STUDI BATIK TULIS (Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)

SKRIPSI

Oleh:

ENCUS DYAH AYOE MOERNIWATI

K 3208007

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013

STUDI BATIK TULIS (Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh

Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen) SKRIPSI

Oleh: ENCUS DYAH AYOE MOERNIWATI K 3208007

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama

: Encus Dyah Ayoe Moerniwati NIM

: K 3208007

Jurusan/ Program Studi

: PBS/ Pendidikan Seni Rupa

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul STUDI BATIK TULIS (Kasus di

Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh

Kabupaten Sragen) ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, 9 Januari 2013 Yang membuat pernyataan

Encus Dyah Ayoe Moerniwati

STUDI BATIK TULIS (Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh

Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)

Disusun Oleh: Encus Dyah Ayoe Moerniwati K 3208007

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Seni Rupa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguran dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, 9 Januari 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd Dra. M.Y.Ning Yuliastuti, M.Pd

NIP.19621110 1989031003 NIP. 195807051987022001

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skiripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari

Tanggal

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang

Tanda Tangan

Ketua

:Drs. Margana, M. Sn. NIP. 196006121991031001

Sekretaris

:Nanang Yulianto, S. Pd, M. Ds NIP. 19740806 200604 1 002

Anggota I

:Dr. Slamet Supriyadi, M. Pd NIP. 19621110 198903 1 003

Anggota II

:Dra. M.Y.Ning Yuliastuti, M.Pd NIP. 19580705 198702 2 001

Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 196007271987021001

ABSTRAK

Encus Dyah Ayoe Moerniwati. STUDI BATIK TULIS (Kasus di

Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh

Kabupaten Sragen). Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari 2013.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Latar belakang berdirinya Perusahaan Batik Ismoyo di Dukuh Butuh, Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen, (2) Proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo, (3) Jenis-jenis produk batik tulis apa saja yang dihasilkan oleh Perusahaan Batik Ismoyo, (4) Ciri khas batik tulis pada Perusahaan Batik Ismoyo, (5) Sistem pemasaran batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo, (6) Dampak positif dan negatif yang dirasakan oleh masyarakat disekitar Perusahaan Batik Ismoyo.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.Strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus tunggal terpancang.Sumber data yang digunakan memanfaatkan informan, tempat dan penelitian, hasil karya, arsip dan dokumen. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Validitas data menggunakan teknik tringulasi data dan review informan. Teknik analisis data yangdigunakan terdiri dari 3 komponen utama yaitu reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi. Prosedur penelitian yaitu tahap persiapan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penyusunan laporan hasil akhir.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan: (1) Motivasi bapak Marjiyanto yang ingin memperbaiki keadaan ekonomi di keluarganya adalah yang melatar belakangi berdirinya Perusahaan Batik Ismoyo. Pemilihan nama Ismoyo sebagai nama perusahaan, di ambil dari salah satu tokoh wayang, (2) Proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo diawali dengan pembuatan desain, nyorek , ngengrengi, ngisen-isen,nyolet, ngeblok, pewarnaan dan nglorod dan pemilik terlibat langsung dalam proses tersebut supaya tetap dapat mengontrol kualitas batik tulis, (3) Produk batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo berupa pakaian untuk pria dan wanita dewasa siap pakai maupun dalam bentuk lembaran kain batik tulis, dari bahan kain primissima, dobi dan sutera ATBM, (4) Batik tulis di Perusahaan Batik ismoyo tidak memiliki ciri khas, (5) Perusahaan Batik Ismoyo memfokuskan pemasaranya melalui showroom yang dimiliki oleh perusahaan di pasar Tamrin Jakarta Pusat, (6) Perusahaan Batik Ismoyo membawa dampak positif bagi warga sekitar perusahaan. Yakni, banyak warga sekitar yang menjadikan pekerjaan membatik sebagai pekerjaan sampingan dan perusahaan memberikan kesempatan siswa-siswi Sekolah Dasar Islam Terpadu Gemolong untuk belajar membatik.

Kata Kunci : Batik Tulis, Plupuh, Sragen

ABSTRACT

Encus Dyah Ayoe Moerniwati. The Study of Batik Tulis( The Case in Batik Ismoyo Company at Butuh, Gedongan, Plupuh, Sragen). Thesis.Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University. January 2013.

The aims of this research are to know: (1) the establishment background of Batik Ismoyo Campany at Butuh, Gedongan, Plupuh, Sragen, (2) the making process of batik tulis in Batik Ismoyo Company, (3) the kinds of product of batik tulis produced by Batik Ismoyo company, (4) the special characteristics of batik tulis in Batik Ismoyo company, (5) the marketing system of batik tulis in Batik Ismoyo Company, (6) the positive and negative impacts that felt by people around Batik Ismoyo Company.

The method used in this research is a descriptive qualitative method. The research strategy used is stake-single case study. The sources of data are informant, place and research, result of work, archives, and documents. The sampling technique is purposive sampling. The trustworthiness techniques used are triangulation and review informant. There are three main components to analyze the data; they are data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The researcher uses four stages of the research procedures; they are preparation, field work, analysis data, and final result of the report.

Based on this research, the researcher can conclude: (1) Marjiyanto motivation to improved the economic condition of his family is the background of establishment Batik Ismoyo Company. The name of Ismoyo chosen as the name of the company taken from one of the puppet characters, (2) the making process of batik tulis in Batik Ismoyo Company begins with the design, nyorek, ngengrengi, ngisen, Isen, nyolet, ngeblok, coloring and nglorod and owners directly involved in the process in order to remain control the quality of batik, (3) Products in Company Batik Ismoyo such as clothing for men and women ready to wear as well as in the form of batik cloth sheet, from fabric Primissima, dobi and silk ATBM, (4) batik tulis produced by Batik Ismoyo Company doesnt have special characteristics (5) Batik Ismoyo Company focus on marketing through an owned showroom in Central Jakarta

around the company. Many people around who make membatik as a side job and the company provides opportunities to islamic elementary school to learn about membatik.

