KEMATANGAN KARIER SISWA KELAS IX SMP PANGUDI LUHUR 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20072008 FASE EKSPLORASI KARIER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN PROGRAM BIMBINGAN KARIER KLASIKAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pend

  

KEMATANGAN KARIER SISWA KELAS IX

SMP PANGUDI LUHUR 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008

FASE EKSPLORASI KARIER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

USULAN PROGRAM BIMBINGAN KARIER KLASIKAL

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

  

ABSTRAK

KEMATANGAN KARIER SISWA KELAS IX SMP PANGUDI LUHUR 2

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008 FASE EKSPLORASI KARIER

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN PROGRAM BIMBINGAN

  

KARIER KLASIKAL

Oleh:

Agustina Cahyaningrum

NIM: 021114035

  Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai kematangan

karier siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah

kematangan karier siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran

2007/2008 pada tahap perkembangan karier fase eksplorasi? (2) Topik-topik

bimbingan karier klasikal manakah yang sesuai untuk program bimbingan karier

klasikal siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran

2007/2008?

  Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Data di analisis

dengan teknik analisis kuantitatif berdasarkan norma rumusan mean dan standar

deviasi. Norma tersebut terdiri dari rentangan skor lima yang menggambarkan

kualitas kematangan karier dalam lima kategori, yaitu : sangat tinggi, tinggi,

sedang, rendah, dan sangat rendah. Instrumen penelitian yang digunakan adalah

“Kuesioner Kematangan Karier” yang disusun oleh peneliti berdasarkan tahap

perkembangan karier fase eksplorasi. Total item berjumlah 75 butir.

  Uji validitas menggunakan penilaian profesional. Uji reliabilitas

menggunakan metode belah dua (r tt =0,96). Hasil penelitian menunjukkan 1.67%

siswa memiliki kematangan karier sangat tinggi, 55% siswa memiliki kematangan

karier tinggi, 41.66% siswa memiliki kematangan karier sedang, 1.67% siswa

memiliki kematangan karier rendah, dan tidak ada siswa yang memiliki

  

ABSTRACT

CAREER MATURITY IN CAREER EXPLORATION PHASE

OF NINTH GRADE STUDENTS OF PANGUDI LUHUR 2 JUNIOR

HIGH SCHOOL, YOGYAKARTA IN ACADEMIC YEAR 2007/2008 AND

  

ITS IMPLICATION TO CLASSICAL CAREER GUIDANCE PROGRAM

By:

Agustina Cahyaningrum

Student Number : 021114035

  This research was aimed at providing a description of career maturity in

career exploration phase of ninth grade students in Pangudi Luhur 2 Junior High

School Yogyakarta in Academic Year 2007/2008. The problems discussed in the

research were: (1) How was the career maturity in career exploration phase of

ninth grade students in Pangudi Luhur 2 Junior High School Yogyakarta in

Academic Year 2007/2008? (2) What were classical career guidance topics that

were appropriate for ninth grade students of Pangudi Luhur 2 Junior High School

Yogyakarta in Academic Year 2007/2008.

  This was a descriptive research. The data were analized by quantitative

analysis technique using mean and standard deviation to formulate its norm. The

norm consisted of five score range depicting the quality of career maturity in five

categories is: very high, high, average, low and very low. The research instrument

was “Career Maturity Questionnaire” developed by researcher based on the

concept ofexploration phase of career development stage. The questionnare

consisted of 75 items.

  The questionnare was validated by rational judgment. Reliability of the

questionnare was tested by split half methods (r tt =0,96). The research result

showed that 1.67% students had very high career maturity, 55% students had high

career maturity, 41.66% students had average career maturity, 1.67% students had

KATA PENGANTAR

  Puji syukur peneliti haturkan kepada Tuhanku Yesus Kristus, yang telah

memberi berkat kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi

ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mempelajari gelar sarjana

pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

  Peneliti menyadari keterbatasan yang dimiliki penulis, sehingga dengan

bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Oleh karena itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

  

1. Ibu Dra. M.M. Sri Hastusti, M.Psi, selaku Kaprodi Bimbingan Konseling dan

anggota panitia penguji skripsi yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada peneliti untuk penulisan skripsi ini.

  

2. Bapak Fajar Santoadi S.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

  

3. Bapak R.H.Dj. Sinurat, M.A., selaku anggota panitia penguji skripsi yang

telah membimbing dan memberikan masukan kepada peneliti untuk penulisan skripsi ini.

  

4. Seluruh Dosen Universitas Sanata Dharma atas ilmu yang di berikan pada

penulis. Pak Gi & Pak Moko atas bantuannya selama penulis belajar di Prodi

  1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut Winkel (1997: 609), dalam era pembangunan perlu adanya

  perhatian khusus akan kualitas tenaga kerja. Sumber daya manusia ini harus dikembangkan untuk menjadi sarana pembangunan sebagai pemikir, perencana, penggerak, pelaksana, dan pendukung pembangunan, tetapi sekaligus menjadi pemegang kunci sukses atau gagalnya pembangunan itu sendiri. Generasi muda yang sedang menjalani proses perkembangan dengan belajar di institusi pendidikan mempersiapkan diri untuk berpartisipasi dalam segala usaha pembangunan sebagai tenaga kerja yang tidak bekerja asal kerja, tetapi memegang suatu jabatan yang memiliki potensi untuk mengembangkan dan memperkaya dirinya sendiri. Karena pendidikan sekolah pada akhirnya akan tertuju pada suatu jabatan yang diharapkan dapat bermakna bagi dirinya sendiri dan masyarakat.

