PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL BEING DAN HARDINESS PADA SISWA SMA PROGRAM AKSELERASI DENGAN PROGRAM Perbedaan Subjective Well Being dan Hardiness Pada Siswa SMA Program Akselerasi Dengan Program Reguler di Surakarta.
PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL BEING DAN HARDINESS PADA
SISWA SMA PROGRAM AKSELERASI DENGAN PROGRAM
REGULER DI SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Oleh:
PANJI PRASETYA
F.100110061
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL BEING DAN HARDINESS PADA
SISWA SMA PROGRAM AKSELERASI DENGAN PROGRAM
REGULER DI SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Oleh:
PANJI PRASETYA
F.100110061
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
PERBEDAAI\I SWJECTIW VELL BEING DAIY IARDINESS PAI}A
SISWA SMA PROGRAM AIGELERASI DENGAI\I PROGRAM
REGI]LERDI SURAKARTA
Ilalaman Penetuiuan
Yang Diajuk*n Oleh:
PANJI PRASETYA
F.100110061
Telah Disetujui untuk dipertahankan
di depan Dewan Penguji
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
^J,,..-
il#
Surakarta, 20 Okfober 2015
Dr. Nanik Prihartanti M.Si
lll
PERBEDAAN SUBJECTIVE VELL BEING DAI\I IARDINESS PADA
SISWA SII{A PROGRAM AIGELERASI DENGAI\I PROGRAM
REGULER DI ST]RAKARTA
Halaman Pengesahrn
YangDiajukan OIeh:
PANJI PRASETYA
x'.100110061
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada
tanggal: Oktober 2015
dan dinyatakan telah meme,nuhi syarat
ffi;t
Penguji utama
Dr. NanikPrihartanti" M.Si. P.Si
Penguji pendamping
I
Dra. Partini. M.Si
Penguji pendamping
II
Dra. Zahrotul Uvun. M.Si
Surakarte Oktober2015
ivatr Surakarta
ffi
ffi
ffi
Kq;f#
iv
PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL BEING DAN HARDINESS PADA
SISWA SMA PROGRAM AKSELERASI DENGAN PROGRAM
REGULER DI SURAKARTA
Panji Prasetya
Dr. Nanik Prihartanti, M.Si
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Panji.p_priyadi@ymail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui apakah ada perbedaan subjective
well being dan hardiness pada siswa program akselerasi dengan siswa program
regular, 2) untuk mengetahui tingkat SWB dan Hardines pada masing-masing
program. Responden pada penelitian ini adalah siswa program reguler dan siswa
program akselerasi. Penelitian ini dilakukan di SMA N 3 Surakarta. Pengambilan
sampel dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling, yaitu dengan
mengacak kelas untuk dijadikan subjek penelitian. Siswa yang dipakai sebagai
responden penelitian adalah kelas reguler XII MIPA 1, XII MIPA 2 dan kelas
akselerasi XI Aksel 1, XI aksel 3. Alat ukur dalam penelitian ini berupa skala
Kesejahteraan Subjektif dan skala Hardiness. Perhitungan analisis data pada
penelitian ini menggunakan uji t (t-test), untuk variabel subjective well being
ditunjukkan t= -1,301 dengan sig. (2-tailed) sebesar (0,197) (p>0,05) sedangkan
pada variabel hardiness ditunjukkan t= -0, 615 dengan sig. (2-tailed) sebesar
(0,348) (p>0,05). Pada variabel subjective well being Mean Empirik pada kelas
regular (ME=105,72) dan pada kelas akselerasi (ME=108,92). Pada variabel
hardiness Mean Empirik pada kelas regular (ME=133,26) dan pada kelas
akselerasi (ME=134,78). Menunjukkan bahwa ada perbedaan tetapi tidak
signifikan subjective well being dan hardiness pada siswa program reguler dan
siswa program akselerasi. Subjective well being dan hardiness siswa akselerasi
dan reguler pada kategori sedang.
Kata kunci : subjective well being, hardiness, siswa program regular, siswa
program akselerasi
v
yang maksimal bagi siswa yang
PENDAHULUAN
Pendidikan
di
memiliki
Indonesia
bakat
serta
potensi
sudah mengalami kemajuan yang
istimewa. Hal tersebut sesuai dengan
begitu
segi
Amanat UU No 20 Tahun 2003
program
tentang sistem pendidikan nasional
penunjang yang dirasa mampu untuk
pada bab IV bagian kesatu pasal 5
mendukung
peningkatan
kualitas
ayat 4 yang berbunyi: warga Negara
pendidikan.
Salah
program
yang memiliki potensi kecerdasan
pesat.
kurikulum
baik
dari
maupun
satu
pendidikan yang saat ini sedang
dan
ramai
diperbincangkan
memperoleh pendidikan khusus.
tentang
program
adalah
akselerasi
bakat
istimewa
Penyelenggaraan
atau
berhak
program
program percepatan belajar untuk
akselerasi
pendidikan dasar dan menengah.
psikologi, diantaranya pada masa
Program
transisi tiga bulan pertama, siswa
akselerasi memberikan
memberi
dampak
kesempatan bagi para siswa dalam
mengalami stress karena
percepatan belajar dari waktu enam
Pemberian materi yang begitu cepat
tahun menjadi lima tahun pada
(Zuhdi,2006). Hal tersebut sesuai
jenjang SD dan tiga tahun menjadi
dengan
dua tahun pada jenjang SMP dan
dilakukan peneliti kepada 3 orang
SMA (Nulhakim, 2008). Program
subjek yang menyebutkan bahwa
akselerasi
salah satu
siswa mengalami stress pada saat
alternatif pendidikan bagi siswa yang
awal masuk program akselerasi.
memiliki kecerdasan di atas rata-rata
Materi disampaikan secara cepat,
atau anak cerdas berbakat, yang
tugas sekolah banyak, dan ulangan
merupakan
mendadak. Bahkan ada salah seorang
merupakan
program
percepatan
hasil
siswa
waktu menjadi dua tahun dari tiga
pindah ke kelas reguler, namun
tahun
karena prosedur yang sulit membuat
masa
formal
berkeinginan
yang
belajar dalam bentuk pemadatan
pendidikan
yang
wawancara
(reguler) (Zuhdi, 2006). Tujuan dari
siswa
pengadaan program ini adalah untuk
niatnya untuk pindah ke program
memberikan pelayanan pendidikan
1
tersebut
untuk
mengurungkan
reguler dan memilih bertahan di
mengutamakan prestasi akademik,
program akselerasi..
siswa cenderung mengurangi waktu
Dilihat dari sisi materi yang
untuk
aktivitas
diberikan terdapat perbedaan antara
kesempatan
siswa
hubungan
akselerasi
dengan
siswa
lain
untuk
sosial
sehingga
melakukan
dengan
teman
reguler. Ada beberapa materi yang
sebaya menjadi berkurang. Siswa
justru
akselerasi
biasanya
akselerasi karena dianggap tidak
dalam
mengikuti
penting dan untuk mengejar waktu
ekstrakurikuler dengan alasan lelah,
pembelajaran yang singkat. Hal itu
malas, atau ingin tidur di rumah
juga diungkapkan oleh 3 siswa SMA
(Maimunah,
program
Surakarta
wawancara peneliti dengan subjek
memaparkan
berinisial LRI, juga menyebutkan
materi yang dirasa penting untuk
bahwa kebanyakan siswa akselerasi
ujian nasional maupun tes masuk
tidak
PTN dan itu pun hanya disampaikan
kegiatan di luar akademik dengan
secara singkat sehingga beberapa
alasan bahwa kegiatan tersebut akan
siswa
mereka
mengganggu kegiatan belajarnya di
yang
sekolah. Bahkan dari pihak sekolah
banyak dalam kurun waktu yang
pun secara tidak langsung melarang
singkat.
Alsa,
siswa akselerasi untuk mengikuti
&Widiana (2005) hal-hal tersebut
kegiatan di luar akademik. Sebagai
tidak
bahwa
diberikan
akselerasi
guru
hanya
mengeluh
dituntut
di
karena
memahami
Menurut
menyebabkan
di
kelas
materi
Putri,
stress
bagi
contoh
anak
kurang aktif
2009).
melibatkan
untuk
kegiatan
Dari
hasil
dirinya
kegiatan
dalam
sekolah
seharusnya
seperti class meeting siswa akselerasi
mengajar dengan penuh komitmen
tidak diperbolehkan ikut karena pada
dan dedikasi tinggi justru terkesan
saat acara tersebut agenda mereka
hanya sekedar meyelesaikan materi
adalah
tepat waktu tanpa memperhatikan
menghambat proses sosialisasi siswa
siswanya paham atau kah tidak .
di sekolah terhadap teman sebayanya
karena
peran
guru
siswa
akselerasi
aktif.
