BAB IX - DOCRPIJM 1501229900Bab 9 Aspek Pembiayaan Kab Gunungkidul

BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN GUNUNGKIDUL

9.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

  Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

  2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

  3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

  4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

  5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan: a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya; b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

  d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah; e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

  6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

  7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

  a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

  c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

  8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

  a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

  • Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; - Tingkat kerawanan air minum.

  b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

  • kerawanan sanitasi; - cakupan pelayanan sanitasi.

  9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

  Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM meliputi:

  1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

  2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

  3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

  4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

  5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

  6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesarbesarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

9.2 Profil APBD Kabupaten Gunungkidul

  Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten Gunungkidul selama 5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut: a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

  b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran. Profil APBD Kabupaten Gunungkidul disajikan dalam tabel sebagai berikut ini.

Tabel 9.1 Perkembangan Pendapatan Kabupaten Gunungkidul dalam Lima Tahun Terakhir

  Sumber: www.kemenkeu.go.id & analisis

Tabel 9.2 Perkembangan Belanja Kabupaten Gunungkidul dalam Lima Tahun Terakhir

  Sumber: www.kemenkeu.go.id & analisis Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta %

  

PAD 42.542 5,33% 54.462 5,64% 67.051 6,23% 66.711 5,69% 90.333 6,97%

Pajak daerah 5.949 0,75% 8.130 0,84% 10.728 1,00% 9.949 0,85% 24.043 1,86% Retribusi daerah 25.080 3,14% 11.384 1,18% 19.667 1,83% 22.287 1,90% 21.646 1,67% Hasil peng kekayaan daerah 4.732 0,59% 4.259 0,44% 5.329 0,50% 5.428 0,46% 6.654 0,51% Lain-lain PAD yang sah 6.782 0,85% 30.689 3,18% 31.326 2,91% 29.048 2,48% 37.990 2,93%

  

Dana Perimbangan 633.692 79,39% 667.005 69,06% 799.932 74,31% 879.074 74,96% 932.935 72,03%

Dana Bagi Hasil Pajak 34.824 4,36% 35.839 3,71% 41.403 3,85% 34.721 2,96% 23.983 1,85% Dana alokasi umum 521.294 65,30% 572.009 59,22% 687.944 63,91% 779.069 66,43% 847.388 65,42% Dana alokasi khusus 77.574 9,72% 59.157 6,12% 70.584 6,56% 65.284 5,57% 61.563 4,75%

  

Lain-lain Pendapatan yang sah 122.014 15,29% 244.359 25,30% 209.519 19,46% 226.938 19,35% 271.939 21,00%

Pendapatan Hibah 14.430 1,81% - 0,00% 174 0,02% - 0,00% - 0,00% Pendapatan Dana Darurat - 0,00% - 0,00% - 0,00% - 0,00% - 0,00% DBH Pajak dari Pemda Lain 25.472 3,19% 30.917 3,20% 36.407 3,38% 34.435 2,94% 42.249 3,26% Dana Penyesuaian & Otsus 64.102 8,03% 185.897 19,25% 159.564 14,82% 159.564 13,61% 198.816 15,35% Bantuan Keuangan Pemda Lain 0,00% 27.545 2,85% 0,00% 32.939 2,81% 30.874 2,38% Pendapatan Lainnya 18.010 2,26% - 0,00% 13.375 1,24% - 0,00% - 0,00%

  Pendapatan 798.249 100,00% 965.826 100,00% 1.076.502 100,00% 1.172.723 100,00% 1.295.207 100,00% 2014 Pendapatan Daerah 2010 2011 2012 2013 Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta %

  

Belanja Tidak Langsung 606.085 83,92% 687.032 73,18% 746.378 72,89% 850.972 68,81% 901.485 67,01%

Belanja Pegawai 576.372 79,81% 615.375 65,55% 734.394 71,72% 761.254 61,56% 820.239 60,97% Belanja Bunga

  52 0,01% 43 0,00% 35 0,00% 27 0,00% 19 0,00% Belanja Subsidi - 0,00% - 0,00% - 0,00% - 0,00% - 0,00% Belanja Hibah 9.246 1,28% 9.387 1,00% 6.031 0,59% 11.234 0,91% 6.742 0,50% Belanja Bantuan sosial 19.859 2,75% 16.454 1,75% 5.719 0,56% 23.490 1,90% 13.410 1,00% Belanja Bantuan Keuangan 0,00% 44.978 4,79% - 0,00% 52.967 4,28% 59.075 4,39% Belanja Tidak Terduga 557 0,08% 794 0,08% 198 0,02% 2.000 0,16% 2.000 0,15%