Keyword: Batik Tulis, Plupuh, Sragen

MOTTO

Tidak ada gunanya kita menyesali apa yang sudah terjadi, yang harus kita lakukan adalah Move on dan memperbaikinya (Penulis)

Saya percaya bahwa semua yang kita kerjakan dan semua yang terjadi pada diri kita, akan berdampak pada kehidupan kita suatu saat nanti (Penulis)

Kesalahan terbesar yang dapat kamu lakukan dalam hidup adalah terus menerus merasa takut untuk membuat kesalahan (Elbert Hubbard)

PERSEMBAHAN

@ Allah SWT @ Bapak dan Ibu

Terimakasih untuk segala kasih sayang , motivasi serta pengorbanan yang pselama ini engkau berikan . Terimakasih untuk setiap doa yang engkau panjatkan hingga akhirnya aku dapat menyelesaikan perkuliahan dan mendapatkan gelar Sarjana . Sampai kapanpun Bapak dan Ibu adalah orang tua terhebat bagiku. I always love u , dad and mom.

@ Encus Widiyatmoko

Terimakasih untuk segala bentuk kasih sayang yang kakak berikan untuk adik .Terimakasih untuk motivasi dan kesabaran kakak untuk adik, hingga akhinya adik bisa mendapatkan gelar Sarjana .kakak adalah seorang kakak yang terhebat dalam hidup adik . Love u, always.

@ Mochamad Fajrin

Terimakasih untuk segala bentuk perhatian , motivasi serta kesabaran yang selama ini kamu berikan . Kehadiranmu dalam hidupku membawa banyak perubahan dan karena dukunganmu akhirnya aku dapat menggapai gelar Sarjanaku . Semoga ini menjadi langkah awal untuk masa depan kita, aku dan kamu satu .L. u. .

@ Dwi Irma Andriyani, Amelia Ardiyani & Wahyu Endrayanti Terimakasih sahabat , terimak untukku . Kalian adalah teman terbaikku selama masa perkuliahan hingga

akhirnya aku mendapatkan gelar sarjanaku . Ini bukan akhir dari persahabatan kita , kita akan bertemu dan berkumpul kembali disaat kita sudah meraih impian kita masing-masing . Tupay, Kura-kura dan Kelinci teman terunikku .

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, kelancaran dan kemuliaan. Atas kehendakNya penulis dapat

STUDI BATIK TULIS (Kasus di

Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen) .

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni.

3. Ketua Program Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd, selaku pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dra. M.Y.Ning Yuliastuti, M.Pd, selaku pembimbing II, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Almarhum Drs. Sudarsono, M. Hum, selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan selama masa perkuliahan.

7. Bapak Marjiyanto beserta keluarga, yang telah memberi kesempatan dan tempat pengambilan data penelitian.

8. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Januari 2013

Penulis,

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

Surat Keterangan Wawancara

Lampiran II Hasil Wawancara Lampiran III Surat Ijin Penelitian

Lampiran IV Dokumentasi

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan suku bangsa, dari berbagai suku bangsa yang berbeda-beda setiap suku bangsa memiliki ciri kebudayaan khas. Salah satu ciri yang penting dari suatu kebudayaan daerah adalah unsur tradisi yang sifatnya berakar dan turun temurun pada masyarakat suatu suku bangsa, misalnya unsur religi, etika, adat istiadat dan sebagainya. Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan suatu suku bangsa yang perlu ditingkatkan ditaraf nasional, oleh karena itu pelestarian dan pengembangan kebudayaan suatu daerah sangat penting dan diperlukan, karena dengan cara ini kebudayaan suatu daerah dapat terus bertahan dan tidak akan digusur oleh kebudayaan modern, serta dapat meningkatkan kebudayaan daerah ketaraf nasional. Sebagai salah satu kebudayaan nasional, kebudayaan Jawa memegang peranan yang sangat penting untuk kelangsungan kebudayaan nasional.

Manusia adalah pelaku budaya yang sekaligus melakukan proses budaya dan hidup dalam kebudayaan yang dihasilkan. Dalam kehidupannya manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan dasarnya yang terdiri atas pangan, papan dan sandang. Sandang dapat diartikan sebagai pakaian atau busana yang terbuat dari kain. Kain sendiri merupakan produk budaya yang dihasilkan oleh suatu masyarakat. Kebudayaan adalah salah satu proses belajar manusia yang merangkum bentuk-bentuk penghayatan apa yang ada dalam dirinya dan apa yang ada diluar dirinya. Hubungan penghayatan tersebut menandai sebuah proses keteraturan semesta. Dalam proses kreasi seni rupa, dimana seni rupa adalah karya manusia (perupa), sekaligus ia berada didalamnya, dan dapat menikmati atau dinikmati keberadaanya. Kebudayaan yang dihasilkan dalam suatu daerah bermacam-macam, dari kebudayaan Jawa sendiri salah satunya adalah batik.

Batik adalah karya budaya yang merupakan warisan nenek moyang dan memiliki nilai seni yang tinggi, dengan corak, serta tata warna yang khas milik suatu daerah yang menunjukkan identitas bangsa Indonesia. Batik sebagai aset

memiliki citra ekslusif yang menggambarkan status pemakainya. Batik, sebagai sebuah karya budaya memiliki nilai ekonomi yang tinggi, karena menjadi sumber hidup bagi para pengrajinnya, membuka lapangan usaha, menambah devisa negara, dan mendukung kepariwisataan yang sangat potensial. Keberadaan batik semakin dikenal dunia dan memuncak setelah diakuinya batik merupakan karya bangsa Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangibel and Heritage of Humanity )oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan batik, semestinya kita perlu mengajak masyarakat sosial untuk merespon batik agar dapat berkembang dengan baik. Artinya, unsur pemerintah serta para pengusaha yang banyak berkecimpung dalam bidang batik harus berperan aktif dalam proses pengembangan ini.

