Islam dan sosialisme telah atas pemikiran dan aksi K.H. Ahmad Dahlan

(1)

ISLAM DAN SOSIALISME

TELAAH ATAS PEMIKIRAN DAN AKSI K.H. AHMAD DAHLAN

Disusun Oleh : IBNU TSANI NIM: 204033203127

Jurusan Pemikiran Politik Islam

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta


(2)

Lembar Pengesahan

Islam dan Sosialisme:

Studi Komparatif Pemikiran H.O.S Tjokroaminoto dan Sutan Sjahrir

Skripsi diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. SOS)

Oleh SUPYAN NIM : 204033203131

Pembimbing

Dr. Shobahussurur, M.A NIP. 150 289 244

Program Studi Pemikiran Politik Islam

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta


(3)

Pengesahan Panitia Ujian

Skripsi berjudul “ISLAM DAN SOSIALISME TELAAH ATAS PEMIKIRAN DAN AKSI K.H. AHMAD DAHLAN”, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5 Februari 2009. Skripsi ini telah ditetapkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) pada Program Studi Pemikiran Politik Islam.

Ciputat, 5 Februri 2009 Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Harun Rasyid, M.A Drs. Rifqi Muchtar, M.A NIP. 150 232 921 NIP. 150 282 120

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Drs. Agus Nugraha, M. Si Dr. Yusron Rozak,MA NIP. 150 299 478 NIP. 150 216 359

Pembimbing,

A.Bakir Ihsan, M.Si NIP. 150 326 915


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata-1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan in telah saya cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 5 Februari 2009


(5)

Abstraksi

Dalam beberapa literatur yang tersedia hingga opini yang berkembang di publik ketika membicarakan sosok Ahmad Dahlan maka pernyataan yang keluar adalah Ahmad Dahlan sebagai tokoh pembaharuan serta tokoh pemurnian Islam. Pun Demikian halnya ketika berbicara tentang Sosialisme Islam maka semua literaur serta opini tertuju kepada nama H.O.S Tjokroaminoto serta Agus Salim.

Padahal tidak demikian adanya, Selain sebagai tokoh gerakan pembaharuan serta pemurnian Islam di Indonesia, sesungguhnya dalam pemikiran serta praktik keagamaan yang di jalankan oleh Ahmad Dahlan tertanam benih-benih sosialisme. Sosialisme Ahmad Dahlan bukanlah sosialisme dalam bingkai teori serta pemikiran ekonomi - politik namun sosialisme Ahmad Dahlan adalah sosialisme dalam bingkai etik sosial. Sosialisme Ahmad Dahlan pun bukan pula sosialisme konflik antar kelas namun sosialisme yang merangkul semua kelompok. Sosialisme Ahmad Dahlan pun bukan sosialisme yang mengharamkan kepemilikan individu.


(6)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Pencipta yang tidak di ciptakan, Penguasa yang tidak dikuasai, karena atas intervensi Nya penulis berhasil menyelesaikan salah satu kewajiban akademik yang merupakan prasyarat dalam rangka meraih gelar Sarjana Sosial di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ucapan terimaksih tak lupa penulis haturkan kepada berbagai pihak yang ikut memberikan kontribusi dalam penyelesaian skripsi “Islam dan Sosialisme Telaah Atas Pemikiran Dan Aksi K.H. Ahmad Dahlan”. Adapun ucapan terimakasih penulis haturkan sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Amin Nurdin, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Agus Darmaji, M.Fils dan Ibu Dra. Wiwi Sajaroh, M. Ag selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Drs. Harun Rasyid, M.A dan Drs. Rifqi Muchtar, M.A selaku

Ketua dan Sekretaris Program Non Reguler Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak A. Bakir Ihsan, M. Si selaku Dosen Pembimbing atas semua dedikasi dan perhatiannya dalam memberikan masukan dan bimbingan selama proses penulisan skripsi.


(7)

6. Seluruh dosen dan staff pengajar pada Program Studi Pemikiran Politik Islam (PPI) yang telah sangat banyak memberikan sumbangan ilmiah selama penulis menempuh proses perkuliahan.

7. Seluruh jajaran, staff, dan petugas di Perpustakaan Utama UIN Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Perpustakaan Freedom Institute, Perpustakaan PP Muhammadiyah Kantor Jakarta yang telah membantu menemukan berbagai buku sumber terkait penyusunan skripsi.

8. Ucapan terimakasih dengan segala kerendahan hati tak lupa penulis ucapkan kepada kedua orang tua yang telah melahirklan, membimbing sehingga penulis bisa menduduki bangku perguruan tinggi. Kepada kakak serta adik-adik, Dini Mahdini, Agus Mahesa Fitri, Elang Sumartalaga, Noviarrizqoh, Ade Mahendra. Mohon maaf apabila jarang berkumpul dirumah.

9. Kepada seluruh teman-teman sepermainan di jurusan Pemikiran Politik Islam Angkatan 2004, Azwar Aziz, Achmad Chudori, Asep Muharudin, Ahmad Sa’di, Buchori, Fadil Zen, Ijudin Fahmi, Iin Sholihin, Indra Permana, Istina, Muksin, Mardiah (Fakultas Tarbiyah), Nurdin, Saiman Vidianata, Surono, Tauhid Hudini, Yulita, Yusuf Fadhli, Zulfikar. Ucapan spesial terimaksih penulis ucapkan kepada teman satu kotak Iyan Sofyan Hamid (v-onk), Nor Iskak, Pujiono walau dalam keadaan susah, senang, lapar, berhutang masih bisa bercanda, tertawa serta berdiskusi. Walaupun terkadang tiga mahluk


(8)

Tuhan teraneh tersebut mengggangu dan merusak konsentrasi selama proses penyusunan skirpsi.

10.Ucapan terimakasih dan penghargaan secara tulus tak lupa penulis sampaikan kepada teman-teman sepermainan dan seperjuangan di Menara 62. Ahmad Imam Mujadid Rais, Apep Fajar Kurniwan, Budi Wiryono, Bahtiar Dwi Kurniawan, Dian Rahmawati, Deni Wahyudi Kurniawan, Denden Firman Arif, Eri Ahmad Sunandar, Endang Tirtana, Eka Budi Santoso, Elyusra Muallimin, Herni Ramdlaningrum, Juniardi Firdaus, Jasra Putra, Lutfia Putri Ramadhani, Mashuri Mashuda, Muhammad Muzakir, Mulyoto, Riyadh Candrawati, Satia Candra Wiguna, Sanusi Ramadhan, Siti Fatimah, Umar Rahmat atas sumbangan moril maupun materil. Tak lupa penulis mengucapkan terimaksih kepada bidadari motivasi Aishe Gunawan, Imel Putri Dewi, Leni Wahyuni Kamal, Nova Herlina. Serta seseorang yang saat ini belum bisa disebutkan.

11.Tak lupa penulis mengucapkan terimaksih kepada Dr. Abdul Mu’ti. M.Ed, Dr. Lili Gani. M.Si, Drs. Muhammad Ihsan M.Si, Rizaludin Kurniawan M.Si, Raja Juli Antoni MA. Atas kepercayaannya mengelola berbagai program sehingga penulis mampu menyelesaikan kuliah


(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR

PENGESAHAN

...

ii

LEMBAR PERNYATAAN ...…. iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ...………. vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah . ...… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...…. 18

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 19

D. Metode Penelitian... 19

E. Sistematika Penulisan ...…….. 20

BAB II BIOGRAFI K.H. AHMAD DAHLAN A. Latar Belakang Keluarga ...…. 21

B. Latar Belakang Pendidikan ...… 23

C. Riwayat Organisasi dan Karir ...… 24

D. Karya - Karya ...……….. 25

E. Pokok- Pokok Pemikiran dan Rekam Jejak Pembaharuan Islam . 29 BAB III SOSIALISME DAN SOSIALISME ISLAM A. Sejarah dan Pengertian Sosialisme ... 41

B. Relasi Islam dan Sosialisme ...…. 59


(10)

BAB IV SOSIALISME AHMAD DAHLAN

A. Akar Sosialisme ...………….. 79 B. Teologi Sosialisme ...………... 87 C. Aksi-Aksi Sosialisme ...…….. 91

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...……….. 95 B. Saran ...………... 99 DAFTAR PUSTAKA ...…... 101


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara dan berdebat tentang ideologi adalah sebuah aktifitas yang menguras energi serta konsentrasi. Betapa tidak, mengingat dalam perjalanan peradaban manusia ideologi merupakan panduan yang bersifat ilmiah serta sakral, bahkan tidak jarang kita jumpai bagi para penganut ideologi tertentu, ideologi telah menjadi agama baru. Hal ini terjadi karena ideologi memiliki fungsi yang cukup signifikan yakni sebagai pusat rujukan, alat pemersatu bagi kelompok tertentu dalam merumuskan serta mewujudkan sebuah cita-cita yang dianggap ideal. Singkat kata ideologi harus ditanam dalam otak, dipahami, ditaati dan diamalkan. Jikalau tidak, maka konsekuensi yang timbul adalah lebelisasi tidak loyal bahkan penghianat terhadap amanat serta ketetapan yang telah dirumuskan dalam ideologi. Karena fungsinya sebagai alat pemersatu tidak jarang benturan antar ideologi terjadi. Hal ini terjadi karena adanya istilah kawan serta lawan dalam konteks persaingan antar ideologi.

Sosialisme yang kemudian bermetamorfosis menjadi sosialisme Indoensia adalah ideologi yang poluler serta dikembangkan oleh tokoh-tokoh masa pergerakan nasional merupakan ideologi import dari negeri Belanda. Di katakan import karena massifikasi wacana sosialisme di Indonesia diadopsi serta dipelajari dari beberapa tokoh yang mengenyam pendidikan hingga


(12)

tokoh-tokoh yang diasingkan di negeri Belanda oleh pemerintahan kolonial. Adalah Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang dipimpin oleh H.J.F.M. Sneevliet yang mempopulerkan pemikiran sosialisme di Indonesia. Namun selain ISDV menjadi partai yang mempopulerkan sosialisme di Indonesia, ada pula partai politik di Belanda yang berhaluan sosialis yang ikut memberikan kontribusi bagi perkembangan sosialisme Indonesia. Partai Pekerja Sosial Demokrat (Sociaal Democratische Arbeiders Partaij). SADP merupkan partai yang memperjuangkan agar Indinesia menjadi negara yang merdeka. Selain itu, SADP merupkan partai yang memperjuangkan kebijakan politik etis Belanda. Melaui jalur parlemen, SADP memperjuangkan keringan pajak, reformasi sistem peradilan hingga perbaikan nasib buruh di Indonesia.1

Namun ketika berbicara tentang sosialisme Indonesia, sesungguhnya benih-benih sosialisme telah tertanam di dalam kehidupan masyarakat Indonesia dengan istilah gotong-royong. Dalam konteks gerakan politik, benih-benih sosialisme telah berkembang di Indonesia pada tahun 1890 di Jawa Tengah dengan aktor gerakan kelompok petani. Gerakan politk tersebut tercatat dalam sejarah bangsa dengan gerakan Saminisme. Gerakan Saminsme diambil dari pelopor gerakan tersebut yang bernama Samin yang berkat kegigihanya mampu merekut 3000 kepala keluarga. Saminisme adalah gerakan pemberontakan kaum tani terhadap pemerintah kolonial yang dianggap melakukan politik eksploitasi. Bentuk gerakan protes tersebut di

1

Jeanne S. Mintz, Muhammad, Marx, Marhaen Akar Sosialisme Indonesia (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2003) cet II, h.29-30.


