EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SLTP PADA POKOK BAHASAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY-TERBIMBING PADA SLTP KRISTEN 1 KLATEN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

  

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SLTP PADA

POKOK BAHASAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN

METODE DISCOVERY-TERBIMBING

PADA SLTP KRISTEN 1 KLATEN

  

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

  

Disusun oleh:

Ari Purwadi

NIM : 021424016

  

PRO G RA M STUDI PENDIDIKA N FISIKA

JURUSA N PENDIDIKA N M A TEM A TIKA DA N ILM U PENG ETA HUA N

A LA M

FA KULTA S KEG URUA N DA N ILM U PENDIDIKA N

UNIV ERSITA S SA NA TA DHA RM A

YO G YA KA RTA

  

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SLTP PADA

POKOK BAHASAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN

METODE DISCOVERY-TERBIMBING

PADA SLTP KRISTEN 1 KLATEN

  

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

  

Disusun oleh:

Ari Purwadi

NIM : 021424016

  

PRO G RA M STUDI PENDIDIKA N FISIKA

JURUSA N PENDIDIKA N M A TEM A TIKA DA N ILM U PENG ETA HUA N

A LA M

FA KULTA S KEG URUA N DA N ILM U PENDIDIKA N

UNIV ERSITA S SA NA TA DHA RM A

  SKRIPSI EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SLTP PADA POKOK BAHASAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY-TERBIMBING PADA SLTP KRISTEN 1 KLATEN

  Dipersembahkan dan ditulis oleh : Ari Purwadi

  NIM : 021424016 Talah dipertahankan di depan Panitia Penguji

  Pada tanggal 24 Juli 2009 Susunan Panitia Penguji

  Nama Lengkap Tanda tanggan Ketua : Drs. Domi Severinus, M.Si ………………… Sekretaris : Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd ………………… Anggota :

  1. Drs. Fr. Y. Kartika Budi, M.Pd …………………

  2. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd …………………

  3. Drs. Domi Severinus, M.Si ………………… Yogyakarta 24 Juli 2009

  Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak membuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sbagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 09 Juni 2009 Penulis

  Ari Purwadi

  

ABSTRAK

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SLTP

PADA POKOK BAHASAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE

DISCOVERY-TERBIMBING PADA SLTP KRISTEN 1 KLATEN

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertama, apakah ada perbedaan pada tingkat keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar; kedua, untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang kalor; ketiga, untuk mengetahui seberapa besar tingkat minat siswa terhadap pembelajaran fisika.

  Penelitian ini dilaksanakan di SLTP Kristen 1 Klaten pada tanggal 14-23 April 2009 dengan mengambil sempel 32 siswa dari kelas VIIA.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat keterlibatan siswa secara individual keterlibatan menjawab pertanyaan dan mengerjakan latihan lebih banyak dibandingkan dengan keterlibatan mengajukan pertanyaan dan pada tingkat keterlibatan siswa secara klasikal tidak ada perbedaan, selain itu hasil penelitian menunjukan pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery-Terbimbing sangat efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa pada konsep kalor. Dan pada hasil belajar Post-Test jumlah siswa yang mendapatkan nilai baik lebih banyak dibandingkan siswa yang mendapat nilai kurang. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar fisika dengan menggunakan metode Discovery- Terbimbing. Selain itu diperoleh bahwa minat belajar fisika siswa mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Hanya 37,5% siswa yang tergolong kurang berminat dan selebihnya tergolong siswa yang berminat dan sangat berminat.

  

ABSTRACT

THE EFFECTIVITY OF PHYSICS LEARNING IN JUNIOR SECONDARY

SCHOOL ON THE SUBJECT MATTER OF HEAT

BY MEANS OF GUIDED-DISCOVERY METHOD AT

THE SLTP KRISTEN 1 KLATEN

  This research aimed at finding out, first, whether any different in student involvement in learning-teaching activity; second, to know the students’ comprehension on subject matter heat; third, to know the students interest on the physics learning.

  This research was implemented in SLTP Kristen 1 Klaten from 14 to 23 of April 2009 with total samples 32 students derived from class VIIA.

  The research’s result proved that student individually involve in answering questions and completing the exercise problems more often that their involvement in asking each student’s questions, while classically there was no different in their involvement. Additionally, the research suggesting that guided-discovery method was very effective in increasing students’ comprehension on heat concept. In the post-test study, more students got good mark than students who got lower mark. These results suggesting that there were increasing in students’ learning achievement by using the guided-discovery method. Moreover, students interest in learning physics was increasing. Only 37 percents student include in less interest group and the rest students were included in interest and very interest groups.

  KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-

  Nya yang telah diberikan kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SLTP PADA

  

POKOK BAHASAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE

DISCOVERY-TERBIMBING PADA SLTP KRISTEN 1 KLATEN” yang

  disusun guna memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta. dalam penulisan dan penyusunan skripsi, penulis banyak mendapat bimbingan, saran dan nasehat yang bermanfaat dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

  1. Ibu Dra. Maslichah Asy’ari, M. Pd selaku dosen pembimbing yang telah membimbing saya dengan baik dan mau menerima saya dengan segala kerendahan hati membantu saya dan membimbing saya dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. T. Sarkim, Ed.,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

  3. Bapak Drs Sunto Hadori selaku kepala sekolah SLTP Kristen 1 Klaten yang telah membantu dalam memeberikan ijin penelitian.

  4. Dosen-dosen jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam khususnya Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan bekal ilmu kepada saya.

  5. Bapak Sunarjo dan bapak Sugeng sebagai Staf Tata Usaha Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah membantu dalam perijinan.

  6. Ibu Istineng Tyas selaku guru bidang studi Fisika Di SLTP Kristen 1 Klaten yang dengan senang hati membantu penelitian ini.

  7. Kepada siswa SLTP Kristen 1 kelas VIIA yang telah membantu dan rela sebagai subyek penelitian.

  8. Bapak dan Ibu Mardiman atas doa, kasih sayang, perhatian dukungan, dorongan, semangat dan biaya yang tiada henti hingga semua ini dapat selesai.

  9. Kepada Fransiska Dyah Susanti/soulmateku yang selalu mendoakan aku sehingga aku mampu melewatinya.

  10. Sahabat-sahabat yang selalu memberi dukungan moral dan material kepadaku: mbak Ika, Andre, Krisna, Era, Lepek, Wawan, Osnita, kodok, dan teman-teman seangkatanku yang selalu memberiku dukungan.

11. Segenap keluarga Bapak Petrus Sugito yang selalu menyemangati aku untuk menyelesaikan skripsi ini.

  Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pembelajaran, sekalipun penulis menyadari ketidak sempurnaan skripsi ini.

  Yogyakarta, Juli 2009 Penulis

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ……………………………………………….............. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………… ... ii HALAMAN PENGESAAN ……………………………………………….... iii

  PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………...... iv ABSTRAK………………………………………………............................... v

  ABSTRACT ………………………………………………............................ vii KATA PENGANTAR ………………………..……………………………... ix

  DAFTAR ISI ……………………………………………………………....... xii DAFTAR TABEL……………………………………….…………………… xv DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………... xvii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………………........ 1 B. Perumusan Masalah …………………………………………………... 3 C. Tujuan Penelitian ……………………………....................................... 4 D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………. 4

  BAB II DASAR TEORI ………………………………………………………... 6 A. Hakikat Pembelajaran ..….……………........…………………………… 6 B. Minat Belajar Fisika ……....….…………….…………………………… 8 C. Pembelajaran Yang Efektif…….. …………………….………………… 11 D. Kalor ………………………….……………………………………….... 12 1. Pengertian Kalor………………………………………………........ 12 2. Perpindahan Kalor ……………………….…...……………………. 12 E. Discovery-Terbimbing …………...……………………………………… 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………….. 17 A. JENIS PENELITIAN ………………………………………………….. 17 B. WAKTU DAN TEMPAT …………..………………………………….. 17 C. POPULASI DAN SAMPEL …………..………………………………. 17 D. PENGAMBILAN SAMPEL…………………………………………… 17 E. INTRUMEN PENELITIAN ……………………………………............ 18 F. METODE ANALISIS DATA ………………………………………..... 23

  1. Analisis Efektivitas Keterlibatan Siswa ……………................ 23

  2. Analisis Efektivitas Hasil Belajar Siswa ……………………... 28

  3. Analisis Efektivitas Minat Siswa …………………………….. 29

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ….…………………………………… 32 A. HASIL ANALISIS DATA ……………….......…................................ 32 1. Keterlibatan Siswa …………………..………………………….. 32 2. Hasil Belajar Siswa…….... ……………………………………... 36 3. Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika…………………….. 37 B. PEMBAHASAN……………………………………………………... 39 1. Keterlibatan Siswa ……………………………………………… 39 2. Hasil Belajar Siswa ……………………………...…………….... 39 4. Kuesioner Minat.…………….…….…………………………….. 41 BAB V PENUTUP……………………………………………………………... 42 A. KESIMPULAN ………….…………………………………………… 42 B. SARAN …………….……………………………………………….... 43 DAFTAR PUSTAKA ………….……………………………............................. 44

