DOCRPIJM 902804e10a BAB IX11 BAB 9 Aspek Pembiayaan (RPI2JM Karimun) FINAL

  Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/ Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.

  Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah. Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan untuk : a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya.

  b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya.

  c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

9.1. Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

  Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

  2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana

  Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

  3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan.

  Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

  4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman

  Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan: a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya; b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit

  2,5;

  c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

  d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah; e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

  6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

  7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari: a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

  c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

  8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

  a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:  Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;  Tingkat kerawanan air minum.

  b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat.

  DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:  Kerawanan sanitasi;  Cakupan pelayanan sanitasi.

  9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur ke- PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

  Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidan Cipta Karya meliputi :

  1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

  2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

  3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

  4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social

  Responsibility (CSR).

  5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

  6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

  Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

9.2. Profil APBD Kabupaten Karimun

  Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten/Kota selama 3-5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut: a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

  b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

  Perkembangan Proporsi Sumber Penerimaan Kabupaten Karimun yang menjadi penerimaan paling besar adalah dari dana perimbangan, Yang setiap tahun total prosentase pendapatannya cenderung mengalami peningkatan, pada tahun 2009 total pendapatan Dana Perimbangan Kabupaten karimun adalah sebesar 56 % Tahun 2010 Sebesar 60 % Tahun 2011 Menurun menjadi 57 % sedangkan pada Tahun 2012 Mengalami Peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 64 % dan pada Tahun 2013 adalah sebesar 68 %, Proporsi dana Penyumbang dana Perimbangan terbesar adalah dari sumber Dana Bagi hasil, Untuk Lebih jelasnya mengenai proporsi Sumber Penerimaan Kabupaten karimun dapat di Lihat pada Tabel Berikut

Tabel 9.1. : Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir (Dalam Juta)

  

Pendapatan Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Daerah Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %

Pendapatan 296.771 39,5 233.218

  

34 240.819

30 231.090 24 231.308

  26 Asli Daerah Pajak Daerah 241.330 31 177.715

26 186.210

23 207.616 21 207.686

  23 Retribusi 19.511 2.5 29.414

4 23.712

3 8.730 1 8.880

  1.2 Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan 2.327

  1.55 4.508 0,66 5.615 0.7 4.921 0,5 5.942 0,6 Daerah Yang Dipisahkan Lain-lain PAD 33.601 4,45 21.579 3,2 25.281

  3.2 9.821 1.5 8.800 1,2 Dana 424.054 52 410.223

  

60 444.452

57 615.584 64 551431

  62 Perimbangan Dana Bagi 206.868

  25 330.430

49 280.750

35 364.399 38 300.244

  34 Hasil Dana Alokasi 183.935 23 77.105

11 159.844

20 246.833 26 247.834 27,5 Umum

  Dana Alokasi 33.251 4 2.687 0,39 4.656 2 4.352 0.4 3.353 0,5 Khusus

  Lain-Lain Pendapatan 34.048 4,5 29.631

4 96.366

12 100.819 10 94.647

  10 Daerah yang Sah Pendapatan Hibah

  Dana Darurat DBH Pajak dari

  • Pemda Lainnya Dana Penyesuaiaan
  • & Otonomi Khusus

  

Pendapatan Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Daerah Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %

  Bantuan Keuangan 21.568 2,8 16.966

2.5 26.924

3.4 27.833 2.9 24.827

  2 Provinsi /Pemda Lain Pendapatan 12.479 1,6 12.664

  

1.8 69.442

8.6 66.814 7 69.820

  8 Lainnya Total 754.873 100% 673.073 100% 781.638 100% 947.494 100% 877.386 100%

  Sumber : Karimun Dalam Angka

  Tabel diatas menggambarkan perkembangan pendapatan Kabupaten Karimun dalam 5 tahun terakhir, pendapatan daerah Kabupaten Karimun masih didominasi oleh sumber dana perimbangan yang terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum dan dan alokasi khusus dengan proporsi rata-rata hingga 90%, untuk melihat lebih detail mengenai perkembangan proporsi sumber penerimaan dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Gambar 9.1. : Grafik Perkembangan Proporsi Sumber Penerimaan

  Sumber : Hasil Analisa

  Perkembangan proporsi pendapatan Kabupaten Karimun dalam lima tahun terakhir masih didominasi oleh sumber dana perimbangan, dimana dari tahun ke tahun proporsi dana perimbangan selalu meningkat, dimulai dari tahun 2009 dengan proporsi sebesar 76%, kemudian pada tahun 2010 meningkat hingga 82%, pada tahun 2011 hingga 2013 proporsinya menyentuh angka 90%. Terjadinya pergeseran sumber pendapatan dalam lima tahun terakhir terjadi pada menurunnya proporsi sumber lain yang sah seperti dana hibah, dana darurat, dana otonomi khusus dan lain sebagainya bergeser ke sumber dana perimbangan, sementara untuk PAD tidak terjadi perubahan yang signifikan, masih berada di angka proporsi 3-4 persen.

