DOCRPIJM 1480391194BAB 3 RTRW Sebagai Arahan Spasial RPI2JM ok

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

BAB III
Rencana Tata Ruang Wilayah
Sebagai Arahan Spasial RPI2JM
Bidang Cipta Karya
3.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
RTRWN merupakan strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang
wilayah negara, yang meliputi:
a) tujuan nasional dari pemanfaatan ruang untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan pertahanan keamanan;
b) struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah nasional;
c) kriteria dan pola pengelolaan kawasan lindung, kawasan budi daya, dan
kawasan tertentu.
1

Tujuan Pemanfaatan Ruang Nasional
Tujuan nasional pemanfaatan ruang adalah pemanfaatan ruang wilayah

nasional secara berhasil guna dan berdaya guna untuk peningkatan kesejahteraan

masyarakat dan pertahanan keamanan.
Untuk mencapai tujuan nasional pemanfaatan ruang tersebut maka
dilakukan :
a) Pemanfaatan sumber daya nasional yang optimal, meliputi:
- pemanfaatan sumber daya alam yang seoptimal mungkin dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan;
- pengaturan lokasi pemanfaatan lahan

yang menghasilkan sinergi

keterkaitan sektor dalam wilayah nasional dan menghindari konflik
pemanfaatan ruang dan sumber daya.
-

penetapan pokok-pokok kriteria penentuan kawasan budi daya serta
kebijaksanaan pengelolaannya.

III-1

LAPORAN FINAL

RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
b) Keseimbangan perkembangan antar kawasan nasional melalui pemanfaatan
ruang kawasan secara serasi, selaras dan seimbang serta berkelanjutan
dalam

rangka

meningkatkan

pertumbuhan

ekonomi,

mempercepat

pertumbuhan kawasan tertinggal dan meningkatkan daya dukung lingkungan
nasional.
c) Pencegahan kerusakan fungsi lingkungan hidup, meliputi:
- peningkatan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, keanekaragaman
hayati, tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa;

- pemeliharaan keanekaragaman hayati, ekosistem dan keunikan alam
serta kearifan tradisional;
- penetapan pokok-pokok kriteria berdasarkan prinsip meningkatkan dan
memelihara fungsi lindung fisik wilayah dan sosial budaya bangsa dalam
penentuan kawasan lindung serta kebijaksanaan pengelolaannya.
- Kemampuan memelihara pertahanan keamanan negara yang dinamis dan
memperkuat integrasi nasional.
Untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan
keamanan, perlu dirumuskan arah kebijakan dan strategi pengembangan pola
pemanfaatan ruang nasional berupa pemanfaatan kawasan lindung, kawasan
budidaya (termasuk dengan pertahanan dan keamanan), dan kawasan tertentu,
beserta arah kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang berupa sistem
perkotaan, sistem transportasi, dan sistem infrastruktur wilayah pendukung
lainnya.
2

Struktur Ruang Wilayah Nasional
Struktur ruang wilayah nasional disusun berdasarkan arahan pengembangan

sistem pusat permukiman nasional, arahan pengembangan sistem jaringan

transportasi

nasional,

arahan

pengembangan

jaringan

prasarana

tenaga

kelistrikan nasional, arahan pengembangan jaringan telekomunikasi nasional, dan
arahan pengembangan sistem prasarana sumberdaya air nasional.
3

Arahan Pengembangan Sistem Pusat Permukiman Nasional
Arahan pengembangan sistem pusat permukiman nasional meliputi arahan


pengembangan pusat permukiman perkotaan dan pusat permukiman perdesaan.
Pusat permukiman perkotaan mempunyai fungsi:
1) ekonomi, yaitu sebagai pusat produksi dan pengolahan barang;

III-2

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
2) jasa

perekonomian,

yaitu

sebagai

pusat

pelayanan


kegiatan

keuangan/bank, dan/atau sebagai pusat koleksi dan distribusi barang,
dan/atau sebagai pusat simpul transportasi, pemerintahan, yakni sebagai
pusat jasa pelayanan pemerintah;
3) jasa sosial, yaitu sebagai pusat pemerintahan, pusat pelayanan
pendidikan, kesehatan, kesenian, dan/atau budaya.
Dalam lingkup kawasan perdesaan, pusat-pusat permukiman perdesaan
juga memiliki fungsi yang sama sebagai pusat pelayanan kegiatan budidaya,
meskipun dalam skala kegiatan yang lebih kecil dan terbatas. Arahan
pengembangan pusat pertumbuhan perdesaan diselaraskan dengan pusat
permukiman perkotaan yang melayaninya sehingga secara keseluruhan pusatpusat permukiman saling terkait dan berjenjang, serta saling sinergis dan saling
menguatkan perkembangan kota dan desa.
Adapun rencana sistem perkotaan nasional di Wilayah Provinsi Sulawesi
Selatan, diperlihatkan pada tabel 3.1. berikut;
Tabel 3.1.
Sistem Perkotaan Nasional DI Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
NO.
1


PROVINSI

PKN

SULAWESI Kawasan
SELATAN
Perkotaan
MakassarSungguminasaTakalar-Maros
(Maminasata)
(I/C/3)

PKW

PKSN

Pangkajene
Jeneponto
Palopo (I/C/1)
Watampone

Bulukumba
Barru
Parepare

-

-

Sumber: PP 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

4

Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Nasional
Arahan pengembangan sistem jaringan transportasi nasional mencakup

sistem jaringan transportasi darat, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem
jaringan transportasi udara. Jaringan transportasi nasional merupakan sistem
yang

memperlihatkan


keterkaitan

kebutuhan

dan

pelayanan

transportasi

antarwilayah dan antarkota dalam ruang wilayah nasional, serta keterkaitannya
dengan jaringan transportasi internasional.

III-3

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
Arahan pengembangan sistem jaringan transportasi nasional bertujuan untuk
menciptakan keterkaitan antar pusat-pusat permukiman nasional dan mewujudkan

keselarasan dan keterpaduan antara pusat-pusat permukiman dengan sektorsektor kegiatan ekonomi masyarakat. Pengembangan sistem jaringan transportasi
nasional dilakukan secara terintegrasi antara transportasi darat, laut, dan udara
yang menghubungkan antar pulau, pusat permukiman dan kawasan produksi,
sehingga terbentuk kesatuan untuk menunjang kegiatan sosial-ekonomi dan
pertahanan keamanan negara dalam rangka memantapkan kesatuan wilayah
nasional.
Sistem jaringan transportasi darat mencakup jaringan jalan, jaringan rel,
serta jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan. Sistem jaringan
transportasi laut mencakup pelabuhan laut dan alur pelayaran. Sistem jaringan
transportasi udara mencakup bandar udara dan ruang lalu lintas udara.
Dengan memperhatikan perkiraan arus penumpang dan barang, lintas, dan
kondisi jaringan jalan kereta api yang ada, demikian pula untuk wilayah Pulau
Sulawesi direncanakan pengembangan jalan kereta api yang melayani angkutan
khusus.
Jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan meliputi alur
pelayaran sungai, alur pelayaran danau, dan alur penyeberangan, yang terdiri atas
trayek utama dan trayek pengumpan.
1) Trayek utama dikembangkan untuk menghubungkan:
-


antara pusat-pusat produksi dengan outlet utama dan

-

antar pelabuhan sungai dan danau yang berfungsi sebagai pusat
pengumpul dan distribusi

2) Trayek pengumpan dikembangkan untuk menghubungkan:
-

pusat-pusat produksi dengan outlet pengumpan

-

antara pelabuhan sungai dan danau yang berfungsi sebagai pusat
pengumpul dan distibusi dengan pelabuhan yang bukan berfungsi
sebagai pusat pengumpul dan distribusi, atau

-

antar pelabuhan sungai dan danau yang bukan berfungsi sebagai pusat
pengumpul dan distribusi

III-4

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan salah satu prioritas jaringan
transportasi

penyeberangan

lintas

tengah

yaitu

jaringan

transportasi

penyeberangan lintas tengah Palembang – Jayapura melalui Banjarmasin, Ujung
Pandang, Kendari, Ambon, Sorong, Biak
Jaringan transportasi laut terdiri dari pelabuhan laut dan alur pelayaran di
laut. Sistem pelabuhan laut dikembangkan dalam klasifikasi pelabuhan hubungan
internasional,

pelabuhan

internasional,

dan

pelabuhan

nasional.

