MEMBANGUN PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM BERKEADILAN GENDER (TELAAH PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN) - Test Repository
MEMBANGUN PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM
BERKEADILAN GENDER
(TELAAH PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN)
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh:
ENDANG DWIJAYANTI
NIM: 111-12-147
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
MOTTO
“Sesungguhnya laki-laki muslim dan perempuan muslimah, laki-laki mukmin dan
perempuan mukminah , laki-laki yang taat dan perempuan yang taat, laki-laki
yang benar dan demikian juga perempuan yang benar, laki-laki penyabar dan
perempuan penyabar , laki- laki yang khusyu‟ dan perempuan yang khusyu‟, laki-, laki-laki
laki yang gemar bersedekah dan perempuan yang gemar bersedekah
yang sering kali berpuasa dan perempuan yang sering kali berpuasa , laki-laki
yang selalu memelihara kemaluannya dan perempuan yang selalu juga
memelihara kehormatannya , laki-laki yang banyak berdzikir menyebut nama
Allah dan perempuan yang banyak berdzikir menyebut nama Allah , Allah telah
menyediakan untuk tiap-tiap orang dari mereka ampunan dan pahala yang
besar.” (Q.S. al-Ahzab: 35)“Tidak ada hasil usaha, kerja keras, maupun jerih payah yang sia-sia.”
PERSEMBAHAN
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil ‟alamin dengan rahmat dan izin Allah SWT skripsiini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1.
Almarhum ayahku Subur Santoso yang dulu telah membiayai pendidikanku sampai perguruan tinggi, kemudian ibuku Punarwati yang sabar dalam membimbingku. Adikku tercinta Angkus Hadidayasa yang sangat menyayangiku, tidak lupa juga kepada seluruh keluargaku phakdhe, budhe, kakak-kakak sepupuku.
2. Dosen pembimbing skripsi Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si. yang sabar dalam membimbing, mengarahkan, menghargai, memantapkan rasa percaya diri saya dan mengerti akan keterlambatan saya dalam penyusunan skripsi ini.
3. Kepada Ahmad Dimyati dan Siti Alfijah yang sudah ku anggap sebagai orang tuaku, terima kasih untuk semangat dan nasihatnya. Selalu memberi sambutan hangat di setiap kunjungan saya.
4. Sahabat-sahabatku Fajri, Lia, Aisyah, Rouf, Anis, Wulan, Agus, Maftukhin, Murni, yang selalu mendukung dan mendengarkan ceritaku.
5. Tentunya tidak lupa juga untuk keluarga besar LPM Dinamika mulai dari alumniku Kang Akbar, Kang Singgih, Kang Syukron, kemudian kakak-kakak angkatanku Kak Hasan, Kak Nazil, Kak Lasin, Mas Alif Habban, Mas oyon, Mbak Ozi, yang sabar dalam membimbing dan mengajariku. Teman-teman seangkatan dan tidak lupa juga untuk adik-adik angkatanku yang telah mendoakan dan memberi dukungan. Terima kasih karena sudah diizinkan dan diberi kesempatan untuk menjadi bagian dari LPM DinamikA. Tidak lupa juga untuk kawan persma lainnya.
6. Teman seperjuangan di kampus khususnya mahasiswa/i PAI Angkatan 2012.
7. Almamaterku IAIN Salatiga.
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini meski masih jauh dari kata sempurna. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Rasulullah Muhammad SAW sang revolusioner, semoga kelak dapat berjumpa dan mendapat syafaatnya di hari akhir.
Penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si. dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran dan waktunya dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Dra. Ulfah Susilowati, M. Si. selaku Pembimbing Akademik.
6. Ibuku (Punarwati) dan adikku (Angkus Hadidayasa) saudara-saudaraku.
7. Keluarga besar LPM DinamikA baik alumni, demisioner, teman-teman seperjuangan, maupun adik-adik angkatanku yang selalu mendukungku.
8. Sahabat-sahabat ku yang selalu sabar mendampingi dan menyemangatiku.
9. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
10. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Terselesainya tulisan ini selain sebagai bentuk tanggung jawab pengenyam perguruan tinggi tentunya kelak akan menjadi salah satu referensi.
Semoga dapat menjadi sumbangan pemikiran dan kajian literasi dalam keberlangsungan pendidikan khususnya Perguruan Tinggi Islam. Semoga bermanfaat.
Salatiga, 20 Maret 2017 Penulis
Endang Dwijayanti NIM. 111-12-147
ABSTRAK
Dwijayanti, Endang. 2017.“Membangun Paradigma Pendidikan Islam Berkeadilan Gender (Telaah Pemikiran Riffat Hassan)”. Skripsi.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si.
Kata kunci: Pendidikan Islam, Gender, Riffat Hassan.
Salah satu penyebab yang melanggengkan konstruksi sosial budaya yang mengakibatkan ketidakadilan gender adalah pemahaman agama. Istilah „bias gender‟ yang berangkat dari pemahaman agama yang berat sebelah seolah melanggengkan sebuah hegemoni yang didominasi pada salah satu jenis kelamin.