  

Belanja Langsung 116.126 16,08% 251.818 26,82% 277.662 27,11% 385.668 31,19% 443.886 32,99%

Belanja Pegawai 0,00% 36.052 3,84% 0,00% 46.641 3,77% 48.316 3,59% Belanja Barang & Jasa 69.125 9,57% 104.745 11,16% 113.301 11,06% 159.685 12,91% 235.195 17,48% Belanja Modal 47.001 6,51% 111.021 11,83% 164.361 16,05% 179.342 14,50% 160.375 11,92%

  Total Belanja Daerah 722.211 100,00% 938.850 100,00% 1.024.040 100,00% 1.236.640 100,00% 1.345.371 100,00% 2014 BELANJA DAERAH 2010 2011 2012 2013

Tabel 9.3 Perkembangan Pembiayaan Kabupaten Gunungkidul dalam Lima Tahun Terakhir

  2010 2011 2012 2013 2014 PEMBIAYAAN DAERAH Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta %

Penerimaan 59.308 100,00% 91.877 100,00% 115.388 100,00% 69.386 100,00% 74.233 100,00%

  SiLPA TA sebelumnya 57.667 97,23% 90.266 98,25% 114.190 98,96% 67.986 97,98% 73.233 98,65% Pencairan dana cadangan 0% - 0% - 0% - 0% - 0% - Hasil Penj. Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 0% - 0% - 0% - 0% 0% -

  • Penerimaan Pinj. dan Obligasi Daerah 0% - 0% - 0% - 0% 0% Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 1.640 3% 1.611 2% 1.198 1% 1.400 2% 1.000 1%

  

Pengeluaran 2.085 100,00% 4.663 100,00% 7.962 100,00% 5.469 100,00% 24.069 100,00%

Pembentukan Dana Cadangan

  • 0,00% - 0,00% - - 0,00% - 0,00% 0,00% Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 1.578 75,67% 3.000 64,33% 6.500 81,64% 4.000 73,14% 23.000 95,56% Pembayaran Pokok Utang 507 24,33% 86 1,83% 378 4,75% 69 1,27%

  69 0,29% Pemberian Pinjaman Daerah 0,00% 1.578 33,83% 1.084 13,61% 1.400 1.000 - 25,60% 4,15% Pembayaran Kegiatan Lanjutan

  • 0,00% - 0,00% - 0,00% - 0,00% 0,00% - Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga
  • 0,00% - 0,00% - 0,00% - 0,00% 0,00%

  

Pembiayaan 57.222 100,00% 87.214 100,00% 107.426 100,00% 63.917 100,00% 50.164 100,00%

Sumber: www.kemenkeu.go.id & analisis

  Sedangkan proporsi sumber pendapatan dan belanja disajikan dalam diagram sebagai berikut ini.

  Sumber: www.kemenkeu.go.id & analisis

  (a) Pendapatan (b) Belanja

Gambar 9.1 Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanja APBD Kabupaten

  Gunungkidul dalam Lima Tahun Terakhir Dari diagram di atas terlihat sumber pendapatan dari dana perimbangan masih mendominasi sekitar 72,03%, sedangkan sumber pendapatan PAD (Pendapatan Asli Daerah) baru mencapai sekitar 6,92%, sehingga dapat disimpulkan keuangan Kabupaten Gunungkidul masih mengandalkan dana perimbangan dari pemerintah pusat untuk menjalankan roda pemerintahannya. Proporsi belanja tidak langsung yang didalamnya terdapat belanja pegawai masih menempati proporsi terbesar sekitar 67,01%, daripada proporsi belanja langsung yang didalamnya terdapat belanja modal (belanja infrastruktur) yang hanya mencapai sekitar 32,99%, sehingga dapat disimpulkan proporsi belanja untuk pembangunan infrastruktur masih rendah, karena beban belanja rutin untuk belanja pegawai masih cukup besar menyita anggaran daerah.

9.3 Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Pembangunan bidang cipta karya merupakan pembangunan yang penting untuk terus dilaksanakan. Investasi bidang cipta karya di daerah terus didorong dengan mengandalkan sumber-sumber dana seperti dari APBN, APBD,perusahaan daerah dan masyarakat/swasta. Berikut akan dibahas profil investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya selama 3-5 tahun terakhir.

