DOCRPIJM 948d0e239d BAB IIIBAB 3 Arahan strategis Nasional Kab. HSU Bantek RPI2JM

  Laporan Akhir

3.1 RTRW NASIONAL

3.1.1 Rencana Struktur Ruang Nasional

  Sesuai dengan lingkup perencanaan RTRWN yang meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka arahan RTRWN yang akan dijadikan sebagai acuan adalah kebijakan dan rencana yang ditetapkan lokasinya di Provinsi Kalimantan Selatan dan Kabupaten Hulu Sungai Utara, sebagai berikut :

1. Sistem Perkotaan Nasional a.

  Pusat Kegiatan Nasional (PKN) : Banjarmasin b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) : 1). Amuntai

  2). Martapura 3). Marabahan 4). Kotabaru 2. Jalan Bebas Hambatan a.

  Banjarmasin

  • – Liang Anggang b.

  Liang Anggang

  • – Pelaihari c.

  Kuala Kapuas

  • – Banjarmasin d.

  Marabahan

  • – Banjarmasin e.

  Liang Anggang

  • – Martapura f.

  Pelaihari

  • – Pagatan g.

  Pagatan

  • – Batulicin h.

  Batulicin

  • – Tanah Grogot (Kuaro)
Laporan Akhir

  3. Pelabuhan Sebagai Simpul TransportasiLaut Nasional a.

  Pelabuhan Internasional : Pelabuhan Banjarmasin b. Pelabuhan Nasional : Pelabuhan Batulicin 4. Bandar Udara Sebagai Simpul Transportasi Udara Nasional a.

  Pusat Penyebaran Sekunder : Bandara Syamsuddin Noor b. Pusat Penyebaran Tersier : Bandara Stagen 5. Wilayah Sungai

  Wilayah Sungai Barito - Kapuas 6. Kawasan Lindung Nasional a.

  Suaka Margasatwa Pleihari - Martapura b. Suaka Margasatwa Kuala Lupak c. Cagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut, Selat Sebuku d.

  Cagar Alam Teluk Pamukan e. Cagar Alam Sungai Lulan Dan Sungai Bulan f. Cagar Alam Teluk Pamukan g.

  Taman Hutan Raya Sultan Adam h. Taman Wisata Alam Pleihari Tanah Laut i. Taman Wisata Alam Laut Pulau Laut Barat

  • – Selatan dan Pulau Sembilan 7.

  Kawasan Andalan Nasional a.

  Kawasan Kandangan dan sekitarnya b. Kawasan Banjarmasin Raya dan sekitarnya c. Kawasan Batulicin d.

  Kawasan Andalan Laut Pulau Laut 8. Kawasan Strategis Nasional

  Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin Dari arahan RTRW Nasional tersebut diatas, maka kebijakan nasional yang terkait dan bersinggungan langsung dengan wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah sebagai:

  1. Sistem Perkotaan Nasional sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Amuntai.

  2. Kawasan Andalan Nasional sebagai pengembangan Kawasan Kandangan dan sekitarnya.

3.2 ARAHAN RTRW PULAU KALIMANTAN

  Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Kalimantan disyahkan pada tanggal 5 Januari 2012 dalam bentuk Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2012 tanggal 5 Januari 2012 tentang RTRW Pulau Kalimantan. Tujuan dari penyusunan RTRW Pulau Kalimantan adalah untuk mewujudkan: Laporan Akhir

  1. Kelestarian kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasanberfungsi lindung yang bervegetasi hutan tropis basah paling sedikit 45% (empat puluh lima persen) dari luas Pulau Kalimantan sebagai Paru-paruDunia; 2. Kemandirian energi dan lumbung energi nasional untuk ketenagalistrikan; 3. Pusat pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi di Pulau Kalimantan; 4. Pusat perkebunan kelapa sawit, karet, dan hasil hutan secara berkelanjutan; 5. Kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara Malaysia dengan memperhatikankeharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup;

  6. Pusat pengembangan kawasan perkotaan nasional yang berbasis pada air; 7.

  Kawasan ekowisata berbasis hutan tropis basah dan wisata budayaKalimantan; 8. Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antar wilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah;

  9. Swasembada pangan dan lumbung pangan nasional.

  Arahan RTRW Pulau Kalimantan berupa rencana struktur ruang, rencana infrastruktur dan rencana pemanfaatan ruang di Provinsi Kalimantan Selatan sebagai berikut:

A. Rencana Struktur Ruang Pulau Kalimantan 1.

  Pusat industri hilir pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKN Banjarmasin, 2. Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKW Amuntai, PKW

  Martapura, PKW Marabahan, dan PKW Kotabaru 3. Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan PKN Banjarmasin, PKW Amuntai, PKW Martapura, PKW Marabahan, dan PKW Kotabaru.

  4. Pusat industri pengolahan danindustri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan di PKN Banjarmasin, PKW Martapura, PKW Marabahan, dan PKW Kotabaru

  5. Pusat pengembangan ekowisata di PKN Banjarmasin, dan PKW Kotabaru 6.

  Pusat pengembangan wisata budaya di PKN Banjarmasin, dan PKW Amuntai 7. Pusat kegiatan ekonomi di PKN Banjarmasin,PKW Martapura, dan PKW Marabahan Laporan Akhir

Gambar 3.1 Rencana Struktur Ruang Nasional

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

  3 - 4

  Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2015 - 2019 Laporan Akhir

Gambar 3.2. Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

  3 - 5

  Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2015 - 2019

B. Rencana Pengembangan Infrastruktur 1.

  Pengembangan jaringan drainase di PKN dan PKW yang terintegrasi dengan sungai di PKN Banjarmasin yang terintegrasi dengan Sungai Barito.

