Konsep Pendidikan Karakter Prespektif K.H. Ahmad Dahlan - Test Repository

  

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER

PERSPEKTIF

K.H. AHMAD DAHLAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Oleh:

AISYAH KRESNANINGTYAS

NIM: 111-12-196

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

   MOTTO

  Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

  (QS. Ar Ra’du:11) Katakan pada diri sendiri tuk “tidak menyerah” untuk selalu melakukan perbaikan

  (Penulis)

   PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan kepada:  Bapakku, Sunarto yang sudah memberikan kasih sayang, doa-doa terbaik teruntuk putra-putrinya, dan motivasi, baik dari segi materil atau non materil sehingga skripsi ini bisa penulis selesaikan, serta doa teruntuk ibuk kami Nining Setyowati yang sudah berada di pangkuan-Nya semoga Allah menempatkan engkau di Raudotan min Riyadil Jinan , Amin…  Mas-mas ku tercinta, Ahmad Dwi Arianto & Ahmad Khoironi Arianto yang selalu memberikan perhatian baik dari segi materil atau non materil serta kebersamaan terhangat dalam keluarga,” maternuwun mas sampun sabar kaleh isah anis”.

   Saudara-saudara perempuan dikeluarga kami teteh kesayangan Anisy Syahida yang selalu ikhlas menjadi ibu dan mbak buat kami, my twiin Aisyah Khoirun Nisa’ yang menjadi pendengar terbaik ketika mbak nya ini butuh nasehat dan saran, serta keponakan manis kami Annisa Istifianza Bihurinin Arianto” selalu jadi kebanggaan abi umi ya nduk”  Dosen pembimbing skripsi Bapak Achmad Maimun, M.Ag yang senantiasa membimbing dan mendidik penulis dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.

   Sahabat-sahabat seperjuangan Primagama Cendana Jogjakarta, Maisaroh Choirotunnisa yang cantik, Rizaty Rosyada, Dwi Agustina yang selalu menjadi alarem terbaik “ayo ais, skripsinya gimana? Udah bulan apa ini” serta menjadi motifator independen yang tak pernah lelah mengingatkan, mengoreksi dan memberikan masukan dan mendorong penulis untuk menyelesaikan karya sederhana ini.

   Teman seperjuangan skripsi Siti Mujayanah yang selalu memberi motivasi kepada penulis. “maternuwun yo nda”.

   Teman karib yang selalu ada dan motivator selama di Salatiga mbak Ima, dek Ika, Endang, mbak Atik, Dita , mbak Cinta, Fajri, Wisnu, mbak Fitri, dek Hade, Fia, Lia. “maternuwun ya kesayangan”.

   Keluarga besar cabang & komisariat Himpunan Mahasiswa Islam Salatiga yang memberikan warna dalam berproses selama ini.

   Keluarga besar LAZIS JATENG Salatiga yang memberikan penulis ruang dan waktu dalam proses belajar mengajar selama ini.

   Santri-santri kesayangan TPQ Nurul Fikri yang selalu menjadi obat mujarab penulis ketika lelah. “semoga kalian menjadi putra-putri masa depan yang sholeh & sholehah ya dek” amin….

   Teman-teman PPL, KKL, dan KKN yang berjuang bersama dalam suka dan duka untuk menyelesaikan tugas Negara.

   Teman-teman seperjuangan di kampus IAIN  Almamaterku tercinta IAIN Salatiga.

   KATA PENGANTAR

  

ميح ّرلا نمح ّرلا الله مسب

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Raja alam semesta (Allah ‘Azza wa Jalla). atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan salam Allah SWT, semoga senantiasa terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidup manusia dan yang menjadi cakrawala rindu para umatnya (Nabi Muhammad SAW).

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  3. Ibu Siti Ruhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pedidikan Agama Islam.

  4. Bapak Achmad Maimun, M.Ag selaku pembimbing yang telah membimbing dalam penulisan skripsi ini.

  5. Bapak Alm.Joko Sutopo, selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan sejak awal semester hingga akhir hayat beliau dengan penuh keikhlasan.

  6. Bapak Sutrisna, S.Ag., M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik.

  7. Bapak/ ibu dosen dan seluruh karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan pelayanan kepada penulis.

  8. Bapakku dan seluruh keluargaku yang telah mendo’akan dan membantuku dalam menyelesaikan studi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

  9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

  Atas jasa- jasa dan kebaikan beliau di atas, penulis berdo’a semoga Allah SWT menerima amalnya dan memberikan balasan yang lebih baik.

  Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan penulis. Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat Al-Hamdulillahi Robbil ‘Alamiin. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.

  Salatiga,14 September 2016 Penulis

  Aisyah Kresnaningtyas NIM: 111-12-196

  

ABSTRAK

Kresnaningtyas, Aisyah. 2016. Konsep Pendidikan Karakter Prespektif K.H.

  Ahmad Dahlan. Skripsi. Jurusan

  Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Achmad Maemun M.Ag.

  Kata kunci: K.H. Ahmad Dahlan, Pendidikan Karakter.

  Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah konsep K.H. Ahmad Dahlan tentang pendidikan karakter; (2) Bagaimana relevansi Nilai Pendidikan Karakter Kemendiknas dengan Pendidikan Karakter Perspektif K.H. Ahmad Dahlan

  Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library

  

research ). Sumber data primer adalah falsafah ajaran K.H. Ahmad Dahlan,

  sumber sekundernya adalah buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Metode Analisis Isi (Content Analysis).

  Temuan penulis berkaitan dengan pertanyaan yang ada bahwa Pendidikan karakter K.H. Ahmad Dahlan terdapat pada tujuh falsafah dan pesan-pesan beliau,yang di dalamnya mengajarkan supaya menjadi manusia yang visioner mampu untuk berfikir kedepan yaitu supaya dapat bahagia dunia dan akherat. Relevansi Pendidikan Karakter K.H. Ahmad Dahlan Dengan Unsur-Unsur Pendidikan Karakter Kemendiknas Di antaranya yaitu, nilai karakter religius, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial, dan tanggungjawab. Adapun pendidikan Karakter K.H. Ahmad Dahlan dapat mendukung pendidikan karakter Kemendiknas sehingga mampu menciptakan pendidikan karakter yang efektif.

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL......................................................................... i

LEMBAR BERLOGO...................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………………………… v

MOTTO............................................................................................. vi

PERSEMBAHAN.............................................................................. vii

KATA PENGANTAR ...................................................................... ix

ABSTRAK......................................................................................... xi

DAFTAR ISI...................................................................................... xii

DAFTAR TABEL

  ………………………………………………….. xiv

  DAFTAR GAMBAR

  ………………………………………………. xiv

  

BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1

A. Latar Belakang…………….…………………………………….

  1 B.RumusanMasalah………………………………………………… 6 C.Tujuan

  Penelitian………………………………………................ 6 D.Kegunaan Penelitian……………………………………………… 6 E.Penegasan Istilah………...……………………………………….. 7 F.Metode Penelitian……..…………..……………………………… 8 G.Telaah Pustaka...…………………………………………………. 11

  H.Sistematika Penulisan Skripsi.…………………………………… 12

  BAB II BIOGRAFI K.H. AHMAD DAHLAN

  …….……………. 15 A. Riwayat Hidup K.H.Ahmad Dahlan ……………………….. 15 B. Latar Belakang Pendidikan…………………………………. 19 C. Peran K.H. Ahmad Dahlan………….………………………. 27 D.

  33 Usaha dan Jasa K.H AhmadDahlan…….............................

  E.

  Cita-Cita K.H. Ahmad Dahlan……………………………… 36 F. Perjuangan K.H. Ahmad Dahlan …………………………… 38 G.

  K.H. Ahmad Dahlan Politik dan Nasionalisme..................... 40

  

BAB III PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER ………… 42

A. Pengertian Karakter………………………………..………... 42 B. Pengertian Pendidikan Karakter……………………………. 43 C. Tujuan Pendidikan Karakter…………………………........... 45 D. Dasar Hukum Pendidikan Karakter…………………..……. 47 E.

  48 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter…………………......…….

  BAB IV PENDIDIKAN KARAKTER PRESPEKTIF K.H.

  53 AHMAD DAHLAN ……………………………………………….

  A.

  Pendidikan Menurut K.H. Ahmad Dahlan…...……............. 53 B. Pendidikan Karakter K.H. Ahmad Dahlan……………….... 63 1.

  63 Konsep Karakter……………………………………….

2. Konsep Pendidikan Karakter……………………………. 65 3.

  Materi Pendidikan Karakter K.H. Ahmad Dahlan…...... 70 4. Karakter Ilmu Menurut K.H. Ahmad Dahlan …...……... 74 5. Metode Pendidikan Karakter……………………………. 77 C.

  80 Pendidikan Karakter Dalam Tujuh Falsafah dan pesan-pesan K.H. Ahmad Dahlan………………………………………… D.

  91 Relevansi Pendidikan Karakter K.H. Ahmad Dahlan Dengan Unsur-

  Unsur Karakter KEMENDIKNAS…………

BAB V PENUTUP

  ………………………...……………………… 104 A. Kesimpulan………………………………………………… 104 B.

  106 Saran……………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA

  ……………………………………………. 108

  LAMPIRAN-LAMPIRAN

  ……………………………………….. 110

  

DAFTAR TABEL

  Tabel

  3.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

  50 Tabel

  3.2 Nilai-Nilai yang Merupakan Nilai turunan dari Nilai-Nilai Inti

  51 DAFTAR GAMBAR

  Gambar

  3.1 Nilai-Nilai Inti (Core Values) yang Dikembangkan dalam Pendidikan Karakter Indonesia

  52

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang paling mulia yang diciptakan oleh Allah. Berawal dari konsep tentang kejadian manusia yang dimulaikan dari

  sejarah awal kejadiannya sebagai makhluk Allah SWT yang mempunyai potensi dasar dibekali potensi akal dan ilmu, disamping untuk menjalankan misi untuk mengabdi sebagai khalifah Allah di bumi ini. Supaya dapat menjalankan amanat dan tanggung jawab tersebut diperlukan adanya tuntunan dan bimbingan melalui pendidikan.