  

9.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN

dalam 5 Tahun

  Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab pemerintah daerah, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan untuk daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Alokasi APBN Cipta Karya di Kabupaten Gunungkidul dalam lima tahun terakhir disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 9.4 Alokasi APBN Cipta Karya di Kabupaten Gunungkidul dalam Lima Tahun Terakhir

  Tahun (Rp. Juta) No. Sub Bidang 2010 2011 2012 2013 2014

  

1 Pengembangan Permukiman 1.362,39 4.095,00 3.863,86 2.450,00 1.300,00

  2 Penataan Bangunan & Lingkungan 1.007,92 935,00 1.350,00 - -

  3 Pengembangan PLP 380,02 - 7.275,98 3.299,46 3.052,48

  

4 Penyediaan Air Minum 3.348,30 10.746,09 18.951,79 11.220,83 -

Total 6.098,63 23.052,07 26.115,11 18.073,31 1.300,00

  Sumber: Satker Sektoral Bidang Cipta Karya DIY

  Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional. Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Alokasi DAK di Kabupaten Gunungkidul dalam lima tahun terakhir disajikan dalam tabel berikut ini

Tabel 9.5 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Gunungkidul dalam Lima Tahun Terakhir

  Tahun (Rp. Juta) No. Sub Bidang 2010 2011 2012 2013 2014

  1 DAK Air Minum 828,95 1.040,14 3.049,74 1.172,01 1.784,13

  2 DAK Sanitasi 1.104,10 994,90 1.255,22 1.918,08 1.943,35

  Total 1.933,05 2.035,04 4.304,96 3.090,09 3.727,48 Sumber: Satker Sektoral Bidang Cipta Karya DIY

  

9.3.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBD

dalam 5 Tahun

  Pemerintah Kabupaten Gunungkidul memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dapat dilihat dari proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 5 tahun terakhir, seperti yang disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 9.6 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Kabupaten Gunungkidul Lima Tahun Terakhir

  2010 2011 2012 2013 2014 Uraian Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta %

Belanja Bidang Cipta Karya 6.474 0,90% 13.203 1,41% 15.606 1,52% 16.292 1,32% 17.025 1,32%

Belanja Lainnya 715.737 99,10% 925.647 98,59% 1.008.434 98,48% 1.220.348 98,68% 1.275.264 98,68%

Total Belanja 722.211 100,00% 938.850 100,00% 1.024.040 100,00% 1.236.640 100,00% 1.292.288 100,00%

  Sumber: www.kemenkeu.go.id & analisis

  Sedangkan perkembangan proporsi belanja APBD untuk pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Gunungkidul disajikan melalui diagram berikut ini.

  Sumber: www.kemenkeu.go.id & analisis

Gambar 9.2 Perkembangan Proporsi Belanja APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta

  Karya Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 Dari diagram di atas terlihat proporsi belanja APBD Kabupaten Gunungkidul untuk pembangunan Bidang Cipta Karya masih rendah hanya kurang dari 3% dari keseluruhan total belanja. Sedangkan perkembangan DDUB (Dana Daerah untuk Urusan Bersama) APBD Kabupaten Gunungkidul sebagai dana pendamping kegiatan APBN Bidang Cipta Karya dalam lima tahun terakhir disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 9.7 Perkembangan DDUB Kabupaten Gunungkidul dalam Lima Tahun Terakhir

  Tahun (Rp. Juta) No. Sub Bidang 2010 2011 2012 2013 2014 APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB

  1 Pengembangan Permukiman 1.362,39 800,00 4.095,00 980,00 3.863,86 923,00 2.450,00 850,00 2.560,25 888,25

  2 Penataan Bangunan & Lingkungan 1.007,92 175,00 935,00 256,00 1.350,00 - 284,00 1.410,75 - 296,78

  3 Pengembangan PLP 380,02 278,80 7.275,98 415,00 3.299,46 378,00 3.052,48 439,00 3.189,84 458,76

  4 Penyediaan Air Minum 3.348,30 758,25 10.746,09 756,00 18.951,79 1.250,00 11.220,83 1.050,00 11.725,76 1.097,25

  

Total 6.098,63 2.012,05 23.052,07 2.407,00 26.115,11 2.551,00 18.073,31 2.623,00 18.886,60 2.741,04

  

9.3.3 Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5

Tahun Terakhir

  Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.

  Perusahaan Daerah yang bergerak dalam bidang Cipta Karya milik Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). PDAM Kabupaten Gunungkidul selalu dinilai kinerjanya oleh Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPP-SPAM) dengan pertimbangan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia. Akan tetapi hasil penilaian tahun 2011-2012 PDAM Kabupaten Gunungkidul dinyatakan kurang sehat oleh BPP-SPAM. Artinya PDAM Kabupaten Gunungkidul belum mampu mendukung dengan baik peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya pada sektor Air Minum.

