PENDIDIKAN TAUHID (TELAAH KISAH IBRAHIM AS Q.S. AL-AN’AM 7 :74-83) - Test Repository
PENDIDIKAN TAUHID (TELAAH KISAH IBRAHIM AS Q.S. AL- AN’AM 7 :74-83) SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd) Oleh: ALFRIDA DYAH SEPTIYANI NIM: 111-13-131 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017
MOTTO
160. Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh
kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka dia
tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang
mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).(Surat Al- An‟am 7:160)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Ayah dan Ibuku tercinta yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, mendidik dari kecil sampai sekarang, dan doa restunya yang tidak pernah putus serta naihat-nasihatnya.
2. Keluarga besarku yang senantiasa memberikan semangat dan nasihat-nasihat dalam meraih kesuksesan di dunia maupun di akhirat.
3. Seluruh sahabatku yang telah memberikan goresan warna di setiap langkahku serta terimakasih atas motivasi dan kebersamaan kita selama ini karena kalian telah mengajarkanku bagaimana menjadi teman yang sesungguhnya dan menghargai indahnya persahabatan.
4. Teman-teman PAI angkatan 2013 senasib seperjuangan yang telah memberikan kenangan-kenangan indah dalam kebersamaan kita selama ini.
5. Teman-teman PPL SMP N 3 Salatiga dan KKN 2017 yang telah mengajarkanku bagaimana menjalin kebersamaan dengan penuh tanggung jawab.
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “PENDIDIKAN TAUHID
(TELAAH KISAH IBRAHIM AS Q.S. AL- AN’AM 7: 74-83)”.
Alhamdulillah proses perjuangan dalam penyusunan skripsi ini telah penulis lalui dengan baik. Tidak aka penggambaran lain yang dapat penulis utarakan selain ucapan syukur yang tiada tara kepada Allah SWT kArena hanya atas ridho dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada:
1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Bapak Suwardi, M.Pd.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.
4.
ABSTRAK
Septiyani, Alfrida Dyah. 2017. Pendidikan Tauhid Telaah Kisah Ibrahim as Q.S.Al- An‟am 7: 74-83. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Ag.
Kata kunci: Pendidikan Tauhid
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendidikan tauhid dalam Surat Al-
An‟am ayat 74-83. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pendidikan tauhid berdasarkan telaah surat Al- An‟am ayat 74-83. 2) Implementasi pendidikan tauhid dalam pendidikan Islam.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research), yaitu studi kepustakaan yang mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Sumber data yang digunakan berasal dari data primer dan data sekunder. Penelitian ini menggunakan metode tahlili, yaitu metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-
Qur‟an dari seluruh aspeknya dan mengungkapkan maksud-maksudnya secara terinci sesuai urutan ayat dan surat, mengemukakan arti kosa kata yang diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat.
Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: a . pendidikan tauhid merupakan sistem pendidikan yang berusaha menumbuhkan dan menuntun peserta didik untuk memiliki keyakinan dan kepercayaan dalam hati setiap individual untuk beriman kepada Allah SWT. b. Pentingnya pendidikan tauhid, agar di dalam jiwa manusia sejak kecil tertanam nilai-nilai tauhid dan menjadi landasan dalam kehidupan sehari-hari. c. Terdapat tiga tujuan pendidikan tauhid yang ditemukan penulis dalam ayat-ayat tersebut, pada ayat 75 yaitu berbunyi agar Dia termasuk orang yang yakin, kemudian pada ayat 82 mereka itulah yang
akan mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang akan
mendapat petunjuk , dan terakhir pada ayat 83 yang berbunyi Kami tinggikan
siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Tiga tujuan pendidikan tauhid
tersebut ialah: agar termasuk orang yang yakin, agar mendapatkan keamanan dan petunjuk, serta agar mendapatkan derajat. d. Beberapa metode yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as dalam kisah ini adalah sebagai berikut: menegur, mengarahkan, mencari sendiri, berdialog dan berdiskusi serta mengancam. Semua metode tersebut di terapkan dengan berani dan tegas.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN BERLOGO ............................................................................... ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... v MOTTO ......................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ......................................................................................... vii KATA PENGANTAR ....................................................................................viii ABSTRAK .................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN
……………………………………………………..xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6 D. Penegasan Istilah ............................................................................. 6 E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 9 F. Metode Penelitian .......................................................................... 9 G. Sistematika Penulisan Skripsi .......................................................... 11
BAB II DESKRIPSI QS AL- AN‟AM 7: 74-83 A. Redaksi Ayat dan Terjemahan Qs Al-An‟am 7: 74-83 .................. 13 B. Makna Mufrodat ............................................................................... 16 C. Isi Kandungan Qs Al-An‟am 7: 74-83 ......................................... 26 BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH QS AL- AN‟AM 7: 74-83 A. Pengertian Asbãbun Nūzul ................................................................ 41 B. Asbabun Nuzul Surat Al-An‟am Ayat 74-83………………………. 41 C. Pengertian Munasabah……………………………………………… 42 D. Munasabah Surat Al-Baqarah dengan Surat Sebelum dan Sesudahnya ...................................................................................... 42 E. Munasabah Surat Al-An‟am ayat 74-83 dengan Ayat Sebelum dan Sesudahnya ...................................................................................... 53 BAB IV PENDIDIKAN TAUHID TELAAH KISAH IBRAHIM AS DALAM SURAT AL- AN‟AM 7: 74-83 A. Analisis Pendidikan Tauhid Telaah Kisah Ibrahim As berdasarkan Qs Al- An‟am……………………………….. ......................................... 56 B. Implementasi Pendidikan Tauhid dalam Pendidikan Islam ............... 61 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 67 B. Saran ................................................................................................ 69 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Daftar SKK 2. Nota Pembimbing Skripsi 3. Lembar Konsultasi 4. Daftra Riwayat Hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia untuk
mengembangkan potensi manusia lain atau memindahkan nilai dan norma yang dimilikinya kepada orang lain dalam masyarakat (Ali, 2008:180). Merujuk pada pengertian pendidikan di atas bahwa setiap manusia berhak untuk mengembangkan potensi dan mendidik orang lain agar dapat menyalurkan bakat dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Selain itu, juga memiliki kemandirian dalam bersikap dan bertindak sehingga anak tersebut mempunyai rasa tanggung jawab atas dirinya sendiri.
Langeveld (1976:18) mendenifisikan pendidikan sebagai setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak dalam suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.
Sedangkan menurut Marimba (1989:19) pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Menurut Daulay (2004:153) pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani dan rohani, serta menumbuhkan hubungan yang harmonis setiap individu dengan Allah SWT, manusia lain, dan
Pendidikan Islam sebagai alat untuk proses penyampaian informasi dalam rangka pembentukan insan yang beriman dan takwa agar manusia menyadari kedudukan, tugas dan fungsinya di dunia ini baik sebagai abdi maupun sebagai khalifah-Nya di bumi. Agar selalu takwa dalam memelihara hubungannya dengan Allah, dirinya sendiri, masyarakat dan alam sekitarnya (Ali, 2008:181).
Arifin (2014:22) mengemukakan pendidikan Islam juga berorientasi untuk mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta mengembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. Karena, agama Islam merupakan way of life yang menjamin kebahagiaan hidup pemeluknya di dunia dan di akhirat (Shihab, 1996:33).
Agama Islam sebagai suatu konsep kehidupan yang mempunyai landasan yang khas dan spesifik dibandingkan dengan agama lainnya. Karena komponen utama agama Islam yaitu akidah, syari‟ah dan akhlak yang kemudian dikembangkan oleh manusia dengan akal pikiran mereka yang didorong dengan ilmu pengetahuan. Selain itu, Islam adalah agama yang monoteis (tauhid). Maksudnya agama yang hanya menyembah satu Tuhan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Al- Qur‟an diyakini sebagai firman-firman Allah SWT yang berisikan petunjuk mengenai apa yang dikehendaki-Nya. Dalam memahami maksud firman-firman Allah SWT sesuai dengan kemampuan manusia itulah yang
Salah satu kandungan ayat-ayat di dalam Al- Qur‟an berkisar tentang tauhid. Dengan kesaksian ayat-ayat Al-
Qur‟an dakwah terhadap tauhid dimulai sejak diutusnya Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad saw. yang mengajak manusi a pada pengesaan Allah SWT dengan mengucapkan kalimat “La ilaha illal lah”; Tiada Tuhan melainkan Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Al- Anbiyaa‟ ayat 25:
25. Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku".