Arahan

pengembangan sistem transportasi laut nasional meliputi:
1) Pelabuhan hubungan internasional diarahkan untuk melayani kegiatan dan
alih muat peti kemas angkutan laut nasional dan internasional dalam jumlah
besar dan jangkauan pelayanan sangat luas, serta berfungsi sebagai simpul
jaringan transportasi laut internasional.
2) Pelabuhan internasional diarahkan untuk melayani kegiatan dan alih muat
peti kemas angkutan laut nasional dan internasional dalam jumlah besar dan
jangkauan pelayanan sangat luas, serta berfungsi sebagai simpul jaringan
transportasi laut nasional.
3) Pelabuhan nasional diarahkan untuk melayani kegiatan dan alih muat peti
kemas angkutan laut nasional dan internasional dalam jumlah menengah
dan jangkauan pelayanan menengah.
Dalam RTRWN ditetapkan Pelabuhan Makassar sebagai Pelabuhan
Internasional, dan Pelabuhan Pare-pare sebagai Pelabuhan Nasional.
Jaringan transportasi udara meliputi bandar udara dan ruang lalu lintas
udara. Bandar udara terdiri dari bandar udara pusat penyebaran primer, bandar
udara pusat penyebaran sekunder, bandar udara pusat penyebaran tersier, dan
bandar udara bukan pusat penyebaran. Dalam RTRWN telah ditetapkan Bandar
Udara Hasanuddin Makasar sebagai bandara primer di Provinsi Sulawesi Selatan.
Pusat penyebaran sekunder diarahkan untuk melayani penumpang dalam
jumlah sedang dengan lingkup pelayanan dalam satu provinsi dan terhubungkan
dengan pusat penyebaran primer. Bandar udara pusat penyebaran sekunder
merupakan bandar udara dengan karakteristik berikut:
a) berada pada kota PKN di luar kawasan perbatasan;
b) berfungsi melayani pergerakan penumpang/barang domestik atau ke luar
negeri (internasional), atau memiliki tingkat kepadatan lalu lintas yang

III-5

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
melayani jumlah penumpang 100.000 atau lebih dengan frekuensi 10
penerbangan per hari;
c) melayani penerbangan dalam negeri sekurang-kurangnya 3 kali sehari dan
penerbangan luar negeri sekurang-kurangnya 1 kali sehari.
Adapun rencana jalan bebas hambatan menurut RTRW Nasional di Wilayah
Provinsi Sulawesi Selatan, diperlihatkan pada table 3.2. berikut;
Tabel 3.2.
Rencana Jalan Bebas Hambatan Menurut RTRW Nasional Yang Teradat Di
Pulau Sulawesi
ANTAR KOTA
1.
Menado – Bitung
2.
Menado-Timohon
3.
Maros-Mandai-Makassar
4.
Makassar-Sugguminasa
5.
Sugguminasa-Takalar
6.
Limboto-Gorontalo
7.
Timohon – Amurang
8.
Pangkajene – Maros
9.
Makassar – Mandai
10. Isimu – Gorontalo
11. Pantoloan – Palu
12. Amurang – Kaiya
13. Atingola – Isimu
14. Isimu – Marisa
15. Marisa – Molosipat
16. Molosipat – Kasimbar
17. Kasimbar – Tobali
18. Tobali – Poso
19. Poso – Tindantana
20. Tindantana – Palopo
21. Palopo – Pare Pare (
22. Pare Pare – Pangkajene
23. Kairagi – Mapanget
24. Tobali – Pantoloan
25. Maros – Watampone
Sumber; RTRW Nasional

5

DALAM KOTA
1. Ujung Pandang
2. Makasar Seksi

Arahan Pengembangan Jaringan Prasarana Tenaga Kelistrikan
Nasional
Arah Kebijakan Pengembangan Jaringan Prasarana Tenaga Kelistrikan,

yang diwujudkan sebagai berikut:

III-6

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
a) Mengembangkan jaringan kelistrikan yang terinterkoneksi mulai dari sumber
pembangkit sampai ke pengguna, lintas propinsi atau lintas pulau sesuai
dengan perkembangan permintaan listrik dan tata ruang
b) Mengembangkan jaringan kelistrikan diupayakan melalui penambahan
kapasitas terpasang dan perluasan jaringan di kawasan budi daya, termasuk
kawasan

perkotaan

dan

kawasan

perdesaan

dalam

meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.
c) Mengembangkan jaringan distribusi dilakukan dengan memperhatikan
perkembangan dan penyebaran permukiman dan kawasan budidaya serta
geografi wilayah nasional, teknologi yang tersedia dan kemampuan investasi
nasional.
d) Mengembangkan jaringan kelistrikan untuk mendukung pengembangan kotakota dan kawasan-kawasan prioritas.
e) Mengembangkan

sumber-sumber

energi

alternatif

baru

dengan

memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada seperti batubara, nuklir,
minyak bumi, air, gas maupun panas bumi, dalam rangka membangun
jaringan interkoneksi.
6

Arahan Pengembangan Jaringan Telekomunikasi Nasional
Arahan pengembangan sistem jaringan telekomunikasi nasional meliputi

pengembangan
Arahan

stasiun

pengembangan

bumi

dan

jaringan

pengembangan
telekomunikasi

jaringan
nasional

transmisi.
merupakan

kebijaksanaan pengembangan jaringan telekomunikasi yang terpadu dalam
mendukung perwujudan kesejahteraan masyarakat yang majemuk dan tersebar di
wilayah nasional yang ditujukan untuk menyediakan arus informasi untuk
menunjang kegiatan sosial, ekonomi, dan memantapkan kesatuan wilayah
nasional dengan mendukung peruntukan ruang di kawasan budidaya dan
penyebaran pusat-pusat permukiman.
Pengembangan infrastruktur telekomunikasi secara nasional terbagi dalam 6
(enam) “Ring” pelayanan: Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, dan Kepulauan Maluku-Papua. Masing-masing “ring” memiliki beberapa
“gateway” yang berada di ibukota provinsi dan satu gateway stasiun bumi. Untuk
ring Maluku-Papua terletak di Jayapura dan Ambon.

