Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Produksi Film Dokumenter Sains Telanjang = Documentary Science of Nude Art Photography T1 362011019 BAB I

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian fotografi dalam buku “Dunia Dalam Bingkai” yang ditulis oleh

Ferry Darmawan, tertulis bahwa istilah fotografi pertama kali dikemukakan oleh ilmuan Inggris, Sir John Herschell pada tahun 1839. Fotografi berasal dari kata photos (sinar/cahaya) dan graphos (mencatat/melukis). Secara harafiah fotografi berarti mencatat atau melukis dengan sinar atau dengan cahaya (Darmawan, 2009: 19). Dengan kata lain kegiatan fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai objek tersebut pada media yang peka cahaya.

Begitu banyak cabang dalam seni fotografi ini diantaranya adalah landscape,

macro, portrait, still life dan sebagainya. Disamping cabang seni fotografi tersebut juga

ada Nude Art Photography, yang lebih dikenal dengan fotografi telanjang. Nude Art

Photography adalah gaya seni fotografi yang menggambarkan tubuh manusia dalam

keadaan tidak berbusana atau telanjang sebagai sebuah objek foto. Seperti pemahaman diatas Nude Art Photography mempunyai arti sebuah foto yang menampilkan model telanjang baik itu pria maupun wanita meskipun pada kenyataannya saat ini tubuh wanitalah yang sangat digemari oleh para pencipta karya seni Nude Art Photography ini, dikarenakan mereka menganggap wanita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sangat indah khususnya bagi kaum adam yang sudah pasti mengagumi sosok wanita ini, begitu juga dengan lekukan tubuh yang lebih indah di bandingkan pria (Kheyene Molekandella Boer : 2012).

Terkait dengan “ketelanjangan” ini sebenarnya sudah ada sejak dahulu, dalam


(2)

prasejarah, patung dari zaman Yunani kuno dan Roma, patung erotis sosok perempuan telanjang dari India dan Afrika, dan artefak kuno lainnya di seluruh dunia adalah

kesaksian daya tarik kuat dari tubuh telanjang atau “ketelanjangan” tersebut (Baetens

2007: 12). Potret fotografi pertama dari seorang manusia diambil pada bulan Oktober 1839 oleh Robert Cornelius dan itu adalah potret diri. Setelah potret diri menjadi layak tayang, pembelajaran akan foto telanjang mulai dibuat, dan diantaranya adalah foto gadis-gadis muda.

Seorang pelopor “Nude Art Photography” dari Perancis bernama Felix Jacques Moulin (27 Maret 1802 – 12 Desember 1875) dijebloskan ke dalam penjara pada tahun

1851, ia didakwa dan dihukum karena memiliki “benda cabul”, begitu juga rekannya

yang bernama Jules Malacrida seorang fotografer ikut dijebloskan dalam penjara karena seni Nude Art Photography ini. Setelah keluarnya Moulin dari penjara, ia kembali membuat foto bugil perempuan secara diam-diam, Moulin menunjukkan beberapa foto bugil wanita dipameran Universelle di Paris pada tahun 1855. Hasilnya karya-karya mendapat penghargaan dari kritikus seni dan menjadi pedoman bagi fotografer sesudahnya khususnya bagi pecinta seni fotografi Nude Art Photography. Selain itu ada Edward Weston dari Highland Park juga menghasilkan karya seni Nude

Art Photography yang pada akhirnya menjadi pengaruh besar pada perkembangan seni

tersebut di negaranya.1

Perihal “ketelanjangan” di Indonesia juga menjadikan suatu daya tarik bagi

para pencipta karya seni khususnya seni fotografi di Indonesia, seperti pada era penjajahan kolonial belanda di Indonesia, eksploitasi terhadap tubuh manusia sudah terekam dalam karya fotografi.