2. Pengembangan jaringan jalan arteri primer pada Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau

  Kalimantan, yang merupakan bagian dari Jaringan Jalan Trans Kalimantan, yang menghubungkan: a.

  Sei Pinyuh

  • – Pontianak – Tayan – Nanga Tayap – Kudangan – Penopa – Nanga Bulik – Pangkalan Bun – Sampit – Kotabesi – Kasongan – Palangkaraya – Pulang Pisau – Kuala Kapuas – Banjarmasin – LiangAnggang; b.

  Liang Anggang

  • – Pelaihari – Pagatan – Batulicin – Batuaji – TanahGrogot – Kuaro c.

  Muara Teweh

  • – Ampah – Tamiang Layang-Kelua, Barabai – Mabuun; Simpang Serapat – Benua Anyar.

  3. Pengembangan jaringan jalan nasional yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pertumbuhan dengan pelabuhan danbandar udara untuk mendukung pemasaran dan distribusi produk unggulan meliputi jaringan jalan arteri primer yang menghubungkan: a.

  PKN Banjarmasin dengan Pelabuhan Banjarmasin (Kota Banjarmasin) dan Bandar Udara Syamsuddin Noor (Kota Banjarmasin).

  b.

  PKW Kotabaru dengan Pelabuhan Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu) dan Bandar Udara Stagen (Kabupaten Kotabaru).

  4. Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan untuk melayani PKN sebagai pusat pertumbuhan utama meliputi jaringan jalan bebas hambatan antarkota yang menghubungkan: a.

  Banjarmasin-Liang Anggang, Liang Anggang-Pelaihari, Kuala Kapuas-Banjarmasin.

  b.

  Marabahan-Banjarmasin; Liang Anggang-Martapura; Pelaihari-Pagatan; Pagatan- Batulicin; dan Batulicin-Tanah Grogot (Kuaro).

  5. Pengembangan jaringan jalan nasional yang terpadu dengan jaringan jalur kereta api, pelabuhan, bandar udara, serta transportasi sungai danpenyeberangan untuk membuka keterisolasian wilayah Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan yang terpadu dengan Pelabuhan Banjarmasin (Kota Banjarmasin), dan Pelabuhan Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu).

6. Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan yang terpadu dengan Bandar Udara

  Syamsuddin Noor (Kota Banjarmasin), dan Bandar Udara Stagen (Kabupaten Kotabaru) 7. Jaringan Jalan Lintas Tengah Pulau Kalimantan yang terpadu dengan jaringan transportasi sungai di Sungai Barito.

  8. Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan yang terpadu dengan jaringan transportasi sungai di Sungai Barito.

  9. Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Selatan Pulau Kalimantan Bagian Timur yang melalui Balikpapan-Tanah Grogot

  • – Tanjung-Ampah, Batulicin - Pelaihari - Banjarmasin - Kuala Kapuas - Pulang Pisau- Palangkaraya.

  10. Pengembangan jaringan transportasi sungai untuk melayani PKN, PKW, dan kawasan permukiman pada bagian hulu sungai dilakukan di: a. jaringan transportasi Sungai Barito yang menghubungkan PKW Muara Teweh dan PKW Buntok dengan PKN Banjarmasin.

  b. jaringan transportasi Sungai Nagara yang menghubungkan PKW Amuntai dengan PKN Banjarmasin.

  11. Pengembangan jaringan transportasi sungai untuk melayani pengangkutan batubara, hasil hutan, dan komoditas unggulan lainnya dilakukan pada jaringan transportasi Sungai Barito.

  12. Pengembangan jaringan transportasi penyeberangan untuk membuka keterisolasian wilayah pulau-pulau kecil terluar, meningkatkan keterkaitan antar provinsi di Pulau Kalimantan dengan provinsi di luar Pulau Kalimantan, dan antarnegara yaitu menghubungkan : a.

  Batulicin - Garongkong (Pulau Sulawesi); b.

  Batulicin - Barru (Pulau Sulawesi) c. Banjarmasin - Semarang (Pulau Jawa) d.

  Banjarmasin - Lamongan (Pulau Jawa); 13. Pengembangan dan pemantapan pelabuhan yang melayani kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan menuju pasar nasional dan internasional: a.

  Pelabuhan Banjarmasin (Kota Banjarmasin) sebagai pelabuhan utama untuk melayani  PKN Banjarmasin, PKW Marabahan, dan PKW Martapura sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Banjarmasin Raya dan Sekitarnya.

   PKW Amuntai sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Kandangan dan Sekitarnya.

  b.

  Pelabuhan Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu) sebagai pelabuhan pengumpul untuk melayani PKW Kotabaru sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Batulicin dan Kawasan Andalan Laut Pulau Laut.

  14. Pengembangan akses dan jasa kepelabuhanan di sepanjang Alur Laut Kepulauan Indonesia I dan Alur Laut Kepulauan Indonesia II dilakukan di Pelabuhan Banjarmasin (Kota Banjarmasin) dan Pelabuhan Batulicin (KabupatenTanah Bumbu).

  15. Pemanfaatan bersama pelabuhan guna kepentingan pertahanan dan keamanan negara dilakukandi sekitar Pelabuhan Banjarmasin dan Pelabuhan Batulicin (KabupatenTanah Bumbu).

  16. Pengembangan alur pelayaran yang menghubungkan antar pelabuhan meliputi alur pelayaran yang menghubungkan Pelabuhan Banjarmasin (Kota Banjarmasin), dan Pelabuhan Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu).

  17. Pengembangan sarana bantu navigasi pelayaran pada kawasan konservasi perairan yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi Taman Wisata AlamLaut Pulau Laut Barat-Selatan dan Pulau Sembilan (Kabupaten Kotabaru).