  Setelah dijelaskan mengenai perkembangan pendapatan Kabupaten Karimun dalam lima tahun terakhir maka selanjutnya akan dijelaskan mengenai perkembangan belanja daerah Kabupaten Karimun dalam lima tahun terakhir yang akan diuraikan dalam tabel berikut.

Tabel 9.2. : Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir (Dalam Juta)

  Pendapatan Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Daerah Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % Belanja Tidak 322.559 37 353.595

47 393.590

44 424.935 48 431.000

  48 Langsung Belanja 244.158

  28 271.264 36,5 298.223 33 330.686 39 341.567

  38 Pegawai Belanja

  • - - - - - Bunga Belanja - - - -
  • Subsidi Belanja Hibah 33.574 4,5 25.955 3,5 34.099

  4 40.383 4,5 42.748 4,5 Belanja 32.992 4,5 44.102

7 48.655

5 39.602 4,5 46.232 5,5 Bansos

  Belanja

  • Pemda Lain Belanja Tidak 750 0,02 550 0,07 355 0,03 550 0,06 450 0,04 Terduga

  Belanja 542.493 62 387.016

52 497.914

56 452.962 51 484.149

  52 Langsung Belanja 82.173

  9 66.499

9 78.816

9 90.702 10 61.657

  7 Pegawai Belanja Barang & 199.222 23 192,822 26 245.961 27,5 255.094 29 217.367

  23 Jasa Belanja Modal 261.098 30 127.694 17 173.136 19,5 107.165 12 205.125

  22 Total 865.054 100% 740.612 100% 891.504 100% 877.897 100% 915.149 100% Sumber : Karimun Dalam Angka Tabel diatas menjelaskan mengenai perkembangan belanja Kabupaten Karimun dalam lima tahun terakhir dimana proporsi belanja langsung dalam lima tahun selalu lebih besar daripada belanja tidak langsung, untuk melihat proporsi secara lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 9.2. : Grafik Perkembangan Proporsi Belanja

  Sumber : Hasil Analisa

Tabel 9.3. : Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir (Dalam Juta)

  

Pembiayaan Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Daerah Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %

Penerimaan 255.977 98,58 177.653 98 179.421 96,76 90.117 98,5 108.312 92,9 Pembiayaan Penggunaan Sisa Lebih

  255.977 98,58 177.653 98 179.351 96,73 85.097 93 105.337 90,4 Pembiayaan Anggaran Penerimaan

  • - - - - Kembali

  5.000 5,4 2.973 2,5 Pinjaman Penerimaan

  • 19 - 0,02 -
  • Dana Bergulir

  Pengeluaran 3.675 1,42 3.605 2 6.000 3,24 1.315 1,44 8.193 7,03 Pembiayaan

  

Pembiayaan Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Daerah Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %

  Penyertaan Modal 3.675 1,42 1.000 0,5 6.000 3,24 1.000 1,09 6.000 5,15 Pemerintah

  Daerah Pemberian

  • 2.605 1,5 315 0,34 -

  2.193 - - 1,88 Dana Bergulir Sumber : Karimun Dalam Angka

9.3. Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.

  

9.3.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya

Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun Terakhir

  Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.

  Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.

  Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

Tabel 9.4. : Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Karimun Dalam 5 tahun Terakhir (Dalam

  Juta) Tahun Tahun Tahun Tahun Jenis DAK Tahun 2009 2010 2011 2012 2013

  DAK Air Minum 22.773 1.842 2.700 2.620 2.386 DAK Sanitasi 10.478 845 1.956 1.732 967

  Sumber : Karimun Dalam Angka

  

9.3.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya

Bersumber dari APBD dalam 5 Tahun Terakhir

  Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3- 5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.