Sumintarsih (dalam Jantran, batik juga tidak hanya terbatas sebagai sebuah entitas lokal tetapi juga merambah ke dalam ruang kehidupan para pendatang yang ikut menjadikan semakin kaya dengan corak dan ciri khas dari setiap daerah masing- dinilai memiliki keunikan tersendiri daripada batik dari negara lain dan memiliki banyak simbol didalamnya, serta memiliki filosofi tersendiri. Keunikan batik juga terletak pada penggunaan malam atau campuran sarang lebah dan lemak hewan dalam pembuatannya. Sedangkan pada umumnya dalam proses pembuatan batik bahan yang digunakan sebagai perintang warna adalah berbagai jenis bubur dari gandum, beras ketan dan parafin, dan sebagai alat melukis dipakai berbagai bentuk alat, antara lain kuas (Djumena, 1990: 1).

Awalnya batik dikerjakan terbatas hanya didalam kraton oleh puteri kraton dan seniman kraton. Batik saat itu juga hanya dikonsumsi oleh raja, keluarga raja, dan para pengikut raja. Para pengikut raja banyak yang dari luar kraton, oleh karena itu batikpun dibawa keluar oleh para pengikut raja dan mereka mengerjakan batik dirumah masing-masing. Karena kebiasaan para pengikut raja membuat batik dirumahnya masing-masing, kemudian rakyat yang berdekatan Awalnya batik dikerjakan terbatas hanya didalam kraton oleh puteri kraton dan seniman kraton. Batik saat itu juga hanya dikonsumsi oleh raja, keluarga raja, dan para pengikut raja. Para pengikut raja banyak yang dari luar kraton, oleh karena itu batikpun dibawa keluar oleh para pengikut raja dan mereka mengerjakan batik dirumah masing-masing. Karena kebiasaan para pengikut raja membuat batik dirumahnya masing-masing, kemudian rakyat yang berdekatan

Tentu sudah tidak asing lagi bagi kita, kota mana saja yang menjadi pusat batik, karena kota ini sudah terkenal sejak dulu kala, diantaranya adalah Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Cirebon, Lasem, Tasikmalaya, Kalimantan Timur, Madura dan Bali. Tetapi perlu diketahui, selain dikota tersebut ternyata kabupaten Sragen juga memiliki potensi industri kerajinan batik yang sudah lama berkembang. Menurut Affanti (2009: 76) Sragen juga memiliki potensi batik yang baik, terutama untuk batik tulisnya, hal tersebut dapat dibuktikan dengan kepercayaan yang diberikan pada pembatik di Batik Kliwonan yang berada di Kabupaten Sragen oleh juragan batik saudagaran (saudagar pribumi, etnis Arab, maupun saudagar etnis Cina) untuk melakukan rekayasa penggabungan antar pola batik kraton atau klasik dan juga motif batik kraton atau klasik dengan motif- motif agraris berjalan lancar, sebab pada dasarnya pembatik di Sragen memiliki ketrampilan dalam hal tersebut.

Daerah industri batik yang terdapat di kabupaten Sragen sendiri berada di Kecamatan Masaran dan Kecamatan Plupuh. Desa-desa yang merupakan sentra pengrajin batik di wilayah Kecamatan Masaran adalah Desa Kliwonan dan Desa Pilang, sedangkan yang berada di wilayah Kecamatan Plupuh antara lain di Desa Gedongan, Desa Jabung dan Desa Pungsari (Supriyadi, 2011: 1).

Di Desa Butuh terdapat pengrajin batik yang rata-rata terdiri dari ibu-ibu rumah tangga. Supriyadi (2011: 1) berpendapat bahwa kaum perempuan merupakan pemain utama dalam industri rumah tangga tersebut (industri batik), khususnya dalam melakukan pembatikan sampai dengan proses finishing produk. Selain itu di Desa Butuh juga terdapat beberapa perusahaan yang bergelut dibidang batik, salah satu perusahaan tersebut adalah Perusahaan Batik Ismoyo.

melestarikan salah satu kebudayaan Jawa, yaitu batik khususnya batik tulis. Oleh karena itu sebagai mahasiswa yang memiliki kewajiban untuk mengabdi pada masyarakat, penulis ingin mengangkat batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo agar dikenal, disukai, dan dinikmati oleh masyarakat luas. Hal tersebut yang kemudian melatar belakangi penulis untuk mengkaji batik pada Perusahaan Batik Ismoyo di Dukuh Butuh, Rt. 07 Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Perusahaan Batik Ismoyo?

2. Bagaimanakah proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo?

3. Jenis-jenis produk batik tulis apa saja yang dihasilkan oleh Perusahaan Batik Ismoyo?

4. Apakah yang menjadi ciri khas dalam batik tulis pada Perusahaan Batik Ismoyo?

5. Bagaimana sistem pemasaran di Perusahaan Batik Ismoyo?

6. Apa dampak positif dan dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat yang berada di sekitar Perusahaan Batik Ismoyo?.

C. Tujuan Penelitian

Secara garis besar tujuan dari penelitian ini ada dua, yaitu tujuan yang bersifat umum dan tujuan yang bersifat khusus. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah keikutsertaan aktif dalam menggali dan mengembangkan batik yang merupakan bagian dari kekayaan kebudayaan nasional bangsa Indonesia, sedangkan tujuan yang bersifat khusus adalah:

1. Mengetahui bagaimana latar belakang berdirinya Perusahaan Batik Ismoyo.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo

Perusahaan Batik Ismoyo

4. Mengetahui ciri khas batik tulis pada Perusahaan Batik Ismoyo

5. Mengetahui bagaimana sistem pemasaran di Perusahaan Batik Ismoyo

6. Mengetahui dampak positif dan dampat negatif yang dirasakan oleh masyarakat disekitar Perusahaan Batik Ismoyo.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi perusahaan-perusahaan batik di Sragen dan sekitarnya

b. Sebagai sumber referensi dan dokumentasi yang dapat digunakan dalam penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat memberi gambaran alternatif dalam proses membatik oleh masyarakat luas dan pengrajin batik lainnya

b. Dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi instansi-instansi atau lembaga- lembaga yang terkait dalam usaha pengembangan dan melestarikan batik

c. Diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi perusahaan yang terkait dalam mengembangkan kerajinan batik tulis sebagai bagian dari hasil kebudayaan daerah yang mendukung kebudayaan nasional.