  18. Pengembangan dan pemantapan bandar udara yang terpadu dengan sistem jaringan transportasi darat untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah yaitu di : a.

  Bandar Udara Syamsuddin Noor (Kota Banjarmasin) sebagai Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder yang terpadu dengan pengembangan Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan dan Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Selatan Pulau Kalimantan Bagian Timur.

  b.

  Bandar Udara Stagen (Kabupaten Kotabaru) sebagai bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier yang terpadu dengan pengembangan Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan.

  19. Pengembangan bandar udara untuk melayani kawasan perkotaan nasional sebagai pintu gerbang internasional dalam rangka mendukung kegiatan ekowisata, wisata budaya, dan industri dilakukan Bandar Udara Syamsuddin Noor (Kota Banjarmasin).

  20. Pemanfaatan bersama bandar udara guna kepentingan pertahanan dan keamanan negara dilakukan di Bandar Udara Syamsuddin Noor (Kota Banjarmasin) dan Bandar Udara Stagen (Kabupaten Kotabaru).

  21. Jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Tanah Laut-Banjar Baru-Banjarmasin - Barito - Kuala Kapuas - Pulang Pisau - Katingan -Kotawaringin Timur - Seruyan - Kotawaringin Barat - Lamandau -Ketapang - Pontianak dan jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Natuna-Pontianak-Palangkaraya-Banjarmasin.

  22. Pengembangan jaringan pipa transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi untuk melayani kawasan andalan jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Kutai - Penajam Paser Utara - Paser - Kotabaru - Tanah Bumbu - Tanah Laut.

  23. Jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Tanah Laut - Banjar Baru- Banjarmasin - Barito Kuala - Kapuas - Pulang Pisau - Katingan - Kotawaringin Timur - Seruyan - Kotawaringin Barat - Lamandau -Ketapang - Pontianak, jaringan pipa transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi Natuna

  • – Pontianak – Palangkaraya-Banjarmasin.

  24. Pengembangan pembangkit listrik berbasis energi baru berupa PLTU Asam-asam (KabupatenTanah Laut), PLTA Kusan (Kabupaten Kotabaru), PLTA Riam Kanan (Kabupaten Banjar) dan PLTA M Noor (Kabupaten Banjar),.

  25. Pengembangan pembangkit listrik pada mulut tambang kawasan pertambangan batubara Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Tapin.

  26. Pengembangan dan rehabilitasi jaringan transmisi tenaga listrik untuk melayani kawasan perkotaan nasional, kawasan andalan, kawasan terisolasi, dan kawasan perbatasan negara.

  27. Pengembangan jaringan terestrial yang menghubungkan antar pusat perkotaan nasional dan melayani kawasan andalan Jaringan Pelayanan Pusat Pertumbuhan di Pantai Selatan Kalimantan yang menghubungkan PKN Banjarmasin, PKW Marabahan, PKW Martapura, PKW Amuntai, dan PKW Kotabaru serta melayani Kawasan Andalan Kandangan dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Banjarmasin Raya dan Sekitarnya, dan Kawasan Andalan Batulicin.

  28. WS lintas provinsi WS Barito Kapuas yang melayani PKN Banjarmasin, PKW Kuala Kapuas, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Martapura, PKW Marabahan, dan Kawasan Andalan Buntok, Kawasan Andalan Muara Teweh, Kawasan Andalan Kuala Kapuas, Kawasan Andalan Kandangan dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Banjarmasin Raya dan Sekitarnya.

  29. Rehabilitasi DAS kritis DAS Barito pada WS Barito-Kapuas.

  30. Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan imbuhan air tanah dan pelepasan air tanah pada daerah cekungan air tanah (CAT) Palangkaraya-Banjarmasin.

  31. Pemeliharaan dan pengembangan bendungan beserta waduknya untuk mempertahankan daya tampung air Waduk Riam Kanan (Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru) yang melayani PKN Banjarmasin, PKW Martapura dan Kawasan Andalan Banjarmasin Raya dan Sekitarnya; 32. Pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi teknis pada DI untuk meningkatkan luasan lahan pertanian pangan dilakukan di jaringan irigasi pada DI Riam Kanan

  (Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru), DI Tapin (Kabupaten Tapin), DI Telaga

  Langsat (Kabupaten Hulu Sungai Selatan), DI Sungai Bungur (Kabupaten Kota Baru), dan DI Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu).

C. Kawasan Lindung Nasional

Tabel 3.1 Rencana Kawasan Lindung RTRW Pulau Kalimantan di Provinsi Kalimantan Selatan

  Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kota Kota

  Rencana Kawasan Lindung Tanah Barito Balang- Taba- Banjar Tapin HSS HSU HST Tanbu Ktbr Bjms Bjbr

  Laut Kuala an long Perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati tumbuhan dan satwa endemik

  V V

  V V

  V V

  V V kawasan di kawasan hutan lindung Pemertahanan luasan kawasan bervegetasi hutan tetap yang memberikan

  V V

  V V

  V V

  V V perlindungan terhadap kawasan bawahannya Pengendalian kegiatan pemanfaatan ruang di kawasan

  V V

  V V

  V V

  V V hutan lindung Rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi

  V V

  V V

  V V

  V V dalam rangkamemelihara keseimbangan ekosistem pulau Pemertahanan permukiman masyarakat adat dan penyediaan akses