III-7

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
7

Arahan Pengembangan Sistem Prasarana Sumberdaya Air Nasional
Arahan pengembangan sistem prasarana sumberdaya air nasional berupa

penetapan Daerah Pengaliran Sungai (DPS) yang berperan mendukung
pengembangan dan perlindungan kawasan-kawasan layanannya dan SWS/DAS
kritis.
Penetapan DPS yang berperan dalam mendukung pengembangan dan
perlindungan kawasan-kawasan di dalam DPS dimaksudkan pula sebagai upaya
pemulihan dan perlindungan SWS/DAS kritis, dan pengembangan sistem jaringan
prasarana sumberdaya air yang dilakukan melalui:
a) Memelihara kelestarian sumberdaya air nasional dengan mempertahankan
kawasan-kawasan berfungsi konservasi, mengendalikan penggunaan air dari
eksploitasi

secara

besar-besaran,

dan

mengamankan

daerah-daerah

sempadan sungai atau sumberdaya air lainnya dari kegiatan-kegiatan yang
dapat merusak kualitas air.
b) Mengembangkan

sistem

prasarana

sumberdaya

air

berdasarkan

keseimbangan antara kebutuhan air baku untuk permukiman dan kegiatan
budidaya dengan ketersediaan sumberdaya air, dengan memperhatikan
teknologi, investasi nasional, lingkungan fisik, dan hidrologi wilayah.
c) Mengembangkan sistem prasarana sumberdaya

air selaras dengan

pengembangan sistem pusat permukiman, kawasan budidaya dan kawasan
lindung, dalam suatu tata air yang merupakan bagian dari tata ruang.
d) Mengembangkan

sistem

prasarana

sumberdaya

air

terutama

untuk

mendukung daerah/sentra produksi pangan dalam rangka mewujudkan
ketahanan pangan nasional.
Peran pendukung pengembangan dan perlindungan kawasan layanannya
dilakukan dengan pengembangan prasarana dan sarana sumberdaya air nasional
yang memperlihatkan sebaran waduk dan DPS atau Daerah Aliran Sungai (DAS),
dan kawasan yang perlu dilayani sumber airnya oleh tiap-tiap DPS atau DAS.
Struktur Pengembangan Prasarana Distribusi Sumberdaya Air Nasional
a) Struktur pengembangan prasarana pengelolaan sumberdaya air nasional
memperlihatkan sebaran daerah-daerah Pengaliran Sungai (DPS)/Daerah
Aliran Sungai (DAS) termasuk DAS kritis, atau Satuan Wilayah Sungai

III-8

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
(SWS) yang merupakan kumpulan beberapa DPS/DAS termasuk SWS kritis,
serta kawasan-kawasan yang perlu dilayani (service area) oleh masingmasing DPS/DAS atau SWS dan juga arahan pengembangan air baku dan
pola prasarana distribusi air baku ke kawasan yang dilayaninya.
b)

Struktur pengembangan prasarana distribusi air nasional hingga tahun 2020
dilaksanakan dengan memperhatikan sebaran kawasan budidaya dan
kawasan fungsional, sistem permukiman kota dan kondisi serta potensi
DPS/DAS atau SWS.

c) Pengembangan

prasarana

pengelolaan

dan

distribusi

air

nasional

dilaksanakan melalui strategi pengembangan dan pengelolaan sumber daya
air nasional yang memuat kegiatan-kegiatan pengembangan, pelestarian
sumber air dengan memperhatikan perkembangan ekonomi nasional dan
kawasan, perkembangan kota dan kemampuan pendanaan nasional serta
teknologi yang tersedia serta tahapan pengembangannya.
d) Dalam setiap satuan wilayah sungai atau daerah pengaliran sungai perlu
disusun suatu tata air yang memperlihatkan kaitan antara sumber daya air,
bangunan-bangunan pengairan dan kawasan-kawasan yang dilayani seperti
daerah irigasi, permukiman kota dan desa, daerah produksi, pariwisata dan
lain lain.
Tabel 3.3.
Wilayah Sungai dan Daerah Aliran Sungai Kritis Nasional
di Provinsi Sulawesi Selatan
Wilayah Sungai (WS)
DAS
Saddang
Lipukasi
Walanae-Cenranae
Paremang
Gilirang
Walanae
Jeneberang
Jeneberang
Pompengan-Kalaena-Larona
Rongkong
Balease
Kalaena
Larona
Sumber : RTRW Nasional

8

Pola Ruang Nasional
Untuk mewujudkan tujuan nasional pemanfaatan ruang di atas ditetapkan

strategi dan arahan kebijaksanaan pengembangan serta wujud struktur dan pola
pemanfaatan ruang wilayah nasional. Strategi dan kebijaksanaan pengembangan

III-9

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
pola pemanfaatan ruang wilayah nasional ini mencakup strategi dan arahan
kebijaksanaan

pengembangan

kawasan

lindung,

strategi

dan

arahan

kebijaksanaan pengembangan kawasan budidaya, strategi dan arahan kebijakan
pengembangan kawasan tertentu.
a. Strategi dan Arahan Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung
Kebijaksanaan pengembangan kawasan lindung meliputi kebijaksanaan
untuk memelihara dan mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup.
Arah Kebijakan Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Lindung
Nasional, yang diwujudkan dalam:
1) Menetapkan kawasan berfungsi lindung berskala nasional, melalui strategi
berikut:
a) Menetapkan kawasan berfungsi lindung berskala nasional (kawasan
yang mempunyai keanekaragaman biota dan ekosistem yang khas, serta
memiliki gejala dan keunikan/kelangkaan alam bagi kepentingan plasma
nutfah, ilmu pengetahuan/budaya dan pembangunan), dengan pokokpokok kriteria meningkatkan dan memelihara fungsi lindung fisik wilayah
dan sosial budaya bangsa, yang meliputi Taman Nasional, Taman
Nasional Laut, Taman Wisata Laut, Taman Hutan Raya, Suaka Alam,
Cagar Alam, Cagar Budaya, dan Kawasan Rawan Bencana.
b) Menetapkan kawasan berfungsi lindung lainnya selain kawasan lindung
nasional berdasarkan kriteria penetapan kawasan lindung.
2) Mempertahankan, memelihara, dan merehabilitasi kawasan berfungsi
lindung, dijabarkan dengan strategi berikut:
a) Memelihara dan mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup, melalui perlindungan
kawasan-kawasan di darat, laut, dan udara secara saling serasi dan
selaras.
b) Melindungi kekayaan laut pada kawasan-kawasan taman laut dan
kawasan-kawasan tempat reproduksi hayati laut.
c) Melindungi kawasan berfungsi lindung di sekitar prasarana wilayah
nasional seperti di kiri kanan jalan nasional dan rel kereta api, sekitar
pelabuhan, sekitar bandara, dan lainnya.

