KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN
INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
5.1
Potensi Pendanaan APBD
Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten Paser selama 5 (lima) tahun
terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 (lima) tahun
terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006
adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.
2. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.
3. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
5.1.1. Komponen Penerimaan Pendapatan
Sebagaimana dijelaskan dalam PP 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah dan Permendagri No. 13 tahun 2006, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Menjelaskan bahwa kebijakan perencanaan pendapatan daerah meliputi semua penerimaan
uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana dan merupakan hak
daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran. Seluruh pendapatan daerah yang dianggarkan
dalam APBD secara bruto mempunyai arti pendapatan yang dianggarkan tidak boleh
dikurangi dengan belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut
dan/atau dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil.
Pendapatan daerah ini ditetapkan berdasarkan perkiraan terukur secara rasional yang dapat
dicapai setiap sumber pendapatan.
Pendapatan daerah dikelompokan kedalam sumber-sumber penerimaan daerah yang
terdiri dari sumber penerimaan :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2. Dana Perimbangan dan
3. Pendapatan Lain-Lain Yang Sah
Termasuk dalam kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah :
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah.
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
LAPORAN AKHIR
5-1
Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) Yang Sah.
Berikut ini akan dijabarkan Gambar 5.1 Grafik prosentase Tabel 5.1 komponen
pendapatan APBD Kabupaten Paser selama 6 tahun terakhir dengan sumber data berasal
dari dokumen Realiasasi APBD dalam 6 tahun terakhir.
Berdasarkan tabel perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Paser 6 tahun
terakhir mengalami peningkatan di mana Tahun 2012 pendapatan daerah terhitung sebesar
2.005.315.415.893.62 dan mengalami peningkatan sebesar 2.358.880.738.480.22 pada
Tahun 2015. Akan tetapi terjadi penurunan sebesar 1.542.886.015.940.00 pada Tahun 2017
sebagai dampak dari defisit keuangan secara global. Berikut adalah Grafik perkembangan
proporsi pendapatan dan belanja dalam APBD untuk 6 Tahun terakhir. Gambar 5.1 Grafik
Perkembangan Pendapatan Daerah (%)
Gambar 5.1
Grafik Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Paser
Tahun 2012 - 2017
Sumber : Kabupaten Paser Dalam Angka tahun 2017
LAPORAN AKHIR
5-2
Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
Tabel 5.1
Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Paser Tahun 2012 – 2017
Sumber Anggaran
1. PAD
2. Dana Perimbangan
3. Lain - lain Pendapatan yang Sah
Jumlah Total
2012
(Rp)
2013
(Rp)
2014
(Rp)
2015
(Rp)
2017
(Rp)
70,120,813,122.99
68,934,130,711.84
106,682,252,130.62
86,622,900,100.22
102,867,446,621.41
106,116,388,840.00
1,418,669,782,479.00
1,445,158,188,070.00
1,340,404,046,845.00
1,620,447,645,255.00
1,378,678,848,469.00
1,099,984,895,100.00
516,524,820,291.63
590,704,362,856.00
637,537,844,000.00
651,810,193,125.00
337,806,231,824.27
336,784,732,000.00
2,005,315,415,893.62
2,104,796,681,637.84
2,084,624,142,975.62
2,358,880,738,480.22
1,819,352,526,914.68
1,542,886,015,940.00
Sumber : Kabupaten Paser Dalam Angka tahun 2017
LAPORAN AKHIR
2016
(Rp)
5-3
Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
5.1.2. Komponen Pengeluaran Belanja
Selanjutnya Berdasarkan PP No. 58 Tahun 2005 dan Permendagri No. 13 Tahun
2006,untuk belanja Daerah meliputi semua pengeluaran daerah yang merupakan urusan
pemerintah daerah selama tahun anggaran yang berkenaan dan dialokasikan dalam 2 (dua)
kelompok belanja daerah yang terdiri dari :
A. Belanja Daerah Tidak Langsung yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan.
B. Belanja Daerah Langsung adalah belanja yang dikeluarkan dan dianggarkan terkait
secara langsung kepada pelaksanaan program dan kegiatan.
