BAB viiI - DOCRPIJM 742a51394a BAB VIIIBAB 8 DRAINASE

BAB viiI

8.1. Rencana Investasi Sub-Bidang Drainase

8.1.1. Petunjuk Umum

  Dalam perencanaan drainase perlu disusun petunjuk umum untuk tujuan penyiapan : ▪ Program penanganan drainase. ▪

  Institusi pengelola sistem dan jaringan drainase, dalam hal ini adalah Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kodya/Kabupaten dan kawasan tertentu dimungkinkan melibatkan pihak swasta ( developer).

  Dalam konteks itu, acuan yang digunakan adalah Kepmen PU Nomor 239/KPTS/1987 tentang Fungsi Utama Saluran Drainase sebagai drainase kota dan fungsi utama sebagai pengendalian banjir.

  Dalam pengembangan sistem drainase harus memperhatikan sektor- sektor lain, karena pembangunan sektor drainase tidak dapat dilepaskan dari pembangunan infrastruktur lainnya, termasuk rencana pengembangan daerah, air limbah, perumahan dan tata bangunan serta jalan kota :

1. Rencana Pengembangan Kota :

  Komponen program drainase harus mendukung skenario pengembangan dan pembangunan kota, serta terpadu dengan rencana pengembangan prasarana lainnya.

  2. Air Limbah : Perencanaan sistem dan jaringan drainase harus mempertimbangkan pengembangan komponen air limbah, karena kadangkala sistem pembuangan air limah tercampur dengan sistem drainase.

  3. Perumahan Rakyat dan Tata Bangunan : Sistem penanganan drainase kota harus terkoordinasi dengan penanganan dan pengelolaan sistem yang disiapkan oleh instansi lain (developer, perumnas dan masyarakat).

  4. Jalan Kota : Sistem drainase jalan yang disiapkan menjadi satu kesatuan dengan komponen jalan hendaknya disinkronkan dengan sistem yang disiapkan oleh penyusun sistem dan jaringan dalam komponen drainase.

  Sistem drainase harus dikelola melalui kelembagaan di daerah yang memperhatikan hal-hal berikut ini :

  1. Institusi pengelola drainase harus memiliki kejelasan atas tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.

  2. Usulan program penyuluhan harus jelas agar peran serta masyarakat dalam kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana drainase dapat lebih ditingkatkan.

  Perencanaan drainase perkotaan bertujuan untuk mencari alternatif kiat pengendalian akumulasi limpasan air hujan yang berlebihan dan penyaluran limbah agar dalam pembangunannya dapat terpadu dengan pembangunan sektor lain yang terkait, sehingga sesuai dengan penataan lingkungan perkotaan.

  Secara umum saluran drainase terbagi menjadi dua, yaitu drainase wilayah perkotaan (drainase kota) dan drainase wilayah regional (drainase regional). Sedangkan drainase kota terdiri atas sistem drainase mayor dan sistem drainase minor. Sistem drainase mayor dan minor dapat dibedakan menurut sifat, kriteria dan peruntukannya dapat dijelaskan pada Tabel 8.1 berikut ini :

Tabel 8.1 Sistem Drainase Kota Sistem Drainase Mayor Sistem Drainase Minor DPS > 50 ha DPS < 50 ha

  

Akibat kerusakan banjir dianggap besar Akibat kerusakan banjir dianggap kecil

Terdiri atas: Terdiri atas: ▪

  ▪ Saluran Drainase Induk Utama (DPS Saluran Drainase Cabang Utama (DPS &gt; 100 ha) 25-50 ha) ▪

  ▪ Saluran Drainase Induk Madya (DPS Saluran Drainase Cabang Madya (DPS 50-100 ha) 5-25 ha) ▪

  Saluran Drainase Tersier (DPS 0-5 ha) Sistem Drainase Mayor, selain untuk Sistem Drainase Minor merupakan bagian menerima limpasan banjir minor, sarana dari sistem drainase yang menerima debit drainase harus dilengkapi dengan suatu limpasan maksimum dari mulai aliran awal, saluran yang dapat mengantisipasi meliputi: ▪ terjadinya kerusakan-kerusakan besar inlet limpasan permukaan jalan akibat limpasan banjir yang mungkin ▪ saluran dan parit drainase tepian jalan terjadi setiap 25-100 tahun sekali, ▪ gorong-gorong meliputi: ▪ got air hujan ▪