  Pendidikan dapat menjadi tolok ukur bagi kemajuan dan kualitas suatu bangsa, sehingga dapat dikatakan bahwa kemajuan suatu negara dapat dicapai salah satunya dengan pembaharuan dan penataan pendidikan yang baik. Jadi pendidikan mempunyai peran penting dalam menciptakan masyarakat yang cerdas, pandai, berilmu pengetahuan yang luas, berjiwa demokratis serta berakhlaqul karimah.

  Pendidikan adalah usaha secara sadar dan terrencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran secara aktif untuk mengemban potensi diri memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU RI No. 20, 2003: 72).

  Melalui proses pendidikan, setiap warga negara Indonesia dibina untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlaq mulia dalam kepribadiannya. Untuk meningkatkan salah satu tujuan pendidikan nasional yang mempunyai peran penting dalam pembentukan manusia yang berkarakter yaitu melalui pendidikan.

  Persoalan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam dalam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan yang tertuang dalam berbagai tulisan baik dimedia cetak maupun media elektronik. Selain itu para ahli, pemuka masyarakat dan pengamat pendidikan juga membicarakan persoalan karakter bangsa belakangan ini sudah mulai luntur pada generasi penerus bangsa, berbagai forum seminar, baik lokal, nasional maupun internasional. Persoalan yang muncul di masyarakat sekarang ini seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian antar pelajar, dan sebagainya yang menjadi pembahasan hangat di media massa, dan diberbagai kesempatan.

  Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasiatau mengurangi masalah karakter bangsa yang dirasa semakin menurun ini adalah dengan pendidikan, yaitu dengan pembiasaan menanamkan nilai-nilai agama dan moral sejak dini. Melalui hal-hal tersebut diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek kehidupan dan dapat mengurangi penyebab masalah karakter bangsa yang semakin menurun.

  Pendidikan karakter merupakan salah satu dimensi pendidikan yang memiliki pengaruh terhadap anak didik. Dunia pendidikan dalam beberapa aspeknya tidak lepas dari pendidikan karakter, hal ini disebabkan karakter merupakan dasar sikap dan kepribadian setiap manusia. Upaya pembentukan pendidikan karakter yang sesuai dengan bangsa ini tidak hanya teori-teori yang disampaikan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar saja, akan tetapi melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung jawab, dan lain sebagainya. Pembiasan tersebut perlu dikembangkan yang pada akhirnya akan menjadi cerminan hidup bangsa Indonesia.

  Karakter anak akan terbentuk dan tertanam hingga dewasa yang mencerminkan kepribadian seseorang. Hal ini akan terwujud melalui pembiasaan-pembiasaan yang distimulasi mulai sejak usia dini. Apabila pembiasaan yang diberikan adalah pembiasaan yang baik maka akan menghasilkan karakter yang baik demikian pula sebaliknya. Penanaman nilai- nilai agama dan moral yang baik akan lebih efektif diberikan kepada anak sejak usia dini, karena perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap-tahap selanjutnya.

  Pendidikan karakter tidak terlepas dengan pendidikan moral yang sebenarnya bukan gagasan baru lagi tetapi merupakan gagasan lama dengan pendidikan itu sendiri, yang pada hakikatnya sebuah pendidikan secara garis besar mempunyai dua tujuan utama yaitu, untuk membantu anak-anak menjadi pintar dan baik. Sejak zaman plato masyarakat yang bijak telah menjadikan pendidikan moral sebagai tujuan pendidikan. Mereka memberikan pendidikan karakter yang disatukan dengan pendidikan intelektual, kesusilaan dan literasi, serta budi pekerti dan pengetahuan. Mereka mencoba membentuk masyarakat yang menggunakan kecerdasan untuk kemaslahatan orang lain dan diri mereka, dan untuk pembangunan dunia yang lebih baik.

  Pendidikan dan karakter sangat erat sekali hubungannya karena keduanya saling berkaitan. Pendidikan harus memiliki karakter di dalamnya.

  Akan tetapi saat ini hubungan antara pendidikan dengan karakter tidak saling berkaitan disebabkan adanya stigma yang lebih mengutamakan hasil dari pada proses yang harus dilewati menuju pendidikan yang bersinergi.

  Dalam rangka menuju cita-cita pendidikan yang berkarakter, penulis mencoba mengurai pemikiran yang pernah ditawarkan oleh tokoh pembaharuan, K.H. Ahmad Dahlan, hal ini dimaksudkan untuk mencoba mencari solusi terhadap problematika pendidikan di Indonesia saat ini.

  K.H. Ahmad Dahlan merupakan tipe man of action sehingga sudah pada tempatnya apabila mewariskan cukup banyak amal usaha. Oleh sebab itu untuk menelusuri bagaimana konsep pendidikan karakter Ahmad Dahlan mestinya lebih banyak merujuk pada bagaimana ia membangun sistem pendidikan. Dengan usaha beliau di bidang pendidikan, Ahmad Dahlan dapat dikatakan sebagai suatu model dari bangkitnya sebuah generasi untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi Islam yaitu, ketertinggalan umat Islam di bidang pendidikan. K.H. Ahmad Dahlan senantiasa memikirkan anak-anak generasi dimasa yang akan datang supaya selalu dapat menjadi generasi Islam yang memiliki nilai juang yang tinggi terhadap Islam.