1. Belanja Tidak Langsung ini terdiri dari :
1) Belanja Pegawai
2) Belanja Bunga
3) Belanja Subsidi
4) Belanja Hibah
5) Belanja Bantuan Sosial
6) Belanja Bagi Hasil Kepada Propinsi/Kabupaten/Kabupaten dan Pemerintah Desa
7) Belanja
Bantuan
Keuangan
Kepada
Propinsi/Kabupaten/Kabupaten
dan
Pemerintah Desa
8) Belanja Tidak Terduga
2. Belanja langsung terdiri dari :
1) Belanja Pegawai
2) Belanja Barang dan Jasa
3) Belanja Modal
Perkembangan belanja daerah Kabupaten Paser selama kurun waktu 2013 - 2017
mengalami kenaikan, dimana belanja total belanja pada tahun 2013 sebesar Rp.
914.105.286.202,- sedangkan pada tahun 2017 meningkat menjadi Rp 2.592.465.603.309.
Sementara itu, proporsi belanja terbesar selama kurun waktu 2013 - 2017 didominasi oleh
belanja modal dan belanja pegawai. Untuk lebih jelas, perkembangan belanja daerah
Kabupaten Paser selama tahun 2013 - 2017 dapat dilihat dalam Tabel 5.2.
LAPORAN AKHIR
5-4
Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
Tabel 5.2
Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Paser
Belanja Daerah
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Tahun 2013
Tahun 2014
914.105.286.202
362.963.068.625
150.378.421.461
400.763.796.116
1.119.422.295.005
395.875.360.765
204.303.939.515
519.242.994.725
Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017
1.239.973.559.508
447.477.240.661
165.219.662.100
627.276.656.747
1.725.871.876.672
637.369.623.498
288.199.014.142
800.303.239.032
2.592.465.603.309
711.092.595.421
346.050.556.355
1.535.322.451.533
Sumber : Hasil Analisa
Gambar 5.2
Grafik Perkembangan Belanja Daerah (%)
Kabupaten Paser Tahun 2013 - 2017
Sumber : Hasil Analisa
LAPORAN AKHIR
5-5
Pertumbuhan
(%)
19,31
15,00
15,53
27,38
Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
5.1.3. Komponen Pembiayaan
Komponen ini adalah sebagai pengimbang perbedaaan antara pendapatan dan biaya
dalam anggaran daerah. Unsur utama dalam komponen ini adalah sisa anggaran tahun lalu
yang merupakan saving keuangan daerah. Komponen Pembiayaan tersebut adalah :
A. Penerimaan Pembiayaan Daerah
a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya
b. Pencairan Dana Cadangan
c. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
d. Penerimaan Pinjaman Daerah dan obligasi daerah
e. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
f. Penerimaan Piutang Daerah
B. Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik
penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang
dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau
memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari
pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan
untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan
penyertaan modal oleh pemerintah.
Penerimaan pembiayaan
adalah
semua
penerimaan
Rekening
Kas
Umum
Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi
pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang
diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana
cadangan.
Pembiayaan tersebut bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Sebelumnya
(SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan,
penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan
piutang daerah, ada pun pembiayaan dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
a. Pembentukan Dana Cadangan
b. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
c. Pembayaran Pokok Utang
d. Pemberian Pinjaman Daerah
LAPORAN AKHIR
5-6
Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
Gambar 5.3
Grafik Penerimaan Pembiayaan Daerah Kabupaten Paser
Tahun 2013 - 2017
Sumber : Hasil Analisa
Berikut ini akan dijabarkan Tabel 5.3 komponen pembiayaan selama 5 (lima) tahun
terakhir di Kabupaten Paser.