Minimnya pengetahuan tentang gender tanpa disadari mempengaruhi pola pikir dan sikap dalam memandang realita. Meski tidak disebutkan secara eksplisit jika menengok sejarah jelas terlihat bagaimana Islam datang untuk menegakkan keadilan gender. Kalaupun benar ada ketimpangan dalam penafsiran maka harus ditelaah kembali pijakan teologi Islam yang menjadi sumber Pendidikan Islam yaitu al-
Qur‟an dan hadis. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1)
Bagaimana konsep Pendidikan Islam yang berkeadilan gender; (2) Bagaimana hubungan Pendidikan Islam dengan gender; (3) Kontribusi apa yang diberikan Riffat Hassan untuk mewujudkan Pendidikan Islam yang berkeadilan gender.
Temuan penulis berkaitan pertanyaan yang ada yaitu (1) Konsep Pendidikan Islam berkeadilan gender berangkat dari nilai persamaan, kemanusiaan, dan keseimbangan. (2) Hubungan Pendidikan Islam dengan gender menuntun untuk terwujudnya relasi antara laki-laki dan perempuan. Derajat kemanusiaannya sama dimata Tuhan, bukan karena jenis kelaminnya melainkan ketaqwaannya. (3) Kontribusi Riffat Hassan dalam rangka menegakkan keadilan gender yaitu melakukan interpretasi ulang terhadap teks keislaman terutama al- Qur‟an sebagai sumber nilai tertinggi. Konsep dasar yang dibawanya adalah persamaan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan dari bahan yang sama.
Kedudukannya setara di mata Sang Pencipta.
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................. i
LEMBAR BERLOGO .......................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................. v
MOTTO ................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8 D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9 E. Telaah Pustaka...........................................................................................10 F. Metode Penelitian....................................................................................... 14 G. Penegasan Istilah ........................................................................................ 16 H. Sistematika Penulisan ................................................................................ 20
BAB II KONSEP PENDIDIKAN ISLAM BERKEADILAN GENDER A. Pengertian Pendidikan Islam ...................................................................... 21 B. Pengertian Keadilan Gender ...................................................................... 22 C. Tujuan Pendidikan Islam Berkeadilan Gender .......................................... 30 D. Gender dalam Al-Qur‟an............................................................................ 31 E. Nilai-Nilai Keadilan Gender ...................................................................... 33 BAB III RIFFAT HASSAN DALAM TELAAH KEADILAN GENDER A. Biografi Riffat Hassan................................................................................ 39 B. Latar Belakang Pendidikan ........................................................................ 42 C. Dasar Pemikiran Riffat Hassan .................................................................. 45 BAB IV ANALISIS TRANSFORMATIF KEADILAN GENDER A. Menyibak Eksistensi Perempuan ............................................................... 54 B. Rekonstruksi Interpretasi Mitos Perempuan .............................................. 64 C. Elaborasi Kajian Riffat Hassan dalam Pendidikan Islam .......................... 78 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................ 95 B. Saran ........................................................................................................... 96 DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar SKK 2. Nota Pembimbing Skripsi 3. Lembar Konsultasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender bukanlah sebuah kajian baru, selain menjadi wacana akademis kajian ini berkembang sebagai sebuah disiplin ilmu (perspektif). Istilah responsif gender, sensitif gender, berwawasan gender, bias gender bahkan diskriminasi gender merupakan bagian dari problematika sosial. Meski istilah ini sering di dengar oleh khalayak umum akan tetapi belum
tentu setiap individu paham bagaimana hal tersebut bisa muncul. Apabila rancu dalam memahami makna ini maka akan berdampak pada cara pandang dimana nanti akan mempengaruhi sikap.
Gender menjadi sebuah permasalahan yang kompleks dan cukup signifikan karena menyangkut kehidupan umat manusia. Pokok bahasan yang menarik dan sering mendapat sorotan pada kajian ini yaitu perempuan. Dunia perempuan memang menjadi pembahasan yang menarik untuk dikaji atau diperbincangkan. Seringnya mendapat sorotan layaknya seperti makhluk istimewa, bukan hanya keindahan yang selalu dilekatkan pada dirinya melainkan ada sisi lain yang mungkin perlu diungkap mengenai keberadaannya.
Kehidupan perempuan yang sering menjadi topik pembicaraan yang menarik layak untuk diajukan. Maka perlu ditelusuri mengapa pembahasan ini memasuki dan menjadi sebuah wilayah diskursus. Usaha perempuan untuk melawan praktik diskriminasi yang menganggap keberadaannya sebagai makhluk the second classmelewati proses yang cukup panjang. Menghadapi sebuah struktur yang timpang dimana jenis kelamin laki-laki lebih diunggulkan atau diutamakan, label inferior (rendah) dilekatkan pada dirinya. Jika memang demikian maka perlu dilakukan penelusuran mengapa hal tersebut terjadi bahkan memberi dampak yang kurang menyenangkan. Terlebih lagi perempuan juga makhluk ciptaan Tuhan yang tentunya memiliki nilai kemanusiaan sama halnya laki-laki.