  Untuk itu di tengah-tengah sakitnya yang semakin parah diawal tahun 1923, K.H. Ahmad Dahlan memberikan beberapa nasehat dan wasiat. Dalam nasehat dan wasiat tersebut terdapat pembahasan mengenai pendidikan karakter yang sudah mulai mengalami kemerosotan, nasehat dan wasiat itu ialah sebagai berikut, kemunduran umat sebagian besar pemeluk islam sudah terlalu jauh meninggalkan ajaran Islam yang membuat Islam mengalami kemunduran. Kemunduran Islam tersebut disebabkan kemerosotan akhlak sehingga mengalami penuh ketakutan seperti kambing dan tidak memilki keberanian seperti harimau. Melihat keadaan yang demikian K.H. Ahmad Dahlan pun berwasiat, “karena itu aku terus memperbanyak amal dan berjuang bersama anak-anakku sekalian untuk menegakkan akhlak dan moral yang sudah mulai bengkok” (Abdul Munir Mulkhan, 1990:95).

  Sesuai dengan uraian di atas atas maka penulis tertarik untuk meneliti “Konsep Pendidikan Karakter Perspektif K.H. Ahmad Dahlan”.

B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep K.H. Ahmad Dahlan mengenai pendidikan karakter?

  2. Bagaimana Relevansi Nilai Pendidikan Karakter Kemendiknas dengan Pendidikan Karakter Perspektif K.H. Ahmad Dahlan ? C.

   Tujuan Penelitian

  Penelitian yang berjudul “Konsep Pendidikan Karakter Perspektif K.H.Ahmad Dahlan” bertujuan: 1.

  Untuk mengetahui Konsep Pendidikan Karakter Perspektif K.H.Ahmad Dahlan.

  2. Untuk mengetahui Relevansi Nilai Pendidikan Karakter Kemendiknas dengan Nilai Pendidikan Karakter Perspektif K.H. Ahmad Dahlan ?

D. Kegunaan Penelitian 1.

  Memberikan sumbangan pemikiran untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan.

  2. Untuk memberikan pemahaman konsep pendidikan karakter perspektif K.H. Ahmad Dahlan kepada seluruh masyarakat sebagaimana yang diharapkan K.H. Ahmad Dahlan maupun oleh Agama, khususnya agama Islam.

  3. Dapat menambah wawasan bagi peneliti khususnya mengenai konsep pendidikan karakter perspektif K.H. Ahmad Dahlan.

E. Penegasan Istilah

  Sebelum penulis membahas lebih lanjut yang menjadi inti permasalahan dan untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka perlu penulis jelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan judul di atas yaitu Konsep Pendidikan karakter.

  Concept berarti konsep, buram, bagan, dan rencana (M. cchols dan

  Shadily, 1976: 135).Konsep adalah ide abstrak dari peristiwa konkret yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau pengolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata (KBBI, 2007:588).

  Pendidikan adalah usaha manusia untuk mengembangkan dan mengarahkan fitrahnya agar dapat berkembang sampai titik optimal untuk menciptakan tujuan yang dicita-citakan (Arifin, 1998: 12). Secara etimologis (bahasa), menurut Heri Gunawan, karakter berasal dari bahasa latin kharakter, kharassein, dan kharax. Dalam bahasa Yunani, character berasal dari kata charassein, yang berarti membuat tajam atau membuat dalam. Kamus Besar bahasa Indonesia menyebutkan karakter adalah sifat- sifat kejiwaan, akhlaq atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. atau bermakna bawaan hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak.

F. Metode Penelitian

  Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal pokok yang mendasari penelitian, yaitu: jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, dan analisis data.

  1. Jenis penelitian Penelitian yang dipakai termasuk penelitian literature yang berfokus pada referensi buku dan sumber-sumber yang relevan.Penelitian literature lebih terfokus kepada studi kepustakaan.(Amirin, 1995:135).

  2. Sumber Data Penelitian ini (berjenis penelitian) literature (kepustakaan), sehingga penelitian ini menggunakan kajian terhadap buku-buku yang ada kaitannya dengan judul skripsi ini, yaitu buku-buku yang membahas pemikiran KH. Ahmad Dahlan. Dengan judul diantaranya.

  a.

  KH. Ahmad Dahlan Sang Pencerah, pendidik dan pendiri Muhammadiyah.

  b.

  Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam (Drs. H. Musthofa Kamal Pasha, B.Ed, Drs. H. Ahmad Adaby Darban, SU, 2005).

  c.

  Majalah yang terkait dengan topik pembahasan: Majalah Suara Muhammadiyah.

  Di dalam buku-buku tersebut memuat tentang sejarah berdirinya persyarikatan Muhammadiyah, pemikirannya tentang pendidikan, K.H. Ahmad Dahlan dengan perjuangannya dan masih bayak pembahasan yang lainnya.Dari buku yang diambil sebelumnya, penulis juga menggunakan buku-buku yang berkaitan tentang pemikiran K.H. Ahmad Dahlan.

  Selain itu juga masih banyak sumber-sumber yang berkaitan tentang K.H. Ahmad Dahlan, salah satunya buku milik Drs. H. M.

