutan tersebut kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer. Lalu disterilkan di autoklaf pada suhu 121OC selama 15 menit (Difco, 1953).

3.8.3 Pembuatan Media Agar Miring

Ke dalam tabung reaksi yang steril dimasukkan 3 ml media nutrient agar

steril, didiamkan pada temperatur kamar sampai sediaan membeku pada posisi miring membentuk sudut 35 - 45derajat. Kemudian disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 5oC (Soenarto, 1988).

3.9 Pembiakan Bakteri 3.9.1 Pembuatan Stok Kultur

1. Bakteri Salmonella typhi

Biakan bakteri Salmonella typhi dari biakan murni diambil dengan jarum ose steril lalu diinokulasikan pada permukaan media nutrient agar miring, kemudian diinkubasikan pada suhu 35 ± 2oC selama 24 jam (Lay, 1992).


(54)

2. Bakteri Shigella dysenteriae

Biakan bakteri Shigella dysenteriae dari biakan murni diambil dengan jarum ose steril lalu diinokulasikan pada permukaan media nutrient agar

miring, kemudian diinkubasikan pada suhu 35 ± 2oC selama 24 jam (Lay, 1992).

3. Bakteri Echerichia coli

Biakan bakteri Escherichia colidari biakan murni diambil dengan jarum ose steril lalu diinokulasikan pada permukaan media nutrient agar miring, kemudian diinkubasikan pada suhu 35 ± 2oC selama 24 jam (Lay, 1992).

3.10 Penyiapan Inokulum 3.10.1 Bakteri Salmonella typi

Koloni bakteri Salmonella typhi diambil dari stok kultur menggunakan jarum ose steril kemudian disuspensikan ke dalam 10 ml media nutrient broth

steril lalu diukur dengan menggunakan alat spektrofotometer UV dengan panjang gelombang 580 nm hingga didapat kekeruhan dengan transmitan 25% (Depkes RI, 1995).

3.10.2 Bakteri Shigella dysenteriae

Koloni bakteri Shigella dysenteriae diambil dari stok kultur diambil menggunakan jarum ose steril kemudian disuspensikan ke dalam 10 ml media

nutrient broth steril lalu diukur dengan menggunakan alat spektrofotometer UV dengan panjang gelombang 580 nm hingga didapat kekeruhan dengan transmitan 25% (Depkes RI, 1995).


(55)

3.10.3 Bakteri Escherichia coli

Koloni bakteri Escherichia coli diambil dari stok kultur diambil menggunakan jarum ose steril kemudian disuspensikan ke dalam 10 ml media

nutrient broth steril lalu diukur dengan menggunakan alat spektrofotometer UV dengan panjang gelombang 580 nm hingga didapat kekeruhan dengan transmitan 25% (Depkes RI, 1995).

3.11 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Matang dan Kulit Buah Manggis mengkal Dengan Berbagai Konsentrasi. Ekstrak etanol kulit buah manggis matang ditimbang sebanyak 1,5 g, kemudian dilarutkan dalam dimetilsulfoksida (DMSO) hingga 3 ml. Konsentrasi ekstrak adalah 500 mg/ml. kemudian dibuat pengenceran sampai diperoleh ekstrak dengan konsentrasi 400 mg/ml, 300 mg/ml, 200 mg/ml, 100 mg/ml, 80 mg/ml, 60 mg/ml, 40 mg/ml, 20 mg/ml, 10 mg/ml, 8 mg/ml, 6 mg/ml, 4 mg/ml, dan 1 mg/ml. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap ekstrak etanol kulit buah manggis mengkal.

3.12 Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol. 3.12.1 Bakteri Salmonella typhi

Sebanyak 0,1 ml inokulum dimasukkan ke dalam cawan petri steril, setelah itu dituang media nutrien agar sebanyak 20 ml dengan suhu 45 – 50oC. Selanjutnya cawan dihomogenkan di atas permukaan meja (Laminar Air Flow Cabinet) agar media dan suspensi bakteri tercampur rata. Pada media yang


(56)

ml larutan uji ekstrak etanol kulit buah manggis matang dengan berbagai konsentrasi, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35-37oC selama 18-24 jam. Lakukan hal yang sama terhadap larutan uji ekstrak etanol kulit buah manggis mengkal. Pengukuran uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol kulit buah manggis dapat diukur dengan menggunakan jangka sorong. Percobaan ini dilakukan dua kali (Depkes RI, 1995).

