BAB 8 KEUANGAN DAERAH - DOCRPIJM b901d154aa BAB VIIIBAB 8 KEUANGAN DAERAH

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 1

BAB 8
KEUANGAN DAERAH

Petunjuk Umum

8.1

Analisis kapasitas keuangan daerah ini adalah studi mengenai aspek

keuangan

dalam rangka penyusunan RPIJM. Analisis digunakan dalam membuat taksiran dana yang
tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana

Kabupaten/Kota. Yang


meliputi:
1.

Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah
terbangun.

2.

Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada.

3.

Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru.
Dalam pembahasan ini juga diperhatikan

hasil total atau produktifitas

dan

keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya bagi masyarakat dan keuntungan

masyarakat

secara

menyeluruh

penerima hasil. Pembahasan
produktifitas

tanpa

aspek

melihat

keuangan

penyedia

dana


memperhatikan

dan masyarakat

hasil

total

atau

atau keuntungan yang didapat dari semua yang dipakai dalam proyek-

proyek untuk masyarakat yang meneriman hasil proyek tersebut.
8.1.1

Komponen Penerimaan Daerah
Penerimaan pendapatan adalah penerimaan yang merupakan hak pemerintah

daerah yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih.

Pendapatan Daerah bersumber dari:
a. Pendapatan Asli Daerah
b. Dana Perimbangan
c. Lain-lain Pendapatan.
1. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang
diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan
perundang- undangan. Pendapatan asli daerah bertujuan memberikan kewenangan
kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan
potensi Daerah sebagai perwujudan Desentralisasi.
(1) PAD bersumber dari:

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

a.


Pajak Daerah

b.

Retribusi Daerah

c.

Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan

d.

Lain-lain PAD yang sah.

VIII. 2

(2) Lain-lain PAD yang sah meliputi:
a.


Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan

b.

Jasa giro

c.

Pendapatan bunga

d.

Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

e.

Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.

Dalam


struktur

APBD,

jenis

pendapatan

yang

berasal

dari

Pajak

Daerah

dan


Retribusi Daerah berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU No. 18
Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dirinci menjadi :
a. Pajak Propinsi terdiri atas:
1)

Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

2)

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Kendaraan di Atas Air

3)

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

4)

Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan.


b. Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri atas:
1)

Pajak Hotel

2)

Pajak Restoran

3)

Pajak Hiburan

4)

Pajak Reklame

5)


Pajak Penerangan Jalan

6)

Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

7)

Pajak Parkir.

c. Retribusi dirinci menjadi:
1)

Retribusi Jasa Umum

2)

Retribusi Jasa Usaha

3)


Retribusi Perijinan Tertentu
Pendapatan Kutai Barat terdiri dari tiga komponen utama, yaitu: (1) pendapatan asli

daerah (PAD), (2) dana perimbangan, dan (3) pendapatan lain-lain yang sah. Dari ketiga

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

komponen tersebut, pendapatan Kutai Barat memiliki proporsi

VIII. 3

komponen dana

perimbangan masih sangat besar dan proporsi komponen PAD tergolong kecil. Kondisi ini
menunjukkan tingkat ketergantungan Kutai Barat yang cukup tinggi terhadap pendapatan
dari luar daerah.
Pendapatan Kutai Barat sepanjang 2011-2015 menunjukkan peningkatan setiap
tahun. Sepanjang tahun tersebut, terjadi kenaikan pendapatan yang cukup besar pada
2011-2012 yaitu dari 1,7 trilyun menjadi 2,2 trilyun naik sebesar 29,80%. Kenaikan yang
cukup besar tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan dana perimbangan yang cukup
besar. Komponen lain yang juga menunjukkan kenaikan yang cukup tinggi pada 2011-2012
adalah komponen lain-lain pendapatan daerah yang sah, dari 190 milyar di tahun 2011
menjadi 307 milyar di tahun 2012. Namun, pendapatan tersebut mengalami penurunan
yang cukup tajam di tahun 2013-2014 dari 2,2 trilyun menjadi hanya 1,7 trilyun atau turun
sebesar 24,36% meskipun di tahun 2015 kembali naik cukup tinggi menjadi 2,06 trilyun.
Penurunan yang tajan di tahun 2013-2014 terjadi karena penurunan pada pos dana
perimbangan dari 1,95 trilyun menjadi hanya 1,29 trilyun atau turun sekitar 34%. Rata-rata
pendapatan daerah Kutai Barat 2011-2015 setiap tahun sebesar Rp2,005,686,037,182.05.
Tahun 2015 pendapatan Kutai Barat mencapai Rp2,06 trilyun. Dari pendapatan
sebesar

itu,

rata-rata

pendapatan

yang

bersumber

dari

PAD

mencapai

sekitar

Rp81,58milyar. Dari komponen PAD sebesar itu, komponen dari lain-lain lain PAD yang sah
memberikan sumbangan terbesar yaitu sekitar Rp58,97 milyar serta pajak daerah sebesar
Rp15,19 milyar. Komponen retribusi daerah dalam proporsi PAD memberikan andil yang
terkecil yaitu rata-rata Rp4,7 milyar. Untuk pajak, terlihat adanya penurunan lebih dari
dua kali lipat dari 2014 ke 2015 dari Rp43,19 milyar menjadi Rp15,19 milyar.
Untuk memacu peningkatan pendapatan daerah, dapat dilakukan dengan cara
memacu pertumbuhan ekonomi daerah. Untuk itu, kebijakan pembangunan harus
diupayakan untuk memberikan peluang usaha dan kesempatan berusaha yang lebih
seluas-luasnya bagi masyarakat. Kebijakan ini akan memacu pertumbuhan ekonomi yang
pada

akhirnya

akan

berdampak

pada

peningkatan pendapatan daerah secara

keseluruhan.

2.