Tabel 9.5. : Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Dalam 5 tahun Terakhir (Dalam Juta)

  Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Sektor Alokasi % Alokasi % Alokasi % Alokasi % Alokasi % Pengemb angan Air 80.687

  9 92.523 12 105.398 11,8 112.946 13 103.746 10,9 Minum Pengemb angan 30.754 3,5 30.200

  4 32.674 3,6 35.967 4 31.836

  3 PLP Pengemb angan 54.387 6,5 40.654

  5 58.544 6,5 62.494 7 46.780

  4.9 Permuki man Penataan Banguna n dan 33.394 4 35.845 5 49.345 5,5 43.687 5 35.005

  3.7 Lingkung an Total Belanja APBD 199.222 23 192.822

  26 245.961 27,5 255.094 29 217.367

  23 Bid. Cipta Karya Total

  

Belanja 865.054 100 740.612 100 891.504 100 877.897 100 915.149 100

APDB Sumber : Karimun Dalam Angka

Gambar 9.3. : Grafik Proporsi Belanja Daerah

9.4. Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya

  Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.

9.4.1. Proyeksi APBD 5 tahun ke depan

  Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya. Berikut ini ialah proyeksi pendapatan APBD Kabupaten Karimun untuk 5 (Lima) tahun kedepan.

Tabel 9.6. : Proyeksi Pendapatan APBD 5 Tahun ke Depan (Dalam Juta)

  

Realisasi % Proyeksi

Kompnen Pertumb APBD 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 uhan

  PAD 240.819 231.090 231.308 0.02 231.859 463.719 695.578 927.438 1.159.297 Dana

  1.426.6 Perimbang 424.054 410.223 444.452 0.07 475.564 951.127 1.902.255 2.377.818

  91 an DAU 33.251 2.687 4.656 0.27 5.913 11.828 17.739 23.652 29.566 DBH 206.868 330.430 280.750

  0.15 322.863 645.725 968.588 1.291.450 1.614.313 DAK

  • - DAK Air 33.251 2.687 4.656

  0.27 5.913 11.826 17.739 23.652 29.566 - DAK Minum 22.773 1.842 2.700 0.01 2.727 5.455 8.181 10.908 13.635 Sanitasi

  Lain-Lain Pendapata 34.048 29.631 96.366 2.19 307.408 614.815 922.223 1.229.630 1.537.038 n yang Sah

  Sumber : Hasil Analisa

  Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR).

  Net Public Saving

Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total

  penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Berikut ini ialah tabel perhitungan proyeksi Net Public Saving Kabupaten Karimun untuk 5 tahun kedepan.

Tabel 9.7. : Proyeksi Net Public Saving 5 Tahun ke Depan (Dalam Juta)

  Jenis Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Penerimaan 566.548 1.133.098 1.699.644 2.266.193 2.832.741 Daerah Belanja Wajib

  270.794 541.587 812.381 1.083.175 1.353.968 Daerah Net Public 295.754 591.509 887.263 1.183.018 1.478.773 Saving Sumber : Hasil Analisa

  Dari tabel diatas dapat terlihat kemampuan keuangan Kabupaten Karimun dalam membiayai pembangunan di bidang cipta karya 5 tahun kedepan, hal tersebut tergambar dari angka net public saving dimana selisih antara penerimaan daerah dengan belanja wajib daerah merupakan dana sisa yang dapat di alokasikan ke pembangunan bidang cipta karya. Angka net public saving dalam 5 tahun kedepan sesuai dengan proyeksi mengalami perbaikan dibandingkan dengan Net Public Saving 5 tahun sebelumnya, angka NPS Kabupaten Karimun cenderung stabil untuk 5 tahun kedepan, dengan beban anggaran belanja wajib yang masih minim jumlahnya dapat menjadi keuntungan bagi Kabupaten Karimun untuk mengalihkan sisa anggaran ke pembiayaan pembangunan bidang cipta karya.

  Untuk angka NPS ini tidak dapat menggambarkan secara pasti mengingat rincian pengeluaran untuk masing-masing bidang termasuk bidang

  • – Pekerjaan Umum maupun Cipta Karya banyak dipengaruhi oleh factor factor lainnya antara lain : kebijakan pemerintahan daerah, prioritas pembangunan, maupun aspek-aspek politik lainnya.

  

Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage

Ratio/DSCR)

  Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

  a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;

  b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

  c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.

  d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.

