EKSTRAKSI MINYAK BIJI KETAPANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER MINYAK NABATI.
Disusun Oleh :
Lina Dharmawati
0831010003
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia beserta rahmat-Nya kepada kita semua, sehingga kami
diberikan kekuatan dan kelancaran dalam menyelesaikan laporan penelitian kami
yang berjudul “Ekstraksi Biji Ketapang sebagai Alternatif Sumber Minyak
Nabati”.
Adapun penyusunan penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus
ditempuh dalam kurikulum program studi S-1 Teknik Kimia dan untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik Kimia di Fakultas Teknologi Industri UPN
“Veteran” Jawa Timur, Surabaya.
Laporan penelitian yang kami dapatkan tersusun atas kerjasama dan berkat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN
“Veteran” Jawa Timur.
2.
Ibu Ir. Retno Dewati, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia UPN
“Veteran” Jawa Timur.
3.
Bapak Ir. L. Urip Widodo, MT selaku Dosen Pembimbing Penelitian.
4.
Bapak Ir. Siswanto, MS selaku Dosen penguji Penelitian.
5.
Ibu Ir. Isni Utami, MT selaku Dosen penguji Penelitian.
6.
Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan material.
7.
Seluruh teman-teman yang telah memberikan dorongan semangat dalam
pelaksanaan dan penyusunan proposal penelitian.
Akhir kata semoga laporan ini dapat memenuhi syarat akademis dan
bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan penyusun berikutnya, penyusun mengucapkan terima kasih.
Surabaya, April 2012
(3)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
... i
KATA PENGANTAR
………
ii
ABSTRAK
……….. iii
DAFTAR ISI
……… iv
BAB I PENDAHULUAN
………
1
I.1. Latar belakang ………
1
I.2. Tujuan percobaan ……… 2
I.3. Manfaat percobaan ……….
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
………..………
2
II.1. Secara Umum………..……… 3
II.1.1 Ketapang………. 3
II.1.3 Minyak Nabati……… 5
II.1.4 Minyak Biji Ketapang……… 6
II.2 Landasan Teori………. .………..… 8
II.2.1 Ekstraksi ………... 8
II.2.2 Heksana………..….……….. 11
II.3 Hipotesa……….… 12
BAB III RENCANA PENELITIAN
...……….….. 13
III.1 Bahan ……….. …….………. 13
III.2 Alat………..………...…….... 13
III.3 Peubah...………...…... 14
III. 4 Prosedur Penelitian ……...……… 14
III. 5 Metode Analisa……….…… 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
……….. 18
IV.1 Hasil ……….. 19
(4)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
……… 22
V.1 Kesimpulan ………. 22
V.2 Saran ………... 22
APPENDIKS
……….. 23
DAFTAR PUSTAKA
(5)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Gambar Ketapang……… 4
Gambar 2.2. Gambar Buah dan biji ketapang ………..… 5
Gambar 3.1. Gambar Alat Ekstraksi………...……….……… 18
(6)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Ketapang …… ……... 6
Tabel 2.2 Tabel Sifat Fisika Kimia Mnyak Biji Ketapang ... 6
Tabel 2.3 Standar Mutu Minyak Goreng ... 7
Tabel 2.4 Sifat Fisika Kimia Minyak Kelapa Sawit ... 7
(7)
ABSTRAK
Biji
Terminalia catappa L
atau ketapang merupakan salah satu sumber
minyak nabati di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengambil minyak biji
ketapang dengan proses ekstraksi dan mengetahui kualitas minyak biji ketapang
berdasarkan sifat fisika dan kimia.
Minyak diekstraksi dengan heksana menggunakan alat ekstraktor
berpengaduk sesuai dengan variasi waktu ekstraksi dan kecepatan putaran yang
telah ditentukan. Perbandingan berat biji dan volume pelarut adalah 1:18.