KAJIAN TEORI

A. Batik

1. Sejarah Batik Di Indonesia

Seni pewarnaan kain dengan teknik pencegahan pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukanya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti Tang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794) (Prasetyo, 2010: 2). Sedangkan di Afrika teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yomba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal.

Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, oleh karena itu batik di Indonesia sangat erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit dan penyebaran agama Islam di Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta (Dedi, 2009: 6). Jadi, kesenian batik sudah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang pada kerajaan dan raja berikutnya. Kemudian pada abad ke-18 atau abad ke-19 batik mulai meluas ke wilayah Indonesia.

Pada saat itu batik yang dihasilkan hanya batik tulis, kemudian sekitar tahun 1920 mulai dikenal batik cap. Adapun kaitannya dengan penyebaran agama Islam, banyak daerah-daerah pusat kerajinan batik di Jawa yang merupakan daerah-daerah santri dan kemudian menjadi alat perjuangan ekonomi oleh tokoh- tokoh pedagang muslim melawan perekonomian Belanda.

Kerajinan batik sudah lama dikenal di Indonesia dan sekarang sudah berakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Prof. Dr. R. M Sutjipto Wiryosuparto (dalam Soemarjadi dkk, 2001: 134) berpendapat bahwa: Kerajinan batik sudah lama dikenal di Indonesia dan sekarang sudah berakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Prof. Dr. R. M Sutjipto Wiryosuparto (dalam Soemarjadi dkk, 2001: 134) berpendapat bahwa:

Namun pendapat tersebut mendapatkan bantahan dari G. P Rouffer (dalam Soemarjadi dkk, 2001: 134), bantahan tersebut adalah:

ibawa pertama kali oleh orang Kalingga dan Karomandel, keduanya adalah bangsa India. Pada permulaannya mereka sebagai pedagang, kemudian berimigran kolonisator

Dengan adanya bantahan tersebut jelas bahwa batik datang dari luar Indonesia, yakni dari Kalingga dan Karomandel di India. Kenyataan menunjukkan bahwa ragam hias batik terdapat di Indonesia dengan ragam hias batik di India tidak memiliki kesamaan, hal ini membuktikan bahwa batik yang berkembang di Indonesia tidak datang dari India, dengan demikian pendapat batik Indonesia berasal dari India menjadi diragukan (Susanti dalam Soemarjadi dkk, 2001: 134).

2. Pengertian Batik

Menurut Djumena (1990: IX) seni batik adalah salah satu kesenian khas Indonesia yang telah sejak berabad-abad lamanya hidup dan berkembang, sehingga merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah budaya bangsa Indonesia. Banyak hal yang dapat terungkap dari seni batik, diantaranya adalah latar belakang kebudayaan, kepercayaan, adat istiadat, sifat, tata kehidupan, lingkungan alam, cita rasa, tingkat ketrampilan dan lain-lain.

Dalam tesan atau

membuat titik. Jadi batik mempunyai arti menulis atau melukis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Soemarjadi dkk, 2001: 135) batik diartikan sebagai corak atau gambar (pada kain) yang pembuatannya secara khusus dengan menerakan malam kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu.

batik dalam arti sederhana adalah suatu gambar yang berpola, motif dan coraknya dibuat secara khusus dengan menggunakan teknik tutup celup.

itinjau dari prosedurnya teknik pembuatan kain batik tidak lain adalah teknik celup rintang. Maksudnya adalah motif dibuat dari bahan yang dapat merintangi warna masuk kedalam serat kain pada waktu dicelup ke dalam bahan warna. Setelah bahan perintang warna tersebut dibuang maka akan terlihat motif yang dirancang. Pada kenyataanya adakalanya menyimpang secara unik dari motif yang dirancang. Inilah yang menjadikan batik menjadi suatu bentuk kerajinan yang khas, yang tidak dapat pada kerajinan l

(Soemarjadi dkk, 2001: 135).

Prasetyo (2010: 1) juga mengemukakan pendapat, bahwa:

mengacu pada dua hal, yang pertama adalah teknik pewarnaan kain menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain, dalam literature internasional teknik ini dikenal sebagai wax-resist dying. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki

Batik merupakan tekstil tradisional di Indonesia yang menggunakan motif, teknik dan warna khusus untuk menghiasi kain. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi yang telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, khususnya Jawa (Dedi, 2009: 1). Batik diproduksi di berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa. Setiap daerah memiliki keunikan dan ciri khas batik, baik dalam ragam hias maupun tata warna. Pada dasarnya, batik termasuk salah satu jenis seni lukis. Bentuk-bentuk yang dilukiskan diatas kain tersebut disebut dengan ragam hias. Ragam hias yang terdapat pada batik pada umumnya berhubungan erat dengan beberapa faktor, antara lain letak geografis, adat istiadat, dan kondisi alam. Pulau Jawa merupakan pusat batik di Indonesia. Daerah-daerah seperti Pekalongan, Yogyakarta, Surakarta, Garut, Indramayu, Banyumas dan Madura merupakan sentra penghasil batik yang terkenal di Indonesia.

jenisnya, yang awalnya hanya berupa batik tulis sekarang sudah terdapat banyak batik, antara lain adalah batik ikat celup, batik cap, batik printing dan batik sablon

3. Batik Tulis

Soemarjadi dkk (2001: 136) berpendapat bahwa :

tulis adalah batik yang dibuat dengan cara menerakan malam pada motif yang telah dirancang dengan menggunakan canting tulis. Cara ini dilakukan untuk semua pemberian motif. Malam berfungsi sebagai bahan perintang warna. Motif bisa dirancang secara bebas, karena dengan menggunakan canting tulis hal ini sangat mudah dikerjakan.Pemberian warna juga dimungkinkan dengan bebas, baik melalui celupan maupun melalui coletan. Disamping itu juga dimungkinkan untuk memberikan

Sedangkan menurut Harmoko (dalam Indriani, 2006: 12) batik tulis adalah batik yang dihasilkan dengan cara menggunakan canting tulis sebagai alat bantu dalam meletakkan cairan malam pada kain. Pendapat lain datang dari Prasetyo (2010: 7) batik tulis adalah batik yang dikerjakan dengan menggunakan canting, yaitu alat yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung berupa saluran atau pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain. Dalam pembuatan batik, khususnya batik tulis dibutuhkan keahlian khusus, telaten dan sabar. Hal tersebut bertujuan agar batik yang dihasilkan memiliki bentuk motif atau desain yang luwes dan jelas.

Batik tulis adalah kain yang dihiasi dengan tekstur dan corak batik menggunakan tangan, pengerjaannya sendiri membutuhkan waktu yang lama dibandingkan dengan batik jenis lainya (Dedi, 2009: 5). Batik tulis merupakan batik yang spesial dan mahal dibanding batik yang lain, karena didalam pembuatan batik ini diperlukan keahlian, serta pengalaman, ketelitian, kesabaran dan juga waktu yang lama untuk menyelesaikan batik tulis. Menurut Soekamto (1984: 14-15) batik tulis ada dua macam, yaitu batik tulis halus dan batik tulis kasar.

sedangkan untuk batik tulis ditentukan oleh beberapa hal, yaitu:

a. Morinya terpilih dari yang paling halus

b. Cara menulisnya

c. Babaran atau pewarnaannya berhasil baik. Pada dasarnya batik tulis adalah suatu teknik pembuatan gambar pada permukaan kain dengan cara menutup bagian-bagian tertentu dengan menggunakan bahan malam atau lilin dan alat canting.

4. Bahan Membatik

Bahan yang digunakan dalam membuat batik tulis terdiri dari kain, lilin batik atau malam dan pewarna batik (Kurniadi, 1996: 12-16). Berikut penjelasan dari bahan-bahan yang diperlukan dalam membuat batik:

a. Kain

Kain batik seperti halnya seperti kain-kain yang lainya dibuat dengan dasar prinsip yang sederhana dari bahan benang yang digabung secara memanjang dan melintang. Pada awalnya kain batik hanya terbuat dari jenis serat alam, utamanya kapas (tumbuhan) dan sutera (hewan) (Kurniadi, 1996: 12).

Kurniadi (1996: 13-14) menyebutkan ada empat jenis mori atau kain yang digunakan sebagai bahan untuk batik tulis, yaitu:

1) Mori Sangat Halus

Kualitas mori halus ditentukan oleh kepadatan anyaman tenunan serta kehalusan kualitas dari benang. Kandungan kanji dalam kain jenis ini sangat sedikit maka kain ini tidak kaku. Mori halus juga sering disebut mori Primisima dan mori ini kebanyakan merupakan buatan Belanda dan Jepang, di Indonesia kain ini diproduksi oleh Cambrie milik GKBI Madari. Mori Primisima ini diperdagangkan dalam bentuk gulungan (piece). Adapun satu piece berukuran panjang 17, 5 yard (± 15, 5 m) dan lebar 42 inchi (± 106 cm).

Mori yang didatangkan dari Belanda maupun Jepang, di Indonesia kain ini diproduksi di Batang (Primatexo). Mori Prima ini diperdagangkan dalam bentuk gulungan. Ukuran setiap piece-nya adalah panjang 17,5 yard (± 15, 5 m) dan lebar 42 inchi (± 106 cm).

3) Mori Medium atau Sedang

Di pasaran kain mori i

. Kain ini memiliki anyaman yang kurang padat serta memiliki kualitas benang yang berbeda dengan kain Primisima maupun kain Prima. Mori biru yang diproduksi oleh Jepang ukuranya lebar 42 inchi dan panjangnya

48 yard, untuk produk Belanda ukuran lebarnya 40 inchi dan ukuran panjangnya 16 yard, 30 yard, 40 yard, 45 yard, dan yang paling panjang adalah 48 yard.

4) Mori Kasar Mo mori

iliki kualitas yang paling rendah dibandingkan dengan kain mori jenis lainya, hal ini dikarenakan kain mori ini belum diputihkan. Mori Blaco diperdagangkan dalam bentuk piece, yang ukuran setiap piece-nya panjang 48 yard, dan lebarnya 30-34 inchi.

Soemarjadi dkk (2001: 137-138) mengungkapkan bahwa :

terbatas, asalkan bahan tersebut dapat diserapi bahan warna secara baik dan dapat pula ditempeli oleh bahan perintang. Pemakaian kain putih dimaksudkan agar hasil celupan mempunyai warna yang cemerlang dan bersih di samping dapat dicelupkan pada semua warna. Tentu saja dalam hal ini kain warna selain putih pun dapat dipakai, selama warna dasar yang ada sudah dirancang sebagai salah satu warnanya. Kelemahannya adalah bahwa kita tidak akan terbatas, asalkan bahan tersebut dapat diserapi bahan warna secara baik dan dapat pula ditempeli oleh bahan perintang. Pemakaian kain putih dimaksudkan agar hasil celupan mempunyai warna yang cemerlang dan bersih di samping dapat dicelupkan pada semua warna. Tentu saja dalam hal ini kain warna selain putih pun dapat dipakai, selama warna dasar yang ada sudah dirancang sebagai salah satu warnanya. Kelemahannya adalah bahwa kita tidak akan

b. Lilin Batik atau Malam

Menurut Widodo (1983: 10) lilin batik adalah bahan yang dipakai untuk menutup permukaan kain menurut motif batik, sehingga permukaan yang tertutup tidak terkena warna yang diberikan pada kain. Menurut Kurniadi (1996: 14-16) lilin batik atau malam batik merupakan campuran dari berbagai bahan, yaitu :

1) Malam Tawon

kain, tahan lama, tidak mudah mengelupas, mudah lepas apabila dalam titik leleh(59ºC). Lilin tawon atau liin konte biasanya untuk campuran pembuatan lilin kualitas baik (lilin klowong).

2) Gondorukem Gondorukem disebut juga gondo, songka, harpus atau harar. Gondorukem terdiri dari beberapa jenis, yaitu gondorukem Amerika, gondorukem Hongkong, gondorukem Aceh dan gondorukem Pekalongan. Pemberian gondorukem pada lilin adalah agar lilin batik menjadi lebih keras dan tidak mudah membeku, karena sifat gondorukem setelah mencair (pada titik leleh 70º-80ºC) lebih mudah menembus pori-pori kain, sehingga sangat baik untuk perintang warna.

3) Damar atau Damar Mata Kucing

Damar atau damar mata kucing adalah getah pohon damar yang diguakan sebagai campuran lilin batik agar lilin batik membentuk garis-garis lilin yang baik melekat pada kain dan sukar meleleh.

Parafin sering disebut lilin pecah. Parafin berwarna putih dan agak kuning muda. Pemakaian parafin pada lilin batik agar lilin batik mempunyai daya tahan tembus basah dan mudah dilorod.

5) Micro Wax Micro wax atau lilin micro adalah jenis parafin yang lebih halus, berwarna kuning muda, lemas (flexible) sehingga lilin batik menjadi lemas atau ulet dan mudah lepas. Biasanya digunakan untuk campuran lilin yang berkualitas baik, yaitu lilin klowong maupun lilin tembok.

6) Kendal

Kendal adalah lemak binatang. Biasanya diambil dari binatang lembu atau kerbau. Kendal dipakai untuk campuran lilin batik dalam jumlah kecil, tujuanya adalah agar lilin batik menjadi lemas dan mudah lepas ketika dilorod.

Lilin atau malam yang digunakan untuk membatik berbeda dengan malam atau lilin biasa. Malam untuk membatik mempunyai kadar cepat menyerap pada kain, tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses pelorodan (Aziz, 2010: 48). Djumena (1990: 2) berpendapat bahwa malam adalah campuran dari antara lain parafin, lilin lebah, gondorukem, damar mata kucing dan lemak hewan dengan perbandingan yang berbeda-beda dari daerah satu dengan daerah lainya. Perbadingan bahan-bahan pembuatan malam tersebut merupakan salah satu hal yang dapat menentukan mutu batiknya, jadi setiap pengrajin batik memiliki perbandingan yang berbeda-beda.

Menurut Sumintarsih (dalam Jantran, 2009: 692) malam dapat dibedakan menjadi 2, yaitu malam alam yang terbuat dari sarang lebah dan malam buatan, malam buatan pabrik. Menurut fungsinya, malam dapat dibedakan menjadi:

Malam tembokan warnanya agak coklat dan agak kental. Malam ini biasanya digunakan untuk menutup blok warna putih, maka malam yang digunakan adalah malam putih dan malam kuning serta keplak.

2) Malam carik

Malam carik warnanya agak kekuningan dan mempunyai sifat yang lentur serta tidak mudah retak. Malam ini memiliki kualitas yang bagus, oleh sebab itu malam ini sering digunakan dalam pembuatan batik tulis halus.

3) Malam gambar

Malam gambar warnanya kuning pucat dan memiliki sifat mudah retak, oleh sebab itu malam ini dipakai untuk menimbulkan efek pecah-pecah atau retakan pada batik.

4) Malam biron

Malam ini warnanya coklat dan digunakan untuk menutup warna biru.

c. Pewarna Batik

banyak yang menggunakan bahan-bahan pewarna alami, khususnya dari tumbuh-tumbuhan ya

(Kurniadi,

Pewarna batik alami biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan yang diproses secara tradisional. Zat warna tersebut biasanya diambil atau terbuat dari akar, batang, kulit kayu, daun dan bunga. Namun sekarang pewarna yang digunakan dalam pewarnaan batik tidak hanya menggunakan pewarna alami saja, tetapi juga menggunakan pewarna buatan atau sintetis. Pewarna sintetis tersebut antara lain adalah Naptol, Remazol dan Indigosol.

bahan pewarna sintetis, karena menggunakan pewarna sintetis dapat dipakai secara langsung dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengolahnya, selain itu dari segi harga, harga bahan pewarna alam lebih mahal dibandingkan dengan harga pewarna sintetis.

5. Alat Membatik

Perlengkapan yang digunakan dalam membuat batik tulis adalah peralatan yang sifatnya tradisional dan khas, walaupun sekarang mengalami penyempurnaan baik bentuk dan kualitas bahan namun manfaat atau fungsinya tetap sama. Adapun peralatan yang digunakan dalam pembuatan batik tulis diantaranya adalah:

a. Canting

Canting merupakan salah satu produk budaya yang perannya sangat penting dalam proses membatik, khususnya untuk batik tulis. Karena batik tulis memang membutuhkan canting dalam proses pembuatanya.

Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan. Canting untuk membatik adalah alat kecil yang terbuat dari tembaga dan bambu sebagai penggangannya yang mempunyai sifat lentur dan ringan (Aziz, 2010: 47). Menurut Sumintarsih (dalam Jantran, 2009: 692), canting adalah alat untuk mewadahi malam panas yang dibuat dari bahan tembaga agar dapat menahan panas lebih lama sehingga malam dalam canting tahan lama mencairnya. Canting merupakan alat untuk melukis pada waktu membatik kain (Soekamto, 1994: 23), Riyanto (1995:

7) berpendapat canting adalah alat pokok untuk membatik yang dapat menentukan kriteria suatu hasil kerja apakah bisa batik atau bukan batik. Awalnya canting terbuat dari bahan tempurung kelapa, namun seiring perkembangan zaman bahan pembuatan canting juga semakin berkembang. Saat ini canting yang terbuat dari bahan tempurung kelapa sudah jarang ditemukan, para pengrajin sekarang lebih memilih 7) berpendapat canting adalah alat pokok untuk membatik yang dapat menentukan kriteria suatu hasil kerja apakah bisa batik atau bukan batik. Awalnya canting terbuat dari bahan tempurung kelapa, namun seiring perkembangan zaman bahan pembuatan canting juga semakin berkembang. Saat ini canting yang terbuat dari bahan tempurung kelapa sudah jarang ditemukan, para pengrajin sekarang lebih memilih

Canting terdiri dari beberapa bagian yaitu (Soekamto, 1994: 24-25) :

a) Badan canting Badan canting disebut Fungsi dari badan canting ini adalah untuk menyimpan atau menaruh malam cair guna membatik kain.

b) Paruh canting

Paruh canting berbentuk melengkung, ketika membatik malam yang cair akan keluar dari lubang paruh canting.