9.4 Proyeksi dan Rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana

9.4.1 Proyeksi APBD 5 tahun ke depan

  25

  Total Belanja Daerah 1.024.040 1.236.640 1.345.371 1.704.624 2.063.877 2.423.130 2.782.383 3.141.637 2014 BELANJA DAERAH 2012 2013

  179.342 160.375 234.863 309.351 383.839 458.327 532.815

  Belanja Modal 164.361

  113.301 159.685 235.195 344.433 453.672 562.911 672.149 781.388

  Belanja Pegawai 46.641 48.316 70.756 93.197 115.637 138.078 160.519 Belanja Barang & Jasa

  Belanja Langsung 277.662 385.668 443.886 46,45% 650.053 856.220 1.062.387 1.268.554 1.474.721

  198 2.000 2.000 2.340 2.679 3.019 3.359 3.698

  13.410 15.687 17.964 20.242 22.519 24.796 Belanja Bantuan Keuangan - 52.967 59.075 69.107 79.139 89.171 99.202 109.234 Belanja Tidak Terduga

  Belanja Bantuan sosial 5.719 23.490

  6.031 11.234 6.742 7.887 9.032 10.177 11.322 12.467

  25 Belanja Subsidi

  25

  kerjasama pemerintah dan swasta. Mengenai proyeksi dan rencana investasi daerah terkait pembangunan Cipta Karya dijelaskan sebagai berikut.

  25

  25

  19

  820.239 959.528 1.098.817 1.238.107 1.377.396 1.516.685 Belanja Bunga 35 27

  Belanja Pegawai 734.394 761.254

  

Belanja Tidak Langsung 746.378 850.972 901.485 16,98% 1.054.571 1.207.657 1.360.743 1.513.829 1.666.915

  

Pertumbuha

2015 2016 2017 2018 2019 Rp. Juta Rp. Juta Rp. Juta % Rp. Juta Rp. Juta Rp. Juta Rp. Juta Rp. Juta

  

Lain-lain Pendapatan yang sah 209.519 226.938 271.939 18,23% 321.510 371.080 420.651 470.221 519.792

Pendapatan 1.076.502 1.172.723 1.295.207 1.463.050 1.652.643 1.866.805 2.108.719 2.381.983 2014 Pendapatan Daerah 2012 2013

  Dana Bagi Hasil Pajak 41.403 34.721 23.983 27.091 30.199 33.306 36.414 39.521 Dana alokasi umum 687.944 779.069 847.388 957.186 1.066.983 1.176.780 1.286.577 1.396.374 Dana alokasi khusus 70.584 65.284 61.563 69.540 77.516 85.493 93.470 101.447

  Pertumbuhan 2015 2016 2017 2018 2019 Rp. Juta Rp. Juta Rp. Juta % Rp. Juta Rp. Juta Rp. Juta Rp. Juta Rp. Juta

PAD 67.051 66.711 90.333 17,20% 105.869 121.404 136.940 152.475 168.011

Dana Perimbangan 799.932 879.074 932.935 12,96% 1.053.816 1.174.698 1.295.579 1.416.461 1.537.342

Tabel 9.8 Proyeksi (a) Pendapatan dan (b) Belanja APBD Kabupaten Gunungkidul dalam 5 Tahun ke Depan

  Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam tiga tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Proyeksi APBD Kabupaten Gunungkidul 2015-2019 adalah sebagai berikut ini.

  • Belanja Hibah
Setelah diketahui proyeksi pendapatan dan belanja maka dapat diperkirakan kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis Net Public Saving. Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Selain itu dalam upaya peningkatan kapasitas keuangan daerah, pemerintah juga dapat menggunakan sumber dana lain yaitu dari pinjaman (utang). Untuk memperoleh dana pinjaman indikator yang digunakan adalah nilai Debt Service Cost

  

Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. Berikut

ditujukkan nilai NPS dan DSCR Kabupaten Gunungkidul.

  Uraian 2015 2016 2017 2018 2019 Net Public Saving (NPS) (215.127) (349.678) (484.230) (618.781) (753.332) Debt Service Cost Ratio (DSCR) (3.027,37) (4.543,62) (6.059,88) (7.576,14) (9.092,40)

  

Net Public Saving (NPS) Kabupaten Gunungkidul Tahun 2015-2019 di atas terlihat

  keuangan Kabupaten Gunungkidul lima tahun ke depan tidak memiliki Net Public Saving (NPS), sehingga dapat disimpulkan keuangan Kabupaten Gunungkidul dengan asumsi tidak memperbaiki kondisi ekonominya tidak akan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegiatan pembangunan infrastruktur. Sedangkan dilihat dari nilai DSCR Kabupaten Gunungkidul memiliki nilai DSCR negatif. Dengan demikian dana pinjaman juga tidak dapat diupayakan pada 5 tahun kedepan.