Hasil terbaik dari penelitian ini yaitu pada kondisi 250 rpm selama 5 jam
diperoleh minyak sebanyak 47,78%. Analisa bilangan asam diperoleh nilai 4,03
mgKOH/gram lebih rendah dibandingkan minyak zaitun. Yang menunjukkan
bahwa asam lemak bebasnya juga rendah yaitu 2,16%. Bilangan penyabunannya
72,8 mgKOH/gram lebih rendah daripada minyak lainnya dan bilangan iodium
sebesar 74,87.
Dapat disimpulkan bahwa minyak biji ketapang tidak dapat dijadikan
alternatif pengganti minyak goreng karena memiliki bilangan iod yang tinggi.
Namun minyak biji ketapang berpeluang dijadikan sebagai alternatif sumber
minyak nabati yang dapat digunakan pada bidang – bidang lainnya karena
memiliki bilangan asam dan bilangan penyabunan yang rendah.
(8)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketapang (Terminalia catappa) merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara dan umum ditemukan di wilayah Indonesia. Ketapang tumbuh alami pada pantai berpasir atau berbatu. Toleran terhadap tanah masin dan tahan terhadap percikan air laut; sangat tahan terhadap angin dan menyukai sinar matahari penuh atau naungan sedang. Mampu bertahan pada daerah-daerah tropis atau daerah-daerah dekat tropis. Di Indonesia, tumbuhan ini banyak tumbuh dan belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat.
Di lingkungan sekitar kampus Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim Surabaya, pohon ini banyak tumbuh di tepi jalan dan hanya dimanfaatkan sebagai pohon peneduh. Biji ketapangnya sendiri banyak berjatuhan dan tidak dimanfaatkan.
Biji ketapang mengandung gizi yang cukup tinggi dan kandungan minyaknya banyak mengandung asam - asam lemak yang berguna bagi manusia. Penelitian sebelumnya terhadap minyak biji ketapang menghasilkan bahwa kandungan metil ester asam lemak dalam biji ketapang berdasarkan analisis KG-SM (Kromatografi Gas-Spektofotometri) adalah metil palmitat (35,63%), metil oleat (33,49%), metil linoleat (24,49%), dan metil stearat (4,66%). Kandungan asam palmitat dalam bentuk ester yang tinggi mirip dengan kandungan asam palmitat pada minyak kelapa sawit dan minyak
(9)
wijen, sehingga biji ketapang berpeluang digunakan sebagai sumber minyak nabati.
Selain sebagai alternatif pengganti minyak nabati, saat ini juga sedang diteliti potensi minyak biji ketapang sebagai bahan baku alternatif untuk dijadikan biodiesel.
(Sumber:http://www. farmasi.ugm.ac.id/analisis-biji-ketapang-terminalia-catappa-l.2008)
1. 2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah pengambilan minyak biji ketapang dengan proses ekstraksi dan mengetahui kualitas minyak biji ketapang berdasarkan sifat fisika dan kimia.
1. 3 Manfaat Penelitian
1. Meningkatkan nilai guna dan nilai tambah secara ekonomi dari biji ketapang dengan memprosesnya menjadi minyak biji ketapang.
2. Mendapatkan bahan baku alternatif sumber minyak nabati yang kandungan asam – asam lemaknya berguna bagi manusia.
(10)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Secara Umum 2.1.1. Ketapang
Ketapang (Terminalia catappa) adalah nama sejenis pohon tepi pantai yang rindang dengan susunan taksonomi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Myrtales
Family : Combretaceae
Genus : Terminalia
Species : T. catappa
Synonyms :
- Phytolacca javanica Osbeck - Terminalia mauritiana Blanco - Terminalia moluccana Lam. - Terminalia procera Roxb.
Ketapang lekas tumbuh dan membentuk tajuk indah bertingkat-tingkat, kerap dijadikan pohon peneduh di taman-taman dan tepi jalan. Pohon besar, tingginya mencapai 40 m. Bertajuk rindang dengan cabang-cabang
(11)
yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat. Bunga-bunga berukuran kecil, terkumpul dalam bulir dekat ujung ranting, panjang 8–25 cm, hijau kuning. Bunga tak bermahkota, dengan kelopak bertaju-5, bentuk piring atau lonceng, 4–8 mm, putihatau krem. Benang sari dalam 2 lingkaran, tersusun lima-lima. Buah berbentuk bulat telur gepeng, bersegi atau bersayap sempit, hijau-kuning-merah, atau ungu kemerahan jika masak.
