NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM KITAB NASHAIHUL ‟IBAD KARYA IMAM NAWAWI AL-BANTANI

  

NILAI-NILAI PENDIDIKAN

DALAM KITAB

NASHAIHUL ‟IBAD

  

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

  

Disusun Oleh:

MUHAMMAD CHOIRUL UMAM

NIM 111 09 112

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015

KEMENTERIAN AGAMA

  Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Faks. 323433 Salatiga 50721

  http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail :

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : - Hal : Naskah skripsi

  Saudara Muhammad Choirul Umam Kepada: Yth. Ketua IAIN Salatiga Di Salatiga Assalamualaikum. Wr. Wb.

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : Muhammad Choirul Umam NIM : 111 9 112 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Judul : Nilai-Nilai Pendidikan dalam Kitab Nashaihul

  „Ibad Karya Imam Nawawi Al-Bantani Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut diatas supaya segera dimunaqosahkan.

  Demikian agar menjadi perhatian.

  Wassalamualaikum. Wr. Wb.

  Salatiga, 11 Maret 2015 Pembimbing Muh. Hafidz, M. Ag.

  NIP. 19730801 200312 1002

KEMENTERIAN AGAMA

  Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Faks. 323433 Salatiga 50721

  http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail :

  

SKRIPSI

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM KITAB

NASHAIHUL ‟IBAD KARYA IMAM NAWAWI AL-BANTANI

DISUSUN OLEH

  

MUHAMMAD CHOIRUL UMAM

NIM : 111 09 112

  Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada tanggal 11 April 2015, dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 kependidikan Islam.

  Susunan Panitia Ujian Ketua Penguji : Rasimin, S.Pd.I, M.Pd. __________________ Sekretaris Penguji : Muh. Hafidz, M.Ag. __________________ Penguji I : Prof. Dr.H. Mansur, M.Ag. __________________ Penguji II : Muna Erawati, M.Si. __________________

  Salatiga, 11 April 2015 Dekan FTIK IAIN Salatiga Suwardi, M.Pd.

  NIP: 19670121 199903 1 002

KEMENTERIAN AGAMA

  Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Faks. 323433 Salatiga 50721

  http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail :

  DEKLARASI

  Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Muhammad Choirul Umam NIM : 111 09 112 Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Judul : Nilai-

  Nilai Pendidikan dalam Kitab Nashaihul ‟Ibad Karya

  aaaaaaaaaaaaaaaaa Imam Nawawi Al-Bantani

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah..

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 11 Maret 2015 Penulis

  Muhammad Choirul Umam NIM: 111 09 112

  

MOTTO

          

  

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka

mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (Q.S. Ar-Ra‟d: 11).

  

“Manusia Berusaha dan berdo‟a, Tuhan yang menentukan”

Barang Siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah

sampai ia kembali.(H.R. Tirmidzi)

  

PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan skripsi ini untuk: 1.

  Ibuku Siti Aisyah dan Bapakku Asmudi yang selalu sabar dalam mendidik, memberi motivasi dan merawat serta membesarkanku dengan keringatnya hingga sampai pada titik ini. Semoga tetesan keringat ibu dan bapak dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik.

  2. Keluargaku di kampung halaman, Bani Sajad Yasir. Terutama kedua adikku Al-Istianah dan Sayyidatus Syarifah, kalian adalah semangatku.

  3. Abah Cholid Ulfi Fatkhurrohman, Abah As‟ad Haris N.F., Abah Taufiqurrohman, Ibunda Fatichah Ulfah dan Ummah Chusnul Halimah serta seluruh keluarga besar kepengasuhan Yayasan Al-Manar. yang senantiasa memberikan ilmu pengetahuan hingga saat ini.

  4. Teman-teman seperjuangan Keluarga besar pondok pesantren Al-Manar, jajaran kepengurusan, Dewan Asatidz MADIN Al-Manar dewan guru Madrasah Aliyah dan Dewan Guru MTs serta seluruh santri yang selalu membagi tawanya kepadaku.

  5. Almamaterku tercinta, IAIN Salatiga, tempatku menimba pengetahuan . teman teman PAI-D angkatan 2009. Kalian luar biasa.

  6. Seluruh sahabat terbaikku yang telah meluangkan waktunya dalam hal apapun. Pakdhe Ilzamsyah Am., Sobet Rieadie Ijah, Tumbrok, Gembel, Cah Ayu,

  Tante nafi‟ teteh Lutfi dan Bunda kamal serta siapa saja yang aku lupa namanya.

  7. Calon pendampingku, Tulang rusukku yang akan menemaniku kelak, ibu dari anak-anak Kita semoga kau setia menungguku.

  8. Seluruh Umat Islam di belahan dunia manapun yang bersedia membaca karya kecil ini.

KATA PENGANTAR

  Asslamu‟alaikum Wr. Wb Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

  Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

  Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah INSTITUTAGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

  1. Allah SWT tuhan yang tiada duanya dan Rosulullah SAW seorang Nabi yang menjadi suri tauladan yang baik bagi umatnya.

  2. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  3. Bapak Rasimin, S.Pd.I., M.Pd. , selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam (PAI).

  4. Bapak

  M. Hafidz, M.Ag. , sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah

  dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.

  5. Bapak M. Ghufron, M.Ag., selaku pembimbing akademik 6.

  Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Mu‟allif kitab Nashaihu „Ibad, Imam Nawawi Al-Bantany 8.

  Seluruh keluarga besar Yayasan Al-Manar Bener, Tengaran, Semarang.

  9. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

  Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.

  Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

  Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

  Salatiga, 11 Maret 2015 Penulis Muhammad Choirul Umam

  

ABSTRAK

  Umam, Muhammad Choirul. 2015 Nilai-Nilai Pendidikan dalam Kitab Nashaihul

  „Ibad Karya Imam Nawawi Al-Bantani. Skripsi Jurusan Tarbiyah

  Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: M. Hafidz, M.Ag. Kata kunci: Nilai Pendidikan,

  Nashaihul „Ibad Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa Imam Nawawi al-Bantani merupakan seorang ulama‟ salaf pemikir yang menghasilkan karya-karya besar yang cukup fundamental.Beliau merasa bahwa sangat pentingnya sebuah pribadi yang memiliki keimanan yang kuat, kesempurnaan akidah dan akhlak serta pendidikan yang unggul dan memadai harus dimiliki oleh setiap hamba dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji apa saja nilai pendidikan dalam kitab nashaihul „ibad karya imam nawawi al bantani. Pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana sistematika penulisan dalam kitab

  nashaihul „ibad?, 2)

  Bagaimana nilai pendidikan menurut Imam Nawawi di dalam kitab nashaihul

  

„ibad?, 3) Bagaimana implikasi pendidikan menurut Imam Nawawi dalam

  kehidupan sehari-hari?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kepustakaan. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan jenis penelitian kepustakaan(Library Research), sedangkan sumber data primer dari penelitian ini adalah kitab

  nashaihul „ibad dan sumber sekundernya adalah buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian.

  Adapun teknis analisis data menggunakan metode deduktif dan metode induktif dan temuan penelitian ini menunjukkan bahwa nilai pendidikan dalam kitab Nashaihul „Ibad karya Imam Nawawi ini sangat dibutuhkan bagi peserta didik dan pendidik dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Karakter pemikiran beliau dapat digolongkan dalam corak praktis yang tetap berpegang teguh dengan al Qur‟an dan Hadits serta atsar para ulama‟. Beliau menyatakan bahwa ilmu itu sesuatu yang suci dan hanya akan dapat diserap oleh jiwa yang suci pula. Pendidikan tidak hanya didapat dari bangku sekolah saja, namun kita bisa mendapatkannya melalui siapa saja dan apa saja. Ilmu dapat diperoleh dengan cara berkumpul dengan orang saleh, menjaga diri dari perbuatan yang dilarang agama dan senantiasa mendekatkan diri pada Allah. Sikap kita kepada sesama manusia dan makhluk lain juga akan berpengaruh dalam pendidikan. Menghargai orang lain, menjaga lisan rendah hati serta sikap-sikap yang seharusnya kita lakukan kepada makhluk lain akan menjadikan kita sebagai hamba yang santun dan bijak dalam mengarungi bahtera kehidupan. Kecenderungan lain dalam pemikiran beliau adalah mengetengahkan nasihat-nasihat kepada para hamba sebagai bekal dalam menjalani kehidupan dan kebahagiaan yang hakiki.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .................................................................................... i HALAMAN BERLOGO ............................................................................. ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv DEKLARASI ................................................................................................ v MOTTO........................................................................................................ vi PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii KATA PENGANTAR ................................................................................. ix ABSTRAK ................................................................................................... xi DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1 B. Rumusan Masalah........................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian......................................................................... 5 D. Kegunaan Penelitian.................................................................... 5 E. Penegasan Istilah......................................................................... 7 F. Metode Penelitian....................................................................... 9 G. Sistematika Penulisan Skripsi.................................................... 11 BAB II. BIOGRAFI A. Latar Belakang Penulisan Kitab Nashaihul „Ibad..................... 13 B. Sistematika Penulisan Kitab Nashaihul „Ibad........................... 13 C. Riwayat Hidup Imam Nawawi................................................... 16 D. Pendidikan Imam Nawawi Al-Bantani....................................... 17

  E.

  Nasionalisme............................................................................. 19 F. Gelar-gelar................................................................................ 21 G.

  Karya-karya.............................................................................. 22 H. Nasab Imam Nawawi............................................................... 25 I. Silsilah Guru Imam Nawawi.................................................... 27 BAB III.

  NILAI PENDIDIKAN DALAM KITAB NASHAIHUL „IBAD A. Pengertian Pendidikan............................................................. 30 B. Pemikiran Imam Nawawi tentang Nilai Pendidikan dalam Kitab

  Nashaihul „Ibad........................................................................ 32

  BAB IV. ANALISIS NILAI PENDIDIKAN DALAM KITAB NASHAIHUL „IBAD A.

  Nilai Pendidikan dalam Nashaihu „Ibad................................ 41 B. Implikasi Nilai Pendidikan Dalam Kehidupan...................... 61

  BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan........................................................................... 70 B. Saran..................................................................................... 72 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan Agama

  rahmatan lil‟alamin yang dibawa oleh

  Rasulullah Muhammad SAW sebagai pedoman hidup umat manusia dan pendidikan bagi manusia dan seluruh alam. Islam sangat memperhatikan segala aspek yang dikerjakan manusia, mulai dari hal-hal yang kecil sampai pada hal yang besar. Baik masalah tersebut berhubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia. Tidak heran jika hal itu sangat menjadi topik utama dalam kehidupan ini. Menjadi awal dan dasar kehidupan seseorang untuk menjadi bahagia di dunia dan akhirat.