Ketimpangan ini menjadi problematika ketidakadilan sosial dimana perempuan kurang mendapat tempat. Gender merupakan salah satu bagian dari masalah ketidakadilan sosial, superioritas (pengunggulan jenis kelamin) laki-laki melekat dalam budaya masyarakat. Sering mendapat tempat sebagai pilihan utama dengan dalih memiliki keunggulan dan keutamaan. Kemudian hal itu berdampak menjadi sebuah hierarki atau hegemoni yang didominasi laki-laki.
Selain struktur sosial hal tersebut dipengaruhi pula oleh cara pandang. Cara pandang inilah yang menjadi faktor pembentukan pola pikir yang kemudian mempengaruhi tingkah laku/sikap. Selain perspektif sosial akar persoalan diskriminasi gender juga dipengaruhi oleh faktor teologi.
Perspektif teologis meliputi legitimasi ajaran teologi dan tradisi keagamaan, mulai dari sini ditelusuri apakah benar bahwa pada ajaran keagaamaan kedudukan perempuan subordinat.
Pendidikan Islam dibangun berdasarkan dua landasan teologis yang menjadi dasar utama yaitu al- Qur‟an dan hadis. Konsep Pendidikan
Islam dirumuskan melalui kerangka metodologi dan dihimpun berdasarkan tema atau pokok bahasan tertentu. Perspektif agama selalu diutamakan dalam menghadapi ataupun memecahkan problematika umat. Kemudian perlu ditelusuri juga apakah memang benar dalam ajaran Islam pun perempuan dalam posisi subordinat dan termarginalkan.
Sejarah menunjukkan bagaimana Islam memuliakan perempuan dengan menghapuskan praktikdiskriminasi masyarakat Arab jahiliyah.
Sebelum Islam datang sungguh miris nasib perempuan saat itu, bayi perempuan dikubur hidup-hidup. Perempuan menjadi bagian dari warisan layaknya properti, maraknya praktik poligami banyaknya masyarakat Arab yang memiliki istri lebih dari satu. Nilai kemanusiaan perempuan saat itu kurang mendapat perlakuan baik, maka lahirnya Muhammad saw. sebagai utusan Tuhan diperintahkan untuk membebaskan perempuan dari berbagai praktik diskriminasi.
Di zaman Rasullah perempuan diberi hak untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosialnya, memberi ruang untuk hadir dalam majlis ilmu, kehidupan publik bagai sebuah panggung dimana laki-laki dan perempuan terlibat, bahkan rasulpun sangat mencintai dan menyayangi putrinya Fatiman Az-zahra. Rasulullah juga terbiasa menggendong anak-anak perempuannya di muka publik, melalui cara sederhana ini maka pesan yang akan disampaikan yaitu laki-laki dan perempuan berhak memperoleh perlakuan yang adil. Tindakannya ini merupakan salah satu wujudkomitmen dalam mengemban misi kemanusiaannya.
Islam menegaskan bahwa perempuan bagian dari ciptaan Tuhan, pada kisah Siti Maryam yang tertulis pada Q.S. Ali-Imran: 195 ketika Imran dan istrinya bernadzar maka muncullah redaksi,
“Sesungguhnya Aku
tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu,
baik seorang lelaki ataupun perempuan, (karena) sebagian kamu dari
sebagian yang lain.... , dari ayat ini maka muncul bahwa dimata Tuhan
baik laki-laki dan perempuan kedudukannya sama. Disinilah tampak bagaimana Islam pun memanusiakan manusia tanpa membedakan jenis kelamin. Bahkan Islam pun mengakui intelektualitas kaum perempuan salah satunya ibun da Aisyah ra sebagai representasi ulama‟ perempuan. Pada nilainya ajaran Islam mengandung spirit persamaan dan nilai kemanusiaan tanpa adanya diskriminasi salah satu jenis kelamin. Akan tetapi, melihat fenomena sekarang dengan adanya istilah „bias gender‟ dalam penafsiran teks memicu para pemikir kontemporer untuk mengkaji, meneliti, dan menelaah kembali sumber ajaran Islam. Adanya asumsi yang mengatakan bahwa Islam memasung hak perempuan, membatasi ruang, bahkan pada beberapa ayat menunjukkan superioritas kaum laki-laki yang menyebabkan perempuan berada pada posisi subordinat. Sehingga muncullah tokoh reformis Islam seperti Fatima Mernissi, Riffat Hassan, Asghar Ali Engineer, Amina Wadud Muhsin, dll.
Setelah menelusuri dan mengkaji kembali teks keagaamaan yang menjadi sumber pijakan Islam tokoh tersebut menemukan adanya beberapa hasil penafsiran yang menunjukkan adanya superioritas yang menjadi dominasi salah satu jenis kelamin. Mengingat banyaknya kalangan mufasir, ulama‟, cendekiawan Islam didominasi laki-laki maka tidak menutup kemungkinan adanya produk penafsiran yang kurang mengakomodir topik yang menjadi isu perempuan. Maka usaha yang dilakukan yaitu melakukan interpretasi terhadap teks-teks Islam klasik sebagai usaha guna meluruskan pandangan yang menjadi kegelisahan akademis.
