PENERIMAAN MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP REPORTASE KRIMINAL (RESKRIM) DI KOMPAS TV SURABAYA (Reception Analysis Masyarakat Kota Surabaya Terhadap Reportase Kriminal (Reskrim) di Kompas Tv Surabaya).

PENERIMAAN MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP REPORTASE KRIMINAL
(RESKRIM) DI KOMPAS TV SURABAYA

(Reception Analysis Masyarakat Kota Surabaya Terhadap Reportase Kriminal (Reskrim) di
Kompas Tv Surabaya)

SKRIPSI

Oleh :
Adila Noor Hasanah
NPM : 1043010123

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2014

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


Pener imaan Masyarakat Sur abaya Ter hadap Reportase Kriminal di Kompas Tv Sur abaya
(Studi Reception Analysis Pener imaan Masyarakat Sur abaya Ter hadap Program Repor tase
Kriminal di Kompas Tv Sur abaya)”
Disusun Oleh :
ADILA NOOR HASANAH
NPM. 10 4301 0123
Telah dipertahankan dihadapkan dan diterima oleh tim penguji Skr ipsi Program Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univer sitas Pembangunan Nasional
“Veter an” J awa Timur
Pada Tanggal 17 J uli 2014
PEMBIMBING

TIM PENGUJ I
1.

Ketua

Ir . H. Didiek Tranggono, M.Si


Ir . H. Didiek Tranggono, M.Si

NIP. 19581225 199001 1001

NIP. 19581225 199001 1001
2.

Serketaris

DR. Catur Sur atnoadji, M.Si
NPT. 3 6804 94 00281
3.

Anggota

Zainal Abidin Achmad, S.Sos, M.Si, M.Ed
NPT. 373 05 99 0170 1
Mengetahui,
DEKAN


Dr a. Ec. Hj. Supar wati, M.Si
NIP. 19550718 198302 2001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang selalu dekat dengan kita karena
berkat anugerah dan kebaikanNya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian Skripsi dengan judul ”Pener imaan Masyarakat Surabaya Terhadap Reportase
Kriminal di Kompas Tv Surabaya”. Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu kewajiban
bagi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, khususnya Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam rangka memenuhi tugas akademik guna melengkapi sebagian
syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana.
Hasil penulisan Skripsi ini bukanlah kemampuan dari penulis semata, namun terwujud
karena bantuan dan bimbingan dari Bapak Ir. H. Didiek Tranggono, MSi. sebagai dosen
pembimbing.
Dalam proses penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada pihak-pihak berikut ini:
1.


Rasulullah Muhammad SAW untuk inspirasi serta tuntunan yang senantiasa mengilhami
penulis dalam rangka “perjuangan” memaknai hidup.

2.

Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim.

3.

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
UPN “Veteran” Jatim.

4.

Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran”
Jatim

5.


Drs. SyaifuddinZuhri, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN
“Veteran” Jatim.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6.

Bapak Ir. H. Didiek Tranggono, MSi. Sebagai dosen pembimbing

7.

Seluruh Dosen Program Studi Ilmu maupun Staf Karyawan FISIP hingga UPN “Veteran”
Jatim pada umumnya.

8.

Abah dan mama tercinta yang tiada hentinya mendoakan, yang selalu sabar, pemberi
semangat, memberikan didikan serta kasih sayang kepadaku. Dan kebahagiaan mereka
menjadi tujuan utamaku..


9.

Ahmad Yazid Bustami adik tersayang yang sudah membantu dan memberi semangat, serta
kedua adik Hamdani dan Annisa. Terimakasih banyak supportnya

10. Special thanks to Yunan Irham Maraya yang sudah memberikan bantuan, tenaga serta
fikirannya untuk pembuatan Skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat luar biasa yang tak sekedar memotivasi dari sebelum berlangsungnya
proses penulisan skripsi ini hingga selesainya skripsi ini, Karina Putri Ekawati dan Dea
Adelia Suryani. Teman seperjuangan dalam penyelesaian skripsi.Terimakasih sudah
menemani saya. Dan seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan. Atas keterbatasan
halaman ini, untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terimakasih.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan.Oleh sebab itu,
kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal terbaik dari skripsi ini. Besar
harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah
pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin
Surabaya, July 2014

Penulis


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………..

i

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………

ii

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………

iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………...


v

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………..

viii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………………...

ix

ABTRAKSI …………………………………………………………………………….

x

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1
1.1


Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1

1.2

Perumusan Masalah ……………………………………………... 11

1.3

Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 12

1.4

Kegunaan Penelitian ……………………………………………. 12

LANDASAN TEORI ……………………………………………………

13

2.1


Penelitian Terdahulu …………………………………………… 13

2.2

Landasan Teori ………………………………………………….

17

2.2.1 Media Televisi ………………………………………….. 17
2.2.2 Televisi Sebagai Media Massa ………………………….

22

2.2.3 Fungsi Televisi ………………………………………….

26

2.2.4 Program Siaran Televisi ………………………………..


29

2.3

Masyarakat sebagai Khalayak (Audience) ……………………..

29

2.4

Teori Analisis Resepsi (Reception Analysis Theory) …………… 32

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB III

2.5

Tayangan Berita Kriminal ……………………………………… 39

2.6

Reportase Kriminal (Reskrim) di Kompas Tv Surabaya ……….

2.7

Kerangka Berfikir ………………………………………………. 47

41

METODE PENELITIAN ……………………………………………….. 49
3.1

Jenis Penelitian ………………………………………………….. 49

3.2

Definisi Konseptual ……………………………………………... 51
3.2.1 Analisis Resepsi …………………………………………. 51
3.2.2 Reportase Kriminal (Reskrim) di Kompas Tv Surabaya … 55

3.3

Lokasi Penelitian ………………………………………………… 59

3.4

Karakteristik Informan dan Teknik Pemilihan Informan ……….