  V V

  V V

  V V

  V V bagimasyarakat adat yang tidak mengganggu kawasan berfungsi lindung Pemertahanan & peningkatan fungsi kawasan resapan air, Hulu Sungai Barito khususnyapada hulu sungai Pengendalian kegiatan pemanfaatan ruang di kawasan Hulu Sungai Barito resapan air Pengendalian perkembangan sempadan Sungai Kapuas, sempadan Sungai Barito, sempadan SungaiMurung, kawasan terbangun yang sempadan Sungai Martapura, sempadan Sungai Riam Kanan,sempadan Sungai Riam mengganggudan/atau merusak Kiwa, sempadan Sungai Nagara, dan sempadanSungai Tapin di WS Barito-Kapuas fungsi sempadan sungai Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kota Kota

  Rencana Kawasan Lindung Tanah Barito Balang- Taba- Banjar Tapin HSS HSU HST Tanbu Ktbr Bjms Bjbr

  Laut Kuala an long Pengendalian pemanfaatan Danau Bangkau (Kabupaten Hulu SungaiSelatan dan Kabupaten Hulu Sungai ruang pada kawasan sekitar Tengah), Danau Bitin (KabupatenHulu Sungai Utara), Waduk RiamKanan (Kabupaten danau atau wadukyang Banjar dan Kota Banjarbaru) berpotensi mengganggu dan/atau merusak fungsi kawasan sekitardanau atau waduk Suaka Margasatwa Pelaihari

  V Martapura Suaka MargasatwaKuala Lupak

  V

  • – Cagar Alam Teluk Kelumpang

  V Selat Laut

  • – Selat Sebuku Cagar Alam Teluk Pamukan

  V Cagar Alam Sungai Lulan dan Sungai Bulan Taman Hutan Raya Sultan

  V V Adam Taman Wisata AlamPelaihari

  V CagarAlam Gunung Sebatung

  V TamanWisata Alam Laut Pulau Laut Barat-Selatan dan Pulau

  V Sembilan Pelestarian kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

  V Loksado Pasar Terapung

  V Pemertahanan kawasan pantai berhutan bakau di wilayah

  V V

  V V

  V pesisir untukperlindungan pantai dan kelestarian biota laut Pengembangan jaringan drainase yang terintegrasi

  V V V dengan sungai padakawasan perkotaan yang rawan banjir Pemertahanan fungsi kawasan cagar alam geologi yang

  V V memiliki keunikanbentang alam berupa karst kawasan rawan gerakan tanah

  V V

  V V

  V V

  V Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kota Kota

  Rencana Kawasan Lindung Tanah Barito Balang- Taba- Banjar Tapin HSS HSU HST Tanbu Ktbr Bjms Bjbr

  Laut Kuala an long Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada kawasanimbuhan air

  V V

  V V

  V V

  V V

  V V

  V tanah (CAT) Palangkaraya- Banjarmasin koridor ekosistem burung endemik yg menghubungkanantarekosistem pesisir, yang menghubungkan CA Teluk Kelumpang-Selat

  V V

  V Laut-Selat Sebuku, CA Sungai Lulan dan SungaiBulan, CA Teluk Pamukan, Tahura SultanAdam dan TWA Pelaihari

  Sumber: Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2012 tanggal 5 Januari 2012 tentang RTRW Pulau Kalimantan D.

   Kawasan Budidaya

Tabel 3.2 Rencana Kawasan Budidaya RTRW Pulau Kalimantan di Provinsi Kalimantan Selatan

  Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kota Kota

  Rencana Kawasan Budidaya Tanah Barito Balang- Taba- Banjar Tapin HSS HSU HST Tanbu Ktbr Bjms Bjbr

  Laut Kuala an long Pengembangan kawasan peruntukan hutan yang didukung dengan industripengolahan dengan

  V V

  V V

  V V

  V V

  V prinsip berkelanjutan dilakukan pada kawasan peruntukan hutan Pemertahanan luasan kawasan peruntukan pertanian beririgasi, rawapasang surut dan sawah non irigasi,

  V V

  V V

  V V

  V V

  V V termasuk yang merupakan lahanpertanian pangan berkelanjutan Pengendalian alih fungsi lahan kawasan pertanian sawah

  V V

  V V

  V V

  V V

  V V menjadinon sawah Pengembangan kawasan

  V V

  V V

  V V

  V V

  V V peruntukan pertanian Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kota Kota

  Rencana Kawasan Budidaya Tanah Barito Balang- Taba- Banjar Tapin HSS HSU HST Tanbu Ktbr Bjms Bjbr

  Laut Kuala an long Pengembangan kawasan budi

  V V

  V V

  V V

  V daya perkebunan kelapa sawit Pengembangan kawasan budi

  V V

  V V

  V V

  V V

  V daya perkebunan karet Pengembangan sentra produksi

  V V

  V V perikanan Pengembangan kawasan minapolitan berbasis

  V V

  V V

  V V masyarakat Pengembangan kegiatan

  V V

  V V perikanan budi daya kawasan peruntukan

  V V

  V V

  V V pertambangan mineral kawasan peruntukan

  V V

  V V

  V V

  V V

  V V

  V V pertambangan batubara kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas

  V V

  V V

  V V

  V V

  V V bumi Pengembangan kawasan peruntukan industri pengolahan hasilpertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas

  V bumi yang didukungoleh pengelolaan limbah industri terpadu pengembangan industri pengolahan kelapa sawit dan

  V V

  V V

  V karet padakawasan peruntukan industri pengembangan industri pengolahan hasil hutan pada

  V kawasanperuntukan industri pengembangan industri pengolahan dan industri jasa hasil pertaniantanaman pangan

  V V

  V V pada kawasan peruntukan industri pengembangan industri

  V V

  V pengolahan dan industri jasa Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kota Kota

  Rencana Kawasan Budidaya Tanah Barito Balang- Taba- Banjar Tapin HSS HSU HST Tanbu Ktbr Bjms Bjbr