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Lembar Observasi .…….…………………………………............ 21 Tabel 2. Lembar Catatan Keterlibatan Klasikal Siswa dari Data LKS …

  22 Tabel 3. Keterlibatan Siswa Secara Individual ………………………….

  24 Tabel 4. Kriteria Kualifikasi Keterlibatan Siswa ………………………..

  25 Tabel 5. Keterlibatan Setiap Siswa Menurut Hasil Kerja Siswa dalm LKS 26 Tabel 6. Distribusi Kualifikasi Keterlibatan Seluruh Siswa Pada Aspek Menjawab Pertanyaan …………………………………..............

  27 Tabel 7. Kualifikasi Efektivitas Keterlibatan Seluruh Siswa Pada Setiap Aspek Keterlibatan Menjawab Pertanyaan ..................................

  27 Tabel 8. Kualifikasi Pemahaman Setiap Konsep ....................................... 28 Tabel

  9. Kualifikasi Tingkat Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan metode Discovery-Terbimbing Pada Pokok Bahasan Kalor …………………………………………………

  31 Tabel 10. Data Keterlibatan Siswa Secara Individual ……………………

  33 Tabel

  11. Data Kualifikasi Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menjawab Pertanyaan Pada Lembar Kegiatan Siswa………………………

  34 Tabel 12. Disteribusi Kualifikasi Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menjawab Pertanyaan Pada Lembar Kegiatan Siswa………………………… 34 Tabel 13. Kualifikasi Efektivitas Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menjawab Pertanyaan Pada Lembar Kegiatan Siswa………………………… 35

  Tabel 14. Data Kualifikasi Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menyimpulkan Data Hasil Percobaan ……………….………………………….............. 35

  Tabel 15. Distribusi Kualifikasi Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menyimpulkan Data Hasil Percobaan …………………………………………… 36

  Tabel 16. Kualifikasi Efektivitas Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menyimpulkan Data Hasil Percobaan …………………………………………… 36

  Tabel 17. Data Siswa Untuk Pre-Test Dan Post-Test Pada Pokok Bahasan Kalor………………………………………………………………

  37 Tebel 18. Distribusi Skor Hasil Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika …………………………………………………………….. 38

  Table 19 Jumlah Siswa dan Untuk Prosentase Untuk Setiap Tingkat Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika.…………………………… 38

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Data Keterlibatan Siswa Secara Individual……………………. 46 Lampiran 2 Data Keterlibatan Semua Siswa Pada Aspek Keterlibatan Menjawab Pertanyaan Selama Percobaan………………………………….

  47 Lampiran 3 Data Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menyimpulkan Data…… 48 Lampiran 4 Data Nilai Siswa Untuk Pre-Test Dan Post-Test Pada Pokok Bahasan Kalor……………………..……………………………………..

  49 Lampiran 5 Data Hasil Kuesioner Minat Siswa Terhadap Fisika Pada Pokok Bahasan Kalor Dengan Metode Discovery-Terbimbing .…........

  51 Lampiran 6 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran …………………….…..

  53 Lampiran 7 Contoh Lembar Kegiatan Siswa..………………………………

  59 Lampiran 8 Hand Out………………………………………………………. 67 Lampiran 9 Lmbar Kegiatan Siswa………………..………………………..

  70 Lampiran 10 Soal Pre-test dan Post-Test……………………………………..

  79 Lampiran 11 Contoh Hasil Soal Pre-Test dan Post-Test …...………………... 82 Lampiran 12 Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika............... 90 Lampiran 13 Contoh Hasil Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika..................................................................................................................... 94 Lampiran 14 Rincian Kegiatan ......................................................................... 96

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam aktifitas belajar mengajar di tingkat pendidikan Sekolah Dasar maupun di

  tingkat Sekolah Menengah Atas masih banyak guru cenderung menggunakan metode yang kurang bervariasi untuk pengajaran sains. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar adalah metode atau cara guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Guru sering mengajarkan sains (IPA) secara abstrak dan matematis. Dalam pengajaran guru kurang maksimal dalam menggunakan alat-alat peraga. Keadaan tersebut membuat siswa menjadi bosan sehingga tidak menyukai pelajaran sains dan beranggapan bahwa pelajaran fisika (sains) itu sulit. Proses belajar akan terjadi apabila ada aktifitas belajar dari murid karena belajar adalah merupakan suatu proses untuk menemukan sesuatu dari pada suatu proses untuk mengumpulkan sesuatu (Paul Suparno, 2002).