Dana Perimbangan
Peran dana perimbangan masih mendominasi APBD Kutai Barat. Kontribusi dana

perimbangan dalam APBD selama 2011-2015 rata-rata mencapai Rp1,6 trilyun. Kondisi ini
menggambarkan besarnya peran pemerintah dalam pembentukan APBD. Upaya peningkatan
APBD melalui PAD dalam jangka perlu diintensifkan untuk meningkatkan tingkat

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 4

kemandirian daerah. Dari dana perimbangan sebesar itu, komponen dana bagi hasil pajak
dan bukan pajak sangat dominan.
Salah satu hal yang menarik adalah pengaruh fluktuasi pendapatan terhadap belanja.
Misalnya, pada tahun 2013 terjadi peningkatan pendapatan sebesar 1,69% namun pada
periode yang sama belanja daerah justru naik sebesar 25,21%. Selanjutnya pada tahun
2015 terjadi kenaikan pendapatan sebesar 15,20% namun untuk belanja mengalami
kenaikan sebesar 17,2%.
Prinsip Kebijakan Perimbangan Keuangan
Perimbangan

keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan

Daerah adalah

suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan,
dan

efisien

dalam

rangka

pendanaan

penyeleng-garaan

Desentralisasi,

dengan

mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan
penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan
subsistem Keuangan Negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara Pemerintah
dan Pemerintah Daerah. Pemberian sumber keuangan negara kepada Pemerintahan
Daerah dalam rangka pelaksanaan
Pemerintah

kepada Pemerintah Daerah dengan memperhatikan

keseimbangan fiskal.
Daerah

desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh

merupakan

stabilitas

dan

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan
suatu

sistem

yang

menyeluruh

dalam

rangka

pendanaan

penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan.
Dana Perimbangan

selain dimaksudkan

untuk

membantu

Daerah

dalam

mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber
pendanaan pemerintahan
kesenjangan

antara

Pusat dan Daerah

pendanaan pemerintahan

antar-Daerah.

serta untuk mengurangi
Ketiga

komponen

Dana

Perimbangan imerupakan sistem transfer dana dari Pemerintah serta merupakan satu
kesatuan yang utuh.
3.

Dana Bagi Hasil
Dana

Bagi

yang dialokasikan

Hasil

adalah

dana

yang

kepada Daerah berdasarkan

bersumber

angka persentase

kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam.
1. Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas:

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

dari

pendapatan

APBN

untuk mendanai

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 5

a.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

b.

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

c.

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.

2. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari:

4.

a.

kehutanan

b.

pertambangan umum

c.

perikanan

d.

pertambangan minyak bumi

e.

pertambangan gas bumi

f.

pertambangan panas bumi.

Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari

pendapatan

APBN

yang

dialokasikan

dengan

tujuan

pemerataan

kemampuan

keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya

26 (dua puluh enam

persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk
suatu Daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar.
5.

Celah Fiskal
Celah fiskal adalah

kebutuhan

fiskal

dikurangi

dengan

kapasitas

fiskal

Daerah. Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan pendanaan Daerah untuk
melaksanakan fungsi layanan dasar umum. Layanan dasar publik antara lain adalah
penyediaan

layanan

kesehatan

dan

pengentasan masyarakat dari kemiskinan.

pendidikan,

penyediaan

infrastruktur,

dan

Jumlah penduduk merupakan variabel yang

mencerminkan kebutuhan akan penyediaan layanan publik di setiap Daerah. Setiap
kebutuhan pendanaan diukur secara berturut-turut dengan:
 jumlah penduduk
 luas wilayah
 Indeks Kemahalan Konstruksi
 Produk Domestik Regional Bruto per kapita
 Indeks Pembangunan Manusia.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

Luas

wilayah

penyediaan sarana
Konstruksi

merupakan
dan

variabel

prasarana

per

yang

mencerminkan

satuan

wilayah.

VIII. 6

kebutuhan
Indeks

atas

Kemahalan

merupakan cerminan tingkat kesulitan geografis yang dinilai berdasarkan

tingkat kemahalan harga prasarana fisik secara relatif antar-Daerah. Produk Domestik
Regional Bruto merupakan cerminan potensi dan aktivitas perekonomian suatu Daerah
yang dihitung berdasarkan total seluruh
wilayah.

Indeks

Pembangunan

output

produksi

kotor

dalam

suatu

Manusia merupakan variabel yang mencerminkan

tingkat pencapaian kesejahteraan penduduk atas layanan dasar di bidang pendidikan
dan kesehatan Kapasitas fiskal Daerah merupakan

sumber pendanaan

daerah yang

berasal dari PAD dan Dana Bagi Hasil. Proporsi DAU antara daerah provinsi dan
kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan

imbangan

kewenangan antara provinsi dan

kabupaten/kota. Celah fiskal dihitung berdasarkan selisih antara kebutuhan fiskal Daerah
dan kapasitas fiskal Daerah.
DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah provinsi dihitung berdasarkan
perkalian bobot daerah provinsi yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh daerah
provinsi. Bobot daerah provinsi

merupakan

perbandingan

antara

celah

fiskal

daerah provinsi yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh daerah provinsi. DAU
atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah kabupaten/kota

dihitung berdasarkan

perkalian bobot daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh
daerah kabupaten/ kota. Bobot daerah kabupaten/kota

merupakan perbandingan

antara celah fiskal daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan

total celah fiskal

seluruh daerah kabupaten/kota.
Daerah
sebesar alokasi

yang memiliki
dasar. Daerah

nilai celah fiskal sama dengan
yang memiliki

nol menerima

nilai celah fiskal negatif

DAU

dan nilai

negatif tersebut lebih kecil dari alokasi dasar menerima DAU sebesar alokasi dasar
setelah dikurangi nilai celah Fiskal. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan
nilai negatif tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar tidak menerima DAU. Data
untuk menghitung kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal diperoleh dari lembaga statistik
pemerintah dan/atau lembaga pemerintah yang berwenang menerbitkan data yang dapat
dipertanggungjawabkan.
6.