  

9.4.2 Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya 5 tahun ke

depan

  Sebagai upaya menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, maka diperlukan daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta, berdasarkan identifikasi usulan program dan kegiatan. Rencana kerjasama pemerintah dan swasta bidang Cipta Karya Kabupaten Gunungkidul terangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 9.9 Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan

  Nama Kegiatan Deskripsi Kegiatan Biaya Kegiatan Kelayakan Keterangan (Rp Juta) Finansial Pengembangan Air Minum

  • - Pengembangan SPAM Regional Pengembangan jaringan dan sambungan rumah 40.015

  1 Paket (2016)

  • - Pengembangan SPAM Regional Pengembangan jaringan dan sambungan rumah 64.015

  1 Paket (2017) Pengembangan SPAM Regional Pengembangan jaringan dan sambungan rumah 279.015

  • - 1 Paket (2018)

  

9.5 Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan

Bidang Cipta Karya

  Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan akan dijelaskan tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Penjelasan akan dilengkapi dengan rumusan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.

  9.5.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

  Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya diperkirakan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan. Rangkuman kemampuan pedanaan untuk pembangunan bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

  a) Dana dari pemerintah pusat (APBN) melihat trend historis masih dapat digunakan/diharapkan sebagai stimulan pembangunan bidang Cipta Karya b) Dana dari pemerintah daerah (APBD) berdasarkan hasil analisis NPS tanpa perbaikan ekonomi daerah tidak dapat diharapkan sebagai sumber dana

  Pembanguan Bidang Cipta Karya

  c) Pembangunan bidang Cipta Karya dengan sumber pendanaan dari BUMD yang hanya pada sektor Air Minum yaitu dari PDAM Kab Gunungkidul belum dapat diharapkan mengingat status PDAM kurang sehat

  d) KPS dapat diupayakan untuk membantu pendanaan pembangunan bidang cipta karya melihat perkembangan dunia industri di Kabupaten Gunungkidul. Dukungan dari pemerintah Pusat dan daerah diperlukan untuk mewujudkan KPS ini seperti dengan penyediaan insentif bagi swasta.

  9.5.2 Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman diperlukan dalam rangka percepatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM. Strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, Kabupaten Gunungkidul meliputi sebagai berikut ini:

  1. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran;

  a. Pemberdayaan BUMD sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan daerah melalui reformasi visi BUMD, restrukturisasi BUMD, dan profitisasi BUMD.

  b. Memberikan arahan yang jelas tentang alokasi anggaran terhadap sumber - sumber penerimaan baik PAD maupun transfer pusat.

  c. Memperluas basis penerimaan pajak melalui identifikasi pembayar pajak baru/potensial serta meningkatkan efisiensi dan penekanan biaya pemungutan.

  d. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan mutu pelayanan yang optimal e. Melakukan intensifikasi sumber-sumber Pos Retribusi Daerah. f. Meningkatkan mekanisme kontrol masyarakat terhadap pelaksanaan pengelolaan keuangan Daerah sebagai wujud nyata pelaksanaan asas transparansi dan akuntabilitas fiskal

  2. Strategi peningkatan pembiayaan infrastruktur

  a. Melakukan identifikasi dan inventarisasi terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan yang berpotensi didanai melalui skema KPS (Kerjasama Pemerintah dan Swasta).

  b. Meningkatkan peran serta swasta dan masyarakat dalam pengelolaan infrastruktur Bidang Cipta Karya.

  c. Mengoptimalkan sumber pendanaan alternatif seperti pinjaman dan hibah luar negeri (PHLN).

  Contents

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

Tabel 9.1 Perkembangan Pendapatan Kabupaten Gunungkidul ............................................ 4Tabel 9.2 Perkembangan Belanja Kabupaten Gunungkidul ................................................... 4Tabel 9.3 Perkembangan Pembiayaan Kabupaten Gunungkidul ........................................... 5Tabel 9.4 Alokasi APBN Cipta Karya di Kabupaten Gunungkidul ........................................... 6Tabel 9.5 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Gunungkidul ............. 7Tabel 9.6 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya

  

Tabel 9.7 Perkembangan DDUB Kabupaten Gunungkidul dalam Lima Tahun Terakhir ......... 8Tabel 9.8 Proyeksi (a) Pendapatan dan (b) Belanja APBD Kabupaten Gunungkidul .............. 9Tabel 9.9 Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS ............................................. 10Gambar 9.1 Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanja APBD Kabupaten

  

Gambar 9.2 Perkembangan Proporsi Belanja APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta