Judul Skripsi : LARANGAN PERKAWINAN ANTAR DUKUH KARENA KEPERCAYAAN PADA MASYARAKAT MUSLIM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Study kasus antara Dukuh Jaten Desa Mojo dengan Dukuh Bandung Desa Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali) Abstrak - LARANGAN PERKAWI

  

Judul Skripsi : LARANGAN PERKAWINAN ANTAR DUKUH KARENA

KEPERCAYAAN PADA MASYARAKAT MUSLIM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Study kasus antara Dukuh Jaten Desa Mojo dengan Dukuh Bandung Desa Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali)

  

Abstrak : Wulandari, Leni Tri. 2017. Larangan Perkawinan Antar Dukuh

karena Kepercayaan Pada Masyarakat Muslim dalam Perspektif Hukum Islam(Study Kasus anata Dukuh Jaten Desa Mojo dengan Dukuh Bandung Desa Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali).

  Skripsi. Program Studi Hukum Keluarga Islam.

Fakultas Syari‟ah

  Instistut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Ilyya Muhsin, M. Si. Kata Kunci: Perkawinan, Kepercayaan dan Hukum Islam

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui larangan perkawinan karena adat kepercayaan antara dukuh Jaten dengan Dukuh Bandung, mengetahui faktor yang menyebabkan adanya larangan perkawinan antar Dukuh Jaten dan Dukuh Bandung. Serta untuk mengetahui tinjauan Hukum Islam terhadap larangan nikah antar Dukuh Jaten dan Dukuh Bandung.

  Metode yang digunakan adalah deskriptif kualititatif dengan pendekatan yuridis normative dan sosiologis. Pengambilan data dalam penelitian ini dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dengan menggunakan reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Peneliti melakukan wawancara terhadap tokoh adat, tokoh agama, masyarakat dan pelaku perkawinan yang dilarang antar dukuh Jaten dengan Dukuh Bandung.

  Berdasarkan temuan penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Dukuh Jaten Desa Mojo dan Masyarakat Dukuh Bandung Desa Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali masih mempercayai larangan perkawinan antar dukuh.

  Masyarakat memiliki kepercayaan apabila melanggar akan mendapat bencana bahkan kematian bagi yang menikah, keluarga serta masyarakat. Kemudian ketakutan masyarakat akan terputusnya tali silaturahim. Apabila tetap melanggar haruslah mengadakan ritual selamatan dari salah satu pihak dan pengangkatan anak salah satu pengantin oleh salah satu Dukuh atau lain dukuh. Larangan ini dikarenakan oleh faktor kurangnya pendidikan Agama, faktor keyakinan, faktor keluarga serta faktor social masyarakat. Larangan tersebut bertentangan dengan islam karena islam hanya mengenal larangan perkawinan yang disebabkan oleh larangan perkawinan muabbad dan larangan perkawinan muaqqod. Secara

  qo’i juga disebutkan ketikbolehannya

  antara lain nikah mut’ah, nikah muhalil, nikah syigor dan nikah tahwid.

  Pengarang : a. Nama : Leni Tri Wulandari

  

Jurusan : Hukum Keluarga Islam

Jumlah hlm. : 101 hal

  

LARANGAN PERKAWINAN ANTAR DUKUH

KARENA KEPERCAYAAN

PADA MASYARAKAT MUSLIM

DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

(Study kasus antara Dukuh Jaten Desa Mojo dengan Dukuh Bandung Desa

Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

Oleh:

LENI TRI WULANDARI

NIM: 21110017

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

  

MOTTO

SEMANGAT, SENYUM, SABAR DAN SYUKUR

SELALU. PERSEMBAHAN Sekripsi ini kupersembahkan kepada sang maha pencipta, Allah swt, Nabi

  Muhammad saw, kedua almarhum orang tuaku, Suamiku tercinta yang selalu sabar dan setia memberiku semangat, Ibnuku tersayang yang selalu menghiburku, sahabat-sahabatku seperjuangan. Terima kasih dukungan kalian semua, aku mampu menyelesaikan perjuanganku menuju gelar sarjana hukum. Semoga amal perbuatan kalian dicatat sebagai amal yang memenuhi timbangan di akhirat dan mendapat ridho-Nya. Amin

  KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan.

  Salam dan sholawat semoga selalu terlimpah kepada Nabi dan Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta pengikut beliau hingga akhir zaman.

  Penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Larangan Perkawinan Antar Dukuh Karena Kepercayaan Masyarakat Muslim Dalam Perspektif Hukum Islam (Study Kasus antara Dukuh Jaten Desa Mojo dengan Dukuh Bandung Desa Beji Kecamatan Andong kabupaten Boyolali)

  ”. Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk menyelesaikan program study S1 Hukum Keluarga Islam fa kultas syari‟ah Instisut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Penulisan skripsi ini disadari oleh penulis masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.

  Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan ini, antara lain: 1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  3. Bapak Dr. Ilyya Muhsin, M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan serta arahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  4. Seluruh anggota penguji yang telah meluangkan waktunya untuk menilai kelayakan dan menguji skripsi dalam rangka menyelesaikan studi Hukum Keluarga Islam fakultas Syri‟ah di Instistut Agama Islam Negeri Salatiga.

  5. Semua Dosen- Dosen fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga.

  6. Seluruh staf Program studi yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan administrasi-sdministrasi selama perkuliahan.

  7. Almarhum kedua orang tuaku.

  8. Keluargaku tercinta yang selalu menemaniku, menghiburku, membantuku, memberiku semangat serta do‟a disetiap saat.

  9. Seluruh masyarakat Dukuh Jaten dan Dukuh Bandung terutama tokoh- tokoh Agama serta Adat yang mana telah memberikan kontribusi terhadap informasi yang telah diberikan.

  10. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian sekripsi ini.

  Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan. Akhirnya diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin

  ABSTRAK Wulandari, Leni Tri. 2017. Larangan Perkawinan Antar Dukuh karena

  Kepercayaan Pada Masyarakat Muslim dalam Perspektif Hukum Islam(Study Kasus anata Dukuh Jaten Desa Mojo dengan Dukuh Bandung Desa Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali). Skripsi.

  Program Studi Hukum Keluarga Islam.

Fakultas Syari‟ah. Instistut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Ilyya Muhsin, M. Si

  Kata Kunci: Perkawinan, Kepercayaan dan Hukum Islam Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui larangan perkawinan karena adat kepercayaan antara dukuh Jaten dengan Dukuh Bandung, mengetahui faktor yang menyebabkan adanya larangan perkawinan antar Dukuh Jaten dan Dukuh Bandung. Serta untuk mengetahui tinjauan Hukum Islam terhadap larangan nikah antar Dukuh Jaten dan Dukuh Bandung.

  Metode yang digunakan adalah deskriptif kualititatif dengan pendekatan yuridis normative dan sosiologis. Pengambilan data dalam penelitian ini dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dengan menggunakan reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Peneliti melakukan wawancara terhadap tokoh adat, tokoh agama, masyarakat dan pelaku perkawinan yang dilarang antar dukuh Jaten dengan Dukuh Bandung.

  Berdasarkan temuan penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Dukuh Jaten Desa Mojo dan Masyarakat Dukuh Bandung Desa Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali masih mempercayai larangan perkawinan antar dukuh.

  Masyarakat memiliki kepercayaan apabila melanggar akan mendapat bencana bahkan kematian bagi yang menikah, keluarga serta masyarakat. Kemudian ketakutan masyarakat akan terputusnya tali silaturahim. Apabila tetap melanggar haruslah mengadakan ritual selamatan dari salah satu pihak dan pengangkatan anak salah satu pengantin oleh salah satu Dukuh atau lain dukuh. Larangan ini dikarenakan oleh faktor kurangnya pendidikan Agama, faktor keyakinan, faktor keluarga serta faktor social masyarakat. Larangan tersebut bertentangan dengan islam karena islam hanya mengenal larangan perkawinan yang disebabkan oleh larangan perkawinan muabbad dan larangan perkawinan muaqqod. Secara

  qo’i

  juga disebutkan ketikbolehannya antara lain nikah

  mut’ah, nikah muhalil, nikah syigor dan nikah tahwid.

  

DAFTAR ISI

JUDUL

LEMBAR BERLOGO .............................................................................................. i

NOTA PEMBIMBING ............................................................................................. ii

PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................................... ............ iv

HALAMAN MOTTO ............................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii

ABSTRAK ................................................................................................................. ix

DAFTAR ISI.............................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiii

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................

  1 B. Fokus penelitian .................................................................. ....................

  5 C. Tujuan Penelitian .....................................................................................

  5 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................

  6

  E. Penegasan Istilah .....................................................................................

  6 F. Telaah Pustaka .........................................................................................

  7 G. Metodoligi Penelitian................................................................... ...........

  9 H. Sistematika Penulisan.............................................................. ................ 15

  BAB II. PERKAWINAN A. Konsep Perkawinan ................................................................................. 16 B. Dasar Hukum Perkawinan ....................................................................... 17 C. Rukun dan Syarat Perkawinan ................................................................ 22 D. Konsep kepercayaan..................................................................... ........... 28 E. Larangan Perkawinan.................................................................... .......... 29

  1. Larangan Muabbad.................................................................. .......... 29

  2. Larangan Muaqqot................................................................... .......... 34

  3. Hikmah Perkawinan............................................................... ................ 38

  BAB III. LARANGAN PERKAWINAN ANTARA DUKUH JATEN DESA MOJO DENGAN DUKUH BANDUNG DESA BEJI KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI A. Gambaran Umum Dukuh Jaten Desa Mojo dan Dukuh Bandung Desa Beji kecamatan Andong Kabupaten Boyolali...........................................................................................42

  1. Gambaran Umum Dukuh Jaten Desa Mojo ............................ 42

  a. Luas dan Letak Geografis……………………………… ... 42

  b. Jumlah Penduduk………………………………………… 42

  c. Keada an Pendidikan……………………………………… 43 d.