III-10

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
d) Merehabilitasi secara bertahap kawasan berfungsi lindung yang sudah
terlanjur dikembangkan dan telah terganggu fungsinya untuk tetap
memelihara keseimbangan alam, dengan memperhatikan kemampuan
nasional teknologi yang tersedia, kondisi sosial ekononi dan budaya.
e) Mengelola kawasan lindung di pesisir, pulau-pulau kecil dan laut.
3) Mengembangkan kawasan berfungsi lindung, melalui strategi berikut:
a) Mengupayakan

terbentuknya

suatu

kesatuan

kawasan-kawasan

berfungsi lindung pada setiap pulau dengan menyelaraskan kawasankawasan

lindung

pada daerah

perbatasan

wilayah

administrasi;

membentuk suatu kesatuan kawasan lindung di pantai, seperti hutan
bakau, sesuai dengan sistem hidrologi dan kondisi pantai; membentuk
suatu kesatuan kawasan lindung, seperti hutan dan gambut, sesuai
dengan kondisi hidrologi, tanah dan habitat yang ada didalamnya.
b) Mengembangkan kawasan berfungsi lindung dalam satu bentangan
wilayah pulau minimum 35% dari luas wilayah pulau tersebut.
4) Memanfaatkan kawasan berfungsi lindung menjadi kawasan budidaya
secara bersyarat, diupayakan dengan strategi berikut:
a) Sejauh mungkin menghindari kegiatan budi daya dan permukiman dalam
kawasan lindung.
b) Melakukan penelitian pendahuluan untuk pembangunan prasarana
(jaringan transportasi, kelistrikan, telekomunikasi, air baku, bangunan
pengendalian gempa dan bencana alam) pada kawasan lindung, dengan
tidak mengganggu fungsi lindung dan kawasan tersebut.
c) Mengupayakan pengembangan kegiatan permukiman dan kegiatan
budidaya lainnya di dalam kawasan lindung tidak berkembang atau
meluas secara spasial hingga mengganggu fungsi lindung. Selain itu
perlu

diupayakan

secara

bertahap,

sesuai

dengan

kemampuan

pendanaan, teknologi dan kondisi sosial budaya, untuk mengembalikan
fungsi lindung.

III-11

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
Tabel 3.4.
Kawasan Lindung Nasional di Provinsi Sulawesi Selatan
Luas
No
Nama Kawasan Lindung
(Ha)
1. Taman Wisata Laut Kepulauan Kapoposang

50,000

2. Taman Nasional Laut Taka Bone Rate *

530,765

3. Cagar Alam Pegunungan Faruhunpenai

90,000

4. Cagar Alam Karaenta

1,000

5. Cagar Alam Bulu Saraung

5,690

6. Cagar Alam Bantimurung

1,000

7. Cagar Alam Tanjung Api

4,246

8. Suaka Margasatwa Bontobahari

4,000

9. Suaka Margasatwa Komara

3,390

10. Suaka Margasatwa Pati Pati

3,500

11. Suaka Margasatwa Lombuyan I/II

3,665

12. Suaka Margasatwa Bakiriang

12,500

13. Suaka MargasatwaPinjam/Tanjung Matop

1,612

14. Taman Wisata Alam Kapoposang

50,000

15. Taman Wisata Danau Matano

30,000

16. Taman Wisata Danau Towuti

65,000

17. Taman Wisata Goa Patunuang

1,500

18. Taman Wisata Malino

3,500

19. Taman Wisata Cani Sirenrang

3,125

20. Taman Wisata Lejja

1,265

Sumber: RTRW Nasional

b. Strategi dan Arahan Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya
Strategi pengembangan dan pengelolaan kawasan budidaya dalam RTRWN,
meliputi:
1) Menetapkan kawasan budidaya berskala nasional,

untuk pemanfaatan

sumberdaya alam di darat maupun di laut secara sinergis untuk mewujudkan
keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah. Strategi ini dilaksanakan untuk
mengembangkan

kegiatan

budidaya

dengan

tetap

memperhatikan

keterkaitan antar kegiatan yang saling mendukung serta mencegah dampak
negatif yang dapat terjadi terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
kehidupan ekonomi, politik, sosial dan budaya serta pertahanan keamanan
masyarakat.

III-12

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
2) Pengembangan kawasan budidaya, dilaksanakan dengan strategi sebagai
berikut:
a. Mengembangkan

kegiatan-kegiatan

budidaya

beserta

prasarana

penunjangnya di darat dan laut dengan memperhatikan ketentuan
pengaturan penggunaan ruang yang berlaku agar dapat menghasilkan
sinergi antar kegiatan dalam mewujudkan tata ruang yang tertib, teratur,
efisien, selaras dan serasi dalam menunjang kegiatan pembangunan.
b. Mengembangkan

kegiatan-kegiatan

budidaya

dengan

tetap

memperhatikan fungsi lindung kawasan dan memanfaatkan potensipotensi

nasional

untuk

mengupayakan

suatu

keterpaduan

pengembangan antar sektor mulai dari proses produksi hingga
pemasaran ke outlet, agar dapat berorientasi internasional (ekspor).
c. Mengembangkan kantong-kantong sentra produksi pertumbuhan dengan
memanfaatkan sumberdaya alam seperti lahan dan laut yang luas dan
teknologi tepat guna secara lestari, yang didukung prasarana untuk
akses ke pasar dan industri dan semaksimal mungkin melibatkan
penduduk setempat (untuk menghindari illegal fishing)
d. Mengembangkan kawasan-kawasan andalan prospektif sesuai potensi
sumberdaya alam dalam rangka percepatan pertumbuhan wilayah KTI.
e. Pengembangan budidaya di pesisir dan pulau-pulau kecil dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan laut dan darat
3) Pengembangan kawasan budidaya secara bersyarat, diupayakan dengan
strategi sebagai berikut:
a. Mengembangkan

kawasan

budidaya

harus

tetap

memperhatikan

keterkaitan di antaranya yang saling mendukung serta mencegah
dampak

negatif

yang

dapat

terjadi

terhadap

kelestarian

fungsi

lingkungan.
b. Mengembangkan kegiatan pertambangan dengan syarat tidak merusak
lingkungan dan sistem nilai budaya setempat.
c. Mengembangkan kegiatan pariwisata dengan tetap mempertahankan
keterkaitan antar kawasan atau tidak saling mematikan fungsi masingmasing kawasan, antara lain melalui pengembangan paket-paket
pariwisata.

III-13

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
d. Mengembangkan kawasan sentra-sentra produksi di sekitar kawasan
laut diupayakan untuk meningkatkan keterkaitan dan orientasinya pada
jalur laut internasional ALKI dalam rangka meningkatkan orientasi
pemasaran hasil produksi nasional ke pasar dunia (ekspor).
e. Mengembangkan komoditi-komoditi unggulan tertentu yang mendorong
meningkatkan sinergisitas antar kawasan yang diwujudkan melalui:
-

Pengelolaan

kompetisi

antar

sektor

dan

kawasan

unggulan

(managed competition).
-

Pembentukan keterkaitan antar wilayah yang kuat dan saling
menguntungkan

dalam

mengembangkan

Kawasan

Kerjasama

Ekonomi Sub-Regional sebagai implikasi globalisasi, sehingga
mampu menghadapi persaingan internasional
-

Perwujudan

kerjasama

regional

internal

Indonesia

berupa

keterkaitan ekonomi interregional seperti Segitiga Pertumbuhan Inti
Nusantara

Surabaya-Banjarmasin

-

Ujung

Pandang

(SPIN

SURABANDANG).
-

Peningkatan
komparatif

keunggulan
sebagai

kompetitif

negara

maritim

berdasarkan
dengan

keunggulan

mengembangkan

pembangunan berorientasi kelautan terutama di KTI dan wilayah
kepulauan lain yang kaya akan sumberdaya kelautan dan perikanan.
c. Strategi dan Arahan Kebijakan Pengembangan Kawasan Tertentu
Kebijaksanaan pengembangan kawasan tertentu diselenggarakan untuk
mewujudkan

prioritas

dan

tingkat

penanganan

yang

diutamakan

dalam

pembangunan nasional.
Arah Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan Tertentu,
diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:
1) Mengembangkan kawasan-kawasan tertentu cepat tumbuh atau potensial
tumbuh (kawasan andalan dan kawasan-kawasan konsentrasi kegiatan
ekonomi/aglomerasi kegiatan)
2) Memadukan pengembangan kawasan tertentu cepat tumbuh, potensial
tumbuh atau kawasan andalan dengan pengembangan kegiatan transmigrasi
dan permukiman, agar pengembangan wilayah dapat saling menguatkan
dengan pengembangan kependudukan.