  Zulfa, M. Ag.Beliau mengatakan bahwa pada zaman tersebut Ahmad Dahlan bertujuan memberantas TBC atau yang lebih dikenal dengan tahayul, bid’ah, dan khufarat. Dalam pendidikan menciptakan pembaharuan diantaranya pendidikan disatukan dengan pendidikan tradisional dengan pendidikan umum dan moderen. Dalam pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan memaparkan bahwa pendidikan diupayakan supaya di ruang kelas terdapat meja,kursi, papan tulis dan keperluan pembelajaran yang lainnya, sehingga akan menjadi metode pembelajaran yang lebih efisien. Dalam pendidikan sekolah beliau juga memberikan pelajaran umum.

3. Teknik Pengumpulan Data

  Data penelitian dicari dengan pendekatan library research yaitu suatu penelitian kepustakaan murni.Dengan demikian pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, majalah dan benda-benda tulis lainnya. (Arikunto,2010:202).

  Dimana data-data atau variabel-variabel tersebut berupa karya- karya mengenai beliau baik tentang sejarah kehidupannya, kebiasaan- kebiasaan kesehariannya ataupun pemikirannya. Untuk itu penulis menggunakan metode dokumentasi melalui mengumpulkan tulisan- tulisan sahabat dan murid K.H. Ahmad Dahlan serta karya-karya monumental beliau yang berupa sekolah-sekolah, panti asuhan, rumah sakit dan amal usaha Muhammadiyah untuk menambah validitas data yang telah diperoleh. Studi dokumen ini dilakukan terhadap sumber- sumber primer maupun sekunder.

4. Teknik Analisis Data

  Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah: a.

  Deduktif Metode deduktif adalah metode berfikir yang berangkat dari pengetahuan yang bersifat umum dan bertitik tolak dari pengetahuan yang umum itu kita hendak menilai sesuatu kejadian yang khusus.(Hadi, 1981:42). Metode ini digunakan untuk menjelaskan pemikiran tentang pendidikan karakter perspektif K.H. Ahmad Dahlan. b.

  Induktif Metode induktif adalah metode berfikir yang berangkat dari fakta-fakta peristiwa khusus yang bersifat umum (Hadi,

  1981:42). Metode ini digunakan untuk membahas beberapa konsep pemikiran pendidikan karakter perspektif KH. Ahmad Dahlan guna ditarik kesimpulan dalam dunia pendidikan nasional dewasa kini.

G. Telaah Pustaka

  K.H. Ahmad Dahlan merupakan seorang pendiri Muhammadiyah.Kepemimpinannya itu sangat penting didalam tubuh Muhammadiyah tidak hanya beliau sosok yang dikenal aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang gerakan pendidikan maupun dakwah sekaligus entrepreneur yang cukup sukses.Di ranah pendidikan sosok K.H. Ahmad Dahlan sangat tergerak untuk melakukan aktifitas yang menerapkan pendidikan dengan metode barat. System yang dibangun pendidikan yang berorientasi pada pendidikan modern dengan menggunakan system yang klasikal. Dengan system tersebut dalam pendidikan mendapatkan gagasan pembaharuan guna menambah wacana pendidikan berkemajuan.

  Adapun buku-buku yang telah terbit yang membahas mengenai beliau diantaranya adalah:

  1. Ditulis oleh Abdul Munir Mulkham, dengan judul “Pemikiran K.H.

  Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam Perspektif Perubahan Sosial”, Diterbitkan oleh Bumi Aksara pada tahun 1990 di Jakarta.

  2. Ditulis oleh Abdul Munir Mulkhan, dengan judul “Jejak Pembaharuan Sosial dan Kemanusiaan Kiai Ahmad Dahlan”, Diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara pada tahun 2010.

  3. Ditulis oleh Muttaqin, dengan judul “Pencerahan Pendidikan Agama Islam di Indonesia dan Aktualisasinya (telaah sosiokultural perjuangan K.H. Ahamd Dahlan)” Diterbitkan di STAIN pada tahun 2014 di Salatiga.

  4. Ditulis oleh Deni Al Asy’ari, dengan judul “Pemberontakan Kaum Muda Muhammadiyah”, Diterbitkan oleh Resist Book pada tahun 2005 di Yogyakarta.

  5. Ditulis oleh Robert W. Hefner, Sukindi Mulyadi dan Abdul Munir Mulkhan dengan judul “Api Pembaharuan Kiai Ahmad Dahlan”, Diterbitkan oleh PT Multi Pressido pada tahun 2008 di Yogyakarta.

  Dari beberapa sumber tulisan tersebut, sejauh pengamatan penulis masih ada yang perlu untuk dilengkapi kembali yang membahas mengenai Pendidikan Karakter menurut pemikiran beliau. Harapan penulis pemikiran yang akan disampaikan ini dapat melengkapi informasi sebelumnya dan menambah wacana khasanah keilmuan.

H. Sistematika Penulisan

  Dalam menyusun skripsi ini secara menyeluruh terdapat lima bab untuk membahas Konsep Pendidikan Karakter Perspektif K.H. Ahmad Dahlan.