3.5

Teknik Pengumpulan Data ……………………………………… 61

3.6

Teknik Analisis Data ……………………………………………. 62

59

3.6.1 Tahapan Reception Anlysis …………………………….. 63
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………… 66
4.1

Gambaran Umum Obyek Penelitian ……………………………. 66
4.1.1 Profil Kota Surabaya ……………………………………. 66
4.1.2 Reportase Kriminal (Reskrim) di Kompas Tv Surabaya … 67

4.2

Penyajian Data …………………………………………………… 70
4.2.1 Identitas Informan ……………………………………….. 71

4.3

Analisis Data …………………………………………………….. 79
4.3.1 Pandangan Informan tentang Reportase Kriminal (Reskrim)
di Kompas TvSurabaya …………………………………. 80
4.3.2 Penerimaan Informan tentang Reskrim di Kompas Tv
Surabaya sebagai tayangan yang menarik ……………… 82

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.3.3 Penerimaan Informan tentang tayangan Reskrim
di Kompas Tv Surabaya Sebagai Tayangan Kriminal
yang Mengandung Kekerasan …………………………..

84

4.3.4 Penerimaan Informan tentang Reskrim di Kompas Tv
Surabaya Mampu Menghadirkan Realitas ……………… 86
4.4
BAB V

Analisis Resepsi (Reception Analysis) ………………………….

89

KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………….

100

5.1

Kesimpulan ……………………………………………………..

100

5.2

Saran ……………………………………………………………. 101

DAFTAR PUSTAKA ……..…………………………………………………………… 103
LAMPIRAN …….………………………………………………………………………

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

105

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gam bar 2.1

Stuart Hall’s M odel of Encoding/ Decoding ……………………………………………………….. 34

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1

Interview Guide ……………………………………………………….

105

Lampiran 2

Lampiran Wawancara …………………………………………………

107

Lampiran 3

Foto Wawancara ………………………………………………………

130

Lampiran 4

Cuplikan Tayangan ……………………………………………………

133

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI

ADILA NOOR HASANAH, PENERIMAAN MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP
REPORTASE KRIMINAL (RESKRIM ) DI KOMPAS TV SURABAYA (Reception Analysis
Masyarakat Kota Surabaya Terhadap Reportase Kriminal (Reskrim) di Kompas Tv Surabaya)
Penelitian ini adalah untuk mengetahui PENERIMAAN MASYARAKAT SURABAYA
TERHADAP REPORTASE KRIMINAL (RESKRIM ) DI KOMPAS TV SURABAYA.
Maraknya aksi kriminalitas membuat acara televisi mengenai berita kriminal semakin
banyak di televisi nasional hingga televisi lokal sekalipun. Salah satu televisi lokal yang
menayangkan program berita kriminal adalah Kompas Tv Surabaya, dengan nama acaranya
"Reportase Kriminal (Reskrim)" menyajikan secara khusus mengenai kasus-kasus kriminal yang
terjadi di Jawa Timur. Program acara Reportase Kriminal (Reskrim) di Kompas Tv Surabaya
dapat memberikan makna yang berbeda bagi masyarakat. Masyarakat yang berasal dari latar
belakang serta pengalaman yang berbeda, akan melakukan pro dan kontra bagi makna acara
Reskrim. Penelitian ini menggunakan Reception Analysis dalam menggolongkan khalayak
menjadi khlayak aktif dalam memaknai teks yang dimunculkan oleh media. Dengan
menggunakan metode penelitian Deskriptif Kualitatif, dan untuk pengumpulan data peneliti
menggunakan wawancara mendalam (In depth interview). Kesimpulan dari penelitian ini adalah,
penerimaan Khalayak Surabaya dalam mengkategorikan Reskrim sebuah acara yang menarik
informan remaja hingga dewasa memberikan resepsi dominan-hegemonik yang diharapkan
pembuat berita, dalam hal ini adalah Kompas Tv Surabaya. Khalayak yang digolongkan sebagai
Negosiasi, tiga informan dewasa yang pada awalnya membangun makna sesuai dengan encoding
teks media, kemudian melakukan pemaknaan berbeda. Dalam hal ini, informan memiliki
karakter kritis dalam memberikan pemahaman dan makna teks media, namun pada akhirnya
mereka condong ke salah satu arah untuk menerima atau menolak. Sedangkan khalayak yang
digolongkan sebagai Oposisi, satu informan yang menolak secara keseluruhan apapun yang
ditawarkan oleh Kompas Tv Surabaya. Melihat latar belakang informan ini karakternya religius
dan memiliki pendirian yang kuat.
Kata Kunci :
Deskriptif Kualitatif, Reception Analysis, Penerimaan Masyarakat Kota Surabaya terhadap
Reportase Kriminal (Reskrim) di Kompas Tv Surabaya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRACT
ADILA NOOR HASANAH, RECEPTION SURABAYA SOCIETY TO REPORTASE
KRIMINAL (RESKRIM) AT KOMPAS TV SURABAYA (Reception Analysis Surabaya
Society to Reportase Kriminal (Reskrim) at Kompas Tv Surabaya)