(13)

lakukan dengan cara memboikot (tidak mengakui) eksistensi pemerintahan kolonial, menolak membayar pajak. Adapun tuntutan Gerakan Saminisme adalah keinginan untuk menentukan nasib secara mandiri.2

Seperti halnya sosialisme di Barat, sosialisme Indonesia pun memiliki ragam corak. Mulai dari sosialisme sekuler -universal serta sosialisme religius. Sosialisme religius (Islam) memiliki dua corak sosialisme murni serta komunisme. Gerakan serta wacana sosialis-komunisme kemudian populer dengan zaman kiri Islam dan Islam Merah. Islam kiri berkembang sekitar tahun 1920-an yang bertujuan melakukan perlawanan terhadap praktik ekonomi kapitalis yang dipraktik oleh kaum penjajah. Sedangkan visi keislaman pada era Islam kiri adalah adanya upaya koalisi ideologis yang populer dengan istilah Islam dan sosialisme serta Islam dan komunisme. Dalam perjalananya, upaya memadukan antara Islam dengan sosialisme serta komunisme ternyata mengalami perkembangan yang cukup signifikan serta mampu menjadi kekuatan alternatif dalam melakukan gerakan perlawanan terhadap kekuatan ekonomi kapitalis yang dipraktikan oleh kaum penjajah.

Dari kubu Islam komunis muncul nama yang cukup populer yakni Haji Misbach yang kemudian terkenal dengan julukan haji merah. Haji Misbach menegaskan, untuk melakukan perlawanan terhadap kekuatan kapitalisme penjajah Belanda yang sangat eksploitatif serta menindas maka perlu di kembangkan sebuah ideologi yang memadukan antara kekuatan ideologi komunisme dengan Islam sebagai modal dalam melakukan perlawanan politik.

2


(14)

Dari asumsi tersebut Haji Misbach kemudian membuat pernyataan, apabila orang yang mengaku Islam tetapi menolak komunisme saya berani menyatakan ia bukanlah Islam yang sejati.3

Haji Misbach meyakini bahwa memperjuangkan masyarakat tanpa kelas sama rata sama rasa adalah sebuah cita-cita politik yang sangat mulia, oleh karenanya umat Islam perlu mengadopsi serta mempelajari ajaran komunisme serta mensinergikannya dengan ajaran Islam. Bagi Misbach salah satu tugas utama seorang muslim adalah menyelamatkan dunia dari praktik kesewenang-wenangan, kedzaliman dan kekejian orang-orang serakah yang munafik.4 Orang yang serakah, munafik itulah yang disebut kaum kapitalis oleh Haji Misbach, mengapa kaum kapitalis penting untuk dilawan. Haji Misbach memberikan argumentasi mengapa kaum kapitalis harus dilawan, bagi Haji Misbach kapitalisme identik dengan praktik menghisap dan menindas serta membuat rakyat sengsara.5 Atas dasar motifasi ingin membebaskan rakyat Indonesia dari cengkraman kapitalisme Belanda yang eksploitatif dan menindas Haji Misbach kemudian menggulirkan gagasan perpaduan ideologis antara Islam dan komunisme.

Misbach meyakini bahwa komunisme adalah salah satu modal dalam mewujudkan keselamatan dan kesejahteraan umat manusia, mengapa karena komunis merupakan jawaban serta kritik terhadap hegemoni kapitalisme. Kapitalisme bagi Misbach adalah ketamakan. Ketamakan inilah yang kemudian manusia menjadi cinta buta terhadap uang. Cinta buta terhadap uang

3

Nor Hiqmah, Haji Misbach Kisah Haji Merah (Jakarta : Komunitas Bambu, 2008), h. 31.

4

Hiqmah, Haji Misbach Kisah Haji Merah, h.32.

5


(15)

inilah yang kemudian melahirkan ketamakan, dan ketamakan akan melahirkan eksploitasi serta penindasan terhadap sesama manusia.6

Sedangkan dari kubu sosialisme Islam muncul nama H.O.S Tjokroaminoto, Tjokro seorang tokoh penggerak Sarekat Islam memiliki pemikiran bahwa eksploitasi ekonomi yang dipraktikan kaum penjajah memiliki akar ideologis kapitalisme, selanjut kapitalisme melahirkan kolonialisme. Berangkat dari asumsi tersebut Tjokro kemudian mengeluarkan gagasan tiga nilai pokok yakni kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan.7 Berangkat dari asumsi tersebut, Tjokro kemudian menyimpulkan bahwa tidak ada isme lain atau tidak ada sosialisme yang yang lebih indah dan mulia selain dari sosialisme Islam. Sosialisme Islam dalam pandangan Tjokro bukanlah sosialisme yang mengharamkan aktifitas umat manusia untuk menjadi kaya, namun sosialisme Islam menolak cara mendapatkan harta dengan cara-cara penindasan serta eksploitatif (riba), selain itu menurur Tjokro sosialisme Islam pun tidak melarang atau mengahambat keaktifan serta kegiatan orang lain.8

Dari kubu sosialisme sekuler-universal muncul nama Tan Malaka, seorang tokoh yang oleh banyak pengamat dianggap sebagai bapak pendiri Republik. Tan Malaka merupakan salah satu tokoh yang menghendaki adanya koalisi ideologis antara komunisme dengan Islam dalam rangka merebut serta mengusir penjajah di Indonesia Bagi Tan Malaka Islam sebagai sebuah agama

6

Hiqmah, Haji Misbach Kisah Haji Merah, h.39.

7

Nor Huda, Islam Nusantara, Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia (Yogyakarta : AR-RUZ Media, 2008) Cet. I. h, 418

8


(16)

memiliki ajaran-ajaran revolusioner yakni menghendaki sebuah tatanan kehidupan sosial bebas dari praktik penindasan serta eksploitatif. Selain itu Islam pun menganjurkan kepada pemeluknya agar menjauhkan diri dari budaya eksploitatif serta menindas. Niat Tan Malaka untuk memadukan antara ideologi komunis dengan Islam disampaikan pertemuan sidang komitren komunis Internasional. Gagasan tentang koalisi ideologis disampaikan oleh Tan Malaka dalam pidatonya di arena Kongres Internasional Komunis keempat

“Pan Islamisme punya sejarah panjang. Pertama saya ingin bercerita tentang pengalaman kami berkerjasama dengan kelompok muslim di Hindia. Kami berkerjasama dengan Sarekat Islam yang memiliki satu juta mungkin juga tiga atau empat juta. Namun karena ada kritik yang tidak mengenakan terjadi perpecahan. Namun kami membangun hubungan kembali dengan Sarekat Islam.”9

Tak cukup sampai disitu, Tan Malaka pun mengingatkan agar para pemimpin Partai Komunis tetap menjaga hubungan baik dengan tokoh-tokoh Sarekat Islam. Selain itu Tan Malaka juga mengingatkan tentang pentingnya memelihara dan mempertahankan persatuan antara Partai Komunis dengan Sarekat Islam. Menurut Tan Malaka perpecahan antara Partai Komunis dan Sarekat Islam hanya akan mempersulit langkah politik dalam mengusir penjajah. Sarekat Islam dan Partai Komunis mempunyai misi politik yang sama yakni mengusir imperialisme Belanda. Bagi Tan Malaka perpecahan antara Partai Komunis dan Sarekat Islam merupakan langkah politik adu domba yang dilakukan kaum imperialis. Semakin sengitnya perbedaan antara Partai Komunis dan Sarekat Islam akan berakibat munculnya kesempatan

9


(17)

yang sangat luas kaum imperialis untuk melumpuhkan gerakan kemerdekaan Indonesia.10

Sebagai seorang nasionalis-komunis Tan Malaka pun pernah melakukan kritik terhadap Darsono yang dianggap telah menjauhkan Partai Komunis dengan Sarekat Islam. Selain upaya konsolidasi antara kelompok komunis dengan Islam, Tan Malaka pun melakukan sebuah sikap politik akomodatif dengan cara ikut menyetuji perbaikan peraturan penyelenggaraan ibadah haji. Atas berbagai upaya yang dilakukan oleh Tan Malaka dalam rangka mempersatukan antara kelompok Islam dan Komunisme sebagai modal politik untuk melakukan perjuangan mengusir kelompok imperialis Belanda mendaptkan perhatian dari kelompok Islam, diantaranya adalah Muhammadiyah, bahkan ketika Muhammadiyah sempat mengundang Tan Malaka untuk memberikan pidato tentang komunisme, niat baik dari Muhammadiyah pun disambut baik namun sayang Tan Malaka keburu ditangkap oleh pemerintah kolonial.11

Sebagai seorang tokoh komunis yang juga seorang muslim, Tan Malaka Memang memiliki ketertarikan yang cukup serius terhadap gagasan Pan Islamisme yang kebetulan juga berkembang di Indonesia. Dalam pandangan Tan Malaka gagasan Pan Islamisme merupakan gagasan perjuangan seluruh bangsa muslim di dunia termasuk di Indonesia, Pan Islamisme bukan hanya perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan

10

Majalah Tempo, “Bapak Republik Yang Dilupakan”, h. 52.

11


(18)

kapitalisme Belanda tetapi terhadap seluruh kekuatan jaringan kapitalisme internasional.12

Selain Tan Malaka, Pemikiran sosialisme Sutan Sjahrir merupakan salah satu tokoh yang cukup ikut memberi warna dialetika sosialisme di tanah air. Sosialisme Sjahrir adalah sosialisme yang mengacu pada konsep kerakyatan. Bagi Sjahrir, Indonesia dapat dikatakan telah menerapkan sosialisme manakala ekonomi didasarkan atas kepemilikan bersama. Karena kepemilikan bersama menurut Sjahrir distribusi pendapatan janganlah hanya terkonsentrasi ditangan kelompok pemilik harta yang telah mapan . Karena hal ini dapat menimbulkan disharmoni antara kelompok pemilik harta dengan kelompok rakyat kecil. Ketika distribusi pendapatan hanya terkonsentrasi ditangan kelompok pemilik harta yang telah mapan, maka keadilan, kebahagian serta kemakmuran akan sulit direalisasikan.13

Sosialisme kerakyatan kemudian dijabarkan dalam beberapa kebijakan, pertama. Penghapusan kewajiban pajak bagi individu yang berpenghasilan dibawah standar. Kedua, Jaminan sosial bagi pekerja yang meliputi jaminan kesehatan serta asuransi bagi pekerja yang mengalami kecelakaan dalam bekerja. Jaminan sosial bagi para Manula serta pekerja yang telah pensiun. Ketiga, Pelarangan kerja bagi anak dibawah usia lima belas tahun. Keempat, pelarangan bekerja bagi wanita yang sedang hamil. Kelima, mengatur distibusi pendapatan agar tidak terkonsentarsi ditangan sekelompok orang. Keenam, mewujudkan hak atas kesehatan serta hak atas pendidikan bagi rakyat.

12 Majalah Tempo, “Bapak Republik Yang Dilupakan”, h. 53.

13 Sutan Sjahrir, Sosialisme Indonesia Pembangunan (Jakarta : LEPPENAS, 1986) h. 297.


(19)

Ketujuh, menghapuskan sistem kerja paksa. Kedelapan, Penguasaan aset-aset vital, kekayaan alam oleh negara bagi kepentingan rakyat serta menghilangkan ketergantuan terhadap modal asing.14 Dengan demikian puncak dari sosialisme Sjarir adalah mempertahankan serta memperjuangakan eksistensi negara kesejahteraan. Dengan konsep dasar kebijakan bernama kebijakan jaminan kemakmuran.

Ketika sosialisme kerakyatan menjadi basis pemikiran sosialisme Sjahrir maka sebagai konsekuensinya Sjahrir menegaskan bahwa sosialisme akan sangat berguna manakala dioperasionalkan dengan cara-cara yang menolak kekerasan serta diktatorianisme. Karena diktatorianisme serta kekerasan bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi. Bagi Sjahrir salah tujuan utama politik sosialisme adalah membebaskan rakyat dari praktik totaliter yang absolut. Ketika praktik politik totalitarian merajalela maka kemandirian serta kebebasan rakyat akan terkubur.15 Dari uraian tersebut, dapat dikatakan Sjarir menolak konsep praktik sosialisme yang dijalankan oleh Lenin dengan konsepnya bernama diktator ploretar.