  Sistematika penulis disusun sebagai berikut:

BAB 1: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan dan manfaat penelitian D. Definisi Operasional E. Metode Penelitian F. Sistematika Penulisan BAB II: BIOGRAFI K.H. AHMAD DAHLAN A. Riwayat hidup K.H. Ahmad Dahlan B. Latar belakang pendidikan K.H. Ahmad Dahlan C. Peran K.H. Ahmad Dahlan D. Usaha dan Jasa K.H. Ahmad Dahlan E. Cita-cita K.H. Ahmad Dahlan F. Perjuangan K.H. Ahmad Dahlan G. K.H. Ahmad Dahlan Politik dan Nasionalisme

BAB III: TEORI PENDIDIKAN KARAKTER A. Pengertian karakter B. Pengertian pendidikan karakter C. Tujuan pendidikan karakter D. Dasar hukum pendidikan karakter E. Nilai-nilai pendidikan karakter BAB IV: PEMBAHASAN Pada bab ini membahas konsep pendidikan karakter perspektif K.H. Ahmad Dahlan dan Relevansi Nilai Pendidikan Karakter Kemendiknas dengan Pendidikan Karakter Perspektif K.H. Ahmad Dahlan. Dalam konsep pendidikan

  karakter K.H. Ahmad Dahlan berupaya menanamkan karakter kepada peserta didiknya.Diantaranya melalui pendidikan akhlaq, salah satu usaha supaya dapat menumbuhkan karakter yang baik yang sesuai Al-

  Qur’an dan As- sunnah.Selanjutnya pendidikan individu, pendidikan yang menggabungkan antara akal dan pikiran, kenyakinan dan intelektual serta kebahagiaan dunia dan akherat.Dan yang terakhir yakni pendidikan kemasyarakatan, yaitu pendidikan yang menggabungkan antara pendidikan individu dengan pendidikan bermasyarakat.

  Relevansi Pendidikan Karakter K.H. Ahmad Dahlan Dengan Unsur-Unsur Pendidikan Karakter Kemendiknas Diantaranya yaitu, nilai karakter religius, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial, dan tanggungjawab. Adapun pendidikan Karakter K.H. Ahmad Dahlan dapat mendukung pendidikan karakter Kemendiknas sehingga mampu menciptakan pendidikan karakter yang efektif.

BAB V: PENUTUP Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan, saran-saran dan penutup.

BAB II BIOGRAFI AHMAD DAHLAN A. Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan K.H. Ahmad Dahlan lahir di kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1986 M atau 1285 H dengan nama Muhammad Darwis. K.H. Ahmad Dahlan merupakan putra keempat dari tujuh bersaudara dari

  seorang ayah bernama Kyai Haji Sulaiman yang menjabat khatib masjid besar Mataram Yogyakarta (Sucipto, 2010: 49) .Ibunya bernama Siti Aminah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat sebagai penghulu di kalsutanan Yogyakarta.

  Menurut silsilah garis keturunan, Muhammad Darwis termasuk keturunan kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka diantara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. Jika dirunut silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishak, Maulana Ainun Jakin, Maulana Fadhulloh (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman (Ki Ageng Gribig), Demang Djurang Djuru Sepisan, Demang Djurang Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadlo, KH Muhammad Sulaiman, K.H. Abu Bakar dan Muhammad Darwis (K.H.

  Ahmad Dahlan) Depot Pengajaran Muhammadiyah (1968:5). Beliau tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan nuansa religius yang tinggi, yaitu masyarakat kauman. Kyai Haji Abu Bakar memberi nama puteranya itu Muhammad Darwis. Putera yang dilahirkan termasuk keturunan ke-12 dari Maulana Malik Ibrahim. Ibu Muhammad Darwis yang terkenal dengan sebutan Nyai Abu Bakar, merupakan putri kyai Haji Ibrahim bin kyai Haji Hasan dengan nama Siti Aminah. Kyai Haji Ibrahim sendiri menjabat penghulu keratin sehingga dengan demikian jelas bahwa Muhammad Darwis dari segi ayah dan ibu dilahirkan dan hidup dalam keluarga muslim yang taat.

  Kampung Kauman terletak di jantung kota Yogyakarta, tepatnya disebelah barat alun-alun utara keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Pada awal mulanya kampung Kauman dihuni oleh para ulama yang bertugas memakmurkan masjid Gede Keraton Yogyakarta sebagai khatib, imam, mu’adzin, serta kyai penghulu atau Qadli keraton dengan staff dan pegawainya (Utomo, 2011: 66). Jumlah khatib ada dua belas orang dan seorang diantaranya adalah kiai Haji Abu Bakar dengan gelar Khatib Amin.Setelah Kyai Haji Abu Bakar wafat maka jabatan khatib beralih kepada puteranya, K.H. Ahmad Dahlan.Para kyai dan ulama’ penduduk Kauman itu kemudian saling berbesanan dan anak serta cucu-cucu mereka itulah yang akhirnya merupakan penghuni kampung Kauman.

  Sewaktu kecil, Muhammad Darwis bergaul akrab dengan kawan- kawan tetangganya.Beliau dikenal sebagai anak yang rajin, jujur, dan suka menolong, serta mempunyai kelebihan yaitu pandai membuat kerajinan tangan dan membuat barang-barang permainan.Oleh sebab itu tidak mengherankan bila Muhammad Darwis disayangi oleh teman-teman sepermainan dan sekampungnya (Kemuhammadiyahan, 2010: 26).