  Keagamaan………………………………………………. 43

  e. Ke adaan Ekonomi………………………………………… 44

  2. Gam baran Umum Dukuh Bandung Desa Beji……………….. 45 a. Luas dan L etak Geografis……………………………….. 45 b. Jumlah Pen duduk………………………………………… 45 c. Kead aan Pendidikan……………………………………… 45 d.

  Keagamaan………………………………………………. 46

  e. Kead aan Ekonomi……………………………………….. 46

  B. Ritual Larangan Perkawinan Antar Dukuh Jaten Desa Mojo Dengan Dukuh Bandung Desa Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali .............................................................................. 47

  C. Faktor-faktor yang Mendorong Larangan Perkawinan anatra Dukuh Jaten Desa Mojo dengan Dukuh Bandung Desa Beji

  Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali ..................................... 53

  BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM MENGENAI LARANGAN PERKAWINAN ANTARA DUKUH JATEN DESA MOJO KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI ..... .....................

  56

  

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 63

A. Kesimpulan ...................................................................................... 63 B. Saran 64

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 65

LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 tokoh masyarakat yang diwawancarai .................................................

  11 Table 1.2 nama pelaku perkawinan ....................................................................

  11 Table 3.1 Jumlah penduduk Dukuh Jaten berdasarkan jenis kelamin ...................

  42 Tabel 3.2 persentase jenis pekerjaan Dukuh Jaten ..............................................

  44 Table 3.3 Jumlah penduduk Dukuh Bandung berdasarkan jenis kelamin ............. 45 Table 3.4 persentase jenis pekerjaan Dukuh Bandung .........................................

  46 Tabel 3.5 Pelaku perkawinan antara Dukuh Jaten dengan Dukuh Bandung..... ..... .....48

  dalam hukum Islam, sebagaimana yang telah dijelaskan secara terperinci di dalamnya. Akan tetapi masih diperlukan adanya penjelasan-penjelasan dari sunnah Rosul. Meskipun Al-

  Qur‟an dan Sunnah Rosul telah memberikan ketentuan- ketentuan hukum perkawinan secara terperinci, tetapi dalam beberapa masalah pemahaman tentang masalah-masalah itu seringkali memerlukan adanya pemikiran para fuqoha‟.

  Pada hakikatnya manusia dan segala makhluk yang ada di alam semesta merupakan ciptaan Allah SWT. Segala sesuatu ciptaanya di dunia, Allah menciptakan secara berpasang-pasangan yang secara naluriah mempunyai ketertarikan terhadap lawan jenis. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna lengkap dengan pasangannya. Untuk merealisasikan hal tersebut untuk menjadi hubungan yang benar harus melalui pernikahan.

  Perkawinan merupakan salah satu cara yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan bagi makhluknya untuk berkembang biak dan melestarikan hidupnya. Perkawinan merupakan peristiwa penting bagi kehidupan manusia. Dengan jalan ini, hubungan yang semula haram menjadi halal. Pernikahan mempunyai peran penting dalam membangun dan mewujudkan sebuah tatanan masyarakat. Perkawinan merupakan salah satu cara untuk menciptakan kesejahteraan umat, baik secara perorangan maupun secara bermasyarakat, baik untuk hidup di dunia maupun di akhirat. Kesejahteraan perorangan sangat tergantung pada keluarganya, sehingga kesejahteraan masyarakat tergantung pada kesejahteraan keluarganya (Ghozali, 2003:13).

  Keluarga terbentuk melalui perkawinan, karena itu perkawian dianjurkan oleh islam dan termasuk salah satu bentuk ibadah. Tujuan perkawinan tidak hanya untuk menyalurkan kebutuhan biologis, akan tetapi untuk melanjutkan keturunan dan berumah tangga yang penuh kedamaian dan kasih sayang. Berkeluarga baik menurut Islam sangat menunjang utuk menuju kepada kesejahteraan termasuk dalam mencari rizki Tuhan (Ghozali, 2010:14).

  Firman Allah dalam Surat An Nur Ayat 32

  ل

ْنُمِدبَجِع ْيِه َيٍِْح ِبَّصلَاو ْنُنٌِْه

ِاَو ًَهبٌََ ْلْااْىُحِنًَْاَو

  , , نٍِْلَع ِهِلْعَف ْيِه ُّالل اْىًُْىُنٌَ ْىِا عِساَو ُّاللَو ُنِهٌِْغٌَُءاَسَقُف ْنُنِئبَه

  Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang diantara kamu, dan juga orang-orang yang layak(menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya, Allah Maha mengetahui.