Alokasi Dasar
Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah. Jumlah

gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah gaji pokok ditambah tunjangan keluarga dan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 7

tunjangan jabatan sesuai dengan peraturan penggajian Pegawai Negeri Sipil. Pemerintah
merumuskan formula dan penghitungan DAU dengan memperhatikan pertimbangan dewan
yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan otonomi daerah.
Hasil penghitungan DAU per provinsi, kabupaten, dan kota ditetapkan dengan Keputusan
Presiden. Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan masing-masing sebesar 1/12 (satu
perdua belas) dari DAU Daerah yang bersangkutan. Penyaluran DAU dilaksanakan sebelum
bulan bersangkutan.
Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN. DAK dialokasikan
kepada Daerah tertentu yang memenuhi kriteria untuk mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan Daerah. Kegiatan khusus sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan
dalam APBN. Fungsi dalam rincian Belanja Negara antara lain terdiri atas layanan umum,
pertahanan, ketertiban

dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan

fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan dan perlindungan
sosial.
Pemerintah menetapkan kriteria DAK yang meliputi kriteria umum, kriteria
khusus, dan kriteria teknis. Kriteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan
kemampuan Keuangan Daerah dalam APBD. Kriteria

umum dihitung untuk melihat

kemampuan APBD untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan dalam rangka

pembangunan

Daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi dengan belanja
pegawai.
Kemampuan daerah (APBD) dihitung sebagai berikut.
Kemampuan Keuangan = Penerimaan Umum APBD – Belanja Pegawai
Penerimaan Umum APBD = PAD + DAU + ( DBH – DBHR) DBH = Dana Bagi Hasil
DBHR = Dana bagi Hasil yang dibagikan merata untuk daerah
Belanja Pegawai = Belanja Pegawai Pegawai Negeri Sipil Daerah
Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang kekhususan suatu Daerah dan karakteristik Daerah. Karakteristik
Daerah antara lain adalah daerah pesisir dan kepulauan, daerah perbatasan dengan
negara lain, daerah tertinggal/terpencil, daerah yang termasuk rawan banjir dan longsor,
serta daerah yang termasuk daerah ketahanan pangan.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 8

Kriteria teknis ditetapkan oleh kementerian Negara/departemen teknis. peraturan
perundang-undangan adalah Undang-Undang Kriteria teknis antara lain meliputi standar
kualitas/kuantitas konstruksi, serta perkiraan manfaat lokal dan nasional yang menjadi
indikator dalam perhitungan teknis.
Dana Pendamping

7.

Daerah penerima DAK wajib menyediakan Dana Pendamping sekurang –kurangnya
10 (sepuluh persen) dari alokasi DAK. Dana Pendamping dianggarkan dalam APBD. Namun
Daerah dengan kemampuan fiskal tertentu tidak diwajibkan menyediakan Dana Pendamping.
8.

Lain-lain Pendapatan
Lain-lain Pendapatan bertujuan memberi peluang kepada Daerah untuk memperoleh

pendapatan selain pendapatan dari PAD, Dana perimbangan dan Pinjaman daerah. Lainlain Pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan Dana Darurat. Hibah
adalah Penerimaan Daerah yang berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing,
badan/lembaga

internasional,

Pemerintah,

badan/lembaga

dalam

negeri

atau

perseorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk
tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali.
Pendapatan hibah merupakan bantuan yang tidak mengikat. Hibah kepada Daerah
yang bersumber

dari luar negeri dilakukan

melalui Pemerintah.

Hibah dituangkan

dalam suatu naskah perjanjian antara Pemerintah Daerah dan pemberi hibah. Hibah
digunakan sesuai dengan naskah perjanjian. Tata cara pemberian, penerimaan, dan
penggunaan hibah, baik

dari

dalam

negeri

maupun

Peraturan Pemerintah. Pemerintah mengalokasikan

luar

negeri

diatur

dengan

Dana Darurat yang berasal dari APBN

untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional dan/atau peristiwa
luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh Daerah dengan menggunakan sumber
APBD.
Dana Darurat adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah
yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, dan/atau krisis solvabilitas.
Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana nasional dan/atau peristiwa luar
biasa ditetapkan oleh Presiden Pemerintah dapat mengalokasikan Dana Darurat pada
Daerah yang dinyatakan mengalami krisis solvabilitas. Krisis solvabilitas adalah krisis
keuangan berkepan-jangan yang dialami Daerah selama 2 (dua) tahun anggaran dan
tidak dapat diatasi melalui APBD.
Daerah dinyatakan mengalami krisis solvabilitas berdasarkan evaluasi Pemerintah sesuai

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

dengan peraturan perundang-undangan. Krisis solvabilitas

ditetapkan

VIII. 9

oleh

Pemerintah

setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
9.

Pinjaman Daerah
Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima

sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga Daerah
tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali. Pinjaman Daerah bertujuan
memperoleh sumber pembiayaan dalam rangka penyelenggaraan urusan Pemerintahan
Daerah.
Pinjaman daerah merupakan salah satu alternatif untuk membiayai defisit anggaran
daerah

(APBD)

dan/atau

untuk

menutup

kekurangan

kas.

Berdasarkan

Peraturan

Pemerintah (PP) No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah, Daerah dibolehkan untuk
melakukan pinjaman jangka pendek, pinjaman jangka menengah dan pinjaman jangka
panjang.
Pinjaman Jangka Pendek merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu kurang atau
sama dengan satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang
meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain seluruhnya harus dilunasi dalam tahun
anggaran yang bersangkutan. Pinjaman Jangka Menengah merupakan Pinjaman Daerah
dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali
pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi dalam kurun
waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan Kepala Daerah yang bersangkutan. Sedangkan
Pinjaman Jangka Panjang merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari satu
tahun anggaran dan kewajiban

pembayaran

kembali pinjaman

yang meliputi pokok

pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi pada tahun-tahun anggaran berikutnya
sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan.
Sesuai dengan masa jabatan kepala daerah (5 tahun), maka alternatif pinjaman
yang paling memungkinkan adalah Pinjaman Jangka Pendek yang dapat digunakan untuk
menutup kekurangan arus kas pada tahun anggaran yang bersangkutan dan Pinjaman
Jangka Menengah yang dapat dipergunakan untuk membiayai penyediaan layanan umum
yang tidak menghasilkan penerimaan.
Namun demikian, untuk melakukan pinjaman daerah, dibutuhkan sejumlah persyaratan.
Menurut

Pasal 12 PP No. 54 Tahun 2005, persyaratan

mendapatkan

pinjaman

jangka

menengah

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

misalnya,

yang harus dipenuhi untuk
Pemerintah

Daerah

wajib

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

a.

VIII. 10

Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak
melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBD
tahun sebelumnya.

b.

Rasio proyeksi kemampuan keuangan Daerah untuk mengembalikan pinjaman
paling sedikit 2,5 (dua koma lima).

b.