This research is to find out RECEPTION SURABAYA SOCIETY TO REPORTASE
KRIMINAL (RESKRIM) AT KOMPAS TV SURABAYA
The rise of criminal actions make television shows about crime news more and more in national
television even to a local television. One of the local television that broadcast the news criminal
program is Kompas Tv Surabaya, name of the program is Reportase Kriminal (Reskrim) on
Kompas Tv Surabaya which present specially package of criminal cases that occurred in East
Java. Reportase Kriminal (Reksrim) on Kompas Tv Surabaya can provide a different meaning
for the society. People who come from differents backgrounds and different experiences, will do
the pros and cons for the meaning of the program. This research uses Reception Analysis in
classifying the audience becomes active audience on the meaning of the text that is raised by the
media. By using sescriptive qualitative research methods, and for data collection, researcher used
in-depth interviews. The conclusion of this reaserch is Reception Surabaya peoples categorizing
Reskrim an exciting program from adolescents to adults informants have reception fit to
expected dominant-hegemonic news makers, in this case is the Kompas Tv Surabaya. Audiences
are classified as Negotiations, three adult informants who initially according construct meaning
with the text encoding media, then do a different meaning. In this case, the informant has
character critical in providing to understanding and meaning of media texts, but in the end they
are choose to one direction to accept or reject. While audiences were classified as Opposition,
one informant who refused to offer any teks media by Kompas Tv Surabaya. See informant's has
religius character and has a strong establishment.
Key words :
Descriptive Qualitative, Reception Analysis, Reception Surabaya society to Reportase Kriminal
(Reskrim) at Kompas Tv Surabaya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Media massa merupakan sarana untuk menyampaikan dan menerima berbagai informasi.
Media massa memiliki peran sentral dalam membentuk opini publik dari apa yang diberitakan,
baik melalui media cetak maupun media elekronik bahkan media baru. Kini manusia hidup
ditengah sesaknya informasi. Bahkan setiap hari kita disuguhi dengan beragam informasi yang
disediakan oleh media massa baik itu yang membahas masalah politik, ekonomi, sosial budaya
masyarakat, kesehatan, hingga hiburan sesuai dengan orientasi media tersebut.
Media massa benar-benar ingin menunjukkan kepada masyarakat konsumennya bahwa ia
adalah benar-benar mereplikasi dari masyarakatnya, karena itu media massa juga harus tampil
dalam bentuk kekerasan dan sadistis. Media massa harus punya wajah seram yang membuat
masyarakat merinding dan mengelus dada. Padahal secara empiris, replika media massa akan
terulang oleh konsumen medianya, yaitu masyarakat mereplikasi informasi media massa dalam
proses konstruksi-rekonstruksi. Kekerasan dan sadism media massa dapat disaksikan mulai dari
film kekerasan, film horror sampai dengan tayangan berita kriminalitas (Bungin, 2006:346)
Saat ini di dalam masyarakat muncul gejala-gejala sosial yang kurang sehat dengan
makin merebaknya tindak kriminal. Tindak kriminal terjadi setiap waktu di seluruh belahan
dunia termasuk Indonesia. Dari banyak kasus kriminal yang terjadi, ternyata mampu menyedot
perhatian masyarakat untuk menyimak berita-berita mengenai kasus tindak kriminal. Keinginan
masyarakat tersebut dapat terpenuhi dengan adanya sejumlah program berita kriminal yang di
tayangkan di stasiun-stasiun televisi swasta kita saat ini hampir di semua stasiun televisi swasta

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

diantaranya “Patroli” dan “Jejak Kasus”, “Buser” dan “SIGI”, “Sidik”, “TKP” dan “Sergap”
serta masih banyak tayangan berita kriminal lainnya dan sebagian besar diantaranya ditayangkan
setiap hari secara rutin (daily news).
Acara TV dapat disebut merefleksikan kebudayaan suatu masyarakat sehingga apa yang
terjadi di layar kaca merupakan refleksi atas apa yang terjadi di masyarakat. Apabila sekarang di
media TV yang menduduki rating tertinggi adalah tayangan-tayangan yang berisi kekerasan,
gossip, dan misteri, maka itulah gambaran masyarakat kita saat ini. Masyarakat yang suka
ngobrol keburukan orang lain, suka kekerasan dan suka hal-hal yang bersifat misteri (klenik).
Dan salah satu jenis berita yang memiliki potensi besar pelanggaran kode etik jurnalistik adalah
berita-berita kriminal dan berita mengenai konflik.
(Sumber : https://ubrawijaya.academia.edu/RACHMATKRIYANTONO/Posts) diakses pada 15
April 2014.
Sejak banyaknya program berita kriminalitas muncul, berbagai tanggapan pro dan kontra
dari berbagai kalangan pun muncul. Ada anggapan bahwa penayangan gambar dalam berita
tersebut menampilkan kekerasan sehingga dapat mempengaruhi penonton untuk mengikuti apa
yang dia lihat melalui televisi, terutama jika ditonton oleh anak-anak. Namun belum ada bukti
yang dapat dipertanggung jawabkan bahwa tayangan kriminal secara paralel juga menyebabkan
meningkatnya berita kriminal. Sementara ada juga yang beranggapan bahwa acara ini baik
karena dapat memberikan peringatan bagi masyarakat terhadap bahaya sehingga dapat berhatihati

dan

dapat

menghindarkan

diri

dari

kemungkinan

menjadi

korban

kriminal

(http://etnojurnal.blgspt.com/2010/04/tayangan-berita-kriminal-di-televisi.html)
Kejahatan di media massa sendiri terdiri dari beberapa macam, seperti (1) kekerasan
terhadap diri sendiri, seperti bunuh diri, meracuni diri sendiri, menyakiti diri sendiri. (2)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

kekerasan pada orang lain, seperti menganiaya orang lain, membentak orang lain, sampai dengan
membunuh orang lain. (3) kekerasan kolektif, seperti perkelahian massal, komplotan melakukan
kejahatan maupun sindikat perampokan. (4) kekerasan dengan skala yang lebih besar seperti
peperangan dan terorisme yang dampaknya memberi rasa ketakutan dan kengerian yang luar
biasa kepada pemirsanya (Bungin, 2006 : 346). Sehingga acara kriminal yang justru tidak
memperingatkan audiensnya agar waspada namun malahan menakut-nakuti dan pamer
kegagahan aparat atau kesadisan pelaku.
Bagi media massa elektronik, membangun emosi melalui acara seperti ini merupakan
upaya yang tidak sulit, karena dengan gambar-gambar yang menyeramkan dan sedikit komentar
yang cenderung memilukan, emosi masyarakat akan mencapai puncaknya. Semakin
menyeramkan, maka semakin ditonton oleh pemirsa, lalu dengan penuh antusias mereka
bercerita kepada orang lain, sehingga orang itu ingin terus menerus menyaksikan di televisi pula
terus menerus seperti orang itu (Bungin, 2006 : 347)
Seperti kita ketahui banyaknya tindak kejahatan yang terjadi di Surabaya cukup tinggi.
Meski mengalami penurunan pada tahun 2013 dibanding tahun sebelumnya. Seperti yang
disampaikan Kepala Kepolisian Resor Kota Surabaya Komisaris Polisi Setija Junianta dalam
hasil analisa dan dari evaluasi di Mapolrestabes Surabaya, kasus menonjol seperti Curat, Curas,
Curanmor, Pembunuhan, dan sebagainya semua menurun sekitar 12 persen jika dibandingkan
tahun lalu, yakni 1.288 kasus. Tindak pidana Curat yang pada tahun 2012 mencapai 5.169 kasus,
tahun 2013 hanya ada 4.108 kasus. Menurun hingga 20 persen. Demikian halnya Curas, tahun
2012 sebanyak 1.134 perkara menurun tinggal 979 perkara. Kasus curanmor yang sebelumnya
mencapai 4.829 kasus, tahun 2013 hanya ada 3.620 perkara.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Pada 2012 terjadi 160 peristiwa pembunuhan, dan tahun 2013 hanya ada 96 kasus.
Kemudian, kasus trafficking yang tahun lalu mencapai 764 perkara, sekarang tinggal 9 perkara
saja.