Membahas diskursus keagamaan yang sama dengan interpretasi yang berbeda, bukan merubah teks melainkan membongkar penafsiran lama dan menata ulang kembali dengan pendekatan yang lebih egaliter. Menelusuri kembali literatur Islam yang bertendensi mengandung muatan misogini. Keempat tokoh tersebut memiliki kegelisahan masing-masing dan tentunya dengan pengalaman yang berbeda, akan tetapi keyakinannya selaras bahwa Islam pada nilainya memuat ajaran yang universal baik persamaan, keadilan, maupun hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan. Menjamin hak-hak makhluk hidup tanpa adanya subordinasi maupun diskriminasi.
Disinilah kemudian muncul perspektif sosiologis dan teologis, hubungan antara idealitas agama dengan realitas sosial. Ketika idealitas agama lentur dan lebih terbuka dalam memberi ruang terkadang realitas sosial kurang mendukung. Begitu juga sebaliknya, jika realitas sosial mampu memberi ruang terkadang idealitas agama tertutup. Tidak bisa dipungkiri bahwa pemahaman akan teks turut dipengaruhi oleh kultur dengan kondisi sosial masyarakatnya. Tetapi di satu sisi teks tersebut mengandung spirit pembebasan dan penghapusan hal-hal yang berbau diskriminatif. Meskipun demikian, ajaran universal tetap berlaku dan dapat diimplemantasikan.
Disinilah kemudian dialog dan relevansi antara teks dengan konteks guna menemukan sebuah jalan keluar yang akan menjadi tawaran ideologi perubahan. Baik Fatima Mernissi, Riffat Hassan, Asghar Ali Engineer, maupun Amina Wadud Muhsin merupakan sosok kontroversial dan gagasannya sering dipertentangkan tetapi tidak sedikit pula yang mengapresiasi karya-karyanya. Melihat dari beberapa tokoh feminis muslim menurut penulis merekalah yang konsisten mengkaji teologi dengan melibatkan kerangka metodologi dalam kancah pemikiran Islam. Dimana pada ranah ini akan menjadi perspektif baru dalam rangka membangun paradigma Pendidikan Islam yang lebih responsif gender.
Akan tetapi, penulis memilih satu diantara empat tokoh tersebut maupun pemikir lainnya. Riffat Hassan adalah tokoh yang akan menjadi bahan kajian dalam penulisan skripsi ini. Topik utama yang akan disoroti adalah konsep penciptaan perempuan yang menjadi perdebatan di kalangan mufasir maupun pemikir muslim. Meski bersifat akademis menurut Riffat hal ini menjadi sangat mendasar dan penting baik secara filosofis maupun teologis. Karena jika laki-laki dan perempuan telah diciptakan oleh Allah Yang Maha Pencipta dari sesuatu yang sama maka selanjutnya mereka tidak dapat diperlakukan tidak sama baik dalam bentuk apapun maupun kapanpun.
Menurutnya, adanya diskriminasi terhadap perempuan berakar dari asumsi-asumsi teologis yang keliru dan oleh karena itu harus dibongkar melalui reinterpretasi terhadap al-
Qur‟an yang merupakan sumber nilai tertinggi bagi umat Islam. Riffat ingin membangun kerangka dasar paradigmatik model kepercayaan baru dalam konteks Islam dan isu-isu keperempuanan. Sebab ia merasa yakin bahwa selama ini telah terjadi pencemaran dan distorsi historis antara ajaran Islam normatif yang bersumber pada al-
Qur‟an dengan Islam historis yang selama ini dipraktikkan pada masyarakat patriarkhi. Konstruksi paradigmatik itu kemudian diintrodusir oleh Riffat sebagai teologi feminis. Teologi feminis dalam konteks Islam dimaksudkan oleh Riffat untuk membebaskan (liberation; taharrur) bagi perempuan dan laki-laki dari struktur dan sistem relasi yang tidak adil, dengan cara merujuk kitab suci yang diyakini sebagai sumber nilai tertinggi (Mustaqim, tt: 174-175).
Problematika penafsiran umat Islam terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan relasi laki-laki perempuan tanpa disadari mengandung unsur patriarkis. Hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan perempuan ditafsirkan menggunakan sudut pandang laki-laki tanpa melibatkan perempuan sebagai pihak pertama.