LAPORAN AKHIR
5-7
Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
Tabel 5.3
Perkembangan Penerimaan Pembiayaan Kabupaten Paser Tahun 2013 – 2017
Pembiayaan Daerah
Penerimaan Pembiayaan
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
Daerah
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017
472.892.815.269,72
739.097.498.098,70
536.513.580.005,76
392.281.933.145,64
721.997.800.298,95
472.892.815.269,72
739.097.498.098,70
535.755.239.338,31
387.276.884.612,38
719.025.104.961,78
-
-
758.340.667,44
5.005.048.533,26
2.972.695.337,17
Sumber : Hasil Analisa
LAPORAN AKHIR
5-8
Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
5.1.4 Perkembangan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya Bersumber
dari APBD dalam 5 Tahun
Pemerintah
Kabupaten/Kota
permukiman di daerahnya.
memiliki
tugas
melihat
upaya
Untuk
untuk
membangun
pemerintah
prasarana
daerah
dalam
melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja
pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi
belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan
infrastruktur yang sudah ada.
Berdasarkan Tabel Potensi Pendanaan APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta
Karya Kabupaten Paser selama 5 Tahun terakhir
terjadi peningkatan dari Tahun 2013
sampai dengan Tahun 2015, dan mengalami penurunan pada Tahun 2016 dan 2017.
Alokasi dana APBD tertinggi pada Tahun 2013 sebesar Rp. 2.292.042.531.204,- dan alokasi
terendah pada Tahun 2017 sebesar Rp. 1.709.223.094.476,44. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 5.4 dan gambar 5.4.
Tabel 5.4
Matriks Potensi Pendanaan APBD Kabupaten Paser
untuk Pembangunan Bidang Cipta karya
Realisasi
Sektor
Pengembangan
2013
Kawasan
2014
2015
2016
2017
13,827,068,500.00
4,309,025,160.00
14,348,191,160.00
10,311,546,450.00
36,092,370,380
Penataan Bangunan dan Lingkungan
148,779,029,942.00
106,306,345,480.00
345,770,408,520.00
55,320,802,546.00
14,146,895,620
Pengembangan SPAM
150,969,892,800.00
138,326,133,726.67
511,052,854,106.32
16,447,697,400.00
7,224,304,700
11,869,507,000.00
6,551,774,920.00
10,108,123,780.00
8,965,438,045.00
8,478,431,180
325,445,498,242.00
255,493,279,286.67
881,279,577,566.32
91,045,484,441.00
65,942,001,880.00
2,025,228,034,887.61 2,237,954,602,158.84 1,714,619,863,801.88
1,709,223,094,476.44
Permukiman
Pengembangan PLP
Total Belanja APBD
Bidang Cipta Karya
Total Belanja APBD
2,292,042,531,204.00
Sumber : Hasil Analis
Gambar 5.4
Diagram Sumber Pendanaan APBD Kabupaten Paser
Sumber : Hasil Analisa
LAPORAN AKHIR
5-9
Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
5.2
Potensi Pendanaan APBN
Pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemerintah
Daerah, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai
stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan
Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT)
sesuai dengan peraturan yang berlaku (Permen PU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang
dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi
anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk
mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui
penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke
daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air
minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem
penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh
perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan
DAKSanitasidigunakanuntuk
memberikan
akses
pelayanan
sanitasi
(air
limbah,
persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan
rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat.
Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria
Khusus dan Kriteria Teknis.
Tabel 5.5
Matriks Potensi Pendanaan Bersumber APBN
Realisasi (Rp)
Sektor
2014
2015
2016
Pengembangan Kawasan Permukiman
Penataan Bangunan Dan Lingkungan
5,779,618,000
Pengembangan SPAM
Pengembangan PLP
DAK (Perumahan)
- 28,709,662,100
DAK Air Minum
1,916,760,000
176,491,900
DAK Sanitasi
Total Alokasi APBN
1,916,760,000
- 34,665,772,000
2017
2018
4,888,888,000
3,789,306
300,000,000
5,100,000
8,535,000,000
6,750,000,000
6,071,691,499
4,852,000,000
1,434,088,000
21,229,667,499
11,610,889,306
Sumber : Hasil Analisa
LAPORAN AKHIR
5 - 10
Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
Pada tahun 2017 sumber pendanaan melalui APBN baik anggaran murni maupun
melalui
dana
alokasi
khusus
(DAK)
tehitung
cukup
besar
yaitu
mencapai
Rp.21.229.667.499,- dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan tahun 2018 yang akan
datang.