Seperti tokoh sosialisme-komunisme lainnya, plihan Sjarir untuk mengumandangkan serta mengkampanyekan sosialisme berdasar pemikirannya bahwa kapitalisme merupakan ideologi serta sistem ekonomi-politik yang menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini terjadi karena kapitalisme cenderung eksploitatif serta menciptakan disharmoni sosial –

14

Sjahrir, Sosialisme Indonesia Pembangunan,h.65-67.

15


(20)

politik. Dan yang terpenting pula bagi Sjahrir kapitalisme mengahncurkan derajat manusia.

Pada fase pergerakan nasional bangsa, salah satu fenomena yang cukup menarik adalah menjamurnya berbagai organisasi, mulai dari organisasi sosial- kemasyarakatan hingga organisasi politik. Salah satu organisasi kemasyarakatan yang ikut tumbuh dan berkembang adalah Muhammadiyah, sebuah organisasi yang terlahir dari hasil kreasi spektakuler K.H. Ahmad Dahlan. Melalui perjuangan Ahmad Dahlan, kini Muhammadiyah memiliki 1132 Sekolah Dasar, 1769 Madrasah Ibtidaiyah/ Madrasah Diniyah, 1184 Sekolah Menengah Pertama, 534 Madrasah Tsanawiyah, 511 Sekolah Menengah Atas, 263 Sekolah Menengah Kejuruan, 172 Madrasah Aliyah, 67 Pondok Pesantren, 55 Akademi, 4 Politeknik, 70 Sekolah Tinggi, 36 Universitas, 345 amal usaha kesehatan, 330 panti asuhan dan panti santunan, 190 Baitul Mal Wa Tamwil, 880 Koperasi warga Muhammadiyah.16 Dengan amal usaha yang bertebaran maka wajar almarhum Nurcholis Madjid menyebut Muhammadiyah sebagai cerita sukses gerakan Islam di Indonesia.

Dalam lembaran sejarah Ahmad Dahlan adalah salah satu tokoh yang mendapatkan lebel “kafir” dan “liberal” pada zamannya. Lebel “kafir” dan “liberal” ia dapatkan akibat keberaniannya menentang arus masyarakat. Aksi menentang arus Ahmad Dahlan merupakan buah ijtihadnya yang sengat kental aroma pemurnian serta pembaharauan. Pembaharuan yang ia lakukan bukan

16 PP Muhammadiyah, Profile Muhammadiyah. (Yogyakarta : PP Muhammadiyah, 2005) h.viii.


(21)

hanya dalam ranah wacana namun ia aplikasikan ke dalam seluruh sektor kehidupan. Mulai dari ranah agama, sosial serta pendidikan.

Dari sepak terjangnya, baik pemikiran maupun tindakan yang cukup kontroversi, ternyata apa yang dilakukan oleh Dahlan tidak lah sia-sia, lewat kreasi serta inovasinya yang sangat jenius ternyata mendapatkan pengakuan “abadi” bahkan bisa dirasakan serta diparktikan hingga saat ini. Dan yang terpenting pula dari jerih payah serta perjuangan yang dilakukan oleh Dahlan mendapatkan apresiasi oleh elemen anak bangsa dengan gelar tokoh pembaharu. Bukan hanya oleh anak bangsa, upaya serta perjuangannya pun di apresiasi oleh negara dalam bentuk gelar pahlawan nasional.

Terlepas dari pengahargaan yang didapatkan sebagai tokoh pembaharu, sesungguhnya Ahmad Dahlan adalah tokoh yang memiliki karakter sosialis yang cukup kuat baik dalam pemikiran maupun amalan sosial yang ia rumuskan serta praktikan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini bisa dilihat dari bagimana komitmen serta keberpihakan Dahlan terhadap kaum dhuafa. Dengan gagasan penolong kesengsaraan umum Dahlan mencoba melakukan pembenahan terhadap nasib umat yang relatif terbelakang terutama terhadap mereka yang hidup dalam pelukan kemiskinan. Tak tanggung-tanggung Dahlan dan rekan-rekannya pun mendirikan berbagai fasilitas publik yang bisa dinikmati oleh kaum papa. Dan penting pula untuk dicatat, komitmennya terhadap nasib kaum dhuafa yang terbelakang justru terinsiprasi dari Al Qur’an surat Al Ma’un yang secara tegas memberikan ciri-ciri tentang pendusta agama. Sebuah wahyu dari Tuhan yang menggambarkan tentang


(22)

pentingnya agama memberikan kontribusi nyata terhadap berbagai persoalan kemanusiaan.

Apa yang dikerjakan Ahmad Dahlan sesunggunya adalah sebagai upaya untuk mewujudkan perubahan sosial masyarakat Indonesia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. Perubahan sosial yang di agendakan serta di cita-citakan oleh Ahmad Dahlan adalah perubahan yang melahirkan kemajuan umat Islam yang sedang mengalami keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan.

Dalam perspektif kalam apa yang dilakukan Ahmad Dahlan tidak lain adalah sebuah upaya penerjemahan secara praksis dari konsep ketauhidan yang tertuang dalam konsepsi ketauhidan Islam. Fenomena kemiskinan yang dibumbui eksploitasi terhadap sesama manusia merupakan fenomena yang tidak tauhid. Karena tauhid yang jernih, seimbang akan melahirkan keadilan sosial, karena tauhid menuntut di tegakannya keadilan sosial.17 Dengan demikian menyantuni yang miskin dengan memberikan akses pendidikan dan kesehatan tak lain merupakan bentuk kesatuan tujuan hidup yakni kebahagian dunia, konsep kesatuan kemanusiaan dimana semua manusia berhak mendapatkan pelayaanan sosial tanpa memandang status sosial serta kedudukan.

Konsep kalimat keesaan Allah, haruslah diturunkan serta diaplikasikan secara progersif, konsep keesaan Allah mencakup empat kesatuan, yaitu

17

Muhammad Amin Rais, Membangun Politik Adiluhung Membumikan Tauhid Sosial Menegakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Bandung : Zaman Wacana Mulia, 1998), h.125-126 .


(23)

kesatuan penciptaan, kesatuan kemanusiaan, kesatuan pedoman hidup, kesatuan tujuan hidup.18

Dari pendekatan kalam, apa yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan adalah perpaduan antara kalam yang bersifat teoposentris diimbangi oleh kalam yang bersifat antroposentris (landasan praksis sosial) dalam rangka mengamalkan ajaran sosial yang tertuang di dalam wahyu.

Dalam konteks fungsi agama, apa yang di lakukan Dahlan adalah sebuah upaya untuk melebarkan fungsi agama dari sekedar fungsi legitimasi eksitensi Tuhan serta kebenaran ajaran agama di perluas menjadi fungsi kritik sosial sekaligus sebagai fungsi perbaikan sosial.19

Dengan demikian salah satu identitas pembaharuan yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan dalam lingkup agama adalah bahwa agama merupakan sumber inspirasi serta legitimasi dalam melakukan pembongkaran, penghapusan fenomena yang tidak Islami (kemiskinan, kebodohan, penindasan). Singkat kata iman, sholat harus berbanding lurus dengan tanggung jawab serta kepekaan sosial.

Argumentasi yang dijabarkan diataslah yang melatarbelakangi mengapa penulis mengambil tema pembahasan tentang sosialisme Ahmad Dahlan yang kemudian terangkum dengan judul Islam dan Sosialisme Telaah Atas Pemikiran Dan Aksi K.H. Ahmad Dahlan. Tema tersebut diambil sebagai upaya untuk memperkenalkan wajah lain dari Ahmad Dahlan yang selama ini dikenal sebagai tokoh pembaharu di mata publik. Dengan memperkenalkan

18

Rais, Membangun Politik Adiluhung,h. 124 .

19

Achmad Jainuri, Ideologi Kaum Reformis Melacak Pandangan Keagamaan Muhammadiyah Pada Periode Awal. (Surabaya : LPAM, 2005), h. 80


(24)

wajah lain Ahmad Dahlan diharapakan bisa memperkaya dialektika pembahasan sosok yang dicap “kafir dan liberal” di zamannya.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk lebih memfokuskan pembahasan tentang pemikiran sosialisme K.H. Ahmad Dahlan, maka pembatasan masalah dalam tulisan ini mencakup akar sosialisme Ahmad Dahlan, teologi sosialisme Ahmad Dahlan, dan aksi-aksi sosialisme apa saja yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan

Sedangkan perumusan masalah pada penulisan akan mengeksplorasi bagaimana pemikiran sosialisme Ahmad Dahlan serta bagaimana praktik sosialisme yang dijalankan oleh Ahmad Dahlan

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Memberikan perspektif baru dalam pembahasan tentang sosok tokoh berpengaruh yang pernah hidup di Republik ini yang bernama Ahmad Dahlan yang selama ini lebih populer sebagai tokoh pembaharu.

2. Menelaah secara mendalam corak sosialisme Ahmad Dahlan

3. Untuk memenuhi tugas akhir serta kewajiban akademis dalam rangka menyelesaikan program S1

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah didapatkannya gambaran tentang kerangka berfikir serta praktik keagamaan yang bercorak sosialis dari salah seorang pahlawan nasional (Ahmad Dahlan)


(25)

yang turut memberikan kontribusi dalam upaya melakukan pencerahan dalam perjalanan sejarah bangsa terutama dalam hal mengubah kondisi sosial masyarakat.

D. Metode Penelitian

Pembahasan tentang Islam dan Sosialisme Telaah Atas Pemikiran Dan Aksi K.H. Ahmad Dahlan menggunakan metode kualitatif. Ada pun teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulan berbagai dokumen yang bersumber dari buku, jurnal, majalah, koran (studi pustaka) yang bertemakan seputar sosok, serta pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan bahan-bahan terkait pembahasan skripsi. Sedangkan metode pembahasan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam tulisan ini terdiri dari lima bab. Bab pertama, berisikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan. Bab dua akan membahas tentang biogarfi KH Ahmad Dahlan, yang terdiri dari latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan, pokok-pokok pemikiran K.H. Ahmad Dahlan serta karya Ahmad Dahlan. Rekam jejak pembaharuan Islam Ahmad Dahlan, riwayat karir serta organisasi Ahmad Dahlan. Bab tiga sebagai kerangka teori mencoba mengeksplorasi tentang sosialisme, dengan tema pembahasan sejarah sosialisme dan pengertian


(26)

sosialisme. Selain itu, pada bab tiga juga akan membahas tentang sosialisme Islam serta relasi antara Islam sebagai agama samawi dengan sosialisme yang merupakan produk kebudayaan barat. Bab empat, mencoba menguraikan tentang sosialisme perspektif K.H. Ahmad Dahlan. Pada bab ini akan mengulas serta melacak akar sosialisme Ahmad Dahlan, teologi sosialisme Ahmad Dahlan, aksi-aksi sosialisme Ahmad Dahlan yakni penolong kesengsaraan umum. Sedangkan bab lima yang merupakan bab terakhir dalam tulisan ini berisikan tentang kesimpulan terhadap pemikiran, serta parktik keagamaan yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan dalam bingkai sosialisme religius.