Berdasarkan pemaparan diatas penulis tertarik untuk mengkaji konsep pemikiran Riffat Hassan salah satu tokoh feminis muslim dengan melibatkan kerangka metodologinya. Keaktifannya dalam mengkaji isu- isu gender dalam teks membuka sebuah kerangka pemikiran baru bagi perkembangan ajaran islam, melalui tulisan ini akan diuraikan kajian teologi dari kacamata perempuan. Penulis tidak menggunakan perspektif Riffat Hassan melainkan menghubungkan kajian interpretasinya dalam rangka meluruskan konstruksi pemikiran selama ini mengalami penyesatan interpretasi. Melalui langkah inilah uraian pada skripsi nanti penulis akan memaparkan hasil penelitian Riffat Hassan dalam proses merekonstruksibangunan teologi Islam dalam rangka mewujudkan Pendidikan Islam yang berkeadilan gender.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran pada latar belakang diawal, adapun rumusan masalah yang menjadi pokok penelitian disusun sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep Pendidikan Islam yang Berkeadilan Gender? 2.
Bagaimana hubungan gender dengan Pendidikan Islam? 3. Kontribusi apa yang diberikan Riffat Hassan untuk mewujudkan
Pendidikan Islam yang Berkeadilan Gender? C.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: 1.
Menggali konsep Pendidikan Islam berkeadilan gender.
2. Mencarihubungan Pendidikan Islam dengan gender.
3. Memaparkan kontribusi pemikiran Riffat Hassan dalam mewujudkan Pendidikan Islam Berkeadilan Gender.
D. Manfaat Penelitian 1.
Secara Teoritis a.
Rekomendasi tawaran pemikiran berperspektif feminis.
b.
Memperbarui cara pandang yang selama ini mengakar menjadi konstruksi pemikiran.
c.
Membangun kerangka paradigmatikmelalui kajian teologi dari kacamata perempuan dan penerapannya dalam pendidikan Islam.
d.
Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya isu-isu gender sehingga mampu menjadi sarana untuk membangun paradigma baru berwawasan gender serta menegaskan bahwa gender bagian dari pendidikan Islam.
2. Secara Praktis a.
Menjadi salah satu bahan proses penyusunan kurikulum maupun silabi dalam lembaga pendidikan yang responsif gender.
b.
Memberi ruang dengan cara melibatkan perempuan dalam proses- proses pengambilan keputusan, dalam bidang legislasi seperti penyusunan perencanaan penganggaran yang responsif gender, perumusan undang-undang. Advokasi sosialisasi Pengarusutamaan Gender (PUG)baik dalam organisasi kemasyarakatan maupun aktivitas sosial lainnya.
E. Telaah Pustaka
Pemikiran Riffat Hassan cukup menarik beberapa penulis lainnya sebagai bahan kajian, dan hal ini membuktikan bahwa hasil karyanya mendapatkan perhatian dikalangan akademis. Untuk menghindari terjadinya plagiasi, maka penulis memaparkan beberapa karya ilmiah yang sudah ada. Selain itu telaah pustaka juga untuk melihat orisinilitas skripsi.Setelah membaca dan mengamati penulis menemukan beberapa skripsi dengan kajian tokoh yang samanamun ada perbedaan dalam penelitian skripsi ini, diantaranya:
Pertama, Miftah As‟adi Romadhoni mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Syari‟ah dan Hukum al-Ahwal al- Syakhsiyyah, 2012 dengan judul “Pemikiran Riffat Hassan tentang Peran Istri dalam Keluarga”. Pokok pembahasannnya mengenai konsepsi Riffat mengenai peran istri dalam ikatan perkawinan dan kedudukannya dalam keluarga.Menjabarkan konsepsi pada penetapan tugas dan peran masing- masing pihak antara suami istri. Skripsi ini mengkritisi argumentasi Riffat mengenai peran domestik yang mempengaruhi kiprah perempuan (sebagai istri) dalam ruang publik.
Kedua, skripsi karya Putut Ahmad Su‟adi Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, 2008 dengan judul “Pemikiran Fazlur Rahman dan Riffat Hassan tentang Kesetaraan Gender dalam Islam
”. Kajian bersifat komparatif karena menggunakan dua tokoh ilmuwan yang sama-sama berasal dari Pakistan untuk memadukan atau mencari persamaan dalam membangun konsep kesetaraan gender tentunya dengan metode dan kerangka berpikir yang berbeda.
Ketiga, skripsi karya Siti Kusumaningsih Jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuludin UIN Sunan Ampel, 2014 dengan judul “Pembebasan Perempuan: Studi Komparasi Asghar Ali Engineer dan Riffat Hassan”.
Memaparkan konsep pembebasan perempuan dari dua perspektif beserta upaya dari kedua tokoh tersebut dalam pembongkaran aspek teologi dengan melakukan reinterpretasi teks-teks keagamaan sebagai agenda baru pemikiran Islam.
Tiga judul diatas sama-sama mengkaji isu perempuan, perbedaannya tulisan Miftah As‟adi membidik satu persoalan khusus mengenai peran perempuan sebagai istri dalam rumah tangga, hal ini mengarah pada pembagian kerja antara ruang domestik dan publik. Selama ini kegiatan domestik lebih dominan diampu oleh perempuan, adapun salah satu problematikanya adalah ketika perempuan ingin berkiprah di ruang publik. Pembahasan inimengantarkan pada kajian fiqh.