1 http://edukasi.kompasiana.com/2012/10/05/nude-photography-499270.html Diunduh pada 20-02-2015 Pukul


(3)

Gambar 1

Gadis Telanjang pada Era Kolonial Belanda Tahun 19002

Pengaruh kebijakan politik kolonial belanda yang sangat kuat, membuat seniman fotografi saat itu bekarya untuk memenuhi pretensi tertentu, terkait keperluan eksplorasi kebudayaan Indonesia oleh Belanda dan kompensasi finansial yang menjanjikan. Seiring dengan berkembangnya zaman dengan adanya sejarah foto-foto

nude,“ketelanjangan” sebelumnya yang ada di Indonesia sendiri maupun di negara lain

sebagai fotografer atau pencipta karya seni foto di Indonesia sudah tidak bisa lagi menolak dengan adanya hal tersebut khususnya cabang seni fotografi tersebut, selain itu karena memang di Indonesia perihal “ketelanjangan” ini sudah ada sejak dahulu seperti yang kita tahu wanita Bali kuno bertelanjang dada.

2 http://www.kaskus.co.id/thread/51c473b26112436c6f00000c/koleksi-foto-hitam-putih-indonesia-jaman-hindia-belanda/19 Diunduh pada 20-02-2015 Pukul 15.45WIB


(4)

Gambar 2

Girl School In Bali Tahun 19413

Sejarah-sejarah itulah yang menjadi daya tarik para fotografer pada saat ini dan menjadi pedoman mereka dalam menciptakan karya seni foto nude disamping sudah terciptanya karya foto nude sebelumnya yang sudah ada. Cabang Nude Art

Photography sudah banyak diminati atau digemari oleh banyak fotografer di Indonesia,

hanya saja mereka seakan bersembunyi dan tidak menampakan diri terkait hukum di negara kita saat ini.

Nude Art Photography di Indonesia belum sepenuhnya diterima dan nilai secara

positif oleh sebagian masyarakat yang belum paham akan seni foto ini, terutama pada

simbol “ketelanjangan”. Mereka yang belum paham selalu menganggap simbol

“ketelanjangan” selamanya adalah pornografi, mitos yang dipegang oleh masyarakat setelah terpengaruh budaya luar bahwa “ketelanjangan” adalah pornografi maupun pornoaksi, seakan mereka tidak mengingat pada sejarah Indonesia dahulu. Memang tidak bisa kita pungkiri akan hal tersebut.4 Pada seni foto Nude Art Photography yang menampilkan foto bentuk tubuh pria maupun wanita, masyarakat menganggap karya

3google.com/perempuan-bali-kuno Diunduh pada 03-02-2015 Pukul 08.23 WIB


(5)

seni foto ini adalah karya seni pornografi bukan art yang sesungguhnya. Begitu juga dengan adanya hukuman sosial yang ditimpakan masyarakat kepada sang pelaku Nude

Art Photography baik model atau fotografernya, seperti tidak punya etika, dosa dan

sebagainya. Negara kita memang belum bisa membedakan mana pornografi dan seni sesungguhnya dengan seutuhnya, perkembangan memang tercermin pada perubahan semua hal, khususnya pada Undang-Undang pornografi yang sudah diatur dan diberlakukan di negara kita.

“Undang-Undang Pornografi (sebelumnya saat masih berbentuk rancangan bernama Rancangan Undang-Undang Antipornografi dan Pornoaksi, disingkat RUU APP, dan kemudian menjadi Rancangan Undang-Undang Pornografi) adalah suatu produk hukum berbentuk undang-undang yang mengatur mengenai pornografi (dan pornoaksi pada awalnya). UU ini disahkan menjadi undang-undang dalam Sidang

Paripurna DPR pada 30 Oktober 2008. Selama pembahasannya dan

setelah diundangkan, UU ini maraknya mendapatkan penolakan dari banyak kalangan. Karena terdapat beberapa hal yang bertentangan, khususnya mengenai seni. Ambiguitas dalam beberapa pasalnya yang membuat RUU APP tersebut menuai kontroversi.

Kontroversi UU No 44 Tahun 2008 tentang Pornografi:

a. UU ini mengandung atau memuat kata-kata atau kalimat yang ambigu, tidak jelas, atau bahkan tidak bisa dirumuskan secara absolut.”