(27)

BAB II

BIOGRAFI K.H. AHMAD DAHLAN

A. Latar Belakang Keluarga

K.H Ahmad Dahlan merupakan putra ke empat dari pasangan Siti Aminah dan K.H. Abu Bakar. Beliau dilahirkan di Kauman Yogyakarta pada tahun 1886 dengan nama asli Muhammad Darwis. K.H. Ahmad Dahlan mempunyai enam saudara kandung, Nyai Khotib Harun, Nyai Muchsin atau Nyai Lurah Achamad Nur, Nyai Muhammad Saleh, Nyai Haji Abdurrahman, Nyai Haji Muhammad Faqih dan Muhammad Basir.20

Dari garis keturunan ibu Ahmad Dahlan merupakan cucu Penghulu Keraton Yogyakarta yaitu K.H. Ibrahim, sedangkan dari garis keturunan ayahnya Ahmad Dahlan memiliki garis keturunan (hubungan darah) dengan Maulana Malik Ibrahim. Ayah Ahmad Dahlan adalah putra K.H. Sulaiman dari ayah K.H Murtadla yang ayahnya Ki Demang Juru Kapisan, adalah putra Maulana Sulaeman yang dikenal dengan Kiai Ageng Gribig dari Maulana Fadlullah. Dari Maulana Fadlullah inilah garis keturunan Ahmad Dahlan memiliki hubungan darah dengan Maulana Malik Ibrahim. Maulana Malik Ibrahim dikenal sebagai penyiar Islam di daerah Jawa Timur tepatnya di Gresik sekitar abad ke 15. Salah seorang putera Malik Ibrahim bernama Maulana Ishaq yang memiliki putera benama Maulana ‘Ainul Yaqin.

20

Abdul Munir Mulkhan, Pesan dan Kisah Kyai Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah (Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2007), h. 6-7.


(28)

Pada Usia 24 tahun, Ahmad Dahlan menikah dengan Siti Walidah. Dari

perkawinannya dengan Siti Walidah, Ahmad Dahlan dikaruniai enam orang anak yakni Siti Johanah (lahir tahun 1890), Siraj Dahlan (lahir tahun 1898), Siti Busyro (lahir tahun 1903), Siti Aisyah (lahir tahun 1905), Irfan Dahlan (lahir kembar bersama Siti Aisyah), Siti Zuharoh (lahir tahun 1908).

Selain menikah dengan Siti Walidah, Ahmad Dahlan juga menikah dengan empat orang janda yaitu Nyai Haji Abdullah yang kemudian di karuniai seorang anak bernama R. Duri. Ahamad Dahlan juga menikahi Nyai Rum yang kemudian mempunyai anak namun meninggal semasa bayi. Dari pernikahannya dengan Nyai Aisyah beliau dikaruniai seorang anak yang bernama Dandanah. Dan janda terakhir yang dinikahi adalah Nyai Sholihah, dari pernikahannya dengan Nyai Sholihah Ahmad Dahlan tidak mendapatkan keturunan.21

Sepulang dari ibadah haji, Muhammad Darwis kemudian berganti nama menjadi Ahmad Dahlan, beliau wafat ada tanggal 23 Februari 1923 setelah menderita sakit yang berkepanjangan. Atas berbagai jasanya, Ahmad Dahlan mendapatkan gelar Pahlawan Nasional dari pemerintah melalui Surat Keputusan Presiden No 657 Tahun 1961. Adapun dasar penetapan pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Ahmad Dahlan adalah.22

1. K.H. Ahmad Dahlan merupkan pelopor gerakan kebangkitan umat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat

21

Mulkhan, Warisan Intelektual K.H, Ahmad Dahlan dan Amal Muhammadiyah, h. 62 .

22


(29)

2. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam

3. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam

4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria

B. Latar Belakang Pendidikan

Ahmad Dahlan adalah seorang tokoh yang tidak pernah mengeyam dan atau mendapatkan pendidikan secara formal dengan memasuki sekolah tertentu, namun ia mendapatkan pelajaran secara otodidak serta berguru kepada seorang ahli atau kepada para ulama. Selain mendapatkan pendidikan membaca dan menulis dari ayahnya, Ahmad Dahlan pun berguru kepada beberapa Ulama. Ahmad Dahlan mempelajari ilmu fiqih dari K.H. Muhammad Shaleh, belajar ilmu nahu kepada K.H. Muchsin dan K.H. Abdul Hamid, Ilmu Falaq di pelajarinya dari K.H. Raden Dahlan. Dari K.H. Kiai Mahfud Dahlan mempelajari ilmu fiqih dan hadits, Syekh Khayyat merupakan guru Ahmad Dahlan dalam mempelajar ilmu hadits. Belajar qiroatul qur’an kepada Syekh Amin dan Sayyid Bakri Satock. Ilmu hadits pun ia pelajari dari Mufti Syafii dan Sayyid Ba-bussijjil, untuk ilmu falaq Dahlan belajar


(30)

kepada Syekh Misri Makkah. Selain ilmu agama, Dahlan mempelajari ilmu pengobatan dan racun kepada Syekh Hassan.

Ketika bermukim di Mekkah, Ahmad Dahlan pun berguru kepada beberapa ulama diantaranya Syekh Muhammad Khatib dari Minangkabau, Kiai Nawawi dari Banten, Kiai Mas Abdullah dari Surabaya, Kiai Faqih dari Pondok Mas Kumbang Gresik. Selain berguru kepada beberapa ulama Ahmad Dahlan pun banyak membaca karya-karya Imam Al Ghazali, Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridho.

C. Riwayat Organisasi dan Karir

Sebelum fokus pada Muhammadiyah, Ahmad Dahlan pernah aktif dan menjadi pengurus organisasi kemasyarakatan baik organisasi bercorak nasionalis maupun Islam. Pada tahun 1910 Ahmad Dahlan bergabung di dalam kepengurusan Jamiat Khair dan menjadi anggota ke 770. Selain itu Dahlan pun bergabung aktif di dalam Sarikat Islam baik sebagai anggota maupun penasehat. Menjadi anggota sekaligus penasehat organisasi Budi Utomo cabang Yogyakarta. Anggota Pantia Tentara Pembela Kanjeng Nabi Muhammad S.A.W.23 Selain menjadi pengurus dari berbagai organisasi yang telah diuraikan.

Selain aktif diberbagai organisasi kemasyarakatan, Ahmad Dahlan pun pernah menjadi tenaga pengajar dibeberapa sekolah. Diantaranya,

23

Junus Salam, Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya (Jakarta : Depot Pengadjaran Muhammadiyah, Cet II. 1968), h. 10.


(31)

Kweekscholl (sekolah khusus para raja) di Jetis Yogyakarta, Sekolah Pamong Praja (Opleidingschool voor Inlandsch Amtenaren) di Magelang.24

Selain menjadi tenaga pengajar, Dahlan pun pernah menjadi tenaga khotib di Masjid Keraton Yogyakarta. Dari profesinya sebagai khotib Dahlan mendapat gaji sebesar 7 Gulden. Di sela-sela aktifitasnya sebagai tenaga pengajar, khotib Masjid Keraton. Dahlan pun mengerjakan aktifiats ekonomi dengan cara berjualan batik di tanah Jawa serta sempat pula berdagang di Medan Deli.25

D. Karya - Karya

Sebagai tokoh yang lebih mengedapankan aksi dan atau amal dalam kehidupan, ketika kita hendak melacak karya tulis Ahmad Dahlan kita akan sulit menjumpai. Hal ini karena memang Ahmad Dahlan bukanlah tipe tokoh yang gemar mengumpul teori serta pemikirannya dalam bentuk sebuah buku atau pun jurnal. Namun dalam sepanjang perjuangan hidupnya, Ahmad Dahlan pernah mengeluarkan risalah dalam sebuah pidato pengantar yang disampikan dalam kongres Muhammadiyah tahun 1922, naskah pidato tersebut berjudul kesatuan hidup manusia.

Kesatuan hidup manusia, adalah renungan bahkan dapat dikatakan pesan K.H. Ahmad Dahlan tentang rambu-rambu dalam kehidupan manusia. Rambu - rambu tersebut diantaranya.26

24

Salam, Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan, h. 9.

25

Salam, Riwayat Hidup K.H. ahmad Dahlan, h. 8-9.

26


(32)

1. Meskipun manusia memiliki kebangsaan yang berbeda namun harus tetap bersatu, hal ini dikarenakan karena manusia merupakan satu keturunan yang berasal dari nabi Adam. Kesatuan manusia akan menimbulkan perdamaian serta kesejahteraan dalam kehidupan.

2. Persatuan serta kedamaian dunia bisa tercipta apabila seorang pemimpin memiliki karakteristik kepemimpinan yang kuat. Salah karakteristik pemimpin yang menyebabkan kerusakan dimuka bumi adalah lemahnya persatuan di antara para pemimpin, akibat perpecahan ini maka yang timbul adalah konflik di antara para pemimpin. Persatuan dan kedamaian dalam dunia pun bisa dirusak oleh para pemimpin manakala para pemimpin tidak memiliki konsistensi antara perbuatan dengan ucapan. Selain itu, pemimpin pun akan membuat kerusakan dimuka bumi manakala para pemimpin belum menaruh perhatian secara serius terhadap kebaikan dan kesejahteraan manusia. Hal ini terjadi karena para pemimpin sibuk memikirkan kesejahteraan dirinya sendiri serta kelompoknya. 3. Untuk menuju jalan persatuan umat, maka ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan. Pemimpin dalam memimpin harus mengetahui karakteristik umat yang dipimpinnya, kondisi sosiologis, serta adat-istiadat. Dalam mengambil keputusan pemimpin harus berfikir jernih tanpa harus tergesa-gesa.

4. Selanjutnya sebagai jalan menuju persatuan umat, para pemimpin harus bisa berinovasi (ijtihad) serta tidak tabu terhadap sesuatu yang baru (ilmu pengetahuan), karena bisa jadi sesuatu yang baru bisa berguna dan


(33)

merupakan jalan menuju kebenaran serta kebahagian. Aspek yang lainnya yang harus diperhatikan pemimpin adalah menjahui sikap diskriminatif terhadap umat manusia yang memiliki perbedaan kebangsaan, dalam mengambil keputusan pemimpin hendaknya bersumber kepada hukum yang syah, akal sehat serta hati yang suci.

5. Jalan mencapai maksud dan tujuan manusia. Setiap manusia mempunyai kehendak, dan ketika berbicara kehendak maka manusia memiliki maksud dan tujuan. Sesungguhnya tujuan utama manusia adalah keselamatan serta kebahagian dunia dan akhirat, untuk mewujudkan tujuan itu maka harus mempergunakan akal yang sehat. Akal yang sehat adalah akal yang mampu memilih hal dengan cermat serta pertimbangan yang diikuti oleh sikap memegang teguh hasil keputusan.

6. Kebutuhan utama manusia. Setiap manusia memiliki serta mempunyai kebutuhan, selain kebutuhan makan dan harta benda, ada pula kebutuhan manusia yang lebih penting yakni kebutuhan akan pendidikan. Pendidikan merupakan alat untuk pencerdasan akal manusia. Orang yang pintar itu memahami sesuatu yang mendatangkan kesenangan dan kesusahan, sedangkan orang bodoh adalah sebaliknya. Orang pintar selalu berikhtiar dengan sunguh-sungguh mencari jalan yang menyenangkan serta menghindari dari kondisi yang mengarah kepada kesusahan dan penderitaan. Akan tetapi sesungguhnya orang yang pintar namun melalaikan petunjuk Allah dan tidak ingat akan takut kepada Allah secara pasti walau perlahan akan terjerumus kedalam kesusahan serta kealpaan.


(34)

Selain Tali Pengikat Hidup, Ahmad Dahlan pun pernah membuat sebuah prasaran pidato yang berjudul Persatuan Dunia Islam. Pernyataannya tersebut disampikan dalam acara Kongres Umat Islam tahun 1922 yang ia gagas bersama Cokroaminoto di Cirebon. Adapun Persatuan Umat Islam yang dijabarkan oleh Ahmad Dahlan adalah. 27

1. Persatuan dunia Islam adalah sesuatu yang harus dituju oleh umat Islam, semua orang Islam harus menjadi satu badan sehingga memiliki daya guna.