  Proses belajar mengajar adalah merupakan aktifitas yang melibatkan dua pihak yaitu guru sebagai pendidik dan siswa sebagai yang terdidik, tetapi hasil belajar yang utama harus dirasakan oleh siswa sendiri maka tugas guru disini lebih sebagai fasilitator yang memberikan bimbingan kepada siswa atau anak didik untuk berproses dan bukan sebagai sumber informasi yang mendominasi kegiatan.

  Pembelajaran sains akan lebih menarik apabila menggunakan cara atau metode tersebut adalah metode Discovery. Metode Discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, memanipulasi objek-objek dan eksperimentasi oleh siswa sebelum membuat generalisasi sampai siswa menyadari suatu konsep. Dengan kata lain discovery terjadi apabila siswa terutama terlibat dalam menggunakan proses mentalnya (misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur dan menarik kesimpulan) untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.

  Pembelajaran dengan metode discovery adalah pembelajaran yang didasari oleh konstruktivistik. Konstruktivistik adalah pembelajaran dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui serangkaian interaksi dengan guru, teman, dan lingkungannya. Pembelajaran konstruktivistik adalah pembelajaran yang dilandasi filsafat konstruktifistik yaitu salah satu filsafat ilmu pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan seseorang merupakan hasil konstruksinya sendiri. Inti dari pembelajaran konstruktivistik adalah keterlibatan siswa secara berkesinambungan dalam kegiatan yang relevan dalam membangun pengetahuan (Paul Suparno, 1997), dan seperti yang diungkapkan dalam buku Bruner (1960) yang dikutip oleh Winataputra The Process of Education, menjelaskan tentang kegiatan belajar dengan proses menemukan sendiri (discovery learning). Menurutnya selama kegiatan belajar berlangsung hendaknya siswa dibiarkan mencari/menemukan sendiri makna segala sesuatu yang dipelajari. Mereka perlu diberi kesempatan berperan sebagai pemecah masalah. Dengan cara tersebut diharapkan mereka mampu memahami konsep-konsep

  Salah satu cara yang dapat melibatkan siswa dalam proses membangun pengetahuan adalah pembelajaran dengan metode Discovery, dimana metode Discovery merupakan metode yang dapat diterapkan di SD, SLTP, SLTA maupun diperguruan tinggi. Metode ini digunakan untuk penelitian di SLTP pada kelas

  VII yang materi pembelajaran dibatasi pada materi pokok kalor, oleh sebab itu judul penelitian ini adalah “EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SLTP

  PADA POKOK BAHASAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY-TERBIMBING “

B. PERUMUSAN MASALAH 1.

  Sejauh mana efektivitas keterlibatan siswa terhadap pembelajaran fisika di SLTP pada pokok bahasan kalor dengan metode Discovery-Terbimbing? 2. Bagaimana pemahaman konsep siswa dari pembelajaran fisika pada pokok bahasan kalor dengan metode Discovery-Terbimbing?

  3. Bagaimana minat atau sikap siswa terhadap pembelajaran fisika di SLTP pada pokok bahasan kalor dengan metode Discovery-Terbimbing?

C. TUJUAN PENELITIAN 1.

  Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas keterlibatan siswa terhadap pembelajaran fisika di SLTP pada pokok bahasan kalor dengan metode Discovery-Terbimbing.

  2. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan Kalor setelah pembelajaran dengan metode Discovery-Terbimbing.

  3. Untuk mengetahui bagaimana minat atau sikap siswa terhadap pembelajaran fisika pada pokok bahasan kalor dengan metode Discovery-Terbimbing.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Guru

  Sebagai masukan untuk bahan pertimbangan guru dalam meningkatkan kreatifitas dan motivasi dalam belajar melalui metode yang menarik dan diharapkan pembelajaran menjadi lebih baik.