Hal
(Putri, Alsa, &Widiana, 2005).
Masalah penyesuaian sosial
biasanya
KBM
lebih
2
ini
serta evaluasi afektif dari mood dan
Siswa akselerasi yang tidak
bermain
emosi (Diener & Lucas, 1999).
dikarenakan padatnya pembelajaran
Menurut Suh, Diener, Oishi, &
disekolah
Triandis,
memiliki
waktu
untuk
ataupun
dirumah,
(2009)
subjective
well
sedangkan siswa reguler yang bebas
being
melakukan itu sesuai dengan fase
universal umat manusia dan menjadi
Program
kebutuhan yang mendesak seiring
akselerasi yang awalnya ditujukan
dengan makin kompleksnya masalah
sebagai program unggulan untuk
yang dihadapi manusia pada abad
membawa angin segar di dunia
modern ini. Istilah subjective well
pendidikan
being merupakan evaluasi individu
perkembangannya.
tetapi
malah
justru
merupakan
kebutuhan
ini
terhadap kehidupannya. Penilaian ini
sejalan dengan penelitian dari Tim
secara kognitif berupa pandangan
Psikologi
terhadap
memberatkan
siswanya.
UGM
(Puspita,
kepuasan
serta
afeksi
seperti perasaan kegembiraan atau
memiliki
beberapa
tidak
satu
program
penelitian Jersild (Darmayanti, 2012)
bahwa
akselerasi
2007)
program
menunjukkan
masalah.
Hal
Di
sisi
depresi.
mengalami
akselerasi memiliki keuntungan bagi
mengungkapkan
mereka yang memiliki kemampuan
keragaman
intelektual
menyebabkan seseorang berbahagia
lebih
karena
dapat
bahwa
Hasil
hal-hal
terdapat
yang
mempercepat masa studi. Namun di
berdasarkan
sisi
akselerasi
perkembangan usianya. Bagi remaja
memberikan dampak psikologis yang
usia 15-18 tahun, hal-hal yang dapat
kurang
mendatangkan bahagia adalah: (1)
lain,
program
baik
terhadap
siswa.
pada
dapat
Fenomena tersebut menunjukan ada
pergi
masalah dalam pengadaan program
melakukan
akselerasi.
keluarga; (2) mencapai peningkatan
Subjective
merupakan
well
evaluasi
being
rekreasi
tingkat
beramai-ramai,
kegiatan
dengan
diri, berhasil di sekolah, dan merasa
penting
seseorang
atau
berarti
tentang hidupnya, termasuk penilaian
lingkungannya;
kognitif terhadap kepuasan hidupnya
hubungan baik dengan orang lain,
3
(3)
di
memperoleh
bersahabat karib, dan mendapatkan
anak-anak dan remaja dalam
teman yang pasti; (4) melakukan
konteks
sekolah.
aktifitas pribadi yang menyenangkan,
Huebner,
ia
seperti bermain (games); dan (5)
satisfaction
merasa bermanfaat bagi orang lain
remaja ke dalam 5 domain utama
atau bagi kemanusiaan secara umum.
yaitu, family, friends, school,
Subjective well being merupakan
living environment, and, self
kebutuhan universal umat manusia,
(Huebner, E. S., 1994; Huebner,
maka tidak terkecuali di ranah
E. S., Laughlin, J. E., Ash C., &
pendidikan subjective well being juga
Gilman, R., 1998).
sangat penting.
membagi
anak-anak
life
dan
b. Komponen afektif
Komponen Subjective Well
Being
Menurut
Secara
umum
komponen
Subjective Well Being merefleksikan
menurut (Diener & Lucas,
2000) dibagi menjadi dua, yaitu:
pengalaman dasar dalam peristiwa
a. Komponen kognitif
yang
Komponen
Subjective
Well
kognitif
Being
terjadi
di
dalam
hidup
dari
seseorang. Dengan meneliti tipe-tipe
adalah
dari reaksi afektif yang ada, seorang
evaluasi terhadap kepuasan hidup,
peneliti
yang didefinisikan sebagai penilaian
seseorang mengevaluasi kondisi dan
dari
peristiwa dalam hidupnya (Diener,
hidup
terhadap
seseorang.
kepuasan
Evaluasi
hidup
dapat
hidup
1. Evaluasi
terhadap
global,
yaitu
memahami
cara
dkk, 2004).
dibagi menjadi:
1) Evaluasi
dapat
kepuasan
afek
terhadap
positif.
keberadaan
Afek
positif
merepresentasikan emosi yang
evaluasi
subjek terhadap hidupnya secara
menyenangkan,
menyeluruh (Diener, 2006).
sayang.
2) Evaluasi terhadap kepuasan pada
2. Evaluasi
seperti
terhadap
kasih
keberadaan
domain tertentu. Salah satu teori
afek
yang memabahas tentang domain
merepresentasikan
satisfaction adalah teori dari
emosi yang tidak menyenangkan,
Huebner tentang kepuasan hidup
merefleksikan
4
negatif.
Afek
negatif
mood
respon
dan
negatif
yang dialami seseorang sebagai
universal
yang
reaksinya terhadap kehidupan,
Pendekatan
ini
kesehatan,
mengidentifikasi faktor-faktor yang
keadaan,
dan
teori
yang
dua
Being,
pendekatan
digunakan
berusaha
dapat mempengaruhi Subjective Well
peristiwa yang mereka alami.
Terdapat
fundamental.
khususnya
situasional,
dalam
adalah
faktor
kejadian-kejadian
Subjective Well Being, yaitu:
eksternal, dan demografi (Diener, et
a. Bottom up theories
al., 1999).
Menurut
teori
bottom-up,
Berikut
model
Subjective
Subjective Well Being ditentukan
Well Being berdasarkan perspektif
oleh mampu tidaknya seseorang
“bottom-up”
mencari dan memenuhi kebutuhan
Faktor eksternal:
Kebudayaan
Kesehatan
Prestasi belajar
Penampilan fisik
Status sosial
ekonomi
Dukungan sosial
Kesejahteraan
Subjektif
Gambar 1
Model Subjective Well Being perspektif “bottom-up”
Mempertimbangkan
b. Top down theories
Subjective Well Being yang
jenis
kepribadian, sikap, dan cara-cara
dialami seseorang tergantung dari
yang
cara individu tersebut mengevaluasi
menginterpretasi
dan menginterpretasi suatu peristiwa
Oleh sebab itu, untuk meningkatkan
atau kejadian dalam sudut pandang
Subjective Well Being diperlukan
yang positif. Pendekatan ini
usaha yang berfokus pada mengubah
5
digunakan
suatu
untuk
peristiwa.
persepsi,
keyakinan,
dan
sifat
Berikut
Subjective
model
Well Being berdasarkan perspektif
kepribadian seseorang.
“top-down”:
Faktor internal:
Kesejahteraan
Religiusitas
Kepribadian tangguh
Subjektif
Optimisme
Harga diri
Gambar 2
Model Subjective Well Being perspektif “top-down”
Menurut
Zuhdi
Menurut
(2006)
Hadjam
penyelenggaraan program akselerasi
kepribadian
memberi
(hardiness) mengurangi
dampak
psikologi,
(2004),
tahan
banting
pengaruh
diantaranya pada masa transisi tiga
kejadian-kejadian
bulan pertama, siswa mengalami
mencekam
stress karena pemberian materi yang
penggunaan
begitu cepat. Faktor kepribadian
antara lain dengan menggunakan
yang diduga dapat berperan dalam
sumber-sumber sosial yang ada di
menghadapi stres adalah kepribadian
lingkungannya
tahan banting (hardiness). Menurut
tameng, motivasi, dan dukungan
Kobasa (1982) kepribadian hardiness
dalam
adalah
ketegangan yang dihadapinya dan
tipe
mempunyai
kepribadian
yang
kecenderungan
untuk
hidup
dengan
yang
meningkatkan
strategi
untuk
penyesuaian,
dijadikan
menghadapi
memberikan
kesuksesan.
masalah
Saat
mempersepsikan atau memandang
menghadapi kondisi yang menekan,
peristiwa-peristiwa
yang
individu yang tahan banting juga
tekanan
akan mengalami stres atau tekanan,
sebagai sesuatu yang tidak terlalu
namun tipe kepribadian ini dapat
mengancam.
menyikapi secara positif keadaan
potensial
hidup
mendatangkan
6
tidak menyenangkan tadi agar dapat
dan Maddi, 2005). Aspek ini berisi
menimbulkan kenyamanan melalui
keyakinan bahwa individu dapat
cara-cara
memengaruhi atau mengendalikan
yang
sehat.