III-14

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
3) Mengembangkan kawasan tertentu cepat tumbuh atau potensial tumbuh di
ruang laut (kawasan andalan laut) terutama dalam rangka meningkatkan
keterkaitan kegiatan produksi dan jasa di darat dan laut yang saling
mempengaruhi,

dengan

memperhatikan

potensi

sumber

daya

serta

orientasinya dan keterkaitannya dengan kota-kota serta kawasan-kawasan
andalan di darat.
4) Mengembangkan

kawasan-kawasan

kaya

mengarahkan pembangunan seoptimal

sumberdaya

alam

mungkin dan tetap

dengan
menjaga

kelestarian lingkungan (sustainable development).
5) Mengembangkan wilayah pulau dalam kerangka kerjasama ekonomi
internasional, seperti BIMP-EAGA dan AIDA, sehingga pulau-pulau di KTI
diharapkan dapat berperan sebagai prime mover pengembangan KTI.
Gambar 3.1
Peta Struktur Ruang Nasional

III-15

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
Tabel 3.5.
Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
NO
1

PROVINSI
Sulawesi

PKN
Kawasan Perkotaan

PKW
Pangkajene,

Selatan

Makassar- Sungguminasa- Jeneponto, Palopo,
Takalar-Maros

Watampone, Bulukumba,

(Maminasata)

Barru, Parepare

Tabel 3.6.
Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan
PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
NO

KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL

1 Kawasan
Perkotaan
Makassar –
Maros
– Sungguminasa
–Takalar
(Mamminasata)

SUDUT
KOTA /
KEPENTINGAN KABUPATEN *)

Ekonomi

Kota
Makassar,
Kab. Maros,
Kab. Gowa,
Kab. Takalar

PROVINSI

Sulawesi
Selatan

STATUS HUKUM

Perpres
No. 55 Tahun
2011 tentang
Rencana
Tata Ruang
Kawasan
Perkotaan
Makassar,
Maros,
Sungguminasa,
Takalar

Ket:
*) Penentuan kabupaten/kota yang menjadi wilayah delineasi KSN masih dapat berubah
sebelum Perpres RTRW KSN ditetapkan.

3.2. RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Kawasan Strategis Nasional yang ada di Kabupaten Gowa adalah
merupakan Kawasan Perkotaan Mamminasata yang merupakan Kawasan
Strategis Nasional dengan susut kepentingan ekonomi. Hal tersebut tertuang
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menetapkan kawasan Perkotaan
Metropolitan Mamminasata sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), dalam hal ini
wilayah-wilayah Kabupaten Gowa yang termasuk dalam kawasan Metropolitan
Mamminasata merupakan pusat perkotaan yang memiliki kepentingan dalam
skala nasional.

III-16

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah Perpres
No.

55

Tahun

2011

tentang

Rencana

Tata Ruang Kawasan Perkotaan

Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar. Untuk lebih jelasnya sebagaimana
pada gambar 3.2. dibawa ini.
Gambar 3.2
Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional (RTRWN 2008-2028),
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2008

III-17

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
Gambar 3.3
Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional (RTRWN 2008-2028),
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2008

III-18

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
3.3. Arahan RTRW Pulau
Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi merupakan perwujudan Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional di Pulau Sulawesi. Penetapan RTR Pulau Sulawesi
bertujuan untuk:
1.

Mencapai keseimbangan pemanfaatan ruang makro antara kawasan
berfungsi lindung dan budidaya, antara kawasan perkotaan dan
perdesaan, antar wilayah dan antar sektor, dalam satu ekosistem pulau
dan perairannya;

2.

Meningkatkan kesatuan pengembangan kegiatan ekonomi, sosial dan
pengembangan prasarana wilayah pada kawasan perkotaan dan
perdesaan

dengan

memperhatikan

kemampuan

daya

dukung

lingkungan;
3.

Menjamin efisiensi pelaksanaan pembangunan lintas sektor dan lintas
provinsi;

4.

Memulihkan daya dukung lingkungan untuk mencegah terjadinya
bencana yang lebih besar dan menjamin keberlanjutan pembangunan.

Fungsi RTR Pulau Sulawesi adalah memberikan dasar pencapaian
keterpaduan, keserasian dan keterkaitan spasial antar wilayah dan antar sektor di
dalam suatu kesatuan pulau dalam rangka optimasi pemanfaatan ruang.
1.

Struktur Ruang Wilayah Pulau Sulawesi
Struktur ruang wilayah Pulau Sulawesi disusun berdasarkan arahan pola
pengelolaan sistem pusat permukiman dan arahan pola pengelolaan
sistem

jaringan

prasarana

wilayah

yang

meliputi

arahan

pola

pengelolaan sistem jaringan prasarana transportasi, sistem jaringan
prasarana energi, sistem jaringan prasarana sumber daya air, dan sistem
jaringan prasarana perkotaan.
Pola pengelolaan sistem pusat permukiman di Pulau Sulawesi diarahkan
pada terbentuknya fungsi dan hirarki perkotaan sesuai dengan RTRWN.
Hirarki perkotaan meliputi Kota PKN, PKW, dan PKL sebagai satu
kesatuan sistem.

III-19

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
Tabel 3.7.
Arahan Sistem Pusat Permukiman di Provinsi Sulawesi Selatan Menurut RTR
Pulau Sulawesi
PKN
PKW
PKL
Kota
Luwu, Parepare, Masamba, Makale, Rantepao,
Metropolitan
Pangkajene,
W otu, Malili, Soroako, Sinjai,
Makasar
- Barru,
Palopo, Benteng, Bulukumba, Bantaeng,
Sungguminasa W atampone,
Sengkang,
W atansoppeng,
– Maros – Jeneponto
Pinrang, Sidenreng, Rappang,
Takalar
Enrekang.
Sumber : RTR Pulau Sulawesi