  Dalam budaya jawa ajaran Hindu Budha masih melekat, sebagian masyarakat masih berkeyakinan terhadap tradisi atau sistem-sistem budaya yang terdahulu yaitu masyarakat tradisional. Masyarakat yang melanggar tradisi berarti telah keluar dari sistem-sistem yang ada. Setelah agama Islam masuk, maka yang menjadi asas hukum berganti dengan aturan-aturan yang berdasarkan Hukum Islam.

  Akan tetapi, banyak masyarakat jawa pada umumnya dan khususnya di Dukuh Bandung Desa Mojo dengan Dukuh Jaten Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali dalam melaksanakan perkawinan masih berdasar kepercayaan dari para leluhurnya. Misalnya seseorang dilarang menikah antar dukuh karena ada kepercayaan turun temurun dari zaman dahulu, meskipun mereka tidak tau pasti apa yang terjadi apabila melanggarnya. Islam memandang bahwa semua manusia telah diciptakan berpasang-pasangan yang tidak kita sangka dari daerah mana, karena jodoh di tangan Allah yang telah Allah tentukan sejak ruh dimasukkan dalam kandungan. Masyarakat hanya sekedar percaya apabila melanggar aka nada mala petaka, tanpa melihat lebih dalam sebab akibatnya. Ia hanyalah ikut-ikutan dan sekedar mengikuti faham belaka. Apabila orang beranggapan bahwa nasib sial itu disebabkan oleh beberapa hal atau sebab-sebab tertentu, maka tidak seharusnya dia menyerah pada nasib dan keadaan, khususnya lagi pada tataran aktifitas konkrit. Firman Allah surat Yasin-19

  َىْىُفِسْسُّه مْىَق ْنُزًَْا ْلَث ْنُرْسِمُذ ْىِاَا,ْنُنَعَّه ْنُمُسِئبَغاْىُلبَق

  Mereka (utusan-utusan) itu berka ta,”Kemalangan itu adalah karena kamu sendiri, apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas. firman Allah Qs.Al-

  A‟rof ayat 131

  َىْىُوَلْعٌَ َلْ ْنُهَسَثْمَا َّيِنَلَو ِ ّاللَدٌِْع ْنُهُسْئَغ بَوًَِّا َلَْا,

  Ketahuilah, sesungguhnya nasib mereka di tangan Allah, namun kebnyaan mereka tidak mengetahui. Selain itu ajaran islam juga sangat melarang untuk terlalu mengkhawatirkan musibah yang akan terjadi, karena semua musibah yang terjadi di alam semesta ini telah ditakdirkan oleh Allah, walau sebenarnya kita perlu waspada dengan kemungkinan yang akan terjadi agar kita bisa senantiasa ikhlas dan tabah menerima. Sebagai firman Allah al-Hadid ayat 22:

  ْىَا ِلْجَق ْيِّه ٍتَزِم ًِْف َّلِْا ْن ُنِسُف ْىَا ًِْف َلَْو ِضْزَ ْلْا ًِف ٍخَجٍِْصُّه ْيِه َةبَصَا بَه سٍِْسٌَ ِ ّالل ًَلَع َلِلَذ َّىِا,بَهَاَسْجًَ

  Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfud) sebelum kami mewujudkannya. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah.

  Dari berbagi fenomena di atas, maka disimpulkan bahwa percaya kepada musibah yang datang dari roh penunggu dukuh itu dilarang agama islam. Akan tetapi berbeda dengan masyarakat di Kecamatan Andong Boyolali tetap saja mempercayai hal tersebut. dari berbagai fenomena yang terjadi di Dukuh-dukuh tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai mitos pernikahan terlarang karena adat kepercayaan tersebut penulis akan meneliti hal tersebut dengan judul” LARANGAN PERKAWINAN ANTAR DUKUH KARENA KEPERCAYAAN PADA MASYARAKAT MUSLIM DALAM PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM” (Studi Kasus antara Dukuh Bandung

  Desa Beji dengan Dukuh Jaten Desa Mojo Kecamatan Andong kabupaten Boyolali)

  B. Fokus Penelitian

  Penelitian ini terfokus pada masyarakat yang menjalankan tradisi larangan perkawinan antar dukuh karena adat kepercayaan. Adapun fokus penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana larangan perkawinan antara Dukuh Bandung Desa Beji dengan Dukuh Jaten Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali?

  2. Apa saja yang menjadi faktor pendorong larangan perkawinan antara Dukuh Bandung Desa Beji dengan Dukuh Jaten Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali?

  3. Bagaimana pandangan hukum Islam tentang larangan perkawinan antar dukuh karena adat kepercayaan? C. Tujuan Penelitian.