(6)

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

Pornografi adalah materi seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam

bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain melalui berbagai bentuk media komunikasi

dan/atau pertunjukan di muka umum, yang dapat membangkitkan

hasrat seksual dan/atau melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam

masyarakat. Pasal 1(1): kalimat “materi seksualitas” terlalu ambigu

dan akan memiliki banyak sekali pengertian, dan menganggap karya manusia, seperti syair dan tarian (gerak tubuh) di muka umum, sebagai pornografi. Kalimat “membangkitkan hasrat seksual atau melanggar

nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat” bersifat relatif dan berbeda

di setiap ruang, waktu, maupun latar belakang. 5

Selain itu banyak konflik yang terjadi berkaitan dengan UU pornografi beserta keambiguannya. Berkaitan dengan kalimat dalam pasal 1 “yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam

masyarakat”. Sebenarnya memang benar adanya ukuran susila bersifat relatif. Contoh konflik yang terjadi pada suatu karya seni foto telanjang bertemakan Adam dan Hawa dalam suatu pameran, yang modelnya dalam foto tersebut adalah aktor terkenal yaitu Anjasmara dan model perempuan terkenal Izabel Yahya. Menurut sang pencipta karya seni tersebut yaitu Agus dan Davi memang karya tersebut hanyalah sebuah karya seni fotografi.

5www.kompas.com/kompas-cetak/0405/31/swara/1052581.htm (“Meninjau Secara Kritis Rancangan Undang


(7)

Hasil karya seni foto Anjasmara dan Izabel Yahya tersebut dipamerkan di sebuah pameran seni CP Biennale 2005 di Museum Bank Indonesia. Agus dan Davi sang fotografer pencipta karya seni tersebut mengatakan proses pembuatan foto tersebut pada kenyataannya kedua model tersebut tidak telanjang, dalam pemotretan itu Anjasmara dan Izabel memakai pakaian dalam yang kemudian direkayasa sedemikian rupa sehingga hasil terakhirnya terlihat telanjang. Setelah direkayasa supaya terlihat telanjang, bagian-bagian tertentu dari tubuh kedua

model tersebut ditutup.6

Banyaknya pemberitaan dimedia membuat kasus ini menjadi meluas, sehingga banyak pihak-pihak yang tidak akan tinggal diam dan mengganggap ini adalah kasus pornografi sehingga harus dijerat dengan UU Pornografi. Kasus tersebut menjadi salah satu bentuk kesalahpahaman mengenai seni dan pornografi yang terjadi ditengah masyarakat Indonesia saat ini, pembentukan peraturan dalam UUD yang belum matang juga menjadi salah satu pemicu pro kontra khususnya antara seni dan pornografi.

Salah satu ikon fotografi di Indonesia adalah Darwis Triadi, seperti yang kita tahu Darwis Triadi yang memiliki nama lengkap Andreas Darwis Triadi ini sudah puluhan tahun menggeluti bidang fotografi, pria kelahiran Solo, 15 Oktober 1954 ini awalnya adalah seorang pilot. Ketika pada tahun 2002 Darwis berhasil mendirikan sebuah lembaga pendidikan fotografi yang diberi label sesuai namanya. Berlokasi di Jalan Pattimura No.2 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Darwis Triadi School of

Photography membuka kesempatan kepada siapapun yang ingin mahir menjepret

untuk mewujudkan harapannya.7 Kecintaanya pada fotografi membuat Darwis sudah banyak menghasilkan karya-karya yang spektakuler dan banyak disenangi oleh para penikmat hasil karyanya. Darwis menciptakan hasil karya seni foto dari beberapa genre

6 http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol14435/todung-anggap-gambar-anjasmara-tidak-melanggar-delik-susila Diakses pada 03-02-2015 11.45 WIB