Perjudian

tahun

lalu

ada

3.500

kasus

menurun

jadi

3.375

kasus.(http://surabaya.tribunnews.com/2013/12/27/kriminalitas-di-jawa-timur-menurun) diakses
pada 13 maret 2014 8.33 WIB. Dari jumlah kasus kriminal yang mencapai angka ribuan ini, tak
lepas dari perhatian media massa untuk menyampaikannya kepada khalayak dengan cara khusus
yang berbeda di setiap masing-masing televisi.
Maraknya aksi kriminalitas tersebut membuat acara televisi mengenai berita kriminal
semakin banyak di televisi nasional hingga televisi lokal sekalipun. Salah satu televisi lokal yang
menayangkan program berita kriminal adalah Kompas Tv Surabaya, dengan nama acaranya
"Reportase Kriminal (Reskrim)", acara yang berdurasi 30 menit ini ditayangkan pada pagi hari,
untuk menyajikan berbagai peristiwa kriminal yang terjadi di Jawa Timur selama sepekan.
Acara Reportase Kriminal di Kompas TV Surabaya ditayangkan setiap hari Sabtu pukul
07.30 WIB. Sebuah acara TV lokal di Surabaya yang menayangkan program reportase khusus
mengungkap kriminalitas yang terjadi di wilayah Jawa Timur. Acara Reportase Kriminal di
Kompas TV Surabaya yang dibawakan oleh host Virgianty Kusumah, memberikan informasi
tentang tindak kecurangan dan kriminal dalam masyarakat Jawa Timur, serta tips bagaimana
masyarakat dapat terhindar dari tindak kecurangan dan kriminal yang terjadi di masyarakat
khususnya wilayah Jawa Timur.
Pada segmen pertama, ditayangkan liputan mengenai kriminalitas yang terjadi selama
sepekan di Jawa Timur. Dengan memilih berita yang sedang ramai diperbincangkan oleh mediamedia lainnya, serta memiliki nilai berita kriminal yang kuat. Tak puas dengan berita kriminal
yang sekilas menyajikan kasus kekerasan, kemudian dibuat segmen bedah kasus yang berusaha

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

mengungkap secara lengkap peristiwa-peristiwa kriminal berdasarkan tinjauan motif, latar
belakang pelaku dan korban, kronologi peristiwa, proses hukum, hingga analisis dari para ahli
terkait, kriminolog atau psikiater. Pada segemen ini, dinamakan “Reskrim In Fokus” dimana
hanya difokuskan untuk membahas satu kasus kriminal yang terjadi selama sepekan yang ramai
diperbincangkan oleh khalayak dan media-media yang ada. Pada segmen ketiga, ditayangkannya
video yang berisi tindak kejahatan yang terekam oleh kamera cctv.
Penulis melihat adanya tayangan-tayangan yang tidak sesuai dengan aturan dari KPI atau
Kode Etik Jurnalistik dalam program Reskrim ini. Pada program Reportase Kriminal (Reskrim)
dalam beberapa episode :
1. Reskrim Episode 14 Maret 2014, pada kasus kecelakaan 10 Maret 2014 yang
menewaskan seorang pria akibat mengendarai sepeda motor dalam keadaan mabuk,
diperlihatkan wajah korban di rumah sakit yang sudah tewas dan penuh luka tanpa di
sensor. Hal tersebut tentu saja melanggar peraturan Keputusan Komisi Penyiaran
Indonesia nomor 009/sk/kpi/8/2004 pasal 33 yang menyebutkan gambar luka-luka yang
diderita korban kekerasan, kecelakaan, dan bencana tidak boleh disorot secara close up
(big close up, medium close up, extreme close up); sedangkan pada tayangan ini wajah
korban kecelakaan di ambil secara medium close up.
2. Pada tayangan Reskrim Episode 14 Maret 2014 kasus pemalsuan uang yang terjadi di
Lumajang Jawa Timur pada 22 Februari 2014, wajah tersangka pada kasus tersebut
terang-terangan diperlihatkan ketika di lakukan wawancara bahkan diambil secara close
up, dan Reskrim Episode 29 Maret 2014 pada kasus pembunuhan di Jember Jawa Timur
17 januari 2014, juga diperlihatkan wajah tersangka yang sambil digotong karena kakinya
tertembak pistol polisi. Dari dua tayangan tersebut, tidak sesuai dengan Salinan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Keputusan Komisi Penyiaran Indonesia nomor 009/sk/kpi/8/2004 tentang Pedoman
Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) Komisi Penyiaran Indonesia
Pasal 11 Adil ayat 5 yang menyebutkan Dalam pemberitaan kasus kriminalitas dan
hukum, lembaga penyiaran harus menyamarkan identitas (termasuk menyamarkan wajah)
tersangka, kecuali identitas tersangka memang sudah terpublikasi dan dikenal secara luas.
3. Segmen ketiga pada program Reskrim ditayangkan adegan-adegan kekerasan yang
terambil kamera CCTV yang secara jelas diperlihatkan tanpa disensor bahkan ditambah
dengan narasi voice over yang bertujuan untuk mengompor-ngompori bahwa tindakan
kekerasan seperti memukul dan menendang, adalah baik dan lumrah. Seperti, “yaa..
pukul terus tendang! Pukul lagi jangan kasih ampun, terus, ya!” Sangat tidak sesuai
dengan Salinan Keputusan Komisi Penyiaran Indonesia nomor 009/sk/kpi/8/2004 tentang
Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) Komisi Penyiaran
Indonesia bagian Pertama Kekerasan Pasal 32 pembatasan Umum ayat 3, yang
menyebutkan bahwa Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program yang dapat
dipersepsikan sebagai mengagung-agungkan kekerasan atau menjustifikasi kekerasan
sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari.
4. Masih pada segmen tiga yang menyajikan video cctv. Pada tayangan tersbeut tidak ditulis
atau dijelaskan darimana sumber berita yang mereka tayangkan. Tidak sesuai dengan
Salinan Keputusan Komisi Penyiaran Indonesia nomor 009/sk/kpi/8/2004 tentang
Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) Komisi Penyiaran
Indonesia Pasal 10 Akurasi ayat 4 yang menyebutkan bahwa Bila lembaga penyiaran
menggunakan materi siaran yang diperoleh dari pihak lain, misalnya dari kantor berita