  1. Mengetahui tentang larangan perkawinan antara Dukuh Bandung Desa Beji dengan Dukuh Jaten Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

  2. Mengetahui faktor pendorong larangan perkawinan antara Dukuh Bandung Desa Beji dengan Dukuh Jaten Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

  3. Mengetahui pandangan hukum islam tentang larangan perkawinan antara Dukuh Bandung Desa Beji dengan Dukuh Jaten Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat meberikan pemahaman dan manfaat, adapun manfaatnya; a. Secara teoritis, sebagai upaya mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dibidang kekeluargaan islam yang berkaitan dengan masalah larangan perkawinan, serta dapat dijadikan hipotesis bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan masalah perkawinan.

  b. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat Dukuh Jaten Desa Mojo dan Dukuh Bandung Desa Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali dalam menyikapi tradisi tersebut.

  E. Penegasan Istilah Untuk mendapatkan kejelasan judul diatas, penulis perlu memberikan penegasan dan batasan terhadap istilah-istilah yang ada.

  Istilah-istilah tersebut adalah:

  1. Perkawinanan berasal dari kata kawin yang menurut bahasa membentuk keluarga dengan lawan jenis. Perkawinan menurut

  syara’yaitu akad yang ditetapkan syara’ untuk memperbolehkan

  bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuan dan menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki (Ghozali, 2003:7).

  2. Kepercayaan berasal dari kata percaya atau iman, yang berarti meyakini dalam hati. Iman merupakan kekuatan abstrak yang dapat menyatukan dan menggalang persatuan antara masyarakat (Indiyawati: 2007:73). Iman menggerakkan setiap anggota masyarakat untuk beramal, baik dalam bentuk ibadah atau dalam bentuk amal lainnya demi kepentingan bersama.

  3. Hukum Islam adalah peraturan dan ketentuan yang berkenaan dengan kehidupan berdasarkan al- Qur‟an, hadist dan juga para fuqoha (Sudarsono, 1992:169).

  F. Telaah Pustaka Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian ini adalah penelitian yang ditulis oleh Muhammad Isro‟i skripsi STAIN Salatiga angkatan 2009 dengan judul “Larangan

  Menikah Pada Bulan Muharram Dalam Adat Jawa Perspektif Hukum Islam (StudiKasus di Desa Bangkok, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali ”). Adapun

  rumusan masalah tersebut adalah faktor apa yang mendorong masyarakat untuk tidak melakukan pernikahan pada bulan muharram, bagaimana pandangan ulama setempat tentang pernikahan yang dilakukan pada bulan muharram, serta bagaimana pandangan hokum islam tentang pernikahan yang dilakukan pada bulan

  muharram. Adapun hasilnya masyarakat Desa Bangkok

  mayoritas beragama islam, akan tetapi tradisi yang diwariskan nenek moyang masih tetap dipertahankan. Masyarakat Desa Bangkok masih mempercayai bahwa pernikahan yang dilakukan pada bulan muharram akan mendapat banyak halangan, selain itu jika perkawinan tetap dilakukan hubungan antara suami istri akan sering terjadi percecokan. Dalam hukum islam tidak ada larangan menikah pada waktu-waktu tertentu, sehingga perkawinan itu bisa dilakukan kapan saja asalkan bertujuan baik. Apabila perkawinan itu tetap dilakukan pada bulan muharram itu sangatlah baik karena bulan tersebut merupakan salah satu dari empat bulan haram yang sangat dimuliakan oleh Allah.

  Adapun penelitian yang lain ialah “Perkawinan

  

Adat Jawa Dalam pemikiran Hukum Islam”(study kasus

di Desa Ngrombo Kecamatan Plupuh Kabupaten

Sragen), yang diteliti oleh Siti Mukaromah skripsi IAIN

  Salatiga mahasiswa angkatan 2011. Adapun rumusan masalahnya adalah bagaimana prosesi perkawinan yang dilakukan masyarakat Ngrombo, kecamatan plupuh kab.Sragen, bagaimana alasan-alasannya sehingga perkawinan adat jawa masih dipegang teguh oleh masyarakat dan bagaimana implikasinya terhadap masyarakat desa Ngrembo, kecamatan Plupuh, kabupaten Sragen serta bagaimana perkawinan adat jawa yang dilakukan oleh masyarakat desa ngrombo, kecamatan Plupuh, kabupaten Sragen dilihat dari pemikiran hokum islam. Hasilnya Perkawinan adat merupakan bentuk penghormatan kepada roh nenek moyang, menjaga budaya, meminta keselamatan kepada setan penunggu desa dan roh nenek moyang mendatangkan ketentraman bagi kedua pengantin, keluarga dan masyarakat. Apabila tidak melakukan perkawinan secara adat jawa maka kedua pengantin akan jatuh sakit dan tidak mempunyai keturunan. Padahal anggapan seperti itu adalah sebuah mitos. Pandangan hukum islam mengenai itu merupakan dilarang dalam agama.

  Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian pertama membahas mengenai larangan perkawinan pada bulan muharram, penelitian yang kedua mengenai pernikahan adat jawa sedangkan penelitian skripsi ini adalah larangan perkawinan antar dukuh Jaten Desa Mojo dengan Dukuh Bandung Desa Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

  G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian dan pendekatan.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh peneliti, dan benda-benda yang diamati sampai detailnya agar dapat ditangkap makna yang tersirat dalam suatu dukumen atau bendanya (arikunto, 2010:22). Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis adalah

  suatu landasan kajian sebuah studi atau penelitian untuk mempelajari hidup bersama dalam masyarakat.

  2. Kehadiran peneliti Dalam penelitian ini, penulis bertindak menjadi pengumpul data sekaligus juga bertindak sebagai instrumen. Instrumen lain yang digunakan penulis adalah alat tulis, alat perekam, serta alat dokumentasi. Tetapi instrumen tersebut hanya sebagai pendukung tugas penulis sebagai instrumen. Oleh karena itu kehadiran penulis dilapangan sangatlah mutlak diperlukan. Penulis juga berperan sebagai partisipan penuh, yang mana penulis ikut serta membaur dengan objek yang akan diteliti. Akan tetapi kehadiran penulis sebagai peneliti telah diketahui statusnya.

  3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Dukuh Bandung, Desa Beji dan Dukuh jaten, Desa Mojo, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali.

  Karena masyarakat daerah tersebut percaya akan mitos mengenai perkawinan yang dilarang antar dukuh. Adapun diperbolehkannya harus melakukan ritual adat tertentu. Sampai saat ini masyarakat daerah tersebut masih melaksanakan kebiasaan yang mereka percayai itu.

  4. Prosedur Pengumpulan Data

  a. Wawancara/Interview Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

  Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moelong, 2009:186). Adapun yang telah diwawancarai ialah sebagai berikut:

Tabel 1.1 nama tokoh masyarakat yang telah diwawancarai

  No Dukuh Jaten No Dukuh Bandung

  1. Lajimin

  5. Samadi 2. kaliman

  6. Kusmanto

  3. Bejo

  7. Kasirin

  4. Slamet

  8. Sardi Table 1. 2 nama pelaku perkawinan antar Dukuh Bandung dengan Dukuh Jaten. No Dukuh Bandung DukuhJaten

  1. Leni Yusuf

  2. Rarik Bahrudin

  3. Yuni Mulyadi

  4. Ratna Daryono b. Observasi Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara langsung dan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang akan diteliti. Sedangkan teknik observasi yang digunakan peneliti adalah terjun langsung ke lapangan yang hendak diteliti. Peneliti ikut serta dalam mengamati ritual perkawinan yang sudah dilakukan oleh Yuni dengan Mulyanto, perkawinan dilakukan dengan ritual selamatan kemudian pengankatan anak oleh pihak bandung dan melangsungkan perkawinan di KUA. Peneliti juga pelaku dalam perkawinan antar dukuh yang dilarang (peneliti partisipatory).

  c. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara membaca dan mengutip dokumen-dokumen yang ada yang berkaitan. Dalam pelaksanaan metode ini, peneliti meneliti benda-benda tertulis seperti buku dll(Arikunto, 1989:131).

  Adapun dokumen yang digunakan adalah KTP, KK dan foto-foto.

  5. Tehnik Analisis Data Setelah seluruh data-data terkumpul maka barulah langkah selanjutnya penyusun menentukan bentuk pengolahan terhadap data-data tersebut antara lain : a. Reduksi Data

  Reduksi merupakan pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertilis di lapangan.

  Dalam penelitian ini reduksi data dapat dilakukan dengan cara menysun ringkasan, mengelompokkan, membuang yang tidak perlu diberi kode bagian yang penting dan sebagainya hingga laporan itu selesai (sugiyono, 2011:244).

  b. Display Data Yaitu deskripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

  c. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan penelitian selalu harus mendasarkan diri atas semua data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian (arikunto, 2010:385). Dengan kata lain penarikan kesimpulan harus didasarkan atas data bukan angan-angan atau keinginan penelitian. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan adalah merupakan jawaban yang dicari, walaupun tidak selalu menyenangkan. Peneliti menarik kesimpulan berdasarkan data rekaman wawancara observasi dan dokumen-dokumen.

  6. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan suatu data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian, karena dari data nantinya akan muncul beberapa teori, untuk itu peneliti perlu melakukan teknik-teknik tertentu yaitu observasi memperpanjang kehadiran peneliti dilapangan dan menggunakan triagulasi (tri= tiga, angulasi dari angle= sudut). Triagulasi dengan sumber yang sama tetapi dengan cara atau metode yang berbeda. Triagulasi juga dilakukan dengan cara atau metode yang sama tetapi dengan sumber yang berbeda. Triagulasi bertujuan untuk mengumpulkan data secara lebih hati-hati dan cermat agar pekerjaan tidak sia-sia dan hanya menambah waktu saja. Hal ini dapat tercapai dengan jalan; 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, 4. Membandingkan keadaan dan perspektif sesorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan dan, 5. Membandingkan hasil wawncara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moelong, 2009:331).