(8)

seni foto, yang keterkaitan dengan Nude Art Photography Darwis Triadi ini juga mempunyai rasa cinta pada genre seni fotografi ini, seperti yang sudah disampaikan diatas sedikit tentang karya Darwis Triadi perihal seni Nude Art Photography. Darwis Triadi sudah terbilang sering sekali menciptakan seni fotografi ini dengan mengunggahnya disalah satu media sosial yaitu Instagram. sebagai seniman foto Darwis membuat karya-karyanya dengan sangat cermat dengan segudang ilmu dan pengalamannya didalam bidang fotografi khususnya dalam menciptakan karya seni fotografi ketelanjangan ini. Darwis memiliki beberapa akun pribadi yaitu salah satunya @Darwis_Triadi dimana di dalam akun ini hanyak berisi hasil karya fotonya yang berbeda genre dengan akun yang ia beri nama @DarwisTriadi_artphoto yang berisikan hasil dari Nude Art Photography yang ia ciptakan untuk mengapresiasikan dan mengekspresikan sebuah seni disamping kecintaannya pada seni foto. Akun tersebut saat ini mempunyai 7686 followers, angka yang cukup meyakinkan bahwa Darwis Triadi adalah seniman foto professional yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat khususnya para pecinta fotografi. Inilah hasil-hasil karya Darwis Triadi perihal seni foto telanjang.

Gambar 3

Seni Foto “Nude Photography” Karya Darwis Triadi8


(9)

Karya-karyanya yang begitu mengesankan dan mempunyai nilai seni yang begitu apiknya ia kemas dalam sebuah foto tersebut, dengan menampilkan lekuk tubuh wanita yang sangat indah dengan adanya simbol “ketelanjangan” dalam foto tersebut. Sampai pada tanggal 10 November 2013 Darwis mendapatkan suatu peringatan dari salah satu media sosial yaitu Facebook akibat cross posting dengan kata lain ketika ia mengupload hasil karyanya kedalam Instagram link Instagram tersebut secara otomatis akan muncul dalam media Facebook. Darwis men-screenshot Facebook Warning tersebut dan mengupload dalam akun Instagramnya. Akunnya tersebut telah melanggar ketentuan atau peraturan yang ada dan akunnya tersebut dianggap berisikan foto yang bernilai pornografi.9

Gambar 4

Peringatan dari Facebook akibat Cross Posting10

Merujuk pada fenomena Nude Art Photography yang menuai pro kontra di Indonesia khususnya, penulis ingin membuat suatu karya berupa film dokumenter seputar Nude Art Photography ini. Merujuk pada sejarah film dokumenter itu sendiri, dimana film dokumenter dahulu digunakan untuk propaganda karena daya audio visual

9Akun Instagram Darwis TriadiDiakses pada 04-02-2015 13.45 WIB

10


(10)

dirasa mampu menanamkan suatu ide pesan yang ampuh (Ayawaila 2008: 12). Dari pernyataan itulah penulis berharap agar pesan-pesan tersirat yang ingin disampaikan bisa tersampaikan dengan baik dan juga efektif untuk bisa melihat perspektif yang sama dengan pelakunya perihal Nude Art Photography.

Penulis dalam merancang film dokumenter ini akan didukung oleh salah satu teori yaitu teori simbol mengenai seni oleh seorang filsuf wanita bernama Sussane K. Langer yang juga akan mendukung tujuan pembuatan film dokmenter sains mengenai

Nude Art Photography dan kemudian akan diterjemahkan secara audio visual.

Sussane Knauth Langer merupakan seorang filsuf wanita kelahiran Amerika Serikat. Ia lahir pada 1895. Susanne Langer merupakan salah satu wanita pertama yang mendalami ilmu filsafat sebagai karir akademisnya. Teori Sussane K. Langer bermanfaat karena teori ini menegaskan beberapa konsep dan istilah yang biasa digunakan dalam bidang komunikasi. Dasar Pemikiran Susanne K. Langer mengenai seni, Sussane tidak melihat seni dari manfaat atau fungsinya melainkan dari apa yang terkandung dan dimiliki oleh seni itu sendiri.