Berkaitan
dengan terbentuknya penilaian dan
apa
respon positif dalam menghadapi
hidupnya.
sumber stres, siswa yang memiliki
b. Komitmen
hardiness
kepribadian
saja
yang
terjadi
dalam
Komitmen adalah kecenderungan
(kontrol,
akan
untuk melibatkan diri dalam aktivitas
memberikan penilaian positif atas
yang sedang dihadapi, (Kobasa dan
situasi yang penuh stess sehingga
Maddi, 2005). Aspek ini berisi
cenderung memberikan respon yang
keyakinan bahwa hidup itu bemakna
positif. Siswa akan menjadi optimis
dan memiliki tujuan.
bahwa
c. Tantangan
komitmen,
dan
situasi
tantangan)
tersebut
dianggap
Tantangan adalah kecenderungan
sebagai tantangan yang berarti dapat
diubah
sehingga
akan
untuk memandang suatu perubahan
mampu
yang terjadi sebagai kesempatan
menghadapi dan menggelolanya.
untuk mengembangkan diri, bukan
Kobasa dan Maddi (2005)
menjelaskan hardiness sebagai suatu
sebagai
konstelasi karakteristik kepribadian
amannya (Kobasa dan Maddi, 2005).
yang berfungsi sebagai sumber daya
Aspek ini berupa pengertian bahwa
untuk
peristiwa-
hal-hal yang sulit dilakukan atau
peristiwa hidup yang menimbulkan
diwujudkan adalah sesuatu yang
stres.
umum terjadi dalam kehidupan, yang
menghadapi
pada
Franken (dalam Heriyanto,
ancarnan
akhirnya
terhadap
akan
rasa
datang
2011) menjelaskan adanya tiga aspek
kesempatan untuk melakukan dan
hardiness. Ketiga aspek itu adalah :
mewujudkan hal tersebut.
Faktor yang mempengaruhi
a. Kontrol
Kontrol
individu
adalah
bahwa
mempengaruhi
hardiness menurut Florian (dalam
keyakinan
dirinya
Heriyanto, 2001) antara lain :
dapat
a.
peristiwa-peristiwa
Kemampuan
untuk
membuat
rencana yang realistis, dengan
yang terjadi atas dirinya, (Kobasa
7
individu-individu
seharusnya dikuasai siswa pada saat
merencanakan hal yeng realistis
itu. Secara konseptual akselerasi
maka
didefinisikan oleh Pressey, 1949
kemampuan
saat
individu
menemui
suatu masalah maka individu akan
(dalam Hawadi, 1999) sebagai :
tahu apa hal terbaik yang dapat
"progress through and educational
individu lakukan dalam keadaan
program at rates, faster or ages
tersebut.
younger
convensional”.
Diartikan bahwa akselerasi sebagai
b. Memiliki rasa percaya diri dan
positif citra diri, individu akan
suatu
lebih santai dan optimis jika
dalam program pengajaran pada
individu memiliki rasa percaya
waktu yang lebih cepat atau usia
diri yang tinggi dan citra diri yang
yang lebih muda daripada yang
positif
konvensional.
maka
individu
akan
Mengembangkan
kemajuan
yang
diperoleh
Tujuan dari penelitian ini adalah
terhindar dari stres.
c.
than
untuk
keterampilan
mengetahui
apakah
ada
komunikasi, dan kapasitas untuk
Perbedaan subjective well being pada
mengelola perasaan yang kuat dan
siswa SMA program akselerasi dan
impuls.
program reguler di Surakarta.
Colangelo,
1991
(dalam
METODE PENELITIAN
Hawadi, 1999) menyebutkan bahwa
istilah
akselerasi
pelayanan
yang
kurikulum
merujuk
pada
diberikan
dan
yang
Penelitian ini
menggunakan
teknik classter random sampling.
Sampel
disampaikan.
yang
digunakan
dalam
Sebagai model pelayanan, pengertian
penelitian ini adalah siswa kelas
akselerasi termasuk juga perguruan
program akselerasi dan program
tinggi pada usia muda, meloncat
reguler di SMA Negeri 3 Surakarta.
kelas
Pada kelas reguler dibagi menjadi
dan
tertentu
mengikuti
pada
kelas
pelajaran
kelas
diatasnya.
MIPA
dan
IPS
dengan
model
keseluruhan siswa berjumlah 1012
berarti
siswa yang tersebar dalam 24 kelas.
mempercepat bahan ajar dari yang
Kelas akselerasi di SMA 3 Surakarta
Sementara
kurikulum,
itu,
sebagai
akselerasi
8
sekarang hanya tinggal kelas XI
(p>0,05) sehingga Ho ditolak artinya
terdiri dari 3 kelas dengan jumlah
bahwa tidak ada perbedaan tingkat
siswa sebanyak 59 siswa.
subjective wellbeing dan hardiness
pada siswa SMA program akselerai
Metode pengumpulan data
dan program reguler.
yang digunakan dalam penelitian
yaitu, skala Subjective Well Being
Berdasarkan
dan skala hardiness.
perhitungan
hasil
statistik
diperoleh
yang
bahwa hasil subjective well-being
digunakan untuk menguji hipotesis
tergolong dalam kategori sedang
adalah analisis statistic parametric
dengan rerata empirik (RE) = 107
yaitu dengan Uji T Independent
dan rerata hipotetik (RH) = 100
Sample T Test. Analisis data dalam
Sedangkan hasil hardiness tergolong
penelitian ini dengan menggunakan
dalam kategori sedang dengan rerata
bantuan komputer program SPSS
empirik (RE) = 133,87 dan rerata
15.0 for windows.
hipotetik (RH) =125.
teknik analisis data
Subjective
hardiness
HASIL DAN PEMBAHASAN
kelas
well
being
dan
akselerasi
dan
reguler berada dalam kategori rerata
Penelitian ini melibatkan 90
siswa
yang sama diduga akibat pemilihan
akselerasi sebanyak 36 orang dan
subjek yang digunakan adalah siswa
siswa reguler sebanyak 54. Hasil uji
akselerasi kelas XI sehingga subjek
independent
sudah
responden
dengan
jumlah
sampel
T-test
menempuh
program
menyatakan bahwa tingkat subjective
akselerasi selama 1 tahun. Sehingga
well-being
pada
subjek kelas akselerasi sudah cukup
siswa akselerasi dan reguler adalah
banyak waktu untuk melakukan
sama. Hal tersebut didapat dari hasil
proses adaptasi. Dampak psikologi
uji t pada variable subjective well-
pada
being t= -1,301 dengan sig. (2-tailed)
muncul pada masa transisi 3 bulan
sebesar (0,197) (p>0,05) dan hasil uji
pertama (Zuhdi 2006).
dan
hardineess
t pada variable hardiness t= -0, 615
dengan sig. (2-tailed) sebesar (0,348)
9
program
akselerasi
biasa
Dugaan
tidak signifikan. Hardiness antara
berikutnya
dikarenakan oleh proses seleksi,
siswa
kesungguhan
memiliki kategori yang sama yaitu
program,
anak
mengikuti
dan kemampuan anak
akselerasi
kategori
dengan
sedang.