  2

bahwa cita-cita dalam bekerja dalam lingkup jabatan tertentu bersumber pada

nilai-nilai kehidupan, dan hal itu harus direncanakan dan diperjuangkan, bukan

didapat dari suatu kebetulan.

  Menurut Djuwita (2004: 16), banyak faktor yang mempengaruhi

seseorang berhasil dalam mencari pekerjaan. Salah satunya adalah menyesuaikan

skill atau keahlian dengan kualifikasi yang diminta. Mereka yang mempunyai

keahlian tertentu, akan lebih mudah untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan

keahliannya. Namun, mereka yang tidak mempunyai bekal keahlian tentunya

akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan.

  Senada dengan Djuwita, menurut Suryo dalam Harian Pikiran Rakyat. 19

Juli 2004, saat ini yang dibutuhkan dunia kerja adalah orang yang punya keahlian

seperti komputer, bahasa Inggris, dan keahlian lainnya. Bukan orang yang

bergelar yang dicari oleh perusahaan tetapi orang yang mempunyai skill. Namun

kenyataannya orang lebih memilih gelar daripada skill.

  Pada saat peneliti melaksanakan PPL di SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007, peneliti memberikan materi bimbingan

  3

merasa bingung untuk memilih ke mana ia akan melanjutkan studinya, siswa

dapat memilih melanjutkan studi namun siswa tidak dapat menuliskan alasan

mengapa ia memilih sekolah tersebut, siswa memilih sekolah tertentu hanya

karena teman-temannya memilih sekolah yang sama, siswa menjadikan gengsi

atau prestise sekolah tertentu sebagai alasan untuk memilih sekolah tertentu, dan

beberapa siswa memilih sekolah tertentu berdasarkan permintaan dari

orangtuanya, bukan berdasarkan keinginannya sendiri. Berdasarkan alasan ini

pula peneliti ingin melihat bagaimana kematangan karier mereka pada fase

eksplorasi, hal ini dikarenakan ketidakbisaan siswa kelas IX menentukan pilihan

karier mereka dan juga menunjukkan tingkat pemahaman yang kurang akan

kesadaran kariernya.

  Peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian di SMP Pangudi

Luhur 2 Yogyakarta karena ada karakteristik yang sama antara SMP Pangudi

Luhur 2 dengan SMP Pangudi Luhur 1 yaitu: sama-sama sekolah heterogen,

sama-sama sekolah yayasan Katholik, sama-sama berada di dalam kota. Kegiatan

bimbingan dan konseling di SMP Pangudi Luhur 2 berjalan dengan baik, hal ini

  4

yang labih tinggi untuk mengembangkan diri, sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan kesenian, dan meningkatkan kemampuan siswa

sebagai anggota masyarakat dalam membangun sehubungan timbal balik dengan

lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar. Tujuan pendidikan di SMK adalah

menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap

profesional, menyiapkan siswa agar mampu memilih karier, mampu

berkompetensi, dan mampu mengembangkan diri, menyiapkan tenaga kerja

tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada masa

kini maupun masa yang akan datang, menyiapkan lulusan yang bermutu agar

menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif.

  Menurut Walgito (2005: 195), merupakan suatu kenyataan para siswa

yang tamat SMA maupun SMP ada yang tidak melanjutkan pendidikannya,

karena kemampuan yang kurang, biaya tidak ada, atau sebab-sebab yang lain.

Untuk itu para siswa membutuhkan bimbingan yang baik, khususnya yang

berkaitan dengan pekerjaan. Para siswa yang melanjutkan pendidikan, dari SMA

ke Perguruan Tinggi, dari SMP ke SMA atau SMK. Mereka kelak akan memilih

  5 karier sesuai dengan usia mereka, yakni usia 14 – 18 tahun. Apabila kematangan karier telah dicapai oleh oleh siswa dan diketahui oleh guru pembimbingnya, tentu akan lebih mudah bagi guru pembimbing untuk memberikan bantuan bagi para siswa dalam melewati proses perkembangan kariernya dengan sukses.

  Pelayanan bimbingan dan konseling sangat diharapkan dalam hal ini.

  B. RUMUSAN MASALAH

  1. Bagaimanakah kematangan karir siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 pada tahap perkembangan karir fase eksplorasi?

  2. Program bimbingan karier klasikal manakah yang sesuai untuk siswa kelas IX Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008? C. TUJUAN PENELITIAN

  1. Mengetahui kematangan karir siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 pada tahap perkembangan karir fase

  6 D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Peneliti Peneliti dapat lebih memahami dan mendalami tahap perkembangan karir fase eksplorasi dan menambah pengetahuan serta wawasan di bidang bimbingan dan konseling karir, khususnya SMP.

  2. Guru Pembimbing Guru Pembimbing dapat merencanakan dan melaksanakan layanan bimbingan baik secara individual maupun kelompok/klasikal sesuai dengan tahap perkembangan karir siswa.

