Efek Kloramfenikol Terhadap Pertumbuhan Salmonella typhi In Vitro.

ABSTRAK
EFEK KLORAMFENIKOL TERHADAP PERTUMBUHAN
Salmonella typhi INVITRO
Lindawati Sudisman, 2004. Pembimbing : Fanny Rahardja,dr.,MSi
Salmonella typhi telah dilaporkan sensitifterhadap kloramfenikol dengan MIC
6,3 Ilg/ml. Antibiotik tersebut secara klinis efektif untuk terapi demam tifoid.
Namun, belakangan ini banyak laporan dari seluruh dunia bahwa terjadi
penurunan aktivitas kloramfenikol dan beberapa obat lain yang selama ini sering
digunakan untuk terapi demam tifoid.
Penelitian dengan metode tube dilution ini dirancang untuk mengetahui efek
kloramfenikol terhadap S. typhi yang berasal dari kultur darah dua belas pasien
demam tifoid di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Pertumbuhan bakteri sampel
dilihat pada Mueller-Hinton broth yang mengandung kloramfenikol dengan dosis
2-500 Ilg/ml, dan diinokulasi dengan suspensi bakteri yang kekeruhannya setara
dengan standar McFarland 0,5 atau 108cfulml. Tabung- tabung tersebut kemudian
diinkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam.
Setelah 18-24 jam inkubasi, didapati dosis hambat minimal kloramfenikol
terhadap S. typhi berkisar antara 31,3-62,5 Ilg/ml pada enam sampel dan 62,5-125
11g/m1 pada enam sampel lainnya. Seluruh sampel kemudian ditanam pada SS
agar, delapan dari dua belas sampel menunjukkan kloramfenikol dosis 2-500
Ilg/ml berefek bakteriostatik dan empat dari dua belas sampel menunjukkan

kloramfenikol dosis di atas 125-250 Ilg/ml berefek bakterisidal.
Implikasi klinis penelitian ini ialah bahwa rencana penggunaan kloramfenikol
untuk terapi demam tifoid sebaiknya dipertimbangkan lagi.
Kata kunci : MIC, kloramfenikol, Salmonella typhi, tube dilution method

IV

ABSTRACT
INVITRO EFFECT OF CHLORAMPHENICOL
Salmonella typlti GROwrH

TO

Lindawati Sudisman, 2004. Tutor: Fanny Rahardja,dr.,MSi
Salmonella typhi has been reported to be susceptible to chloramphenicol with
MICs 6,3 fig/mL. The antibiotic is clinically effective in the treatment of typhoid
fever. However, recently, reports have increased worldwide concerning reduced
activity of chloramphenicol and other common drugs against S. typhi.
This study was used tube dilution method, designed to investigate the effect of
chloramphenicol for S. typhi that were blood culture isolates from twelve patients

with enteric fever in Immanuel H05pital Bandung. Growth of twelve samples were
obtained in cation-adjusted Mue//er~Hil1ton broth containing chloramphenicol at
concentrations
of 2-500 j.1g/mL, and inoculation with inocula at estimated
concentrations of ](/ cji, mL that corresponded to a 0.5 McFarland standard.
Tubes were incubated at 37°C and at 18-24 hours.
MIC after 18-24 hours incubation is between 31.3-62.5 fig/mLfor six samples
and 62.5-125 j.1g/mLfor six other samples. Eight of twelve samples S. typhi which
were inoculated to 55 media, chloramphenicol concentrations of 2-500 j.1g/mL
were partially inhibitory and bacteriostatic for the bacteria. Four of twelve
samples, chloramphenicol
concentrations
more than 125-250 j.1g/mL were
bactericidal for the bacteria.
The clinical implication of this research is that chloramphenicol
usage In
patients with enteric fever should be considered again.

Key words: MIe, chloramphenicol, Salmonella typhi, tube dilution method


v

DAFTARISI
JUDUL
LEMBAR PERSETUJU AN
SURAT PERNY ATAAN
AB STRAK
ABSTRACT..
PRAKA TA
DAFT AR ISI
DAFT AR TABEL
DAFT AR GAMBAR
DAFT AR LAMPlRAN

......

...

...