Besar kecil dan jumlah cucuk atau carat dapat diuraikan sebagai berikut (Kurniadi, 1996: 18) :

1) Berdasarkan besar kecil cucuk, yaitu :

a) Cucuk besar

b) Cucuk sedang

c) Cucuk kecil

2) Berdasarkan jumlah atau banyaknya cucuk, yaitu :

a) Cucuk canting cecekan

Cucuk canting cecekan adalah tunggal. Fungsinya untuk membuat garis-garis, cecek atau titik.

b) Cucuk canting loran

Canting ini bercucuk dua dengan posisi berjajar diatas dan dibawah. Fungsinya untuk membuat garis-garis sejajar atau garis rangkap.

c) Cucuk canting telon

Canting ini memiliki cucuk tiga buah yang berjajar dari atas ke bawah dan berfungsi untuk membuat garis dengan cepat, cecekan Canting ini memiliki cucuk tiga buah yang berjajar dari atas ke bawah dan berfungsi untuk membuat garis dengan cepat, cecekan

3) Berdasarkan kegunaannya, yaitu :

a) Canting reng-rengan

Canting ini memiliki fungsi untuk membuat batikan pertama kali sebelum dikerjakan lebih lanjut. Reng-rengan merupakan kerangka pola sehingga saat pengerjaannya disebut ngrengreng.

b) Canting isen

Canting ini memiliki fungsi untuk mengisi atau membatik bidang kosong, setelah pelaksanaan ngrengreng. Canting ini biasanya bercucuk kecil.

c) Ekor canting

Ekor canting terletak di bagian belakang badan canting. Ekor

tangkainya.

d) Tangkai canting

Tangkai canting terbuat dari bahan kayu yang sangat lunak dan sering

b. Gawangan

Gawangan biasanya terbuat dari bambu atau kayu jati, bentuknya dua batang bambu bulat melintang dengan empat kaki dan gunanya adalah untuk meletakkan (sampiran) mori atau kain yang akan dibatik (Widodo, 1983: 7). Fungsi dari gawangan menurut Aziz (2010: 43) adalah untuk menggantungkanatau menyangkutkan serta membentangkan kain mori sewaktu akan dibatik dengan canting.

Kurniadi (1996: 19) mengemukakan:

gawangan ini haruslah kuat dan ringan, karena disamping dipindah- gawangan ini haruslah kuat dan ringan, karena disamping dipindah-

c. Kompor

alat pemanas lilin batik atau malam, karena membatik biasanya menggunakan peralatan yang sifatnya tradisional. Penggunaan Anglo ini dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan untuk menjaga nyala api agar api tetap stabil. Pengrajin batik sekarang lebih suka menggunakan kompor, alasanya penggunaan kompor lebih mudah dikendalikan dari pada penggunaan anglo (Kurniadi, 1996: 19). Kompor yang digunakan untuk membatik ini ukuranya kecil, tidak seperti yang biasa digunakan untuk memasak.

d. Wajan

Wajan adalah alat yang digunakan untuk mencairkan malam atau lilin batik, wajan bisa dibuat dari logam atau tanah liat (Riyanto, 1993: 8). Wajan yang digunakan oleh pengrajin batik pada masa lalu adalah wajan yang terbuat dari tanah liat, hal tersebut dikarenakan tangkai pada wajannya tidak panas, hanya saja proses pemanasanya agak lambat. Wajan yang digunakan disini adalah wajan kecil atau wajan yang khusus untuk membatik.

e. Bak Celup

Bak celup diperuntukkan untuk memberi warna pada kain dengan jenis warna tertentu, sehingga besar kecil bak celup serta jumlah bak celup disesuaikan dengan kebutuhan. Yang perlu diperhatikan didalam penyediaan bak celup adalah bak celup tersebut kuat atau tidak bocor dan, dapat menampung kain yang dicelup .

Ketel atau panci ini biasanya terbuat dari logam yang berfungsi untuk menghilangkan lilin batik atau malam dengan cara kain direbus dengan air dan diberi abu soda secukupknya (Kurniadi, 1996: 20). Ketel atau panci yang digunakan harus memiliki ketebalan yang cukup dan besar sesuai dengan jumlah kain yang akan dilorod.

6. Langkah-langkah Membatik

Dalam pembuatan batik tulis harus melalui beberapa tahapan, tahapan- tahapan tersebut adalah sebagai berikut (Kurniadi,1996: 24) :

a. Tahap persiapan

Dalam tahap persiapan ini juga terbagi dari beberapa tahap. Tahapan-tahpan tersebut adalah:

1) Memotong mori

dibatik maka kain ini harus dipotong sesuai dengan dengan ukuran yang diperlukan. Setelah kain dipotong ujung-ujung kain tersebut dijahit (diplipit) supaya benang-benang yang paling tepi bekas potongan tidak lepas ( Sewan Susanto, 1980: 6)

2) Mencuci ngirah

tujuan agar kandungan kanji yang terdapat pada mori hilang. Cara menghilangkan kanji tersebut, kain direndam semalaman dalam air

(Sewan Susanto, 1980: 6). Untuk mendapatkan kualitas kain yang lebih bagus lagi kain harus

3) Menganji mori

Menganji mori memiliki tujuan agar lilin batik tidak terlalu meresap pada pori-pori kain, sehingga pada saat proses nglorod lilin batik Menganji mori memiliki tujuan agar lilin batik tidak terlalu meresap pada pori-pori kain, sehingga pada saat proses nglorod lilin batik

4) Ngempleng Ngempleng adalah cara tradisional dan khas dalam tahap persiapan sebelum membuat batik, yaitu mori yang telah dikanji (setelah kering)

untuk memudahkan daya serap warna pada kain.

b. Tahap pelekatan atau pemberian lilin pada kain

Kurniadi

Agar bagian-bagian tertentu tidak terkena warna, maka diperlukan perintang terhadap warna, yaitu dengan cara pemberian lilin batik. Pemberian lilin batik dapat dilakukan bertahap, yaitu tahap awal ngrengreng sampai tahap akhir sebelum dilorod

Dalam tahap pelekatan atau pemberian lilin pada kain juga terdapat beberapa langkah, yaitu:

1) Membatik kerangka

Membatik kerangka adalah proses awal pemberian lilin pada kain sesuai dengan motif yang sudah ditentukan. Biasanya dalam tahap ini menggunakan canting yang bercucuk sedang.