(http://www.wikipedia.org/wiki/ketapang)
Bentuk dari buah pohon katapang ini seperti buah almond. Besar buahnya kira-kira 4 – 5,5 cm. Buah katapang berwarna hijau tetapi ketika tua warnanya menjadi merah kecoklatan. Kulit terluar dari bijinya licin dan ditutupi oleh serat yang mengelilingi biji tersebut. Kulit biji dibagi menjadi 2, yaitu lapisan kulit luar (testa) dan lapisan kulit dalam (tegmen). Lapisan kulit luar pada biji Terminalia catappa ini keras seperti kayu. Lapisan inilah yang merupakan pelindung utama bagi bagian biji yang ada di dalamnya.
(12)
Gambar 2.2. Buah dan biji ketapang
Ketapang dari suku Combreataceae merupakan salah satu keanekaragaman hayati di Indonesia yang perlu dikaji lebih lanjut. Hegnauer (1964) menyatakan bahwa T. catappa mengandung cadangan makanan berupa asam lemak seperti, asam palmitat (29 - 39 %) dan asam strearat (4-10%) di dalam bijinya. Penelitian Agatemor dan Ukhun (2006) menerangkan bahwa biji ketapang juga mengandung berbagai jenis nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Biji ketapang mengandung fosfor dangan jumlah yang cukup signifikan (2200 μg/g berat kering), karbohidrat (78,14% berat kering) dan minyak (16,35% berat kering). Selain itu, biji ketapang juga mengadung magnesium, kalsium, besi, seng, natrium dan mangan. Vitamin A dan C juga terkandung dalam biji ketapang sehingga dapat dijadikan sebagai pelengkap nutrisi harian.
2.1.2. Minyak nabati
Minyak nabati adalah minyak yang disari atau diekstrak dari berbagai bagian tumbuhan. Minyak ini digunakan sebagai makanan, menggoreng, pelumas, bahan bakar, bahan pewangi (parfum), pengobatan, dan berbagai penggunaan industri lainnya.
(13)
2.1.3. Minyak biji ketapang
Minyak biji ketapang dihasilkan melalui proses ekstraksi dari bahan biji tanaman ketapang (Terminalia catappa) yang dapat digunakan sebagai salah satu sumber bahan baku alternatif minyak nabati. Seperti dijelaskan sedikit diawal, berdasarkan penelitian M.P. Handayani dan Subagus W (2008)berikut adalah komposisi kimia dan fisika minyak biji ketapang :
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Minyak Biji ketapang
Tabel 2.2 Sifat Fisika-Kimia Minyak Biji ketapang
Sumber: Handayani & Subagus, 2008
Asam Lemak Asam linoleat Asam oleat Asam palmitat
Terdiri dari : 24,49% 33,49% 35,63% Sifat Nilai Bilangan asam Bilangan penyabunan Bilangan iod
Indeks bias (20oC) Bobot jenis (25/ 25oC)
4,7 mgKOH/gram 68,83 mgKOH/gram
75,21 1,4648 0,898 gram/ml
(14)
Tabel 2.3 Syarat Mutu Minyak Goreng berdasarkan SNI 01-3741-2002
Tabel 2.4 Sifat Fisika Kimia Minyak Kelapa Sawit
Sifat Nilai
Bilangan asam Bilangan penyabunan Bilangan iod
Indeks bias (20oC) Asam lemak bebas
6,5 mgKOH/gram 196 – 205 mgKOH/gram
48 – 56 1,4565 – 1,4585
< 3,5%
Sumber: Ketaren, 2005
Tabel 2.5 Sifat Fisika Kimia Minyak Kelapa
Sifat Nilai
Bilangan asam Bilangan penyabunan Bilangan iod
Indeks bias (20oC) Asam lemak bebas
9,3 mgKOH/gram 248 – 265 mgKOH/gram
8,6 – 11 1,448 – 1,450
< 5%
Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 1992
Kriteria uji Persyaratan
Bau Normal Rasa Normal
Warna Muda jernih
Asam lemak bebas Max 0,3% Bilangan asam Maks 2 mgKOH/gr Bilangan penyabunan 196 - 206 mgKOH/gr Bilangan iodium 45 – 46
(15)
2.2 Landasan Teori
2.2.1. Proses Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen- komponen dalam campuran.
Ekstraksi banyak dipakai dalam pengambilan suatu zat dari bahan padat, misalnya pada pengambilan minyak dari biji-bijian hasil pertanian ataupun dari daun-daunan dan akar tinggal tanaman.