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifi kasi Masalah
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
1.5 Kerangka Pemikiran
1.6 Metodologi Penelitian
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Salmonella typhi dan Demam Tifoid
2.1.1 Salmonella typhi
2.1.2 Demam Tifoid
2.2 Kloralnfenikol..
2.2.1 Sejarah
2.2.2 Susunan Kimia
2.2.3 Mekanisme Kerja
2.2.4 Efek Antimikroba
2.2.5 Resistensi Terhadap Kloramfenikol
2.2.6 Farrnakokinetik
2.2.7 Efek Samping

2.2.8 Penggunaan Klinik
2.2.9 Sediaan dan Posologi
2.3 Sensitivitas Salmonella typhi Terhadap Kloramfenikol dan
Beberapa Antibiotik Lain
2.4 Tes Sensitivitas Antimikroba
2.4.1 Broth Dilution Method
2.4.1.1 Media dan Antimikroba
2.4.1.2 Inokulasi dan Inkubasi
2.4.1.3 Membaca dan Interpretasi Hasil

Vlll

i
ii
..iii
iv
v
vi
viii
x

xi
xii
1
2
2
2
2
3
3
4
4
5
8
8
8
9
9
10
11
12

14
15
16
18
20
20
21
21

BAB ill METODE PENELITIAN
3.1 A1at-alat dan Bahan-bahan Yang Digunakan
3.2 Metode Penelitian..
...
3.3 Pengujian Efektivitas Kloramfenikollnvitro Terhadap
Salmonella typhi

23
23
24


BAB IV RASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian...
4.2 Pembahasan

26
27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan...
5.2 Saran

29
29

DAFTAR PUST AKA

30

Li\MPlRAN


32

RIW AYAT HIDUP

36

IX

DAFTAR TABEL

Tabel2.1

Vaksin Demam Tifoid yang Tersedia di USA

Tabel2.2

Sensitivitas (%) Salmonella typhi Pada 6,3% Kasus Demam Tifoid

7


Di India Utara Antara Tahun 1997-2001 Terhadap Beberapa
Antibiotik Berdasarkan Disk Diffusion Method
Tabel4.1

17

Kekeruhan Pada Tabung-tabung Berisi Broth Mueller-Hinton dan
Serial Pengenceran Kloramfenikol Yang Ditanam Salmonella typhi
Kemudian Diinkubasi Pada Suhu 37°C Selama 24 jam

26

Tabel4.2

MIC Kloramfenikol Terhadap Salmonella typhi

27

Tabel4.3


Pertumbuhan Bakteri Pada Agar SS Yang Telah Ditanami Suspensi
Dari Tabung no. 1 Sampai no.9

x

27

DAFTAR GAMBAR

Gambar2.1 Strukturkimia kloramfenikol

Xl

8

DAFTAR LAMPIRAN
Gambar 1. Perhitungan Dosis Kloramfenikol Yang Dipakai Dalam Percobaan... 32
Gambar 2. Kekeruhan Pada Tabung-tabung berisi Mueller-Hinton broth dan Serial
Pengenceran Kloramfenikol Yang Ditanam Salmonella typhi
Kemudian Diinkubasi Pada Suhu 37°C Selama 24 jam

33

Gambar 3. Koloni Pada Agar SS Yang Telah Ditanam Suspensi Dari Tabung no.
I Sampai Tabung no. 9 dan Tabung Kontrol

33

Gambar 4. Koloni Pada Agar SS Yang Telah Ditanam Suspensi Dari Tabung no.

1 Sampai Tabung no. 6

34

Gambar 5. Cara Membandingkan Kekeruhan Suspensi Bakteri Dengan
Standar McFarland 0,5

34

Gambar 6. Hasil Tes Biokimia Bak.'1eriYang Dipakai Dalam Percobaan
Memperlihatkan Bakteri Tersebut Merupakan Salmonel.'a typhi

XlI

---

35

LAMPlRAN

Gambar 1. Perhitungan Dosis Kloramfenikol Yang Dipakai Dalam
Percobaan

Kloramfenikol sodium suksinat (setara dengan 1 g kloramfenikol) dilarutkan
dengan 5 ml pelarutnya ~ didapat kloramfenikol 1 g / 5 ml atau 200 mg/ml.
(diambil 0,1 ml) kloramfenikol 200 mg/ml

~
+ 9,9 ml akuades

~
(1 ml) kloramfenikol2 mg/ml (A) -7 + 1 ml broth + 1 ml bakteri -7 500 Jlg/ml
~
+ 1 ml akuades
~kloramfenikoll mg/ml (B)

-7 250 Jlg/ml

~~kloramfenikol500 Jlg/ml (C)

-7 125 Jlg/ml

~kloramfenikol250 Jlg/ml (D)

~62,5Jlg/ml

~kloramfenikol125 Jlg/ml (E)

-7 31,3 Jlg/ml

~kloramfenikol62,5 Jlg/ml (F)