Setiap kali terjadi kesyirikan pada manusia, Allah utus seorang Nabi untuk mengembalikan manusia tersebut kepada tauhid dan beriman kepada-Nya, dan mengikuti ajaran agama yang dibawa utusan Allah itu.
Tauhid merupakan inti ajaran agama Islam yang dijadikan sebagai dasar bagi pembentukan karakter, serta pengembangan kepribadian manusia.
Pendidikan tauhid adalah seluruh kegiatan umat manusia di bidang pendidikan yang menempatkan Allah sebagai sumbernya, karena Dia adalah Tuhan Rabb al- „Alamin (Majid, 2014:4).
Selain itu tauhid juga berguna bagi kesehatan mental dan kebahagiaan hidup. Karena tauhid itu sendiri memupuk dan mengembangkan fungsi-fungsi jiwa dan memelihara keseimbangannya serta menjamin ketentraman batin (Darajat, 1995:9).
Menurut Dahlan (1997:212) bidang tauhid yang menekankan sisi keesaan Allah dengan semurni-murninya dan sebenar-benarnya, disebut dengan istilah tauhid al-
„uluhiyah. Dalam pengertian ini, Tuhan adalah predikat kepada Zat yang wajib diyakini dan diimani oleh semua manusia. Adapun bidang tauhid yang menekankan sisi kewajiban seorang hamba untuk senantiasa menunjukkan pengakuan kehambaannya kepada Tuhan, disebut dengan tauhid al-
„ubudiyyah. Untuk memenuhi pengertian tauhid ini seorang hamba dituntut menunjukkan keikhlasan dan kemurnian pengabdiannya semata-mata kepada Allah SWT.
Tauhid mempunyai peran yang besar terhadap kehidupan manusia, karena dengan tauhidlah manusia dapat memahami arti dan tujuan hidup mereka.
Marlilah kita lihat secara seksama di lingkungan sekitar kita banyak manusia yang hidup dengan tujuan yang tidak jelas, mereka bekerja siang-malam hanya untuk mengumpulkan harta harta yang banyak. Harta bagi mereka ibarat tuhan yang selalu diagungkan dan di nomer satukan.
Salah satu Nabi dan Rasul utusan Allah SWT yang mendapatkan amanah dalam mengembangkan risalah Allah tersebut ialah Nabi Ibrahim as. Metode yang dipakai Nabi Ibrahim as diabadikan didalam Al-
Qur‟an yang sekaligus yang dilakukan Nabi mulia tersebut perlu dikaji secara mendalam. Menurut tafsir Al-Misbah kandungan surat Al-
An‟am ayat 74-83 merupakan ayat-ayat yang menuntun Nabi Muhammad saw dan umat Islam. Bagaimana bersikap terhadap orang-orang musyrik yang mempersekutukan Allah SWT seperti dicontohkan oleh pengalaman Nabi Ibrahim as ketika menghadapi persoalan yang sama agar dapat diteladani (Shihab, 2001:154). Dan di jelaskan pula bahwasannya Nabi Ibrahim as menemukan dan membina keyakinannya beserta kaumnya melalui pencaharian dan pengalaman-pengalaman keruhanian yang dilaluinya dan hal ini secara Qur‟ani terbukti bahwa beliau menemukan keesaan Allah SWT melalui alam semesta (Shihab,1996:21). Sebagaimana yang diuraikan dalam surat Al- An‟am ayat 75:
75.Dan Demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin.
Dalam menyikapi semua keraguan itu, kita dapat mengatasinya dengan mendalami pemahaman tentang agama yang kita anut. Berdasarkan uraian tersebut, penulis akan mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana pendidikan tauhid melalui pendidikan yang akan penulis kemas dalam judul penelitian yaitu
“Pendidikan Tauhid (Telaah Kisah Nabi Ibrahim as Berdasarkan Q.S. Al-An‟am 7: 74-
83).” B.
Rumusan Masalah
Mengacu latar belakang di atas, maka permasalahan yang dibahas adalah : 1.
Bagaimana pendidikan tauhid dalam kisah Ibrahim as berdasarkan Surat Al- An‟am ayat 74-83? 2. Bagaimana implementasi pendidikan tauhid dalam pendidikan Islam? C.
Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui pendidikan tauhid telaah cerita Ibrahim dalam Surat Al- An‟am ayat 74-83.
2. Untuk mengetahui deskripsi tentang implementasi pendidikan tauhid dalam pendidikan Islam.
D. Penegasan Istilah 1.
Pendidikan Tauhid Pendidikan dalam wacana keislaman popular dengan istilah tarbiyah.
Tarbiyah berasal dari kata yang memiliki makna bertambah,
- ْىُتْرَي اَتَر
ةَيِتْرَج tumbuh (Yunus, 2010:137). Artinya, pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual. (Mujtahid, 2011:3).
Secara etimologi pendidikan berasal dari kata didik; mendidik, yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan adalah perbuatan (hal, cara, dsb) mendidik (Poerwadarminta, 1982:250).
Sedangkan secara terminologi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:263) pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006:5).
Purwanto (2004:10) berpendapat bahwa pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.
Menurut Haris (1992: 27) tauhid menurut Islam ialah tauhid I‟tiqadi- ilmi (keyakinan teoritis) dan tauhid amali-suluki (tingkah laku praktis) atau dengan istilah lain ialah dua ketauhidan yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain: yaitu tauhid dan bentuk
ma‟rifat (pengetahuan),
itsbãt (pernyataan), dan I‟tiqãd (keyakinan), qasd (tujuan) dan irãdah
(kehendak).
Secara etimologi tauhid artinya menyatukan, menunggalkan, mengesakan atau mengganggap satu (Hamdani, 2001:3).
Sedangkan, secara terminologi tauhid merupakan suatu prinsip lengkap yang menembus seluruh dimensi serta mengatur seluruh aktivitas makhluk (Shihab, 2014:69)
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan tauhid merupakan sistem pendidikan yang berusaha menumbuhkan dan menuntun peserta didik untuk memiliki keyakinan dan kepercayaan dalam hati setiap individual untuk beriman kepada Allah SWT.
Al- Qur‟an Surat Al-An‟am 7:74-83
Secara etimologis, Al- Qur‟an berarti bacaan. Sedangkan secara terminologi, Al-
Qur‟an ialah kalam Allah SWT yang merupakan mu‟jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW, membacanya adalah ibadah (Departemen Agama Rebublik Indonesia, 1965:23).
Surat Al- An‟am (binatang ternak) yang terdiri atas 165 ayat, termasuk golongan surat Makkiyah, karena hampir seluruh ayat-ayatnya diturunkan di
Mekkah. Dinamakan Al- An‟am karena didalamnya disebut kata “An‟am” dalam hubungan dengan adat istiadat kaum musyrikin, yang menurut mereka binatang-binatang ternak itu dapat dipergunakan untuk mendekatkan diri berkenaan dengan binatang ternak itu (Departemen Agama Republik Indonesia, 1965:185).
E.
Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran terhadap wacana pendidikan agama Islam tentang bagaiamana pendidikan tauhid sebagaimana yang terkandung dalam Q.S. Al- An‟am 7:74-83.
2. Manfaat Praktis a.
Bagi instansi pendidikan : Penelitian ini dapat menjadi rujukan tentang bagaimana pendidikan tauhid telaah kisah Nabi Ibrahim as dalam Q.S.
Al- An‟am 7:74-83.
b.
Bagi peneliti : Menambah wawasan serta sebagai bekal untuk menjadi seorang pendidik.
F.
Metode Penelitian 1.
Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk library research atau studi kepustakaan. Studi kepustakaan yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2004:3).
2. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode dokumentasi.
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).
3. Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan penulis, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
a.
Sumber data primer (primary research) ialah sumber data yang bersumber langsung dengan subjek penelitian yang terdiri dari Al-
Qur‟an dan kitab-kitab tafsir Al-Qur‟an yang menjelaskan surat Al- An‟am ayat 74-83, diantaranya:
1. Al- Qur‟an dan Terjemahannya
2. Tafsir Al-Maraghi
3. Tafsir Al-Nur
4. Tafsir Muyassar
5. Tafsir Al-Misbah b. Dan sumber data sekunder (Secondary Research), yaitu sumber lain yang dijadikan sebagai sumber tambahan yang mendukung penelitian ini. Yang terdiri dari, buku-buku yang membahas mengenai tauhid, yaitu: a)
Membumikan Al-Qur‟an (Quraish Shihab)
b) Wawasan Al-Qur‟an (Quraish Shihab)
c) Dan lain sebagainya.