Subjek
reguler
dengan
dalam menerima materi pemadatan.
hardiness sedang melihat tantangan
Hasil wawancara yang dilakukan
sebagai kesempatan untuk belajar
peneliti pada subjek berinisial N
lebih
yang merupakan guru BP SMA N 3
perubahan akan membantu dirinya
Surakarta
berkernbang
menjelaskan
proses
banyak,
subjek
dan
merasa
mendapatkan
penerimaan siswa akselerasi melalui
kebijaksanaan serta belajar banyak
berbagai tahap, selain IQ > 120
dari pengalaman yang telah didapat,
subjek
dan
diharuskan
mengikuti
kejadian
dalam
lingkungan
–
subjek dapat ditangani oleh dirinya
indonesia, TPA, tes dasar, tes IPA,
sendiri. (Kobasa, 2005). Padahal
dan psikotes kuesioner. Proses yang
seperti
dijalani tersebut mengindikasikan
penatalaksanaan psikologi program
bahwa siswa kelas akselerasi di
akselerasi (2007) siswa akselerasi
SMA
dituntut untuk memiliki tanggung
wawancara
N
mampu
bahasa
3
inggris
Surakarta
secara
memang
tercantum
dalam
dan
jawab mengerjakan tugas dalam
menjadi
waktu lebih singkat, materi lebih
bagian kelas akselerasi sehingga
abstrak, lebih kompleks, dan lebih
siswa
mendalam, penggunaan keterampilan
memiliki
intelektual
yang
minat
untuk
tersebut
merasa
sejahtera
(Diener, 1999). Pernyataan tersebut
belajar
memperkuat
pemecahan
dugaan
subjective
well
akselerasi
tidak
bahwa
being
ada
siswa
pada
perbedaan
dengan siswa reguler.
Penelitian
ini
dan
menerapkan
masalah,
peserta
strategi
berorientasi
didik,
berkelanjutan
serta
keterampilan
penelitian,
belajar
menerapkan
bekerja
secara mandiri dan adanya interaksi
menunjukan
dengan pakar.
hardiness antara siswa akselerasi dan
reguler memiliki perbedaan tetapi
10
Faktor-faktor hardiness seperti
b. Jumlah subjek yang sedikit
kemampuan untuk membuat rencana
dan memiliki karakter khusus
yang realistis, rasa percaya diri,
membuat penelitian ini tidak
pengembangan
dapat
ketrampilan
digeneralisasi
pada
komunikasi, dan kapasitas untuk
remaja SMA. Hasil penelitian
mengelola perasaan yang kuat dan
ini hanya berlaku pada subyek
impuls merupakan faktor internal
penelitian ini.
yang
hardiness
menguatkan
c. Hanya
menggambarkan
seseorang. Hal ini memperlihatkan
kondisi populasi remaja SMA
bahwa hardiness bukan merupakan
yang
karakter yang dibentuk dari kondisi
akselerasi dan Reguler di kota
lingkungan.
muncul
Surakarta sehingga penerapan
bawaan
pada ruang lingkup yang lebih
seseorang. Sehingga tidak terdapat
luas dengan karakteristik yang
perbedaan hardiness antara siswa
berbeda
kiranya
akselerasi dan reguler.
dilakukan
pada
penelitian
lanjut
dengan
sebagai
Melainkan
kepribadian
lebih
Penelitian mengenai subjective
serupa
SMA program akselerasi dan reguler
belum
beberapa kelemahan, diantaranya:
menambah
lain
disertakan
yang
dalam
SIMPULAN
kemungkinan dipengaruhi oleh
Berdasarkan hasil penelitian
social desirability yaitu subjek
sebenarnya,
perlu
penelitian.
a. Subjek dalam mengisi skala
dan pembahasan yang telah diuraikan
memberikan
yang
atau
variabel-variabel
di kota Surakarta masih memiliki
jawaban
program
menggunakan variabel yang
well being dan hardiness siswa
cenderung
menempuh
sebelumnya, maka dapat diambil
bukan
kesimpulan bahwa:
cenderung
1. Ada perbedaan tetapi tidak
menutup-nutupi, dan kurang
signifikan subjective well being
sesuai dengan keadaan dirinya.
pada
11
siswa
SMA
program
akselerasi
dan
reguler
happiness:Relative standards,
need fulfillment, cultere, and
evaluation theory. Journal of
Happiness Studies, 1, 41-78.
di
Surakarta.
2. Ada perbedaan tetapi tidak
signifikan
hardiness
pada
Diener, E., Scollon, C. N., & Lucas,
R. E. (2004). The elvoving
concept of subjective wellbeing: The multifaceted nature
happiness. Costa & I. C.
Siegler (Eds), Advances in
cell aging and gerontology :
vol.
15
(187-220).
Amsterdam: Elsevier.Science
Direct.
siswa SMA program akselerasi
dan reguler di Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan
Validitas. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Diener E, Wirtz, Tov, Kim-Prieto,
C., Choi, D., Oishi, S., &
Biswas, R. (2009). New WellBeing Measures: Short Scale to
Assess Flourishing and Positive
and
Negative
Feelings.
Springer Science + Business
Media.
Darmayanti, N. (2012). Model
Kesejahteraan
Subjektif
Remaja Penyintas Bencana
Tsunami
Aceh
2004.
Ringkasan
Disertasi.
Yogyakarta: Program Doktor
Fakultas
Psikologi
Universitas Gajah Mada.
Diener & Oishi. (2005) subjective
well being: the science of
happiness
and
life
satisfaction. In C. R Synder &
S. J Lopez (Eds), Handbook
of possitive psychology (2nd
ed), (pp. 63-73). New York,
NY: Oxford University press.
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar
dan
Menengah.
(2003).
”Informasi
Mengenai
Program
Percepatan
Belajar”, Jakarta.
Hadi,
S.
(2007).
Metodologi
Research Jilid 3. Yogyakarta:
Penerbit Andi
Departemen Pendidikan Nasional.
(2007).
Penatalaksanaan
Psikologi
Program
Akselerasi.
Diakses
11
Januari 2015 dari Direktorat
Pembinaan Pendidikan Luar
Biasa:
www.departemenpendidikann
asional.com
Diener, E. & Lucas, R.E. Personality
and subjective well being.
Edited by Kahneman, D.
Diener, E. Schwarz, N.
(1999). Well-Being: The
Foundations of Hedonic
Psychology. New York:
Russell Sage Foundation.
Hadjam, N.R., Masrun., Martaniah,
S.M (2004). Peran kepribadian
tahan banting pada gangguan
somatisasi. Anima, Indonesian
Diener, E., & Lucas, R. E. (2000).
Explaning
differences
in
societal
levels
of
12
Psychological Journal. Vol. 19,
No. 2, 122-135.
Jurusan Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan FIP UPI
Bandung
Putri, D.S.A.R., Alsa, A., &Widiana,
H.S.
(2005).
Perbedaan
Sosialisasi Antara Siswa Kelas
Akselerasi dan Kelas Reguler
Dalam Lingkungan Pergaulan
di
Sekolah.
Indonesian
Psychological Journal Vol. 2
No. 1(28-40). Yogyakarta:
UAD.
Hawadi, R.A, (2004) “Akselerasi A-Z
Informasi
Program
Percepatan Belajar dan
Siswa Berbakat Intelektual”.
Jakarta: Grasindo.
Heriyanto,
(2011).
Mengelola
konflik di Dalam Organisasi.
Jurnal Anima, 47: 207-279.
Surabaya: Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga
Huebner, S.E. (2001). Manual for the
multidimensional student’s life
satisfaction scale
Zuhdi, A. dan Latifah, U. (2006).
Informasi Mengenai Program
Percepatan Belajar
Siswa
Berbakat Akademik: Program
Akselerasi
dan
Program
Percepatan
Belajar. Jurnal
Psikologi Universitas Gajah
Mada. Vol. 2 No. 2 (44-57).
Kobasa, S. C. (1982). Hardiness and
Health : A Prospective Study.
Journal of Personality and
Social Psychology, Vol. 42,
No.1, 168-177.
Maddi, S. R & Kobasa, S. C. (2005).
The Hardy Executive: Healt
Under Stress. Homwood, II:
Dow Joness-Irwin
Maimunah, S. (2009). Naskah
Publikasi:
Gambaran
Penyesuaian
Sosial
dan
Emosi Siswa
Program
Akselerasi. Malang: Lembaga
Penelitian
Universitas
Muhammadiyah Malang.
Nulhakim, T. R. (2008). Program
Akselerasi
Bagi
Siswa
Berbakat Akademik. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan
No 073 tahun ke-14 Juli 2008.