~15,6Jlg/ml

~kloramfenikol31,3 Jlg/ml (G)

-7 7,8 Jlg/ml

~kloramfenikol5,6 Jlg/ml (H)

-7 3,9 Jlg/ml

~kloramfenikol7,8 Jlg/ml (I)

-7 2 Jlg/ml

32

RIWAYATHIDUP

NAMA

Lindawati Sudisman

NRP

: 0110063

TTL

: Bandung, 6 Agustus 1983

ALAMAT

: J1. Mochamad Toha no. 196
Bandung 40243

Riwayat Pendidikan :
SDK Nafiri Sion Bandung, lulus 1995
SLTP St. Aloysius 1 Bandung, lulus 1998
SMU St. Aloysius 1 Bandung, lulus 2001

36

BABI
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, bersifat endemis,

dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat pada negara - negara
berkembang, termasuk Indonesia. Menurut laporan data surveilans yang dilakukan
oleh Sub Direktorat Surveilans Depertemen Kesahatan, insiden demam tifoid di
Indonesia menunjukkan angka yang terus meningkat, yaitu jumlah kasus pada
tahun 1990,1991,1992,1993,

dan 1994 berturut-turut adalah 9,2,13,4,15,8,17,4

per 10.000 penduduk. Sementara data demam tifoid dari rumah sakit dan Pusat
Kesehatan juga meningkat dari 92 kasus pada tahun 1994 menjadi 125 kasus pada
tahun 1996 per 100.000 penduduk. (Fauzar, Nuzirwan Acang, dan Saharman
Leman, 2004)
Penyakit tersebut disebabkan Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi.
Satu-satunya reservoar S. typhi adalah manusia. Infeksi terjadi setelah minum atau
makan makanan yang terkontaminasi S. typhi. Kuman ini merupakan sumber
infeksi utama, yang mempunyai kemampuan terbesar untuk bertahan dalam
fagosit.
Kloramfenikol merupakan obat yang paling dikenal untuk pengobatan demam
tifoid. Gbat ini telah digunakan sejak tahun 1948 dan masih sebagai obat pilihan
di banyak negara berkembang termasuk Indonesia. Pemakaiannya yang luas,
harga obat yang murah, dan pengalaman penggunaan yang banyak merupakan
alasan obat ini masih banyak dipakai di fasilitas-fasilitas kesehatan pemerintah.
(Iskandar Zulkarnain, 2004)
Belakangan ini di negara lain seperti Vietnam, Thailand, India, Pakistan telah
banyak dilaporkan kasus S. typhi yang resisten terhadap antibiotik yang selama ini
banyak digunakan yaitu kloramfenikol, ampisilin, kotrimoksazol, dan amoksisilin
(Iskandar Zulkarnain, 2004).

2

Selain karena munculnya resistensi S. typhi terhadap kloramfenikol, penyebab
lain mulai jarang digunakannya obat tersebut adalah efek sampingnya yang cukup
serius. Kloramfenikol dapat menyebabkan kelainan darah dan kelainan mata (R.
Setiabudy dan L. Kunardi, 2001).

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah kloramfenikol masih efektif menghambat pertumbuhan S. typhi?

1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian adalah mengetahui efek kloramfenikol dalam menghambat
pertumbuhan S. typhi invitro.
Tujuan penelitian adalah mengetahui efek kloramfenikol dosis klinis dengan
mencari Minimum Inhibitory Concentration (MIC) kloramfenikol terhadap S.
typhi dengan menggunakan tube dilution method.

1.4 Manfaat Karya Tulis IImiah
Bila terbukti konsentrasi obat yang mencapai fokus infeksi memiliki efek
bakteriostatik

secara invitro, para klinisi masih dapat mempertimbangkan

penggunaan kloramfenikol untuk terapi demam tifoid.

1.5 Kerangka Pemikiran

Efek obat bergantung dari konsentrasi obat yang mencapai fokus infeksi. Gbat
yang diberikan kepada pasien, baik secara peroral maupun parenteral, tidak
seluruhnya mencapai fokus infeksi. Hal itu terjadi karena obat mengalami
metabolisme oleh enzim-enzim tubuh.
Suatu antimikroba dikatakan efektif bila konsentrasi obat yang mencapai fokus
infeksi berefek bakteriostatik atau bakterisidal terhadap bakteri penyebab infeksi.