Berdasarkan bentuk campuran yang diekstrak, ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua macam,yaitu :
1. Ekstraksi Padat-cair
Dalam hal ini zat yang akan diekstrak terdapat dalam campurannya yang berbentuk padatan.
2. Ekstraksi Cair-cair
Dalam hal ini zat yang akan diekstrak terdapat dalam campurannya yang berbentuk cair.
Ekstraksi padat-cair
Ekstraksi Padat-cair adalah pengambilan suatu zat (solute) dari suatu padatan dengan menggunakan pelarut (solvent). Ekstraksi ini bisa disebut dengan leaching.(Geankoplis,1997)
(16)
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kecepatan dari ekstraksi adalah : 1. Ukuran partikel
Ukuran partikel berpengaruh terhadap kecepatan dari ekstraksi. Semakin kecil ukuran semakin luas bidang kontak sehingga semakin cepat pula ekstraksi terjadi. Ukuran partikel yang lebih kecil akan memperbesar luas permukaan kontak antara partikel dengan liquida, akibatnya akan memperbesar rate transfer material, disamping itu juga akan memperkecil jarak difusi. Tetapi ukuran partikel yang sangat halus akan membuat tidak efektif bila sirkulasi proses tidak jalan disamping itu juga akan mempersulit drainase residu.
2. Pelarut
Pelarut yang digunakan adalah pelarut yang selektif, tidak merusak bahan dan memiliki viskositas rendah. Biasanya pelarut murni yang digunakan dalam proses ini.
Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut :
Selektifitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstrak.
Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).
(17)
Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair tidak boleh (atau hanya secara sebatas) larut dalam bahan ekstrak.
Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-komponen pada bahan ekstraksi.
Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi atau rektifikasi maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat dan keduanya tidak membentuk azeotrop.
Kriteria lain
Pelarut sedapat mungkin harus memenuhi hal- hal sebagai berikut: murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun, tidak eksplosif jika bercampur dengan udara, tidak korosif, tidak menyebabkan terbentuknya emulsi, memiliki viskositas yang rendah dan stabil secara kimia dan termis.
3. Temperatur
Kelarutan solute akan bertambah dengan naiknya temperatur, sehingga kecepatan ekstraksi akan meningkat pula. Akan tetapi kenaikan temperatur ini ada batasannya karena setiap solvent memiliki titik didih yang berbeda
(18)
4. Pengadukan
Pengadukan pada solvent sangat penting karena akan meningkatkan diffusi solvent ke solid sehingga mempercepat ekstraksi. Secara umum pengadukan bertujuan untuk mendistribusikan suhu agar merata dan mempercepat kontak solute dengan solvent. Selain itu juga pengadukan bertujuan untuk mengurangi pengendapan.
5. Kecepatan perpindahan massa
Pada ekstraksi padat-cair, perpindahan massa solute dari dalam padatan ke cairan melalui dua tahap proses, yaitu diffusi dari dalam padatan ke permukaan padatan dan perpindahan massa dari permukaan padatan ke cairan.
Bila ukuran padatan relatif kecil, maka diffusi dari dalam padatan ke permukaan padatan berlangsung cepat, sehingga kecepatan ekstraksi ditentukan oleh kecepatan perpindahan massa dari permukaan padatan ke permukaan cairan.
2.2.2. Heksana
Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3).
Awalan heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang
(19)
menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Seluruh isomer heksana amat tidak reaktif, dan sering digunakan sebagai pelarut organik yang inert. Heksana juga umum terdapat pada bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil. Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air.