  Dasar utama dalam Islam adalah mengakui keberadaan-Nya dan para utusannya. Dengan mengakui bahwa:” Aku mengakui, bahwa tiada Ilah selain Allah SWT, tunggal Maha sendiri-Nya,tiada sekutu bagi-Nya, demikian tinggi Dia dengan ketinggian yang Maha Agung. Dia menciptakan seluruh langit dan bumi serta segala apa yang ada diantara keduanya dalam kurun wangsa waktu enam periode hari, kemudian Dia bersemayam di Arasy al Rahman” (Soedjarwo, 1990: 27).

  Islam juga sangat menjunjung tinggi ilmu. Begitu tingginya orang yang memiliki ilmu, hingga dalam sebuah ayat, Allah berfirman:  ......          Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

  

antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajat . (Q.S. Al-Mujadalah. 11). (http//www.alquran-digital.com).

  Ibnu Abbas ketika menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa derajat para ahli ilmu dan orang mukmin yang lain sejauh 700 derajat. Satu derajat sejauh perjalanan 500 tahun ( Ihya‟ Ulum Al-Din)

  Dalam keseharian manusiapun, seorang yang memiliki illmu akan lebih dihormati dibanding orang-orang biasa. Sebagai contoh konkrit, seorang yang memiliki pemahaman dan kearifan dalam ilmu agama, terkait dengan akidah, fikih, dan lain sebagainya, di masyarakat akan dijadikan panutan oleh masyarakat. Selain itu, perkataan yang beliau ucapkanpun akan lebih dipatuhi dibanding orang pada umumnya.

  Begitulah Allah mengangkat derajat hamba-Nya yang memiliki ilmu. Bahkan, tidak terbatas dalam ilmu agama semata, dalam bidang keilmuan umumpun Allah akan mengangkat derajat hamba-Nya yang berilmu. Sebagai contoh orang yang memiliki kepandaian dalam bidang ilmu hitung atau matematika, masyarakat juga tidak akan sungkan- sungkan menimba ilmu dengannya, atau jika memang memungkinkan, ketika orang tersebut membuka sebuah wadah pembelajaran berbentuk les privat, masyarakat tidak akan segan-segan mengarahkan putra-putrinya untuk menimba ilmu padanya.

  Disisi lain, manusia semakin cerdas dan mendayagunakan fikirannya untuk menemukan konsep dan metode yang benar-benar relevan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan pendidikan berkembang dari konsep pedagogi, andragogi dan education. Dalam konsep paedagogi, kegiatan pendidikan ditujukan hanya kepada anak yang belum dewasa. Tujuannya mendewasakan anak. Namun, karena banyak hasil didikan yang justru menggambarkan perilaku yang tidak dewasa, maka sebagai anti tesis dari kenyataan itu, muncullah gerakan andragogi. Selanjutnya gerakan modern memunculkan konsep education yang berfungsi ganda, yakni “transfer of knowledge” dan “ making scientific attitude” pada sisi yang lain.

  Ketiga hal tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Hal ini dikarenakan kaidah-kaidah tersebut menunjukkan bahwa dalam proses pendidikan ada pendidikan yang berfungsi sebagai pelatih, pengembang, pemberi atau pewaris. Kemudian terdapat pula bahan yang dilatihkan, dikembangkan, diberikan serta diwariskan yakni berupa pengetahuan, keterampilan, berfikir, karakter yang berupa bahan ajar, serta ada murid yang menerima latihan, pengembangan, pemberian dan pewarisan pengetahuan, keterampilan pikiran dan karakter.

  Ilmu juga berkaitan erat dengan kecerdasan. Pembicaraan mengenai kecerdasan sangatlah luas. Teori-teori kecerdasan terus berkembang, mulai dari Plato, Aristoteles, Darwin, Alfred Binet, Stanberg, Piaget, sampai Howard Gardner. Perkembangan ini mengerucut pada pola yang sama, yaitu makna kecerdasan banyak ditentukan oleh faktor situasi dan kondisi (konteks) yang terjadi pada saat teori tersebut muncul. Pada akhirnya, makna kecerdasan sangatlah tergantung pada banyaknya kepentingan eksternal dari hakikat kecerdasan itu sendiri. Kepenitingan ekstenal tersebut meliputi kepentingan politik, eugenic (keturunan), keunggulan ras, dan banyak lagi.

  Dari uraian di atas, penulis ingin lebih jauh mengkaji tentang nilai pendidikan pada pemikiran Imam Nawawi Al-Bantani melalui sebagian karya- karyanya yang cukup fundamental yaitu kitab Nashaihul „Ibad yang di dalamnya terdapat beberapa uraian tentang pendidikan. Untuk itu, maka penulis mencoba untuk menyusun sebuah skripsi yang berjudul: NILAI- NILAI PENDIDIKAN DALAM KITAB N

  ASHAIHUL ‟IBAD KARYA

  IMAM NAWAWI AL-BANTANI, dengan harapan semoga dapat memberikan kontribusi dan manfaat terutama bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

  B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana sistematika penulisan kitab Nashaihul „Ibad? 2.

  Bagaimana nilai pendidikan menurut Imam Nawawi di dalam kitab

  Nashaihul „Ibad? 3.

  Bagaimana implikasi pendidikan menurut Imam Nawawi dalam dunia pendidikan?

  C. Tujuan Penelitian 1.

  Mengetahui sistematika penulisan kitab Nashaihul „Ibad.

  2. Mengetahui nilai pendidikan menurut Imam Nawawi di dalam kitab Nashaihul „Ibad.

  3. Mengetahui implikasi pendidikan menurut Imam Nawawi dalam dunia pendidikan.

D. Kegunaan Penelitian

  Kegunaan dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, berupa pengetahuan tentang nilai pendidikan yang terkandung dalam karya Imam Nawawi serta bermanfaat sebagai kontribusi pemikiran bagi dunia pendidikan khususnya dunia pendidikan Islam.

