Pengaruh Jumlah Wisatawan, Jumlah Hotel terhadap Penerimaan Pajak.

(1)

viii

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

Government policy to implementation of regional autonomy starting from January, 1, 2001 as one way to improve regional economic development to impact the independent regional to increase of local revenue. The local revenue can be fullfilment all of the requirement in the region. Therefore, region in the unitary state of Indonesia make a try to fill up the goal. Bandung city, one of region to destination tourist in Indonesia make a try to increase the local revenue, one of the ways through tax local revenue, in particular hotel tax revenue. The purpose of this study to awake influence the number of tourists, the number of hotels to hotel tax revenue in Bandung City for the eight years, from 2005 to 2012. The study use secondary data, and multiple regression analysis. The results is the number of tourist influence but not significant effect to hotel tax revenue the percentage is 1,91%, number of hotels influence and give a significant effect to hotel tax revenue the percentage is 97,9%, and in simultaneously both of them give a effect and give a strong connection to hotel tax revenue in the Bandung City the percentage is 99,8%.


(2)

ix

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Kebijakan Pemerintah menerapkan otonomi daerah mulai 1 Januari 2001 sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pembangunan ekonomi regional menyebabkan tuntutan kemandirian masing-masing daerah untuk memaksimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan tersebut digunakan untuk memenuhi segala macam kebutuhan yang ada di daerah. Maka dari itu, daerah yang ada dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berusaha dengan maksimal menggali potensi yang ada di daerahnya demi tercapainya tujuan tersebut. Kota Bandung sebagai salah satu kota tujuan wisata di Indonesia berusaha memaksimalkan PAD melalui peningkatan pajak daerah, secara khusus dalam penelitian ini penulis mengamati mengenai pajak hotel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah wisatawan, jumlah hotel, terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Bandung selama delapan tahun, dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2012. Dengan menggunakan data sekunder dan analisis regresi berganda diperoleh hasil bahwa jumlah wisatawan berpengaruh namun tidak signifikan terhadap penerimaan pajak hotel dengan persentase sebesar 1,91%, jumlah hotel berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak hotel dengan persentase 97,9%, dan secara simultan keduanya berpengaruh dan memiliki hubungan yang kuat terhadap penerimaan pajak hotel Kota Bandung dengan persentase 99,8%.


(3)

x Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN LAPORAN PUBLIKASI PENELITIAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengaruh ... 12


(4)

xi Universitas Kristen Maranatha

2.1.2 Wisatawan ... 12

2.1.3 Pajak 2.1.3.1 Pengertian Pajak ... 12

2.1.3.2 Fungsi Pajak ... 14

2.1.3.3 Asas Pemungutan Pajak ... 15

2.1.3.4 Tarif Pajak ... 19

2.1.3.5 Pengelompokan Pajak ... 20

2.1.4 Pajak Hotel 2.1.4.1 Pengertian Pajak Hotel ... 21

2.1.4.2 Dasar Hukum ... 23

2.1.4.3 Objek, Subjek, dan Wajib Pajak Hotel ... 24

2.1.4.4 Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan Pajak Hotel ... 25

2.1.4.5 Masa, Tahun, Saat Terutang dan Wilayah Pemungutan ... 27

2.1.4.6 Pengukuhan Wajib Pajak Hotel ... 29

2.1.4.7 Cara Pemungutan Pajak Hotel ... 29

2.1.4.8 Penetapan Pajak Hotel ... 30

2.1.4.9 Pembayaran dan Penagihan Pajak Hotel ... 31

2.1.4.10 Pembukuan dan Pemeriksaan Pajak Hotel ... 33

2.1.5 Penelitian Terdahulu... 35

2.2 Kerangka Pemikiran ... 36


(5)

xii Universitas Kristen Maranatha BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ... 39

3.2 Jenis dan Sifat Penelitian ... 39

3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 40

3.4 Definisi Operasional Variabel 3.4.1 Variabel Independen ... 42

3.4.2 Variabel Dependen ... 43

3.5 Metode Pengumpulan Data dan Klasifikasi ... 44

3.6 Metode Analisis Data 3.6.1 Uji Asumsi Klasik 3.6.1.1 Uji Normalitas ... 48

3.6.1.2 Uji Outlier ... 49

3.6.1.3 Uji Multikolinearitas ... 49

3.6.1.4 Uji Autokorelasi ... 50

3.6.1.5 Uji Heterokedastisitas ... 50

3.6.2 Uji Hipotesis 3.6.2.1 Analisis Korelasi Pearson Product Moment ... 50

3.6.2.2 Analisis Koefisien Determinasi ... 51

3.6.2.3 Uji Parsial ... 51

3.6.2.4 Uji Simultan ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif 4.1.1 Jumlah Wisatawan (X1) ... 52


(6)

xiii Universitas Kristen Maranatha

4.1.2 Jumlah Hotel (X2) ... 53

4.1.3 Penerimaan Pajak Hotel (Y) ... 54

4.2 Analisis Data – Regresi Linier Berganda: Jumlah Wisatawan (X1) dan Jumlah Hotel (X2) Terhadap Penerimaan Pajak Hotel (Y) ... 56