Heksana memiliki massa jenis 0.655 g/ml dan titik didih yang rendah yaitu 65 - 70ºC sehingga baik digunakan sebagai pelarut karena mempunyai sifat stabil. (Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/heksana)
Pada proses ekstraksi ini digunakan pelarut heksana didasarkan atas beberapa hal, yaitu:
a. Harga heksana relatif lebih murah dibandingkan solvent lainnya. b. Mempunyai kemampuan membunuh bakteri.
c. Recovery solventnya lebih sederhana. d. Faktor kimianya tidak bersifat korosif.
e. Minyak yang diperoleh mempunyai mutu yang baik.
(Smallwood, 1988)
2.3 Hipotesis
Pengambilan minyak nabati pada biji ketapang dengan metode ekstraksi menggunakan ekstraktor berpengaduk dipengaruhi oleh waktu ekstraksi dan kecepatan pengadukan sehingga didapatkan minyak nabati (ekstrak) yang maksimal.
(20)
BAB III
RENCANA PENELITIAN
3.1 Bahan yang Digunakan
Penelitian ini menggunakan bahan baku biji ketapang (Terminalia catappa) berasal dari pohon ketapang yang hidup di sekitar halaman kampus UPN “Veteran“ Jatim. Heksana (CH3(CH2)4CH3) dibeli dari toko Tidar Kimia Surabaya
(ρ = 0.66 kg/liter ; Titik didih = 69 0C ; BM = 86,17 gr/grmol).
3.2 Alat yang digunakan
Peralatan yang digunakan dirangkai sedemikian rupa (seperti terlihat pada gambar):
Keterangan :
1. Motor pengaduk 2. Kondensor 3. Labu leher tiga 4. Kompor listrik 5. Thermometer
(21)
3.3 Peubah
Variabel yang ditetapkan :
a. Berat sampel : Volume Pelarut = 1 :18 (Prawiropoetro, 1996)
b. Suhu operasi : 69°C
c. Diameter partikel : 60 mesh Variabel yang dijalankan :
a. Waktu proses (jam) : 2, 3, 4, 5 dan 6
b. Kecepatan pengadukan (rpm): 100, 150,200, 250 dan 300
3.4Prosedur Penelitian
Buah ketapang yang telah terkumpul dikupas kulit luarnya untuk diambil bijinya. Sampel biji lalu dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 800C selama 6 jam untuk menghilangkan kadar air dan supaya biji tidak busuk. Biji yang telah kering kemudian dihaluskan.
Biji yang telah halus dimasukkan ke dalam rangkaian alat ekstraksi sesuai dengan variabel yang telah ditentukan kemudian masukkan heksana. Jalankan proses ekstraksi sesuai variasi waktu proses (jam) dan kecepatan putaran (rpm).
Setelah proses ekstraksi selesai, kemudian hasil ekstraksi disaring. Campuran minyak dan hexana dipisahkan dengan menggunakan alat destilasi. Suhu diatur pada suhu 69°C. Heksana yang teruapkan ditampung pada labu erlenmeyer. Proses ini berlangsung hingga seluruh heksana teruapkan.
(22)
Minyak yang telah terpisahkan dari heksana kemudian diangin-anginkan untuk menghilangkan heksana yang masih tersisa.
3.5Analisa
Angka Asam
Didefiniskan sebagai jumlah KOH (mg) yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram zat. Bilangan asam ini menunjukan banyaknya asam lemak bebas dalam suatu lemak atau minyak. Penentuannya dilakukan dengan cara titrasi menggunakan KOH-alkohol dengan ditambahkan indikator pp.
Angka Penyabunan
Didefiniskan sebagai jumlah KOH (mg) yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas dan asam lemak hasil hidrolisis dalam 1 gram zat. Besarnya bilangan penyabunan bergantung dari massa molekul minyak, semakin besar massa molekul semakin kecil bilangan penyabunannya.
Angka Iodium
Didefinisikan sebagai jumlah Iodium (mg) yang diserap oleh 100 g sampel. Bilangan iod ini menunjukan banyaknya asam-asam lemak tak jenuh baik dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk ester-nya disebabkan sifat asam lemak tak jenuh yang sangat mudah menyerap iodium.