Tidak

mempinyai

tunggakan

atas

pengembalian

pinjaman

yang

berasal

dariPemerintah.
c.

Mendapat persetujuan DPRD.

Batasan Pinjaman
Pemerintah menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah dan
Pemerintah Daerah dengan memperhatikan keadaan dan prakiraan perkembangan
perekonomian nasional. Batas maksimal kumulatif pinjaman tidak melebihi 60 (enam
puluh persen) dari Produk Domestik

Bruto tahun bersangkutan.

Menteri

Keuangan

menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah Daerah secara keseluruhan
selambat- lambatnya bulan Agustus untuk tahun anggaran Berikutnya. Pengendalian
batas maksimal kumulatif Pinjaman Daerah sesuai dengan peraturan
undangan.

perundang-

Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri.

Pelanggaran terhadap ketentuan,

dikenakan

sanksi administratif

berupa penundaan

dan/atau pemotongan atas penyaluran Dana Perimbangan oleh Menteri Keuangan.
Sumber Pinjaman
Pinjaman Daerah bersumber dari:
a.

Pemerintah

b.

Pemerintah Daerah lain

c.

Lembaga keuangan bank

d. Lembaga keuangan bukan bank
e.

Masyarakat.

Pinjaman Daerah yang bersumber

dari Pemerintah

diberikan melalui Menteri

Keuangan. Pinjaman Daerah yang bersumber dari masyarakat berupa Obligasi Daerah
diterbitkan melalui pasar modal.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 11

Jenis dan Jangka Waktu Pinjaman
Jenis Pinjaman terdiri atas:
a.

Pinjaman Jangka Pendek

b. Pinjaman Jangka Menengah
Pinjaman Jangka Panjang.

c.

Pinjaman Jangka Pendek

merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu

kurang atau sama dengan satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali
pinjaman yang meliputi pokok pinjaman,
dilunasi

dalam

bunga, dan biaya lain seluruhnya

harus

tahun anggaran yang bersangkutan. Pinjaman jangka pendek tidak

termasuk kredit jangka pendek yang lazim terjadi dalam jasa tidak dilakukan pada saat
barang dan atau jasa dimaksud diterima.
Pinjaman Jangka Menengah merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu
lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang
meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi dalam kurun waktu
yang tidak melebihi sisa masa jabatan Kepala Daerah yang bersangkutan. Pinjaman
Jangka Panjang merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari satu
tahun

anggaran

dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok

pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi pada tahun-tahun anggaran berikutnya
sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan.
Penggunaan Pinjaman
Pinjaman Jangka Pendek dipergunakan hanya untuk menutup kekurangan arus kas.
Pinjaman

Jangka

umum yang

Menengah

tidak

dipergunakan

dipergunakan

menghasilkan

untuk membiayai

untuk

membiayai

penerimaan.

proyek investasi

penyediaan

Pinjaman

Jangka

yang menghasilkan

layanan
Panjang

penerimaan.

Pinjaman Jangka Menengah dan Jangka Panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.
Persyaratan Pinjaman
Dalam melakukan pinjaman, Daerah wajib memenuhi persyaratan:
a.

jumlah

sisa Pinjaman

Daerah

ditambah

jumlah

pinjaman

yang

akan

ditarik tidak melebihi 75 (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan
umum APBD tahun sebelumnya.
b.

rasio

kemampuan

keuangan

Daerah

untuk

mengembalikan

pinjaman

ditetapkan oleh Pemerintah.
c.

daerah tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 12

dari Pemerintah. Daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman pihak
lain. Pendapatan

Daerah

dan/atau

barang

milik

Daerah

tidak

boleh

dijadikan jaminan Pinjaman Daerah. Proyek yang dibiayai dari Obligasi
Daerah beserta barang milik Daerah yang melekat dalam proyek tersebut
dapat dijadikan jaminan Obligasi Daerah.
8.1.2 Komponen Pengeluaran Belanja
Komponen pngeluaran belanja terdiri dari:
1. Belanja Operasi
2. Belanja Modal
3. Tranfer ke Desa/kelurahan
4. Belanja tak Terduga.
Sub-komponen Pengeluaran Belanja Daerah meliputi:
1. Belanja Operasi
-

Belanja Pegawai

-

Belanja Barang

-

Belanja Bunga

-

Belanja Subsidi

-

Belanja Hibah

-

Belanja Bantuan Sosial

2. Belanja Modal
-

Belanja Tanah

-

Belanja Peralatan dan mesin

-

Belanja Gedung dan bangunan

-

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan

- Belanja Aset Tetap Lainnya
- Belanja Aset Lainnya
3. Transfer ke Desa/Kelurahan
-

Bagi hasil Pajak

-

Bagi Hasil Retribusi

-

Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

4. Belanja tak Terduga
Perencanaan belanja daerah mengikuti pedoman sebagai berikut.
1.

Belanja

daerah diprioritaskan

untuk

meningkatkan

meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

kewajiban

yang diwujudkan

daerah dalam
dalam

bentuk

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 13

peningkatan:
a. pelayanan dasar berupa pendidikan dan kesehatan
b. fasilitas sosial
c. fasilitas umum
2. Belanja daerah disusun berdasarkan
a. standar pelayanan minimal
b. standar analisis belanja
c. standar harga
d. tolok ukur kinerja
3. Belanja DPRD meliputi:
a. penghasilan pimpinan dan anggota DPRD
b. tunjangan kesehatan
c. uang jasa pengabdian
d. belanja pebubjang kegiatan DPRD Anggaran tersebut harus mencerminkan
efisiensi, efektifitas dengan memperhatikan aspek keadailan dan kepatutan.
4. Belanja Kepala daerah dan wakil Kepala daerah.
Anggaran Belanja Kepala daerah dan wakil Kepala daerah harus mencerminkan
efisiensi, efektifitas dengan memperhatikan aspek keadailan dan kepatutan.
8.1.3

Komponen Pembiayaan
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik

penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali,
yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit
dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat
berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara
lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada
entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah. Penerimaan pembiayaan adalah
semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan
pinjaman, penjualan

obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah,

penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada p ihak ketiga, penjualan investasi
permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.
Komponen Pembiayaan daerah adalah sebagai berikut.
1.