3.12.2 Bakteri Shigella dysenteriae

Sebanyak 0,1 ml inokulum dimasukkan ke dalam cawan petri steril, setelah itu dituang media nutrien agar sebanyak 20 ml dengan suhu 45 – 50oC. Selanjutnya cawan digoyang di atas permukaan meja (Laminar Air Flow Cabinet) agar media dan suspensi bakteri tercampur rata. Pada media yang telah padat dibuat lubang dengan pencetak lubang (punch hole) lalu ditetesi 0,1 ml larutan uji ekstrak etanol kulit buah manggis matang dengan berbagai konsentrasi, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35-37oC selama 18-24 jam. Lakukan hal yang sama terhadap larutan uji ekstrak etanol kulit buah manggis mengkal. Pengukuran uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol kulit buah manggis dapat diukur dengan jangka sorong. Percobaan ini dilakukan dua kali (Depkes RI, 1995).

3.12.3 Bakteri Escherichia coli

Sebanyak 0,1 ml inokulum dimasukkan ke dalam cawan petri steril, setelah itu dituang media nutrien agar sebanyak 20 ml dengan suhu 45 – 50oC. Selanjutnya cawan digoyang di atas permukaan meja (Laminar Air Flow Cabinet) agar media dan suspensi bakteri tercampur rata. Pada media yang


(57)

telah padat dibuat lubang dengan pencetak lubang (punch hole) lalu ditetesi 0,1 ml larutan uji ekstrak etanol kulit buah manggis matang dengan berbagai konsentrasi, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35-37oC selama 18-24 jam. Lakukan hal yang sama terhadap larutan uji ekstrak etanol kulit buah manggis mengkal. Pengukuran uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol kulit buah manggis dapat diukur dengan menggunakan jangka sorong. Percobaan ini dilakukan dua kali (Depkes RI, 1995).


(58)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tanaman

Tanaman yang digunakan telah diidentifikasi di Herbarium Medanense (MEDA), Universitas Sumatera Utara. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 49.

4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia

Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia kulit buah manggis matang dan mengkal berwarna coklat, tekstur keras, berbau khas, berasa sepat dan pahit, panjang 1-2 cm (Lampiran 6, halaman 54).

Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia kulit buah manggis terlihat adanya kristal kalsium oksalat, parenkim, berkas pembuluh xilem bentuk spiral, dan sel batu (Lampiran 5, halaman 53). Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia kulit buah manggis yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia Kulit Buah Manggis Matang dan Mengkal

No. Parameter Matang

(%)

Mengkal (%)

1 Kadar air 7,95 7,94

2 Kadar abu total 4,02 4,37

3 Kadar abu tidak larut dalam asam

0,32 0,34

4 Kadar sari larut dalam air 5,62 5,42


(59)

Pengeringan simplisia dilakukan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Penurunan mutu atau kerusakan simplisia dapat dicegah dengan mengurangi kadar air dalam simplisia kurang dari 10% sehingga tidak terjadi tumbuhnya jamur.

Penetapan kadar abu total dimaksudkan untuk mengetahui kandungan mineral dan logam-logam internal yang terdapat di dalam simplisia yang diteliti serta senyawa organik yang tersisa selama pembakaran. Abu total terbagi dua yang pertama abu fisiologis adalah abu yang berasal dari jaringan tumbuhan itu sendiri dan abu non fisiologis adalah sisa setelah pembakaran yang berasal dari bahan-bahan luar yang terdapat pada permukaan simplisia. Kadar abu tidak larut asam untuk menentukan jumlah logam-logam seperti silika, khususnya pasir yang ada pada simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida (WHO, 1998).

Penetapan kadar sari yang larut dalam air dan dalam etanol dilakukan untuk mengetahui jumlah senyawa yang dapat tersari dalam air (tannin, saponin dan karbohidrat) dan dalam etanol (alkaloid, steroid dan lain-lain) dari suatu simplisia. Senyawa yang bersifat polar dan larut dalam air akan tersari oleh air. Sedangkan senyawa-senyawa yang tidak larut dalam air dan larut dalam etanol akan tersari oleh etanol (WHO, 1998).


(60)

4.3 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak

Hasil pemeriksaan skrining fitokimia terhadap simplisia dan ekstrak menunjukkan bahwa mengandung senyawa kimia golongan alkaloid, flavonoid, tannin, steroida/triterpenoida, saponin dan glikosida seperti yang terlihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia dan Ekstrak Kulit Buah Manggis Matang dan Mengkal.

Keterangan: ( + ) = mengandung senyawa ( - ) = tidak mengandung senyawa KBMMa = Kulit Buah Manggis Matang KBMMe = Kulit Buah Manggis Mengkal

Adanya senyawa flavonoida, saponin dan senyawa-senyawa polifenol yang terkandung dalam kulit buah manggis menunjukkan bahwa kulit buah manggis memiliki aktivitas sebagai antibakteri.