(23)
Asam lemak bebas
Prosedur analisa penentuan asam lemak bebas pada dasarnya hampir sama dengan analisa penentuan bilanggan asam atau angka asam. Seperti diketahui, analisa bilangan asam betujuan untuk mengukur kadar asam lemak bebas dalam suatu bahan pangan dengan melihat jumlah KOH yang digunakan.
(24)
Skema Penelitian
Biji ketapang
oven selama 6 jam T:100°C
Kecepatan putaran (rpm):100,150, 200,250,300
Waktu proses: 2,3,4,5,6 jam
Campuran : minyak, pengotor, dan pelarut
Minyak biji ketapang Analisa Pengeringan
Dihaluskan
Ekstraksi
Destilasi (T: 69°C)
Dikering-anginkan Penyaringan
(25)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Kecepatan Berat minyak % minyak Waktu
(jam) putaran (rpm) yg terambil (gr) terambil
100 2.657 26.57
150 2.823 28.23
200 3.365 33.65
250 3.956 39.56
2
300 3.897 38.97
100 2.791 27.91
150 3.339 33.39
200 3.792 37.92
250 4.098 40.98
3
300 3.954 39.54
100 2.977 29.77
150 3.599 35.99
200 4.174 41.74
250 4.403 44.03
4
300 4.376 43.76
100 3.026 30.26
150 3.913 39.13
200 4.497 44.97
250 4.695 47.78
5
300 4.732 46.86
100 3.199 31.99
150 3.957 39.57
200 4.559 45.59
6
(26)
(27)
4.2 Grafik dan Pembahasan
Grafik perbandingan kecepatan putaran dengan % minyak yang terambil
Pembahasan:
Semakin cepat putaran pengadukan maka semakin banyak minyak yang terambil karena mempercepat kontak solute dengan solvent sehingga proses diffusi solvent ke solid berlangsung cepat. Kondisi ini mempercepat proses ekstraksi (mempercepat proses kelarutan minyak).
(28)
Dari penelitian kami di dapat bahwa hasil terbaik yang diperoleh dari ekstraksi minyak biji ketapang ini adalah dengan kecepatan putaran 250 rpm. Hal ini dikarenakan pada kondisi tersebut kemampuan solvent mengekstrak biji ketapang merupakan yang terbaik. Pada kondisi 300 rpm, solvent mulai jenuh dengan minyak sehingga kemampuan mengekstrak mulai menurun.
Grafik perbandingan waktu ekstraksi dengan % minyak yang terambil
Pembahasan:
Waktu ekstraksi berpengaruh terhadap banyaknya minyak yang terambil. Semakin lama waktu ekstraksi maka semakin banyak minyak yang diperoleh. Waktu terbaik dari percobaan ini adalah 5 jam. Pada percobaan selama 6 jam, minyak yang diperoleh tidak bertambah karena seluruh minyak telah terambil dengan waktu 5 jam.
(29)
Pada analisa bilangan asam didapatkan nilai 4,03 mgKOH/gram lebih rendah dibandingkan kelapa dan kelapa sawit, sehingga kualitasnya lebih baik daripada minyak kelapa dan kelapa sawit. Semakin rendah bilangan asam maka semakin rendah juga asam lemak bebas yang ada dalam minyak. Bilangan penyabunan 72,8 mgKOH/gram lebih rendah daripada minyak kelapa dan kelapa sawit. Bilangan iodium sebesar 74,87. lebih tinggi dari bilangan iod minyak kelapa dan minyak kelapa sawit. Asam lemak bebasnya 2,16% lebih rendah dari asam lemak bebas kelapa sawit dan minyak kelapa.
Berdasarkan perbandingan dengan minyak kelapa dan minyak kelapa sawit dapat disimpulkan bahwa minyak biji ketapang tidak berpeluang sebagai alternatif bahan baku pengganti minyak goreng. Walaupun bilangan asam dan penyabunan minyak biji ketapang lebih rendah dari minyak kelapa dan kelapa sawit, namun bilangan iodnya cukup tinggi sehingga tidak dapat dijadikan minyak goreng.