  Laut Kuala an long hasil perikananpada kawasan peruntukan industri Pengembangan dan pemanfaatan kawasan ekowisata berbasis ekosistemkehidupan orang

  V V utan, bekantan, meranti, anggrek, serta satwa dantumbuhan endemik kawasan lainnya Pengembangan prasarana dan sarana pendukung kegiatan ekowisata padazona

  V V pemanfaatan di kawasan konservasi dengan prinsip- prinsipberkelanjutan Pelestarian kawasan permukiman berbasis budaya

  V Kalimantan Pengembangan prasarana dan sarana transportasi yang menghubungkanantara kawasan ekowisata, wisata

  V V

  V budaya, obyek wisata lainnya, dankawasan perkotaan Pengembangan kawasan peruntukan permukiman di kawasan perkotaanyang didukung oleh Prasarana dan

  V V

  V V

  V sarana perkotaan yang adaptif terhadapancaman bencana banjir Pengembangan kawasan untuk kegiatan sektor unggulan kehutanan,termasuk kegiatan industri pengolahan hasil

  V hutan, permukiman, sertajaringan prasarana dan sarana Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kota Kota

  Rencana Kawasan Budidaya Tanah Barito Balang- Taba- Banjar Tapin HSS HSU HST Tanbu Ktbr Bjms Bjbr

  Laut Kuala an long Pengembangan kawasan untuk kegiatan sektor unggulan pertanian,termasuk kegiatan industri pengolahan hasil

  V V

  V V

  V pertanian, permukiman, sertajaringan prasarana dan sarana Pengembangan kawasan untuk kegiatan sektor unggulan perkebunan, termasuk kegiatan

  V V

  V V

  V V industri pengolahan hasil perkebunan, permukiman,serta jaringan prasarana dan sarana Pengembangan kawasan untuk kegiatan sektor unggulan perikanan,termasuk kegiatan industri pengolahan hasil

  V V

  V V

  V V

  V perikanan, permukiman, sertajaringan prasarana dan sarana Pengembangan kawasan untuk kegiatan sektor unggulanp ertambangan, termasuk kegiatan industri pengolahan pertambangan, lokasi pembuangantailing dengan

  V memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkunganhidup, permukiman, serta jaringan prasarana dan sarana Pengembangan kawasan untuk kegiatan industri dan

  V V

  V V

  V V permukiman, sertajaringan prasarana dan sarana Pengembangan kawasan untuk kegiatan sektor unggulan pariwisata,termasuk kegiatan

  V V

  V V

  V V

  V V

  V V pendukung pariwisata, permukiman, serta jaringan Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kota Kota

  Rencana Kawasan Budidaya Tanah Barito Balang- Taba- Banjar Tapin HSS HSU HST Tanbu Ktbr Bjms Bjbr

  Laut Kuala an long prasarana dan sarana Sumber: Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2012 tanggal 5 Januari 2012 tentang RTRW Pulau Kalimantan

  Berdasarkan paparan diatas, maka kedudukan Kabupaten Hulu Sungai Utara dalam RTRW Pulau Kalimantan direncanakan atau diarahkan memegang peranan dan fungsi sebagai berikut:

A. Rencana Struktur Ruang Pulau Kalimantan 1.

  Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet.

  2. Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan.

  3. Pusat pengembangan wisata budaya.

B. Rencana Pengembangan Infrastruktur 1.

  Pengembangan jaringan transportasi sungai untuk melayani PKN, PKW, dan kawasan permukiman pada bagian hulu sungai.

2. Pengembangan dan pemantapan pelabuhan yang melayani kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan menuju pasar nasional dan internasional.

  3. Pengembangan jaringan terestrial yang menghubungkan antar pusat perkotaan nasional dan melayani kawasan andalan Jaringan Pelayanan Pusat Pertumbuhan di Pantai Selatan Kalimantan.

  4. Pengembangan dan rehabilitasi jaringan transmisi tenaga listrik untuk melayani kawasan perkotaan nasional, kawasan andalan, kawasan terisolasi, dan kawasan perbatasan negara jaringan transmisi pengumpan tenaga listrik SUTT Martapura – Amuntai.

C. Kawasan Lindung Nasional 1.

  Pemertahanan dan peningkatan fungsi kawasan resapan air, khususnya pada hulu sungai.

  2. Pengendalian kegiatan pemanfaatan ruang di kawasan resapan air.

  3. Pengendalian perkembangan kawasan terbangun yang mengganggu dan/atau merusak fungsi sempadan sungai.

  4. Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan sekitar danau atau waduk yang berpotensi mengganggu dan/ atau merusak fungsi kawasan sekitar danau atau waduk.

  5. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada kawasan imbuhan air tanah (CAT) Palangkaraya-Banjarmasin.

D. Kawasan Budidaya 1.

  Pemertahanan luasan kawasan peruntukan pertanian beririgasi, rawa pasang surut dan sawah non irigasi, termasuk yang merupakan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

  2. Pengendalian alih fungsi lahan kawasan pertanian sawah menjadi non sawah.

  3. Pengembangan kawasan peruntukan pertanian.

  4. Pengembangan kawasan budi daya perkebunan karet.

  5. Pengembangan kawasan minapolitan berbasis masyarakat.

  6. Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan batubara.

  7. Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi.

  8. pengembangan industri pengolahan kelapa sawit dan karet pada kawasan peruntukan industry.

  9. pengembangan industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan pada kawasan peruntukan industry.

  10. Pengembangan kawasan peruntukan permukiman di kawasan perkotaan yang didukung oleh Prasarana dan sarana perkotaan yang adaptif terhadap ancaman bencana banjir.

  11. Pengembangan kawasan untuk kegiatan sektor unggulan pariwisata, termasuk kegiatan pendukung pariwisata, permukiman, serta jaringan prasarana dan sarana.