  7. Tahap-tahap Penelitian Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan izin dan mencari data ke kelurahan yang bersangkutan, kemudian penulis mencari data ke Dukuh-dukuh yang bersangkutan, kemudian peneliti melakukan analisis setelah itu penulis melakukan penulisan hasil laporan.

  H. Sistematika Penulisan Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, telaahpustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  Bab kedua berisi landasan teori perkawinan dalam islam. Bab ini memuat pembahasan tentang perkawinan dalam islam meliputi pengertian, dasar hokum, syarat dan rukun, tujuan dan hikmah perkawinan.

  Bab ketiga berisi mengenai paparan data dan temuan penelitian. Bab ini memuat data yang berkenaan dengan hasil penelitian terhadap larangan perkawinan antara Dukuh Jaten Desa Mojo dengan Dukuh Bandung Desa Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Subbab ini membahas keadaan geografis, pendidikan, keagamaan, ekonomi dan deskripsi tentang larangan perkawinan antara Dukuh Jaten Desa Mojo dengan Dukuh Bandung Desa Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali serta faktor- faktor penyebab terjadinya larangan perkawinan antar dukuh.

  Bab keempat berisi tentang analisis tinjauan hukum islam mengenai larangan perkawinan antara Dukuh Bandung, Desa Beji dan Dukuh Jaten, Desa Mojo, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali.

  Bab kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Serta bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

  1. Pengertian Perkawinan merupakan nilai keagamaan sebagai ibadah kepada Allah dan merupakan sunah Nabi.

  Pernikahan Merupakan sunnatuallah yang umum dan berlaku pada semua mahluk-Nya, baik pada Manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. (Tihani, 2010:6). Perkawinan menurut islam ialah suatu akad atau ikatan untuk menghalalkanhubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujutkan kebahagiaan keluarga dengan cara yang diridhoi Allah (Basyir, 1996:11).

  Dalam bahasa Indonesia perkawinan berasal dari kata kawin yang berarti membentuk keluarga dari lawan jenis, melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Perkawinan menurut syara‟ yaitu akad yang ditetapkan syara‟ untuk membolehkan bersenang-senang antara perempuan dan laki-laki (Ghozali, 2003 : 8). Perkawinan adalah suatu akad yang secara keseluruhan aspeknya terkandung kata nikah atau tazwij dan merupakan ucapan seremonial yang sacral (Tihani, 2010 : 8).

  Perkawinan adalah suatu cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi manusia untuk memperbanyak keturunan. Perkawinan juga mempunyai tujuan seperti dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 pada pasal 1 yang disebutkan bahwa: “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Esa”. Perkawinan dikatakan sah apabila memenuhi syarat. Syarat tersebut meliputi syarat bagi kedua mempelai, wali, dan saksi. Demikian pula dalam intruksi presiden Republik Indonesia NO.1 tahun 1991 tentang kompilasi hokum islam (KHI) BAB 1 disebutkan bahwa “ Perkawinan menuruthukum islam adalah Pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau

  misaqon gholidzon untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya

  merupakan ibadah. Sepeti firman Allah yang artinya “Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran

Allah”

  B. Dasar Hukum Indonesia merupakan Negara yang jumlah mayoritas penduduknya beragama Islam, namun konstitusi negaranya tidak menyatakan diri sebagai

  Negara Islam tetapi sebagai Negara yang mengakui otoritas agama dalam membangun karakter bangsa. (khusen, 2012:9). Sehingga Indonesia mengakomodir hukum-hukum agama sebagai sumber legislasi nasional, selain hukum adat dan hukum barat. Sedangakan untuk hukum perkawinan Indonesia merujuk pada Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 dan Kompilasi

  Hukum Islam. Hukum Nikah (perkawianan), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan sesamanya yang menyangkut penyaluran kebutuhan biologis antarjenis, dan hak serta kewajiban yang berhubungan dengan akibat perkawinan tersebut. (Tihani, 2010:8).

  Perkawinan merupakan sunatullah hukum alam di dunia. Perkawinan dilakukan oleh semua mahluk ciptaan Allah. Hukum perkawinan ialah hukum yang mengatur tentang perkawinan yang berdasarkan Al-

  Qur‟an dan sunnah agar suatu perkawinan diridhoi oleh Allah. Sebagai firman Allah pada surat Al-Dzariat ayat 49

  َىوُسَّمَرَر ْنُنَّلَعَل ِيٍَْجْوَش بٌَْقَلَخ ٍءًَْش ِّلُم يِهَو

  Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.

  Firman-Nya pula pada surat Yasin ayat 36

  ُر بَّوِه بَهَّلُم َجاَوْشَ ْلْا َقَلَخ يِرَّلا َىبَحْجُس ْنِهِسُفًَأ ْيِهَو ُضْزَ ْلْا ُذِجٌ َىىُوَلْعٌَ َلْ بَّوِهَو

  Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.