4.2.1 Uji Normalitas ... 56

4.2.2 Uji Multikolinearitas ... 57

4.2.3 Uji Autokorelasi ... 58

4.2.4 Uji Heterokedastisitas ... 60

4.2.5 Analisis Regresi Linier Berganda ... 61

4.2.6 Analisis Korelasi Pearson Product Moment ... 62

4.2.7 Analisis Koefisien Determinasi ... 64

4.2.8 Pengujian Hipotesis ... 65

4.2.8.1 Uji Parsial ... 65

4.2.8.2 Uji Simultan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN ... 76


(7)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Pajak Sebagai Murah Hubungan Rakyat-Negara, Pusat-Daerah ... 3

Gambar 2 Kerangka Pemikiran ... 37

Gambar 3 Data Penelitian – Jumlah Wisatawan ... 53

Gambar 4 Data Penelitian – Jumlah Hotel ... 54

Gambar 5 Data Penelitian – Penerimaan Pajak Hotel ... 55

Gambar 6 Kurva Pengujian Hipotesis – Uji Autokorelasi ... 59

Gambar 7 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 60

Gambar 8 Kurva Pengujian Hipotesis Parsial – Jumlah Wisatawan ... 66


(8)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Jumlah Wisatawan Kota Bandung ... 8

Tabel II Peningkatan Jumlah Hotel Kota Bandung ... 9

Tabel III Jumlah Wisatawan ... 52

Tabel IV Jumlah Hotel ... 53

Tabel V Penerimaan Pajak Hotel ... 55

Tabel VI Hasil Uji Normalitas ... 57

Tabel VII Nilai VIF Uji Multikolinearitas ... 57

Tabel VIII Kriteria Pengujian Statistika Durbin Watson ... 58

Tabel IX Nilai Statistika Durbin Watson ... 59

Tabel X Nilai Perhitungan Nilai Koefisien Persamaan Regresi ... 62

Tabel XI Nilai Koefisien Korelasi Pearson Product Moment ... 63

Tabel XII Koefisien Korelasi dan Taksirannya ... 63

Tabel XIII Analisis Koefisien Determinasi ... 64

Tabel XIV Pengujian Koefisien Determinasi ... 65

Tabel XV Pengujian Hipotesis Parsial (Uji T) ... 65


(9)

xvi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Surat Ijin Penelitian ... 77

Lampiran B Peraturan Daerah Kota Bandung ... 81

Lampiran C Kondisi Geografis Kota Bandung ... 84

Lampiran D Data Penelitian Jumlah Wisatawan ... 85

Lampiran E Data Penelitian Jumlah Hotel ... 93

Lampiran F Data Penelitian Penerimaan Pajak Hotel ... 101


(10)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spritual (Waluyo dan Wirawan Ilyas, 2002). Salah satu cara untuk mewujudkan pembangunan nasional adalah melalui pembangunan ekonomi daerah.

Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama perlu mengenali karakter ekonomi, sosial, dan fisik daerah itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain (Aldo Adam, 2013).

Diberlakukannya otonomi daerah pada 1 Januari 2001 merupakan implementasi dari pembangunan ekonomi daerah. Setiap daerah yang termasuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia diberikan hak dan wewenang untuk mengatur dan mengelola daerahnya sendiri.

Keuntungan yang terjadi jika diberlakukan otonomi daerah antara lain pemerintah daerah akan lebih tanggap terhadap kebutuhan masyarakatnya sendiri. Proses politik dalam masyarakat yang lebih sempit akan lebih cepat dan efisien daripada dalam masyarakat yang luas. Dalam pemerintahan yang lebih dekat dengan masyarakatnya akan lebih sedikit kekurangan atau kesalahan yang akan dibuat dalam mekanisme pengambilan keputusan (Suparmoko, 2002). Konsekuensi lain dari penerapan otonomi daerah yaitu setiap daerah dituntut untuk meningkatkan


(11)

BAB I Pendahuluan 2

Universitas Kristen Maranatha Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna membiayai urusan rumah tangganya sendiri (Vidya, 2013).

Dengan adanya otonomi, akan lebih banyak eksperimen dan inovasi dalam bidang administrasi dan ekonomi yang dapat dilakukan. Keberhasilan dan kegagalan inovasi yang dilakukan di daerah tertentu akan mengakibatkan keinginan daerah lain mencoba agar mendapatkan keberhasilan di daerahnya masing-masing. Birokrasi yang sukar dan administrasi yang tidak efisien serta masalah pembiayaan dalam pembangunan daerah menjadi fokus utama.

Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Dengan adanya otonomi, daerah dipacu untuk dapat berkreasi mencari sumber penerimaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan pengeluaran daerah. Dari berbagai alternatif sumber penerimaan yang mungkin dipungut oleh daerah, Undang-Undang tentang pemerintahan daerah menetapkan pajak dan retribusi daerah menjadi salah satu sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah.

Mengacu pada sejarah pemerintahan daerah di Indonesia, sejak Indonesia merdeka sampai saat ini pajak dan retribusi daerah telah menjadi sumber penerimaan yang dapat diandalkan bagi daerah. Sejak tahun 1948 berbagai Undang-Undang tentang pemerintahan daerah dan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah telah menempatkan pajak dan retribusi daerah sebagai sumber penerimaan daerah, bahkan dalam Undang-Undang nomor 5 tahun 1974 pajak dan retribusi daerah dimasukkan menjadi Pendapatan Asli Daerah (Marihot Pahala Siahaan, 2010).


(12)

BAB I Pendahuluan 3

Universitas Kristen Maranatha Pajak merupakan sumber penerimaan pemerintah paling aman sehingga pajak dapat menjadi sarana penting bagi berjalannya demokratisasi. Bila penguatan demokrasi lebih bersifat substantif, keterkaitan demokrasi dengan kebijakan perpajakan bisa ditelusuri, ditemukan, dan dipahami. Maka dari itu, penciptaan relasi antar aktor demokrasi negara akan berhasil diciptakan. Sharing of authority (pembagian wewenang/kekuasaan) antara negara dengan warganya dan sharing of power (pembagian kekuasaan) antara pusat dan daerah terlihat dalam kebijakan perpajakan. Kebijakan perpajakan merupakan resultante (hasil) dan muara dari dua ranah penting dalam proses demokrasi, yaitu hubungan negara-masyarakat dan pusat-daerah, yang dapat ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1

Pajak sebagai muara hubungan negara-rakyat dan hubungan pusat-daerah

Sumber: Edi Slamet Irianto (2009)

Penggunaan uang pajak mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/Puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara mulai saat dilahirkan sampai meninggal dunia, menikmati

PUSAT

RAKYAT

DAERAH


(13)

BAB I Pendahuluan 4

Universitas Kristen Maranatha fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak (Diana Sari, 2013).

Penyediaan sarana dan prasarana publik yang kita manfaatkan hanya dapat tersedia karena peran pemerintah yang membutuhkan pengorbanan besar mengumpulkan dana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kemakmuran generasi mendatang sangat bergantung pada investasi generasi sekarang ini, yaitu semua sarana dan prasarana umum tersebut hanya dapat tersedia bila ada pajak.

Negara dapat menyediakan sarana dan prasarana untuk masyarakatnya hanya melalui sumber pembiayaan dari pajak. Swasta tidak mungkin bisa melakukan apa yang dapat dilakukan oleh negara, karena konsep bisnis atau usaha yang dilakukan swasta hanya untuk kepentingan kelompok sendiri. Untuk itu, pembayaran pajak yang kita lakukan adalah untuk meningkatkan tingkat kehidupan generasi mendatang. Dengan kata lain, kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kesadaran memahami dan membayar pajak dengan benar.

Terdapat tiga sumber penerimaan yang menjadi pokok andalan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yaitu:

A. Penerimaan dari sektor Pajak

B. Penerimaan dari sektor Migas (minyak dan gas bumi) C. Penerimaan dari sektor bukan Pajak

Dari ketiga sumber penerimaan tersebut, penerimaan sektor pajak merupakan salah satu penerimaan terbesar negara (Wirawan Ilyas dan Richard Burton, 2010).

Menurut Aristanti Widyaningsih (2013), berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan


(14)

BAB I Pendahuluan 5

Universitas Kristen Maranatha yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak daerah yang dimaksud terdiri dari dua kelompok besar yaitu:

A. Pajak Provinsi

1. Pajak Kendaraan Bermotor

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 4. Pajak Air Permukaan

5. Pajak Rokok B. Pajak Kabupaten/Kota

1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame

5. Pajak Penerangan Jalan

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 7. Pajak Parkir

8. Pajak Air Tanah

9. Pajak Sarang Burung Walet

10. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan 11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan


(15)

BAB I Pendahuluan 6

Universitas Kristen Maranatha Kemandirian daerah untuk mencari dan menggali potensi yang ada di daerahnya menjadi usaha yang wajib dilakukan oleh setiap Kepala Daerah dan perangkatnya untuk dapat bertahan dan mengembangkan daerahnya menjadi lebih maju. Berdasarkan hal tersebut, setiap daerah di Indonesia berusaha memaksimalkan pajak daerah yang pada akhirnya dapat digunakan untuk memenuhi segala keperluan yang ada di daerah. Hal ini juga dilakukan oleh pemerintah Kota Bandung.

Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak antara 107°36’ Bujur Timur dan 6°55’ Lintang Selatan. Lokasi Kota Bandung cukup strategis, dilihat dari segi komunikasi, dan perekonomian. Hal tersebut dikarenakan Kota Bandung terletak pada pertemuan poros jalan yaitu:

A. Barat-Timur yang memudahkan hubungan dengan Ibukota negara

B. Utara-Selatan yang memudahkan lalu lintas ke daerah perkebunan (Subang dan Pangalengan).

Secara topografi, Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 Meter diatas permukaan laut, titik tertinggi di daerah utara dengan ketinggian 1.050 meter dan terendah di sebelah selatan 675 meter diatas permukaan laut. Keadaan geologis dan tanah di Kota Bandung adalah hasil dari letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol, di bagian selatan serta di bagian timur terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan liat. Suhu Kota Bandung tertinggi tercatat mencapai 30,4°C, dan terendah yaitu 18,2°C (Bandung dalam angka 2013, 2013)

Kota Bandung sampai dengan saat ini menjadi salah satu kota di Indonesia yang mengusahakan secara maksimal pendapatan daerah dari sektor pariwisata.


(16)

BAB I Pendahuluan 7

Universitas Kristen Maranatha Bahkan menurut (Kompas.com, 2010) yang dikutip oleh Rita Purnamasari (2013), Bandung menjadi tujuan wisata favorit di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan penghargaan yang diterima oleh Kota Bandung dalam ajang “Indonesian Tourism Award” sebagai kota tujuan wisata terfavorit tahun 2010.

Keindahan alam Kota Bandung dan sekitarnya menjadi potensi tersendiri bagi para wisatawan untuk berkunjung ke Kota Kembang ini. Berbagai macam objek wisata seperti kebun binatang, macam-macam taman dengan tema tertentu seperti taman fotografi, taman bunga, taman Pasupati, Museum Geologi, Museum Konferensi Asia Afrika, Saung angklung Ujo dan wisata alam seperti Tangkuban Perahu, pemandian air panas Ciater, dan berbagai objek wisata alam lain di sekitar Kota Bandung menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Selain itu, Bandung juga dikenal sebagai tujuan belanja bagi para wisatawan, diantaranya adalah berbagai mall di Kota Bandung dan adanya sarana hiburan “Trans Studio Bandung” semakin menambah keinginan para wistawan datang dan menikmati segala fasilitas yang ada di Kota Bandung.

Berikut dijelaskan secara rinci mengenai Jumlah Wisatawan Kota Bandung selama delapan tahun (dari tahun 2005-2012) pada tabel I.


(17)

BAB I Pendahuluan 8

Universitas Kristen Maranatha Tabel I

Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik Kota Bandung Tahun 2005-2012

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat Keterangan : Rincian Data untuk Tahun 2010 tidak tersedia

Pada tabel I terlihat jumlah wisatawan Kota Bandung tahun 2005-2012. Jumlah wisatawan baik mancanegara maupun domestik berfruktuasi setiap tahunnya. Tahun 2011 tercatat wisatawan Kota Bandung lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2008, jumlah wisatawan tercatat lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tidak diketahui secara pasti penyebab mengenai hal tersebut.

Sebagai konsekuensi dari adanya para wisatawan adalah berkembangnya sektor-sektor lain sebagai pendukung, diantaranya adalah dibidang kuliner dan akomodasi (hotel). Perkembangan pesat terjadi, secara khusus dalam pembangunan hotel. Banyak hotel dibangun sebagai sarana bagi para wisatawan untuk dapat menikmati keindahan alam kota Bandung dan sekitarnya. Adanya perkembangan dalam pembangunan hotel di Kota Bandung sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pembangunan ekonomi.

TAHUN WISATAWAN (orang)

MANCANEGARA DOMESTIK JUMLAH

2005 91.350 1.837.500 1.928.850 2006 82.025 1.241.416 1.323.441 2007 137.268 2.420.105 2.557.373 2008 74.730 1.346.729 1.421.459 2009 168.712 2.928.157 3.096.869

2010 * * 3.529.025

2011 194.062 3.882.010 4.076.072 2012 158.848 3.354.857 3.513.705


(18)

BAB I Pendahuluan 9

Universitas Kristen Maranatha Tabel II

Peningkatan Jumlah Hotel Kota Bandung Tahun 2005-2012

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat, diolah

Keterangan : Data Jumlah Hotel tidak termasuk losmen / rumah penginapan / pesanggrahan

Berdasarkan Tabel II, dapat disimpulkan bahwa setiap tahun ada penambahan jumlah hotel di Kota Bandung. Penambahan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2012. Sebelumnya, tahun 2011 tercatat hotel di Kota Bandung sejumlah 303 buah. Pada tahun 2012 menjadi 340 buah, mengalami penambahan sebanyak 37 buah atau sebesar 12% dari tahun 2011.