Susanne K. Langer (1950) mengemukakan bahwa ”Art is the creation

of form simbolic of human feeling (Kesenian adalah penciptaan wujud-wujud yang merupakan simbol dari perasaan manusia). Apa yang disajikan oleh kesenian kepada masyarakat hanya ”ilusi” atau “bayangan” yang bukan keadaan sesungguhnya. Teori Susan K. Langer ini mengisyaratkan seni sebagai media komunikasi simbolik. Sekalipun seni dihadirkan sebagai ilusi atau bayangan, namun seni seperti itu butuh dikomunikasikan kepada masyarakat sebagai suatu

bentuk rekaan peristiwa kehidupan manusia (Acta Diurna : 2010).

Pengertian Simbol yang dimaksud Susanne bukanlah simbol-simbol dalam seni seperti Ikonographik yaitu bukan simbol yang berdasarkan konvensi atau menjadi referensi, tetapi yang memberikan pendalaman dan bahkan mengarahkan konvensi. Menurut Susanne, seni juga seperti ilmu pengetahuan. Seni membawa isi dunia emosi,


(11)

namun tidak hanya memberikan kesenangan bagi pengamatnya. Melainkan menanamkan pemahaman (konsepsi keindahan) bagi pengamat.

Jika dikaitkan dengan Nude Art Photography, yang akan dibahas oleh penulis dan akan dituangkan dalam perancangan film dokumenter sains (Ilmu Pengetahuan). Memang menurut Sussane K. Langer karya seni adalah bagian dari simbol yang makna atau pesan yang dibawanya bertujuan untuk memperkenalkan sesuatu yang belum dipahami, simbol versi Sussane K. Langer adalah simbol yang memberi pendalaman dengan kata lain Channel=Message (Media “Simbol” tersebut adalah pesannya). Dan teori inilah yang akan digunakan oleh peneliti untuk mendukung tujuan perancangan film dokumenter ilmu pengetahuan mengenai Nude Art Photography ini.

Mengenai segmentasi film dokumenter ini ditujukan para masyarakat yang memang dirasa cukup untuk mengetahui pengetahuan baru mengenai konteks yang ada dalam film dokumenter ini, dikarenakan memang sebuah pesan positif dalam film dokumenter ini perlu ditanamkan sejak awal untuk setidaknya dapat merubah mainset seseorang mengenai makna ketelanjangan, yang tidak selamanya mempunyai makna negatif. Memanglah semua kembali pada pemikiran kita masing-masing tetapi disini penulis mencoba berusaha menyampaikan informasi maupun pesan yang positif melewati film dokumenter seputar Nude Art Photography.

1.2 Rumusan Perancangan Produksi

Dengan memperhatikan isu sosial seputar Nude Photography dan banyaknya pro-kontra akan hal tersebut khususnya makna “ketelanjangan”, maka peneliti merumuskan perancangan sebagai berikut :

Bagaimana cara mengemas fakta ilmiah seputar makna “ketelanjangan” Nude


(12)

1.3 Tujuan Perancangan Produksi

Berdasarkan rumusan perancangan diatas, peneliti memiliki tujuan perancangan sebagai berikut: Memberikan pesan positif bagi masyarakat bahwa

“ketelanjangan” tidak selamanya mempunyai makna yang negatif yaitu pornografi terkhusus dalam Nude Art Photography.

1.4 Manfaat Perancangan Produksi

Manfaat yang diharapkan mampu didapat dari penelitian dan pengerjaan film dokumenter sains ini diantaranya sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangsih dalam kajian ilmu komunikasi tentang apa fungsi dari sebuah film dokumenter sains dalam penyampaian pesan edukasi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian berupa film dokumenter sains ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu edukasi bagi masyarakat yang menyaksikan hasil karya tugas akhir ini,

bahwa “ketelanjangan” tidak selamanya mempunyai makna yang negatif khususnya

dalam karya Nude Art Photography.

1.5 Pembatasan Perancangan Produksi

Tugas akhir ini berfokus pada upaya merancang film dokumenter yang berisi tentang kontroversi seni foto telanjang dalam fotografi, pemahaman sesungguhnya mengenai seni foto tersebut, beserta pemahaman dibalik seni foto telanjang dalam fotografi. Film dokumenter ini memiliki beberapa informasi penting, seperti berikut:

1) Berisi informasi tentang gambaran umum mengenai Nude Art Photography

serta historis ”ketelanjangan” itu sendiri.