2. Kegunaan Praktis a.

  Bagi Penulis Menambah wawasan dan pemahaman penulis mengenai nilai pendidikan untuk selanjutnya dijadikan sebagai pedoman dalam aktifitas sehari-hari b. Bagi Lembaga Pendidikan

  1) Dapat menjadi masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan terutama pendidikan Islam, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan serta pemerintah secara umum.

  2) Sebagai bahan pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di

  Indonesia terutama pendidikan Islam (seperti Madrasah Diniyah, Pondok Pesantren) sebagai solusi terhadap permasalahan pendidikan yang ada.

  c.

  Bagi Ilmu Pengetahuan 1)

  Menambah khazanah mengenai nilai pendidikan yang terdapat dalam kitab

  Nashaihul „Ibad sehingga mengetahui betapa pentingnya pendidikan dalam kehidupan sehari-hari.

  Dengan demikian seorang mukallaf akan berusaha memperbaiki diri agar semakin meningkatkan mutu kualitas diri menjadi yang lebih baik dihadapan Allah dan dihadapan manusia. 2)

  Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan terutama ilmu pendidikan Islam, sehingga dapat memperkaya dan menambah wawasan dibidang tersebut khusunya dan bidang ilmu pengetahuan yang lain pada umumnya.

E. Penegasan Istilah

  Untuk memperjelas judul di atas serta menghindari kesalahan dalam memahami istilah, maka penulis perlu membatasi istilah yang berkaitan dengan permasalahan tersebut. Adapun tujuannya agar asumsi yang akan muncul nantinya akan dapat diartikan secara tepat sesuai dengan yang dikehendaki penulis, antara lain: 1.

  Nilai-Nilai Pendidikan Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga prefensinya tercermin dalam perilaku, sikap dan perbuatan- perbuatannya (Ensiklopedi Pendidikan, 2009: 106)

  Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan negara (Ensiklopedi Pendidikan, 2009: 130).

  2. Nashaihul ‟Ibad Adalah sebuah karya Muhammad Nawawi Bin „Umar Al-

  Bantani Al-Jawi yang disajikan untuk seorang hamba sebagai pedoman dan rujukan berperilaku sesuai tuntunan islami yang dapat membawa ke arah kebaikan dan menjadikan seseorang berbudi pekerti santun dan berjiwa lembut. Kandungannya begitu dalam dan hakikatnya begitu tinggi, sehingga bila difahami dengan ikhlas dalam kehidupan sehari- hari dapat menghantarkan kita pada kebersihan hati, kesucian jiwa dan kesantunan budi pekerti serta dapat mengingatkan kita akan pentingnya mrmahami makna hidup hakiki dan mempersiapkan diri menghadap Sang Maha Kuasa dengan membawa berbagai amal kebaikan dan budi pekerti yang baik (Kauma, 2005: 5)

  Kitab ini terdiri dari 11 bab pembahasan, dimulai dari Khutbatul Kitab dilanjutkan dengan bab satu, dua, tiga, sampai dengan sebelas pada akhir kitab. Kitab ini juga disertai dengan fahrasat (daftar isi).

  3. Imam Nawawi Adalah Abu Abdul Mu‟ti Muhammad Nawawi bin „Umar bin

  „Arabi bin „Ali At-Tanari Al-Bantani Al-Jawi. Beliau dilahirkan di desa Tanar, Banten, Jawa Barat, pada tahun 1230 H bertepatan dengan 1813 M, didalam keluarga yang mulia yang terkenal dengan dakwah islamiyahnya. Sejak kecil beliau hidup dan menimba ilmu di Makkatul

  Mukarromah dan berbagai daerah seperti: Madinah, Syiria, dan Mesir. Kemudian menetap kembali di M akkah. Beliau dikenal dengan “sayid ulama hijaz”, syeikh yang terkemuka, dermawan, bertakwa, zuhud, rendah hati, lembut hatinya, pecinta fakir miskin. Beliau wafat pada tahun 1314 H bertepatan dengan tahun 1897 M di Makkatul Mukarromah (Al-Qof, 2008:183).

  F.Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan (library research), karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka (Hadi, 1990: 3). Dan yang dijadikan obyek kajian adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil dari pemikiran.

  2. Sumber Data Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur.

  Adapun referensi yang menjadi sumber data primer adalah kitab Nashaihul ‟Ibad karya imam Nawawi.

  Kemudian yang menjadi sumber data sekunder adalah terjemah Nashaihul ‟Ibad, kitab Risalatul Mu‟awwanah, Kapita Selekta Pendidikan Islam serta kitab-kitab dan buku-buku lainnya yang ada relevansinya dengan obyek pembahasan penulis.

  3. Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber data primer yakni kitab

  Nashaihul ‟Ibad dan data sekunder yakni terjemah Nashaihul ‟Ibad, kitab Risalatul

  Mu‟awwanah, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan buku-buku serta kitab yang relevan lainnya. Setelah data terkumpul, maka dilakukan penelaahan secara sistematis dalam hubunganya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data/informasi untuk bahan penelitian.

4. Teknik Analisis Data

  Yaitu penanganan terhadap suatu obyek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milah antara pengertian satu dengan pengertian yang lain untuk memperoleh kejelasan mengenai halnya.

  Macam-macam metode yang digunakan dalam menganalisis masalah adalah sebagai berikut: a.