Melihat kenyataan yang ada, secara global dapat diketahui bahwa pemerintah mendukung pembangunan hotel Kota Bandung dengan memberikan ijin untuk pendirian hotel di setiap tahunnya. Hal ini menjelaskan bahwa ada suatu keinginan dari pemerintah daerah Kota Bandung untuk dapat memaksimalkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah melalui pembangunan Hotel di Kota Bandung

Perkembangan wisatawan, baik domestik ataupun mancanegara untuk datang berkunjung ke Kota Bandung dan melihat kenyataan yang ada selama delapan tahun, terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan 2012 mengenai adanya perkembangan signifikan dalam hal pembangunan hotel, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi pendapatan pajak hotel kota Bandung. Kondisi tersebut memberikan

Tahun Jumlah Hotel Peningkatan

2005 225 - 2006 232 7 2007 240 8 2008 252 12 2009 262 10 2010 267 5 2011 303 36 2012 340 37


(19)

BAB I Pendahuluan 10

Universitas Kristen Maranatha motivasi kepada penulis untuk melakukan penelitian yang kemudian akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “PENGARUH JUMLAH WISATAWAN,

JUMLAH HOTEL, TERHADAP PENERIMAAN PAJAK HOTEL”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah yang dapat diambil adalah:

a. Apakah terdapat pengaruh jumlah wisatawan terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Bandung?

b. Apakah terdapat pengaruh jumlah hotel terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Bandung?

c. Apakah terdapat pengaruh jumlah wisatawan, jumlah hotel, terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Bandung?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengacu pada identifikasi masalah, yaitu:

a. Untuk menguji dan menganalisa pengaruh jumlah wisatawan terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Bandung.

b. Untuk menguji dan menganalisa pengaruh jumlah hotel terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Bandung.

c. Untuk menguji dan menganalisa pengaruh jumlah wisatawan, jumlah hotel, terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Bandung.


(20)

BAB I Pendahuluan 11

Universitas Kristen Maranatha

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan dan manfaat bagi: a. Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat, khususnya masyarakat Kota Bandung mengenai penggunaan jasa hotel dan para pelaku bisnis hotel di Kota Bandung.

b. Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat membantu para akademisi untuk mengembangkan strategi dan teori mengenai pajak hotel, serta sebagai bahan referensi yang berkaitan dengan penerimaan Pendapatan Asli Daerah dari sektor perpajakan. Sehingga para akademisi dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan untuk lebih memajukan bidang ilmu pengetahuan dan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.

c. Pemerintah

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan pemerintah dapat berkontribusi positif dengan memberikan kemudahan perijinan pembangunan hotel di Kota Bandung.


(21)

70 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan pembahasan tentang “Pengaruh Jumlah Wisatawan, Jumlah Hotel, Terhadap Penerimaan Pajak Hotel ”, maka penulis dalam bab ini akan memberikan kesimpulan dan memberikan saran berdasarkan atas uraian yang telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya. Adapun kesimpulan yang dapat penulis berikan adalah:

1. Terdapat pengaruh jumlah wisatawan terhadap penerimaan pajak hotel namun dengan hasil yang tidak signifikan, yaitu sebesar 1,91%. Hal ini dimungkinkan karena wisatawan yang datang dan berkunjung ke Kota Bandung lebih memilih untuk tidak menginap atau jika menginap, para wisatawan lebih memilih untuk menginap di rumah kerabat/sahabat mereka yang berada di wilayah Bandung dan sekitarnya dibandingkan menginap di hotel.

2. Terdapat pengaruh jumlah hotel terhadap penerimaan pajak hotel dengan hasil yang signifikan, yaitu sebesar 97,9%.

3. Terdapat pengaruh jumlah wisatawan dan jumlah hotel terhadap penerimaan pajak hotel dengan persentase 99,8%. Sedangkan sisanya sebesar 0,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diamati di dalam penelitian ini.


