BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori - PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENGOLAHAN DATA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI KELAS VI SD NEGERI 2 MERSI - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori

  1. Tanggung Jawab

  a. Tanggung Jawab 1) Pengertian Tanggung Jawab

  Menurut Fitri (2012: 112) tanggung jawab merupakan nilai moral penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tanggung jawab adalah pertanggungan perbuatan sendiri. Seorang siswa harus bertanggung jawab kepada guru, orang tua, dan diri sendiri.

  Menurut Zuriah (2008:69) tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

  Menurut Elfindri (2012:96) tanggung jawab berarti sifat berani menanggung segala resiko akibat segala perilaku/ tindakan/ segala sesuatu yang dilakukan.

  Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa tanggung jawab merupakan sikap pertanggungan perbuatan sendiri akan tingkah laku sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. 2) Indikator Tanggung Jawab

  a) Menurut Fitri (2012:43) indiktaor keberhasilan tanggung jawab sebagai berikut: (1) Mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan baik (2) Bertanggung jawab terhadap semua perbuatan

  8

  (3) Melakukan piket sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan (4) Mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama

  3) Macam-macam tanggung jawab Macam-macam tanggung jawab menurut Mustari (2011:22) sebagai berikut: a) Tanggung jawab terhadap Tuhan yang telah memberikan kehidupan dengan cara takut kepada-Nya, bersyukur dan memohon petunjuk.

  b) Tanggung jawab untuk membela diri dari ancaman, siksaan, penindasan, dan perilaku kejam dari manapun datangnya.

  c) Tanggung jawab diri dari kerusakan ekonomi yang berlebihan dalam mencari nafkah, ataupun sebaliknya, dari bersifat kekurangan ekonomi.

  d) Tanggung jawab terhadap anak, suami/ istri dan keluarga.

  e) Tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar.

  f) Tanggung jawab berpikir, tidak perlu mesti meniru orang lain dan menyetujui pendapat umum atau patuh secara membuta terhadap nilai-nilai tradisi, menyaring segala informasi untuk dipilih, mana yang berguna dan mana yang merugikan kita.

  g) Tanggung jawab dalam memilihara hidup dan kehidupan, termasuk kelestarian lingkungan hidup dari berbagai bentuk pencemaran.

  4) Ciri-ciri seseorang yang bertanggung jawab Menurut Mustari (2011:24) ciri-ciri seseorang bertanggung jawab sebagai berikut: a) Memilih jalan lurus

  b) Selalu menunjukan diri sendiri

  c) Menjaga kehormatan diri

  d) Selalu waspada

  e) Memiliki komitmen pada tugas

  f) Melakukan tugas dengan standar yang terbaik

  g) Mengakui semua perbuatannya

  h) Menempati janji i) Berani menanggung resiko atas tindakan dan ucapannya 5) Penanaman rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap peserta didik

  Rasa tanggung jawab merupakan pelajaran yang tidak hanya perlu diperkenalkan dan diajarkan, namun juga perlu ditanamkan kepada peserta didik, baik pada masa prasekolah maupun sekolah. Peserta didik yang terlatih atau dalam dirinya sudah tertanam nilai-nilai tanggung jawab, kelak ia akan tumbuh menjadi pribadi yang bersungguh-sungguh dalam menjalankan berbagai aktivitasnya. Kesungguhan dan tanggung jawab inilah yang akhirnya dapat mengantarkannya dalam mencapai keberhasilan seperti yang diinginkan khususnya disekolah, nilai- nilai tanggung jawab merupakan hal yang perlu ditananmkan oleh guru. Gurulah yang bertugas mengarahkan peserta didik menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Oleh karena itu menurut Aunnilah (2011:84) beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam menanamkan rasa tanggung jawab yang tinggi pada diri peserta didik. Diantaranya adalah sebagai berikut:

  a) Memulai dari tugas-tugas sederhana Di sekolah, tentu saja sudah ada peraturan-peraturan yang ditetapkan, seperti tata tertib di dalam kelas, jadwal kebersihan, serta beberapa ketentuan lainnya. Meskipun peraturan-peraturan tersebut bagi peserta didik merupakan hal yang mungkin dinilai sederhana, tetapi guru harus mendorongnya agar menaatinya dengan penuh tanggung jawab.