2. Pergerakan umat Islam hendaknya mengaruh kepada satu tujuan yakni keselamatan dunia, keselamatan akhirat serta perdamaian umat manusia. 3. Setiap pembicaraan yang menyangkut umat Islam hendaknya dibicarakan

secara bersama, orang Islam hendaknya jangan tabu dalam melakukan kerjasama dengan siapa pun untuk keperluan hidup semua orang.

4. Sekarang ini dapat dikatakan sebagai masa menuju kebangkitan Islam, hal ini ditandai dengan banyaknya organisasi berazaskan Islam. Selain itu sekarang pun kita dapat melihat begitu banyak organisasi Islam seperti Sarekat Islam, Muhammadiayah dan lain-lainnya.

5. Islam sejati adalah sesuatu yang harus diperhatikan oleh umat Islam dalam rangka menuju keselamatan. Islam sejati adalah Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan sunnah sekaligus menghargai akal sehat dan ilmu pengetahuan. Islam sejati pun harus di imbangi oleh upaya mencegah

27

Syaifullah, “Pemikiran Politik Muhammadiyah Dari Ahmad Dahlan Hingga Amin Rais,” Jurnal Tanwir Volume I (Mei 2003) : h. 17.


(35)

kemungkaran serta menyeru kepada kebaikan (amar ma’ruf nahi munkar) serta tolong-menolong.

E. Pokok- Pokok Pemikiran dam Rekam Jejak Pembaharuan Islam Sebelum membahas tentang pokok-pokok pikiran K.H. Ahmad Dahlan, terlebih dahulu akan dijabarkan beberapa relasi pemikiran tokoh-tokoh pembaharu Islam pada abad ke 19 yang merupakan sumber inspirasi serta memiliki keterkaitan dengan pemikiran serta praktik keagamaan yang difahami serta dipraktikan oleh Ahmad Dahlan.

1. Muhammad Abduh. Lahir di Mesir tahun 1849 M/ 1226 H, merupakan salah satu murid serta teman seperjuangan Jamaluddin al-Afghani. Adalah tokoh yang menyadari akan pentingnya memahami dan menguasai ilmu-ilmu umum (barat), selain itu salah satu ciri khas dari pemikiran Abduh adalah tentang pentingnya membuka pintu ijtihad secara lebar dan luas dikalangan umat Islam mana kala tidak ditemukan kepastian secara ekplisit dari sumber hukum Islam yakni Al Qur’an dan Hadis. Bagi Abduh salah satu sebab kemunduran umat Islam adalah karena adanya budaya jumud yang sangat kokoh dikalangan umat Islam, salah bentuk kejumudan itu adalah kebekuan dalam memahami ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadis. Masih menurut Abduh, fanatisme terhadap para mujtahid seperti Imam Syafi’i, Maliki, Hambali dan Hanafi juga merupakan salah satu sebab mengapa budaya jumud lahir dan berkembang


(36)

dengan subur dikalangan umat Islam.28 Dari uraian singkat tentang Muhammad Abduh, di dapatkan sebuah titik temu antara Abduh dan Ahmad Dahlan yakni kedua tokoh tersebut tidak mendikotomikan antara ilmu umum (barat) dengan ilmu agama. Serta kedua tokoh tersebut memiliki kesamaan tentang pentingnya sebuah ijtihad. Masih dalam kerangka kesamaan berfikir antara Abduh dan Ahmad Dahlan, kedua tokoh tersebut merupakan tokoh yang sama-sama tidak berafiliasi terhadap salah satu empat mazhab imam (bebas mazhab)

2. Jamal al-Din al-Afghani. Merupakan tokoh perintis gerakan anti imperialisme barat, karena sikapnya yang anti terhadap imperealisme barat maka Afghani mengeluarkan sebuah gagasan politik yang bernama Pan Islamisme. Pada saat tinggal di Paris Afghani bersama Muhammad Abduh mendirikan sebuah perkumpulan berskala internasional yang diberi nama Al-Urwah al-Wusqha. Adapun tujuan didirikan organisasi tersebut adalah untuk mengembalikan kejayaan serta martabat Islam, membersihkan umat Islam dari praktik penyimpangan serta membebaskan umat Islam dari praktik imperialisme barat. Afghani merupakan tokoh muslim modernis yang menginginkan perumusan ulang terhadap warisan masa lampau, seperti kehidupan nabi dan kehidupan generasi salaf dengan menghidupkan semangat ijtihad. Melalui pembaharuan Afghani meyakini umat Islam akan menjadi kuat dalam melawan dominasi barat. Seperti tokoh modernis lainnya, Afghani pada hakikatnya ingin menjadikan Islam

28


(37)

sesuai dengan pemikiran barat modern dan ilmu pengetahuan yang berkembang ketika itu. Namun diantara sikap moderatnya itu Afghani tetap menganjurkan umat Islam tetap memegang teguh sumber hukum Islam (al - Qur’an dan Hadis). Secara umum gagasan yang dikumandangkan oleh Afghani adalah, pertama. Membangkitkan kesadaran bangsa timur tentang perlunya memahami serta membaca penyebab kemunduran umat Islam sekaligus mencari solusi penyelesaiannya. Kedua, Menumbuhkan sikap optimisme dikalangan umat Islam terhadap potensi kebangkitan yang dimiliki oleh umat Islam. Ketiga, mengajak umat Islam untuk kembali kepada sumber ajatan Islam yang benar (al- Qur’an dan Hadis) dan mengikuti praktik kegamamaan Islam murni seperti yang dipraktikan oleh generasi salaf. Keempat, membuang persepsi dikalangan umat Islam bahwa mereka tidak dapat membangun peradaban maju selama berpegang pada ajaran agama. Kelima, memberikan akses inforamsi kepada umat Islam tentang perkembangan politik, sains, tekhnologi dan budaya masyarakat barat. Keenam, menguatkan solidaritas dikalangan umat Islam.29 Pada point ini terdapat titik temu pemikiran antara Ahmad Dahlan dengan Afgahni, titik temu tersebut adalah kesamaan tentang keinginan untuk mempraktikan serta mengupayakan apa yang disebut dengan Islam murni (salafisme), titik temu berikutnya diantara kedua tokoh tersebut adalah adanya kesamaan cita-cita yakni ingin merubah nasib serta kondisi umat Islam agar terbebas

29


(38)

dari berbagai penyakit sosial seperti keterbelakangan, selain itu kedua tokoh tersebut pun sama-sama berpedoman kepada Al Qur’an, Sunnh dan Ijtihad dalam melakukan proses perubahan sosial terhadap umat Islam. Titik temu kedua tokoh tersebut berikutnya adalah sama-sama mengambil sesuatu yang positif dari kebudayaan barat tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

3. Rasyid Ridha. Berbicara tentang Rasyid Ridha adalah berbicara tentang Abduh dan Afghani, mengingat baik Abduh maupun Ridho merupakan anak didik dari Afghani. Adapun gambaran umum tentang pemikiran Rasyid Ridho adalah, pertama. Paham serta praktik keagamaan umat Islam telah menjauh dari ajaran Islam yang suci-murni. Untuk mendapatkan kemurnian serta kesucian umat Islam maka umat Islam harus dijauhkan dari berbagai bentuk bid’ah, khurrafat serta syiriq. Kedua, kesatuan umat Islam harus bersifat universal, yakni tidak didasarkan atas kesatuan bahasa dan bangsa namun haruslah didasarkan atas kesamaan iman dan Islam. Umat Islam pun perlu mengedepankan sikap toleransi mana kala terjadi perbedaan mazhab diantara umat Islam. Ketiga,. perlunya keterlibatan wanita dalam setiap aktifiats kehidupan masyarakat. Keempat, budaya sufi yang berkarakter pasif, pasrah terhadap keadaan tanpa adanya ikhtiar merupakan sesuatu yang bertentangan dengan Islam, karena Islam adalah agama yang dinamis dan serta tidak memiliki ajaran


(39)

pesimisme.30 Dari uraian sekilas tentang pikiran Ridha, maka antara Ridho dan Ahmad Dahlan memiliki kesamaan pandangan, yakni menyangkut tentang pentingnya eksistensi serta partisipasi perempuan dalam berbagai sektor kehidupan. Dahlan merupakan tokoh yang sangat menghargai terhadap eksistensi perempuan, hal ini dibuktikannya dengan berdirinya ‘Aisyiah sebuah organisaasi perempuan dimana organisasi tersebut didirikan atas kolaborasi antara Ahmad Dahlan dengan istrinya nyai Walidah. Kesamaan lainnya adalah Dahlan pun merupakan tokoh yang sangat anti terhadap budaya pasrah terhadap nasib, ini dibuktikan dengan praktik keagamaan yang dilakukannya dengan merubah kondisi sosial masyarakat ketika ia masih hidup.

Adapun pokok-pokok pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dapat dijabarkan sebagai berikut.31

1. Berorganisasi untuk keteraturan. Manusia sebagai mahluk sosial adalah sesuatu yang tidak bisa dibantah, karena manusia merupakan mahluk sosial yang tak bisa hidup tanpa orang lain, maka manusia membutuhkan manusia (individu) yang lain untuk menjalani proses kehidupan. Dalam konteks ini Ahmad Dahlan mengambil sebuah kesimpulan bahwa apa yang telah dicita-citakannya tidak mungkin berhasil tanpa melibatkan orang lain untuk bergerak secara kolektif. Maka untuk mewujudkan apa yang telah dicita-citakannya, Ahmad Dahlan pun mendirikan sebuah organisasi yang bernama Muhammadiyah. Dibentuknya organisasi, tidak

30

Mustafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam (Yogyakarta : Citra Karsa Mandiri, 2005), h. 64-65.

31


(40)

lain merupakan sebuah alat agar apa yang telah dirumuskan menjadi lebih teratur serta terarah baik dalam hal perencanaan maupun dalam hal pelaksanaan. Mendirikan persyarikatan Muhammadiyah adalah bentuk kongkrit Ahmad Dahlan Dalam menafsirkan perintah Al Qur’an (Ali Imran :104)

2. Ilmu pengetahuan sebagai sumber pencerahan. Untuk melakukan adaptasi serta mampu menghadapi berbagi macam tuntutan zaman, maka ilmu pengetahuan merupakan formulasi jitu dalam membaca perubahan zaman. Atas dasar pentingnya ilmu pengetahuan, Dahlan pun mendirikan berbagai lembaga pendidikan yang memiliki karakter kuat yakni tidak adanya dikotomi serta pemisahan antara ilmu umum dan ilmu agama. Dengan ilmu pengetahuan maka akan menjauhkan manusia dari budaya taqliq, fatalisme. Ketika budaya taqliq serta fatalisme telah terkikis maka semangat berijtihad pun akan terbangun

3. Beragama itu beramal. Agama tanpa amal adalah pincang. Islam sebagai agama yang memiliki jargon rahmatan lil ‘alamin, menganjurkan kepada umatnya agar menjadikan amal sebagai bagian dari bentuk ketaatan terhadap ajaran Islam, al-Qur’an sering kali menggandengkan kata shloat dengan zakat, iman dengan amal. Dengan demikian Islam adalah agama yang mementingkan serta mewajibkan umatnya umat melakukan tindakan-tindakan praksis salah satu contohnya adalah memberikan sebagian harta dijalan Allah. Penolong kesengsaraan umum adalah amalan kongkrit Ahmad Dahlan didalam kehidupan.