4.4 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Matang dan Mengkal Terhadap Bakteri Salmonella typhi, Shigella dysenteriae, dan Escherichia coli.

Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah manggis matang dan mengkal dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Salmonella typhi, Shigella dysenteriae, dan Escherichia coli. Semakin tinggi No. Golongan Senyawa

Simplisia Ekstrak Etanol

KBMMa KBMM KBMMa KBMMe

1. Alkaloida + + + +

2. Flavonoida + + + +

3. Tanin + + + +

4. Steroida/Triterpenoida + + + +

5. Saponin + + + +


(61)

besar. Hasil pengukuran diameter daerah hambat ekstrak etanol kulit buah manggis matang (Tabel 3) dan mengkal (Tabel 4) berikut ini.

Tabel 3. Hasil Uji Aktivitas Pertumbuhan Salmonella typhi, Shigella dysenteriae, dan Escherichia coli oleh Ekstrak Etanol kulit buah manggis matang.

Keterangan: - : Tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri * : hasil rata-rata tiga kali pengukuran

Blanko : perbandingan DMSO dengan Aquabidest (2:1).

Pengujian pada ekstrak etanol kulit buah manggis matang dengan hasil uji aktivitas antibakteri memberikan hasil yang efektif terhadap bakteri

Salmonella typhi pada konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter hambat 15,50 mm dan Shigella dysenteriae pada konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter hambat 15,30 mm, tetapi pada bakteri Escherichia coli memberikan hasil yang kurang efektif pada kosentrasi 500 mg/ml dengan diameter hambat 13,80 mm.

Konsentrasi (mg/ml)

Diameter Daerah Hambatan (mm)*

Salmonella typhi Shigella dysenteriae

Escherichia coli

500 15,50 15,30 13,80

400 14,10 13,55 13,25

300 13,40 12,50 12,68

200 12,30 12,10 11,33

100 11,70 11,00 11,30

80 11,00 10,70 10,70

60 10,35 9,35 10,15

40 10,00 9,00 9,70

20 9,00 8,45 9,35

10 8,90 8,35 9,00

8 8,80 8,00 8,60

6 8,70 7,90 8,45


(62)

Tabel 4. Hasil Uji Aktivitas Pertumbuhan Salmonella typhi, Shigella dysenteriae, dan Escherichia coli oleh Ekstrak Etanol kulit buah manggis mengkal.

Konsentrasi (mg/ml)

Diameter Daerah Hambatan (mm)*

Salmonella typhi Shigella dysenteriae

Escherichia coli

500 15,05 15,83 16,33

400 14,55 15,08 15,45

300 14,25 14,38 14,75

200 13,55 13,60 13,78

100 13,00 12,50 12,70

80 12,30 12,00 12,60

60 12,15 11,85 12,50

40 10,75 11,23 11,90

20 10,30 10,50 11,30

10 9,60 10,20 10,40

8 9,00 9,50 10,00

6 8,70 9,00 9,75

Blanko - - -

Keterangan: - : Tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri * : hasil rata-rata tiga kali pengukuran

Blanko : perbandingan DMSO dengan Aquabidest (2:1).

pengujian pada ekstrak etanol kulit buah manggis mengkal dengan hasil uji aktivitas antibakteri memberikan hasil yang lebih efektif terhadap bakteri

Salmonella typhi, Shigella dysenteriae, dan Escherichia coli.

Berdasarkan Farmakope Indonesia (1995) daerah hambatan yang efektif adalah dengan diameter lebih kurang dari 14 - 16 mm. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah manggis matang dan mengkal memberikan hasil efektif terhadap ketiga bakteri gram negatif (Salmonella typhi, Shigella dysenteriae dan Escherichia coli). Dipilih ketiga bakteri tersebut karena penelitian ini difokuskan hanya pada bakteri sistem pencernaan, sebab khasiat dari kulit buah manggis digunakan masyarakat


(63)

Shigella dysenteriae, dan Escherichia coli. Di mana bakteri Salmonella typhi

menyebabkan penyakit diare dan penularannya melalui makanan, bakteri

Shigella dysenteriae menyebabkan penyakit disentri dan penularannya melalui air, makanan dan minuman kemudian bakteri Escherichia coli menyebabkan penyakit diare dan penularannya melalui air yang dikonsumsi (Gibson, 1996).

Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh diatas dapat dikatakan bahwa efek aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah manggis matang kurang efektif terhadap ketiga bakteri dibandingkan ekstrak etanol kulit buah manggis mengkal. Karena pada kulit buah manggis mengkal kadar metabolit sekunder (golongan senyawa flavonoid, tanin dan triterpenoida) yang terkandung lebih tinggi dibandingkan dengan kulit buah manggis matang. Sebab pada kulit buah manggis matang senyawa-senyawa metabolit sekunder telah banyak diperlukan dalam proses pematangan buah.