5.3
Alternatif Sumber Pendanaan
Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah,
maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta
Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang
berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan noncost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun
2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur
serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan
hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 200 tentang Perseroan
Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
5.4
Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk
memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam
RPIJM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan
pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini,
Satgas RPIJM daerah agar merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan
infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain:
1. Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten dan provinsi; yaitu dengan memperhatikan
kemampuan keuangan daerah yang ada sebagai pendamping bantuan dari APBN dalam
investasi di bidang cipta karya di daerah;
2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran; dalam hal
ini adalah dengan menggali potensi daerah dalam penerimaan asli daerah ataupun
penerimaan yang syah lainnya dan memperketat pengawasan penggunaan dana
anggaran;
3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah, yaitu dengan :
a. meningkatkan pendapatan,
b. meningkatkan effisiensi penerimaan operasi,
LAPORAN AKHIR
5 - 11
Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
c. mengurangi tingkat kehilangan air,
d. menambah sambungan pelanggan pada daerah yang mampu dilayani,
e. effisiensi biaya operasi dan pemeliharaan,
4. Strategi peningkatan
peran masyarakat dan dunia
usaha
dalam
pembiayaan
rehabiltasi
infrastruktur
pembangunan bidang Cipta Karya;
5. Strategi
pendanaan
untuk
operasi,
pemeliharaan
dan
permukiman yang sudah ada; dan
6. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.
Dalam upaya peningkatan investasi Bidang Cipta Karya di Kabupaten Hulu Sungai
Utara adalah dengan melihat potensi keuangan yang ada maka diupayakan dengan
menggunakan sumber-sumber dana yang ada, antara lain :
1. APBN
2. APBD Provinsi
3. Pinjaman Perbankan
4. Pinjaman melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP)
5. Coorporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan
.
LAPORAN AKHIR
5 - 12
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN
INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
5.1
Potensi Pendanaan APBD
Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten Paser selama 5 (lima) tahun
terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 (lima) tahun
terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006
adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.
2. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.
3. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
5.1.1. Komponen Penerimaan Pendapatan
Sebagaimana dijelaskan dalam PP 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah dan Permendagri No. 13 tahun 2006, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Menjelaskan bahwa kebijakan perencanaan pendapatan daerah meliputi semua penerimaan
uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana dan merupakan hak
daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran. Seluruh pendapatan daerah yang dianggarkan
dalam APBD secara bruto mempunyai arti pendapatan yang dianggarkan tidak boleh
dikurangi dengan belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut
dan/atau dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil.
Pendapatan daerah ini ditetapkan berdasarkan perkiraan terukur secara rasional yang dapat
dicapai setiap sumber pendapatan.
Pendapatan daerah dikelompokan kedalam sumber-sumber penerimaan daerah yang
terdiri dari sumber penerimaan :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2. Dana Perimbangan dan
3. Pendapatan Lain-Lain Yang Sah
Termasuk dalam kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah :
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah.
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
LAPORAN AKHIR
5-1
Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) Yang Sah.
Berikut ini akan dijabarkan Gambar 5.1 Grafik prosentase Tabel 5.1 komponen
pendapatan APBD Kabupaten Paser selama 6 tahun terakhir dengan sumber data berasal
dari dokumen Realiasasi APBD dalam 6 tahun terakhir.