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

asing, lembaga penyiaran wajib menjelaskan identitas sumber materi siaran tersebut
kepada khalayak.
Meski terlihat adanya beberapa ketidak sesuaian menurut peniliti antara tayangan tersebut
dengan peraturan KPI yang ada, tetap saja menjadi peminat masyarakat Jawa Timur khususnya
Surabaya. Dapat terlihat dari rating yang tinggi tiap minggunya mencapai 5,45% (Sumber :
Kompas Tv Biro Jatim). Melihat share audience yang cukup baik itu, program ini justru hadir
setiap hari untuk menemani masyarkat Surabaya dengan menyajikan kisah-kisah sadis
pembunuhan, penjelasan-penjelasan mengenai cara pelaku melakukan kejahatannya, hingga
kegagahan polisi yang berhasil melumpuhkan penjahat.
Reportase Kriminal (Reskrim) di Kompas Tv pada dasarnya bertujuan untuk
mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada terhadap aksi kriminalitas yang bisa menimpa
siapapun termasuk dirinya dan orang-orang disekitarnya. Selain itu, Reskrim menjadi fungsi
kontrol pengawas lingkungan di Jawa Timur khususnya. Seperti dengan menyajikan bahaya
kecelakaan lalu lintas, hukuman pidana bagi pelaku, dan lain sebagainya. Namun, Reskrim
mempunyai pandangan tersendiri dalam memaknai setiap peristiwa yang terjadi, dan
mewujudkannya ke dalam teks media. Reskrim mengkonstruksi peristiwa itu sesuai dengan
idealismenya.
Dalam mengkonstruksikan sebuah realitas baru, Reskrim melakukan proses tersebut
dengan proses penyeleksian. Tentu saja ada yang dihilangkan dan ada yang ditonjolkan.
Penonjolan merupakan proses membuat informasi menjadi lebih bermakna. Realitas yang
disajikan secara menonjol atau mencolok sudah barang tentu punya peluang besar untuk
diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami realitas dan menjadi penasaran
untuk menonton Reskrim secara terus menerus.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Reskrim sendiri menyadari akan ada efek negatif yang akan terjadi jika masyarakat terus
diterpa tayangan berita aksi tindak kriminalitas yang terjadi meski sudah ada pasal pidana yang
sudah disebutkan. Dengan mengakses informasi kriminal, masyakarakat secara tidak langsung
mengetahui cara melakukan tindak kriminal. Mulai dari cara mencuri, cara bunuh diri, cara
melakukan penipuan, dan sebagainya.
Melalui bahasa yang diolah Reskrim sedemikian rupa, baik bahasa verbal (kata-kata
tertulis atau lisan) maupun bahasa non-verbal (gambar, foto, grafik, angka, dan tabel) tentu saja
untuk menarik perhatian, membangkitkan perasaan, dan menimbulkan luapan-luapan emosi yang
mendalam. Sehingga share ratting audience pun dapat mencapai target.
Rating menjadi “dewa” segala-galanya bagi industri pertelevisian. Semakin tinggi rating,
semakin besar uang yang masuk kocek. Para awak media dengan percaya diri menganggap
bahwa tayangannya digemari hanya berdasarkan hitung-hitungan rating. Meskipun hingga kini
tidak ada jaminan sebenarnya berapa yang suka dan berapa yang tidak suka. Karena, Rating akan
tinggi jika pengelola televisi mampu menyuguhkan peristiwa kriminal yang sarat kekerasan
sebagai sebuah entertainment. Masyarakat yang kesal dengan tindak kriminal yang semakin
mejadi-jadi seolah terpuaskan. (Sumber : http://bincangmedia.wordpress.com/tag/beritakriminal/) diakses pada 14 April 2014.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui penerimaan dan
pemahaman mayarakat tentang isi berita kriminalitas pada tayangan Reportase Kriminal
(Reskrim)

di Kompas TV Surabaya. Riset ini merupakan riset penerimaan masyarakat di

Surabaya tentang tayangan berita kriminalitas yang mengandung unsur kekerasan. Maka
penelitian ini mengambil judul "Penerimaan Masyarakat Surabaya Terhadap Reportase Kriminal
(Reskrim) di Kompas Tv Surabaya".

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Objek dalam penelitian ini adalah acara Reportase Kriminal (Reskrim) di Kompas Tv
Surabaya. Pada program acara Reportase Kriminal (Reskrim) menayangkan liputan-liputan
mengenai tindak kriminalitas yang terjadi namun dikemas dengan elegan dan sangat
mendetailkan informasi kriminalitas yang terjadi. Sehingga dapat menarik perhatian pemirsanya
dan membuat program tersebut ingin terus ditonton, karena terdiri dari tayangan-tayangan
kriminal mulai dari yang sangat sadis hingga kejahatan yang gagal pada kamera cctv.
Penulis memilih pemirsa yang berusia 17 tahun keatas sebagai subjek penelitian, karena
usia tersebut dianggap telah memiliki kemampuan berpikir yang lebih sempurna (kematangan
kognitif), kematangan emosional, dan sosial (Sobur, 2003 : 52-53) dan peneliti juga menitik
beratkan penelitian ini pada masyarakat di kota Surabaya, selain karena kota Surabaya
merupakan kota terbesar kedua setelah kota Jakarta, juga karena tingginya angka kriminalitas
yang terjadi. Kepala Kepolisian Resor Kota Surabaya Komisaris Polisi Setija Junianta dalam
hasil analisa dan dari evaluasi di Mapolrestabes Surabaya, kasus menonjol seperti Curat, Curas,
Curanmor, Pembunuhan, dan sebagainya yakni sebanyak 4.454 kasus pada tahun 2013.
(http://surabaya.tribunnews.com/2013/12/27/kriminalitas-di-jawa-timur-menurun)
1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Penerimaan masyarakat Surabaya terhadap
berita kriminal di program Reportase Kriminal (Reskrim) di Kompas Tv Surabaya ?”