4. Metode Analisis Data
Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan metode tahili. Metode tahili dapat diartikan sebagai cara menjelaskan arti dan maksud ayat-ayat al-
Qur‟an dari sekian banyak seginya, dengan menjelaskan ayat demi ayat sesuai urutan- urutannya di dalam mushhaf, melalui penafsiran kosa kata (
ma‟an al- mufradat ), penjelasan asbab al-nuzul (sebab-sebab turunya suatu ayat), munasabat (keterkaitan ayat dengan ayat, surat dengan surat, dan seterusnya),
serta kandungan ayat tersebut, sesuai keahlian dan kecenderungan seorang mufassir (Harahap, 2000: 17).
G.
Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam pembahasan penelitian, maka disusunlah sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar sebagai berikut : Pada BAB I berisi Pendahuluan, bab ini akan mengemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
Pada BAB II merupakan pemaparan hasil penelitian yang berupa telaah terhadap Q.S. Al- An‟am 7:74-83 yang meliputi : deskripsi Q.S. Al- An‟am 5:74-83 yang disertai makna mufradat dan isi kandungan ayat tersebut.
Pada BAB III merupakan tafsir Q.S. Al- An‟am 7:74-83. Pada bab ini peneliti akan menguraikan tentang tema penelitian yang meliputi munasabah
Pada BAB IV penulis lebih memfokuskan dalam inti pembahasan yaitu menganalisis tentang Pendidikan Tauhid Telaah Kisah Nabi Ibrahim as dalam Q.S. Al- An‟am 7:74-83.
Pada BAB V yaitu Penutup, Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini memuat kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran-saran dan kalimat penutup yang sekiranya dianggap penting serta daftar pustaka.
BAB II DESKRIPSI Q.S. AL- AN’AM 7 : 74-83 A. Redaksi Ayat dan Terjemahan Q.S. Al-An’am 7: 74-83 Dalam sub ini penulis akan menyajikan redaksi ayat surat Al- An‟am
yang menjadi obyek kajian penulis. Adapun redaksi ayat surat Al- An‟am beserta terjemahannya disajikan dalam uraian berikut ini:
74. Dan (Ingatlah) di waktu Ibrahim Berkata kepada bapaknya, Aazar,
"Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?
Sesungguhnya Aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."
75. Dan Demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan
(Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar
dia termasuk orang yang yakin.
76. Ketika malam Telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata:
"Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak
suka kepada yang tenggelam."77. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku".
tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku
tidak memberi petunjuk kepadaku, Pastilah Aku termasuk orang yang sesat."
78. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku,
Ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai
kaumku, Sesungguhnya Aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
79. Sesungguhnya Aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan
langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan Aku
bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
80. Dan dia dibantah oleh kaumnya. dia berkata: "Apakah kamu hendak
membantah tentang Allah, padahal Sesungguhnya Allah Telah memberi
petunjuk kepadaku". dan Aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-
sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku
menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. pengetahuan Tuhanku meliputi
segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran
(daripadanya) ?"
81. Bagaimana Aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan
(dengan Allah), padahal kamu tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan-
sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk
mempersekutukanNya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih
berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?82. Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
83. Dan Itulah hujjah kami yang kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. kami tinggikan siapa yang kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
B. Makna Mufradat
Setelah penulis menyajikan redaksi ayat surat Al- An‟am yang menjadi obyek kajian penulis, maka selanjutnya penulis menyajikan kosa kata yang terdapat dalam surat Al-
An‟am tersebut. Adapun kosa kata yang terdapat dalam surat tersebut sebagai berikut:
1. Mufradat Ayat 74
ىُتَأ - بَأ - ُدِىاَو
yang berarti bapak, ayah (Yunus, 2010:32). Dalam ayat ini terdapat sindiran nabi Ibrahim as terhadap bapaknya yang bernama Azar beserta kaumnya yang menjadikan berhala- berhala sebagai tuhannya (Al-Maraghi, 1992:289-290).
اًٍاَْْصَا
berasal dari kata dasar
ٌَََْصىا
yang berarti berhala (Yunus, 2010:222). Dalam ayat ini berhala-berhala itu yang dijadikan sebagai tuhan oleh bapak dan kaumnya nabi Ibrahim as (Al-Maraghi, 1992:289).