  2. Bagi Siswa

  Dengan pembelajaran menggunakan metode Discovery-Terbimbing peneliti berharap siswa dapat menggunakan alat-alat sederhana dan berani mengungkapkan gagasannya atau ide-idenya.

  3. Bagi Peneliti

  Peneliti menjadi lebih memahami pembelajaran fisika di SLTP dengan metode Discovery Terbimbing, termasuk mengetahui efektifitas, minat dan pemahaman konsep siswa terhadap pembelajaran dengan metode Discovery- Terbimbing.

BAB II DASAR TEORI A. HAKEKAT PEMBELAJARAN 1. Pengertian Belajar Proses belajar merupakan proses mengasimilasikan dan

  menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang. Belajar adalah suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadi interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa buku, lingkungan, guru atau sesama teman.

  Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik mereka berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri (Muhibbin syah, 1995:88). Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan, namun tidak sembarang di lingkungan menjamin adanya proses belajar. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana pelajar membangun sendiri pengetahuannya. Pelajar mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari.

  Menurut W.S Winkel (1987:36) belajar adalah suatu aktifitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkam perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan

  Beberapa prinsip belajar antara lain (1) belajar harus berorientasi pada tujuan, (2) belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada situasi permasalahan, (3) belajar dengan pengertian akan lebih bermakna dari pada belajar dengan hafalan, (4) belajar merupakan proses yang berkelanjutan, (5) belajar memerlukan kemauan yang kuat, (6) keberhasilan belajar ditentukan banyak faktor, (7) belajar secara keseluruhan akan lebih berhasil daripada belajar secara terbagi-bagi, (8) belajar memerlukan adanya kesesuaian antara guru dan murid, (9) belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap inti sari pelajaran itu sendiri.

2. Pengertian pembelajaran

  Pembelajaran adalah proses yang ditekankan pada kegiatan siswa dan proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang kegiatannya didominasi oleh siswa. Jadi yang ditekankan bukan terutama pada guru mengajar tetapi bagaimana guru menciptakan situasi, merancang kegiatan, membimbing, dan mengarahkan.

  Jadi dalam proses pembelajaran guru hanya sebagai fasilitator dan mediator. Menurut Suparno (1996:14) fungsi guru sebagai mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas antara lain (1) menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid mengambil tanggung jawab dalam membuat desain, proses, dan penelitian, (2) guru menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keinginan murid dan mengkomunikasikan ide ilmiahnya, (3) menyediakan sarana yang merangsang berfikir siswa secara produktif, (4) menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung belajar siswa, (5) menyemangati siswa dan menyediakan pengalaman konflik, (6) memonitor, mengevaluasi dan menunjukan apakah pemikiran siswa itu berjalan atau tidak, (7) guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan murid itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan, (8) guru membantu dalam mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan murid.

B. MINAT BELAJAR FISIKA 1. Pengertian Minat

  Menurut Winkel, yang dimaksud dengan minat adalah kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik pada bidang – bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung di dalamnya.

  Minat berhubungan dengan perasaan. Perasaan merupakan faktor psikis yang non-intelektual yang khusus berpengaruh terhadap semangat dan gairah belajar. Melalui perasaannya siswa mengadakan penilaian yang agak spontan terhadap pengalaman–pengalaman belajar di sekolah. Perasaan senang akan menimbulkan minat yang diperkuat dengan sikap yang positif. Dari ketiganya mana yang timbul terlebih dahulu sukar ditentukan dengan pasti. Mungkin berlaku urutan psikologis, yaitu perasaan senang menimbulkan sikap positif dan sikap positif menimbulkan minat. Jadi ada hubungan erat antara motivasi intrinsik, minat, dan perasaan senang.

  Karena minat tumbuh bila perasaan siswa senang, maka guru harus dapat membuat siswa merasa senang dalam belajar, misalnya dengan cara sebagai berikuit:

  a. Membina hubungan akrab dengan siswa namun tidak bertingkah seperti anak remaja.

  b. Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu sulit, namun juga tidak terlalu mudah.

  c. Menggunakan alat–alat pelajaran yang menunjang proses belajar mengajar.

  d. Bervariasi cara mengajarnya namun tidak berganti – ganti metode sehingga siswa menjadi senang.

  (Winkel, 1983 : 30-31) Seperti yang dikemukakan di atas, minat adalah kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik pada bidang–bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung di dalamnya (Winkel, : 30). Berdasarkan pada difinisi minat tersebut maka minat belajar fisika dapat dinyatakan sebagai kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik belajar fisika dan merasa senang mempelajari segala aspek dalam fisika.