Al- Qur‟an memberi kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan untuk mewujudkan potensi yang ada pada dirinya, termasuk perempuan yang berstatus sebagai istri. Namun pendefinisian maupun penetapan tugas sering kali tidak bisa terlepas dari kultur masyarakat.
Kesetaraan laki-laki dan perempuan berdasarkan pemikiran Riffat Hassan memiliki segi positif tersendiri akan tetapi tulisan Miftah As‟adi memberi sebuah batasan sebagai pertimbangan terkait dengan kewajiban maupun tanggung jawab yang diemban seorang istri. Riffat memang menegaskan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki hak dan potensi yang sama untuk mencapai kesuksesan dalam bidang apapun, namun tidak mendefinisikan secara baku peran apa yang dapat dimainkan oleh perempuan dalam keluarga maupun masyarakat. Adanya pendefinisian atau penetapan tugas dapat membatasi potensi dalam kehidupan modern saat ini.
Potensi dalam diri manusia sebuah anugerah yang diberikan oleh Tuhan dan setiap orang berhak untuk mengaktualisasikannya, termasuk seorang istri sekalipun. Meskipun demikian, beberapa tugas baik kewajiban maupun tanggung jawab memang harus diemban serta dilaksanakan. Dikhawatirkan karena mengatasnamakan hak dan kesetaraan beberapa hal yang berkaitan dengan managemen keluarga terbengkalai. Karena ada sesuatu yang secara khusus diemban, tulisan ini mengatakan pemikiran Riffat Hassan tidak relevan terhadap konteks di Indonesia yang masih menganut prinsip hierarkis dalam keluarga.
Kemudian, pada skripsi Putut Ahmas Su‟adi menggunakan perbandingan gagasan dua tokoh pemikir mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pokok permasalahan fiqh yang beranekaragam terkait isu perempuan. Persoalan yang menjadi topik pembahasan dua tokoh berbeda, adapun Fazlur Rahman memulai dari persamaan kedudukan manusia, kesaksian wanita, hukum dan sistem warisan, kemudian konsep poligami dan cadar/purdah. Sedangkan Riffat Hassan dimulai dari konsep penciptaan laki-laki dan perempuan, konsep kejatuhan manusia dari surga, tujuan penciptaan perempuan, konsep poligami dan sistem segregasi.
Kedua tokoh yang menjadi objek pembahasan skripsi ini memiliki visi yang sama dalam permasalahan kesetaraan gender dalam Islam bahwa perempuan yang menjadi korban ketidakadilan gender dengan basis teologis harus diselamatkan. Hanya saja Rahman menggunakan pembaharuan Islam versi Rahman dengan gerakan Neo-Modernisme Islam dengan merumuskan tafsir baru keagamaan yang berorientasi pada kesetaraan terutama pada bidang fiqh. Sedangkan Riffat memperbarui teks Islam klasik menggunakan pendekatan teologi feminis.
Keduanya memiliki persamaan kesetaraan gender dalam Islam menggunakan al-Quran sebagai acuan sentral, Rahman merepresentasikan gagasannya dalam spektrum yang luas didukung dengan argumen yang represesntatif tidak hanya dalam fokus feminisme saja. Riffat juga sedikit terpengaruh pada gagasan Rahman hanya saja lebih memilih tema-tema teologis penciptaan perempuan yang masih tabu diperbincangkan dan diperdebatkan oleh beberapa kalangan dan membuka ruang untuk didiskusikan karena juga memiliki refleksi teologis.
Terakhir, skripsi Kusumaningsih mengenai pembebasan perempuan bahwa kedua tokoh memiliki gagasan teologi pembebasan melihat dari fakta sejarah bagaimana Islam membebaskan perempuan dari ketidakadilan, praktik diskriminasi, dan perbudakan. Pembahasan ini mengarah pada ranah kedudukan, menurut Riffat keunggulan laki-laki atas perempuan tidak dibenarkan atas Islam dan bukanlah sebuah kondisi yang mutlak karena posisi keduanya setara. Berbeda dengan Asghar Ali Engineer yang mengungkapkan ada kelebihan laki-laki atas perempuan dalam beberapa hal. Secara normatif al-
Qur‟an memihak kesetaraan laki- laki dan perempuan namun secara kontekstual dalam al- Qur‟an pun dinyatakan ada kelebihan dalam hal tetapi itu didasarkan pada konteks sosialnya.
Sedangkan untuk kajian skripsi ini penulis lebih memusatkan hasil penelitian Riffat Hassan mengenai proses penciptaan perempuan sebagai topik mendasar yang menuai perdebatan. Kemudian menghubungkannya dengan konsep Pendidikan Islam mengenai hakikat manusia menurut Islam dengan fitrah (potensi) yang dibawanya.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini yaitu kajian pustaka, suatu penelitian dimana data-datanya diperoleh dari literatur baik kitab tafsir, buku karya feminis muslim sebagai sumber pustaka, jurnal, maupun artikel tentang perempuan sebagai sumber sekunder.