Sistem jaringan jalan di wilayah Sulawesi Selatan yang diprioritaskan
penanganannya berdasarkan RTR Pulau Sulawesi meliput :
1. Sistem jaringan arteri primer dengan prioritas tinggi pada ruas-ruas :
Makassar – Parepare –Mamuju – Palu – Pantoloan - Tobali,
2. Sistem jaringan arteri primer dengan prioritas sedang pada ruas-ruas :
Makassar - Maros – Watampone – Pel. Bajoe.
3. Sistem jaringan arteri primer dengan prioritas rendah pada ruas-ruas :
Makassar – Sungguminasa – Takalar – Bulukumba – Watampone Palopo.
Sistem

jaringan

jalan

rel

di

Pulau

Sulawesi

yang

diprioritaskan

penanganannya meliputi :
1. Sistem jaringan lintas utama dengan prioritas tinggi pada ruas-ruas:
Makassar – Parepare;
2. Sistem jaringan lintas utama dengan prioritas sedang pada ruas-ruas:
Makassar-Takalar Bulukumba, Kendar- Kolaka, dan Parepare-Bajoe;
3. Sistem jaringan lintas utama dengan prioritas rendah pada ruas-ruas:
Bulukumba – Bajoe – Palopo – Poso, Pare Pare – Mamuju,
4. Sistem jaringan lintas cabang dengan prioritas tinggi pada kawasan
perkotaan metropolitan Makassar- Sungguminasa- Maros-Takalar.
5. Pengembangan stasiun kereta sebagai simpul jaringan diarahkan pada
kota-kota PKN dan PKW.
Sistem

jaringan

prasarana

penanganannya mencakup :

transportasi

laut

yang

diprioritaskan

III-20

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
1. Pelabuhan Makassar sebagai Pelabuhan Internasional dengan prioritas
sedang;
2. Pelabuhan Palopo, Parepare, sebagai Pelabuhan Nasional dengan
prioritas tinggi;
3. Pelabuhan Luwuk, Selayar, sebagai Pelabuhan Nasional dengan
prioritas sedang;
4. Pelabuhan Barru, Bajoe, Bulukumba, Jeneponto, Sinjai dan Siwa
sebagai Pelabuhan Nasional dengan prioritas rendah;
Arahan pengembangan jalur-jalur penyeberangan lintas provinsi dan lintas
pulau meliputi :
1. Jalur penyeberangan lintas provinsi dalam lingkup internal yang
menghubungkan kota-kota : antara Sultra dengan Sulsel meliputi jalur
Makassar-Baubau, Lasusua-Siwa, Bajoe-Kolaka, Baubau-Bulukumba;
2. Jalur penyeberangan lintas pulau dalam lingkup internal Sulawesi yang
menghubungkan

kota-kota : Bulukumba-Selayar, dan Tondasi Muna-

Sinjai;
3. Jalur penyeberangan lintas pulau dalam lingkup eksternal Sulawesi yang
menghubungkan kota-kota dengan interaksi kuat : antara Sulsel-NTT
meliputi jalur Selayar-Reo; antara Sulsel-NTB-Jatim meliputi TakalarBima-Gresik; antara Sulsel-Kalsel meliputi jalur Barru-Batulicin;
4. Pengembangan jaringan transportasi perairan danau dilakukan di Danau
Tempe.
Sistem

jaringan

prasarana

transportasi

udara

yang

diprioritaskan

penanganannya mencakup :
1. Bandara Hasanudin di Makassar dan Sam Ratulangi di Manado sebagai
Pelabuhan Udara Pusat penyebaran primer dengan prioritas tinggi;
2. Bandara Pongtiku di Tana Toraja, Bubung di Luwuk sebagai Pelabuhan
Udara Pusat penyebaran tersier dengan prioritas tinggi;
3. Bandara Andi Jemma di Palopo, Tomia di Maranggo, Arupala di Selayar,
sebagai Pelabuhan Udara Pusat penyebaran tersier dengan prioritas
sedang;
4. Arahan pola pengembangan penerbangan internasional dari Sulawesi
Selatan yang disesuaikan dengan kebutuhan layanan penerbangan

III-21

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
komersial dengan prioritas pada jalur-jalur : Makassar – Singapura –
Kuala Lumpur, Makassar – Darwin, dan Manado – Taiwan – Tokyo.
Sistem jaringan prasarana energi yang diprioritaskan penanganannya
mencakup :
1. Peningkatan kapasitas dan pengembangan jaringan tenaga listrik untuk
Sistem Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo dengan prioritas
sedang pada : PLTA Bone, PLTA Poigar, PLTG Palu, PLTM Mangango
1, PLTG Baru, dan PLTU Barru;
2. Peningkatan kapasitas dan pengembangan jaringan tenaga listrik untuk
Sistem Sulawesi Selatan dengan prioritas tinggi pada : PLTA Bili-Bili 1-2,
PLTD Ampana, PLTD Moutong, PLTD Luwuk, PLTD Parigi, PLTD
Palopo,
3. Peningkatan kapasitas dan pengembangan jaringan tenaga listrik untuk
Sistem Sulawesi Selatan dengan prioritas sedang pada : PLTA Bontobatu, New PLTG, PLTM Lobong, dan PLTU Makassar.
4. Pengembangan

sistem

jaringan energi listrik diseleraskan dengan

pengembangan kawasan budidaya dan pusat-pusat permukiman.
5. Pengembangan jaringan listrik bertegangan tinggi diupayakan untuk
menghindari kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan dengan
tingkat kepadatan tinggi.
Sistem jaringan prasarana sumberdaya air permukaan yang diprioritaskan
penanganannya mencakup :
1. Satuan Wilayah Sungai dengan prioritas tinggi pada SWS Jeneberang,
SWS Bolango – Bone
2. Satuan Wilayah Sungai dengan prioritas sedang pada SWS Paleang –
Roraya, SWS Parigi – Poso, SWS Paguyaman – Randangan, SWS
Walanae – Cenranae.
3. Satuan Wilayah Sungai dengan prioritas rendah pada : Palu – Lariang,
Lasolo – Sampara, dan Towari – Susua;
4. Pembangunan bendungan-bendungan baru dan embung-embung besar
pada beberapa daerah aliran sungai, dengan prioritas tinggi Kabupaten
Palopo yang meliputi Larona dan Gilirang; Kabupaten Bantaeng,
Kabupaten Jeneponto, dan Kabupaten Polewali;

III-22

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
5. Pemeliharaan bendungan-bendungan pada beberapa daerah aliran
sungai, yang meliputi Kolaka; Larona di Kabupaten Palopo; dan
Bendungan Bilibili di Kabupaten Maros;
6. Penerapan konsep “Satu Sungai, Satu Rencana, Satu Pengelolaan
Terpadu” dari hulu hingga hilir;
7. Perlindungan sempadan sungai dari pemanfaatan yang tidak tepat
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
8. Pemeliharaan, peningkatan dan perluasan jaringan irigasi teknis pada
sentra-sentra produksi pangan nasional, meliputi :


kawasan pertanian tanaman pangan, meliputi : Palopo dsk, ParePare
dsk, Bulukumba dsk, dan Watampone dsk;



kawasan perkebunan, meliputi: Kawasan Palopo dsk, BulukumbaWatampone, Mamuju dsk, Parepare dsk,



kawasan peternakan, meliputi: kawasan Bulukumba – Watampone,
Parepare dsk,



kawasan perikanan, meliputi kawasan perikanan tambak yang
diarahkan pada Kawasan Watampone; dan kawasan perikanan
tangkap

yang

diarahkan

pada

Kawasan

Minasamamata

dsk,

Bulukumba, Watampone, Parepare dsk.


Penghutanan kembali kawasan konservasi pada hulu danau-danau
besar di Sulawesi, meliputi Danau Tempe, Danau Towuti.



Pengendalian pencemaran sungai dan air permukaan lain secara
ketat yang bersumber dari kegiatan permukiman perkotaan, pertanian,
industri, dan kegiatan pariwisata.

2.