2. Minat Belajar Fisika

  Seperti telah dikemukakan di atas, minat adalah kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung di dalamnya (Winkel, 1983 : 30). Berdasarkan pada difinisi minat tersebut, maka minat belajar fisika dapat dinyatakan sebagai kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik belajar fisika dan merasa senang mempelajari segala aspek dalam fisika.

  Siswa yang berminat belajar fisika cenderung akan mempelajari fisika sesuai dengan hakikatnya sebagai hasil, proses dan sikap. Mereka berusaha mempelajari dan memahami hasil keilmuan fisika dengan sungguh-sungguh sehingga benar-benar paham dan mengerti tentang konsep, prinsip dan hukum fisika. Mereka tidak hanya menghafal hasil keillmuan yang telah dihasilkan oleh para ilmuwan fisika, tetapi berusaha dengan sungguh-sungguh agar memahami dan mengerti tanpa merasa terpaksa bahkan merasa senang untuk melakukan.

  Untuk mempelajari proses keilmuan fisika, dengan berlatih melakukan percobaan-percobaan sebagai proses keilmuan, dibutuhkan kemauan dan kesungguhan. Siswa yang berminat belajar fisika adalah siswa yang suka belajar fisika dan senang mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh guru dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran. Salah satu contoh adalah metode komik yang digunakan oleh guru. Dalam proses dari 30 siswa dan selebihnya siswa sangat berminat dan berminat. Ini membuktikan bahwa siswa berminat terhadap pembelajaran fisika karena jumlah siswa yang berminat lebih bayak.

C. PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

  Suatu pengajaran dikatakan efektif bila apa yang dikerjakan selama proses pembelajaran benar yaitu apa yang dikerjakan dan cara mengerjakannya harus sesuai dengan hakekat pembelajaran, materi dan tujuannya (Kartika Budi, 2001: 24).

  Menurut Elis (1986) dalam (Kartika Budi, 2001: 25) efektivitas mengacu pada proses dan hasil. Dipandang dari hasil pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menghasilkan siswa dengan prestasi akademik tinggi. Dipandang dari proses, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang (1) ada kesesuaian antara proses dengan tujuan yang akan dicapai yang telah ditetapkan dalam kurikulum, (2) cukup banyak tugas-tugas yang dievaluasi untuk mengetahui perkembangan siswa dan untuk memperoleh umpan balik, (3) lebih banyak tugas-tugas yang mendukung pencapaian tujuan, (4) ada variasi metode pembelajaran, (5) pemantauan atau evaluasi perkembangan atau keberhasilan dilaksanakan secara bersinambungan dan (6) memberi siswa tanggung jawab yang lebih besar pada tugas yang dilakukan.

  Efektivitas proses dapat dilihat selama kegiatan belajar mengajar yaitu apakah siswa terlibat secara aktif dalam berbagai aspek keterlibatan tertentu. Aspek keterlibatan siswa diantaranya menjawab pertannyaan, membantu guru melakukan bertanya, (2) kemauan menjawab, (3) kemauan aktif diskusi dengan teman, (5) senang memperhatikan pada saat guru menjelaskan dan (6) kemauan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

D. KALOR a. Kalor Merupakan Bentuk Enegi

  Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari benda satu ke benda yang lain karena adanya perbedaan suhu diantara benda-benda tersebut. Kalor berpindah dari benda yang suhunya tinggi menuju suatu benda yang suhunya rendah. Jika sejumlah kalor diberikan pada suatu benda maka suhu benda tersebut akan naik.

I. Pengaruh Kalor terhadap Suhu Benda

  Jika kita mencampur segelas air panas dan air dingin campurannya menjadi hangat mengapa? Karena setelah bercampur suhu kedua air tersebut sama. Dalam hal ini air panas melepaskan kalor dan air dingin menerima kalor. Itulah sebabnya suhu air panas turun dan suhu air dingin naik setelah keduanya bercampur. Pada proses itu kalor yang dilepaskan oleh air panas diserap oleh air dingin.