Penerimaan Pembiayaan
a.

Penggunaan SILPA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 14

b. Pencairan dana Cadangan

2.

c.

Pinjaman dalam Negeri-Pemerintah Pusat d. Pinjaman dalam Negeri – Pemda lain

e.

Pinjaman dalam Negeri – bank

f.

Pinjaman dalam Negeri – Non bank

g.

Pinjaman dalam Negeri – Obligasi

h.

Pinjaman dalam Negeri – Lainnya

i.

Penerimaan kembali pinjaman kpd Pers. Negara

J.

Penerimaan kembali pinjaman kpd Pers, daerah

k.

Penerimaan kembali pinjaman kpd Pemda Lainnya

Pengeluaran pembiayaan
a.

Pembentukan dana cadangan

b.

Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Pem Pusat

c.

Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Pemda Lainnya

d. Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Bank
e.

Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Non Bnak f. Pembayaran Pokok Pinjaman DNObligasi

g. Pembayaran Pokok Pinjaman Lainnya
h.

Pemberian Pinjaman kpd Pers. Negara i. Pemberian Pinjaman kpd Pers. Daerah

j.

Pemberian Pinjaman kpd Pemda Lainnya.

8.2

Profil Keuangan Kabupaten/Kota

8.2.1

Keuangan Daerah
Profil keuangan daerah dalam penyusunan RPIJMD bertujuan untuk membuat

taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan investasi program PU/Cipta
karya di kabupaten/Kota. Gambaran umum kondisi keuangan daerah dipergunakan untuk
mengetahui:
1.

Struktur anggaran pendapatan dan belanja daerah yang mencakup
a.

Struktur Penerimaan Daerah

b.

Struktur belanja daerah

2.

Trend perkembangan penerimaan

3.

Trend besaran penerimaan dana pembantuan dari pemerintah atas

4.

Profil perkembangan APBD

5.

Keuangan Perusahaan Daerah

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 15

Sumber data untuk analisis kapasitas daerah adalah data yang ada pada Laporan Realisasi
Anggaran.

Untuk menyusun Rencana Program Investasi Jangka Menengah tahun 2016-2021

maka diperlukan data realisasi anggaran 2011 – 2015 dan data tahun 2016 yang belum final.
Data yang

diharapkan

diperoleh

dari masing-masing

daerah

adalah

data

dari Laporan Realisasi Anggaran tahun 2011 – 2015 dengan penyesuaian dengan adanya
pemekaran wilayah kabupaten pada tahun 2013. Sedangkan untuk tahun 2016, belum
selesai pelaksanaannya.
Posisi pendapatan, belanja dan surplus defisit empat tahun terakhir dari Kabupaten Kutai
Barat dapat dilihat pada tabel berikut.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 16

Tabel 8.1

Perkembangan Realisasi Pendapatan Kutai Barat 2011-2015
URAIAN

2012

2013

2014

2015

Rata-rata

1,707,870,654,570.53

2,216,910,136,362.35

2,254,576,623,858.38

1,788,598,932,508.50

2,060,473,838,610.48

2,005,686,037,182.05

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

60,691,299,465.53

67,904,531,799.35

88,616,089,135.38

106,501,576,994.50

81,584,683,016.48

81,059,636,082.25

Pajak Daerah

14,989,879,664.09

14,931,966,376.52

16,365,003,934.45

43,199,234,706.89

15,197,324,195.20

20,936,681,775.43

Retribusi Daerah

9,759,464,639.85

9,849,706,059.10

15,875,770,496.43

2,389,677,963.10

2,700,387,506.16

8,115,001,332.93

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
dipisahkan

5,314,862,140.29

4,920,401,217.25

5,618,348,306.66

5,703,570,645.84

4,709,896,173.44

5,253,415,696.70

Lain-lain PAD yang Sah

30,627,093,021.30

38,202,458,146.48

50,756,966,397.84

55,209,093,678.67

58,977,075,141.68

46,754,537,277.19

DANA PERIMBANGAN

1,457,148,173,505.00

1,841,291,143,713.00

1,955,528,934,723.00

1,295,021,217,664.00

1,557,481,084,006.00

1,621,294,110,722.20

Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan

1,457,148,173,505.00

1,841,291,143,713.00

1,768,419,499,473.00

1,295,021,217,664.00

1,557,481,084,006.00

1,583,872,223,672.20

971,210,016,505.00

1,233,149,395,713.00

1,064,587,519,473.00

735,696,882,664.00

975,504,259,006.00

996,029,614,672.20

437,649,157,000.00

535,530,298,000.00

599,731,060,000.00

468,645,135,000.00

493,715,342,000.00

507,054,198,400.00

48,289,000,000.00

72,611,450,000.00

104,100,920,000.00

90,679,200,000.00

35,733,524,000.00

70,282,818,800.00

Dana Alokasi Khusus - DR

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

Alokasi Dana Desa

0.00

0.00

0.00

0.00

52,527,959,000.00

10,505,591,800.00

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya

0.00

0.00

35,243,194,500.00

0.00

0.00

7,048,638,900.00

Dana Otonomi Khusus

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

Dana Penyesuaian

0.00

0.00

35,243,194,500.00

0.00

0.00

7,048,638,900.00

Transfer Pemerintah Provinsi

0.00

0.00

151,866,240,750.00

0.00

0.00

30,373,248,150.00

Bagi Hasil Pajak

0.00

0.00

0.00

0.00

30,373,248,150.00

PENDAPATAN

Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak (Sumber Daya
Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus - Non DR

2011

Sumber : Bagian Keuangan Kab. Kutai Barat

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

151,866,240,750.00

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 17

Tabel 8 .2
Defisit Riil Anggaran Kabupaten Kutai Barat

2011

Uraian
Realisasi Pendapatan Daerah

2012

2013

2014

2015

1,029,462,617,793.88

1,059,493,253,395.03

1,268,568,099,166.57

1,265,428,340,112.63

896,593,061,786.07

Belanja Daerah

666,424,561,991.60

1,177,651,768,870.85

1,335,865,154,242.91

1,147,425,028,842.51

1,334,942,431,516.44

Pengeluaran Pembiayaan Daerah

138,540,561,000.00

4,950,000,000.00

37,985,000,000.00

74,808,012,451.00

0.00

Defisit Riil

224,497,494,802.28

(123,108,515,475.82)