  ▪ saluran alami dan buatan saluran air terbuka dll ▪ daerah banjir ▪ jalur saluran drainase pembawa aliran limpasan besar serta bangunan pelengkapnya

  Didesain untuk Periode Ulang Hujan Didesain untuk Periode Ulang Hujan (PUH) (PUH) 25-100 tahun 2-10 tahun, tergantung dari tata guna lahan di sekitarnya

  Sumber: Katharina Oginawati, URDI, 2006

  Dasar-dasar perencanaan sistem drainase, meliputi : 1. Kriteria Desain :

  ▪ Periode Ulang Hujan (PUH). ▪ Perhitungan Debit Banjir. ▪ Waktu Konsentrasi. ▪ Perubahan PUH. ▪ Tinggi Hujan Rencana. ▪ Koefisien Limpasan. ▪ Koefisien Storasi. ▪ Intensitas Hujan. ▪ Luas Daerah Pengaliran. ▪

  Tata Guna Lahan saat ini dan pengembangannya di masa mendatang. ▪ Karakteristik tanah dan bangunan di atasnya. ▪ Kemiringan tanah dan bentuk daerah pengaliran. ▪ Pengaruh DPS Parsial.

2. Kriteria Hidrolis :

  ▪ Kapasitas Saluran. ▪ Kecepatan Aliran. ▪ Kemiringan Saluran dan Talud Saluran. ▪ Penampang Saluran. ▪ Ambang Bebas. ▪ Perlengkapan Saluran. ▪ Street Inlet. ▪ Bangunan Terjunan. ▪ Terjunan Miring. ▪ Gorong-goromg. ▪ Perubahan saluran. ▪ Pertemuan saluran. ▪ Belokan. ▪ Pintu Air. ▪ Bangunan pembuangan.

  3. Profil Aliran.

  4. Usaha Konservasi Sumber Daya Air.

  5. Analisis Hidrologi.

  6. Analisis Curah Hujan : ▪ Penentuan Stasiun Utama. ▪ Koreksi Kualitas dan Kuantitas Data. ▪ Analisis Curah Hujan Maksimum. ▪ Pemilihan Model Distribusi. ▪ Analisis Intensitas Hujan. ▪ Pendekatan Matematis Intensitas Hujan.

  7. Usulan Perencanaan Sistem Drainase meliputi : ▪ Prinsip Pengaliran Sungai. ▪ Cara Penyaluran. ▪ Jalur Saluran. ▪ Bentuk Dan Keadaan Saluran. ▪ Upaya Konservasi Sumber Daya Air. ▪ Penentuan Alternative Jalur Saluran. ▪ Perhitungan Detail Pengelolaan Air Hujan. ▪ Evaluasi Dampak Hujan Langsung.

8.1.2. Pencapaian Drainase Dalam Rencana Kabupaten/Kota

  Pencapaian dan sasaran pengelolaan air limbah rumah tangga dalam rencana kabupaten/kota data secara umum berasal dari pencapaian yang telah ada saat ini dan sasaran yang tertuang dalam rencana kabupaten/kota.

8.1.3. Kebijakan, Program dan Kegiatan Drainase dalam Rencana Kabupaten/Kota

  Kabupaten Merangin telah memiliki kebijakan, program, dan kegiatan drainase. Adapun program beserta target, pola pengelolaan, penanganan dan kontribusi pemerintah daerah di sektor drainase adalah sebagai berikut :

  1. Program Pembinaan Pengelolaan Sistem Drainase : a.

  Target : i.

  Peningkatan NSPM sistem drainase dan pengembangan perangkat pengaturan di daerah. ii.

  Peningkatan peran, fungsi dan kinerja lembaga/institusi pengelola dan SDM.

  2. Program Pengembangan Program dan Perencanaan Pembangunan Sistem Drainase : a.

  Target : i.

  Peningkatan penyusunan RPJM dan master plan sektor drainase di Kota/Kabupaten.

  3. Program Pengembangan Pembangunan Sistem Drainase Perkotaan a.

  Target : i.

  Peningkatan sistem drainase dalam rangka mengurangi wilayah genangan diperkotaan ii.