  Qs.An-nisa ayat 1

  بَهَجْوَش بَهٌِْه َقَلَخَو ٍحَدِحاَو ٍسْفًَّ يِّه نُنَقَلَخ يِرَّلا ُنُنَّثَز ْاىُقَّرا ُسبٌَّلا بَهٌَُّأ بٌَ َمبَحْزَلْاَو ِهِث َىىُلءبَسَر يِرَّلا َ ّالل ْاىُقَّراَو ءبَسًَِو اًسٍِثَم ًلْبَجِز بَوُهٌِْه َّثَثَو بًجٍِقَز ْنُنٍَْلَع َىبَم َ ّالل َّىِإ

  Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. Perkawinan merupakansuatu cara Allah sebagai jalan bagi manusia untuk berkembang biak dan menjaga kelestarian hidupnya. Kemudian memulai menjalankan perannya masing-masing untuk mencapaikeluarga yang bahagia dan sejahtera.

  Firman Allah Al-Hujurat Ayat 13

  اىُفَزبَعَزِل َلِئبَجَقَو بًثىُعُش ْنُمبٌَْلَعَجَو ىَثًُأَو ٍسَمَذ يِّه نُمبٌَْقَلَخ بًَِّإ ُسبٌَّلا بَهٌَُّأ بٌَ سٍِجَخ نٍِلَع َّالل َّىِإ ْنُمبَقْرَأ ِ َّالل َدٌِع ْنُنَهَسْمَأ َّىِإ

  Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku- suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

  Hukum melakukan perkawinan menurut ibnu Rusyid menjelaskan bahwa segolongan

  fuqoha’ yakni jumhur (mayoritas ulama) berpendapat bahwa nikah itu

  hukumnya sunnat. Golongan Zhahiriyah berpendapat bahwa nikah itu wajib. Para ulama Malikiyah mutaakhirin berpendapat bahwa nikah itu wajib untuk sebagian orang, sunnat untuk sebagian lainnya dan mubah untuk segolaongan lainnya.

  Bagi fuqoha yang berpendapat nikah itu wajib bagi sebagian orang, sunnat untuk sebagian yang lain, dan mubah untuk sebagian yang lain, maka pendapat ini didasarkan atas pertimbangan kemaslahatan. Qiyas seperti ini yang disebut qiyas

  

mursal, yakni suatu qiyas yang tidak mempunyai dasar penyadaran. Kebanyakan

  ulama mengingkari qiyas tersebut, tetapi dalam mazhab maliki tampak jelas dipegangi (ghozali, 2003:12).

  Al-jaziri mengatakan bahwa sesuai dengan keadaan orang yang melakukan perkawinan, hukum nikah berlaku untuk hukum- hukum syara”yang lima, adakalanya wajib, haram, makruh, sunnat(mandud) dan adakalanya mubah.

  Ualama syafi‟iyah mengatakan bahwa hukum asal nikah adalah mubah, disamping ada yang sunnat, wajib, haram dan yang makruh. Di Indonesia, umumnya masyarakat memandang bahwa hukum asal melakukan perkawinan ialah mubah. Hal ini banyak dipengaruhi pendapat ulama Syafi‟iyah.

  Terlepas dari berbagai pendapat imam-imam mazhab, berdasarkan nash-nash, baik Al-

Qur‟an maupun as-sunnah, islam sangat menganjurkan kaum muslimin yang mampu untuk melangsungkan perkawinan. Namun dilihat dari kondisi orang

  yang melaksanakan serta tujuan melaksanakannya, maka melakukan perkawinan itu dapat dikenalkan hukum sebagai berikut ;

  1. Nikah Wajib Nikah diwajibkan bagi yang khawatir terjerumus kedalam perbuatan dosa, sementara ia mampu untuk menikah. Hal ini didasarkan pada pemikiran hukum bahwa setiap muslim wajib menjaga diri itu untuk tidak berbuat yang terlarang. Jika penjagaan diri itu wajib, maka hukum melakukan perkawinan itupun wajib sesuai dengan kaidah :

  “sesuatu yang wajib tidak sempurna kecuali

  dengannya,maka sesuatu itu hukumnya wajib juga”

  Hukum melakukan perkawinan bagi orang tersebut merupakan hokum sarana sama dengan hukum pokok yakni menjaga diri dari perbuatan maksiat.

  2. Nikah haram, Nikah diharamkan bagi yang belum mampu

  berjima’ dan

  membahayakan kondisi pasangannya jika menikah. Termasuk juga hukumnya haram perkawinan bila sesorang kawin dengan maksud untuk menerlantarkan orang lain, masalah wanita yang dikawini itu tidak diurus hanya agar wanita itu tidak dapat kawin dengan orang lain.