3

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian dilakukan secara prospektif eksperimental sungguhan dengan
menggunakan tube dilution method, mencari tabung berisi antibiotik dengan
pengenceran tertinggi yang didapati tidak terjadi pertumbuhan bakteri di
dalamnya. S. typhi yang akan diuji diambil dari 12 penderita demam tifoid yang
berobat ke Rumah Sakit Immanuel (RSI) selama periode Juni-Juli 2004.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha, Bandung mulai Mei 2004 sampai Desember 2004.

BABV
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dosis hambat minimal kloramfenikol terhadap Salmonella typhi ialah berkisar
antara 31,3-125 Jlg/ml.
Penggunaan

kloramfenikol

untuk

terapi

demam

tifoid

sebaiknya

dipertimbangkan lagi.

5.2 Saran
Bagi orang lain yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai MIC
kloramfenikol terhadap Salmonella typhi, sebaiknya rentang dosis obat yang diuji
dipersempit sehingga dapat diketahui MIC yang lebih tepat.

29

DAFTARPUSTAKA

Atlas R. M. 1997. Principles of Microbiology. 2nded. Dubuque (Iowa): Wm.
C. Brown Publishers. p. 473-5,482-3
CBWInfo. 1999. Typhoid Fever: Essential Data.
hti!>://www.cbwinfo.com/Biological/Pathogens/ST.html.

24 April 2004

CDC. 2004. Typhoid Fever. httQ://www.cdc.gov/traveVdiseases/tvPhoid.htm. 2
April 2004
Fauzar, Nuzirwan Acang, SaharmanLeman. 1995. Multi Drug Resisten Pada
Demam Tifoid.
httQ://www.intemafkunand.or.id/multi drug resisten Dada demam tifoid.htm
3 Maret 2004
Forbes B. A., Sahm D. F., Weissfeld A. S. 2002. Bailey & Scott's Diagnostic
Microbiology. 11thed. St. Louis (Missouri): Mosby. p. 227,230-50
Iskandar Zulkamain. 2001. Antibiotik Dosis Tunggal Pada Demam Tifoid.
hti!>://www.intema.fk.ui.ac.id/artikel/current2001/cdtOl 20.htm. 24 Maret

2004
Kenneth Todar University of Wisconsin-Madison Department of Bacteriology.
2002. Antimicrobial Agents Used in Treatment of Infectious Disease.
h!!Q://textbookotbacteriology.net/antimicrobial.html. 4 April 2004
.2002. Mechanisms of Bacterial Pathogenicity: Bacterial Defense
Against Phagocytes. httQ://textbookotbacteriology .net/antiDhago.html. 4
April 2004
.2002. The Bacterial Flora of Humans.
hti!>://textbookotbacteriology. net/normal flora. html. 4 April 2004
Lukman Hakim. 2004. Gbat Dalam ASI.
httQ://www.angelfire.com/id/Diogama/ASI.html. 5 April 2004
R. Setiabudy, L. Kunardi. 2001. Golongan Tetrasiklin dan Kloramfenikol dalam:
Sulistia G. Ganiswama, editor: Farmakologi dan Terapi. Ed. 4. Jakarta:
Bagian Farmakologi FKUI. p. 657-60
SandeM. A., Mandell G. L. 1980. Antimicrobial Agents Tetracyclines and
Chloramphenicol In: Gilman A. G., Goodman L. S., Gilman A., editor:
Goodman and Gilman's Z'bePharmacological Basis of Therapeutics. 6th ed.
New York: Macmillan Publishing Co., Inc. p. 1191-5

30

Sonnenwirth, Alex C. 1970. Bacterial Sensitivity Testing In: Frankel S., Retman
S., Sonnenwirth A. C., editor: Gradwohl's Clinical Laboratory Methods and
Diagnosis. Vol. 2. 7thed. St. Louis (Missouri): The C. V. Mosby Company.
p. 1058, 1406-7
SpicerW. J. 2000. Clinical Bacteriology, Mycology and Parasitology. London:
Churchill Livingstone. p. 42
Surja Widjaja. 1985. Patologi Khusus Saluran Pencernaandalam: Sutisna
Himawan, editor: Patologi. Jakarta: Bagian Patologi Anatomik FKUI. p.

207-8
Tortora G. J., Funke B. R., CaseC. L. 2001. Microbiology.
Francisco: Benjamin Cummings. p. 695

7thed. San

Vikas Gautam, Naveen Kumar Gupta, Uma Chaundhary, Arora. 2002.
Sensitivity Pattern of Salmonella Serotypes in Northern India. Brazilian
Jo:trnal of Infectious Diseases, 6 (6): 281-7.

.

31