  E. DEFINISI OPERASIONAL

  1. Karier Karier adalah suatu proses yang dialami seseorang sepanjang hidupnya dalam menggeluti suatu jenis pekerjaan atau bidang pekerjaan tertentu. Karier lebih menunjuk pada aspek panggilan hidup dan gaya hidup (life style), tanpa mengesampingkan kedua aspek lain yaitu aspek employment dan job, yang

  7 Tugas perkembangan karier fase eksplorasi adalah sejumlah tugas yang timbul dalam tahap proses perkembangan karier dari usia 14 sampai 24 tahun,

dimana seseorang sudah mampu memikirkan berbagai alternatif jabatan, tapi

belum mengambil keputusan yang mengikat. Tugas perkembangan karier fase

eksplorasi seperti mencari informasi mengenai karier yang diminati,

menyadari adanya banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih

karier, menyusun rencana yang berkaitan dengan usaha dalam mencapai karier, dsb.

  3. Kematangan Karier Siswa SMP

Kematangan karier (vocational maturity) adalah kesesuaian atau kongruensi

antara perilaku vokasi (vocational behaviour) individu pada usia tertentu dengan perilaku vokasi yang seharusnya dilakukan (expected vocational behaviour ) oleh individu pada usia tertentu pula. Kematangan karier juga berarti tingkat kesuksesan siswa SMP dalam melaksanakan tugas

perkembangan karier yang sesuai dengan rentang usianya, antara 14-18 tahun.

4. Program Bimbingan Karier

  8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEMATANGAN KARIER

  1. Pengertian Karier Karier adalah suatu proses yang dilakukan seseorang sepanjang hidupnya dalam menggeluti suatu jenis pekerjaan atau bidang pekerjaan tertentu. Menurut Donal Super, karier adalah jalannya peristiwa kehidupan seseorang dan peranan kehidupan lainnya yang keseluruhannya menyatakan tanggung jawab seseorang kepada pekerjaan dalam keseluruhan pola perkembangan dirinya (Manrihu, 1992: 31).

  Menurut Zunker, bidang pekerjaan mendekati arti employment, job, sedangkan kata jabatan lebih mendekati arti occupation, vocation, dan career.

  Setiap kata tersebut tidak mencakup aspek-aspek yang sama dari makna yang terkandung dalam suatu pekerjaan. Kata employment dan job, maknanya lebih menunjuk pada aspek individu melakukan pekerjaan untuk mendapatkan

  9 berpengaruh pada gaya hidup (life style) seseorang, tanpa mengesampingkan kedua aspek yang telah disebutkan di atas (Winkel, 1997: 571).

  Seseorang akan bekerja dengan senang hati dan penuh kegembiraan apabila yang dikerjakannya sesuai dengan keadaan dirinya, kemampuannya dan minatnya. Apabila seseorang bekerja tidak sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya, maka ia akan kurang senang dan kurang tekun. Diperlukan adanya kesesuaian antara tuntutan dari pekerjaan atau jabatan dengan apa yang dimiliki oleh seseorang baik itu kemampuan ataupun minatnya, agar ia dapat bekerja dengan baik, senang, dan tekun (Walgito, 2005: 194).

  2. Kematangan Karier Menurut Super (Osipow, 1973: 137), kematangan karier (vocational maturity ) adalah kesesuaian atau kongruensi antara perilaku vokasi (vocational behaviour) individu pada usia tertentu dengan perilaku vokasi yang seharusnya dilakukan (expected vocational behaviour) oleh individu pada usia tertentu pula. Kematangan karier juga berarti tingkat kesuksesan

individu dalam melaksanakan tugas perkembangan karier sepanjang fase-fase

  10 establishment stage (25-44 tahun), fase pembinaan atau maintenance stage (45-64 tahun) dan fase kemunduran atau decline stage (65 tahun – kematian).

  Indikatornya relevan bagi kematangan karier, misalnya, kemampuan untuk membuat rencana, kerelaan untuk memikul tanggung jawab, serta kesadaran akan segala faktor internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan jabatan atau memantapkan diri dalam suatu jabatan (Winkel, 1997: 579).

B. PERKEMBANGAN KARIER

  Perkembangan karier dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

  a. Nilai-nilai kehidupan (values), yaitu beberapa ideal yang dikejar seseorang di mana-mana dan kapanpun juga. Nilai-nilai menjadi pedoman dan pegangan dalam hidup. Nilai-nilai kehidupan sangat menentukan gaya hidup seseorang (life style), dan mempengaruhi seluruh harapan dalam

  11

b. Taraf Inteligensi, yaitu potensi dan kemampuan dasar yang meliputi

kemampuan berpikir rasional, berpikir abstrak, menyesuaikan diri dengan

lingkungan baru, dan memecahkan masalah yan dihadapi secara cepat dan

tepat. Dalam mengambil keputusan mengenai pilihan jabatan, tinggi rendahnya taraf inteligensi yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh. Ada bidang jabatan yang menuntut taraf inteligensi tertentu, paling tidak taraf minimal, supaya individu yang memgang jabatan itu berhasil dalam

memenuhi tuntutan yang melekat pada bidang itu (field of occupation) dan

dapat maju dalam tingkatan keahlian dalam jabatan itu (level of occupation ) (Winkel, 1997: 592). Menurut Piaget, tahap perkembangan remaja SMP memasuki tahap formal-operasional. Pada tahap ini, seseorang sudah mampu berpikir abstrak, menghipotesis dan sudah dapat memperkirakan apa yang mungkin terjadi (Sarwono, 2005: 81).

  

c. Bakat, yaitu kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang

masih perlu pengembangan dan latihan. Menurut Conny Semiawan, bakat dibagi menjadi dua, yaitu bersifat umum dan bersifat khusus.