  Metode Deduktif Yaitu apa yang dipandang benar dalam peristiwa dalam suatu kelas atau jenis, berlaku pada hal yang benar pada semua peristiwa yang termasuk dalam kelas atau jenis. Hal ini adalah suatu proses berfikir dari pengetahuan yang bersifat umum dan beragkat dari pengetahuan tersebut, ditarik suatu pengetahuan yang khusus (Hadi, 1990: 26). Metode ini digunakan oleh penulis untuk menganalisis data tentang konsep yang akan dibahas yaitu nilai pendidikan. b.

  Metode Induktif Yaitu metode yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa konkrit, kemudian dari fakta-fakta dan peristiwa yang konkrit ditarik dalam generalisasi yang bersifat umum (Hadi, 1990:26). Metode ini penulis gunakan untuk menganalisis data tentang kebahagiaan yang hakiki dalam kitab Nashaihul ‟Ibad, sehingga dapat diketahui nilai pendidikan yang terkandung didalamnya.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  Sistematika penulisan yang penulis maksud disini adalah sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan skripsi ini.

  Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:

  BAB I : Pendahuluan, menguraikan tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian, Penegasan Istilah, dan sistematika Penulisan sebagai gambaran awal dalam memahami skripsi ini. BAB II : Latar Belakang penulisan kitab Nashaihul ‟Ibad, Sistematika penulisan kitab Nashaihul ‟Ibad, Biografi dan pemikiran imam

  Nawawi, menguraikan tentang: Biografi imam Nawawi yang meliputi riwayat kelahiran, kehidupan intelektual, dan perjalanan karirnya. Selain itu dalam bab ini juga membahas perkembangan intelektual, karya-karyanya, silsilah nasab dan silsilah gurunya.

  BAB III : Deskripsi pemikiran imam Nawawi. BAB IV : Pembahasan, menguraikan signifikansi pemikiran, relevansi, pemikiran, dan implikasi. BAB V : Penutup, menguraikan kesimpulan dan saran.

BAB II BIOGRAFI A. Latar Belakang Penulisan Kitab Nashailul „Ibad Mushanif, yakni imam Nawawi, merasa penting sekali dalam

  menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan nasehat-nasehat dalam menjalani kehidupan agar dapat menjadi manusia yang lebih baik dihadapan Tuhan dan manusia. Melihat konteks kehidupan yang sangat dibutuhkannya ilmu ini, maka beliau menulis kitab yang dirasa cukup memuat pembahasan tentang nasehat-nasehat para orang terdahulu, kitab tersebut merupakan syarah yang disusun guna mensyarahi sebuah kitab yang berisi nasehat-nasehat, karya Al-Allamah Al-Hafizh Syaikh Syihabuddin Ahmad bin „Ali bin Muhammad bin Ahmad Asy-Syafi‟iy yang terkenal dengan nama Ibnu Hajar Al-Asqalani Al-Mishri. dan beliau beri nama kitab tersebut dengan Nashaihul

  „Ibad yang berisikan penjelasan terhadap kalimat-kalimat yang ada dalam kitab Al-Munabbihaat

  „alal Isti‟daad Li Yaumil Ma‟ad (Peringatan dan nasehat untuk melakukan persiapan menghadapi hari Kiamat) (Kauma, 2005: 19).

B. Sistematika Penulisan Kitab Nashailul „Ibad

  Sistematika yang dipakai dalam penulisan kitab Nashaihul „Ibad adalah tematik, yang penulisannya dari satu bab ke bab yang lain berdasarkan jumlah nasehat dan pokok masalah yang terkandung didalamnya. Mulai dari dua pokok masalah, tiga pokok masalah, dan seterusnya sampai sepuluh pokok masalah. Jumlah pembahasannya ada

  214 yang didasarkan pada 45 Hadits dan sisanya merupakan atsar (perkataan sahabat dan tabi‟in). Adapun rincian bab yang terdapat dalam kitab ini yaitu:

1. Bab I, khutbatul kitab yang berisi kata pengantar dan sambutan dari penulis.

  2. Bab II, dalam bab ini terdapat 30 nasehat yang masing masing terdiri dari 2 poin. Empat diantaranya berupa hadits nabi, sedang sisanya berupa atsar. Adapun urutannya adalah: a.

  Dua hal yang sangat utama b. Dua perintah Nabi agar bergaul dengan ulama‟ c. Dua perumpamaan masuk kubur tanpa bekal d. Dua kemuliaan e. Dua kesedihan f. Dua pencarian g.

  Dua sikap orang mulia dan bijaksana h. Dua modal yang berbeda hasilnya i. Dua dasar kemaksiatan j. Dua jenis tangisan k.

  Larangan meremehkan dosa kecil l. Dua jenis dosa m.

  Dua aktivitas utama n. Dua bukti belum mengenal Allah dan dirinya sendiri o. Dua kerusakan p.

  Dua nasehat tentang nafsu dan sabar q. Dua pengendalian akal r. Dua keuntungan menjauhi keharaman s.

  Dua wahyu Allah kepada Nabinya t. Dua kesempurnaan akal u.

  Dua perbedaan antara yang berilmu dan yang bodoh v. Dua ciri orang yang taat kepada Allah w.

  Dua aktivitas inti x. Dua sumber dosa dan fitnah y. Dua pengakuan kelemahan diri z. Dua perbuatan tercela 3.

  Bab III, dalam bab ini terdapat 55 nasehat yang masing masing terdiri dari 3 poin. Tujuh diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya berupa atsar.