1.3

Tujuan Penelitian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
penerimaan masyarakat Surabaya tentang berita kriminal di program Reportase Kriminal
(Reskrim) di Kompas Tv Surabaya.
1.4

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa kegunaan diantaranya :
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah refrensi perpustakaan
bagi Universitas Pembangunan Nasional terutama mengenai penelitian yang berkaitan
dengan komunikasi massa khususnya pengaruh media massa terhadap khalayak.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dugunakan bagi pemirsa untuk lebih membuka
wawasan tentang berbagai tayangan pemberitaan bertema kekerasan di televisi sehingga
tidak lagi menimbulkan sikap skeptic atau negatif terhadap lingkungan sekitar.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Penelitian Ter dahulu
Untuk menunjang penelitian, penulis mencari jurnal penelitian ilmu komunikasi yang

relevan dengan penelitian. Dengan adanya jurnal tersebut diharapkan dapat digunakan dalam
referensi penyusunan penelitian. Jurnal penelitian pertama ditulis oleh Agus Triyono, 2012,
dengan judul “Penerimaan Penggemar SNSD Terhadap Kecantikan SNSD Dalam Video
Klip Gee”. Paras cantik dan tubuh yang menarik perhatian merupakan salah satu daya tarik
tersendiri bagi para penggemar musik K-Pop. Banyak gambaran kecantikan yang muncul di
masyarakat dan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Beberapa pihak mengatakan
bahwa ccantik itu relatif bagi tiap orang tapi nyatanya secara sadar maupun tidak sadar ada
banyak kekuatan, seperti Media (Media sosial), pemerintah, produsen alat-alat kecantikan
(industri kecantikan), organisasi kecantikan, dan berbagai kontes kecantikan, yang mencoba
memberikan definisi dan pola pikir tentang apa yang disebut (perempuan) cantik. Anggapan
yang berbeda tiap individu terhadap kecantikan SNSD membuat penerimaan penggemar pun
menjadi berbeda-beda. Begitu pula media yang sering melebih-lebihkan pesona kecantikan
makin membuat anggapan terhadap kecantikan semakin meluas. Untuk itu, penelitian ini lebih
menekankan pada masalah penerimaan, maka jenis penilitian dengan strateginya yang terbaik
adalah melalui pendekatan dengan menggunakan metode deskriptif yang dilakukan dengan
observasi dan wawancara mendalam. Teori yang digunakan adalah teori reception analysis dan
konsep kecantikan. Karena akan berusaha mendalami penerimaan penggemar SNSD terhadap

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

kecantikan SNSD dalam video klip Gee. Data yang diperoleh dari empat informan melalui
wawancara mendalam, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Kecantikan dapat dilihat dari dua aspek yaitu inner beauty dan outer beauty, akan tetapi
keempat informan sebagai penggemar SNSD menjadi dominan melihat kecantikan
melalui inner beauty, meskipun mereka berempat juga tidak dapat memungkiri bahwa
kecantikan juga terlihat dari outer beauty, dimana kecantikan dari setiap personil adalah
kecantikan buatan. Kecantikan yang tidak alami itu terjadi karena adanya kecanggihan
alat kecantikan.Secara keseluruhan, elemen kecantikan elemen kecantikan inner beauty
yang ditunjukkan oleh personil SNSD di video klip Gee diakui oleh seluruh informan
memiliki daya tarik tersendiri.
2. Namun berbeda dengan kecantikan outer beauty dimana kesamaan pendapat antara IW
dan SN serta FF dan CR. Peneliti melihat perbedaan dari informan, yang menunjukkan
bahwa kecantikan outer beauty bagi perempuan sangatlah penting. Namun bagi laki-laki,
kecantikan outer beauty bukanlah hal yang utama dalam penilaian dari kecantikan itu
sendiri.
Penelitian kedua, di tulis oleh Satria Renggaditya K, 2007, dengan judul “Pener imaan
Khalayak Remaja Ter hadap Sensualitas Tubuh Perempuan Dalam Anime Fairy Tail”.
Latar belakang masalah dalam penelitian tersebut, yaitu Penayangan serial anime di Indonesia
sekarang ini sudah berkembang dengan pesat. Hal yang menarik adalah banyak serial anime
yang menampilkan fan service untuk dipertontonkan kepada anak-anak. Fan service adalah salah
satu scene dari anime yang menampilkan sensualitas yang ditujukan untuk memuaskan
keinginan khalayaknya. Di dalam penelitian ini yang membahas tentang penerimaan khalayak
remaja terhadap sensualitas tubuh perempuan yang terdapat dalam serial Anime ‘Fairy Tail’

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

menggunakan metode Reception Analysis. Hasil penelitian ini merupakan representasi suara
khalayak yang mencakup identitas sosial dan posisi subyek. Sedangkan dalam penelitian ini
membahas bagaimana keberagaman etnis yang dimiliki oleh khalayak mengkonstruksi
bagaimana pemaknaan sensualitas tubuh perempuan dalam anime Fairy Tail.
Berdasar temuan temuan tersebut, terutama tentang sensualitas tubuh perempuan dan
daya tarik fisik, dapat disimpulkan bahwa pemaknaan yang dilakukan khalayak berada pada
posisi Dominant Reading. Karena pemaknaan yang dilakukan oleh khalayak sudah sejalan
dengan makna sensualitas tubuh perempuan yang ada pada anime Fairy Tail. Media yang ada di
Indonesia sendiri sering menggambarkan perempuan cantik dan seksi dengan ciri fisik seperti
yang telah disebutkan tadi. Sehingga dapat disimpulkan juga media ikut berperan dalam
mengkonstruksi khalayak dalam melakukan negosiasi makna berkaitan dengan sensualitas tubuh
perempuan.
Pada penelitian pertama, objeknya berupa tayangan di satu jenis video klip sebuah girl
band dari Korea, yang kedua menggunakan kartun Jepang yang diambil dari berbagai serial
sebagai objeknya. Sedangkan penelitian kali ini, penulis menggunakan program acara berita
khusus kriminal yang tayang pada stasiun tv lokal Jawa Timur. Kemudian, perbedaan juga
terdapat pada fokus pembahasan yang menjadi masalah. Pada penelitian pertama, ingin
mengetahui konstruksi makna kecantikan, pada penelitian kedua membahas mengenai konstruksi
makna sensualitas. Beda dengan penelitian yang penulis lakukan kali ini difokuskan pada
tayangan berita kriminal yang didalamnya dapat terkonstruksi makna kekerasan.
Subjek yang diteliti pun menjadi pembeda antara penelitian kali ini dengan dua penelitian
sebelumnya. Pada penelitian pertama, subjeknya ialah penggemar dari girl band asal Korea
dimana proses wawancaranya pun memakai Focus Group Discussion sebagai alat pengumpulan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

datanya. Kemudian pada penelitian kedua, Remajalah yang menjadi target informannya dengan
menggunakan In-depth interview. Sedangkan bedanya pada penelitian penulis saat ini subjeknya
adalah masyarakat Kota Surabaya artinya cakupannya yang lebih luas sehingga dipilih beberapa
informan dengan sengaja yang sudah dirasa cukup untuk mewakilkan jawaban dari seluruh
masyarakat di Kota Surabaya.