َلٍَْىَق
berasal dari kata
ًْىَق
yang berarti kaum, orang banyak, sekawan
ِْٔيِت َ ِلِ
berasal dari kata Ibrahim as yang sama-sama menyembah berhala dan dalam kesesatan yang nyata dari jalan lurus (Al-Maraghi, 1992:290). berasal dari kata yang berarti sesat,
ۃ - - ى َلاَض هَلاَض وَضىا وَيَض
kesesatan (Yunus, 2010:230). Dalam ayat ini yang dimaksud sesat ialah kaum nabi Ibrahim as yang menyembah berhala yang berada dalam kesesatan nyata dari jalan Allah SWT (Al-Maraghi, 1992:290).
2. Mufradat Ayat 75
berasal dari kata yang berarti
-
ًةَنِيٍََْ ًةَنَيٍَ
اًنِيٍَ َلَيٍَ- َت ْى اًنْيٍُ ُلِيََْي ُنَيٍَ
memiliki, mempunyai sesuatu (Yunus, 2010:428). Dalam ayat ini, malakût dipahami dalam arti kekuasaan dan kepemilikan yang amat kukuh lagi sempurna. Kepemilikan Allah terhadap langit dan bumi, yakni seluruh alam raya, kekuasaan dan wewenang penuh dalam mengaturnya serta tidak dapat dialihkan atau dicabut oleh pihak lain sebagaimana kepemilikan makhluk (Shihab, 2009:509-510). berasal dari kata yang berarti yakin, tidak syak, tidak
ِْيِقَي
َِْيِِْقْىَُىاragu (Yunus, 2010:509). Dalam ayat ini, nabi Ibrahim as supaya memperoleh keyakinan yang kuat dalam iman atau kepercayaannya kepada Allah SWT (Shihab, 2009:510-511).
3. Mufradat Ayat 76 berasal dari kata yang berarti Tuhan, tuan, yang punya
بَر يتَر
(Yunus,2010:136). Dalam ayat ini yang dimaksud Tuhan ialah sebuah bintang yang dilihat nabi Ibrahim as (Al-Maraghi, 1992:292).
- yang berarti mengasihi, mencintai
- ا ثُح ةِحُأ berasal dari kata ةَحَي ةَح
(Yunus, 2010:95). Dalam ayat ini nabi Ibrahim as tidaklah menyukai sesuatu yang tenggelam (Al-Maraghi, 1992:292).
berasal dari kata yang berarti terbenam, lenyap
-
-
ًلِْىُفُأ َِْيِيِفً ْلِ ُوِفْؤَي َوَفَأ
(Yunus, 2010:45). Dalam ayat ini, ketika bintang terbenam dan menghilang nabi Ibrahim as mengatakan bahwa sesungguhnya beliau tidak suka apa yang terbenam dan mengilang. Perkataan ini disampaikan karena orang yang sehat fitrahnya tidak akan menyukai sesuatu yang hilang, dan tidak pula merasa kesepian karena kehilangannya (Al-Maraghi, 1992:292).
4. Mufradat Ayat 77 berasal dari kata yang berarti terbit
اًغُسُت ُغُسْثَي - - - اًغُسَت َغَسَت اًغِزاَت
(Yunus, 2010:64). Dalam ayat ini, ketika pemulaan terbitnya bulan, nabi Ibrahim as mengatakan bahwa bulan adalah tuhannya. Perkataan itu disampaikannya ketika beliau melihat bulan pada malam berikutnya (Al- Maraghi, 1992:293). berasal dari kata yang berarti Tuhan, tuan, yang punya
بَر ِيّتًر
(Yunus, 2010:136). Yang dimahsud Tuhan dalam ayat ini ialah sebuah bulan yang dilihat nabi Ibrahim as pada malam berikutnya (Al-Maraghi, 1992: 293). berasal dari kata yang berarti kaum, orang banyak, sekawan
ْىا ًْىَق ًِْىَق
manusia (Yunus, 2010:361). Dalam ayat ini, terdapat sindiran pada kaumnya atas kesesatannya menyembah selain Allah Ta‟ala. Dan disinilah sindiran meningkat karena hujjah lawan bicara telah terpojok dengan pembuktian pertama, sehingga keyakinan mereka ternodai (Al-Maraghi, 1992:294).