  4. Bab IV, dalam bab ini terdapat 37 nasehat yang masing masing terdiri dari 4 poin. Delapan diantaranya berupa hadits nabi, sedang sisanya berupa atsar.

  5. Bab V, dalam bab ini terdapat 27 nasehat yang masing masing terdiri dari 5 poin. Enam diantaranya berupa hadits nabi, sedang sisanya berupa atsar.

  6. Bab VI, dalam bab ini terdapat 17 nasehat yang masing masing terdiri dari 6 poin. Dua diantaranya berupa hadits nabi, sedang sisanya berupa atsar.

  7. Bab VII, dalam bab ini terdapat 10 nasehat yang masing masing terdiri dari 7 poin. Lima diantaranya berupa hadits nabi, sedang sisanya berupa atsar.

  8. Bab VIII, dalam bab ini terdapat 5 nasehat yang masing masing terdiri dari 8 poin. Satu diantaranya berupa hadits nabi, sedang sisanya berupa atsar.

  9. Bab IX, dalam bab ini terdapat 5 nasehat yang masing masing terdiri dari 9 poin. Satu diantaranya berupa hadits nabi, sedang sisanya berupa atsar.

  10. Bab X, dalam bab ini terdapat 28 nasehat yang masing masing terdiri dari 10 poin. Sebelas diantaranya berupa hadits nabi, sedang sisanya berupa atsar.

C. Riwayat hidup Imam Nawawi

  Beliau adalah seorang yang memiliki nama Abu Abdul Mu‟ti Muhammad bin „Umar bin „Arabi bin „Ali at-Tanari al-Bantani al-Jawi. Beliau dilahirkan di desa Tanar, Banten, Jawa Barat pada tahun 1230 H /1813 M dalam keluarga yang terkenal dengan dakwah islamiahnya.

  Kedua orang tua beliau memberi nama dengan Muhammad Nawawi. Nama pada bagian awal diambil dari nama pemimpinya para Nabi dan Rasul yang memiliki risalah yaitu Muhammad bin Abdullah SAW. Dan nama pada bagian dua diambil dari nama syaikhul Islam waliyullah Mukhyiddin Abi Zakaria Yahya bi Syarif an-Nawawi. Beliau wafat di Makkah pada tahun 1314 H diakhir bulan ayawal bertepatan dengan tahun

  1897 M. Beliau dimakamkan di pemakaman M i‟la dekat dengan makam sayyidah Asma‟ binti Abu Bakar as-Sidiq, dan dekat dengan ulama‟ ahli tahqiq yaitu Ibnu Hajar al-Haitami (Al-Qof, 183-184).

  Ayah beliau bernama K. H „Umar bin „Arabi, seorang pejabat penghulu yang memimpin sebuah masjid. Dilacak dari segi silsilah, imam

  Nawawi merupakan keturunan ke-11 dari Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati, Cirebon), yaitu cucu dari Maulana Hasanuddin (Sultan Banten I) yang bernama Sunyaratas (Tajul Arsy). Nasabnya bersambung dengan Nab i Muhammad SAW. Melalui jalur imam Ja‟far ash-Shadiq, imam Muhammad al-Baqir, imam Ali Zainal Abidin,

  Sayyidina Husain, Fatimah az-Zahra (Ghofur, 2008:189). Beliau bersaudara tiga orang yaitu Nawawi, Tamim dan Ahmad (Syamsu, 1996:271).

D. Pendidikan

  Imam Nawawi adalah pecinta ilmu agama yang mengamalkan ilmunya, yang mencintai sampai dilubuk hatinya (Al-Qof, 2008:183).

  Semenjak kecil beliau terkenal cerdas, otaknya dengan mudah menyerap pelajaran yang diberikan ayahnya sejak umur 5 tahun. Pertanyaan- pertanyaan kritisnya sering membuat ayahnya bingung. Melihat potensi yang begitu besar pada putranya, pada usia 8 tahun sang ayah mengirimkannya keberbagai pesantren di Jawa. Beliau mula-mula mendapat bimbingan langsung dari ayahnya, kemudian berguru kepada kiyai Sahal banten, setelah itu mengaji kepada kiyai Yusuf Purwakarta (http://id.Wikipedia.org).

  Pada usia 15 tahun, Imam Nawawi bersama dua saudaranya berangkat ke Makkah untuk menunaikan haji. Namun selepas musim haji, ia enggan kembali ke Indonesia. Dahaga keilmuan yang mencekik telah meneguhkan keinginannya untuk tetap menetap di Makkah. Di tanah suci ini beliau mencerap pelbagai pengetahuan. Ilmu kalam (teologi), bahasa dan sastra arab, ilmu hadis, tafsir dan terutama ilmu fiqih adalah sederet pengetahuan yang dikajinya dari para ulama besar di sana (Ghofur, 2008:190). Beliau berguru kepada para ulama‟ terkenal di Makkah, seperti: syeikh Khatib al-Sambasi, Abdul Ghani Bima, Yusuf Sumbulaweni, „Abdul Hamid Dhagestani, Syeikh Ahmad Zaini Dahlan, Syeikh Muhammad Khatib Hambali, dan Syeikh Junaid al-Betawi. Akan tetapi guru yang paling berpengaruh adalah Syeikh Sayyid Ahmad Nahrawi, Syeikh Juneid al-Betawi, dan Syeikh Ahm ad Dimyati ulama‟ terkemuka di Makkah, lewat karakter ketiga syeikh inilah karakter beliau terbentuk. Selain itu juga ada dua ulama‟ lain yang berpengaruh besar mengubah alam pikirannya, yaitu Syeikh Muhammad Khatib al-Sambasi dan Syeikh Ah mad Zaini Dahlan, ulama‟ besar Madinah (http://id.Wikipedia.org).