2. Sumber Data
Adapun sumber data utama yang digunakan dalam tulisan ini antara lain: Riffat Hassan Setara di Hadapan Allah (Relasi Perempuan dan Laki-laki dalam Tradisi Islam Pasca Patriarkhi) dan Abdul Musaqim Paradigma Tafsir Feminis Membaca Al-
Qur‟an dengan
Optik Perempuan . Sedangkan sumber data sekunder sebagai
penunjang topik pembahasan meliputi, buku Nasaruddin Umar
Argumen Kesetaraan Gender Perspektif al- Qur‟an, Mansour Fakih Analisis gender & Transformasi Sosial , Kadarusman Agama, Relasi Gender & Feminisme, Siti Muslikhati Feminisme dan Pemberdayaan Perempuan dalam Timbangan Islam, Muzayyin Arifin Kapita Selekta Pendidikan Islam, Ahmad Tafsir Ilmu pendidikan dalam Perspektif Islam , Ahmad Mutohar Manifesto Modernisasi Pendidikan Islam & Pesantren , dll.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun bentuk pengumpulan data dalam proses penyusunan skripsi ini yaitu kepustakaan. Teknik pengumpulan ini diperoleh melalui telaah terhadap data-data tertulis seperti buku-buku, artikel ilmiah, dan sumber tertulis lainya yang berkaitan dengan pokok bahasan. Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan penulis sebagai berikut : a.
Mencari buku-buku di perpustakaan yang ada hubungannya dengan pokok masalah, baik primer sebagai sumber utama penelitian maupun buku pendukung (sekunder) yang berkaitan dengan kajian skripsi.
b.
Menghimpun kumpulan tulisan yang membahas topik pembahasan kemudian membandingkan antara satu sudut pandang dengan gagasan lain. c.
Mengkonsultasikan hasil penemuan berupa tulisan ilmiah tokoh lain dengan pandangan berbeda maupun pengalaman penulis yang berkaitan dengan pokok bahasan skripsi.
4. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik deskriptif analitik yaitu penelitian untuk menyelesaikan masalah dengan cara mendeskripsikan masalah melalui pengumpulan, penyusunan, dan penganalisaan data untuk kemudian dijelaskan dan selanjutnya diberi penilaian (Adi, 2004: 128). Memaparkan beberapa deskripsi pemikiran kemudian melakukan analisis sehingga terjadi hubungan bermakna di antara berbagai komponen penelitian.
G. Penegasan Istilah
Penegasan istilah disini akan membantu pembaca memahami beberapa istilah dalam skripsi ini. Adapun beberapa istilah pokok yang penulis kemukakan sebagai berikut: 1.
Paradigma Paradigma dalam KBBI Edisi Ketiga didefinisikan sebagai daftar semua bentukan dari sebuah kata yang memperhatikan konjungasi dan deklinasi kata tersebut, model dari teori ilmu pengetahuan, dan kerangka berpikir. Abdul Mustaqim melalui bukunya Paradigma Tafsir Feminis mendefinisikan paradigma sebagai seperangkat pra anggapan konseptual, metafisik dan metodologis dalam tradisi kerja ilmiah.
Menurut Musthofa Rembangy paradigma secara sederhana dapat diartikan sebagai kacamata atau alat pandang. Sedangkan menurut Thomas Kuhn paradigma diartikan sebagai suatu kerangka referensi atau pandangan dunia yang menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori. Berkembangnya suatu paradigma erat kaitannya dengan seberapa jauh suatu paradigma mampu melakukan konsolidasi dan mendapat dukungan dari berbagai usaha seperti penelitian, penerbitan, pengembangan dan penerapan kurikulum oleh masyarakat ilmiah pendukungnya (Mutohar, 2013: 139).
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat diartikan secara singkatnya paradigma sebagai sebuah cara pandang melalui suatu proses keilmuan.
2. Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniyah maupun rohaniyah, menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi manusia dengan Allah, manusia dan alam semesta. Pendidikan Islam itu bertolak dari pandangan Islam tentang manusia sebagaimana dijelaskan dalam al-
Qur‟an bahwa manusia itu makhluk yang mempunyai dua fungsi yang sekaligus mencakup dua tugas pokok.
Fungsi pertama, manusia sebagai khalifah Allah di bumi, makna ini mengandung arti bahwa manusia diberi amanah untuk memelihara, merawat, memanfaatkan serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, manusia adalah makhluk Allah yang ditugasi untuk menyembah dan mengabdi kepadaNya. Selain dari itu, manusia adalah makhluk yang memiliki potensi lahir dan batin (Daulay, 2009: 6).
Ahmad Tafsir mendefinisikan Pendidikan Islam yaitu bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Definisi ini digunakan menyangkut pendidikan oleh seseorang terhadap seseorang yang diselenggarakan di dalam keluarga, masyarakat, dan sekolah.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan memiliki fitrah, dalam konteks pendidikan Islam dimaknai sebagai potensi dan ada pula yang memaknai suci. Setiap manusia lahir membawa potensi dalam diri (baik laki-laki maupun perempuan) dan pembentukan karakter maupun kepribadian manusia dipengaruhi pula oleh lingkungan sekitarnya.