2.2

Landasan Teori

2.2.1. Media Televisi
Televisi yang pada mulanya dipandang sebagai barang mainan atau sesuatu penemuan
serius atau sesuatu yang memberikan sumbangan terhadap kehidupan sosial, kemudian berperan
sebagai alat pelayanan. Pada intinya, televisi lahir dengan memanfaatkan semua media yang ada
sebelumnya. (Denis Mcquail, Mass Communication Theory, 1987).
Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat
informatif, hiburan dan pendidikan, atau bahkan bisa ketiga unsur tersebut, sebagai berikut:
1. Fungsi Penerangan/informasi, sebagai sarana yang efektif dalam menginformasikan
segala berita kepada khalayak.
2. Fungsi Pedidikan, disadari ataupun tidak televisi mempunyai pengaruh yang tidak kecil
dalam memberikan pengetahuan tambahan kepada khalayak luas mengenai berbagai hal.
3. Fungsi hiburan, tentunya suatu media yang mudah dan murah dalam upaya kita
mendapatkan hiburan karena isi dari televisi tidak seluruhnya berita.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu
peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi. (Kuswandi, 1996: 7-8). Kekuatan
dan kelemahan televisi, menurut Renald Kasali (1992) adalah:
Kekuatan Televisi:
1. Efisiensi biaya, kemampuan menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas.
2. Dampak yang kuat, televisi media audio visual.
3. Pengaruh yang kuat, televisi mempunyai kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi
persepsi khalayak sasaran.
Kelemahan Televisi:
1. Biaya yang besar, biaya absolut yang sangat ekstrem untuk memproduksi dan
menyiarkan siaran komersial.
2. Khalayak yang tidak efektif, televisi adalah media yang tidak selektif, segmentasinya
tidak tajam.
3. Kesulitan teknis, jam tayang dalam siaran televisi tidak dapat diubah.
Terlepas dari kelemahan yang dimiliki televisi, kini televisi justru menjadi media
informasi yang terus berkembang cepat. Semakin lama televisi semakin terasa sebagai bagian
dari kehidupan keluarga. Ada 2 alternatif bagi televisi dalam menyangkan suatu program acara
yaitu tayangan yang memang ditujukan untuk perubahan sikap pemirsa dan tayangan acara yang
hanya selintas memberikan hiburan tanpa bertujuan mengubah sikap pemirsa (Kuswandi, 1996:
103).
Komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dengan
komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Dalam komunikasi massa media

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

televisi, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan
banyak orang dengan organisasi yang kompleks serta pembiayaan yang besar. Dikaitkan dengan
paradigma Lasswell, secara tegas komunikasi massa media televisi memperlihatkan bahwa setiap
pesan yang disampaikan televisi mempunyai tujuan khalayak serta akan mengakibatkan efek dan
umpan balik, baik secara langsng maupun tidak langsung. Tujuan akhir dari penyampaian pesan
media televisi, bisa menghibur, mendidik, kontrol sosial, menghubungkan atau sebagai bahan
informasi (Kuswandi, 1996: 7).
TV menciptakan suasana tertentu, yaitu para pemirsanya dapat melihat sambil duduk
santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikannya. Penyampaian pesan seolah-olah langsung dari
komunikator dan komunikan. Selain itu, pendidikan masyarakat yang makin baik, juga
diharapkan sebagai penangkal masuknya unsur-unsur negatif dari media televisi (isi acara).
Melihat kenyataan banyaknya berbagai acara maka secara tidak langsung masyarakat lebih
terpropaganda dengan media televisi.
Televisi dikatakan sebagai “kotak ajaib” dunia karena penyuguhan informasinya sangat
menarik dengan menampilkan gambar, suara, warna dan kecepatan yang menjadi favorit sejak
awal penemuannya. Menurut Ardianto (2004:128-130) Beberapa faktor dan karakteristik yang
menarik dari televisi sehingga pemirsa mempunyai minat yang sangat tinggi untuk menontonnya,
yaitu :
1. Audio Visual
Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat sehingga
disebut dengan audiovisual.
2. Berpikir dalam gambar

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Pertama adalah visualisasi (vizualitation), yakni menerjemahkan kata-kata yang
mengandung

gagasan

yang

menjadi

gambar.

Kedua,

adalah

penggambaran

(picthurization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa,
sehingga kontiunitas mengandung makna tertentu.
3. Pengoprasian
Peralatan yang digunakan lebih banyak dan untuk mengoprasikan lebih rumit serta harus
dilakukan oleh orang yang terampil dan terlatih.
Tetapi pesan yang akan disampaikan melalui media televisi, memerlukan pertimbangan
sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan itu adalah sebagai berikut:
1. Pemirsa
Sesungguhnya dalam bentuk komunikasi dengan menggunakan media apapun,
komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikasinya. Namun
untuk komunikasi melalui media elektronik, khususnya televisi, faktor pemirsa perlu
mendapat perhatian lebih. Dalam hal ini komunikator harus memahami kebiasaan dan
minat pemirsa
2. Waktu
Setelah

komunikator

mengetahui

minat

pemirsa,

langkah

selanjutnya

adalah

menyesuaikan waktu penayangan dengan minat dan kebiasaan pemirsa.
3. Durasi
Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan acara.
4. Metode penyajian
Fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumnya adalah untuk menghibur,
selanjutnya adalah informasi. Tetapi tidak berarti fungsi mendidik dan membujuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