  Setelah beliau menggali ilmu di Madinah, kemudian beliau mengembara jauh dari tempat tinggalnya di Makkah, menuju ke daerah Kinanah, Mesir, yang menjadi kota sekaligus gudangnya ilmu, dan menuju universitas Al-

  Azhar yang menjadi kiblat ilmu dan ulama‟. Beliau di sana berkeinginan berjumpa dengan pembe sar para ulama‟. Dan akhir perjalanannya menuju ke kota Syam (Syiria) untuk mencari jati dirinya (Al-qof, 2008:183).

E. Nasionalisme

  Tiga tahun lamanya Imam Nawawi bermukim di Makkah. Setelah merasa cukup, beliau kembali ke tanah air untuk menyebarkan ilmu dan hukum yang ia peroleh, terhadap putra-putri atau generasi tanah air dan para pecintanya. Beliau melakukannya dengan nasehat dan menguatkan para tokoh mereka dengan jalan dakwah, dan berperan aktif dalam membangun serta membina masyarakat Islam (Al-Qof, 2008:184). Ketika beliau pulang ke tanah air, dan menyebarkan ilmunya, beliau melihat praktik-praktik ketidak adilan, kesewenang-wenangan, dan penindasan dari Pemerintah Hindia Belanda. Beliau melihat itu semua lantaran kebodohan yang masih menyelimuti umat. Tak ayal, semangat jihad pun berkobar. Beliau keliling Banten mengobarkan perlawanan terhadap penjajah. Tentu saja pemerintah belanda membatasi gerak geriknya. Beliau dilarang berkhutbah di masjid-masjid. Bahkan belakangan beliau dituduh sebagai pengikut pangeran Diponegoro yang ketika itu sedang mengobarkan perlawanan terhadap penjajahan belanda (http://id.wikipedia.org).

  Sebagai intelektual yang memiliki komitmen tinggi terhadap prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran, apa boleh buat, Imam Nawawi terpaksa kembali ke negeri Makkah, tepat ketika perlawanan Pangeran Diponegoro padam pada tahun 1830 M. Ulama besar ini di masa mudanya juga menularkan semangat Nasionalisme dan Patriotisme di kalangan Rakyat Indonesia. Begitulah pengakuan Snouck Hourgronje. Begitu sampai di Makkah beliau segera kembali memperdalam ilmu agama kepada guru-gurunya. Beliau tekun belajar selama 30 tahun, sejak tahun 1830 hingga 1860 M. Ketika itu memang beliau berketepatan hati untuk mukim di tanah suci, satu dan lain hal untuk menghindari tekanan kaum penjajah Belanda. Nama beliau mulai masyhur ketika menetap di Syi'ib „Ali, Makkah (http://id.wikipedia.org).

  Beliau mengajar di halaman rumahnya. Mula-mula muridnya cuma puluhan, tapi makin lama makin jumlahnya kian banyak. Mereka datang dari berbagai penjuru dunia. Maka jadilah Syeikh Nawawi al-Bantani al- Jawi sebagai ulama yang dikenal piawai dalam ilmu agama, terutama tentang tauhid, fiqih, tafsir, dan tasawwuf (http://id.wikipedia.org).

  Seorang orientalis kenamaan yang pernah berkunjung ke Makkah pada 1884-1885, Snouck Hourgronje, menuturkan bahwa Imam Nawawi setiap hari sejak pukul 07.30-12.00 menyampaikan tiga perkuliahan sesuai dengan kebutuhan jumlah muridnya. Di antara muridnya yang berasal dari Indonesia adalah K.H. Asnawi dari Kudus, K.H. Tubagus Bakri, K.H.

  Arsyad Thawil dari Banten, K.H. Hasyim Asy‟ari dari Jombang, dan K.H. Kholil dari Madura. Merekalah yang kelak menjelma sebagai ulama besar dan berpengaruh di Indonesia (Ghofur, 2008:191).

F. Gelar-gelar

  Untuk kedua kalinya Imam Nawawi tinggal di Makkah. Kesempatan ini tidak disia-siakannya. Bahkan, lantaran ketajaman otaknya, ia tercatat sebagai salah satu murid terpandang di Masjidil Haram. Sewaktu Syeikh Ahmad Khatib Sambas uzur sebagai Imam Masjidil Haram, Imam Nawawi ditunjuk sebagai pengganti. Sejak saat itu, ia dikenal dengan sebutan Syekh Nawawi al-Jawi (Ghofur, 2008:191).

  Ketika berada di M esir, para ulama‟ Mesir memuliakan kedudukannya dan derajatnya karena ketakjubannya pada beliau, dan mereka memberikan gelar sebagai

  “Sayyid Ulama‟ Hijaz” yaitu tokoh ulama‟ hijaz (jazirah arab), atau sekarang lebih dikenal dengan Arab Saudi, karena kesemangatannya yang tinggi di dalam meraih ilmu agama dan kedudukan yang mulia dalam berilmu. Beliau merupakan seorang syeikh yang terkemuka, dermawan, bertakwa, zuhud, rendah hati, lembut hatinya, dan pecinta para fakir miskin. Semoga Allah merahmati beliau dan memberi ampunan (Al-Qof, 2008:104). Itulah sebabnya ketika Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya, Mesir negara yang pertama- tama mendukung atas kemerdekaan Indonesia (http://id.wikipedia.org).