  Di usia remaja ia juga sudah menunjukkan sikap dan berbagai keunggulan dibanding teman-teman sebayanya. Terutama dalam kecermatan dan kehati-hatiannya dalam menghadapi persoalan, saat mengambil keputusan dan bertindak.Kemampuan akal pikirannya dikembangkan secara maksimal, sehingga kecerdasan kedinamisan serta kreatifitas Dahlan kecil sudah Nampak.

  Pada usianya yang masih belia umur 15 tahun, beliau memutuskan untuk pergi haji dan tinggal di Mekkah.Keberangkatannya itu tidak lepas dari peran kakak iparnya bernama Kyai Haji Soleh, seorang kyai yang juga saudagar kaya.Di mana beliaulah yang membiayai segala keperluan Dahlan, agar bisa berangkat ke tanah suci. Di sanalah awal mula terjadinya pergolakan K.H. Ahmad Dahlan dengan pemikiran-pemikiran K.H.

  Ahmad Dahlan dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afgani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah (Winda, 2009: 15). Pada tahun 1888 beliau kembali ke Indonesia dan mengganti nama menjadi Ahmad Dahlan yang diambil dari nama seorang mufti yang terkena l dari Mazhab Syafi’I di Makkah yaitu Ahmad bin Zainal Dahlan. Beliau pun membantu ayahnya mengajar pengajian anak- anak. Keadaan ini telah menyebabkan pengaruh Ahmad Dahlan semakin luas di Masyarakat sehingga ia diberi gelar “Kyai”. Sebagai seorang kyai, ia dikategorikan sebagai ulama atau intelektual. Namun tidak berselang lama, tepatnya pada tahun 1903 ia kembali lagi ke Makkah dan menetap disana selama 2 tahun (Winda, 2009: 15). Pada masa ini, ia sempat berguru pada Syekh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari.

  Sepulang dari Makkah pada tahun 1889 M, saat itu berusia 24 tahun, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri. Anak Kyai penghulu Haji Fadhil yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang pendiri Aisyiyah (Sucipto, 2010: 52). Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, K.H. Ahmad Dahlan mendapatkan enam orang anak yaitu: Johannah (lahir 1890), Siraj Dahlan (lahir 1898), Siraj Busyro (lahir 1903), Irfan Dahlan dan Siti Aisyah (lahir kembar, tahun 1905) dan Siti Zuharoh (lahir 1908) (Sucipto, 2010: 52).

  Pada tahun 1869 M ayah dari K.H. Ahmad Dahlan (KH.Abu Bakar) meninggal dunia. Jenazah KH. Abu Bakar mendapat penghormatan yang besar dari masyarakat dan para bangsawan keraton Yogyakarta.Setelah dishalatkan di Masjid Gede Kauman, jenazahnya dimakamkan di pemakaman umum Nitikan, satu makam dengan ayahnya, KH. Sulaiman (Wibowo 2011: 91). Sesuai dengan kebiasaan yang berlaku di Keraton Yogyakarta, sebagai anak laki-laki yang paling besar, Ahmad Dahlan diangkat sebagai Ketib Amin menggantikan ayahnya.

  Semasa hidupnya, K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang khatib atau lebih dikenal dengan sebutan “ketib”(juru khutbah) di masjid kesultanan Yogyakarta menggantikan ayahnya. Masa itu Masjid Kasultanan Yogyakarta mempunyai 12 orang ketib ( khatib, pemberi khutbah jum’at) masjid besar Yogyakarta, seorang diantaranya adalah K.H. Ahmad Dahlan yang terkenal dengan sebutan “ketib amin”. Sebagai seorang khatib, setiap bulannya beliau mendapatkan gaji sebesar 7 (tujuh) golden (rupiah jaman Belanda) (Anshory, 2010: 49).Di samping sebagai khatib beliau juga menerima pekerjaan membuat batik, juga berdagang batik, bahkan beliau berdagang sampai ke Jawa Timur dan Jawa Barat.

  Bertepatan pada hari jum’at malam sabtu, tanggal 7 Rajab tahun 1334 H, bertepatan pada tanggal 23 Februari 1923 M di Yogyakarta menjelang tengah malam, Allah Swt. Memanggil hamba yang tidak pernah lelah mengabdi kepada-Nya itu. K.H. Ahmad Dahlan menghembuskan nafas yang terakhir dikamar tidurnya. (Wibowo, 2011: 183). K.H. Ahmad Dahlan wafat pada usia 54 tahun. Tanggal 27 Desember 1961 Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK Presiden RI NO.657/1961 mengangkat K.H. Ahmad Dahlan sebagai pahlawan kebangkitan Nasional (Winda, 2009: 15).

B. Latar Belakang Pendidikan K.H. Ahmad Dahlan 1. Pendidikan Masa Kecil K.H. Ahmad Dahlan

  Semasa kecil Ahmad Dahlan tidak pergi kesekolah.Hal ini karena sikap orang-orang Islam pada waktu itu melarang anak-anaaknya memasuki sekolah Gubernemen.sebagai gantinya Ahmad Dahlan memulai pendidikannya pada masa kanak-kanak dibimbing langsung oleh kedua orang tuanya yaitu ayahnya yang bernama K.H Abu Bakar dan ibunya Siti Aminah. Ayahnya ini dikenal sebagai seorang khatib dimasjid besar keraton jogjakartaa. Pendidikan Ahmad Dahlan ini waktu dia memasuki usia sekolah Ahmad Dahlan tidak disekolahkan di sekolahan formal, melainkan diasuh dan dididik mengaji Al Qur’ann dan dasar-dasar ilmu agama Islam oleh ayahnya sendiri di rumah. Model pembelajaran yang diperoleh dari Ahmad Dahlaan adalah homeschooling. (Tengku-Zubaidah, 2014: 187).