  Jadi banyaknya kalor yang dilepaskan sama dengan banyaknya kalor yang diserap. Pernyataan ini dikenal sebagai asas Black. Jika banyaknya kalor yang dilepaskan atau yang diserap dilambangkan Q, maka secara

  Selain contoh di atas masih banyak contoh yang lain, misalnya waktu kita memasak air. Untuk mendidihkan air dalam ceret dengan kompor, dibutuhkan waktu tertentu, misalnya semakin banyak volum air yang dididihkan, semakin lama selang waktu yag diperlukan. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda bergantung pada besarnya kenaikan suhu benda dan massanya. Secara matematis hubungan tersebut dapat dituliskan : Q = m .

  ΔT Keterangan : Q = bayaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu m = massa benda ΔT = kenaikan suhu

  Selain kalor bergantung pada massa dan kenaikan suhu, kalor juga bergantung pada jenis zat. Berdasarkan pembahasan diatas banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu suatu benda dapat dirumuskan: Q = m . c .

  ΔT Keterangan : Q = bayaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu (J atau Kal) C = kalor jenis (Joule/kg C atau kal/kg

  C) m = massa benda (kg)

II. Pengaruh Kalor terhadap Wujud Zat

  Jika kita memanaskan es batu, es tersebut akan mencair. Es yang mencair tersebut jika dipanaskan terus maka volumnya akan berkurang sampai akhirnya habis. Hal ini menunjukkan bahwa kalor dapat mengubah wujud zat. Perubahan wujud yang terjadi antara lain mencair, membeku, menguap, mengembun dan menyublim.

  a.

  Mencair Mencair adalah proses perubahan wujud dari padat menjadi cair.

  Contoh: Es batu yang dipanaskan b. Membeku

  Membeku adalah proses perubahan wujud dari cair menjadi padat Contoh: air menjadi es batu.

  c.

  Menguap

  Menguap adalah proses perubahan wujud dari cair menjadi uap Contoh: waktu memasak air dan air laut yang terkena sinar matahari.

  d.

  Mengembun

  Mengembun adalah proses perubahan wujud dari gas menjadi cair Contoh: adanya embun pagi dan pada tutup gelas yang berisi air panas.

  e.

  Menyublim

  Menyublim

  adalah proses perubahan wujud dari padat menjadi gas atau gas menjadi padat

E. DISCOVERY TERBIMBING

  Pembelajaran sains akan lebih menarik apabila menggunakan cara atau metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan atau melibatkan siswa secara langsung. Salah satu metode tersebut adalah Discovery. Metode Discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan pada studi individual, manipulasi objek-objek, dan eksperimentasi oleh siswa sebelum membuat generalisasi sampai siswa menyadari suatu konsep atau suatu proses mental dimana anak atau individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Dengan kata lain ”Discovery” terjadi apabila siswa terutama terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.

  Suatu kegiatan discovery ialah suatu kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikin rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Proses mental misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur dan menarik kesimpulan.

  Untuk mengembangkan kemampuan pada diri siswa melalui pengajaran sains salah satunya dapat menggunakan metode Discovery. Metode Discovery memiliki banyak variasi salah satu diantaranya adalah Discovery terbimbing (Guided Dicovery-Inquiry Laboratory Lesson).

  • Discovery-Terbimbing (Guided discovery-inquiry laboratory lesson)

  Istilah ” Guided discovery-inquiry” digunakan apabila di dalam kegiatan ”discovery-inquiry” guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa.

  Berikut ini adalah suatu contoh pelajaran ”guided discovery-inquiry”. Sebagian besar perencanaanya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem, petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru. Dalam pelajaran ini siswa diharapkan menggunakan beberapa proses ”discovery”, misalnya mengamati, menjelaskan, menyimpulkan dan mengukur, selain itu pelajaran ini juga mengharuskan siswa menggunakan kemampuan ”inquirynya” misalmya merumuskan hipoteses dan mengetahui beberapa konsep dasar. salah satu contoh kenapa es batu jika dipegang terasa dingin dan kenapa bisa mencair.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang berupa semi eksperimen dan kesimpulan yang akan diambil berdasarkan analisis data statistik. B. TEMPAT DAN WAKTU Tempat : SLTP KRISTEN 1 KLATEN Waktu : Dilaksanakan pada semester II dari tanggal 14 s.d. 23 April 2009. C. SOBYEK PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kalangan siswa-siswa kelas VII A SLTP Kristen 1 Klaten yang berjumlah 32 siswa. D. PENGAMBILAN SOBYEK Waktu pengambilan sampel ditentukan secara serta merta tanpa acuan

  apa-apa. Karena tidak ada dasar prinsip yang digunakan dalam pembagian kelas, maka penelitian mengasumsikan bahwa kemampuan dasar siswa sama, materi yang diajarkan sama dan dilakukan oleh guru yang sama juga.