  12 (field of occupation) dan dapat mencapai tingkatan yang lebih tinggi dalam suatu jabatan (level of occupation) (Winkel, 1997: 593).

  

d. Minat, yaitu kecenderungan yang menetap pada seseorang untuk merasa

tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan bidang itu. Minat sangat penting bagi perencanaan masa depan sehubungan dengan jabatan yang akan dipegang (vocational planning), terutama bidang jabatan apa yang akan dimasuki dan kepuasan individu dengan bidang jabatan itu (vocational satisfication) (Winkel, 1997: 593).

  

e. Sifat-sifat, yaitu ciri-ciri kepribadian yang memberikan corak khas pada

seseorang, seperti riang gembira, ramah, halus, teliti, terbuka, fleksibel, tertutup, lekas gugup, pesimis dan ceroboh. Setiap orang memiliki kombinasi dari sifat baik yang dapat mendukung dalam bekerja, dan sifat kurang baik yang dapat menghambat dalam bekerja. Untuk itu perlu refleksi untuk lebih mengenal diri dan memperoleh pemahaman diri, sehingga pengenalan sifat-sifat menjadi masukan untuk menentukan

  13 dan kurang menampakkan keinginan untuk menghindari kegagalan (Winkel, 1997: 595).

  g. Keadaan Jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang seperti tinggi badan, tampan dan tidak tampan, ketajaman penglihatan dan pendengaran baik atau kurang baik, mempunyai kekuatan otot tinggi atau rendah, dan jenis kelamin. Untuk pekerjaan tertentu berlaku persyaratan yang menyangkut ciri-ciri fisik. Jenis kelamin membawa dampak psikologis dan sosio-budaya, yang melahirkan gambaran diri tertentu dan mewarnai pandangan masyarakat tentang peranan pria dan wanita dalam kehidupan bermasyarakat (Winkel, 1997: 596).

2. Faktor Eksternal a. Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya di mana individu dibesarkan.

  Lingkungan ini sangat luas dan berpengaruh besar terhadap pandangan dalam banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga, yang akan ditanamkan pada semua anak. Pandangan ini mencakup gambaran tentang tinggi rendahnya bermacam-macam jenis pekerjaan, peranan pria dan

  14 kelompok lain. Keadaan sosial-ekonomi berpengaruh terhadap tercipta atau tidaknya suatu bidang pekerjaan baru (Winkel, 1997: 597).

  

c. Status sosial-ekonomi keluarga, yaitu tingkat pendidikan orangtua, tinggi

rendahnya pendapatan orangtua, jabatan ayah dan ibu, daerah tempat tinggal, dan suku bangsa. Anak akan ikut berpartisipasi dalam status sosial-ekonomi keluarganya. Jika seorang anak mengenyam pendidikan lebih tinggi, maka status sosial-ekonomi keluarga tersebut menjadi lebih tinggi. Kemampuan ekonomi juga ikut menentukan tingkat pendidikan sekolah dan beberapa jabatan tertentu yang dianggap masih sesuai dengan status sosial tertentu. Seorang anak yang berasal dari golongan ekonomi tinggi, akan mendapatkan pendidikan sekolah yang bagus, dan akan memperoleh jabatan yang bagus karena orangtuanya memiliki jabatan tinggi (Winkel, 1997: 597).

  

d. Pengaruh dari seluruh anggota keluarga besar inti. Orantua, saudara

kandung dari orangtua, dan kakak menyatakan segala harapan mereka serta mengkomunikasikan pandangan dan sikap tertentu terhadap

  15 anggota keluarga inti, maka kemungkinan individu tidak mendapat dukungan dalam perencanaan masa depannya (Winkel, 1997: 597).

  

e. Pendidikan di sekolah memberikan pandangan dan sikap yang

dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf bimbingan dan staf pengajar

mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan tertentu dan kecocokan jabatan tertentu untuk anak laki-laki atau perempuan (Winkel, 1997: 598).

  

f. Pergaulan dengan teman-teman sebaya akan memberikan beraneka

pandangan dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam

pergaulan sehari-hari. Semakin banyak individu bergaul dengan teman-

teman sebaya, maka akan semakin banyak informasi mengenai pandangan

atau harapan teman sebaya mengenai pendidikan atau jabatan terentu yang

akan diperolehnya, hal itu akan sangat berpengaruh bagi individu dalam menentukan pilihan kariernya (Winkel, 1997: 598).

  

g. Tuntutan yang melekat pada masing-masing jabatan dan pada setiap

program studi, yang mempersiapkan seseorang untuk diterima pada

  16 C.

  

TAHAP PERKEMBANGAN KARIER DAN TUGAS PERKEMBANGAN

KARIER Tugas perkembangan menurut Achdiyat (1981: 1) adalah sejumlah tugas

yang harus dapat dilakukan oleh individu dalam suatu rentang usia tertentu dalam

kehidupan individu. Keberhasilannya dalam menunaikan tugas itu dapat

membawa kebahagiaan dalam menunaikan tugas-tugas berikut, sedangkan bila

gagal dalam menunaikan tugas itu, maka yang diperoleh adalah ketidakbahagiaan,

kekecewaan, dicela oleh masyarakat, dan kesulitan dalam mengahadapi tugas-

tugas berikutnya.