(22)

BAB V Kesimpulan dan Saran 71

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu sebagai berikut: 1. Bagi pelaku bisnis di bidang perhotelan

Pelaku bisnis di bidang perhotelan disarankan agar dapat memberikan pelayanan yang prima kepada pengunjung hotel, memberikan fasilitas maksimal yang dapat diberikan kepada pelanggan agar pelanggan merasa puas dan tidak ragu untuk datang kembali. Dengan demikian, maka pelaku bisnis di bidang perhotelan juga dapat berkontribusi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui pajak hotel yang diberikan kepada pemerintah.

2. Bagi pemerintah

Saran yang dapat diberikan kepada pemerintah Kota Bandung adalah agar pemerintah dapat mendorong penambahan jumlah hotel di Kota Bandung, salah satu caranya yaitu dengan memberikan kemudahan perijinan pendirian hotel. Karena dengan adanya penambahan jumlah hotel maka akan mengakibatkan peningkatan pajak hotel, dan tentunya hal ini akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

3. Bagi para peneliti selanjutnya

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Jumlah Wisatawan, Jumlah Hotel, Terhadap Penerimaan Pajak Hotel” yang penulis lakukan memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya adalah:

1. Keterbatasan Data

Data penelitian yang penulis dapatkan tidaklah sempurna. Data mengenai jumlah hotel dengan klasifikasi “lain-lain” tidak penulis dapatkan di sumber data. Sehingga untuk mengimbangi dengan data realisasi penerimaan pajak


(23)

BAB V Kesimpulan dan Saran 72

Universitas Kristen Maranatha hotel, penulis melakukan pengurangan data realisasi penerimaan pajak hotel pada bagian klasifikasi “lain-lain”.

2. Keterbatasan Waktu dan Biaya

Keterbatasan lain yang dialami penulis dalam penelitian ini adalah terbatasnya waktu dan biaya sehingga mengakibatkan range penelitian hanya terbatas pada periode tertentu (selama delapan tahun).

Berdasarkan hal tersebut, penulis memberikan saran kepada para peneliti selanjutnya agar keterbatasan yang penulis alami dalam penelitian ini dapat diminimalisir atau bahkan sedemikian mungkin dihilangkan.


(24)

73

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Harianti, Asni, dkk. (2012). Statistika 1. Edisi pertama. Yogyakarta: ANDI. Hartono, Jogiyanto. (2011). Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi pertama.

Yogyakarta: BPFE.

Hartono, Jogiyanto. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis: salah kaprah dan pengalaman-pengalaman. Yogyakarta: BPFE.

Ilyas, Wirawan B. dan Richard Burton. (2010). Hukum Pajak. Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat.

Irianto, Edi Slamet. (2009). Pajak Negara Demokrasi dan Konsep Implementasinya di Indonesia. Edisi Pertama – Cetakan Kesatu. Yogyakarta: Laksbang Mediatama.

Mardiasmo. (2011). Perpajakan Edisi Revisi 2011. Edisi Ketujuh belas. Yogyakarya: ANDI.

Priantara, Diaz. (2012). Perpajakan Indonesia: Pembahasan Lengkap dan Terkini disertai CD Praktikum. Edisi kedua. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Pudyatmoko, Sri Y. (2008). Pengantar Hukum Pajak. Edisi Keempat. Yogyakarya: ANDI.

Resmi, Siti. (2013). Perpajakan – Teori dan Kasus. Edisi Ketujuh. Jakarta: Salemba Empat.

Sari, Diana. (2013). Konsep Dasar Perpajakan. Cetakan Kesatu. Bandung: PT Refika Aditama.

Siahaan, Pahala Marihot. (2010). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah: Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Edisi Revisi-cetakan ketiga. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Silalahi, Ulber. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.


(25)

74

Universitas Kristen Maranatha Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sulianto. (2009). Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: ANDI.

Suparmoko. (2002). Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Sunjoyo, dkk. (2013). Aplikasi SPSS Untuk Smart Riset: Program IBM SPSS 21.0. Cetakan kedua. Bandung: Alfabeta.

Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. (2002). Buku 1 Perpajakan Indonesia: Pembahasan sesuai dengan Ketentuan Pelaksanaan Perundang-undangan Perpajakan Terbaru. Jakarta: Salemba Empat.

Widyaningsih, Aristanti. (2013). Hukum Pajak dan Perpajakan: Dengan Pendekata Mind Map. Bandung: Alfabeta.

__________. (2013). Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Bandung.

__________. (2012). Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Bandung.

__________. (2011). Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Bandung.

__________. (2010). Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Bandung.

__________. (2009). Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Bandung.

__________. (2008). Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Bandung.

__________. (2007). Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Bandung.

__________. (2006). Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Bandung.

__________. (2005). Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Bandung.

__________. (2012). Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Tahun 2012. Bandung: Pemerintah Kota Bandung, Dinas Pendapatan Daerah.