diabaikan. Fungsi nonhiburan dan noninformasi harus tetap ada karena sama pentingnya.
Dengan menggunakan metode penyajian tertentu, diharapkan fungsi mendidik dan
membujuk televisi tetap ada, namun tetap diminati pemirsa.
Kehadiran televisi begitu berarti bagi masyarakat. Televisi menjadi suatu kebutuhan
dalam ruang publik. Tayangan program acara yang beraneka ragam, mendapat perhatian dari
masyarakat. Tentunya televisi mampu menyampaikan pesan yang seolah-olah langsung antara
komunikator dengan komunikan.
Melalui televisi masyarakat menjadi tahu berbagai macam informasi. Televisi telah
mampu menembus ruang kehidupan masyarakat. Peranan televisi selain sebagai alat informasi
juga sebagai control sosial, hiburan serta media penghubung secara geografis yang akan
berpengaruh sangat besar terhadap masyarakat. Secara tidak sadar atau tidak sadar pola
kehidupan masyarakat telah berubah dan dikendalikan oleh televisi itu sendiri. Banyak jadwal
kegiatan masyarakat berubah disesuaikan dengan jadwal program acara yang mereka senangi di
televisi.
Jika dapat disimpulkan bahwa media massa televisi berperan sebagai alat informasi,
hiburan, kontrol sosial dan penghubung wilayah secara geografis. Isi pesan tayangan televisi bisa
diinterpretasikan menurut visi pemirsa serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam.
Dengan demikian, televisi sangat berperan dalam mempengaruhi mental, pola pikir khalayak
umum. Televisi karena sifatnya yang audiovisual merupakan media yang dianggap paling efektif
dalam menyebarkan nilai-nilai yang konsumtif dan permisif.
2.2.2 Televisi sebagai Media Massa
Televisi atau yang sering disebut TV merupakan salah satu media massa yang sangat
berpengaruh terhadap masyarakat. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, televisi adalah
sebuah alat penangkap siaran bergambar. Televisi berasal dari kata tele (jauh) dan vision

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

(tampak), jadi televisi berarti tampak atau dapat dilihat dari jauh. Dalam Oxford Learner’s
Dictionary menyebutkan, Television is system of sending and receiving pictures and sounds over
a distance by radio waves (televisi adalah sistem pengiriman dan penerimaan visual dan audio
dalam suatu jarak tertentu melalui gelombang radio). Secara sederhana kita dapat mendefinisikan
televisi sebagai media massa yang menampilkan siaran berupa gambar dan suara dari jarak jauh.
Sebagai media massa, televisi merupakan sarana komunikasi massa. Komunikasi massa
sendiri mempunyai definisi sederhana seperti yang dikemukakan Bittner (1980: 10) “Mass
communication is message communicated trough a mass medium to a large of
people” (komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah besar orang). Ini berarti antara televisi dan komunikasi massa yang menyangkut
khalayak banyak sangat berkaitan satu sama lain.
Secara langsung maupun tidak langsung televisi pasti memberikan pengaruh besar
terhadap perubahan kehidupan masyarakat. Massa dalam hal ini adalah masyarakat merupakan
pihak yang berperan sebagai komunikan sedangkan para insan pertelevisian berperan sebagai
komunikator yang memberikan pesan berupa informasi, hiburan, edukasi maupun pesan-pesan
lainnya. Pesan yang disampaikan melalui televisi akan sampai ke khalayak dengan cepat tetapi
tidak demikian dengan umpan balik atau feedback dari masyarakat akan sampai ke televisi
dengan tidak segera. Proses penghantaran pesan antara konunikator dan komunikan inilah yang
kita sebut sebagai arus informasi. Agar pesan bisa diterima baik oleh komunikan dalam kasus ini
yaitu masyarakat, maka diperlukan pengendalian arus informasi. Sejauh ini yang kita tangkap
dari komuikasi massa televisi, televisi lebih dominan dalam situasi komunikasinya. Televisi
cenderung persuasif dengan segala program tayangan yang makin bervariatif. Ini tidak
mengherankan karena televisi menjalankan perannya sebagai komunikator. Namun tidak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

menutup kemungkinan bahwa feedback masyarakat sebagai komunikan juga penting bagi
perkembangan informasi dan pemaketan program televisi itu sendiri. Ini terbukti dengan
maraknya saluran interaktif dalam acara-acara televi

Dokumen yang terkait

Tayangan Kriminal “Reportase Investigasi” Terhadap Tingkat Kewaspadaan Masyarakat (Studi Korelasional antara Tayangan Kriminal “Reportase Investigasi”di Trans TV terhadap Tingkat Kewaspadaan Masyarakat di Perumnas Mandala Kelurahan Kenangan Baru Meda

6 47 116

LKP : Perancangan Media Motion Graphic OBB Program TV Holiday Night di Kompas TV Surabaya.

6 46 80

LKP : Perancangan Desain Motion Graphic OBB Acara TV Movie Zone di Kompas TV Surabaya.

1 17 49

MOTIF MASYARAKAT SURABAYA MENONTON TAYANGAN “MALAM MINGGU MIKO” DI KOMPAS TV ( Studi Deskriptif Dengan Pendekatan Kuantitatif Menonton Tayangan “Malam Minggu Miko” Di Kompas TV).

0 1 103

PENERIMAAN MASYARAKAT SURABAYA TENTANG IKLAN NON PANGAN DI TELEVISI (RECEPTION ANALYSIS TENTANG PENERIMAAN MASYARAKAT).

0 1 89

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP ACARA SENTILAN SENTILUN DI METRO TV (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Acara Sentilan Sentilun di METRO TV).

0 1 82

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP ACARA SENTILAN SENTILUN DI METRO TV (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Acara Sentilan Sentilun di METRO TV)

0 0 25

MOTIF MASYARAKAT SURABAYA MENONTON TAYANGAN “MALAM MINGGU MIKO” DI KOMPAS TV ( Studi Deskriptif Dengan Pendekatan Kuantitatif Menonton Tayangan “Malam Minggu Miko” Di Kompas TV)

0 0 17

PENERIMAAN MASYARAKAT SURABAYA TENTANG IKLAN NON PANGAN DI TELEVISI (RECEPTION ANALYSIS TENTANG PENERIMAAN MASYARAKAT)

0 0 24

Proses produksi program acara berita “Kompas Jatim Petang” di kompas TV Surabaya - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 9