3.3 ARAHAN RTRW PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

  Kebijaksanaan RTRW Provinsi Kalimantan Selatan mengacu pada dokumen Revisi RTRW Provinsi Kalimantan Selatan 2006 - 2026, yang hingga saat ini masih dalam proses pembahasan/pengesahan di DPRD Provinsi Kalimantan Selatan.

3.3.1 Rencana Struktur Ruang 1.

  Strategi Dan Perwujudan Pengembangan Sistem Pusat Permukiman yang terkait dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara : a.

  Peningkatan dan pengembangan sarana, prasarana dal layanan mutu pendidikan pondok pasantren terpadu, modern dan terkemuka; b.

  Peningkatan dan pengembangan terminal Kota Amuntai dan Kotabaru dari tipe C menjadi tipe B; c.

  Peningkatan dan pengembangan pembangunan sarana dan prasarana pelabuhan dermaga sungai di Amuntai untuk layanan angkutan sungai pada Sungai Negara; d.

  Peningkatan dan pengembangan Pasar Amuntai sebagai pusat perdagangan kerajinan dan komoditas lainnya dengan lingkup layanan kawasan perbatasan KalSel/ KalTeng;

  Pusat Pelayanan Sistem Pusat Permukiman (Sistem Kota-Kota)

  Pengembangan sentra kerajinan rakyat dan meubel dengan dukungan keberlangsungan bahan bakunya; f.

  Peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana serta kapasitas dan kualitas pelayanan air bersih; g.

  Peningkatan kapasitas distribusi sumberdaya energi listrik untuk kebutuhan industri dan masyarakat; h.

  Peningkatan dan pengembangan sistem pengelolaan limbah terpadu melalui pipanisasi dan peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana TPA di Lampihong; i. Peningkatan pelayanan rumah sakit dengan jangkauan regional menuju pelayanan spealisis dan peningkatan dari kelas C menjadi kelas B. yaitu ; Rumah Sakit

  Damanhuri Barabai untuk melayani Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Balangan dan Tabalong. j.

  Peningkatan dan pengembangan bangunan pengendali banjir sehingga dapat menanggulangi banjir pada setiap musim penghujan. k.

  Peningkatan dan pengembangan sarana, prasarana dan layanan mutu pendidikan pondok pasantren terpadu, modern dan terkemuka di Martapura dan Amuntai;

Tabel 3.3 Arahan Sistem Pusat-Pusat Permukiman No.

  e.

PKN PKW PKL

1. Primer Banjarmasin Barabai Kotabaru

  3. Tersier Banjarbaru, Martapura

  Sumber: Revisi RTRWP 2006-2026

  2. Strategi Dan Perwujudan Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah yang terkait dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara : a.

  Strategi Dan Perwujudan Pengembangan Sistem Jaringan Jalan 1)

  Pengembangan jaringan penyeberangan lintas antar kabupaten/ kota, antar provinsi dan antar pulau dalam dan luar provinsi; 2)

  Peningkatan jaringan sungai sekunder, pembangunan kanal dan peningkatan dermaga khusus untuk angkutan barang dan penumpang antar kota dalam provinsi untuk mendukung jaringan sungai primer; b. Pengembangan sistem jaringan pelayanan angkutan umum dan terminal meliputi:

  2. Sekunder Batulicin Amuntai, Tanjung Marabahan, Rantau, Kandangan, Paringin, Pelaihari

  • Seluruh ibukota kecamatan se Kalsel selain ibukota kecamatan dalam PKN dan PKW

  1) Peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana terminal umum dan terminal barang, serta sistem angkutan umum masal melalui peningkatan kapasitas jumlah penumpang dengan menggunakan bis sedang/besar dan meningkatkan pelayanan terhadap keamanan dan kenyamanan di dalam kendaraan pada semua rute yang ada di Kalimantan Selatan;

  2) Peningkatan pelabuhan/dermaga terutama pelabuhan/ dermaga yang merupakan pertemuan antar moda angkutan jalan raya dengan moda angkutan sungai seperti pelabuhan/dermaga di Banjarmasin, Marabahan, Margasari, Negara, Amuntai, Danau Panggang dan Alabio; c.

  Strategi Pengembangan Sistem Jaringan Energi Dan Tenaga Listrik Strategi Pengembangan sistem jaringan prasarana energi dan tenaga listrik Provinsi Kalimantan Selatan berasal dari waduk Riam Kanan di Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar.

  d.

  Strategi Pengembangan Sistem Prasarana Telekomunikasi 1)

  Pembangunan sistem jaringan telekomunikasi di seluruh ibukota kecamatan dan desa; 2)

  Pembangunan keanekaragaman model telekomunikasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

  e.

  Strategi Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumberdaya Air 1)

  Pengembangan irigasi daerah rawa di rawa Siang Gantung di Kabupaten Hulu Sungai Utara;

  2) Pemeliharaan jaringan irigasi strategis serta pemeliharaan jaringan irigasi yang menjadi kewenangan propinsi, baik irigasi non pasang surut maupun irigasi pasang surut;

  3) Pembangunan dan pemeliharaan prasarana pengendalian banjir dan pengamanan abrasi pantai;

  4) Pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau serta sumber air lainnya, antara lain embung/bendungan, waduk, dan bangunan penampung air lainnya untuk penyediaan air baku alternatif;

  5) Pemanfaatan secara optimal air sungai dan air irigasi sebagai sumber air baku sesuai standarisasi untuk air bersih dan atau air minum.

  f.