Berdasarkan tabel perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Paser 6 tahun
terakhir mengalami peningkatan di mana Tahun 2012 pendapatan daerah terhitung sebesar
2.005.315.415.893.62 dan mengalami peningkatan sebesar 2.358.880.738.480.22 pada
Tahun 2015. Akan tetapi terjadi penurunan sebesar 1.542.886.015.940.00 pada Tahun 2017
sebagai dampak dari defisit keuangan secara global. Berikut adalah Grafik perkembangan
proporsi pendapatan dan belanja dalam APBD untuk 6 Tahun terakhir. Gambar 5.1 Grafik
Perkembangan Pendapatan Daerah (%)
Gambar 5.1
Grafik Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Paser
Tahun 2012 - 2017
Sumber : Kabupaten Paser Dalam Angka tahun 2017
LAPORAN AKHIR
5-2
Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
Tabel 5.1
Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Paser Tahun 2012 – 2017
Sumber Anggaran
1. PAD
2. Dana Perimbangan
3. Lain - lain Pendapatan yang Sah
Jumlah Total
2012
(Rp)
2013
(Rp)
2014
(Rp)
2015
(Rp)
2017
(Rp)
70,120,813,122.99
68,934,130,711.84
106,682,252,130.62
86,622,900,100.22
102,867,446,621.41
106,116,388,840.00
1,418,669,782,479.00
1,445,158,188,070.00
1,340,404,046,845.00
1,620,447,645,255.00
1,378,678,848,469.00
1,099,984,895,100.00
516,524,820,291.63
590,704,362,856.00
637,537,844,000.00
651,810,193,125.00
337,806,231,824.27
336,784,732,000.00
2,005,315,415,893.62
2,104,796,681,637.84
2,084,624,142,975.62
2,358,880,738,480.22
1,819,352,526,914.68
1,542,886,015,940.00
Sumber : Kabupaten Paser Dalam Angka tahun 2017
LAPORAN AKHIR
2016
(Rp)
5-3
Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
5.1.2. Komponen Pengeluaran Belanja
Selanjutnya Berdasarkan PP No. 58 Tahun 2005 dan Permendagri No. 13 Tahun
2006,untuk belanja Daerah meliputi semua pengeluaran daerah yang merupakan urusan
pemerintah daerah selama tahun anggaran yang berkenaan dan dialokasikan dalam 2 (dua)
kelompok belanja daerah yang terdiri dari :
A. Belanja Daerah Tidak Langsung yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan.
B. Belanja Daerah Langsung adalah belanja yang dikeluarkan dan dianggarkan terkait
secara langsung kepada pelaksanaan program dan kegiatan.
1. Belanja Tidak Langsung ini terdiri dari :
1) Belanja Pegawai
2) Belanja Bunga
3) Belanja Subsidi
4) Belanja Hibah
5) Belanja Bantuan Sosial
6) Belanja Bagi Hasil Kepada Propinsi/Kabupaten/Kabupaten dan Pemerintah Desa
7) Belanja
Bantuan
Keuangan
Kepada
Propinsi/Kabupaten/Kabupaten
dan
Pemerintah Desa
8) Belanja Tidak Terduga
2. Belanja langsung terdiri dari :
1) Belanja Pegawai
2) Belanja Barang dan Jasa
3) Belanja Modal
Perkembangan belanja daerah Kabupaten Paser selama kurun waktu 2013 - 2017
mengalami kenaikan, dimana belanja total belanja pada tahun 2013 sebesar Rp.
914.105.286.202,- sedangkan pada tahun 2017 meningkat menjadi Rp 2.592.465.603.309.
Sementara itu, proporsi belanja terbesar selama kurun waktu 2013 - 2017 didominasi oleh
belanja modal dan belanja pegawai. Untuk lebih jelas, perkembangan belanja daerah
Kabupaten Paser selama tahun 2013 - 2017 dapat dilihat dalam Tabel 5.2.