(105,282,055,076.34)

43,195,298,819.12

(438,349,369,730.37)

Dikurangi Realisasi :

Sumber : Bagian Keuangan Setdakab Kutai Barat

Total PAD Kutai Barat sepanjang 2011-2015 rata-rata hanya memberikan kontribusi 4,09% terhadap total pendapatan. Bila dibandingkan dengan
dana perimbangan, peran PAD dalam APBD masih sangat kecil. Dana perimbangan rata-rata memberikan kontribusi sebesar 80,62%. Peran PAD dalam
kurun waktu 2011-2014 meski relatif kecil, namun menunjukkan tren yang meningkat dengan rata-rata pertumbuhan per tahun mencapai 7,68%. Dari sisi
proporsi PAD terhadap pendapatan, sempat menurun pada tahun 2012 dan tahun 2015, penurunan ini disebabkan karena terjadinya penurunan pada
semua komponen PAD pada tahun tersebut.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 18

Tabel 8.3.
Proporsi Pendapat Kutai Barat
URAIAN

2011

2012

2013

2014

2015

Rata-rata

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

A. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

3.55

3.06

3.93

5.95

3.96

4.09

Pajak Daerah

0.88

0.67

0.73

2.42

0.74

1.09

Retribusi Daerah

0.57

0.44

0.70

0.13

0.13

0.40

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

0.31

0.22

0.25

0.32

0.23

0.27

Lain-lain PAD yang Sah

1.79

1.72

2.25

3.09

2.86

2.34

B. DANA PERIMBANGAN

85.32

83.06

86.74

72.40

75.59

80.62

Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan

85.32

83.06

78.44

72.40

75.59

78.96

Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)

56.87

55.62

47.22

41.13

47.34

49.64

Dana Alokasi Umum

25.63

24.16

26.60

26.20

23.96

25.31

Dana Alokasi Khusus - Non DR

2.83

3.28

4.62

5.07

1.73

3.50

Dana Alokasi Khusus - DR

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

Alokasi Dana Desa

0.00

0.00

0.00

0.00

2.55

0.51

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya

0.00

0.00

1.56

0.00

0.00

0.31

Dana Otonomi Khusus

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

Dana Penyesuaian

0.00

0.00

1.56

0.00

0.00

0.31

Transfer Pemerintah Provinsi

0.00

0.00

6.74

0.00

0.00

1.35

PENDAPATAN (A+B+C)

Bagi Hasil Pajak

0.00

0.00

6.74

0.00

0.00

1.35

C. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

11.13

13.88

9.33

21.64

20.45

15.29

Hibah

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

Dana Darurat

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

Bagi Hasil Pajak Provinisi dan Pemda lainnya

5.94

5.59

0.00

7.73

6.43

5.14

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

1.93

0.00

0.00

2.12

2.19

1.25

Bantuan Keuangan Provinsi

3.25

6.88

0.00

11.79

11.84

6.75

Lain-lain Pendapatan yang sah

0.00

0.00

9.33

0.00

0.00

1.87

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 19

Tabel 8 .4
Proyeksi beberapa Total Pendapatan dan Total Belanja
Keterangan
Pendapatan

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2.170.745.049.798,33

2.276.256.436.698,05

2.382.937.834.855,66

739.853.367.571

796.724.054.874

853.594.742.177

910.465.429.480

967.336.116.783

1.024.206.804.086

Belanja Langsung

1.553.455.513.581

1.602.020.621.928

1.650.585.730.275

1.699.150.838.623

1.747.715.946.970

1.796.281.055.317

Total Belanja

2.293.308.881.152

2.398.744.676.802

2.504.180.472.452

2.609.616.268.102

2.715.052.063.753

2.820.487.859.403

Belanja Tidak
Langsung

2.490.820.887.362,83 2.599.938.093.102,34 2.710.322.829.893,08

Proyeksi komponen pendapatan menggambarkan sumber pendanaan selama 2011-2015. Sumber pendapatan dalam APBD adalah 3 komponen
utama, yaitu: pendapatan asli daerah, dana perimbangan, serta lain-lain pendapatan yang sah. Proyeksi ini didasarkan pada metode least square
dan rata-rata proporsi setiap komponen selama lima tahun terakhir. Fluktuasi yang cukup tinggi dan pola yang tidak beraturan menyebabkan suatu
proyeksi tidak menggunakan komponen rata-rata pertumbuhan saja, tetapi juga menggunakan metode lain agar diperoleh hasil yang lebih rasional.

Tabel 8.5
Proyeksi Beberapa Komponen Pendapatan
Keterangan
Pendapatan Asli Daerah
Dana Perimbangan
Lain-lain Pendapatan yang
Sah

2016

2017

2018

2019

2020

2021

105.174.779.771,36

113.213.161.001,07

121.251.542.230,77

129.289.923.460,48

137.328.304.690,18

81.059.636.082,25

1.599.603.342.557

1.642.864.802.529

1.687.296.273.759

1.732.929.399.339

1.779.796.678.151

1.621.294.110.722

465.966.927.470,40

520.178.473.168,00

574.390.018.865,60

628.601.564.563,20

682.813.110.260,80

303.332.290.377,60

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 20

Gambar 8 .1 Dana Perimbangan yang diterima Kabupaten Kutai Barat

Sumber : RPIJM Kabupaten Kutai Barat

8.3

Permasalahan dan Analisis Keuangan

8.3.1

Kondisi Keuangan Pemerintahan Kabupaten/Kota

Dalam analisis kemampuan keuangan daerah, masing-masing

daerah perkembangan

penerimaan dan pengeluarannya sehingga memungkinkan dilakukan proyeksi kemampuan dalam
lima

tahun

mendatang.