(41)

4. Al - Qur’an harus berbanding lurus dengan perbuatan. Bagi Dahlan Al Qur’an bukanlah kitab suci yang hanya sekedar untuk dibaca, dihafalkan, serta difahami, tetapi lebih dari itu, Al - Qur’an perlu dipraktikan. Ahmad Dahlan memiliki lima cara untuk memahmi Al - Qur’an, pertama, mengerti artinya. Kedua, memahami tafsir dan maknanya. Ketiga, jika mendapatkan larangan dari Al - Qur’an bertanyalah kepada diri sendiri, apakah tersebut telah ditingglkan. Keempat, jikalau mendapatkan perintah perbuatan dari Al Qur’an bertanyalah kepada diri sendiri, apakah perintah berbuat tersebut telah dilaksanakan. Kelima, jikalau yang keempat belum teralisir maka janganlah mempelajari ayat Al Qur’an yang lain.

5. Berjuang dan beramal memerlukan sasaran. Untuk mewujudkan cita-cita perjuangan maka dibutuhkan sasaran perjuangan. Adapun sasaran perjuangan (da’wah dan amal) Ahmad Dahlan adalah orang-orang fakir miskin, mustadhafin. Dilakukan salah satunya dengan memberikan santuan sosial. Sasaran berikutnya adalah para pemilik harta, upaya yang dilakukan adalah dengan membangun kesadaran para pemilik harta agar secara ikhlas menyisihkan sebagian harta yang dimilikinya. Sasaran berikutnya adalah kaum intelektual, cara yang ditempuh dengan melakukan dialog serta memberikan ceramah dihadapan pengurus Budi Utomo.

6. Kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah. Alqur’an yang merupakan panduan serta pedoman didalam kehidupan merupakan sumber inspiarsi didalam kehidupan, jikalau tidak ditemukan kaidah hukum secara eksplisit


(42)

maka ditentukan berdasarkan nalar dengan mempergunakan pikiran logis serta ijtima’ dan qiyas.

Adapun buku-buku yang dibaca dan menjadi inspirasi K.H. Ahmad Dahlan adalah;32

1. Risalah Tauhid karangan Muhammad Abduh 2. Tafsir Djuz Amma karangan Muhammad Abduh 3. Kansul Ulum

4. Dairatur-Maarif karangan Farid Wadjidi 5. Fil Bid’ah karangan Ibnu Taimiyah

6. Al Islam wan Nasrannijah karangan Muhammad Abduh 7. Idharulhaq karangan Rahmatullah Al Hindi

8. Kitab Almanar

9. Kitab Al Urwatul Wusqo

10.Kitab Syubuhatunnashara wal Hudjatul Islam karangan Muhammad Abduh

Sebagai tokoh yang populer dengan ikon pembaharuan Islam, sepanjang hidupnya Ahmad Dahlan berupaya melakukan agenda pembaharuan Islam dalam berbagai sektor kehidupan. Adapun agenda pembaharuan Islam yang berhasil dilakukan oleh Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut ;

1 Keagamaan. Karena Dahlan meyakini sumber hukum dalam Islam adalah al-Quran dan Hadits, maka sebagai konsekuensinya Dahlan memperkenalkan gerakan Islam tanpa mazhab sebagai upaya

32

Solichin Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia (Jakarta : Jayamurni, 1963), h. 22.


(43)

meminimalisir budaya fanatisme, sehingga pintu ijtihad terbuka lebar dikalangan umat Islam. Selain menggagas Islam tanpa mazhab Dahlan pun melakukan pembaharuan dalam hal ibadah merubah arah kiblat mesjid keraton. Memperkenalkan Islam murni, dengan menolak pemujaan terhadap barang-barang, bangunan yang dianggap pusaka serta keramat, meneguhkan prinsip bahwa Allah merupakan satu-satu Nya untuk meminta dan memohon, mempraktikan khutbah pada saat ibadah Sholat Jum’at tanpa menggunakan bahasa arab.

2. Pendidikan. Menghapus dikotomi antara ilmu dunia dengan ilmu agama, kemudian menggabungkan antara pelajaran ilmu umum dengan ilmu agama. Merubah sistem surau dengan sistem klasikal.

3. Kesehatan. Merubah kebiasaan masyarakat, dari berobat kepada dukun, mengunjungi tempat keramat. Menjadi berobat kepada dokter serta mengunjungi klinik atau rumah sakit.

4. Pemberdayaan perempuan. Bagi Ahmad Dahlan perempuan bukanlah mahluk yang harus dimarginalkan, perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki untuk beraktifitas dan berkreatifitas. Sebagai bentuk komitmennya terhadap pemberdayaan perempuan, Dahlan mendirikan perkumpulan perempuan bernama Sapa Tresna. Dalam perjalanannya Sapa Tresna berubah menjadi bagaian / badan khusus wanita dalam Muhammadiyah yang bernama ‘Aisyiyah. Tak cukup sampai disitu, Dahlan pun mendatangkan guru khusus dari Bandung yang bernama Jeffer Akik untuk mengajari menjahit serta keterampilan tangan, merias diri.


(44)

Bahkan dan pun memberikan pelajaran retorika, ia pun mendirikan musholla khusus perempuan, memberikan kesempatan kepada perempuan untuk mengelola secara otonom Aisyiyah.33

5. Kebenaran manusia adalah relatif. Bagi Ahmad Dahlan kebenaran manusia tidaklah bersifat absolut. Karena kebenaran manusia bersifat relatif, maka K.H. Ahmad Dahlan menegaskan sumber kebenaran bisa berasal dari orang yang kita anggap lawan. Untuk menunjukan pemikirannya tersebut, K.H. Ahmad Dahlan sering melakukan diskusi, debat dengan pendeta kristiani. Dalam perjalanan hidupnya, Ahmad Dahlan pernah diskusi dengan Pastor Van lith, Pastor Van Driesse, Pastor Domnie Bakker, Pastor Dr Zwinjer. Bahkan pada saat pertemuannya dengan Pastor Domnie Bakker, Ahmad Dahlan membuat pernyataan ;

“Marilah kita sama-sama keluar dari agama, kemudian mencari, menyelidiki agama mana yang paling benar. Kalau ternyata kemudian agama Protestan yang benar, saya bersedia masuk agama Protestan. Akan tetapi sebaliknya, apabila agama Islam yang benar. Anda pun harus masuk agama Islam”.34

Pernyataan yang sama pun Ahmad Dahlan ucapkan pada saat berdiskusi dengan seorang pendeta bernama Dr. Laberton. Dalam diskusi dengan Laberton, Ahmad Dahlan membuat pernyataan

“jikalau dalam pembicaraan kita ini nanti ternyata bahwa yang benar itu agama Kristen, saya bersedia masuk agama tuan. Bagaimana tuan nanti?.Bersediakah tuan masuk Islam, jikalau ternyata agama Islam yang benar?.”35

33

Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, h. 54.

34

Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, h. 55.

35


(45)

K.R.H. Hadjid salah satu murid Ahmad Dahlan menegaskan, bahwa Ahmad Dahlan menyayangkan sikap sebagian manusia yang merasa bahwa kebenaran sejati hanya milik dirinya serta kelompoknya, sedang diluar kelompoknya adalah salah. Fenomena tersebut juga terjadi pada umat Islam, kelompok Ahlu Sunnah wal Jamaah merasa paling baik, sedang kelompok Mu’tazilah adalah kelompok yang salah.36 Renungan Ahmad Dahlan yang merasa risau dengan fenomena aksi monopoli kebenaran, terlihat dari renungannya yang ditulis oleh Hadjid

“kebayakan diantara manusia berwatak angkuh dan takabur, mereka mengambil keputusan sendiri-sendiri”.37

Tak hanya bergaul dengan pendeta kristen, Dahlan pun bertemen dan bergaul dengan seorang dokter kristen yang bernama Ofringa. Bahkan Ofringa pernah menasehati Ahmad Dahlan sebagai seorang teman disaat beliau sakit akibat kesibukan aktivitasnya

“Saya mengetahui apa yang menjadi cita-cita tuan. Dan sebagai seorang dokter, saya pun mengetahui penyakit yang kiai derita. Penyakit kiai ini tidak memerlukan titirah, tapi cukup di rumah saja. Sakit kiai ini hanya memerlukan istirahat, lainnya tidak.”38 Karena penganut Islam inklusif, maka wajar ada salah seorang dokter kristen yang bernama van de Borne memberikan respon terhadap pribadi Ahmad Dahlan kepada keluarganya ;

“Kamu sekalian beruntung mempunyai K.H. Ahmad Dahlan ini. Beliau bukanlah sembarang orang. Saya baru sekali ini menjumpai seorang yang sifat-sifatnya demikian. Andai kata tanah Jawa

36

K.R.H. Hadjid, Falsafah Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan Pendiri Gerakan Muhammadiyah (Yogyakarta : Siaran), h. 11.

37

K.R.H. Hadjid, Falsafah Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 9.

38


(46)

(Indonesia) mempunyai orang demikian ini tiga saja, saya percaya tanah Jawa akan beruntung sekali dan berbahagia”.39

Selain berdialog serta berdiskusi dengan tokokh kristiani Ahmad Dahlan pun melakukan hal yang sama dengan kelompok yang berhaluan kiri. Ahmad Dahlan pernah memberi ruang untuk berdikusi dan berdialog kepada Indisch Sociaal Democratische Partij (kemudian berubah nama menjadi Partai Komunis Indonesia) untuk membahas kebijakan represif pemerintah Belanda serta untuk menerangkan seputar wacana sosialisme.40 Kesempatan tersebut pun kemudian tidak disia-siakan oleh ISDV, adalah Semaun serta Darsono yang kemudian menghadiri forum yang telah disediakan oleh Ahmad Dahlan.

6. Memperkenalkan metodelogi hisab dalam menentukan 1 Ramadhan dan 1 Syawal. Sekaligus mempelopori aktifitas sholat hari raya Idul Fitri mau pun Idul Adha di lapangan terbuka.41

7. Memprakasai pendirian badan penyelenggara haji. Ada pun badan yang didirikan oleh Ahmad Dahlan Bagian Penolong Haji.42 Dengan aktifiats, mencarikan sarana transportasi, pemukiaman serta bimbingan haji baik pada saat di tanah air maupun pada saat di tanah suci.

39

Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, h. 25.

40

Jainuri, Ideologi Kaum Reformis, h. 115.

41

Hadikusuma, Aliran Pembaharuan Islam, h. 80.

42

Muhammad Syoedja, Cerita Tentang K.H. Ahmad Dahlan Catatan Haji Muhammad Syoeda. h. 118-120 diakses dari www.muhammadiyah.or.id.


(47)

BAB III

SOSIALISME DAN SOSIALISME ISLAM

A. Sejarah dan Pengertian Sosialisme

Sebelum membahas tentang definisi sosialisme maka terlebih dahulu penulis mencoba membahas tentang definisi ideologi, sebagai konsep yang terkait dengan sosialisme. Destutt de Tracy merupakan tokoh yang mempopulerkan istilah ideologi. Tracy memposisikan ideologi sebagai konsep yang berhadap-hadapan dengan agama (konfrontatif), tujuan yang utama sudah tentu mencari kebenaran di luar dari ajaran-ajaran agama. Dalam kerangka umum ideologi didefinisikan

“Suatu sistem kepercayaan yang memuat nilai-nilai kepercayaan dan di organisir secara rapih sebagai basis filsafat, sains, program ekonomi-politik yang menjadi pandangan hidup, aturan berfikir, merasa, dan bertindak individu atau kelompok”.