  Kemudian Snouck Hourgronje mengelarinya sebagai “Doktor Ketuhanan

  ”, karena memiliki ilmu yang dalam, rendah hati, tidak congkak, bersedia berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Di kalangan intelektual masa itu juga mengelarinya sebagai al-Imam wa al-Mudaqqiq (Tokoh dan pakar dengan pemahaman yang sangat mendalam). Sementara para ulama‟ Indonesia mengelarinya sebagai “Bapak Kitab Kuning Indonesia” (http://id.wikipedia.org).

G. Karya-karya

  Kurang lebih 15 tahun sebelum wafat, Imam Nawawi sangat subur dalam membuahkan kitab. Waktu mengajarnya pun sengaja dikurangi untuk menambah kesempatan menulis. Maka tak heran jika Nawawi mampu melahirkan puluhan, bahkan menurut sebuah sumber ratusan karya tulis meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti tauhid, ilmu teolog, sejarah, syari

  ‟ah, tafsir dan lainnya. Paling tidak, Yusuf alias Sarkis mencatat 34 karya Imam Nawawi dalam Dictionary of Arabic Printed Books (Ghofur, 2008:192).

  Sedangkan ulama mesir Syei kh „Umar „Abdul Jabbar dalam kitabnya

  “al-Durus min Madhi al-Ta‟lim wa Hadrilih bi al-Masjidil al- Haram” (beberapa kajian masa lalu dan masa kini tentang pendidikan di

  Masjidil Haram) menulis bahwa syeikh Nawawi sangat produktif dalam menulis hingga karyanya mencapai seratus judul lebih, meliputi berbagai disiplin ilmu. Banyak pula karyanya yang berupa syarah atau komentar terhadap kitab-kitab klasik (http://id.wikipedia.org).

  Sebagian diantara karya-karya Imam Nawawi diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bidayah al-Hidayah 2.

  Sullam Munajah syarah Safînah al-Shalâh 3. Tanqihul al-Qoul al-Hasis syarah Lubab al-Hadits

  4. Salalim al-Fudala syarah Mandhumah Hidayah al-Azkiya 5.

  As-Simar al-Yani‟ah fi Riyadh al-Badi‟ah 6. Al-„Aqd al-Tsamin syarah Fath al-Mubin 7. Bahjah al-Wasail syarah al-Risalah al-Jami‟ah bayn al-Usul wa al-

  Fiqh wa al-Tasawwuf 8. Al-Tausyih/Quwt al-Habib al-Gharib syarah Fath al-Qarib al-Mujib 9.

  Nihayah al-Zayyin syarah Qurrah al-„Ain bi Muhimmah al-Din 10.

  Maraqi al-„Ubudiyyah syarah Matan Bidayah al-Hidayah 11. Nashaih al-„Ibad syarah al-Manbahatu „ala al-Isti‟dad li yaum al-

  Mi‟ad 12. Qami‟u al-Thugyan syarah Mandhumah Syu‟bu al-Iman 13. Kasyf al-Maruthiyyah syarah Matan al-Jurumiyyah 14. Fath al-Ghafir al-Khathiyyah syarah Nadham al-Jurumiyyah musamma al-Kawakib al-Jaliyyah

  15. Nur al-Dhalam „ala Mandhumah al-Musammah bi „Aqîdah al- „Awwam 16.

  Madarij al-Shu‟ud syarah Maulid al-Barzanji 17. Targhib al-Mustaqin syarah Mandhumah Maulid al-Barzanji 18. Fath al-Shamad al „Alam syarah Maulid Syarif al-„Anam 19. Fath al-Majid syarah al-Durr al-Farid 20. Tîjan al-Darary syarah Matan al-Baijury 21. Fath al-Mujib syarah Mukhtashar al-Khathib 22. Muraqah Shu‟ud al-Tashdiq syarah Sulam al-Taufiq

  23. Kasyifah al-Saja syarah Safinah al-Naja 24.

  Al-Futuhah al-Madaniyyah syarah al-Syu‟b al-Imaniyyah 25. „Uqud al-Lujain fi Bayan Huquq al-Zaujain 26. Qathr al-Ghais syarah Masail Abi al-Laits 27. Naqawah al-„Aqidah Mandhumah fi Tauhid 28. Al-Nahjah al-Jayyidah syarah Naqawah al-„Aqidah 29. Suluk al-Jadah syarah Lam‟ah al-Mafadah fi bayan al-Jumu‟ah wa almu‟adah

  30. Hilyah al-Shibyan syarah Fath al-Rahman 31.

  Al-Fushush al-Yaqutiyyah „ala al-Raudlah al-Bahiyyah fi Abwab al-Tashrifiyyah

  32. Mishbah al-Dhalam‟ala Minhaj al-Atamma fi Tabwib al-Hukm 33.

  Dzariyy‟ah al-Yaqin „ala Umm al-Barahin fi al-Tauhid 34. Al-Ibriz al-Daniy fi Maulid Sayyidina Muhammad al-Sayyid al-

  Adnany 35. Baghyah al-„Awwam fi Syarah Maulid Sayyid al-Anam 36.

  Al-Durrur al-Bahiyyah fi syarah al-Khashaish al-Nabawiyyah 37. Lubab al-bayyan fi „Ilmi Bayyan 38. Al-Tafsir al-Munir li al-Mu‟alim al-Tanzil al-Mufassir „an wujuh mahasin al- Ta΄wil musamma Murah Labid li Kasyafi Ma‟na Qur΄an

  Majid