  Strategi Pengembangan Sistem Prasarana Perumahan dan Permukiman 1)

  Pembangunan perumahan dengan pola perumahan swadaya dan pembangunan rusunawa (rumah susun sederhana sewa);

  2) Pengembangan prasarana dan sarana perumahan, berupa jalan poros, jalan lingkungan, jalan setapak, dan drainase;

  3) Penyediaan prasarana dan sarana air minum terutama pada kawasan rawan air minum di perkotaan dan perdesaan;

  4) Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada setiap rumah sakit;

5) Rehabilitasi dan peningkatan pelayanan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT).

3.3.2 Strategi Pengelolaan Pola Ruang

1. Strategi Pengelolaan Ruang Kawasan Lindung

  Strategi pengelolaan pola ruang kawasan lindung yang terkait dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara, meliputi: a.

  Pengelolaan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan setempat : 1)

  Menjaga sempadan sungai untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai;

  2) Menjaga kawasan sekitar danau/waduk untuk melindungi danau/waduk dari berbagai usaha dan/atau kegiatan yang dapat mengganggu kelestarian fungsi waduk/danau;

  3) Menjaga kawasan sekitar mata air untuk melindungi mata air dari dari berbagai usaha dan/atau kegiatan yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya;

  4) Menjaga kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya hutan kota untuk melindungi kota dari polusi udara dan kegiatan manusia yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan kota, serta mengendalikan tata air, meningkatkan upaya pelestarian habitat flora dan fauna, meningkatkan nilai estetika lingkungan perkotaan dan kenyamanan kehidupan di kota; b.

  Pengelolaan ruang pada kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya Melestarikan kawasan cagar budaya yang ditetapkan dalam rangka perlindungan kekayaan budaya daerah yang meliputi peninggalan sejarah, bangunan arkeologi dan monumen nasional, serta keanekaragaman bentukan geologi untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pencegahan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia c. Pengelolaan ruang pada kawasan rawan bencana :

  1) Identifikasi dan pemetaan daerah rawan bencana sebagai upaya awal mitigasi bencana alam sesuai dengan kondisi daerah Kalimantan Selatan yang rawan bencana banjir dan tanah longsor; 2)

  Pengaturan kegiatan manusia di kawasan rawan bencana alam untuk melindungi manusia dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia;

2) Meningkatkan sentra agribisnis komoditas hortikultura.

  2) Mengembangkan kawasan industri masyarakat perkebunan [KIMBUN] yang

  2) Mendorong peningkatan nilai tambah manfaat hasil-hasil perikanan yang didukung oleh fasilitas pelayanan informasi dan jasa terpadu serta industri pengolahan ikan yang memiliki dukungan akses yang baik ke pasar;

  Mengoptimalkan pemanfaatan potensi perikanan tangkap dan budidaya secara berkelanjutan melalui pengembangan pusat-pusat kegiatan perikanan yang terpadu dengan pusat-pusat koleksi dan distribusi;

  Kawasan perikanan dan kelautan : 1)

  e.

  Memanfaatkan kawasan hutan untuk pengembangan perkebunan dengan pola hak pengusahaan hutan tanaman campuran.

  Merupakan perpaduan antara agrobisnis dan agrolistrik; 3)

  c. kawasan pertanian terdiri dari : kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah, mempersiapkan kawasan pengembangan pertanian pangan berkelanjutan untuk melindungi alih fungsi kawasan pertanian, dan kawasan pertanian lahan sawah irigasi

  3) Pembuatan jalur-jalur evakuasi penyelamatan pada derah rawan bencana.

  Peningkatan mutu, produktifitas, sebaran dan luasan tanaman pertanian dan hortikultura pada kawasan pertanian tanaman pangan dan hortikultura (TPH) lahan basah dan lahan kering;

  Kawasan budidaya hutan produksi: 1)

  b.

  Mengembangkan pembukaan akses kawasan terhadap sentra-sentra pemasaran dan produksi dengan pengembangan sarana dan prasarana yang memadai.

  Meningkatkan produktivitas lahan untuk mengantisipasi menipisnya areal pertanian karena alih fungsi dan kerusakan lahan pertanian; 3)

  Mendukung ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis nasional; 2)

  Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan dan hortikultura : 1)

  2. Strategi Pengelolaan Ruang Kawasan Budidaya Arahan rencana pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah: a.

d. Kawasan budidaya perkebunan :

1) Mengembangkan perkebunan berdasarkan kesesuaian lahanya dan agroklimat;

  3) Mengembangkan kerjasama perdagangan/ pemasaran dengan daerah-daerah produsen lainnya dan kerjasama perdagangan antar Negara.

  f.

  Kawasan peruntukan peternakan yaitu mengembangkan ternak itik dan unggas dengan usaha tani yang tepat yang dapat diusahakan secara tradisional, intensif, semi intensif yang ditunjang dengan pengembangan infrastruktur, peningkatan efisiensi perluasan pasar dan pemantauan lingkungan.

  g.

  Kawasan peruntukan pariwisata buatan/ atraksi kerbau rawa Danau Panggang : 1)

  Meningkatkan potensi obyek pariwisata menjadi unggulan perekonomian daerah;

2) Memperkuat jaringan pariwisata regional, nasional dan internasional.

  h.

  Kawasan peruntukan permukiman yaitu : pusat-pusat permukiman perkotaan dan perdesaan termasuk permukiman transmigrasi dalam wilayah PKN, PKW dan PKL i.

  Kawasan peruntukan industri meliputi: memberikan prioritas penanganan kawasan- kawasan industri yang meliputi kawasah industri perabot kayu dan rotan di HSU (Amuntai).