Puspita, Rima. (2007). Program
Bimbingan
Pribadi-Sosial
Untuk Mengembangkan
Kecerdasan
Interpersonal
SiswaProgram
Akselerasi
SMA PRISMA Serang Tahun
Ajaran 2006/2007). Skripsi
13
SISWA SMA PROGRAM AKSELERASI DENGAN PROGRAM
REGULER DI SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Oleh:
PANJI PRASETYA
F.100110061
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL BEING DAN HARDINESS PADA
SISWA SMA PROGRAM AKSELERASI DENGAN PROGRAM
REGULER DI SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Oleh:
PANJI PRASETYA
F.100110061
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
PERBEDAAI\I SWJECTIW VELL BEING DAIY IARDINESS PAI}A
SISWA SMA PROGRAM AIGELERASI DENGAI\I PROGRAM
REGI]LERDI SURAKARTA
Ilalaman Penetuiuan
Yang Diajuk*n Oleh:
PANJI PRASETYA
F.100110061
Telah Disetujui untuk dipertahankan
di depan Dewan Penguji
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
^J,,..-
il#
Surakarta, 20 Okfober 2015
Dr. Nanik Prihartanti M.Si
lll
PERBEDAAN SUBJECTIVE VELL BEING DAI\I IARDINESS PADA
SISWA SII{A PROGRAM AIGELERASI DENGAI\I PROGRAM
REGULER DI ST]RAKARTA
Halaman Pengesahrn
YangDiajukan OIeh:
PANJI PRASETYA
x'.100110061
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada
tanggal: Oktober 2015
dan dinyatakan telah meme,nuhi syarat
ffi;t
Penguji utama
Dr. NanikPrihartanti" M.Si. P.Si
Penguji pendamping
I
Dra. Partini. M.Si
Penguji pendamping
II
Dra. Zahrotul Uvun. M.Si
Surakarte Oktober2015
ivatr Surakarta
ffi
ffi
ffi
Kq;f#
iv
PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL BEING DAN HARDINESS PADA
SISWA SMA PROGRAM AKSELERASI DENGAN PROGRAM
REGULER DI SURAKARTA
Panji Prasetya
Dr. Nanik Prihartanti, M.Si
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Panji.p_priyadi@ymail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui apakah ada perbedaan subjective
well being dan hardiness pada siswa program akselerasi dengan siswa program
regular, 2) untuk mengetahui tingkat SWB dan Hardines pada masing-masing
program. Responden pada penelitian ini adalah siswa program reguler dan siswa
program akselerasi. Penelitian ini dilakukan di SMA N 3 Surakarta. Pengambilan
sampel dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling, yaitu dengan
mengacak kelas untuk dijadikan subjek penelitian. Siswa yang dipakai sebagai
responden penelitian adalah kelas reguler XII MIPA 1, XII MIPA 2 dan kelas
akselerasi XI Aksel 1, XI aksel 3. Alat ukur dalam penelitian ini berupa skala
Kesejahteraan Subjektif dan skala Hardiness. Perhitungan analisis data pada
penelitian ini menggunakan uji t (t-test), untuk variabel subjective well being
ditunjukkan t= -1,301 dengan sig. (2-tailed) sebesar (0,197) (p>0,05) sedangkan
pada variabel hardiness ditunjukkan t= -0, 615 dengan sig. (2-tailed) sebesar
(0,348) (p>0,05). Pada variabel subjective well being Mean Empirik pada kelas
regular (ME=105,72) dan pada kelas akselerasi (ME=108,92). Pada variabel
hardiness Mean Empirik pada kelas regular (ME=133,26) dan pada kelas
akselerasi (ME=134,78). Menunjukkan bahwa ada perbedaan tetapi tidak
signifikan subjective well being dan hardiness pada siswa program reguler dan
siswa program akselerasi. Subjective well being dan hardiness siswa akselerasi
dan reguler pada kategori sedang.
Kata kunci : subjective well being, hardiness, siswa program regular, siswa
program akselerasi
v
yang maksimal bagi siswa yang
PENDAHULUAN
Pendidikan
di
memiliki
Indonesia
bakat
serta
potensi
sudah mengalami kemajuan yang
istimewa. Hal tersebut sesuai dengan
begitu
segi
Amanat UU No 20 Tahun 2003
program
tentang sistem pendidikan nasional
penunjang yang dirasa mampu untuk
pada bab IV bagian kesatu pasal 5
mendukung
peningkatan
kualitas
ayat 4 yang berbunyi: warga Negara
pendidikan.
Salah
program
yang memiliki potensi kecerdasan
pesat.
kurikulum
baik
dari
maupun
satu
pendidikan yang saat ini sedang
dan
ramai
diperbincangkan
memperoleh pendidikan khusus.
tentang
program
adalah
akselerasi
bakat
istimewa
Penyelenggaraan
atau
berhak
program
program percepatan belajar untuk
akselerasi
pendidikan dasar dan menengah.
psikologi, diantaranya pada masa
Program
transisi tiga bulan pertama, siswa
akselerasi memberikan
memberi
dampak
kesempatan bagi para siswa dalam
mengalami stress karena
percepatan belajar dari waktu enam
Pemberian materi yang begitu cepat
tahun menjadi lima tahun pada
(Zuhdi,2006). Hal tersebut sesuai
jenjang SD dan tiga tahun menjadi
dengan
dua tahun pada jenjang SMP dan
dilakukan peneliti kepada 3 orang
SMA (Nulhakim, 2008). Program
subjek yang menyebutkan bahwa
akselerasi
salah satu
siswa mengalami stress pada saat
alternatif pendidikan bagi siswa yang
awal masuk program akselerasi.
memiliki kecerdasan di atas rata-rata
Materi disampaikan secara cepat,
atau anak cerdas berbakat, yang
tugas sekolah banyak, dan ulangan
merupakan
mendadak. Bahkan ada salah seorang
merupakan
program
percepatan
hasil
siswa
waktu menjadi dua tahun dari tiga
pindah ke kelas reguler, namun
tahun
karena prosedur yang sulit membuat
masa
formal
berkeinginan
yang
belajar dalam bentuk pemadatan
pendidikan
yang
wawancara
(reguler) (Zuhdi, 2006). Tujuan dari
siswa
pengadaan program ini adalah untuk
niatnya untuk pindah ke program
memberikan pelayanan pendidikan
1
tersebut
untuk
mengurungkan
reguler dan memilih bertahan di
mengutamakan prestasi akademik,
program akselerasi..
siswa cenderung mengurangi waktu
Dilihat dari sisi materi yang
untuk
aktivitas
diberikan terdapat perbedaan antara
kesempatan
siswa
hubungan
akselerasi
dengan
siswa
lain
untuk
sosial
sehingga
melakukan
dengan
teman
reguler. Ada beberapa materi yang
sebaya menjadi berkurang. Siswa
justru
akselerasi
biasanya
akselerasi karena dianggap tidak
dalam
mengikuti
penting dan untuk mengejar waktu
ekstrakurikuler dengan alasan lelah,
pembelajaran yang singkat. Hal itu
malas, atau ingin tidur di rumah
juga diungkapkan oleh 3 siswa SMA
(Maimunah,
program
Surakarta
wawancara peneliti dengan subjek
memaparkan
berinisial LRI, juga menyebutkan
materi yang dirasa penting untuk
bahwa kebanyakan siswa akselerasi
ujian nasional maupun tes masuk
tidak
PTN dan itu pun hanya disampaikan
kegiatan di luar akademik dengan
secara singkat sehingga beberapa
alasan bahwa kegiatan tersebut akan
siswa
mereka
mengganggu kegiatan belajarnya di
yang
sekolah. Bahkan dari pihak sekolah
banyak dalam kurun waktu yang
pun secara tidak langsung melarang
singkat.
Alsa,
siswa akselerasi untuk mengikuti
&Widiana (2005) hal-hal tersebut
kegiatan di luar akademik. Sebagai
tidak
bahwa
diberikan
akselerasi
guru
hanya
mengeluh
dituntut
di
karena
memahami
Menurut
menyebabkan
di
kelas
materi
Putri,
stress
bagi
contoh
anak
kurang aktif
2009).
melibatkan
untuk
kegiatan
Dari
hasil
dirinya
kegiatan
dalam
sekolah
seharusnya
seperti class meeting siswa akselerasi
mengajar dengan penuh komitmen
tidak diperbolehkan ikut karena pada
dan dedikasi tinggi justru terkesan
saat acara tersebut agenda mereka
hanya sekedar meyelesaikan materi
adalah
tepat waktu tanpa memperhatikan
menghambat proses sosialisasi siswa
siswanya paham atau kah tidak .
di sekolah terhadap teman sebayanya
karena
peran
guru
siswa
akselerasi
aktif.