5. Mufradat Ayat 78
- berasal dari kata yang berarti terbit
اًغُسُت - - اًغُسَت ُغُسْثَي َغَسَت ًةَغِزاَت
(Yunus, 2010:64). Dalam ayat ini, ketika nabi Ibrahim as melihat matahari beliau sambil menunjuknya dan mengatakan bahwa matahari adalah tuhannya.
Dikarenakan matahari lebih besar dari bintang dan bulan, serta lebih terang cahayannya. Disini tampak nabi Ibrahim as memperpanjang argumentasinya untuk menyudutkan kaumnya setelah sindiran yang dikhawatirkan beliau akan mereka sangkal. Selain itu juga terdapat pendahuluan untuk menegakkan
hujjah dan tahapan untuk memancing perhatian mereka agar mau mendengarkan pembicaraan beliau (Al-Maraghi, 1992:294).
berasal dari kata yang berarti terbenam, lenyap
ْثَيَفَا ًلْىُفُأ - - ُوِفْؤَي َوَفَا
(Yunus, 2010:45). Dalam ayat ini, matahari terbenam sebagaimana yang lainnya menghilang. Kemudian nabi Ibrahim as memutar balik dan mengulur- ulur pembicaraan dengan penuh kelembutan hingga sampai kepada apa yang beliau kehendaki dengan cara yang terbaik dan halus, sambil membebaskan diri dari sesembahan-sesembahan yang kaumnya jadikan tuhan selain Allah Ta‟ala (Al-maraghi, 1992:294-295). berasal dari kata yang berarti kaum, orang banyak, sekawan
ًْىَق
ًِْىَقَي
manusia (Yunus, 2010:361). Dalam ayat ini, kaum nabi Ibrahim as yang berada pada kesesatan yang sedang didebat beliau karena kebodohannya menyekutukan Allah (Al-Maraghi, 1992:295). berasal dari kata
- ًةَمُرِش
ُكَرَشَي َُْىُمِرْشُج ًةِمِرَش اًمِرَش ُٓ َكِرَش
berarti bersekutu, berserikat dengan dia (Yunus, 2010:196). Dalam ayat ini, nabi Ibrahim as setelah melihat bintang, bulan dan matahari tenggelam beliau melepaskan diri dari penyembahan yang dipersekutukan dengan Tuhan Yang Maha Esa (Shihab, 2009:516).
6. Mufradat Ayat 79 berasal dari kata yang berarti yang lurus, betul (Yunus,
اًفْيَِْح فْيَِْح
2010:110). Dalam ayat ini, nabi Ibrahim as berserah diri menghadapkan dirinya di dalam beribadah hanya kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, serta yang lainnya. Dan beliau cenderung kepada agama yang lurus (Al- Maraghi, 1992:295). berasal dari kata
ًۃ ًۃ - - َمْرِش ُكَرْشَي َِْيِمِرْشَُْىا ِمِرَش
اًمِرَش ُٓ َكِرَش
yang berarti bersekutu, berserikat dengan dia (Yunus, 2010:196). Dalam ayat ini, nabi Ibrahim as tidaklah termasuk ke dalam orang-orang yang menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu apapun sebagaimana yang dilakukan kaumnya (Al-Maraghi, 1992:296).
7. Mufradat Ayat 80 berasal dari kata yang memiliki arti hujjah, dalil,
ة خاَح ُِْى جآَحُجَأ
keterangan (Yunus, 2010:97). Dalam ayat ini, hujjah diartikan sesuatu yang digunakan oleh salah satu di antara dua pihak yang berbantah untuk mengulur-ulur pembicaraan dalam menetapkan dakwaan atau menyangkal dakwaan lawan bicara (Al-Maraghi, 1992:300).
- berasal dari kata
ًۃ ًۃ - - - َمْرِش ُكَرْشَي َُْىُمِرْشُج ِمِرَش اًمِرَش ُٓ َكِرَش
yang berarti bersekutu, berserikat dengan dia (Yunus, 2010:196). Dalam ayat ini, nabi Ibrahim as tidak takut kepada tuhan-tuhan yang dijadikan sekutu oleh kaumnya untuk mendatangkan bahaya kepada beliau (Al-Maraghi, 1992:301).