Jhon Storey mendefinisikan ideologi menjadi beberapa konsepsi ideologi. Pertama, ideologi merupakan pelembagaan terhadap sebuah gagasan secara sistematis yang kemudian diaktualisasikan oleh sekelompok orang. Pengertian seperti ini bisa didapatkan dalam sebuah organisasi partai politik. Kedua, ideologi adalah sebuah upaya proganda untuk menenggelamkan serta mengalihkan terhadap sebuah realitas tertentu. Pengertian ini bisa dijumpai bagaimana adanya upaya politik dari kaum kapitalis bahwa kapitalisme adalah kunci tunggal untuk mencapai kebahagiaan dan kemakmuran tanpa


(48)

memperhatikan berbagai kelemahan dari sistem kapitalisme. Hal ini tentu saja di lakukan dengan seleksi yang sangat ketat ketika hendak di tampilkan di hadapan publik. Ketiga, ideologi bisa di kaitkan dengan defenisi kedua namun tergantung motifnya. Yakni memiliki tujuan bagaimana meraih simpati publik terhadap sebuah pemikiran, program yang dimiliki oleh ideologi tertentu serta kelompok ideologis tertentu. Keempat, ideologi bukan hanya pelembagaan gagasan namun dalam kerangka praktik didalam kehidupan sehari-hari. Terkadang aktifitas manusia sehari-hari seperti kebudayaan yang berkembang dan di praktikan didalam kehidupan sehari-hari, sebagai salah satu contoh adalah praktik serta faham keagamaan yang di jalankan dan di yakini memiliki relasi ideologis

Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia ideologi didefinisikan menjadi tiga definisi

Pertama kumpulan konsep yang tersistematis yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Kedua, cara berfikir seseorang atau suatu golongan. Ketiga, paham, teori yang berpadu kedalam satu program sosial-politik.” Ramlan Subakti mendefinesikan ideololgi dengan dua pendekatan yakni fungsional dan struktural. Dalam konteks fungsional ideologi di artikan sebagai seperangkat ide tentang cita-cita bersama (kebaikan). Ideologi secara fungsional di klasifikasikan menjadi dua tipe yakni doktrinal serta pragmatisme. Ideologi di katakan doktrinal manakala gagasan yang tergandung di dalam ideologi di strukturkan secara detail kemudian di doktrinkan kepada masyarakat dan atau para penganut ideologi tersebut. Ketika ideologi telah didoktrinkan (terlaksana) maka langkah yang ditempuh


(49)

adalah evaluasi serta monitoring. Sedangkan ideologi melalui pendekatan struktural di artikan sebagai sistem pembenaran (legitimasi).

Dengan demikian ideologi adalah sekumpulan gagasan yang terdiri dari sistem keyakinan, tujuan serta cita-cita yang berfungsi sebagai alat pembenaran, pemersatu serta pusat rujukan dalam fikir dan bertindak (sumber pengetahuan)

Sosialisme secara bahasa (etymologi) berasal dari kata socius yang memiliki arti teman atau sahabat dengan demikian sosialisme adalah faham yang mengedepankan pertemanan atau persahabatan sebagai pandangan hidup. Kata sosialisme muncul pertama kali pada tahun 1827 dalam sebuah majalah Cooperative Magazine, kemudian kata sosialisme muncul pula pada jurnal La Globe tahun 1832. Pemaknaan sosialisme pada majalah serta jurnal tersebut memiliki keragaman, namun secara garis besar bermakna sebuah sistim masyarakat kolektif yang lebih menekankan kooperatif ketimbang kompetitif, sosiabilitis melawan pemenuhan diri yang individualisme, kontrol sosial terhadap praktik akumulasi serta pemakaian harta pribadi, persamaan ekonomi menurut penghargaan pada kebaikan, pengahargaan yang dinilai berdasarkan kebutuhan.

Sebelum muncul istilah pada majalah Cooporative serta jurnal Globe, secara konseptual sosialisme telah muncul pada era peradaban Yunani di mana Plato menjabarkan pemikiran idealnya tentang sebuah negara. Negara ideal dalam bayangan Plato akan tercipta manakala negara mampu mengawasi serta menjadi institusi yang sangat kuat (dominan) dalam hal pengendalian


(50)

kepemilikan harta benda baik untuk kalangan pejabat, elit politik hingga rakyat biasa. Dalam pandangan Plato negara menjamin semua kebutuhan penguasa, pemenuhan kebutuhan tersebut dimaksudkan agar penguasa memiliki komitmen serta waktu penuh untuk mengurus masyarakat. Maka ketika segala kebutuhan telah dipenuhi, penguasa tidak lagi di perkenankan memiliki harta kekayaan yang bersifat pribadi (kepemilikan pribadi). Pengendalian serta pengontrolan terhadap kepemilikan pribadi bagi Plato memiliki tujuan untuk mencegah budaya rakus di masyarakat serta mencegah konflik dan disharmoni dikalangan masyarakat yang dicirikan dengan hilangnya sikap persaudaraan serta kesenangan yang merupakan kebutuhan manusia. Sebagai seorang filosof politik, Plato pun telah mencetuskan pembagian kelas sebelum Karl Marx. Plato membagi kelas yang terdiri dari kelas pembantu yakni kelompok militer, kelas penguasa beserta pembantunya serta kelas golongan karya.

Ideologi sosialisme merupakan ideologi yang berkembang di Eropa terutama Inggris dan Perancis pada saat revolusi industri dikedua negara tersebut. Sosialisme di Inggris maupun Perancis mengalami fase perkembangan yang bervariatif. Sosialisme di Inggris yang cukup menjadi wacana pada tahap awal adalah sosialisme utopia yang digambarkan oleh Thomas More (1478-1535). Istilah Utopia diambil dari hasil pemikiran More yang mendambakan sebuah negeri impian. Ada pun gambaran negeri impian adalah masyarakat tinggal bersama dalam tempat yang sama, makan serta


(51)

kebutuhan disedikan bersama, hingga semua kepemilikan menjadi kepemilikan bersama.

Fase perkembangan setelah sosialisme utopia adalah sosialisme komunitas kolektif. Sosialisme ini di kumandangkan oleh Robert Owen (1771-1858) yang merupakan penggerak sosialisme di Inggris, Charles Fourier (1772-1837) dan Louis Blanc (1811-1882). Sosialisme komunitas-kolektif adalah sebuah sosialisme yang lahir dari kritik terhadap sosialisme utopia yang di anggap tidak mungkin teralisir bahkan dapat di katakan khayalan politik.

Pemikiran Robert Owen tentang sosialisme komunitas-kolektif di tuangkan dalam karyanya yang berjudul The New View Society (1816), Owen merupakan pengusaha Inggris yang menginginkan ada keterlibatan negara dalam pembangunan ekonomi masyarakat berdasarkan sistem kerjasama (koperasi), untuk mewujudkan gagasannya Owen membuat sebuah proyek di berapa tempat di antaranya Indiana Amerika Serikat. Adapun yang menjadi salah satu basis pemikiran sosialisme Owen adalah kritik terhadp praktik industri yang mementingkan diri sendiri, jauh dari nilai-nilai kemanusiaan yang mengakibatkan penurunan derajat manusia. Bagi Owen bekerja adalah hak rakyat, dan ekonomi koperasi akan mampu mendidik serta memperbaiki moral manusia.

Sebagai pengusaha Owen menginginkan adanya sistem ekonomi yang lebih berkeadilan serta menolak budaya eksploitasi manusia yang mengatasnamakan keuntungan. Selain itu Owen ingin memperjuangkan


(52)

bahwa manusia maupun buruh memiliki hak-hak kemanusiaan yang harus di tegakkan. Walaupun manusia berupaya mengejar keuntungan ekonomi namun hak-hak manusia harus tetap di jaga.

Selain Owen, ada pula nama Charles Fourier seorang tokoh sosialis Perancis yang memiliki kesamaan ide dengan Owen. Karakteristik sosialis Charles di tuangkan dalam sebuah kerangka dasar bahwa hidup dan bekerja haruslah menyenangkan, dan untuk mendapatkan kesenangan dalam bekerja, maka manusia harus membentuk komunitas yang dikembangkan atas nilai-nilai kerjasama. Ketika komunitas telah terbentuk serta nilai-nilai-nilai-nilai kerjasama telah dibangun, tahapan berikutnya adalah setiap manusia harus memiliki sarana serta alat untuk bekerja secara produktif.

Terkait dengan tugas komunitas, Charles menjelaskan tentang beberapa tugas dari sebuah komunitas. Tugas pertama adalah mengelola kerja yang sesuai dengan kebutuhan anggota komunitas. Komunitas bertugas menjamin agar setiap kebutuhan hidup anggotanya terpenuhi. Adapun jumlah komunitas yang ideal menurut Charles adalah sekitar 1600 penduduk.

Untuk merealisasikan gagasannya, Charles membuat sebuah proyek seperti halnya Robert Owen. Proyek Charles bernama phalanax. Adapun fokus dari proyek dari Charles adalah daerah pertanian. Dalam proyeknya tersebut Charles menegaskan bahwa setiap individu bekerja harus sesuai dengan kesukaan, kecakapan serta bakat yang di miliki setiap individu yang merupakan anggota komunitas. Tak lupa Charles melakukan distribusi keuntungan dengan rincian pekerja mendapatkan 5/12 bagian, manajer


(53)

memperoleh 4/12 bagian, dan pemilik modal mendapatkan bagian sebesar 3/12 bagian.

Selain Charles, Perancis pun memiliki tokoh sosialis yang bernama Louis Blanc (1811-1882) yang merupakan putra dari anak pegawai kelas rendah di Perancis. Gagasan besar sosialisme Blanc adalah perlunya intervensi anggaran negara dalam pembentukan unit ekonomi. Walau negara sebagai pihak pemberi modal, namun aktifitas ekonomi harus dijalankan serta di kelola oleh pekerja. Ketika para pekerja telah membayar konpensasi dari uang yang di keluarkan oleh negara maka hasil dari seluruh keuntungan di serahkan sepenuhnya kepada pekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Selain menyediakan anggaran untuk mesin serta kebutuhan produksi negara pun harus memikirkan uang pensiun para pekerja.

Perancis yang merupakan salah satu pusat perkembangan ideologi sosialis memiliki pula tokoh sosialis utopia. Jikalau Inggris memiliki Thomas More, maka Perancis memiliki Saint Simon (1760-1825). Konsep dasar sosialis yang menjadi pemikiran Simon adalah bahwa setiap manusia berhak mendapatkan dan memiliki kekayaan, selama hasil kekayaan serta keuntungannya itu tidak diperoleh melalui cara-cara yang kurang baik. Setiap kekayaan yang di miliki setiap manusia harus di kelola serta di distribusikan dengan baik kepada setiap manusia. Selain itu Simon menegaskan bahwa setiap manusia berhak untuk mendapatkan kekayaan serta penghargaan secara layak ketika manusia telah bekerja keras. Simon pun menegaskan bahwa


(54)

kekayaan yang melekat, yang di miliki setiap manusia memiliki tanggung jawab sosial dari kekayaan yang dimilikinya.

Setelah sosialisme di Inggris dan Perancis mengalami kemunduran, maka tampilah Karl Marx (1818-1883) yang menganggap pemikiran serta konsep sosialisme para pendahulunya di anggap sangat utopis serta tidak memiliki kerangak teori serta basis filsafat yang komprehensif. Marx pun kemudian populer sebagai bapak sosialis ilmiah.

Berbicara tentang Marx, maka kita akan menemukan sebuah pemikiran yang kental akan nuansa konflik serta pertentangan. Secara umum Marx mengemukakan pemikiran sosialisme kedalam beberapa teori. Teori yang menyangkut konflik yang cukup populer adalah teori pertentangan kelas. Dalam terori ini, Marx menegaskan bahwa kehidupan dibumi adalah kehidupan yang diwarnai oleh pertentangan dan atau pertarungan sosial antar kelas. Kelas yang dimaksud oleh Marx adalah bahwa kelas yang dibawah akan selalu melakukan aksi resistensi terhadap kelas yang di atas dalam rangka pemenuhan kesejahteraan

Salah satu pemikiran Marx yang juga menjadi basis pemikirannya adalah materialisme historis. Dalam pemikiranya tersebut, Marx menganggap bahwa relasi ekonomi merupakan faktor utama dalam membentuk wajah sebuah sejarah. Dengan demikian faktor ekonomi merupakan faktor tunggal serta faktor penting dalam membuat arah serta wajah sejarah. Karena faktor ekonomi merupakan faktor penentu maka dalam pandangan Marx sistem


(55)

sosial, politik, budaya bahkan agama di tentukan atau akan mengikuti struktur serta relasi ekonomi.