  Menurut pandangan Donal Super (Brown, 2003: 34), proses

perkembangan karier dibagi atas lima tahap, yaitu fase pengembangan (growth),

fase eksplorasi (exploration), fase pemantapan (establishment), fase pembinaan

(maintenance) dan fase kemunduran (decline). Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai tahap-tahap perkembangan karier dan tugas perkembangan karier yang akan dilalui oleh individu menurut Donal Super (Osipow, 1973: 138), yaitu:

  17 bermain, belajar di sekolah, membantu tugas-tugas rumah, orang tua dan kegiatan anak-anak lain.

  2. Fase eksplorasi atau exploration stage (15-24 tahun) Fase ini dimulai dengan kesadaran masing-masing pribadi bahwa pekerjaan adalah faktor yang ada dalam kehidupan. Selama fase ini individu masih

melakukan penjajakan dari beberapa pilihan karier yang sesuai bagi dirinya.

  Fase eksplorasi karier dibagi dalam tiga sub fase yakni:

  a. Cristalization atau kristalisasi (14-18 th.) Siswa SMP masuk ke dalam fase eksplorasi sub fase cristalization atau kristalisasi. Fase ini juga disebut fase tentatif. Tugas perkembangan karier pada fase ini adalah: 1) Memiliki kesadaran akan kebutuhan untuk memperoleh kejelasan minat karier.

  2) Mampu memanfaatkan sumber-sumber belajar yang mengarah pada preferensi karier.

  3) Memiliki kesadaran akan adanya banyak faktor dalam pilihan karier

  18 7) Memiliki kemampuan merumuskan kesukaan yang bersifat umum. 8) Tumbuhnya minat terhadap sesuatu yang relatif menetap.

9) Memiliki usaha untuk menggali informasi yang relevan dengan karier

yang diminati.

  

10) Mampu menyusun rencana berkaitan dengan usaha pencapaian karier

yang diminati 11) Bijaksana dalam mensikapi preferensi karier.

  b. Specification atau spesifikasi (18-21 th.) Tugas perkembangan karier pada fase ini adalah:

1) Tumbuhnya kesadaran akan kebutuhan untuk mengkhususkan pilihan

karier atau preferensi karier.

  

2) Mampu memanfaatkan sumber-sumber belajar yang mengarah pada

pengkhususan preferensi karier.

  

3) Memiliki kesadaran akan adanya bayak faktor dalam pilihan karier

yang harus dipertimbangkan.

  4) Memiliki kesadaran akan adanya berbagai kemungkinan

  19 9) Memiliki usaha untuk menggali informasi yang relevan dengan karier yang diminati.

  10) Mampu menyususun rencana berkaitan dengan usaha pencapaian karier yang diminati.

  11) Bijaksana dalam mensikapi preferensi karier. 12) Memiliki percaya diri dalam preferensi karier khusus.

  c. Implementation atau implementasi (21-24 th.) Tugas perkembangan karier pada fase ini adalah: 1) Memiliki kesadaran akan kebutuhan untuk mewujudkan atau mengimplementasikan pilihan karier.

  2) Mampu menyusun rencana untuk terjun ke dalam dunia karier/pekerjaan.

  3) Mampu melaksanakan rencana karier yang sudah disusun untuk memenuhi tuntutan kualitas dalam memasuki dunia kerja.

  4) Mampu mendapatkan pekerjaan awal (entry job).

  3. Fase pemantapan atau establishment stage (25-44 tahun)

  20

2) Mampu menyusun rencana untuk tetap mempertahankan karier.

3) Menjadi semakin berkualitas dan menuju karier yang stabil atau dapat menerima kemungkinan kariernya tidak menjadi stabil karena berbagai faktor. 4) Mampu mendapatkan pekerjaan yang tetap dan stabil atau melakukan tindakan tertentu atas kemungkinan tidak mendapatkan pekerjaan yang stabil.

  b. Consolidation atau konsolidasi (35-44 tahun) Tugas perkembangan karier pada fase ini adalah: 1) Memiliki kesadaran akan kebutuhan memantapkan dan meningkatkan karier.

  2) Memiliki informasi tentang bagaimana caranya memantapkan dan meningkatkan karier.

  3) Mampu membuat perencanaan untuk memantapkan dan meningkatkan kualitas dan posisi karier.

  4) Mampu melakukan rencana konkret untuk pemantapan dan peningkatan kualitas dan posisi karier.

  21 Pada fase ini individu mulai memasuki masa pensiun hingga individu pensiun. Tugas perkembangan karier fase ini adalah: a. Memiliki penurunan aktivitas karier atau pekerjaan.

b. Pensiun

  c. Mampu merencanakan dan melakukan aktivitas lain sebagai sumber kepuasan lain pengganti karier atau pekerjaan, sepeti malakukan kerja sosial, kerja paruh waktu, dan lain-lain.

D. PERSPEKTIF TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL, EMOSIONAL DALAM PERKEMBANGAN KARIER

  Teori perkembangan karier mengacu pada berbagai teori-teori

perkembangan. Teori perkembangan itu antara lain teori perkembangan kognitif,

teori perkembangan moral dan teori perkembangan emosional. Di bawah ini akan

dijelaskan mengenai teori-teori perkembangan yang sesuai dengan tahap

perkembangan karier fase eksplorasi yang sesuai dengan siswa SMP kelas IX,

yakni usia 14-16 tahun.

  22

b. Kemampuan mental dan inteligensi.

  Menurut Mahfudin Salahudin, orang yang intelligent adalah orang

yang dapat menyelesaikan persoalan dalam waktu yang lebih singkat,

memahami masalahnya lebih cepat dan cermat, serta mampu bertindak cepat.