  Berdasarkan peraturan yang berlaku, Debt Service Cost Ratio (DSCR) minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah.

Gambar 9.4. : Grafik Perkembangan Proporsi Belanja

9.5. Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bid. Cipta Karya

  Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber. Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2-JM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Berikut ini ialah strategi-strategi peningkatan investasi bidang cipta karya :

  Strategi Peningkatan Penerimaan Daerah

  Pandapatan Daerah meliputi semua penerimaan yang merupakan hak daerah dalam satu Tahun Anggaran yang akan menjadi penerimaan Kas Daerah. Pendapatan Daerah dirinci menurut Kelompok Pendapatan yang meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan yang Sah. PAD sebagai salah satu sumber penerimaan daerah yang mempunyai kedudukan yang strategis menuju kemandirian daerah, didalam komponen PAD tercermin bagaimana kemampuan daerah untuk membiayai sendiri penyelenggaraan pemerintahan.

  Dengan diamanatkan di dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah adalah daerah harus mampu mengembangkan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat, lembaga ekonomi, lembaga politik, lembaga hukum, lembaga keagamaan, lembaga adat dan lembaga swadaya masyarakat serta seluruh potensi masyarakat dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun kenyataan yang ada menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) jika dibandingkan dengan Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah masih relatif rendah , sehingga ketergantungan terhadap bantuan/sumbangan dari Pemerintah Pusat cukup besar.

  Strategi Efisiensi Penggunaan Anggaran Daerah

  Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap satuan kerja perangkat daerah dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya. Ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran ke dalam program/kegiatan. Arah Kebijakan Belanja Daerah Kabupaten Karimun tahun 2005-2010, mengacukan kepada visi, misi dan program Kepala Daerah terpilih yang pengelolaannya akan didasarkan pada prioritas sebagai berikut :

  1. Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan Kabupaten Ligga yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan perundang- undangan;

  2. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi tanggungjawab pemerintah Kabupaten Karimun;

  3. Belanja dalam rangka peyelenggaraan urusan wajib diarahkan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum;

  4. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dilaksanakan dengan memperbaiki fasilitas dan pengadaan untuk pelayanan dasar kesehatan terutama untuk kelaurga miskin serta kesehatan ibu dan anak, memperbanyak tenaga medis terutama untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau, serta memperbaiki kualitas lingkungan dan pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat;

  5. Dalam rangka peningkatan daya beli masyarakat, anggaran belanja akan diarahkan pada peningkatan sektor pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan, penguatan struktur ekonomi pedesaan berbasis kerakyatan, pemberdayaan koperasi dan UMKM, serta dukungan infrastruktur pedesaan;

  6. Dalam mendukung pengembangan aktifitas ekonomi, pemeliharaan dan pembangunan infrastruktur akan diarahkan pada wilayah sentra produksi di pedesaan dan aksesibilitas listrik;

  7. Kebijakan untuk belanja tidak langsung meliputi hal-hal sebagai berikut

  a. Belanja Pegawai, disediakan untuk pembayaran gaji dan tunjangan, honorarium, dan pengobatan Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam merencanakan belanja gaji pegawai supaya disesuaikan dengan kebutuhan untuk mengantisipasi realisasi pengangkatan PNS / CPNS, kenaikan gaji berkala, tunjangan keluarga. PNS Daerah dapat diberikan penghasilan tambahan berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku memperoleh persetujuan DPRD;

  b. Belanja Hibah, yang disediakan untuk penyelenggaraan kegiatan organisasi sosial kemasyarakatan/ badan/ lembaga swasta, bersifat tidak mengikat penerimanya, namun realisasinya harus disesuaikan kemampuan keuangan daerah; c. Belanja Bantuan Sosial, disediakan untuk mendukung kegiatan sosial pemerintah, organisasi sosial kemasyarakatan, organisasi kepartaian (politik), bersifat tidak mengikat penerimanya yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, namun realisasinya harus disesuaikan kemampuan keuangan daerah;

  d. Mengalokasikan belanja tidak terduga yang merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya.