LAPORAN AKHIR
5-4
Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
Tabel 5.2
Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Paser
Belanja Daerah
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Tahun 2013
Tahun 2014
914.105.286.202
362.963.068.625
150.378.421.461
400.763.796.116
1.119.422.295.005
395.875.360.765
204.303.939.515
519.242.994.725
Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017
1.239.973.559.508
447.477.240.661
165.219.662.100
627.276.656.747
1.725.871.876.672
637.369.623.498
288.199.014.142
800.303.239.032
2.592.465.603.309
711.092.595.421
346.050.556.355
1.535.322.451.533
Sumber : Hasil Analisa
Gambar 5.2
Grafik Perkembangan Belanja Daerah (%)
Kabupaten Paser Tahun 2013 - 2017
Sumber : Hasil Analisa
LAPORAN AKHIR
5-5
Pertumbuhan
(%)
19,31
15,00
15,53
27,38
Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
5.1.3. Komponen Pembiayaan
Komponen ini adalah sebagai pengimbang perbedaaan antara pendapatan dan biaya
dalam anggaran daerah. Unsur utama dalam komponen ini adalah sisa anggaran tahun lalu
yang merupakan saving keuangan daerah. Komponen Pembiayaan tersebut adalah :
A. Penerimaan Pembiayaan Daerah
a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya
b. Pencairan Dana Cadangan
c. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
d. Penerimaan Pinjaman Daerah dan obligasi daerah
e. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
f. Penerimaan Piutang Daerah
B. Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik
penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang
dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau
memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari
pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan
untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan
penyertaan modal oleh pemerintah.
Penerimaan pembiayaan
adalah
semua
penerimaan
Rekening
Kas
Umum
Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi
pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang
diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana
cadangan.
Pembiayaan tersebut bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Sebelumnya
(SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan,
penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan
piutang daerah, ada pun pembiayaan dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
a. Pembentukan Dana Cadangan
b. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
c. Pembayaran Pokok Utang
d. Pemberian Pinjaman Daerah
LAPORAN AKHIR
5-6
Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
Gambar 5.3
Grafik Penerimaan Pembiayaan Daerah Kabupaten Paser
Tahun 2013 - 2017
Sumber : Hasil Analisa
Berikut ini akan dijabarkan Tabel 5.3 komponen pembiayaan selama 5 (lima) tahun
terakhir di Kabupaten Paser.
LAPORAN AKHIR
5-7
Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
Tabel 5.3
Perkembangan Penerimaan Pembiayaan Kabupaten Paser Tahun 2013 – 2017
Pembiayaan Daerah
Penerimaan Pembiayaan
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
Daerah
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017
472.892.815.269,72
739.097.498.098,70
536.513.580.005,76
392.281.933.145,64
721.997.800.298,95
472.892.815.269,72
739.097.498.098,70
535.755.239.338,31
387.276.884.612,38
719.025.104.961,78
-
-
758.340.667,44
5.005.048.533,26
2.972.695.337,17
Sumber : Hasil Analisa
LAPORAN AKHIR
5-8
Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
5.1.4 Perkembangan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya Bersumber
dari APBD dalam 5 Tahun
Pemerintah
Kabupaten/Kota
permukiman di daerahnya.
memiliki
tugas
melihat
upaya
Untuk
untuk
membangun
pemerintah
prasarana
daerah
dalam
melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja
pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi
belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan
infrastruktur yang sudah ada.
Berdasarkan Tabel Potensi Pendanaan APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta
Karya Kabupaten Paser selama 5 Tahun terakhir
terjadi peningkatan dari Tahun 2013
sampai dengan Tahun 2015, dan mengalami penurunan pada Tahun 2016 dan 2017.
Alokasi dana APBD tertinggi pada Tahun 2013 sebesar Rp. 2.292.042.531.204,- dan alokasi
terendah pada Tahun 2017 sebesar Rp. 1.709.223.094.476,44. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 5.4 dan gambar 5.4.