Jean Piaget mengatakan bahwa inteligensi adalah seluruh kemampuan

berpikir dan bertindak secara adaptif, termasuk kemampuan mental yang kompleks seperti berpikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan menyelesaikan persoalan-persoalan.

  Menurut Jean Piaget, perkembangan intelek/kognitif dibagi menjadi empat (4) tahapan sebagai berikut: a. Tahap sensori-motoris

Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini, anak berada pada

suatu masa pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan-

kecenderungan sensori-motoris yang sangat jelas. Dalam melakukan

interaksi dengan lingkungan sekitarnya, anak mengembangkan kemampuannya untuk mempersepsi, melakukan sentuhan-sentuhan,

  23 oleh unsur perasaan, kecenderungan alamiah, dan sikap-sikap yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya.

  c. Tahap operasional konkret Tahap ini dialami pada usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai

menyesuaikan dengan diri dengan realitas konkret dan rasa ingin tahunya

sudah mulai berkembang. Anak sudah dapat mengamati, menimbang,

mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara

yang egosentris dan lebih objektif. Tahap operasional konkret ditandai

dengan karakteristik menonjol bahwa segala sesuatu dipahami sebagaimana pengalaman yang mereka alami.

  d. Tahap operasional formal

Tahap ini dialami pada usia 11 tahun ke atas. Pada tahap ini, anak sudah

mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupakan hasil dari berpikir logis. Anak sudah mulai mampu

mengembangkan pikiran formalnya, anak sudah mulai mampu mencapai

logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi. Arti simbolik dan

  24

a. Anak dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstarksi

(anak sudah dapat berpikiran yang bisa diterima akal sehat dan masuk akal, serta sudah mampu menyimpulkan sesuatu).

  b. Anak mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak.

  c. Anak mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis.

  d. Anak mampu membuat perkiraan (forecasting) di masa depan.

  e. Anak mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri/ mawas diri.

  

f. Anak mampu membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan

sebagai orang dewasa.

  

g. Anak mampu menyadari dan mempertahankan kepentingan masyarakat di

lingkungan tempat ia tinggal.

  2. Perkembangan Moral Kohlberg mengidentifikasi adanya enam tahap tingkatan

perkembangan moral; dua tahap dalam tiga tingkatan : pra-konvensional,

konvensional, dan pasca-konvensional (Duska R. dan Whelan, M.: 1982: 59).

  a. Tingkatan Pra-Konvensional

  25 Tahap 1. Orientasi hukuman dan kepatuhan. Akibat-akibat fisik dari tindakan menentukan baik-buruknya tindakan itu, entah apa pun arti atau nilai akibat-akibat tindakan itu.

  Tahap 2. Orientasi relativis instrumental. Tindakan benar adalah tindakan pemenuhan kebutuhan sendiri atau kadang-kadang memenuhi kebutuhan orang lain.

  b. Tingkatan Konvensional Tingkatan konvensional dimulai pada usia 10- 15 tahun. Pada tingkatan ini, memenuhi harapan-harapan keluarga, kelompok atau bangsa dianggap sebagai sesuatu yang berharga bagi dirinya sendiri, tidak peduli apapun akibat yang langsung dan yang kelihatan. Tingkatan ini dibagi menjadi dua tahap:

  Tahap 3. Orientasi masuk ke kelompok “anak baik” dan “anak manis” . Tingkah laku yang baik adalah tingkah laku yang menyenangkan atau membantu orang-orang lain dan yang mendapat persetujuan mereka.

  Tingkah laku seringkali dinilai menurut intensinya. Orang berusaha untuk

  26

c. Tingkatan Pasca-konvensional Tingkatan pasca-konvensional dimulai pada usia 16 tahun ke atas.

  

Pada tingkatan ini ada usaha-usaha yang jelas untuk mengartikan nilai-

nilai moral dan prinsip-prinsip yang dapat dijadikan pedoman serta dapat

dilaksanakan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang memegang

prinsip-prinsip tersebut dan terlepas dari apakah individu yang

bersangkutan termasuk kelompok-kelompok itu atau tidak. Tingkatan ini

dibagi menjadi dua tahap:

  Tahap 5. Orientasi kontrak-sosial legalitas. Biasanya dengan tekanan utilitaristis (mementingkan kegunaanya). Tindakan benar

cenderung dimengerti dari segi hak-hak individual yang umum dan dari

segi patokan-patokan yang sudah dikaji dengan kritis dan disetujui oleh

seluruh masyarakat.

  Tahap 6. Orientasi azas etika universal. Benar diartikan dengan keputusan suara hati, sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang dipilih sendiri, dengan berpedoman pada pengertian menyeluruh yang dapat

  27 pada ketertiban itu, dan sikap ingin mengidentifikasi diri dengan orang-orang

atau kelompok yang ada di dalamnya (Duska R. dan Whelan, M.: 1982: 60).

  3. Perkembangan Emosional Menurut Ali, Mohammad dan Asrori (2005: 67), masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Masa remaja bisanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna.

  Remaja juga sering mengalami persaaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.