  Sebagai contoh, jika ada peserta didik yang tidak mengikuti jadwal piket kebersihan, guru harus memeberikan teguran dan menjelaskan bahwa sikap tersebut merupakan sikap tidak tanggung jawab yang harus dihilangkan. Guru juga mesti mengatakan kepadanya bahwa tugas sederhana apa pun harus dikerjakan olehnya sebagai suatu bentuk tanggung jawab.

  Dalam hal ini, guru juga perlu melibatkan semua peserta didik untuk berperan aktif dalam menyelesaikan tugas dan kewajiban-kewajiban mereka sehingga tanggung jawab itu akan menjadi tugas bersama, bukan semata bagi peserta didik yang melanggar.

  Guru juga harus memberikan teladan yang baik mengenai cara bertanggung jawab. Disiplin waktu dan mengapresiasi peserta didik merupakan sebagian cara guru dalam menunjukan rasa tanggung jawabnya sebagai pendidik.

  b) Menembus kesalahan saat berbuat salah Cara lain untuk menumbuhkan sikap tanggung jawab dalam diri peserta didik adalah mengajarkan kepadanya agar siap menembus kesalahan ketika ia berbuat salah. Hal ini akan mendorongya untuk meminta maaf atas kesalahan yang dibuatnya sekaligus mengajarkan mengenai nilai keadilan, yaitu bila ia melakukan kesalahan terhadap seseorang, berarti ia telah merugikan orang tersebut sehingga ia harus mampu bersikap adil dengan menembus dan memperbaiki keslahannya.

  c) Segala sesuatu mempunyai konsekuensi Guru harus menjelaskan kepada peserta didik bahwa segala sesuatu yang dilakukan pasti memiliki kosekuensi, dan ia harus siap dengan segala konsekuensinya yang ditimbulkan dari semua tindakannya. Dengan begitu, guru juga mengenalkan dan mengajarkan bahwa peserta didik harus bisa lebih bertanggung jawab dalam segala tindkannya.

  d) Sering berdiskusi tentang pentingnya tanggung jawab Hendaknya guru sering kali berdiskusi mengenai pentingnya tanggung jawab dalam kehidupan. Tentu saja dalam hal ini, guru harus mencontohkan secara nyata kepada peserta didik, sehingga ia dapat belajar secara langsung dari sesuatu yang ia lihat pada gurunya.

  Meskipun demikian, guru mesti mengajarkan peserta didik tentang tanggung jawab secara perlahan sesuai dengan perkembangannya. Guru juga perlu memberikan penghargaan yang sewajarnya kepada peserta didik apabila ia berhasil menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan penuh tanggung

  2. Belajar Menurut Faturrohman (2011:6) belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu.

  Menurut Slameto (2003:2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamnnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya

  Menurut Syah (2011:63), belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.

  Dalam penelitian ini belajar adalah aktivitas seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku pada dirinya melalui latihan atau pengalaman yang merupakan unsur fundamental dalam penyelenggaran setiap jenis dan jenjang pendidikan.

  3. Prestasi belajar

  a. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Arifin (2011:12) prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat prenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.

  Menurut Hamdani (2011:137) prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.

  Syah (2010:148) prestasi belajar adalah mengungkapkan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.

  Dalam penelitian prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seseorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu yang dinyatakan dalam nilai setelah mengalami proses belajar mengajar.

  b. Fungsi Prestasi Belajar Menurut Arifin (2011:12) prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain sebagai berikut:

  1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

  2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

  Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “ tendesi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia.”