Hal
(Putri, Alsa, &Widiana, 2005).
Masalah penyesuaian sosial
biasanya
KBM
lebih
2
ini
serta evaluasi afektif dari mood dan
Siswa akselerasi yang tidak
bermain
emosi (Diener & Lucas, 1999).
dikarenakan padatnya pembelajaran
Menurut Suh, Diener, Oishi, &
disekolah
Triandis,
memiliki
waktu
untuk
ataupun
dirumah,
(2009)
subjective
well
sedangkan siswa reguler yang bebas
being
melakukan itu sesuai dengan fase
universal umat manusia dan menjadi
Program
kebutuhan yang mendesak seiring
akselerasi yang awalnya ditujukan
dengan makin kompleksnya masalah
sebagai program unggulan untuk
yang dihadapi manusia pada abad
membawa angin segar di dunia
modern ini. Istilah subjective well
pendidikan
being merupakan evaluasi individu
perkembangannya.
tetapi
malah
justru
merupakan
kebutuhan
ini
terhadap kehidupannya. Penilaian ini
sejalan dengan penelitian dari Tim
secara kognitif berupa pandangan
Psikologi
terhadap
memberatkan
siswanya.
UGM
(Puspita,
kepuasan
serta
afeksi
seperti perasaan kegembiraan atau
memiliki
beberapa
tidak
satu
program
penelitian Jersild (Darmayanti, 2012)
bahwa
akselerasi
2007)
program
menunjukkan
masalah.
Hal
Di
sisi
depresi.
mengalami
akselerasi memiliki keuntungan bagi
mengungkapkan
mereka yang memiliki kemampuan
keragaman
intelektual
menyebabkan seseorang berbahagia
lebih
karena
dapat
bahwa
Hasil
hal-hal
terdapat
yang
mempercepat masa studi. Namun di
berdasarkan
sisi
akselerasi
perkembangan usianya. Bagi remaja
memberikan dampak psikologis yang
usia 15-18 tahun, hal-hal yang dapat
kurang
mendatangkan bahagia adalah: (1)
lain,
program
baik
terhadap
siswa.
pada
dapat
Fenomena tersebut menunjukan ada
pergi
masalah dalam pengadaan program
melakukan
akselerasi.
keluarga; (2) mencapai peningkatan
Subjective
merupakan
well
evaluasi
being
rekreasi
tingkat
beramai-ramai,
kegiatan
dengan
diri, berhasil di sekolah, dan merasa
penting
seseorang
atau
berarti
tentang hidupnya, termasuk penilaian
lingkungannya;
kognitif terhadap kepuasan hidupnya
hubungan baik dengan orang lain,
3
(3)
di
memperoleh
bersahabat karib, dan mendapatkan
anak-anak dan remaja dalam
teman yang pasti; (4) melakukan
konteks
sekolah.
aktifitas pribadi yang menyenangkan,
Huebner,
ia
seperti bermain (games); dan (5)
satisfaction
merasa bermanfaat bagi orang lain
remaja ke dalam 5 domain utama
atau bagi kemanusiaan secara umum.
yaitu, family, friends, school,
Subjective well being merupakan
living environment, and, self
kebutuhan universal umat manusia,
(Huebner, E. S., 1994; Huebner,
maka tidak terkecuali di ranah
E. S., Laughlin, J. E., Ash C., &
pendidikan subjective well being juga
Gilman, R., 1998).
sangat penting.
membagi
anak-anak
life
dan
b. Komponen afektif
Komponen Subjective Well
Being
Menurut
Secara
umum
komponen
Subjective Well Being merefleksikan
menurut (Diener & Lucas,
2000) dibagi menjadi dua, yaitu:
pengalaman dasar dalam peristiwa
a. Komponen kognitif
yang
Komponen
Subjective
Well
kognitif
Being
terjadi
di
dalam
hidup
dari
seseorang. Dengan meneliti tipe-tipe
adalah
dari reaksi afektif yang ada, seorang
evaluasi terhadap kepuasan hidup,
peneliti
yang didefinisikan sebagai penilaian
seseorang mengevaluasi kondisi dan
dari
peristiwa dalam hidupnya (Diener,
hidup
terhadap
seseorang.
kepuasan
Evaluasi
hidup
dapat
hidup
1. Evaluasi
terhadap
global,
yaitu
memahami
cara
dkk, 2004).
dibagi menjadi:
1) Evaluasi
dapat
kepuasan
afek
terhadap
positif.
keberadaan
Afek
positif
merepresentasikan emosi yang
evaluasi
subjek terhadap hidupnya secara
menyenangkan,
menyeluruh (Diener, 2006).
sayang.
2) Evaluasi terhadap kepuasan pada
2. Evaluasi
seperti
terhadap
kasih
keberadaan
domain tertentu. Salah satu teori
afek
yang memabahas tentang domain
merepresentasikan
satisfaction adalah teori dari
emosi yang tidak menyenangkan,
Huebner tentang kepuasan hidup
merefleksikan
4
negatif.
Afek
negatif
mood
respon
dan
negatif
yang dialami seseorang sebagai
universal
yang
reaksinya terhadap kehidupan,
Pendekatan
ini
kesehatan,
mengidentifikasi faktor-faktor yang
keadaan,
dan
teori
yang
dua
Being,
pendekatan
digunakan
berusaha
dapat mempengaruhi Subjective Well
peristiwa yang mereka alami.
Terdapat
fundamental.
khususnya
situasional,
dalam
adalah
faktor
kejadian-kejadian
Subjective Well Being, yaitu:
eksternal, dan demografi (Diener, et
a. Bottom up theories
al., 1999).
Menurut
teori
bottom-up,
Berikut
model
Subjective
Subjective Well Being ditentukan
Well Being berdasarkan perspektif
oleh mampu tidaknya seseorang
“bottom-up”
mencari dan memenuhi kebutuhan
Faktor eksternal:
Kebudayaan
Kesehatan
Prestasi belajar
Penampilan fisik
Status sosial
ekonomi
Dukungan sosial
Kesejahteraan
Subjektif
Gambar 1
Model Subjective Well Being perspektif “bottom-up”
Mempertimbangkan
b. Top down theories
Subjective Well Being yang
jenis
kepribadian, sikap, dan cara-cara
dialami seseorang tergantung dari
yang
cara individu tersebut mengevaluasi
menginterpretasi
dan menginterpretasi suatu peristiwa
Oleh sebab itu, untuk meningkatkan
atau kejadian dalam sudut pandang
Subjective Well Being diperlukan
yang positif. Pendekatan ini
usaha yang berfokus pada mengubah
5
digunakan
suatu
untuk
peristiwa.
persepsi,
keyakinan,
dan
sifat
Berikut
Subjective
model
Well Being berdasarkan perspektif
kepribadian seseorang.
“top-down”:
Faktor internal:
Kesejahteraan
Religiusitas
Kepribadian tangguh
Subjektif
Optimisme
Harga diri
Gambar 2
Model Subjective Well Being perspektif “top-down”
Menurut
Zuhdi
Menurut
(2006)
Hadjam
penyelenggaraan program akselerasi
kepribadian
memberi
(hardiness) mengurangi
dampak
psikologi,
(2004),
tahan
banting
pengaruh
diantaranya pada masa transisi tiga
kejadian-kejadian
bulan pertama, siswa mengalami
mencekam
stress karena pemberian materi yang
penggunaan
begitu cepat. Faktor kepribadian
antara lain dengan menggunakan
yang diduga dapat berperan dalam
sumber-sumber sosial yang ada di
menghadapi stres adalah kepribadian
lingkungannya
tahan banting (hardiness). Menurut
tameng, motivasi, dan dukungan
Kobasa (1982) kepribadian hardiness
dalam
adalah
ketegangan yang dihadapinya dan
tipe
mempunyai
kepribadian
yang
kecenderungan
untuk
hidup
dengan
yang
meningkatkan
strategi
untuk
penyesuaian,
dijadikan
menghadapi
memberikan
kesuksesan.
masalah
Saat
mempersepsikan atau memandang
menghadapi kondisi yang menekan,
peristiwa-peristiwa
yang
individu yang tahan banting juga
tekanan
akan mengalami stres atau tekanan,
sebagai sesuatu yang tidak terlalu
namun tipe kepribadian ini dapat
mengancam.
menyikapi secara positif keadaan
potensial
hidup
mendatangkan
6
tidak menyenangkan tadi agar dapat
dan Maddi, 2005). Aspek ini berisi
menimbulkan kenyamanan melalui
keyakinan bahwa individu dapat
cara-cara
memengaruhi atau mengendalikan
yang
sehat.