(26)

75

Universitas Kristen Maranatha __________. (2011). Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung

Tahun 2011. Bandung: Pemerintah Kota Bandung, Dinas Pendapatan Daerah. __________. (2010). Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung

Tahun 2010. Bandung: Pemerintah Kota Bandung, Dinas Pendapatan Daerah. __________. (2009). Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung

Tahun 2009. Bandung: Pemerintah Kota Bandung, Dinas Pendapatan Daerah. __________. (2008). Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung

Tahun 2008. Bandung: Pemerintah Kota Bandung, Dinas Pendapatan Daerah. __________. (2007). Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung

Tahun 2007. Bandung: Pemerintah Kota Bandung, Dinas Pendapatan Daerah. __________. (2006). Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung

Tahun 2006. Bandung: Pemerintah Kota Bandung, Dinas Pendapatan Daerah. __________. (2005). Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung

Tahun 2005. Bandung: Pemerintah Kota Bandung, Dinas Pendapatan Daerah.

Jurnal, Skripsi, dan Lain-lain

Adam, Aldo. (2013). Hubungan jumlah wisatawan, jumlah hotel, terhadap

penerimaan pajak hotel. Jurnal EMBA Vol. 1 No. 3 Juni 2013, hal. 664-672. Alliandi, Vidya Dwi Anggitasari. (2013). Pengaruh Jumlah Wisatawan, Jumlah

Hotel, dan Tingkat Hunian Hotel Terhadap Penerimaan Pajak Hotel (Studi Kasus Pada Kota Yogyakarta). Fakultas Ekonomi, jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Universitas Diponegoro, Semarang.

Purnamasari, Rita. (2013). Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Pajak Hiburan, Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Tahun 2005-2012. Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Pendidikan Akuntansi. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

__________. (2011). Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Bandung.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan pembahasan tentang “Pengaruh Jumlah Wisatawan, Jumlah Hotel, Terhadap Penerimaan Pajak Hotel ”, maka penulis dalam bab ini akan memberikan kesimpulan dan memberikan saran berdasarkan atas uraian yang telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya. Adapun kesimpulan yang dapat penulis berikan adalah:

1. Terdapat pengaruh jumlah wisatawan terhadap penerimaan pajak hotel namun dengan hasil yang tidak signifikan, yaitu sebesar 1,91%. Hal ini dimungkinkan karena wisatawan yang datang dan berkunjung ke Kota Bandung lebih memilih untuk tidak menginap atau jika menginap, para wisatawan lebih memilih untuk menginap di rumah kerabat/sahabat mereka yang berada di wilayah Bandung dan sekitarnya dibandingkan menginap di hotel.

2. Terdapat pengaruh jumlah hotel terhadap penerimaan pajak hotel dengan hasil yang signifikan, yaitu sebesar 97,9%.

3. Terdapat pengaruh jumlah wisatawan dan jumlah hotel terhadap penerimaan pajak hotel dengan persentase 99,8%. Sedangkan sisanya sebesar 0,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diamati di dalam penelitian ini.


(2)

BAB V Kesimpulan dan Saran 71

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu sebagai berikut: 1. Bagi pelaku bisnis di bidang perhotelan

Pelaku bisnis di bidang perhotelan disarankan agar dapat memberikan pelayanan yang prima kepada pengunjung hotel, memberikan fasilitas maksimal yang dapat diberikan kepada pelanggan agar pelanggan merasa puas dan tidak ragu untuk datang kembali. Dengan demikian, maka pelaku bisnis di bidang perhotelan juga dapat berkontribusi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui pajak hotel yang diberikan kepada pemerintah.

2. Bagi pemerintah

Saran yang dapat diberikan kepada pemerintah Kota Bandung adalah agar pemerintah dapat mendorong penambahan jumlah hotel di Kota Bandung, salah satu caranya yaitu dengan memberikan kemudahan perijinan pendirian hotel. Karena dengan adanya penambahan jumlah hotel maka akan mengakibatkan peningkatan pajak hotel, dan tentunya hal ini akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

3. Bagi para peneliti selanjutnya

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Jumlah Wisatawan, Jumlah Hotel, Terhadap Penerimaan Pajak Hotel” yang penulis lakukan memiliki beberapa keterbatasan,

diantaranya adalah: 1. Keterbatasan Data

Data penelitian yang penulis dapatkan tidaklah sempurna. Data mengenai

jumlah hotel dengan klasifikasi “lain-lain” tidak penulis dapatkan di sumber data. Sehingga untuk mengimbangi dengan data realisasi penerimaan pajak


(3)

BAB V Kesimpulan dan Saran 72

hotel, penulis melakukan pengurangan data realisasi penerimaan pajak hotel

pada bagian klasifikasi “lain-lain”. 2. Keterbatasan Waktu dan Biaya

Keterbatasan lain yang dialami penulis dalam penelitian ini adalah terbatasnya waktu dan biaya sehingga mengakibatkan range penelitian hanya terbatas pada periode tertentu (selama delapan tahun).