(13)

3) Berisi mengenai gambaran produksi seni foto telanjang dalam fotografi serta wawancara terhadap narasumber yang akan memaparkan sudut pandangnya mengenai seni fotografi tersebut.

4) Berisi mengenai penutup serta kesimpulan yang berdasar pada pengamatan mengenai Nude Art Photography.


(14)

(1)

Karya-karyanya yang begitu mengesankan dan mempunyai nilai seni yang begitu apiknya ia kemas dalam sebuah foto tersebut, dengan menampilkan lekuk tubuh wanita yang sangat indah dengan adanya simbol “ketelanjangan” dalam foto tersebut. Sampai pada tanggal 10 November 2013 Darwis mendapatkan suatu peringatan dari salah satu media sosial yaitu Facebook akibat cross posting dengan kata lain ketika ia mengupload hasil karyanya kedalam Instagram link Instagram tersebut secara otomatis akan muncul dalam media Facebook. Darwis men-screenshot Facebook Warning tersebut dan mengupload dalam akun Instagramnya. Akunnya tersebut telah melanggar ketentuan atau peraturan yang ada dan akunnya tersebut dianggap berisikan foto yang bernilai pornografi.9

Gambar 4

Peringatan dari Facebook akibat Cross Posting10

Merujuk pada fenomena Nude Art Photography yang menuai pro kontra di Indonesia khususnya, penulis ingin membuat suatu karya berupa film dokumenter seputar Nude Art Photography ini. Merujuk pada sejarah film dokumenter itu sendiri, dimana film dokumenter dahulu digunakan untuk propaganda karena daya audio visual

9Akun Instagram Darwis TriadiDiakses pada 04-02-2015 13.45 WIB

10


(2)

dirasa mampu menanamkan suatu ide pesan yang ampuh (Ayawaila 2008: 12). Dari pernyataan itulah penulis berharap agar pesan-pesan tersirat yang ingin disampaikan bisa tersampaikan dengan baik dan juga efektif untuk bisa melihat perspektif yang sama dengan pelakunya perihal Nude Art Photography.

Penulis dalam merancang film dokumenter ini akan didukung oleh salah satu teori yaitu teori simbol mengenai seni oleh seorang filsuf wanita bernama Sussane K. Langer yang juga akan mendukung tujuan pembuatan film dokmenter sains mengenai Nude Art Photography dan kemudian akan diterjemahkan secara audio visual.

Sussane Knauth Langer merupakan seorang filsuf wanita kelahiran Amerika Serikat. Ia lahir pada 1895. Susanne Langer merupakan salah satu wanita pertama yang mendalami ilmu filsafat sebagai karir akademisnya. Teori Sussane K. Langer bermanfaat karena teori ini menegaskan beberapa konsep dan istilah yang biasa digunakan dalam bidang komunikasi. Dasar Pemikiran Susanne K. Langer mengenai seni, Sussane tidak melihat seni dari manfaat atau fungsinya melainkan dari apa yang terkandung dan dimiliki oleh seni itu sendiri.

Susanne K. Langer (1950) mengemukakan bahwa ”Art is the creation of form simbolic of human feeling (Kesenian adalah penciptaan wujud-wujud yang merupakan simbol dari perasaan manusia). Apa yang

disajikan oleh kesenian kepada masyarakat hanya ”ilusi” atau

“bayangan” yang bukan keadaan sesungguhnya. Teori Susan K.

Langer ini mengisyaratkan seni sebagai media komunikasi simbolik. Sekalipun seni dihadirkan sebagai ilusi atau bayangan, namun seni seperti itu butuh dikomunikasikan kepada masyarakat sebagai suatu bentuk rekaan peristiwa kehidupan manusia (Acta Diurna : 2010).