Dalam

analisis

ini

dihitung

perkembangan

dan belanja dan dinilai rata-rata

perkembangannya.

indikator pertumbuhan

asli daerah yang kontinyu

pendapatan

Kemampuan

realisasi pendapatan

daerah tercermin

yaitu pendapatan pajak dan

retribusi. Sedangkan penyediaan dana untuk program tercermin dari besarnya
Public saving dihitung dari pendapatan dikurangi belanja wajib. Jumlah
yang

siap

digunakan

untuk

melaksanakan

dari

ini

public saving.
adalah

dana

program-program pemerintah daerah. Berikut

adalah kapasitas masing-masing daerah di daerah Provinsi Kalimantan Timur, khususnya di
Kabupaten Kutai Barat.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 21

Tabel 8.6
Perkembangan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kutai Barat (Rp) Realisasi Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah
SUMBER

NO

REALISASI

PENERIMAAN

2013

1

Pajak Daerah

2

Retribusi

3

Pendapatan hasil Pengelolaan hasil
kekayaan daerah yang dipisahkan /
Bagian Laba Usaha Daerah

4

lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah
Total

2014

Total APBD
2015

2015

16,365,003,934.45

43,199,234,706.89

15,197,324,195.20

15,875,770,496.43

2,389,677,963.10

2,700,387,506.16

5,618,348,306.66

5,703,570,645.84

4,709,896,173.44

50,756,966,397.84

55,209,093,678.67

58,977,075,141.68

88,616,089,135.38

106,501,576,994.50

81,584,683,016.48

Tabel 8 .7 Perkembangan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kutai Barat
NO
1
2

SUMBER PENERIMAAN
Pajak Daerah
Retribusi
TOTAL

2006
1.907.976.472,00
3.817.589.032,08

REALISASI
2007
3.682.868.026,40
4.657.167.028,84

2008
5.749.003.676,00
8.730.644.669,64

5.725.565.504,08
8.340.035.055,24
14.479.648.345,64
Sumber : Bagian Keuangan Setdakab Kutai Barat, 2009

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

APBD
2009
8.293.475.509,22
7.205.350.520,40

PERTUMBUHAN
RATA-RATA
27.60
19.93

15.498.826.029,62

22.35

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 22

Tabel 8 .8
Perkembangan Public Saving Kabupaten Kutai Barat
NO
1
2
3
4
5

KOMPONEN PUBLIC SAVING
Pendapatan Asli daerah
Dana bagi hasil
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Belanja Wajib
PUBLIC SAVING

2006
18.900.788.716,88
614.918.200.284,00
278.151.500.000,00
48.362.070.000,00
661.114.858.542,94

REALISASI
2007
28.145.248.320,55
600.263.884.074,50
304.309.500.000,00
19.187.000.000,00
1.177.651.768.870,85

2008
33.441.689.129,57
730.108.088.861,00
369.682.515.000,00
54.754.000.000,00
1.335.865.011.242,91

-1.257.780.859,09
299.217.700.457,94
-147.878.718.252,34
Sumber : Bagian Keuangan Setdakab Kutai Barat, 2009

APBD
2009
39.457.554.916,00
943.245.167.222,98
339.903.440.000,00
47.546.000.000,00
1.476.896.374.370,43

PERTUMBUHAN
RATA-RATA
20.03
16.72
19.40
43.62
18.75

-106.744.212.231,45

81.03

Tabel 8 .9
Perkembangan Realisasi Pembayaran Pinjaman Kabupaten Kutai Barat
NO
1

SUB KOMPONEN BELANJA
Pembayaran Pokok Pinjaman – Pemerintah Pusat
TOTAL

8.4

2005
40.000.000.000,00

REALISASI
2006
132.985.561.000,00

40.000.000.000,00
132.985.561.000,00
Sumber : Bagian Keuangan Setdakab Kutai Barat, 2008

2007
-

PERTUMBUHAN
RATA-RATA
5.62

-

5.62

Analisis Tingkat Ketersediaan Dana

8.4.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
Analisis ini dilakukan di pemerintahan kabupaten, dan Kota untuk memprediksi ketersediaan dana yang dapat digunakan dalam
pembangunan yang diproyeksikan dalam RPIJMD. Untuk Kabupaten Kutai Barat belum ada data dari Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Kutai Barat untuk proyeksi – proyeksi pendapatan dan belanja daerah sehingga tabel – tabel berikut untuk sementara belum
ada datanya.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 23

Tabel 8.10
Proyeksi DSCR (Bagian Kas dan Perhitungan DSCR dan Kumulatif Pinjaman
REALISASI
NO

APBD

% PER
TAHUN

URAIAN BAGIAN DAN POS
2014

1

RASIO PERHITUNGAN DSCR

2

BAGIAN PENDAPATAN ASLI
DAERAH (PAD)

3

POS DANA ALOKASI UMUM
(DAU)

4

POS DANA OTONOMI KHUSUS

5

POS DANA BAGI HASIL (DBH)

6

POS DANA BAGI HASIL DANA
(DBHD) REBOISASI
BELANJA WAJIB

7
- Belanja Pegawai
8

ANGSURAN POKOK PINJAMAN

9

ANGSURAN BUNGA PINJAMAN

10

BIAYA LAIN (Biaya Komitmen +
Jasa Giro Perbankan + Provisi)
DSCR MINIMAL 2,5

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

2015

2014

2015

% PROYEKSI
PERTUMBUH
AN

PROYEKSI
2017

2018

2019

2020

2021

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 24

Tabel 8.11 Proyeksi Publik Saving Kabupaten Kutai Barat (Rp. Juta)
URAIAN BAGIAN
DAN POS

No
1

PENERIMAAN
PAD
DBH
DAU
DAK
BELANJA WAJIB

2

PROY
TUMBUH
(%)

PROYEKSI

20.03
16.72
19.40
43.62
18.75

TOTAL PUBLIC SAVING

81.03

2017

2018

2019

2020

49.636
1.088.406
527.118
116.715
2.149.281

59.578
1.270.432
629.431
167.631
2.552.292

71.512
1.482.900
751.602
240.759
3.030.871

85.837
1.730.901
897.486
345.789
3.599.189

-2.841.727

-5.144.614

-867.045
-1.569.683
Sumber : RPIJM Kabupaten Kutai Barat

Tabel 8 .12 Proyeksi Pendanaan Program Pekerjaaan Umum (Rp. Juta)
TOTAL PUBLIC SAVING
BELANJA LANGSUNG PU
BELANJA LANGSUNG CK