Pola Ruang Wilayah Pulau Sulawesi

Arahan pola pengelolaan kawasan lindung sebagaimana mencakup :
1. Arahan pola pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan pada
kawasan bawahannya yang terdiri dari kawasan hutan lindung, kawasan
bergambut, dan kawasan resapan air;
2. Arahan pola pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan
setempat yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan
sekitar danau dan waduk serta kawasan sekitar mata air;

III-23

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
3. Arahan pola pengelolaan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan
cagar budaya;
4. Arahan pola pengelolaan kawasan rawan bencana lingkungan.
Arahan pola pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan pada
kawasan bawahannya yang diprioritaskan penanganannya mencakup :
1. Pencegahan terjadinya erosi dan atau sedimentasi pada kota-kota atau
kawasan-kawasan produksi khususnya yang berada pada kelerengan
terjal;
2. Pengendalian luasan hutan lindung seluas 579.300 ha di Provinsi
Sulawesi Selatan.
3. Melakukan penelitian dengan tingkat kedalaman yang lebih rinci dalam
rangka penetapan kawasan bergambut;
4. Mempertahankan keberadaan zona-zona resapan air di Sulawesi
Selatan yang mencakup puncak G. Lompobattang, Peg. Quarles dengan
puncak-puncak

G.

Rantemario,

G.

Sinjai,

G.

Paroreang,

G.

Gandadiwata, G. Kolonodale, G. Kambuno, G. Kabinturu, dan G.
Baleasa
Pola pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan
setempat yang diprioritaskan penanganannya mencakup :
1. Penetapan kawasan sempadan pantai sebagai kawasan berfungsi
lindung pada RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota;
2. Penetapan kawasan sempadan sungai sebagai kawasan berfungsi
lindung pada RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota;
3. Penetapan kawasan sekitar danau/waduk sebagai kawasan berfungsi
lindung pada RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota;
4. Penetapan kawasan sekitar danau/waduk secara bijaksana agar proses
pendangkalan danau-danau besar dapat dicegah, yang mencakup
Danau Limboto, Danau Towuti, Danau Matano, dan Danau Tempe;
5. Penetapan kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, sekitar
danau/waduk melalui RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten, dan RTRW
Kota.
Arahan pola pengelolaan kawasan yang suaka alam, pelestarian alam dan
cagar budaya yang diprioritaskan penanganannya mencakup :

III-24

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
1. Pengelolaan Cagar Alam meliputi: CA Karaenta (1.000 ha), CA
Pegunungan Faruhumpenai (90.000 ha), CA Bulu Saraung (5.690 ha),
CA Bantimurung (1.000 ha), CA Kalaena (110 ha), CA Ponda-Ponda
(77,22 ha), CA Tanjung Api (4.246 ha), CA Morowali (209.400 ha), CA
Pangi Binanga (6.000 ha), CA Gunung Tinombala (37.106,12 ha), CA
Gunung Sojol (64.448,71 ha), CA Napabalano (9 ha), CA Lamedae
(635,16 ha), CA Mas Popaya Raja (160 ha), CA Tangale (112,50 ha), CA
Panua (45.575 ha), CA Gn. Dua Saudara (4.299 ha), CA Tangkoko
Batuangus (3.196 ha), CA Gunung Lokon (100 ha), CA Gunung Ambang
(8.638 ha), dan CA Putih (615 ha);
2. Pengelolaan Taman Buru meliputi: TB Komara (4.610 ha), TB Landusa
Tomata (5.000 ha), TB Padang Mata Osu (8.000 ha), TB Karakelang
Utara dan Selatan (24.669 ha);
3. Pengelolaan Taman Nasional meliputi: TN Taka Bone Rate (530.765 ha),
TN Lore Lindu (217.991,18 ha), TN Rawa Aopa Watumohai (105.194
ha), TN Laut Kepulauan Wakatobi (1.390.000 ha), TN Bogani Nani
Wartabone (287.115 ha), dan TN Laut Bunaken Manado Tua (89.065
ha);
4. Pengelolaan Suaka Margasatwa meliputi: SM Lampoko Mampie (2.000
ha), SM Bontobahari (4.000 ha), SM Komara (3.390 ha), SM Pati-pati
(3.103,79 ha), SM Lombuyan I/II (3.069 ha), SM Dolangan (462 ha), SM
Bakiriang (12.500 ha), SM Pinjam/Tanjung Matop (1.612,50 ha), SM
Tanjung Amolengo (605 ha), SM Buton Utara (82.000 ha), Tanjung
Batikolo (4.016 ha), SM Tanjung Peropa (38.000 ha), SM Nantu (31.215
ha), dan SM Gunung Manembo-nembo (6.500 ha);
5. Pengelolaan Taman Wisata meliputi: TW Danau Matano dan Mahalona
(30.000 ha), TW Danau Towuti (65.000 ha), TW Bantimurung (118 ha),
TW Goa Patunuang (1.500 ha), TW Malino (3.500 ha), TW Sidrap (500
ha), TW Nanggala III (500 ha), TW Cani Sirenrang (3.125 ha), TW Leija
(1.265 ha), TW Air Terjun Wera (250 ha), TW Mangolo (5.200 ha), TW
Tirta Rimba (500 ha), TW Pulau Padamarang (36.000 ha), TW Batu
Angus (635 ha), dan TW Batu (615 ha);

III-25

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
6. Pengelolaan Taman Wisata Laut meliputi: TWL Kepulauan Kapoposang
(50.000 ha), dan TWL Teluk Lasolo (81.800 ha);
7. Pengelolaan Taman Hutan Rakyat meliputi : THR Pabuya Paniki (7.128
ha), THR Palu (8.100 ha), dan THR Murhum (7.877,50 ha).
Pola pengelolaan kawasan rawan bencana lingkungan yang diprioritaskan
penanganannya mencakup :
1. Penanganan bencana alam berdasarkan siklus bencana melalui tindakan
preventif dengan pembuatan peta bencana alam, mitigasi bencana
melalui pengawasan terhadap pelaksanaan rencana tata ruang,
kesiapsiagaan masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana,
tanggap darurat, pemulihan dan pembangunan kembali pasca bencana;
2. Peta bencana lingkungan perlu dijadikan acuan dalam pengembangan
wilayah provinsi, kabupaten, dan kota;
3. Pengendalian kota-kota dan kawasan-kawasan budidaya dari bencana
gempa bumi terutama di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yakni pada
jalur antara Kota Mamuju-Majene-Tana Toraja-Enrekang-Luwu-PosoPalu-Teluk Tomini
4. Pengendalian kota-kota dan kawasan-kawasan budidaya dari bencana
gerakan

tanah

atau

longsor

terutama

di

lereng

kaki

Gunung

Lompobatang bagian utara, Luwu, Mamuju, Tana Toraja, Sidrap,
Soppeng, Barru, Sinjai dan Bone.
5. Pengendalian kota-kota dan kawasan-kawasan budidaya dari bencana
kenaikan muka air laut akibat fenomena pemanasan global terutama di
kawasan pesisir Teluk Makassar;
6. Melakukan penelitian dengan tingkat kedalaman yang lebih rinci dalam
rangka penetapan kawasan rawan bencana lingkungan dan wilayah
pengaruhnya.
Arahan

pola

pengelolaan

kawasan

andalan

yang

diprioritaskan

penanganannya mencakup penanganan kawasan dengan prioritas tinggi
pada KAPET Parepare dan penanganan kawasan dengan prioritas sedang
pada kawasan andalan Palopo. Arahan pola pengelolaan kawasan andalan
laut yang diprioritaskan penanganannya di Provinsi Sulawesi Selatan
mencakup penanganan kawasan dengan prioritas sedang pada kawasan
andalan laut Teluk Bone dan sekitarnya serta Selat Makassar dan
sekitarnya.