2) Ngisen-ngiseni Ngisen-ngiseni adalah memberi isen (isi) pada tempat tertentu. Selain memberikan isen-isen dalam proses ini juga berlangsung proses

tertentu agar nantinya kain yang di blok dengan lilin tersebut tetap berwarna putih.

3) Nerusi Nerusi adalah proses pelekatan lilin dengan mengikuti batikan yang telah dikerjakan namun dari sebalik kain (hingga lilin atau malam pada kain dapat dibuat bolak-balik).

Nemboki adalah menutupi bagian tertentu dengan menggunakan lilin atau malam (biasanya pada bagian yang luas) agar tidak terkena warna. Dalam proses ini biasanya menggunakan canting cucuk besar atau bisa menggunakan kuas.

5) Penyempurnaan akhir pemberian lilin

Dalam proses ini tujuanya adalah untuk menyempurnakan cantingan pada kain yang mungkin dirasa kurang sempurna.

c. Tahap pewarnaan batik

Menurut Sewan Susanto (1980: 8-9) ada beberapa macam cara pewarnaan pada pembuatan kain batik, antara lain adalah:

1) Medel

Medel adalah memberi warna biru tua pada kain setelah kain selesai dicanting. Untuk kain sogan kerokan maka medel adalah warna pertama yang diberikan pada kain. Medel ini dilakukan dengan cara dicelup.

2) Celupan warna dasar

Tujuan pemberian warna dasar adalah agar warna dasar berikutnya tidak berubah atau tidak tetumpangan warna lainya.

3) Menggadung

Menggadung adalah menyiram kain batik dengan larutan zat warna. Caranya adalah kain dibentangkan pada papan atau meja kemudian disiram dengan zat warna, dengan cara ini akan menghemat zat warna tetapi hasilnya kurang merata.

4) Coletan atau dulitan

Pewarnaan dengan cara coletan atau dulitan adalah memberi warna pada kain batik dengan zat warna yang dikanvaskan atau dilukiskan Pewarnaan dengan cara coletan atau dulitan adalah memberi warna pada kain batik dengan zat warna yang dikanvaskan atau dilukiskan

5) Menyoga

Menyoga adalah memberi warna pada kain batik. Menyoga kain batik ini biasanya dilakukan pada akhir.

d. Tahap penghilangan lilin dan finishing

Penghilangan lilin atau malam batik dilakukan untuk mendapatkan corak atau gambar pada kain agar terbuka atau tidak tertutup malam, dengan cara sebagai berikut (Kurniadi, 1996: 28-29) :

1) Menghilangkan sebagian lilin atau malam batik

yaitu menggaruk lilin pada kain dengan menggunakan pisau atau palet.

2) Menghilangkan keseluruhan lilin atau malam batik

Cara untuk menghilangkan malam keseluruhan adalah dengan proses

perebusan air dalam keadaan mendidih dan ditambahkan ± 10 gram bubuk soda untuk 1 liter air.

Batik Tulis

Dipola

Dibatik Bolak balik

Ditembok Bolak balik

Batik Cap

Dicap Bolak balik

Sama Batik Tulis

Warna Soga

Dibironi Bolak balik

Dilorod

Warna Biru

Ditutup M. Gambar

Finishing

Dilorod

Warna Dasar

Di Drik/ T.K

Warna Soga

Warna Dasar

Warna Soga

Warna Muda

Dilorod

Warna Dasar

(Remekan)

Gambar 2.1. Bagan Proses Batik (Sumber. Riyanto, 1995: 24)

Sebagaimana kita ketahui bahwa proses pembuatan batik tidak hanya berangkat dari ruang kosong belaka. Kalau kita beranggapan bahwa batik hanyalah sebuah seni melukis di atas kain, tanpa memiliki makna apapun, maka pemikiran tersebut salah dan perlu diluruskan kembali. Pada dasarnya, dari setiap coretan di atas kain mori, batik memiliki filosofi tersendiri, tergantung siapa dan apa tujuan dari sang pembatik. Dalam proses pembuatan batik tulis, batik tersebut melambangkan kesabaran pengrajinya karena hiasan dibuat dengan teliti dan melalui proses yang panjang. Untuk kesempurnaan motif pada batik menyiratkan ketenangan dari pengrajinya.

Dokumen yang terkait

1. No. Responden: 2. Nama : 3. Umur : 4. Kelas : - Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Dismenorea dan Tindakan Dalam Penanganan Dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015

0 0 22

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Dismenorea dan Tindakan Dalam Penanganan Dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015

0 1 16

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Dismenorea dan Tindakan Dalam Penanganan Dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015

0 1 10

BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat dan Kegiatan Operasional Perusahaan ` 2.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Perkebunan Nusantara II (persero) Kebun Sampali berkedudukan di pasar - Efisiensi Pengelolaan Dana Dalam Rangka Meningkatkan Rentabilita

0 1 15

BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan - Analisis Pinjaman Polis di AJB Bumiputera 1912 Kantor Wilayah Medan

0 1 27

POLA BATIK LASEM PASCA PENETAPAN UNESCO TENTANG BATIK TAHUN 2009

0 2 100

PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Perbedaan Tingkat Depresi pada M ahasiswi S1 yang Sudah Menikah dan Belum Menikah di Unversitas Sebelas Maret Surakarta

0 1 46

Industri Tekstil Di Desa Padamulya Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 1970 – 2009

0 0 127

Efektivitas Dan Elastisitas Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (Bphtb) Di Kabupaten Ngawi Tahun 2006 - 2011

0 0 73

RISK MANAGEMENT DISCLOSURE DALAM PRESPEKTIF STAKEHOLDER THEORY: STUDI EMPIRIS PERBANKAN INDONESIA

0 1 100