Bilangan iod sangat penting dalam menentukan kualitas minyak berdasarkan banyaknya ikatan rangkap dalam asam lemaknya. Semakin besar bilangan iod, maka semakin banyak ikatan rangkap yang ada dalam asam lemak suatu minyak. Sedangkan semakin banyak ikatan rangkap dalam suatu minyak, maka minyak tersebut semakin mudah rusak karena sifatnya yang mudah teroksidasi oksigen dalam udara, senyawa kimia atau proses pemanasan.
(30)
Bilangan asam dan penyabunan yang rendah dari minyak biji ketapang menjadikan minyak biji ketapang berpeluang dijadikan alternatif minyak nabati pada bidang – bidang lainnya.
(31)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pada hasil percobaan diperoleh kondisi terbaik dalam proses esktraksi minyak biji ketapang ini adalah 5 jam dengan kecepatan putaran 250 rpm menghasilkan minyak yang terambil sebanyak 47,78%.
2. Analisa bilangan asam diperoleh nilai 4,03 mgKOH/gram lebih rendah dibandingkan minyak kelapa dan kelapa sawit. Yang menunjukkan bahwa asam lemak bebasnya juga rendah yaitu 2,16%.
3. Bilangan penyabunannya 72,8 mgKOH/gram lebih rendah daripada minyak lainnya dan bilangan iodium sebesar 74,87.
4. Dari perbandingan dengan minyak kelapa sawit dan minyak kelapa dapat disimpulkan bahwa minyak biji ketapang tidak berpeluang sebagai alternatif pengganti bahan baku minyak goreng karena memiliki bilangan iod yang cukup tinggi. Namun bilangan asam dan penyabunan yang rendah dari minyak biji ketapang dapat dijadikan alternatif pengganti minyak nabati pada bidang – bidang lainnya.
(32)
Diharapkan pada penelitian selanjutnya sebelum diekstraksi lebih baik dilakukan hidrolisis biji ketapang terlebih dahulu sehingga kadar minyak yang diambil dapat lebih banyak.
(33)
Almond (Terminalia catappa L.), Pakistan Journal of Nutrition 5 (4) : 334 –
336.
Balogun, A. M. dan Fetuga, B. L., 1985, Fatty Acid Composition of Seed Oils of
Some Membes of the Meliaceae and Combretaceae Families.
Buku Petunjuk Praktikum Kimia Organik, 2009, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jatim: Surabaya
Geankoplis.1997.”Transport Process and Unit Operation”.Second edition:hal
723-724, Ohio State University: New York
Heyne. K, 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia III hal 1448-1451, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan: Jakarta
Ketaren.S, 2005, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Universitas
Indonesia: Jakarta
Treybal Robert.E,1981, Mass Transfer Operations, International Edition hal
717-727, Mc Graw Hill Book Company: Singapore
http://www.farmasi.ugm.ac.id/analisis-
biji
-
ketapang
-terminalia-catappa-l.2008
http://www.wikipedia.org/wiki/ketapang
http//www.jombangan.com/link/karya-ilmiah-selai-biji ketapang
http://www.wikipedia.org/wiki/ketapang
http://www. firmanjaya.files.wordpress.com
/2008/10/minyak-kedelai.doc
http://www.kinanthidiah.multiply.com/journal
(34)
APPENDIKS
1.
Pembuatan Larutan HCl 0,5N
Mengambil HCl pekat sebanyak 41,45 ml kedalam labu takar kemudian
ditambahkan aquadest hingga 1 L. Larutan dikocok hingga homogen.
Perhitungan:
Kadar HCl pekat : 37%
Densitas HCl : 1,19 gr/ml
BM HCl : 36,5 gr/mol
Kebutuhan HCl pekat:
= 41,45 ml
2.
Pembuatan Larutan KOH 0,1N
Menimbang KOH sebanyak 5,6 gr. Kemudian larutkan hingga 1 L dengan
aquadest kedalam labu takar.