III-26

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

III-27

Tabel 3.8
Strategi Pengembangan Sistem Pusat Permukiman di Pulau Sulawesi
No
I
1.1

Nama Kota

Fungsi Kota

Jenis Pelayanan

Strategi Pengembangan

Jasa, Pemerintahan,
Pertanian, Perkebunan,
Pariwisata, Perikanan,
Perhubungan,
Keuangan,
Perdagangan, dan
Industri.

 Diarahkan untuk menjadi pusat pertumbuhan
wilayah nasional yang mendorong pertumbuhan
kota-kota disekitarnya sebagai sentra produksi
wilayah pulau dan Indonesia bagian Timur, seperti
pertanian, perkebunan, pariwisata bahari, perikanan,
industri, dan perhubungan (laut, udara, dan darat).

Sulawesi Selatan
Metro
Makassar –
Maros –
Sunggumina
sa – Takalar
(Maminasata
)

PKN

 Meningkatkan aksesibilitas antar kota dari Makassar
ke kota Manado-Bitung, Kendari, Palu, dan
Gorontalo melalui jaringan darat dan udara, serta ke
kota-kota wilayah pengaruh (Mamuju-Pare-pare –
Barru – Pangkajene – Maros –Takalar), termasuk ke
Bajoe dan Watampone sebagai tujuan bagian barat
wilayah propinsi Sulawesi Selatan.
 Mengembangkan kerjasama pembangunan antar
kota di kawasan Metropolitan Maminasata
(Makassar-Maros-Sungguminasa-Takalar).
 Meningkatkan kualitas pelayanan prasarana dan
sarana perkotaan dengan standar nasional yang
diarahkan untuk mendukung pelayanan kegiatan
Pemerintahan, Jasa Keuangan, Perdagangan,
Industri dan Pelabuhan.
 Mengembangan sistem jaringan kereta api angkutan
massal untuk pelayanan metropolitan.
 Mengamankan Teluk Makassar dari resiko
pendangkalan atau sedimentasi yang serius.
 Mengembangkan kualitas pelayanan prasarana dan
sarana kota yang memenuhi standar Internasional
(bandara, pelabuhan, telekomunikasi, kesehatan),
termasuk dengan mendorong peran swasta yang
lebih besar secara selektif.
 Memantapkan kerjasama ekonomi dengan kota-kota
dunia yang menjadi tujuan kegiatan export – import,
khususnya kota-kota yang masuk dalam lingkup
Kerjasama
Ekonomi
Sub-Regional
BruneiIndonesia-Malaysia dan Philipina (KESR BIMPEAGA), Asia Pasifik, dan kawasan lainnya.
 Meningkatkan kerjasama pengelolaan prasarana
dan
sarana
kota
dengan
kota
Maros,
Sungguminasa, dan Takalar dalam hal pengelolaan
air bersih, air limbah, persampahan, dan drainase
sebagai kesatuan pengelolaan kota metropolitan.
 Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan
yang terkait dengan keimigrasian, kepabeanan, dan
karantina yang melayani Sulawesi bagian Selatan,
Tenggara, serta Indonesia bagian Timur lainnya.
 Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation)
sebagai pelengkap dari RTRW Kota.
 Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan
metropolitan, menghindari terjadinya konurbasi
kawasan.
 Menyiapkan rencana tata ruang kawasan perkotaan
metropolitan Maminasata untuk keterpaduan
pembangunan sektor dan daerah otonom.

Sumber : RTR Pulau Sulawesi

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

III-28

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019

III-29

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
3.4. Arahan RTRW Provinsi
1.

Tujuan
Tujuan umum penyusunan RTRWP Sulsel Tahun 2008-2028 adalah untuk

mewujudkan ruang wilayah provinsi yang mengakomodasikan keterkaitan antar
kawasan andalan, antar kawasan strategis, antar kabupaten dan kota dalam
perwujudan perekonomian dan lingkungan yang berkesinambungan.
Tujuan khusus penyusunan RTRWP Sulsel adalah untuk:
1) Menciptakan kepastian hukum dalam hal pemanfaatan ruang provinsi,
sebagai salah satu faktor penting dalam merangsang partisipasi
pemangku kepentingan dalam berinvestasi.
2) Menjadi pedoman bagi aparat terkait dalam hal pengendalian
pemanfaatan ruang, baik melalui pengawasan dan atau perizinan
maupun tindakan penertiban pemanfaatan ruang lintas kab./ kota.
3) Merupakan dasar bagi penyusunan rencana yang bersifat lebih
operasional dalam perencanaan pembangunan dan pemanfaatan ruang
di wilayah Provinsi Sulsel.
2.

Struktur Ruang
a) Sistem Perkotaan
Berdasarkan PP No 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional sistem
perkotaan ditentukan sebagai berikut:


Pusat

Kegiatan

Nasional

(PKN)

berupa

Kawasan

Perkotaan

Mamminasata;


Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang berskala provinsi Pangkajene,
Jeneponto, Palopo, Watampone, Bulukumba, Barru dan Parepare;



Pusat Kegiatan Lokal (PKL) merupakan pusat-pusat kegiatan skala
kabupaten dan kota, sebagai pusat kegiatan industri dan jasa, serta
simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa
kecamatan, sehingga semua kota dan ibukota kabupaten juga berfungsi
sebagai PKL.



Pusat kegiatan sub lokal merupakan kawasan pengembangan ekonomi
lokal atau Local Economic Development (LED) termasuk sentra-sentra
produksi pertanian termasuk kehutanan, perkebunan, tanaman pangan,
peternakan dan perikanan, sentra produksi pertambangan, pusat-pusat
industri manufaktur, pusat perdagangan, kawasan wisata, pusat
pelayanan jasa yang tersebar di seluruh wilayah provinsi Sulsel.

III-30

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
Rencana Struktur Ruang Provinsi Sulawesi Selatan , diperlihatkan pada
Gambar 3.6.

III-31

LAPORAN FINAL
RPI2-JM KABUPATEN GOWA TAHUN 2015-2019
3.

Pola Ruang
a) Kawasan Lindung
Menyadari pentingnya keberadaan dan fungsi kawasan lindung bagi

kehidupan manusia di satu sisi, dan melihat besarnya ancaman pengrusakan oleh
penduduk karena desakan ekonomi dan kebutuhan ruang hunian di sisi lain, perlu
dibangun suatu sistem pengelolaan kawasan lindung yang lebih rasional.
Paradigmanya perlu diubah dari penekanan pada aspek legal dan lingkungan
semata-mata ke aspek keterpaduan antara legal-lingkungan dan sosial-ekonomibudaya. Masyarakat tidak hanya dilihat sebagai ancaman, tetapi juga sebagai
potensi yang bermanfaat sebagai pengendali dan pemelihara kawasan lindung
secara aktif. Dalam pendekatan ini, kawasan lindung, misalnya dalam wilayah
DAS, dilindungi oleh pendud