  3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan psikologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ektern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intrn dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan releven pula dengan kebutuhan masyarakat. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap

  (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

  c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Mulyasa (2006:190) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar sebagai berikut:

  1) Pengaruh Faktor Eksternal Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat digolongkan ke dalam factor social dan non- sosial. Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial. Kedalam faktor ini termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan faktor non-sosial adalah faktor- faktor lingkungan yang bukan social seperti lingkungan alam dan fisik; misalnya: keadaan rumah, lingkungan belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber dan sebagainya. 2) Pengaruh Faktor Internal

  Brata dalam Mulyasa (2006:193) mengklasifikasikan faktor internal mencakup: a) faktor-faktor fisiologis, yang menyangkut keadaan jasmani atau fisik individu, yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi- fungsi jasmani tertentu terutama panca indera, dan b) faktor-faktor psikologis, yang berasal dari dalam diri seperti intelegensi, minat, sikap, dan motivasi.

  Intelegensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendah prestasi belajar. Intelegensi merupakan dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil belajar yang dicapai akan bergantung pada tingkat intelegensi, dan hasil belajar yang dicapai tidak akan melebihi tingkat intelegensinya. Semakin tinggi tingkat intelegensi, makin tinggi pula kemungkinan tingkat hasil belajar yang dapat dicapai. Jika intelegensi rendah, maka kecenderungan hasil yang dicapainyapun rendah. Meskipun demikian, tidak boleh dikatakan bahwa taraf prestasi belajar di sekolah kurang, pastilah taraf intelegensinya kurang, karena banyak faktor lain yang mempengaruhinya.

  d. Usaha Peningkatan Prestasi Belajar Menurut Mulyasa (2006:195) terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan prestasi belajar, antara lain sebagai berikut:

  1) Keadaan jasmani 2) Keadaan sosial emosional 3) Lingkungan 4) Memulai pelajaran 5) Membagi pekerjaan 6) Kontrol 7) Sikap yang optimis 8) Menggunakan waktu 9) Cara mempelajari buku 10) Mempertinggi kecepatan membaca peserta didik.

  4. Pembelajaran Matematika SD berdasarkan KTSP Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

  Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut diatas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram dan media lain.

Tabel 2.1 SK dan KD Matematika Kelas VI SD Semester I Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

  4.1 Mengumpulkan dan membaca

data

  4.2 Mengolah dan menyajikan data mengolah data. dalam bentuk table

  4.3 Menafsirkan sajian data

  5. Matematika

  a. Pengertian Matematika Menurut Russefendi 1988 dalam Heruman (2010:1), matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat dan akhirnya kedalil.

  Menurut James dan James dalam Suwangsih (2006:4), matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya.

  Menurut Kline dalam Suwangsih (2006:4), matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat disempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

  Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu terstruktur yang terorganisasi dengan baik karena matematika dimulai dari unsur yang tidak didefinisakan ke unsur yang didefinisikan yang membantu manusia dalam memahami, dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

  b. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika di SD Pembelajaran matematika menurut Suwangsih (2006:25) 1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral

  Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan dimana pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu meningkaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya. Topik sebelumnya dapat menjadi prasyarat untuk dapat memahami dan memelajari uatu topik matematika. Topik baru yang dipelajari merupakan pendalaman dan perluasan dari topik sebelumnya. Konsep diberikan dimulaidengan benda-benda konkrit kemudian konsep itu diajarkan kembali dengan bentuk pemahaman yang lebih abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum digunakan dalam matematika. 2) Pembelajaran matematika bertahap

  Materi pembelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu dimulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih sulit. Selain itu pembelajaran matematika dimulai dari yang konkret, kesemi konkret dan akhirnya kepada konsep abstrak. Untuk mempermudah siswa memahami objek matematika benda-benda konkret digunakan pada tahap konkret, kemudian kegambar-gambar pada tahap semi konkret dan akhirnya ke simbol-simbol pada tahap abstrak.