E. PENYUSUNAN INSTRUMEN 1. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran

  Sebelum mengajar guru wajib membuat persiapan mengajar yang disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana kegiatan guru yang berupa skenario pembelajaran tahap demi tahap mengenai kegiatan atau aktivitas yang akan dilakukan siswa bersama guru terkait materi yang akan dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Tujuan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun dimaksudkan untuk mempermudah guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

  Adapun format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai berikut: Satuan Pendidikan : ……………..

  Mata Pelajaran : …………….. Kelas/ Semester : …………….. Alokasi Waktu :……………...

  1. Standar Kompetensi : Memahami wujud zat dan perubahannya.

  2. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari–hari.

  3. Indikator a.

   Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda dan

  perubahan wujud zat b.

   Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat.

  c.

   Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur.

  d.

   Menerapkan hubungan Q = m . c . ΔT ; Q = m . U dan Q = m . L untuk menyelesaikan masalah sederhana.

  4. Materi Pokok Kalor.

  5. Uraian Materi Pokok

  6. Kegiatan Pembelajaran 6. 1. Kegiatan awal 6. 2. Kegiatan Inti 6. 3. Kegiatan penutup 2.

   Lembar Kegiatan Siswa Komponen terpenting dari lembar kegiatan siswa adalah kegiatan belajar.

  Kegiatan belajar disusun berdasarkan pada pengalaman belajar. Untuk kegiatan- kegiatan tertentu memerlukan petunjuk. Disamping komponen terpenting sangat baik bila dalam lembar kegiatan siswa terdapat komponen-komponen (1) identifikasi yang meliputi mata pelajaran, satuan pendidikan, kelas, semester dan alokasi waktu, (2) kompetensi dasar dan (3) indikator hasil belajar yang perlu diketahuai siswa. Format

  Format Lembar Kegiatan Siswa Mata pelajaran :…………………………… Kelas / Semester :…………………………….

  Alokasi Waktu :……………………………. I. :

  Kompetensi dasar

  II. : Indikator hasil belajar

  III. : Petunjuk umum

  IV. : Kegiatan belajar

  Kegiatan

  1 Kegiatan

  2 Kegiatan

  3 3.

   Lembar Observasi

  Lembar observasi dikembangkan dari lembar observasi yang telah digunakan oleh Kartika Budi (2001) dalam penelitiannya tentang “Berbagai Strategi Untuk Melibatkan Siswa Secara Aktif Dalam Proses Pembelajaran Fisika di SMU, Efektivitasnya dan Sikap Mereka Pada Strategi Tersebut”.

  Komponen–komponen yang ada dalam lembar observasi disesuaikan dengan data–data kegiatan yang diperlukan. Untuk mencatat data keterlibatan siswa secara individual digunakan lembar observasi dengan format sebagai berikut.

  Tabel 1. Lembar Observasi Tanggal : 16 dan 21 April 2009 Sub pokok Bahasan : Kalor Waktu : 2 x 45 menit

  

Kode Jenis Keterlibatan Frekuensi Prosentase Kualifikasi

Siswa Keterlibatan menjawab mengajukan mengerjakan pertanyaan pertanyaan latihan.

  1

  2

  3

  4 .

  .

  32 Kolom keterlibatan digunakan untuk mencatat informasi–informasi yang diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung misalnya siswa bertanya, menjawab pertanyaan dan mengerjakan latihan.

  Untuk mencatat keterlibatan siswa secara klasikal digunakan lembar catatan berikut. Tabel 2. Lembar Catatan Keterlibatan Klasikal Siswa Dari Data Lembar Kegiatan Siswa

  Kode Jenis Keterlibatan Siswa Menjawab Menyimpulkan Pertanyaan Data Hasil Percobaan

  1

  2 .

  .

  32 4.

   Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika Pada Pokok Bahasan Kalor Dengan Metode Discovery Terbimbing.

  Instrumen ini merupakan alat yang digunakan untuk mengukur minat siswa terhadap pembelajaran fisika pada pokok bahasan kalor dengan metode Discovery Terbimbing. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner tertutup, dimana responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan oleh peneliti. Soal–soal dalam kuesioner minat ini berjumlah 10 item.