Selain materialisme histroris, ada pula materialisme dialektik yang menjadi salah satu basis pemikiran Marx. Materialisme dialektik adalah pemikiran Marx yang menegaskan bahwa materi sebagai satu-satunya realitas, dari proses realitas tersebut kemudian muncullah sebuah pertentangan. Proses pertentangan terlahir sebagai wujud dari gerakan materi yang bersifat dialektis. Adapun materialisme yang dimaksud oleh Marx adalah sumber keberadaan benda-benda alamiah yang selalu bergerak dinamis tanpa ada proses berhenti.

Selain pemikiran tentang materialisme historis dan materialisme dialektik, Marx pun mengumandangkan tentang perlunya revolusi politik yang dilakukan secara radikal bahkan jikalau perlu dilakukan dengan kekerasan. Tujuan utama dari revolusi sosial adalah menjungkirbalikan kekuasaan dari tangan borjuis ke tangan kaum proletar. Revolusi bisa berhasil manakala kaum proletar telah memiliki kesadaran serta keyakinan bahwa mereka telah tertindas. Untuk itu perlu di adakan sebuah gerakan revolusi yang bertujuan menjungkirbalikan keadaan. Untuk meembangun kekuatan revolusi maka sebuah tim lingkar inti yang bertugas melakukan propaganda dan agitasi. Tugas tersebut di lakukan oleh kelompok yang bernama diktator proletar.

Memasuki abad 20, Sosialisme Marx tidak otomatis mati secara alamiah namun masih memiliki pengikut setia, salah satu pengkiut setianya adalah Vladimir Illich Lenin (1870-1924). Lenin menjadi pembicaraan karena


(56)

keahlian menerjemahkan pemikiran Marx yang ia tuangkan dalam karyanya yang berjudul The Development of Capitalism in Rusia, The Highest Stage of Capitalism serta What Is to Be Done.

Secara umum pemikiran Marx dengan Lenin memang memiliki kesamaan, kesamaan itu diantaranya adalah Lenin menghendaki perebutan kekuasaan sebagai modal utama dalam melakukan perubahan. Untuk melakukan revolusi dalam rangka pengambil alihan kekuasaan Lenin menganggap penting sayap politik dalam bentuk organisasi atau serikat. Lenin beranggapan dengan kekuatan yang kecil namun apabila diorganisir serta dikelola secar rapih yang diimbangi oleh disiplin yang kuat maka kekuasan dapat diraih. Untuk membangun cita-citanya tersebut Lenin menyatakan bahwa tugas utama kepemimpian komunis serta kaum revolusioner hanyalah satu yakni menghantam, menyerang serta menghancurkan kekuatan sistem politik status quo. Setelah kekuasaan berhasil di rebut maka tugas berikutnya adalah mengganti sistem politik status quo dengan sistem berdasarkan prinsip-prinsip komunisme. Kesamaan pemikiran lainnya antara Marx dengan Lenin adalah kedua tokoh tersebut sama-sama menyakini bahwa politik komunisme mampu di terapkan di berbagai belahan dunia.

Sebagai ahli organisasi serta propaganda, setidaknya ada beberapa strategi politik yang di lakukan Lenin dalam rangka mewujudkan cita-citanya. Pertama, melakukan propaganda dengan mengeluarkan pernyataan sebagai partai rakyat yang akan mengabdi untuk rakyat dengan agenda memperjuangnkan demokrasi, kebebasan, dan menghentikan segala praktik


(1)

mentjela Moehammadijah, di katakannja tidak mentjintai bangsa dan menolong rakjat jang fekir. Tjatjian jang seroepa ini adalah kembali kepada dirinja sendiri. Dimanakh perkoempoelan Boemipoetra jang menegoehkan pemiliharaan anak-nak jatim dan orang-orang miskin jang sangat sengsara itoe? Moehammadijah dengan seada-adanja, soedah mengadakan pertolongan itoe, sedang poliklinik bertambah di Solo, Tegal dan Malang”.66

Dalam konteks yang berbeda, akis-aksi sosialisme Ahmad Dahlan sesungguhnya telah merambah pada aksi perjuangan dalam menegakan (supremasi) hak-hak dasar manusia seperti hak atas pendidikan, hak atas kesehatan serta hak atas penghidupan yang layak. Sebuah gerakan serta isu yang kini masih diperbincangkan serta diperjuangankan baik dalam skala nasional, regional hingga skala global. Singkat kata, selain tokoh sosialis Dahlan pun merupakan tokoh pejuang supremasi hak-hak manusia.

B. Saran

Selama ini literatur yang bertebaran hanya membahas tentang Ahmad Dahlan sebagai tokoh gerakan pembaharu serta sebagai tokoh gerakan Islam murni Indonesia. Semoga dengan munculnya tulisan yang bertemakan sosialisme Ahmad Dahlan menjadi celah lahirnya literatur baru yang membahas wajah lain Ahmad Dahlan. Selain itu, dengan kehadiran tulisan ini diharapkan pula akan membuka ruang dialektika bahwa sosialisme Islam dalam konteks Indonesia, bukan hanya milik H.O.S Tjokroaminoto dan Agus Salim tetapi juga Ahmad Dahlan. Dengan hadirnya tulisan ini diharapkan pula bisa melahirkan serta memperbanyak penelitian tentang sosialisme Ahmad Dahlan.


(2)

Kehadiran tulisan ini (Sosialisme Ahmad Dahlan) sesungguhnya memiliki urgensi yang cukup startegis. Pertama, terhadap keluarga besar Muhammadiyah. Tulisan ini merupakan sebuah upaya untuk menyatakan bahwa didalam pemikiran Ahmad Dahlan sebagai individu serta Muhammadiyah sebagai sebuah institusi sesungguhnya tertanam benih-benih sosialisme. Hal ini penting. Mengingat, benih-benih sosialisme dalam pemikiran Ahmad Dahlan serta benih-benih sosialisme dalam tubuh Muhammadiyah seiring perjalanan waktu nyaris terlupakan.

Kedua, kepada kaum muda yang masih menggandrungi sosialisme. Dengan hadirnya tulisan ini bisa diharapkan memberikan tambahan wacana bahwa sosialisme Islam adalah sosialisme moderat. Islam adalah agama sosialisme, namun di sisi lain Islam mengakomodir kapitalsime (melegitimasi kepemilikan individu). Dengan demikian kita dapat membuat pernyataan Islam satu agama merangkul dua ideologi.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Ian. Ideologi Politik Mutakhir Konsep, Ragam, Kritik dan Masa Depannya. Yogyakarta: Qalam, 2000.

Black, Antoni. Pemikiran Politik Islam, Dari Masa Nabi Hingga Masa Kini. Jakarta : Serambi, 2006.

Crick, Bernard. Sosialisme. Surabaya : Pustaka Promethea, 2001.

Dahlan, Muhidin M (ed) . Sosialisme Religius, Suatu Jalan Keempat. Yogyakarta : Kerasi Wacana, 2000.

Damami, Muhammad. Akar Gerakan Muhammadiyah. Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2006.

Deliarnov. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta : Rajawali Press, 2007. Enginner, Ali Asgar. Islam dan Teologi Pembebasan. Yogyakarta : Pusataka

Pelajar, 2003.

Eben, Stein dkk. Isme-isme Dewasa Ini. Jakarta : Erlangga, 1994.

Elhujjah, Saud, Nalar Negara Dalam Muhammadiyah, dalam Tanwir Jurnal Agama dan Peradaban. Jakarta : Pusat Studi Agama dan Peradaban, 2006.

Hadjid, KRH. Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, Tujuh Falsafah dan Tujuh Belas Kelompok Ayat. Yogyakarta : LPPI PP Muhammadiyah, 2006.

Hadjid, KRH. Falsafah Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan Pendiri Pergerakan Muhammadiyah. Yogyakarta : Siaran.

Hefner, Rober W & Sukidi. Api Pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan. Yogyakarta : Multi Press, 2008.

Huda, Nor. Islam Nusantara, Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2007

Hikmah, Nor. Haji Misbach Kisah Haji Merah. Jakarta : Komunitas Bambu, 2008.

Hadikusuma, Djarnawi. Aliran Pembahrauan Islam Dari Jamaluddin Al-Afghani Sampai K.H. Ahmad Dahlan. Yogyakarta : Persatuan.


(4)

Jainuri, Achmad. Ideologi Kaum Reformis Melacak Pandangan Keagamaan Muhammadiyah Periode Awal. Surabaya : LPAM, 2002

Mulkhan, Abdul Munir. Warisan Intelektual K.H. Ahmad Dahlan dan Amal Muhammadiyah. Yogyakarta : Percetakan Persatuan Islam. 1990.

---. Pesan dan Kisah K.H. Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyan. Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2007.

Mintz, S. Jeanne. Muhammad, Marx, Marhaen Akar Sosialisme Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2003

Pasha, Kamal Musthafa. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam. Yogyakarta : Citra Karsa Mandiri, 2005.

Rais, Muhammad Amin. Membangun Politik Adiluhung Membumikan Tauhid Sosial Menegakan Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Bandung : Zaman Wacana Mulia, 1998.

Rapar, J H. Filsafat Politik Plato, Aristoteles, Machiavelli. Jakarta : Rajawali Press, 2002.

Surur, Bahrus. Teologi Aman Saleh Membongkar Nalar Kalam Muhammadiyah Kontemporer. Surabaya : LPAM, 2005

Salam, Junus. Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan. Jakarta : Depot Pengajaran Muhammadiyah, 1968.

Sya’rawi, Mutawalli. Islam diantara Komunisme dan Kapitalisme. Jakarta : Gema Insani Press, 1991.

Supriyadi, Eko. Sosialisme Islam, Pemikiran Ali Syari’ati. Yogyakarta : Pusataka Pelajar, 2003.

Schmandt, Henri J. , Filsafat Politik Kajian HIstoris Dari Zaman Yunani Kuno Sampai Zaman Modern. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005.

Salam, Solichin. K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia. Jakarta : Jayamurni, 1963.

Suwarono, Puspo Margono. Gerakan Islam Muhammadiyah. Yogyakarta : Persatuan, 1986.


(5)

Saefullah. Pemikiran Politik Muhammadiyah Dari Ahmad Dahlan Hingga Amin Rais. Tanwir Jurnal Agama dan Peradaban. Jakarta : Pusat Studi Agama dan Peradaban, 2006.

Syoedja, Muhammad. Cerita Tentang K.H. Ahmad Dahlan Catatan Haji Muhammad Soedja. Diakes dari www.muhammadiyah.or.id

Sjahrir, Sutan. Sosialisme Indonesia Pembangunan. Jakarta : LEPPENAS, 1985 Yusuf, Yunan. Ensiklopedi Muhammadiyah. Jakarta : Rajawali Press, 2005.

Artikel Koran, Berita dan Website.

Hadi, Abdul W H, “ Islam, Marxisme dan Persoalan Sosialisme di Indonesia”, diakses dari www.icas-Indonesia.org.

K S, Usman, “Dari Gamal Abdul Nasser Sampai Hassan Hanafi”, Koran Tempo, 9 Mei 2004.

Sparaque, Ted, “Sosialisme Abad 21 Memilah Kaum Reforamis dari Kaum Revolusioner” , diakses dari www.prp-indonesia.org.

Majalah Tempo, Bapak Republik Yang Dilupakan, Edisi Khusus Kemerdekaan, Edisi 11-17 Agustus 2008


(6)