  Tahap perkembangan emosional siswa SMP kelas IX adalah tahap dimana tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh dirinya sendiri.hal itu menjadi masalah tersendiri bagi mereka. Tuntutan peningkatan tanggung jawab tidak hanya datang dari orang tua atau anggota keluarganya tetapi juga dari masyarakat sekitarnya. Tak jarang masyarakat menjadi

masalah bagi remaja. Akibatnya, remaja seringkali ingin membentuk nilai-

  28 Siswa SMP dalam mencapai kematangan karier fase eksplorasi sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitif, perkembangan moral dan juga perkembangan emosional. Perkembangan kognitif siswa SMP, sudah memasuki tahap operasional konkret, dimana mereka sudah mulai mampu mengembangkan pikiran formalnya, sudah mampu mencapai logika dan rasio. Hal ini akan akan membantunya dalam memanfaatkan sumber-sumber belajar yang mengarah pada preferensi karier. Perkembangan moral siswa SMP memasuki tingkatan konvensional, dimana mereka ingin memenuhi harapan- harapan keluarga, kelompok atau bangsa yang dianggapnya sebagai sesuatu yang berharga bagi dirinya. Hal ini akan membantunya dalam mempertimbangkan banyaknya faktor dalam pilihan karier. Perkembangan emosional siswa SMP dimana mereka sedang mengalami emosi yang kurang stabil, perasaan yang tidak nyaman, tidak tenang, dan khawatir kesepian. Hal ini akan mempengaruhinya dalam pilihan karier yang diminatinya.

  E.

  29 Menurut Sukardi (1987: 20), bimbingan karier lebih menitikberatkan pada perencanaan kehidupan, terutama potensi-potensi diri yang dimiliki oleh individu dan keadaan lingkungan sekitar, agar individu dapat memberikan peranan positif bagi masyarakat. Menurut Walgito (2005: 196), bimbingan karier merupakan bagian integral dari keseluruhan program pendidikan karier. Bimbingan karier atau bimbingan jabatan merupakan salah satu wujud upaya pendidikan karier atau pendidikan jabatan, dan harus berorientasi pada pendampingan karier manusia muda.

  2. Prinsip-prinsip Bimbingan Karier Menurut Sukardi (1987: 34), prinsip-prinsip bimbingan karier di sekolah antara lain:

  a. Memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk mengembangkan dirinya dalam pencapaian karier secara tepat.

  b. Memberikan pemahaman pada setiap siswa bahwa karier merupakan jalan hidup, dan pendidikan merupakan persiapan untuk hidup.

  c. Membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman akan diri sendiri

  30

f. Memberikan pengalaman kepada siswa yang berorientasi pada karier pada setiap tahap program pendidikan.

  g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguji konsep, berbagai peranan dan ketrampilannya untuk mengembangkan nilai-nilai dan norma- norma yang memiliki aplikasi bagi masa depan karier siswa.

  3. Tujuan Bimbingan Karier Menurut Sukardi (1987: 32), tujuan bimbingan karier di sekolah secara umum yaitu membantu siswa dalam memahami diri dan lingkungannya, baik

dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengarahan kegiatan-

kegiatan karier dan gaya hidup yang akan memberikan rasa kepuasan karena sesuai, serasi, dan seimbang dengan diri dan lingkungannya. Sedangkan tujuan bimbingan karier di sekolah secara khusus yaitu: a. Agar siswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang dirinya sendiri.

  Konsep diri karier merupakan suatu gambaran tentang diri pribadi yang meliputi pengetahuan tentang kemampuan kerja, minat, kebutuhan hidup, dan nilai-nilai.

  31

c. Agar siswa dapat mengembangkan sikap dan nilai dirinya dalam

menghadapi pilihan lapangan pekerjaan serta persiapan memasuki

lapangan pekerjaan. Pandangan yang obyektif tentang pekerjaan dapat

membantu siswa mengembangkan dan merancang masa depan yang lebih

baik, siswa memberikan pandangan tentang semua pekerjaan itu sama

baik, untuk itu pemberian informasi bagi siswa mengenai pengalaman

pekerjaan orang-orang sangat dibutuhkan.

  d. Agar siswa dapat meningkatkan ketrampilan berpikir, mampu mengambil

keputusan tentang jabatan yang sesuai dengan dirinya dan tersedia dalam

dunia kerja. Langkah-langkah yang bisa dilakukan ialah: (1)

mengumpulkan informasi, klasifikasi jabatan, analisa jabatan, pemahaman

tentang faktor yang mempengaruhi karier; (2) memahami potensi-potensi

diri pribadi termasuk bakat, minat, pengetahuan, ketrampilan, sikap-sikap,

dan nilai-nilai; (3) melakukan pilihan pekerjaan atau jabatan yang bersifat

sementara; (4) merencanakan persiapan untuk memasuki pekerjaan yang

dipilihnya, termasuk merencanakan studi lanjutan, kursus-kursus; dan (5)

  32 Menurut Walgito (2005: 198) tujuan bimbingan karier akan dapat dicapai dengan cara: a. Bimbingan karier disusun dalam suatu paket tertentu, yaitu paket materi bimbingan karier.

  b. Kegiatan bimbingan karier dilaksanakan dalam kegiatan bimbingan klasikal kelas.

  c. Mengadakan pelaksanaan hari karier atau career day. Kegiatan ini diisi dengan ceramah dari orang-orang yang dianggap ahli yang dipandang

berhasil dalam dunia kerjanya, seperti dokter, polisi, tenaga pengajar.

  d. Mengadakan karyawisata karier yang diprogramkan oleh sekolah, yang berkaitan dengan pengembangan karier siswa

  4. Paket Bimbingan Karier Dalam rangka realisasi bimbingan karier, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan lima paket bimbingan karier. Paket bimbingan karier ini diselenggarakan dalam kegiatan bimbingan klasikal. Paket-paket tersebut antara lain (Walgito, 2005: 200):