  3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun karena sesuai tahap perkembangan mental siswa maka pada pembelajaran matematika di SD digunakan pendekatan deduktif. 4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi

  Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar jika didasarkan pada pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telahditerima kebenarannya. 5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna

  Pembelajaran secara bermakna merupakan cara mengajarkan materi pelajaran yang mengutamakan pengertian daripada hafalan. Dalam belajar bermakana aturan-aturan, sifat- sifat dan dalil-dalil tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi sebaliknya aturan-aturan, sifat-sifat dan dalil-dalil ditemukan oleh siswa melalui contoh-contoh secara induktif di SD.

  c. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika menurut Heruman (2010:2):

  1) Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep) yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. 2) Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. 3) Pembinaan ketrampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep.

  6. Media Pembelajaran

  a. Pengertian media Atwi Suparman 1997 dalam Fathurohman (2010:65) mendefinisikan, media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan.

  Menurut Fathurohman (2010:65), dalam aktivitas pembelajaran media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik.

  Menurut Hanafiah (2010:59) media pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar cepat, tepat, mudah, benar dan terjadinya verbalisme.

  Berdasarkan pengertian media di atas dapat dismpulkan, media adalah alat yang digunakan untuk menyalurkan informasi dan pengetahuan dalam interaksi antara pendidik dan peserta didik.

  7. Model Pembelajaran Berbasis

  a. Pengertian Raturatman dalam Trianto (2009:92) pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajarn ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.

  Margetson dalam Rusman (2010:230), mengemukakan bahwa kurikulum Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis dan belajar aktif. Kurikulum PBM memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan yang lain.

  Erik (2003:658) Problem based learning is an educational

approach where by the problem is the starting point of the learning

process. The type of problem is dependent on the specific

organisation. Usually, the problems are based on real life

problems which have been selected and criteria.

  Berdasarkan kalimat di atas dapat diartikan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah sebuah pendekatan pendidikan dari proses belajar. Jenis masalah tergantung dari pengorganisasian spesifik. Biasanya masalah yang didasarkan dalam kehidupan nyata dan diubah untuk menemukan objek dan kriteria pendidikan.

  Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa, pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu strategi atau pendekatan pembelajaran suatu model pembelajaran yang didasarkan pada pemberian masalah dengan konteks kehidupan nyata siswa, yang selanjutnya akan dipecahkan melalui komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal.

  b. Karakteristik pembelajaran berbasis masalah Menurut Tan dalam Rusman (2011:230) kareakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

  1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar 2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstuktur.

  3) Permasalahan membutuhkan perspektiv ganda (mulktiple

  perspective).

  4) Permasalahan menentang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar. 5) Belajar pengarahan diri dari hal yang utama. 6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaanya, dan evaluasi sumber informasi merupakan poses yang esensial dalam PMB. 7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi dan kooporatif. 8) Pengembanagan ketrampilan inkuiri dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penugasan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan. 9) Keterbukaan proses dalam PMB meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.

  10) PMB melibatkan evaluasi dan rieview pengalaman siswa dan proses belajar.

  Studi kasus PBM, meliputi: 1) penyajian masalah; 2) menggerakkan inquiry; 3) langkah-langkah PBM, yaitu analisis inisial, mengangkat isu-isu belajar; iterasi kemandirian dan kolaborasi pemecahan masalah, integrasi pengetahuan baru, penyajian solusi dan evaluasi. Alur proses PBM dapat dilihat pada flowchart berikut ini. Menentukan masalah Belajar

  Pengarahan Diri Analisis Masalah dan

  Isu Belajar Belajar

  Pengarahan Diri Pertemuan dan

  Laporan Belajar

  Pengarahan Diri Penyajian Solusi dan

  Refleksi Belajar

  Pengarahan Diri Kesimpulan, integrasi dan

  Evaluasi Gambar 2.1

  Alur proses pembelajaran berbasis masalah

  c. Ciri-ciri Pengajaran Berdasarkan Masalah Menurut Arends dalam Trianto (2009:93) ada lima ciri-ciri pengajaran berdasarkan masalah sebagai berikut:

  1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan disekitar prinsip-prinsip atau ketrampilan akademik tertentu, pelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengjaran disekitar pertanyaan dan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata atutentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.