Berkaitan
dengan terbentuknya penilaian dan
apa
respon positif dalam menghadapi
hidupnya.
sumber stres, siswa yang memiliki
b. Komitmen
hardiness
kepribadian
saja
yang
terjadi
dalam
Komitmen adalah kecenderungan
(kontrol,
akan
untuk melibatkan diri dalam aktivitas
memberikan penilaian positif atas
yang sedang dihadapi, (Kobasa dan
situasi yang penuh stess sehingga
Maddi, 2005). Aspek ini berisi
cenderung memberikan respon yang
keyakinan bahwa hidup itu bemakna
positif. Siswa akan menjadi optimis
dan memiliki tujuan.
bahwa
c. Tantangan
komitmen,
dan
situasi
tantangan)
tersebut
dianggap
Tantangan adalah kecenderungan
sebagai tantangan yang berarti dapat
diubah
sehingga
akan
untuk memandang suatu perubahan
mampu
yang terjadi sebagai kesempatan
menghadapi dan menggelolanya.
untuk mengembangkan diri, bukan
Kobasa dan Maddi (2005)
menjelaskan hardiness sebagai suatu
sebagai
konstelasi karakteristik kepribadian
amannya (Kobasa dan Maddi, 2005).
yang berfungsi sebagai sumber daya
Aspek ini berupa pengertian bahwa
untuk
peristiwa-
hal-hal yang sulit dilakukan atau
peristiwa hidup yang menimbulkan
diwujudkan adalah sesuatu yang
stres.
umum terjadi dalam kehidupan, yang
menghadapi
pada
Franken (dalam Heriyanto,
ancarnan
akhirnya
terhadap
akan
rasa
datang
2011) menjelaskan adanya tiga aspek
kesempatan untuk melakukan dan
hardiness. Ketiga aspek itu adalah :
mewujudkan hal tersebut.
Faktor yang mempengaruhi
a. Kontrol
Kontrol
individu
adalah
bahwa
mempengaruhi
hardiness menurut Florian (dalam
keyakinan
dirinya
Heriyanto, 2001) antara lain :
dapat
a.
peristiwa-peristiwa
Kemampuan
untuk
membuat
rencana yang realistis, dengan
yang terjadi atas dirinya, (Kobasa
7
individu-individu
seharusnya dikuasai siswa pada saat
merencanakan hal yeng realistis
itu. Secara konseptual akselerasi
maka
didefinisikan oleh Pressey, 1949
kemampuan
saat
individu
menemui
suatu masalah maka individu akan
(dalam Hawadi, 1999) sebagai :
tahu apa hal terbaik yang dapat
"progress through and educational
individu lakukan dalam keadaan
program at rates, faster or ages
tersebut.
younger
convensional”.
Diartikan bahwa akselerasi sebagai
b. Memiliki rasa percaya diri dan
positif citra diri, individu akan
suatu
lebih santai dan optimis jika
dalam program pengajaran pada
individu memiliki rasa percaya
waktu yang lebih cepat atau usia
diri yang tinggi dan citra diri yang
yang lebih muda daripada yang
positif
konvensional.
maka
individu
akan
Mengembangkan
kemajuan
yang
diperoleh
Tujuan dari penelitian ini adalah
terhindar dari stres.
c.
than
untuk
keterampilan
mengetahui
apakah
ada
komunikasi, dan kapasitas untuk
Perbedaan subjective well being pada
mengelola perasaan yang kuat dan
siswa SMA program akselerasi dan
impuls.
program reguler di Surakarta.
Colangelo,
1991
(dalam
METODE PENELITIAN
Hawadi, 1999) menyebutkan bahwa
istilah
akselerasi
pelayanan
yang
kurikulum
merujuk
pada
diberikan
dan
yang
Penelitian ini
menggunakan
teknik classter random sampling.
Sampel
disampaikan.
yang
digunakan
dalam
Sebagai model pelayanan, pengertian
penelitian ini adalah siswa kelas
akselerasi termasuk juga perguruan
program akselerasi dan program
tinggi pada usia muda, meloncat
reguler di SMA Negeri 3 Surakarta.
kelas
Pada kelas reguler dibagi menjadi
dan
tertentu
mengikuti
pada
kelas
pelajaran
kelas
diatasnya.
MIPA
dan
IPS
dengan
model
keseluruhan siswa berjumlah 1012
berarti
siswa yang tersebar dalam 24 kelas.
mempercepat bahan ajar dari yang
Kelas akselerasi di SMA 3 Surakarta
Sementara
kurikulum,
itu,
sebagai
akselerasi
8
sekarang hanya tinggal kelas XI
(p>0,05) sehingga Ho ditolak artinya
terdiri dari 3 kelas dengan jumlah
bahwa tidak ada perbedaan tingkat
siswa sebanyak 59 siswa.
subjective wellbeing dan hardiness
pada siswa SMA program akselerai
Metode pengumpulan data
dan program reguler.
yang digunakan dalam penelitian
yaitu, skala Subjective Well Being
Berdasarkan
dan skala hardiness.
perhitungan
hasil
statistik
diperoleh
yang
bahwa hasil subjective well-being
digunakan untuk menguji hipotesis
tergolong dalam kategori sedang
adalah analisis statistic parametric
dengan rerata empirik (RE) = 107
yaitu dengan Uji T Independent
dan rerata hipotetik (RH) = 100
Sample T Test. Analisis data dalam
Sedangkan hasil hardiness tergolong
penelitian ini dengan menggunakan
dalam kategori sedang dengan rerata
bantuan komputer program SPSS
empirik (RE) = 133,87 dan rerata
15.0 for windows.
hipotetik (RH) =125.
teknik analisis data
Subjective
hardiness
HASIL DAN PEMBAHASAN
kelas
well
being
dan
akselerasi
dan
reguler berada dalam kategori rerata
Penelitian ini melibatkan 90
siswa
yang sama diduga akibat pemilihan
akselerasi sebanyak 36 orang dan
subjek yang digunakan adalah siswa
siswa reguler sebanyak 54. Hasil uji
akselerasi kelas XI sehingga subjek
independent
sudah
responden
dengan
jumlah
sampel
T-test
menempuh
program
menyatakan bahwa tingkat subjective
akselerasi selama 1 tahun. Sehingga
well-being
pada
subjek kelas akselerasi sudah cukup
siswa akselerasi dan reguler adalah
banyak waktu untuk melakukan
sama. Hal tersebut didapat dari hasil
proses adaptasi. Dampak psikologi
uji t pada variable subjective well-
pada
being t= -1,301 dengan sig. (2-tailed)
muncul pada masa transisi 3 bulan
sebesar (0,197) (p>0,05) dan hasil uji
pertama (Zuhdi 2006).
dan
hardineess
t pada variable hardiness t= -0, 615
dengan sig. (2-tailed) sebesar (0,348)
9
program
akselerasi
biasa
Dugaan
tidak signifikan. Hardiness antara
berikutnya
dikarenakan oleh proses seleksi,
siswa
kesungguhan
memiliki kategori yang sama yaitu
program,
anak
mengikuti
dan kemampuan anak
akselerasi
kategori
dengan
sedang.
Subjek
reguler
dengan
dalam menerima materi pemadatan.
hardiness sedang melihat tantangan
Hasil wawancara yang dilakukan
sebagai kesempatan untuk belajar
peneliti pada subjek berinisial N
lebih
yang merupakan guru BP SMA N 3
perubahan akan membantu dirinya
Surakarta
berkernbang
menjelaskan
proses
banyak,
subjek
dan
merasa
mendapatkan
penerimaan siswa akselerasi melalui
kebijaksanaan serta belajar banyak
berbagai tahap, selain IQ > 120
dari pengalaman yang telah didapat,
subjek
dan
diharuskan
mengikuti
kejadian
dalam
lingkungan
–
subjek dapat ditangani oleh dirinya
indonesia, TPA, tes dasar, tes IPA,
sendiri. (Kobasa, 2005). Padahal
dan psikotes kuesioner. Proses yang
seperti
dijalani tersebut mengindikasikan
penatalaksanaan psikologi program
bahwa siswa kelas akselerasi di
akselerasi (2007) siswa akselerasi
SMA
dituntut untuk memiliki tanggung
wawancara
N
mampu
bahasa
3
inggris
Surakarta
secara
memang
tercantum
dalam
dan
jawab mengerjakan tugas dalam
menjadi
waktu lebih singkat, materi lebih
bagian kelas akselerasi sehingga
abstrak, lebih kompleks, dan lebih
siswa
mendalam, penggunaan keterampilan
memiliki
intelektual
yang
minat
untuk
tersebut
merasa
sejahtera
(Diener, 1999). Pernyataan tersebut
belajar
memperkuat
pemecahan
dugaan
subjective
well
akselerasi
tidak
bahwa
being
ada
siswa
pada
perbedaan
dengan siswa reguler.
Penelitian
ini
dan
menerapkan
masalah,
peserta
strategi
berorientasi
didik,
berkelanjutan
serta
keterampilan
penelitian,
belajar
menerapkan
bekerja
secara mandiri dan adanya interaksi
menunjukan
dengan pakar.
hardiness antara siswa akselerasi dan
reguler memiliki perbedaan tetapi
10
Faktor-faktor hardiness seperti
b. Jumlah subjek yang sedikit
kemampuan untuk membuat rencana
dan memiliki karakter khusus
yang realistis, rasa percaya diri,
membuat penelitian ini tidak
pengembangan
dapat
ketrampilan
digeneralisasi
pada
komunikasi, dan kapasitas untuk
remaja SMA. Hasil penelitian
mengelola perasaan yang kuat dan
ini hanya berlaku pada subyek
impuls merupakan faktor internal
penelitian ini.
yang
hardiness
menguatkan
c. Hanya
menggambarkan
seseorang. Hal ini memperlihatkan
kondisi populasi remaja SMA
bahwa hardiness bukan merupakan
yang
karakter yang dibentuk dari kondisi
akselerasi dan Reguler di kota
lingkungan.
muncul
Surakarta sehingga penerapan
bawaan
pada ruang lingkup yang lebih
seseorang. Sehingga tidak terdapat
luas dengan karakteristik yang
perbedaan hardiness antara siswa
berbeda
kiranya
akselerasi dan reguler.
dilakukan
pada
penelitian
lanjut
dengan
sebagai
Melainkan
kepribadian
lebih
Penelitian mengenai subjective
serupa
SMA program akselerasi dan reguler
belum
beberapa kelemahan, diantaranya:
menambah
lain
disertakan
yang
dalam
SIMPULAN
kemungkinan dipengaruhi oleh
Berdasarkan hasil penelitian
social desirability yaitu subjek
sebenarnya,
perlu
penelitian.
a. Subjek dalam mengisi skala
dan pembahasan yang telah diuraikan
memberikan
yang
atau
variabel-variabel
di kota Surakarta masih memiliki
jawaban
program
menggunakan variabel yang
well being dan hardiness siswa
cenderung
menempuh
sebelumnya, maka dapat diambil
bukan
kesimpulan bahwa:
cenderung
1. Ada perbedaan tetapi tidak
menutup-nutupi, dan kurang
signifikan subjective well being
sesuai dengan keadaan dirinya.
pada
11
siswa
SMA
program
akselerasi
dan
reguler
happiness:Relative standards,
need fulfillment, cultere, and
evaluation theory. Journal of
Happiness Studies, 1, 41-78.
di
Surakarta.
2. Ada perbedaan tetapi tidak
signifikan
hardiness
pada
Diener, E., Scollon, C. N., & Lucas,
R. E. (2004). The elvoving
concept of subjective wellbeing: The multifaceted nature
happiness. Costa & I. C.
Siegler (Eds), Advances in
cell aging and gerontology :
vol.
15
(187-220).
Amsterdam: Elsevier.Science
Direct.
siswa SMA program akselerasi
dan reguler di Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan
Validitas. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Diener E, Wirtz, Tov, Kim-Prieto,
C., Choi, D., Oishi, S., &
Biswas, R. (2009). New WellBeing Measures: Short Scale to
Assess Flourishing and Positive
and
Negative
Feelings.
Springer Science + Business
Media.
Darmayanti, N. (2012). Model
Kesejahteraan
Subjektif
Remaja Penyintas Bencana
Tsunami
Aceh
2004.
Ringkasan
Disertasi.
Yogyakarta: Program Doktor
Fakultas
Psikologi
Universitas Gajah Mada.
Diener & Oishi. (2005) subjective
well being: the science of
happiness
and
life
satisfaction. In C. R Synder &
S. J Lopez (Eds), Handbook
of possitive psychology (2nd
ed), (pp. 63-73). New York,
NY: Oxford University press.
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar
dan
Menengah.
(2003).
”Informasi
Mengenai
Program
Percepatan
Belajar”, Jakarta.
Hadi,
S.
(2007).
Metodologi
Research Jilid 3. Yogyakarta:
Penerbit Andi
Departemen Pendidikan Nasional.
(2007).
Penatalaksanaan
Psikologi
Program
Akselerasi.
Diakses
11
Januari 2015 dari Direktorat
Pembinaan Pendidikan Luar
Biasa:
www.departemenpendidikann
asional.com
Diener, E. & Lucas, R.E. Personality
and subjective well being.
Edited by Kahneman, D.
Diener, E. Schwarz, N.
(1999). Well-Being: The
Foundations of Hedonic
Psychology. New York:
Russell Sage Foundation.
Hadjam, N.R., Masrun., Martaniah,
S.M (2004). Peran kepribadian
tahan banting pada gangguan
somatisasi. Anima, Indonesian
Diener, E., & Lucas, R. E. (2000).
Explaning
differences
in
societal
levels
of
12
Psychological Journal. Vol. 19,
No. 2, 122-135.
Jurusan Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan FIP UPI
Bandung
Putri, D.S.A.R., Alsa, A., &Widiana,
H.S.
(2005).
Perbedaan
Sosialisasi Antara Siswa Kelas
Akselerasi dan Kelas Reguler
Dalam Lingkungan Pergaulan
di
Sekolah.
Indonesian
Psychological Journal Vol. 2
No. 1(28-40). Yogyakarta:
UAD.
Hawadi, R.A, (2004) “Akselerasi A-Z
Informasi
Program
Percepatan Belajar dan
Siswa Berbakat Intelektual”.
Jakarta: Grasindo.
Heriyanto,
(2011).
Mengelola
konflik di Dalam Organisasi.
Jurnal Anima, 47: 207-279.
Surabaya: Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga
Huebner, S.E. (2001). Manual for the
multidimensional student’s life
satisfaction scale
Zuhdi, A. dan Latifah, U. (2006).
Informasi Mengenai Program
Percepatan Belajar
Siswa
Berbakat Akademik: Program
Akselerasi
dan
Program
Percepatan
Belajar. Jurnal
Psikologi Universitas Gajah
Mada. Vol. 2 No. 2 (44-57).
Kobasa, S. C. (1982). Hardiness and
Health : A Prospective Study.
Journal of Personality and
Social Psychology, Vol. 42,
No.1, 168-177.
Maddi, S. R & Kobasa, S. C. (2005).
The Hardy Executive: Healt
Under Stress. Homwood, II:
Dow Joness-Irwin
Maimunah, S. (2009). Naskah
Publikasi:
Gambaran
Penyesuaian
Sosial
dan
Emosi Siswa
Program
Akselerasi. Malang: Lembaga
Penelitian
Universitas
Muhammadiyah Malang.
Nulhakim, T. R. (2008). Program
Akselerasi
Bagi
Siswa
Berbakat Akademik. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan
No 073 tahun ke-14 Juli 2008.
Puspita, Rima. (2007). Program
Bimbingan
Pribadi-Sosial
Untuk Mengembangkan
Kecerdasan
Interpersonal
SiswaProgram
Akselerasi
SMA PRISMA Serang Tahun
Ajaran 2006/2007). Skripsi
13