  8. Kebijakan untuk Belanja Langsung, diprioritaskan pada hal-hal sebagai berikut : a. Diprioritaskan pada penyediaan fasilitas pelaksanaan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi pelayanan publik, honorarium dan atau lembur PNS / Non PNS, beasiswa pendidikan/ kursus/ pelatihan/ sosialisasi/ bantuan teknik PNS, pengadaan perangkat kerja dan ATK, biaya pengelolaan dan pemeliharaan asset-asset milik daerah termasuk efisiensi biaya telepon/ listrik/ air, biaya jamuan tamu/ promosi/ belanja jasa pihak ketiga. Penyediaan biaya perjalanan agar dikendalikan secara efisien dan efektif.

  b. Belanja Langsung, agar diprioritas pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat sesuai kebutuhan dan dinamika sosial yang berkembang dalam meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat.

  c. Belanja langsung dalam konteks pembangunan infrastruktur / suprastruktur diupayakan untuk melibatkan partisipasi swasta dan masyarakat, agar dapat mendukung kemandirian perekonomian masyarakat dan menciptakan lapangan kerja baru serta menumbuhkan rasa memiliki.

  d. Belanja Langsung, agar dialokasikan untuk pembangunan kebutuhan pelayanan dasar masyarakat yang diarahkan untuk :  Pembiayaan operasional pendidikan, pembangunan/ rehabilitasi gedung sekolah, penambahan unit kelas rehabilitasi ruang kelas serta sarana dan prasarana penunjang kegiatan pendidikan.

   Pembiayaan operasional pelayanan kesehatan, pembangunan/ rehabilitasi gedung Puskesmas/ Pustu Polindes kesehatan serta sarana prasarana penunjang kesehatan, untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, terutama bagi penduduk miskin;  Pembangunan/ rehabilitasi infrastruktur jaringan jalan, termasuk prasarana dan sarana transportasi, untuk meningkatkan mobilitas arus barang dan produktivitas kegiatan perdagangan jasa yang menunjang pertumbuhan ekonomi kerakyatan, ekonomi lokal dan ekonomi regional;  Pengembangan, pembangunan/ rehabilitasi pusat-pusat perdagangan dan industri sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dalam skala mikro, kecil dan menengah;  Pemberdayaan masyarakat dalam rangka pengentasan kemiskinan, keterbelakangan dan keterpencilan.

  e. Belanja pengadaan kendaraan bermotor lebih diutamakan untuk mobilitas dinas pegawai, dan pelayanan umum masyarakat.

  Strategi Peran Masyarakat dan Dunia Usaha

  Sejalan dengan upaya menumbuhkan sikap kemandirian dan peningkatan peran serta masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan daerah, maka anggaran belanja pembangunan daerah diarahkan untuk menunjang berkembangnya potensi masyarakat, termasuk dunia usaha. Hal ini mengingat keterbatasan dana pembangunan" yang berasal dari pemerintah, sehingga sasaran pembangunan hanya dapat dicapai dengan memanfaatkan berbagai potensi investasi masyarakat dan dunia usaha pada khususnya. Karena itu pembiayaan pembangunan yang berasal dari pemerintah dan swasta diupayakan dan diarahkan untuk dapat saling mengisi, saling melengkapi dan saling menunjang.

  Strategi Pengembangan Infrastruktur Skala Regional

  Pembangunan dan peningkatan daya dukung infrastruktur wilayah guna menunjang mobilitas kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat. Karena itu pembangunan dan peningkatan jalan dan jembatan, sarana dan prasarana perhubungan dan terminal angkutan darat akan menjadi salah satu perhatian periling oieh pemerintah daerah dalam alokasi pengeluaran pembangunan daerah. Selain itu peningkatan kemampuan sarana air bersih, listrik, telekomunikasi akan ditingkatkan kemampuan- nya dalam melayani kebutuhan masyarakat, dunia usaha dan kebutuhan pembangunan pada umumnya.

  

Strategi Pendanaan Untuk Operasi, Pemeliharaan dan Rehabilitasi

Infrastruktur Permukiman

  Pendanaan untuk operasi, pemeliharaan maupun rehabilitasi infrastruktur permukiman perlu di alokasikan kedalam anggaran belanja wajib daerah, untuk tetap menjaga seluruh infrastruktur permukiman yang sudah terbangun diperlukan alokasi anggaran yang mencukupi, selain itu pemeliharaan infrastruktur permukiman dapat juga melibatkan masyarakat maupun pihak swasta dengan sebelumnya mengadakan sosialisasi mengenai pemeliharaan infrastruktur permukiman tersebut, dengan begitu beban anggaran untuk pemeliharaan infrastruktur permukiman tidak semua ditanggung oleh pemerintah daerah.