(1)

85

Dipisahkan dari daging buahnya

Dibersihkan dari pengotor

Dicuci sampai bersih, dikupas kulit buah terluar, ditiriskan, dirajang dan ditimbang

Dikeringkan pada lemari pengering

Dihaluskan Ditimbang

Gambar 11. Bagan Alur Penelitian serbuk simplisia

Karakterisasi simplisia a. Pemeriksaan makroskopik b. Pemeriksaan mikroskopik c. Penetapan kadar air

d. Penetapan kadar sari larut dalam air e. Penetapan kadar sari larut dalametanol f. Penetapan kadar abu total

g. Penetapan kadar abu tidak larut asam

Perkolasi

Ekstrak kental

Uji aktivitas antibakteri

Skrining fitokimia : a. Pemeriksaan alkaloida b. Pemeriksaan flavonoida c. Pemeriksaan tanin d. Pemeriksaan saponin e. Pemeriksaan

steroida/triterpenoida f. Pemeriksaan glikosida Berat basah

Berat kering

Kulit Buah Manggis Matang dan Mengkal


(2)

Lampiran 11.Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Mengkal Terhadap Bakteri Salmonella typhi.

Gambar 12. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Mengkal Terhadap Bakteri

Salmonella typhi

Keterangan :

300 : Konsentrasi 300 mg/ml. 200 : Konsentrasi 200 mg/ml. 100 : Konsentrasi 100 mg/ml.

Blanko : perbandingan DMSO dengan Aquabidest (2:1).


(3)

87

Manggis Mengkal Terhadap Bakteri Shigella dysenteriae.

Gambar 13. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Mengkal Terhadap Bakteri Shigella dysenteriae

Keterangan :

300 : Konsentrasi 300 mg/ml. 200 : Konsentrasi 200 mg/ml. 100 : Konsentrasi 100 mg/ml.

Blanko : perbandingan DMSO dengan Aquabidest (2:1).


(4)

Lampiran 13.Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Mengkal Terhadap Bakteri Escherichia coli.

Gambar 14. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Mengkal Terhadap Bakteri

Escherichia coli

Keterangan :

300 : Konsentrasi 300 mg/ml. 200 : Konsentrasi 200 mg/ml. 100 : Konsentrasi 100 mg/ml.


(5)

89

Manggis Matang Terhadap Bakteri Salmonella typhi.

Gambar 15. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Matang Terhadap Bakteri Salmonella typhi

Keterangan :

500 : Konsentrasi 500 mg/ml. 400 : Konsentrasi 400 mg/ml. 300 : Konsentrasi 300 mg/ml. 200 : Konsentrasi 200 mg/ml. 100 : Konsentrasi 100 mg/ml.

Blanko : perbandingan DMSO dengan Aquabidest (2:1).


(6)

Lampiran 15.Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Matang Terhadap Bakteri Shigella dysenteriae.

Gambar 16. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Matang Terhadap Bakteri Shigella dysenteriae

Keterangan :

500 : Konsentrasi 500 mg/ml. 400 : Konsentrasi 400 mg/ml. 300 : Konsentrasi 300 mg/ml. 200 : Konsentrasi 200 mg/ml. 100 : Konsentrasi 100 mg/ml.


Dokumen yang terkait

Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L) Terhadap Porphyromonas Gingivalis Sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 81 67

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

2 96 63

Uji Aktivitas Antibakteri Air Rebusan Dan Ekstrak Etanol Cacing Tanah (Megascolex sp.)Terhadap Bakteri Salmonella typhosa, Escherichia coli, Shigella dysenteriae

15 101 75

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Ceplukan (Physalis minima L.) Terhadap Bakteri Shigella dysenteriae, Escherichia coli Dan Salmonella typhimurium

21 148 72

Karakterisasi Simplisia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Kulit Buah Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) Terhadap Bakteri Escherichia coli, Shigella dysenteriae dan Salmonella typhimurium

9 55 82

Efek Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella dysentriae dan Escherichia coli

1 9 71

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAHMANGGIS (Garcinia mangostana l) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L) Terhadap Bakteri Escherichia Coli Atcc 11229 Dan Staph

0 5 12

Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Terhadap Bakteri Salmonella Typhi, Escherichia Coli dan Shigella Dysenteriae

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Terhadap Bakteri Salmonella Typhi, Escherichia Coli dan Shigella Dysenteriae

0 0 17

Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Terhadap Bakteri Salmonella Typhi, Escherichia Coli dan Shigella Dysenteriae

0 0 17