  Pada usia delapan tahun ia telah lancer membaca Al Qur’an hingga khatam. Tidak hanya itu dia mempunyai keahlian membuat barang- barang-barang kerajinan dan mainan seperti halnya anak laki-laki pada umumnya. Seiring dengan usia yang semakin bertambah, ia pun mulai belajar ilmu Agama Islam tingkat lanjut. Tidak hanya sekedar membaca Al- Qur’an saja melainkan ilmu-ilmu umum. Guru-gurunya antara lain K.H Abu Bakar (ayahnya), kemudian ia belajar ilmu fiqih kepada kepada K.H Muhammad Shaleh, dan nahwu kepada K.H Muhsin (keduannya masih iparnyaa sendiri) ia juga berguru dengan K.H Muhammad Nur dan K.H Abdul Hamid. Pengetahuan dalam ilmu falaq diperoleh dari gurunya yang lain yaitu K.H Raden Dahlan (putra kyai termas), ilmu hadits ia berguru pada Syekh Khayyat, Qiroatul Qur’an Syekh Amin dan Sayyid Bakri Satock, ilmu pengobatan dan racun ia peroleh dari gurunya Syekh hasan, ilmu hadits ia peroleh dari gurunya Sayyid Babusijjil, dan Mukti Syafi’I.

2. Pendidikan Ahmad Dahlan Masa Remaja.

  Setelah beberapa waktu belajar dengan sejumlah guru, pada tahun 1890 Daahlan berangkat ke Makkah untuk melanjutkan studinya dan bermukim disana selama setahun. Merasa tidak puas dengan kunjungannya yang pertama, maka pada tahun 1903, ia berangkat lagi ke Makkah dan menetap selama dua tahun. Ketika mukim kedua kalinya, ia banyak bertemu dan melakukan diskusi dengan sejumlah ulama di Indonesia yang bermukim di Makkah. Diataranya ulama-ulama tersebut adalah Syekh Muhammad Khati Al Minangkabawi dari minangkabau, Kyai Nawawi Al Bahteni dari Banten, Kiyai Mas Abdullah, dan kiyi Fiqih Kumambang dari gresik (Sucipto, 2010: 61).

  Semangat Ahmad dahlan dalam menempuh jalanya untuk berdakwah dan menuntut ilmu tidak berhenti, hal ini ditunjukan semangatnya dalam mencari ilmu dengan berguru kepada para ulama di Arab Saudi saat perjalanannya menunaikan ibadah haji. Beliau pernah belajar ilmu hadits kepada kyai mahfudh Termas dan Syekh Khayat, belajar ilmu Qiraah kepada Syekh Amien dan Sayid Bakhri Syatha dan ia juga pernah berguru pada Syekh Hasan tentang mengatasi racun Binatang.

  Tidak hanya samapai disitu saja, Ahmad Dahlan ini belajar pengetahuan agama Islam diperoleh melalui beberapa sumber seperti buku-buku, sejumlah referensi dari tokoh dan pemikir pembaharu Islam dari Timur Tengah.

  Referensi pemikir tokoh seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh, Jamaludin Al Afghani, Muhammad bin Abduh Wahab, Muhammad Raasyid Ridha, dan lainnya, berdasarkan koleksi buku-buku yang ditinggalkan Ahmad Dahlan sebagian besar adalah buku yang yang dipengaruhi oleh ide-ide pembaharuan. Diantara buku-buku yang sering dibaca Ahmad Dahlan antara lain:

  “Tauhid“ dan “Tafsir Jus’Ama”, “Al Islam wa- al Nasrani”, “Kanz al-Ulum“ dan “Dairah Al Ma’arif“ (Farid Wajdi),

  “Fi Al-Bid ’ah“ dan “Al Tawassul wa-al Wasillah“ (Ibnu Taimiyah),

  “Izar al-Haq“ (Rahmah al Hindi), “Tafshil al- Nasyatain Tashil al Sa’adatsin”, “Matan al- Hikmah”(Atha Allah) dan “Al-Qashaid al- Athasiyyah ” (Abdul al Athtas).

  Buku-buku lainya yang dipelajari oleh beliau secara otodidak antara lain karya- karya: Imam Syafi’i, Imam Al-Ghozali, Ibnu Taimiyyah,

  Muhammad Abdduh dan Rayid Ridha. Dengan latar belakang pendidikan Islam yang dimilikinya membuatnya dikenal dengan keahlian dalam membaca dan memahami literature Arab.Melalui kitab-kitab yang dikarang oleh reformer Islam, telah membuka wawasan Ahmad Dahlan tentang Univeralitas Islam.Ide-ide tentang reinterprestasi Islam dengan gagasan kembali pada Al- Qur’an dan Sunnah mendapat perhatian khusus. (Sucipto, 2010: 59).