  33 2) Bakat, potensi dan kemampuan 3) Cita-cita/gaya hidup

4) Sikap

  

b. Paket II adalah paket mengenai nilai-nilai. Dengan paket ini siswa

diharapkan akan dapat mengetahui serta memahami nilai-nilai yang ada dalam dirinya dan juga nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Paket ini mencakup: 1) Nilai kehidupan 2) Saling mengenal dengan nilai orang lain 3) Pertentangan nilai-nilai dalam diri sendiri 4) Pertentangan nilai-nilai sendiri dengan orang lain 5) Nilai-nilai yang bertentangan dengan kelompok atau masyarakat 6) Bertindak atas nilai-nilai sendiri

c. Paket III adalah paket yang berkaitan dengan pemahaman lingkungan.

  Dengan paket ini siswa diharapkan akan dapat mengetahui serta memahami keadaan lingkungan. Paket ini mencakup hal-hal yang

  34 memahami hambatan-hambatan apa yang ada dalam rangka pencapaian tujuan, dan setelah mengetahui hambatannya maka akan mencoba cara pemecahan atas hambatan yang ada. Paket ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan: 1) Faktor pribadi 2) Faktor lingkungan 3) Manusia dan hambatan 4) Cara-cara mengatasi hambatan

e. Paket V adalah paket yang berkaitan dengan merencanakan masa depan.

  Dengan paket ini siswa telah mampu merencanakan masa depannya.paket ini hal-hal yang berkaitan dengan: 1) Menyusun informasi diri 2) Mengelola informasi diri 3) Mempertimbangkan alternatif 4) Keputusan dan rencana

5) Merencanakan masa depan

  35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang

  

dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian

dilakukan, dengan menggunakan metode survai. Tujuan survai adalah mengumpulkan informasi tentang variabel dan bukan informasi tentang individu (Furchan, 1982: 418). Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tingkat kematangan karier siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 fase eksplorasi karier dan implikasikannya pada usulan program bimbingan karier klasikal.

B. Subyek Penelitian

  Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2007/2008. Total kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta adalah 4 (empat) kelas, yaitu IXA, IXB, IXC, dan IXD. Subyek

  36 alasan keterbatasan waktu, maka 62,5% tetap digunakan sebagai subyek penelitian.

  Tabel 1. Jumlah siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta Tahun pelajaran 2007/2008

KELAS JUMLAH SISWA

  IX A (cooperation) 33 Siswa

  IX B (humbleness) 32 Siswa

  IX C (honesty) 32 Siswa

  IX D (unity) 32 Siswa Total 129 Siswa

C. Instrumen Penelitian

  1. Kuesioner Kematangan Karier Fase Eksplorasi Karier Alat yang digunakan untuk menggali data dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti dengan dibantu dosen pembimbing. Kuesioner yang akan dipakai dalam pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner berstruktur atau bentuk tertutup dan kuesioner bentuk terbuka (Furchan, 1982: 249). Kuesioner disusun berdasarkan tugas perkembangan karier yang sesuai dengan tahap perkembangan karier siswa SMP kelas IX yaitu fase eksplorasi karier sub fase kristalisasi (cristalization),

  37 No

  4. Memiliki kesadaran akan adanya berbagai kemungkinan yang mempengaruhi pencapaian tujuan.

  72

  51,66

  b. Siswa mampu merumuskan pilihan jurusan di SMA yang sesuai dengan dirinya.

  5. Memiliki kemampuan merumuskan kesukaan yang bersifat umum.

  7

  50 62-65 67-68

  b. Siswa mempunyai pengetahuan tentang hubungan perubahan berbagai hal yang dapat berpengaruh pada

pencapaian tujuan.

  a. Siswa mempunyai kesiapan dalam menghadapi kemungkinan yang dapat mempengaruhi tujuan siswa.

  6

  VARIABEL SUB VARIABEL No.

  9-14

  Melakukan kegiatan dalam memanfaatkan sumber belajar yang mengarah pada preferensi karier, seperti mencari informasi melalui buku, media cetak, media informasi, dan mengamati langsung.

  3. Mampu memanfaatkan sumber-sumber belajar yang mengarah pada preferensi karier.

  7

  45-49 53-54

  Selain menyebutkan dan memilih, siswa mampu membandingkan antara minat dan nilai-nilai hidup yang sesuai dengan dirinya dan yang dapat mempengaruhi pilihan kariernya.

  2. Memiliki kemampuan mengidentifikasi dan membedakan minat dan nilai-nilai hidup.

  8

  Item Jumlah Item minat karier

a. Siswa dapat menentukan SMA/SMK yang diinginkan.

  38 No

Dokumen yang terkait

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 15

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 26

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 14

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 16

POLA PENGASUHAN ORANGTUA MENURUT SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007-2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

0 0 118

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN KEGIATAN BIMBINGAN PADA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20062007 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sa

0 0 184

DESKRIPSI KECERDASAN INTRAPERSONAL PARA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR ST.YOSEF SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 20062007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

0 0 142

DESKRIPSI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA-SISWI KELAS VIII SMP NEGERI I TEPUS GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20072008 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S

0 0 134

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI IPA DAN IPS SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20072008 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indo

0 2 117

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT BELAJAR SISWI -SISWI KELAS X SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2008 2009 DAN USULAN TERHADAP TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidik

0 0 120