Berdasarkan hal tersebut, penulis memberikan saran kepada para peneliti selanjutnya agar keterbatasan yang penulis alami dalam penelitian ini dapat diminimalisir atau bahkan sedemikian mungkin dihilangkan.


(4)

73

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Harianti, Asni, dkk. (2012). Statistika 1. Edisi pertama. Yogyakarta: ANDI. Hartono, Jogiyanto. (2011). Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi pertama.

Yogyakarta: BPFE.

Hartono, Jogiyanto. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis: salah kaprah dan pengalaman-pengalaman. Yogyakarta: BPFE.

Ilyas, Wirawan B. dan Richard Burton. (2010). Hukum Pajak. Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat.

Irianto, Edi Slamet. (2009). Pajak Negara Demokrasi dan Konsep Implementasinya di Indonesia. Edisi Pertama – Cetakan Kesatu. Yogyakarta: Laksbang Mediatama.

Mardiasmo. (2011). Perpajakan Edisi Revisi 2011. Edisi Ketujuh belas. Yogyakarya: ANDI.

Priantara, Diaz. (2012). Perpajakan Indonesia: Pembahasan Lengkap dan Terkini disertai CD Praktikum. Edisi kedua. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Pudyatmoko, Sri Y. (2008). Pengantar Hukum Pajak. Edisi Keempat. Yogyakarya: ANDI.

Resmi, Siti. (2013). Perpajakan – Teori dan Kasus. Edisi Ketujuh. Jakarta: Salemba Empat.

Sari, Diana. (2013). Konsep Dasar Perpajakan. Cetakan Kesatu. Bandung: PT Refika Aditama.

Siahaan, Pahala Marihot. (2010). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah: Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Edisi Revisi-cetakan ketiga. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Silalahi, Ulber. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.


(5)

74

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sulianto. (2009). Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: ANDI.

Suparmoko. (2002). Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Sunjoyo, dkk. (2013). Aplikasi SPSS Untuk Smart Riset: Program IBM SPSS 21.0. Cetakan kedua. Bandung: Alfabeta.

Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. (2002). Buku 1 Perpajakan Indonesia: Pembahasan sesuai dengan Ketentuan Pelaksanaan Perundang-undangan Perpajakan Terbaru. Jakarta: Salemba Empat.

Widyaningsih, Aristanti. (2013). Hukum Pajak dan Perpajakan: Dengan Pendekata Mind Map. Bandung: Alfabeta.

__________. (2013). Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Bandung.

__________. (2012). Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Bandung.

__________. (2011). Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Bandung.

__________. (2010). Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Bandung.

__________. (2009). Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Bandung.

__________. (2008). Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Bandung.

__________. (2007). Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Bandung.

__________. (2006). Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Bandung.

__________. (2005). Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Bandung.

__________. (2012). Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Tahun 2012. Bandung: Pemerintah Kota Bandung, Dinas Pendapatan Daerah.


(6)

75

__________. (2011). Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Tahun 2011. Bandung: Pemerintah Kota Bandung, Dinas Pendapatan Daerah. __________. (2010). Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung

Tahun 2010. Bandung: Pemerintah Kota Bandung, Dinas Pendapatan Daerah. __________. (2009). Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung

Tahun 2009. Bandung: Pemerintah Kota Bandung, Dinas Pendapatan Daerah. __________. (2008). Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung

Tahun 2008. Bandung: Pemerintah Kota Bandung, Dinas Pendapatan Daerah. __________. (2007). Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung

Tahun 2007. Bandung: Pemerintah Kota Bandung, Dinas Pendapatan Daerah. __________. (2006). Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung

Tahun 2006. Bandung: Pemerintah Kota Bandung, Dinas Pendapatan Daerah. __________. (2005). Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung

Tahun 2005. Bandung: Pemerintah Kota Bandung, Dinas Pendapatan Daerah.

Jurnal, Skripsi, dan Lain-lain

Adam, Aldo. (2013). Hubungan jumlah wisatawan, jumlah hotel, terhadap

penerimaan pajak hotel. Jurnal EMBA Vol. 1 No. 3 Juni 2013, hal. 664-672. Alliandi, Vidya Dwi Anggitasari. (2013). Pengaruh Jumlah Wisatawan, Jumlah

Hotel, dan Tingkat Hunian Hotel Terhadap Penerimaan Pajak Hotel (Studi Kasus Pada Kota Yogyakarta). Fakultas Ekonomi, jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Universitas Diponegoro, Semarang.

Purnamasari, Rita. (2013). Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Pajak Hiburan, Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Tahun 2005-2012. Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Pendidikan Akuntansi. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

__________. (2011). Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Bandung.