  2) Berfokus pada keterkaitan antar disipiln. Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, dan ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banayak mata pelajaran.

  3) Penyelidikaan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengaharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. 4) Menghasilkan produk dan memamerkannya.pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. 5) Kolaborasi. Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa untuk bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau kelompok kecil.

  d. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah Tujuan pembelajaran bertbasis masalah menurut Trianto (2009:94)

  1) Membantu siswa mengembangkan ketrampilan berpikir dan ketrampilan pemecahkan masalah;

  2) Belajar berbagai peran orang dewasa yang autentik 3) Menjadi pembelajaran yang mandiri

  4) Langkah-langkah Pembelajaran

  e. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

  Fase Indikator Tingkah Laku Guru

  1 Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

  2 Mengorganisasi siswa untuk Membantu siswa mendefinisikan dan belajar mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

  3 Membimbing pengalaman Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi individual/ kelompok yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

  

4 Mengembangkan dan Membantu siswa dalam merencanakan dan

menyajikan hasil karya menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.

  5 Menganalisis dan mengevaluasi Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau proses pemecahan masalah evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

  f. Kelebihan dan Kelemahan Model Berbasis Masalah Kelebihan dan Kelemahan PMB menurut Arikuto (2009: 96) sebagai berikut: 1) Kelebihan

  a) Realistik dengan kehidupan siswa

  b) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa

  c) Memupuk sifat inquiry siswa

  d) Retensi konsep jadi kuat

  e) Memupuk kemampuan problem solving 2) Kelemahan

  a) Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks b) Sulitnya mencari problem yang relevan

  c) Sering terjadi miss-kosepsi

  d) Konsumsi waktu, dimana model ini memerlikan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan.

  8. Aplikasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Materi Pengolahan Data.

Tabel 2.3 Aplikasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Materi Pengolahan Data

  Tingkah laku Siswa Fase Indikator Tingkah Laku Guru

  1 Orientasi siswa pada

  a. Guru menjelaskan tujuan kegiatan - Siswa memperhatikan masalah pembelajaran yang akan dilakukan penjelasan guru menggunakan model PBM - Siswa ikut aktif dalam

  b. Guru menumbuhkan partisipasi aktif setiap kegiatan dan kreatif siswa dalam pembelajaran

pembelajaransiswa

  2 Mengorganisasi siswa

  a. Guru membagi siswa kedalam - Siswa duduk sesua dengan untuk belajar kelompok belajar kelompoknya b. Guru menyampaikan materi pelajaran - Siswa memperhatikan secara jelas dan dimengerti siswa. materi pelajaran c. Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi pengolahan data.

  d. Guru memberikan contoh bagaimana cara menyelesaikan. permasalahan yang berkaitan dengan materi pengolahan data.

  3 Membimbing

  a. Guru memberikan LKS pada masing- - Siswa mengerjakan LKS pengalaman masing kelompok berdiskusi dengan teman individual/ kelompok

  b. Guru meminta siswa bekerja dalam sekelompok kelompok menyelesaikan permasalahan

  c. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi, dan memfasilitasi serta membantu siswa yang memerlukan bantuan dalam menyelesaikan LKS.