8.5

2017
2018
-867.045
-1.569.683
490.457.866.8 494.381.529.7
28,64
63,269
158.826.621.3 160.097.234.3
96,94
68,116
Sumber : RPIJM Kabupaten Kutai Barat

2019
-2.841.727
498.336.582.0
01,375
161.378.012.2
43,06

BELANJA
100%
%

2020
-5.144.614
502.323.274.
657,386
162.669.036.
341,005

Rencana Pembiayaan Program
Rencana pendanaan dijabarkan dari ketersediaan dana masing-masing daerah. Ketersediaan

dana

dihitung

dari

besarnya

public

saving

yang

dihitung

sebelumnya. Besarnya public

saving yang telah dihitung adalah proyeksi jumlah dana yang tersedia untuk semua proyek
pemerintah

daerah kabupaten

dan kota. Dari perhitungan

tersebut dilakukan

perhitungan

untuk proyek-proyek Pekerjaan Umum dan secara khusus untuk proyek-proyek Keciptakaryaan.
Data proporsi program cipta karya umumnya tidak tersedia untuk kabupaten dan kota sehingga
dalam

perhitungan

dilakukan

perhitungan

melalui proporsi belanja program cipta karya di

pemerintah provinsi.
8.6 Proyeksi Kemampuan Keuangan Kabupaten/Kota
8.6.1 Proyeksi Penerimaan dan Belanja
Proyeksi penerimaan dihitung :
1. Penghitungan berdasarkan kurun waktu 5-7 tahun
2. Menggunakan asumsi atas dasar trend historis, yang disesuaikan dengan inflasi yang
berlaku dengan kesepakatan pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten
3. Dianalisis berapa besar anggaran rutin dibandingkan anggaran belanja modal dan barang untuk
penyelenggaraan bidang PU/Kecipta-karyaan.
8.6.2

Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan

Kondisi PAD dan Dana Perimbangan :
i.

Struktur dan perkembangan penerimaan rutin, dan belanja barang dan modal, serta
prosentase pertumbuhannya.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

ii.

VIII. 25

Kelompok pajak daerah dan retribusi yang memberikan konstribusi besar, terutama untuk
menjadi dasar penguatan kapasitas keuangan daerah.

iii.

Kelompok

pajak

daerah

dan

retribusi

yang

memberikan

kecil

konstribusi

dikelompokkan dalam unsur penerimaan lainnya.
iv.

Analisis kemampuan penerimaan dengan análisis rasio penetapan.

Perhitungan proyeksi PAD dan Dana Perimbangan antara lain sebagai berikut :
1.

Penghitungan berdasarkan kurun waktu 5-7 tahun.

2.

Menggunakan

asumsi atas dasar trend historis,

yang disesuaikan

dengan inflasi yang

berlaku dengan ksespakatan pemerintah provinsi dengan pemeruintah kabupaten.
3.

Dianalisis

berapa

besar

anggaran

rutin

dibandingkan

anggaran

belanja

modal

dan

barang untuk penyelenggaraan bidang PU/Kecipta-karyaan.
8.6.3

Proyeksi Publik Saving

Perkembangan realisasi public saving Kabupaten Kutai Barat dari tahun 2005 sampai dengan tahun
2007 bersifat fluktuatif. Pada tahun 2005 realisasi perkembangan public saving Kabupaten Kutai
Barat sebesar Rp. -1.257.780.859,09.
Sedangkan pada

tahun

2007

juga

Pada tahun 2006 menjadi Rp. 299.217.700.457,94.

mengalami

225.746.136.475,8.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

penurunan

dengan

jumlah sebesar Rp. -

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 26

Tabel 8.13
Realisasi dan Proyeksi APBD Pemerintah Kabupaten Kutai Barat
Realisasi
No

2014
1

APBD

Uraian Bagian Dan Pos
2015

Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil Kepada
Provinsi/Kota dan
Pemerintahan Desa
Belanja Bantuan Keuangan
Kepada Provinsi/Kota dan
Pemerintahan Desa
Belanja Tidak Terduga
Jumlah (1)

2

Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Jumlah (2)
Jumlah Biaya

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

2014

2015

% Per
Tahun

% Proyeksi
Pertumbuh
an

Proyeksi
2016

2017

2018

2019

2020

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 27

Tabel 10.14
Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan
Realisasi
No

2014

1

Pendapatan Asli Daerah
a

Hasil Pajak Daerah

b

Hasil Retrbusi Daerah

c
d
2

3

Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan
Yang Sah

Dana Perimbangan
a

Bagi Hasil Pajak/Bagi
Hasil Bukan Pajak

b

Dana Alokasi Umum

c

Dana Alokasi Khusus

Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah
a

Pendapatan Hibah

b

Dana Darurat

c
d

e

4

APBD

Uraian Bagian Dan Pos

Dana Bagi Hasil Pajak
dari Provinsi
Dana Penyesuaian
dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan
dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah
Lainnya

Penerimaan Pembiayaan
Daerah
a

Penggunaan SILPA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

2015

2014

2015

% Per
Tahun

% Proyeksi
Pertumbuhan

Proyeksi
2016

2017

2018

2019

2020

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

b
c
d
e
f

Pencairan Dana
Cadangan
Hasil Penjualan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman
Daerah
Penerimaan Kembali
Pemberian Pinjaman
Penerimaan Piutang
Daerah

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Jumlah Pendapatan

Hasil perhitungan proyeksi dana yang tersedia tampak dalam tabel berikut.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

VIII. 28

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

VIII. 29

Tabel 8 .15 Proyeksi Pendanaan Program-program Kegiatan Pembangunan (Rp. Juta)
Pemerintah

2017

2018

2019

2020

Kutai Barat

625.756.509.409,05

630.762.561.484,323

635.808.661.976,197

640.895.131.272,007

Sumber : RPIJM Kabupaten Kutai Barat

Catatan:

Proyeksi

anggaran

disebabkan

PU

di

kabupaten/Kota

pengelompokan

kabupaten/Kota

tidak

kegiatan

sama.

mengandung

pekerjaan

Misalnya

kegiatan

umum

akuratan

ketidak

di

provinsi

persampahan

dan

dan

di

limbah

di

Kabupaten/Kota dikelompokkan dalam satuan kerja lingkungan hidup.

Ini bermakna
pembelanjaan

untuk

pembelanjaan

untuk