- berasal dari kata yang berarti mengetahui
ِع ًٌْي
اًَْيِع- ٌُِيْعَي
ٌَِيَعsesuatu (Yunus, 2010:277). Dedeng Rosidin mengutip dari Al-Maraghi menjelaskan bahwa kata
„allama dengan alhamahu (memberi ilham),
maksudnya Allah memberi ilham kepada Nabi Ibrahim as untuk mengetahui jenis-jenis yang telah diciptakan beserta zat, sifat dan nama-namanya.
Sedangkan Ash-Shawi, menjelaskan dengan makna alqa (memberikan atau menuangkan), maksudnya Allah memberikan atau menuangkan ilmu ke dalam hati Nabi Ibrahim as. Secara konteks,
„allama menunjukkan adanya tadrij
(tahapan), bahwa penyampaian itu dilakukan melalui tahap demi tahap. Akan tetapi, pada ayat ini menunjukkan secara sekaligus. Secara struktur,
„allama
mempunyai dua objek, baik disebut ataupun tidak. Jika dilihat dari jabatan kata dalam kalimat, tersusun dari
fi‟il (pekerjaan), hal ini berarti
menunjukkan pada pekerjaan mengajar, atau proses belajar mengajar yang didalamnya terdapat teknik dan metode mengajar.
Fa‟il (yang melakukan
pekerjaan), di sini berarti menunjukkan pengajar (guru) yang melakukan pekerjaan mengajar.
Maf‟ul bih pertama (objek pertama) menunjukkan murid
yang menerima pelajaran, dan
maf‟ul bih kedua (objek kedua) menunjukkan
materi yang diajarkan. Jadi, dalam
ta‟lim tersirat beberapa unsur penting,
yaitu guru, murid, proses pembelajaran dan materi pelajaran (Rosidin, 2003:67-68).
8. Mufradat Ayat 81 berasal dari kata
ًۃ ًۃ - - - -
ٌُْحْمَرْشَا َمْرِش ُكَرْشَي
ُٓ ِمِرَش اًمِرَش َكِرَشyang berarti bersekutu, berserikat dengan dia (Yunus, 2010:196). Dalam ayat ini, nabi Ibrahim as tidak takut akan makhluk yang dijadikan kaumnya untuk menyekutukan Allah SWT. Karena yang dijadikan sekutu itu tidaklah mendatangkan manfaat dan kemudaratan (Al-Maraghi, 1992:303). berasal dari kata yang berarti kumpulan orang banyak َقْيِرَف
ِِْيَقْيِرَف
(Yunus, 2010:314). Dalam ayat ini, kata tersebut mengandung pengertian dua golongan yang terdiri atas golongan orang-orang bertauhid yang beribadah, takut dan berharap hanya kepada Allah semata; dan golongan orang-orang musyrik yang membesarkan pengaruh sebagian sebab, sehingga mereka menjadikan banyak Tuhan yang disembah, serta kepada sebagiannya mereka menyandarkan datangnya manfaat dan kemudaratan, seperti kepada matahari, bulan, dan malaikat (Al-Maraghi, 1992:304).
- berasal dari kata keamanan, kesentosaan (Yunus,
َل ٍَِْأ ٍِِْ ْاِت ُاٍََأ
2010:49). Dalam ayat ini, terdapat dua golongan yang mendapatkan keamanan yaitu golongan orang-orang bertauhid yang beribadah, takut dan berharap hanya kepada Allah semata; dan golongan orang-orang musyrik yang membesarkan pengaruh sebagian sebab, sehingga mereka menjadikan banyak tuhan yang disembah, serta kepada sebagiannya mereka menyandarkan datangnya manfaat dan kemudaratan, seperti matahari, bulan dan bintang (Al- Maraghi, 1992:304).
9. Mufradat Ayat 82 berasal dari kata yang berarti beriman,
- ٍُِِْؤُي ٌُهَََْْيِإ اًّاََيِإ ٍَََِأ
percaya (Yunus, 2010:49). Dalam ayat ini, beriman adalah kepercayaan yang teguh yang timbul akibat pengetahuan dan keyakinan (Assegaf, 2014:38). berasal dari kata yang memiliki
- اًَْيُظ اًَُيُظ ٌُِيْظَي ٌْيُظِت ةََِيْظٍَ ٌََيَظ