Pengertian Simbol yang dimaksud Susanne bukanlah simbol-simbol dalam seni seperti Ikonographik yaitu bukan simbol yang berdasarkan konvensi atau menjadi referensi, tetapi yang memberikan pendalaman dan bahkan mengarahkan konvensi. Menurut Susanne, seni juga seperti ilmu pengetahuan. Seni membawa isi dunia emosi,


(3)

namun tidak hanya memberikan kesenangan bagi pengamatnya. Melainkan menanamkan pemahaman (konsepsi keindahan) bagi pengamat.

Jika dikaitkan dengan Nude Art Photography, yang akan dibahas oleh penulis dan akan dituangkan dalam perancangan film dokumenter sains (Ilmu Pengetahuan). Memang menurut Sussane K. Langer karya seni adalah bagian dari simbol yang makna atau pesan yang dibawanya bertujuan untuk memperkenalkan sesuatu yang belum dipahami, simbol versi Sussane K. Langer adalah simbol yang memberi pendalaman dengan kata lain Channel=Message (Media “Simbol” tersebut adalah pesannya). Dan teori inilah yang akan digunakan oleh peneliti untuk mendukung tujuan perancangan film dokumenter ilmu pengetahuan mengenai Nude Art Photography ini.

Mengenai segmentasi film dokumenter ini ditujukan para masyarakat yang memang dirasa cukup untuk mengetahui pengetahuan baru mengenai konteks yang ada dalam film dokumenter ini, dikarenakan memang sebuah pesan positif dalam film dokumenter ini perlu ditanamkan sejak awal untuk setidaknya dapat merubah mainset seseorang mengenai makna ketelanjangan, yang tidak selamanya mempunyai makna negatif. Memanglah semua kembali pada pemikiran kita masing-masing tetapi disini penulis mencoba berusaha menyampaikan informasi maupun pesan yang positif melewati film dokumenter seputar Nude Art Photography.

1.2 Rumusan Perancangan Produksi

Dengan memperhatikan isu sosial seputar Nude Photography dan banyaknya pro-kontra akan hal tersebut khususnya makna “ketelanjangan”, maka peneliti merumuskan perancangan sebagai berikut :

Bagaimana cara mengemas fakta ilmiah seputar makna “ketelanjangan” Nude Art Photography dalam film dokumenter sains?


(4)

1.3 Tujuan Perancangan Produksi

Berdasarkan rumusan perancangan diatas, peneliti memiliki tujuan perancangan sebagai berikut: Memberikan pesan positif bagi masyarakat bahwa “ketelanjangan” tidak selamanya mempunyai makna yang negatif yaitu pornografi terkhusus dalam Nude Art Photography.

1.4 Manfaat Perancangan Produksi

Manfaat yang diharapkan mampu didapat dari penelitian dan pengerjaan film dokumenter sains ini diantaranya sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangsih dalam kajian ilmu komunikasi tentang apa fungsi dari sebuah film dokumenter sains dalam penyampaian pesan edukasi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian berupa film dokumenter sains ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu edukasi bagi masyarakat yang menyaksikan hasil karya tugas akhir ini, bahwa “ketelanjangan” tidak selamanya mempunyai makna yang negatif khususnya dalam karya Nude Art Photography.

1.5 Pembatasan Perancangan Produksi

Tugas akhir ini berfokus pada upaya merancang film dokumenter yang berisi tentang kontroversi seni foto telanjang dalam fotografi, pemahaman sesungguhnya mengenai seni foto tersebut, beserta pemahaman dibalik seni foto telanjang dalam fotografi. Film dokumenter ini memiliki beberapa informasi penting, seperti berikut:

1) Berisi informasi tentang gambaran umum mengenai Nude Art Photography serta historis ”ketelanjangan” itu sendiri.


(5)

3) Berisi mengenai gambaran produksi seni foto telanjang dalam fotografi serta wawancara terhadap narasumber yang akan memaparkan sudut pandangnya mengenai seni fotografi tersebut.

4) Berisi mengenai penutup serta kesimpulan yang berdasar pada pengamatan mengenai Nude Art Photography.


(6)