  4 Mengembangkan dan

  a. Guru memberikan kesempatan pada - Setiap kelompok menyajikan hasil karya setiap kelompok untuk menampilkan membacakan hasil hasil diskusinya. kerjanya di depan kelas,

  b. Guru meminta siswa menaggapi hasil lalu kelompok lain karya kelompok lain menanggapi atau c. Guru menanggapi hasil diskusi mengoreksi kelompok

  5 Menganalisis dan

  a. Guru bersama siswa membahas LKS - Siswa bersama guru mengevaluasi proses dan memberi penghargaan bagi membahas LKS pemecahan masalah kelompok terbaik dengan - Siswa bertanya kepada memberikan pujian dan tepuk tangan guru b. Guru memberikan kesempatan untuk bertanya bagi siswa yang merasa kesulitan atau kurang paham dengan materi pelajaran yang disampaikan

B. Hasil Penelitian Yang Releven

  Penelitian yang relevan untuk mendukung Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Peningkatkan Tanggung Jawab dan Prestasi Belajar Matematika Materi Pengolahan Data Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Di Kelas VI SD Negeri 2 Mersi” adalah penelitian yang dilakukan oleh Nyoman Wardana dengan judul “ Pengaruh Model

  Pembelajaran Berbasis Masalah dan Ketahanmalangan Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dan Pemahaman Konsep Fisika (Studi Eksperimen Pada Siswa SMA Negeri 1 Tabanan)

  ”. Hasil penelitian

  menunjukkan bahwa model pembelajaran dan ketahanmalangan siswa dapat mempengaruhi kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pemahaman konsep fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Tabanan. Pertama terdapat perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pemahaman konsep fisika antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis masalah dan siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung (F = 4,37 ; p < 0,05). Kedua, terdapat pengaruh interaksi model pembelajaran dan ketahanmalangan terhadap kemampuan berpikir tingkat tnggi dan pemahaman konsep fisika (F = 28,74 ; p < 0,05). Ketiga, terdapat perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pemahaman konsep fisika bagi siswa yang ketahanmalangan tinggi antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran langsung (Q hitung = 9,04 > Q tabel (0,05;24) = 2,92). Keempat, terdapat perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pemahaman konsep fisika bagi siswa yang memiliki ketahanmalangan rendah antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masala dan pembelajaran langsung (Q hitung = 8,16 > Q tabel (0,05;24) = 2,92).

C. Kerangka Berpikir

  Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian, dengan strategi ini diharapkan dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus meningkatkan tanggung jawab dan prestasi belajar siswa.

  Guru dituntut menyajikan materi dan mengelola siswa dalam KBM senantiasa menyenangkan dan tidak membosankan dengan model pembelajran yang variatif. Model pembelajaran berbasis masalah akan menjadi solusi terbaik bagi guru agar tercipta KBM yang diinginkan. Berikut kerangka berpikir dalam bentuk diagram:

Gambar 2.2 Skema kerangka berpikir D.

  Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian tindakan ini diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut :

  1. Tanggung jawab siswa kelas VI SD Negeri 2 Mersi pokok bahasan pengolahan data dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran berbasis masalah.

  2. Prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri 2 Mersi pokok bahasan mengumpulkan dan mengolah data dapat ditingkatkan melalui model berbasis masalah.

  Belum menggunakan model pembelajaran

  Rasa tanggung jawab dan prestasi belajar Matematika siswa rendah

  Kondisi awal Siklus I

  Guru menerapkan model PBM Tindakan

  Guru menggunakan model PBM

  Melalui model PBM meningkatkan tanggung jawab dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika

  Kondisi Akhir

  Siklus I Guru menerapkan model PBM

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS IV SD NEGERI 2 PELITA BANDAR LAMPUNG

0 8 114

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS IV SD NEGERI 2 PELITA BANDAR LAMPUNG

0 7 30

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 6 ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU

0 6 46

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SUSUNAN BARU BANDARLAMPUNG

0 6 44

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN DAN SIMETRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS V SD 1 NGALURAN DEMAK

0 0 20

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION MATERI PECAHAN SISWA KELAS IV SD 2 TUMPANGKRASAK KUDUS

0 0 22

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 1 ALIAN

0 0 8

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI FPB DAN KPK MELALUI STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) DI KELAS VI SD NEGERI 2 SUKORAME KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 20132014

0 0 10

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 2 DURENAN TRENGGALEK TAHUN 20142015

0 1 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar - PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBASIS INKUIRI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 14 SUR

0 0 25