3.3.3 Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Selatan

  Kawasan strategis Provinsi Kalimantan Selatan yang terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Utara terdiri dari Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi di Kecamatan Danau Panggang, Babirik, Sungai Pandan, Amuntai Selatan, Amuntai Utara, Amuntai Tengah dan Banjang.

3.4 RTRW KAWASAN STRATEGIS NASIONAL

  Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentinganpertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

  Sesuai dengan amanat dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), bahwa kawasan strategis nasional di Provinsi Kalimantan Selatan hanya ditetapkan 1 lokasi yaitu Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) Batulicin (Lampiran X PP. No. 26 Tahun 2008) yang berlokasi di Kabupaten Tanah Bumbu.

  Dengan demikian mengingat kawasan strategis nasional tersebut berada diluar wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan, maka terkait dengan penyusunan RPIJM Kabupaten Hulu Sungai Utara ini tidak ada arahan kawasan strategis nasional yang dapat dikutip dalam kebijakan tersebut di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Untuk itu ulasan tentang KSN pada sub

bab ini tidak ada.

3.5 Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

  Berikut kebijakan MP3EI pada Koridor Ekonomi Kalimantan yang didalamnya meliputi wilayah Provinsi Kalimantan Selatan sebagai berikut:

Gambar 3.3 Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional

A. Minyak dan Gas

  Kegiatan ekonomi utama minyak dan gas di Koridor Ekonomi Kalimantan direncanakan terdapat di lokus Balikpapan, Blok Delta Mahakam, Rapak, dan Ganal. Rencana investasi industri migas yang akan dilakukan di Kalimantan pada periode 2011

  —2015 berupa proyek-proyek utama seperti penambahan kapasitas produksi BBM di Balikpapan dan sekitarnya, serta eksplorasi laut dalam di Rapak dan Ganal. Kegiatan ekonomi utama minyak dan gas di Koridor Ekonomi Kalimantan akan melibatkan pihak swasta, BUMN, maupun pemerintah.

B. Batubara

  Kegiatan industri batubara Koridor Ekonomi Kalimantan terpusat di Provinsi Kalimantan Timur. Lebih dari 72 persen cadangan batubara Kalimantan terkonsentrasi di provinsi tersebut, kemudian diikuti oleh Kalimantan Selatan sebesar 23,7 persen, Kalimantan Tengah 3,1 persen, dan Kalimantan Barat 1 persen.

Gambar 3.4 Rantai Nilai Batubara C.

   Kelapa Sawit

  Kegiatan ekonomi utama kelapa sawit di Koridor Ekonomi Kalimantan terdapat di lokus Kutai Timur, Kalimantan Selatan, Barito, Kotawaringin, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Rencana investasi industri kelapa sawit yang akan dilakukan di Kalimantan pada periode 2011

  —2015 berupa proyek-proyek pengembangan dan pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit. Terdapat juga pengembangan kapasitas pelabuhan di Kumai Kalimantan Tengah. Hampir semua kegiatan investasi kelapa sawit Koridor Ekonomi Kalimantan dilakukan oleh pihak swasta walaupun masih ada beberapa kegiatan perkebunan kelapa sawit yang dilakukan oleh perusahaan BUMN.

Gambar 3.5 Rantai Nilai Industri Kelapa Sawit D.

   Besi Baja

  Kegiatan ekonomi utama besi baja di Kalimantan, terdapat di Kalimantan Tengah (Kotawaringin Barat) dan Kalimantan Selatan (Batulicin, Tanah Bumbu, dan Tanah Laut). Pengembangan proyek di lokasi tersebut antara lain pengolahan dan pemurnian bijih besi serta pengembangan industri benefisiasi yang mengolah bijih besi dari tambang menjadi bahan baku ( pellet dan sponge iron) untuk industri baja di Indonesia. Pelaku usaha industri besi dan baja di Kalimantan didominasi oleh investor swasta dengan nilai investasi yang teridentifikasi hingga tahun 2015 sebesar IDR 40 Triliun.

Gambar 3.6 Rantai Nilai Industri Baja E.

   Bauksit

  Di Kalimantan, cadangan bauksit terbesar berada di wilayah Kalimantan Barat. Namun, hingga saat ini, mayoritas hasil tambang bauksit diekspor sebagai bahan baku mentah. Sebagai bahan baku pembuatan aluminium, kebutuhan akan industri pengolahan bauksit menjadi alumina perlu secara serius dikembangkan di Indonesia. Selain untuk menjalankan mandat UU No.4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara mengenai upaya optimalisasi nilai tambah bahan baku mineral, harga jual alumina yang bisa mencapai 10 kali harga jual bauksit, dan tingginya angka impor alumina merupakan salah satu alasan mengapa industri pengolahan bauksit menjadi alumina perlu dikembangkan di Kalimantan.

Gambar 3.7 Rantai Nilai Industri Bauksit F.

   Perkayuan

  Rencana investasi di industri perkayuan untuk jangka pendek dan menengah (rencana fast track MP3EI) di Pulau Kalimantan telah tercatat berupa investasi HTI dan investasi

  IPHHK. Rencana investasi HTI terluas tersebar di beberapa lokus di Kalimantan Barat (1.004.493 Ha, nilai investasi sekitar IDR 9,6 Triliun), diikuti oleh Kalimantan Timur (416.748 Ha, nilai investasi sekitar IDR 7,2 Triliun), Kalimantan Tengah (269.446 Ha, nilai investasi sekitar IDR 5,4 Triliun), dan Kalimantan Selatan (89.400 Ha, nilai investasi sekitar IDR 1,3 Triliun). Untuk rencana investasi di IPHHK tercatat masih terpusat di Kalimantan Timur (sekitar IDR 7, 8 Triliun), dan di Kalimantan Tengah yang mencatat rencana investasi sebesar IDR 893 Miliar.