  Pengembangan jaringan drainase, sistem polder/kolam penampung/retensi serta PS pendukung/pelengkapnya meningkatkan pelayanan sarana drainase dan melindungi kawasan permukiman dan strategis perkotaan dari resiko genangan. iii.

  Menjaga dan meningkatkan fungsi prasarana dan sarana sistem drainase yang ada prioritas kota metropolitan, besar dan sedang.

  4. Program Pembangunan Ps Sistem Drainase Mendukung Kawasan Strategis/Tertentu dan Pemulihan Dampak Bencana dan Kerusuhan.

  a.

  Target: i.

  Peningkatan kualitas kawasan permukiman dalam rangka mendukung Indonesia aman dan damai.

  5. Program Pengembangan Ps Drainase Skala Kawasan/Lingkungan Berbasis Masyarakat.

  a.

  Target: i.

  Peningkatan PS drainase dalam rangka menjaga kesehatan lingkungan permukiman dan kuantitas air tanah melalui pengembangan sumur resapan.

  6. Program Pengelolaan Sistem Drainase Terpadu Mendukung Konservasi Sumber Daya Air.

  a.

  Target: i.

  Pengembangan sistem drainase skala regional secara terpadu mendukung keseimbangan tata air.

  7. Program Pengembangan Kapasitas Pendanaan Pembangunan Sistem Drainase a.

  Target: i.

  Peningkatan pendanaan pembangunan PS sistem drainase dari berbagai sumber baik pemerintah, pinjaman luar negeri atau dengan swasta terutama developer untuk pengembangan kawasan permukiman baru.

  8. Program Promosi Pengelolaan Ps Sistem Drainase.

  a.

  Target: i.

  Penyuluhan dan peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat serta pemangku kepentingan dalam penyediaan dan pengelolaan PS drainase.

  9. Program Pengembangan Inovasi Teknologi Sistem Drainase.

  a.

  Target: i.

  Peningkatan kualitas pembangunan sistem drainase.

8.1.4. Profil Rinci Penyediaan Drainase

  Kondisi alam Kabupaten Merangin secara umum dapat dibedakan menjadi daerah datar, bergelombang, dan berbukit. Limpasan air permukaan yang berpotensi banjir biasanya terjadi di wilayah dengan topografi datar-bergelombang dengan kelerengan daerah kurang dari 15%. Peningkatan debit air permukaan dipengaruhi pula oleh jenis tanah lempungan, dimana resapan air relatif kecil. Pada musim penghujan dimana curah hujan cenderung tinggi, genangan air permukaan semakin meningkat pada daerah-daerah tersebut. Di beberapa wilayah kecamatan dengan karakteristik alam seperti itu, jaringan drainase seringkali belum ada, sehingga sering terjadi banjir. Fenomena itu diperburuk dengan luapan air sungai yang mengalir di wilayah-wilayah itu. Dalam konteks ini, pembangunan sistem drainase menjadi suatu kebutuhan yang mendesak dan harus mendapat prioritas.

  Kondisi jaringan drainase di Kabupaten Merangin secara umum belum memadai atau tidak sesuai dengan peruntukannya. Oleh karenanya, kinerja sistem drainase tidak optimal, dan sebagai akibatnya banjirpun masih sering terjadi, meskipun di wilayah itu dijumpai adanya jaringan drainase. Sistem penampungan pada kolam-kolam retensi yang sudah ada tampaknya perlu ditingkatkan. Kondisi fisik dan kapasitas drainase perlu ditingkatkan, terutama dalam rangka mengikuti laju pembangunan di sektor lain seperti pengembangan wilayah perumahan, dimana pengalihan fungsi lahan terjadi dan berpotensi meningkatkan erosi dan limpasan air permukaan.

8.1.5. Permasalahan yang dihadapi

  8.1.5.1. Permasalahan Sistem Drainase yang ada

  Permasalahan drainase yang ada di Kabupaten Merangin secara umum berkaitan dengan kondisi topografi wilayah, pengembangan wilayah permukiman, pemeliharaan, skala prioritas, fungsi, dan penanganan drainase. Untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.

  8.1.5.2. Sasaran Drainase

  Sasaran yang harus dicapai oleh program penanganan drainase (fungsional dan program): 1.