(35)
Kebutuhan KOH:
Massa KOH = 5,6 gr
3.
Pembuatan Larutan Na
2S
2O
3.5H
2O 0,1N
Menimbang Na2S2O3.5H2O
sebanyak 12,41 gr. Kemudian larutkan hingga
1 L dengan aquadest kedalam labu takar.
Perhitungan:
= 12,41 gr
(36)
Diketahui:
Vol.titrasi = 14,8 ml
Vol.blanko = 7 ml
=
72,8
mgKOH/gr
5.
Penentuan Bilangan Asam
=
4,03 mgKOH/mg
6.
Penentuan Bilangan Iodium
(37)
7.
Perhitungan %minyak terambil
= 26,57%
Untuk perhitungan pada variasi variabel yang lain dilakukan dengan cara
perhitungan yang sama
.(1)
- 25 - Proposal Penelitian
Ekstraksi Minyak Biji Ketapang Sebagai Alternatif Sumber Minyak Nabati
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JATIM
Diharapkan pada penelitian selanjutnya sebelum diekstraksi lebih baik dilakukan hidrolisis biji ketapang terlebih dahulu sehingga kadar minyak yang diambil dapat lebih banyak.
(2)
336.
Balogun, A. M. dan Fetuga, B. L., 1985, Fatty Acid Composition of Seed Oils of Some Membes of the Meliaceae and Combretaceae Families.
Buku Petunjuk Praktikum Kimia Organik, 2009, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim: Surabaya
Geankoplis.1997.”Transport Process and Unit Operation”.Second edition:hal 723-724, Ohio State University: New York
Heyne. K, 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia III hal 1448-1451, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan: Jakarta
Ketaren.S, 2005, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Universitas Indonesia: Jakarta
Treybal Robert.E,1981, Mass Transfer Operations, International Edition hal 717-727, Mc Graw Hill Book Company: Singapore
http://www.farmasi.ugm.ac.id/analisis-biji-ketapang-terminalia-catappa-l.2008 http://www.wikipedia.org/wiki/ketapang
http//www.jombangan.com/link/karya-ilmiah-selai-biji ketapang http://www.wikipedia.org/wiki/ketapang
http://www. firmanjaya.files.wordpress.com/2008/10/minyak-kedelai.doc http://www.kinanthidiah.multiply.com/journal
(3)
23 Proposal Penelit ian
Ekst raksi M inyak Biji K et apang Sebagai Alt ernat if Sumber M inyak N abat i
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JATIM
APPENDIKS
1. Pembuatan Larutan HCl 0,5N
Mengambil HCl pekat sebanyak 41,45 ml kedalam labu takar kemudian ditambahkan aquadest hingga 1 L. Larutan dikocok hingga homogen. Perhitungan:
Kadar HCl pekat : 37% Densitas HCl : 1,19 gr/ml BM HCl : 36,5 gr/mol Kebutuhan HCl pekat:
= 41,45 ml
2. Pembuatan Larutan KOH 0,1N
Menimbang KOH sebanyak 5,6 gr. Kemudian larutkan hingga 1 L dengan aquadest kedalam labu takar.
Perhitungan:
(4)
Kebutuhan KOH:
Massa KOH = 5,6 gr
3. Pembuatan Larutan Na2S2O3.5H2O 0,1N
Menimbang Na2S2O3.5H2O sebanyak 12,41 gr. Kemudian larutkan hingga 1 L dengan aquadest kedalam labu takar.
Perhitungan:
= 12,41 gr
(5)
25 Proposal Penelit ian
Ekst raksi M inyak Biji K et apang Sebagai Alt ernat if Sumber M inyak N abat i
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JATIM
Diketahui:
Vol.titrasi = 14,8 ml
Vol.blanko = 7 ml
= 72,8 mgKOH/gr
5. Penentuan Bilangan Asam
= 4,03 mgKOH/mg
6. Penentuan Bilangan Iodium
= 74,87
(6)
7. Perhitungan %minyak terambil
= 26,57%
Untuk perhitungan pada variasi variabel yang lain dilakukan dengan cara perhitungan yang sama.