Tabel 5.4
Matriks Potensi Pendanaan APBD Kabupaten Paser
untuk Pembangunan Bidang Cipta karya
Realisasi
Sektor
Pengembangan
2013
Kawasan
2014
2015
2016
2017
13,827,068,500.00
4,309,025,160.00
14,348,191,160.00
10,311,546,450.00
36,092,370,380
Penataan Bangunan dan Lingkungan
148,779,029,942.00
106,306,345,480.00
345,770,408,520.00
55,320,802,546.00
14,146,895,620
Pengembangan SPAM
150,969,892,800.00
138,326,133,726.67
511,052,854,106.32
16,447,697,400.00
7,224,304,700
11,869,507,000.00
6,551,774,920.00
10,108,123,780.00
8,965,438,045.00
8,478,431,180
325,445,498,242.00
255,493,279,286.67
881,279,577,566.32
91,045,484,441.00
65,942,001,880.00
2,025,228,034,887.61 2,237,954,602,158.84 1,714,619,863,801.88
1,709,223,094,476.44
Permukiman
Pengembangan PLP
Total Belanja APBD
Bidang Cipta Karya
Total Belanja APBD
2,292,042,531,204.00
Sumber : Hasil Analis
Gambar 5.4
Diagram Sumber Pendanaan APBD Kabupaten Paser
Sumber : Hasil Analisa
LAPORAN AKHIR
5-9
Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
5.2
Potensi Pendanaan APBN
Pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemerintah
Daerah, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai
stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan
Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT)
sesuai dengan peraturan yang berlaku (Permen PU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang
dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi
anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk
mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui
penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke
daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air
minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem
penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh
perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan
DAKSanitasidigunakanuntuk
memberikan
akses
pelayanan
sanitasi
(air
limbah,
persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan
rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat.
Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria
Khusus dan Kriteria Teknis.
Tabel 5.5
Matriks Potensi Pendanaan Bersumber APBN
Realisasi (Rp)
Sektor
2014
2015
2016
Pengembangan Kawasan Permukiman
Penataan Bangunan Dan Lingkungan
5,779,618,000
Pengembangan SPAM
Pengembangan PLP
DAK (Perumahan)
- 28,709,662,100
DAK Air Minum
1,916,760,000
176,491,900
DAK Sanitasi
Total Alokasi APBN
1,916,760,000
- 34,665,772,000
2017
2018
4,888,888,000
3,789,306
300,000,000
5,100,000
8,535,000,000
6,750,000,000
6,071,691,499
4,852,000,000
1,434,088,000
21,229,667,499
11,610,889,306
Sumber : Hasil Analisa
LAPORAN AKHIR
5 - 10
Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
Pada tahun 2017 sumber pendanaan melalui APBN baik anggaran murni maupun
melalui
dana
alokasi
khusus
(DAK)
tehitung
cukup
besar
yaitu
mencapai
Rp.21.229.667.499,- dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan tahun 2018 yang akan
datang.
5.3
Alternatif Sumber Pendanaan
Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah,
maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta
Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang
berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan noncost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun
2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur
serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan
hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 200 tentang Perseroan
Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
5.4
Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk
memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam
RPIJM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan
pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini,
Satgas RPIJM daerah agar merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan
infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain:
1. Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten dan provinsi; yaitu dengan memperhatikan
kemampuan keuangan daerah yang ada sebagai pendamping bantuan dari APBN dalam
investasi di bidang cipta karya di daerah;
2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran; dalam hal
ini adalah dengan menggali potensi daerah dalam penerimaan asli daerah ataupun
penerimaan yang syah lainnya dan memperketat pengawasan penggunaan dana
anggaran;
3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah, yaitu dengan :
a. meningkatkan pendapatan,
b. meningkatkan effisiensi penerimaan operasi,
LAPORAN AKHIR
5 - 11
Program Investasi Jangka Menengah
Kabupaten Paser Tahun 2017 - 2021
c. mengurangi tingkat kehilangan air,
d. menambah sambungan pelanggan pada daerah yang mampu dilayani,
e. effisiensi biaya operasi dan pemeliharaan,
4. Strategi peningkatan
peran masyarakat dan dunia
usaha
dalam
pembiayaan
rehabiltasi
infrastruktur
pembangunan bidang Cipta Karya;
5. Strategi
pendanaan
untuk
operasi,
pemeliharaan
dan
permukiman yang sudah ada; dan
6. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.
Dalam upaya peningkatan investasi Bidang Cipta Karya di Kabupaten Hulu Sungai
Utara adalah dengan melihat potensi keuangan yang ada maka diupayakan dengan
menggunakan sumber-sumber dana yang ada, antara lain :
1. APBN
2. APBD Provinsi
3. Pinjaman Perbankan
4. Pinjaman melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP)
5. Coorporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan
.
LAPORAN AKHIR
5 - 12