  Target Nasional (sistem primer dan sistem sekunder: menciptakan lingkungan aman, baik terhadap genangan maupun luapan sungai, banjir kiriman, dan hujan lokal).

  2. Memenuhi basic need (kebutuhan dasar) drainase bagi kawasan hunian dan kota. Untuk pemenuhan kebutuhan dasar ini, dapat digunakan criteria dan standar yang ada.

  3. Memenuhi development need dalam menunjang terciptanya skenario pengembangan kota untuk kawasan andalan dan menunjang sektor unggulan. Perlu diindikasikan prasarana dan sarana dasar utama dan penunjang di kawasan tersebut.

  8.1.5.3. Rumusan Masalah

  Persoalan sistem drainase harus dipandang secara lebih luas, karena pembangunan jaringan ini terkait dengan sektor-sektor lainnya. Oleh karena itu, permasalahan drainase perlu diatasi secara komprehensif yaitu dengan melibatkan berbagai pihak, baik swasta maupun pemerintah. Perlu ditekankan di sini bahwa instansi yang menangani sistem drainase harus jelas cakupan kewenangan dan tanggungjawabnya, sehingga tumpang tindih dalam pembangunan dan pemeliharaan jaringan drainase dapat dihindari.

8.1.6. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

  Seperti telah diuraikan di atas bahwa bentang alam Merangin sebagian besar merupakan topografi datar dan bergelombang. Keadaan alam seperti itu menyebabkan aliran permukaan kurang baik dan sering terjadi genangan. Fenomena tersebut terlihat terutama pada musim penghujan, dimana sebagian besar wilayah terjadi pelimpahan air permukaan yang meluas dan tidak terkontrol (banjir). Pada daerah-daerah dengan topografi datar-bergelombang perlu dibuat jaringan sistem drainase yang mampu runoff). untuk mengalirkan limpasan air permukaan (

  Selain itu, pengembangan wilayah permukiman seringkali menimbulkan permasalahan limpasan air pemukaan juga. Pembukaan lahan untuk areal permukiman akan merubah fungsi lahan, dan perubahan itu biasanya menimbulkan dampak lingkungan. Aliran air permukaan menjadi eksesif karena berkurangnya vegetasi penutup, sehingga proses erosi tanah semakin intensif dan meluas. Untuk mencegah kerusakan lahan akibat alih fungsi tersebut maka diperlukan jaringan drainase untuk mengontrol aliran air permukaan.

  Pada beberapa daerah permukiman terlihat sudah ada jaringan drainase, tetapi kondisinya tidak sesuai dengan kapasitas peruntukan, sebagai akibatnya kinerjanya tidak optimal. Masalah ini seringkali diperburuk dengan upaya pemeliharaan yang tidak memadai. Di banyak tempat terlihat drainase tidak terpelihara dengan baik, dan di lain sisi pembangunan drainase itu sendiri hingga sampai saat ini belum menjadi prioritas utama. Sebagai akibat, laju pembangunan di sektor lainnya biasanya tidak diimbangi dengan laju pembangunan jaringan drainase, sehingga permasalahan saluran air permukaan menjadi semakin kompleks.

  Kompleksitas persoalan yang ada tampaknya terkait pula dengan tidak adanya ketegasan fungsi drainase dan pola penanganannya. Drainase yang ada secara umum memiliki fungsi ganda, sebagai saluran air hujan dan juga sebagai tempat pembuangan limbah. Hal itu terjadi karena limbah cair dari rumahtangga, dan kemungkinan juga dari industri, dialirkan ke jaringan drainase. Pembangunan sistem drainase di wilayah permukiman biasanya kurang mempertimbangan jaringan drainase primer perkotaan, sehingga hubungan kedua sistem itu menjadi tidak jelas, sebagai akibatnya keterpaduan penanganannya tidak ada. Untuk isu ini, pemerintah bersama- sama pengembang perlu membuat masterplan drainase secara bersama- sama agar penanganan sistem drainase dapat dilakukan secara terpadu (tidak parsial). Program kegiatan yang diusulkan dalam pembangunan drainase dapat dilihat pada usulan kesepakatan RPIJM Bidang PU Ciptakarya Kabupaten Merangin.