Pengembangan diri dibentuk melalui proses pendidikan, dimana peserta didik dibimbing, diarahkan dalam rangka menggali potensi dalam dirinya. Pendidikan Islam memiliki tugas untuk mencerdaskan anak manusia dengan fitrah potensinya tanpa adanya diskriminasi atau marginalisasi (peminggiran) jenis kelamin.
3. Keadilan Gender
Keadilan gender adalah keadilan dalam memperlakukan perempuan dan laki-laki sesuai kebutuhan mereka. Hal ini mencakup perlakuan yang setara atau perlakuan yang berbeda tetapi diperhitungkan ekuivalen dalam hak, kewajiban, kepentingan, dan kesempatannya (UNESCO, 2002: 20-21). TIM PSGK STAIN dalam buku berjudul Menelisik Gender dalam Konstruksi Sosial Salatiga mendefiniskan keadilan gender adalah antara laki-laki dan perempuan memiliki dan menikmati status yang sama, sama-sama memiliki kesempatan yang sama untuk merealisasikan hak-haknya dan potensi dirinya dalam memberikan kontribusi pada perkembangan politik, ekonomi, sosial dan budaya serta sama-sama dapat menikmati hasil- hasil pembangunan tanpa harus membedakan jenis kelamin.
Konsep keadilan gender dibangun atas dasar nilai kemanusiaan dimana tujuannya adalah memanusiakan manusia. Bukan menuntut 50:50 menyamaratakan atau membuat struktur menjadi timpang dengan membuat laki-laki menjadi inferior. Melainkan membuka dan memberi ruang baik terhadap laki-laki maupun perempuan dalam rangka pengembangan potensi. Disinilah perempuan juga mendapat akses dan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan dalam dirinya.
4. Riffat Hassan
Salah seorang tokoh feminis muslim yang lahir di ujung Galee (lorong), suatu daerah yang berdampingan dengan Temple Road Lahore, Pakistan.Terkenal dengan gagasan interpretasi terhadap landasan teologi Islam berkaitan dengan isu perempuan.Menggunakan konsep feminisme dalam mengkritisi dan membangun paradigma baru teologi Islam berwawasan gender.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini akan memberikan gambaran terkait dengan susunan laporan penelitian: BAB I merupakan pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.
BAB II memaparkan konsep Pendidikan Islam berkeadilan gender, membingkai perbedaan seks dan gender,tujuan Pendidikan Islam berkeadilan gender, dasar hukum keadilan gender, kemudian nilai-nilai yang membangun keadilan gender.
BAB IIImemaparkan telaah keadilan gender Riffat Hassan, adapun isinya meliputi biografi pribadi dan keluarga, latar belakang pendidikan, kemudian dasar pemikirannya beserta karya yang dihasilkannya.
BAB IVanalisis keadilan gender transformatif, menguraikan usaha Riffat Hassan dalam menyibak asal kejadian perempuan, membongkar dan meluruskan mitos penciptaan perempuan, kemudianmengelaborasikan dengan Pendidikan Islam.
BAB V PENUTUPmenyimpulkanhasil seluruh pemaparan dan mengkorelasikan hasil kajian Riffat Hassan dalam rangka membangun konsep Pendidikan Islam Berkeadilan Gender.
BAB II KONSEP PENDIDIKAN ISLAM BERKEADILAN GENDER A. Pengertian Pendidikan Islam Proses pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing,
mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan- kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan di dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual, sosial serta alam sekitar ia berada. Proses kependidikan Islam senantiasa berada di dalam nilai-nilai Islam dan berupaya menanamkan akhlaqul karimah (Anam, 2013: 37).
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniyah maupun rohaniyah, menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi manusia dengan Allah, manusia dan alam semesta. Pendidikan Islam itu bertolak dari pandangan Islam tentang manusia sebagaimana dijelaskan dalam al- Qur‟an bahwa manusia itu makhluk yang mempunyai dua fungsi yang sekaligus mencakup dua tugas pokok. Fungsi pertama, manusia sebagai khalifah Allah di bumi, makna ini mengandung arti bahwa manusia diberi amanah untuk memelihara, merawat, memanfaatkan serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua, manusia adalah makhluk Allah yang ditugasi untuk menyembah dan mengabdi kepadaNya. Selain dari itu, manusia adalah makhluk yang memiliki potensi lahir dan batin (Daulay, 2009: 6).
Ahmad Tafsir mendefinisikan Pendidikan Islam yaitu bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Definisi ini digunakan menyangkut pendidikan oleh seseorang terhadap seseorang yang diselenggarakan di dalam keluarga, masyarakat, dan sekolah.
B. Pengertian Keadilan Gender
Konsep penting yang perlu dipahami dalam rangka membahas masalah kaum perempuan adalah membedakan konsep sex dan gender.
Dalam kamus Bahasa Inggris gender dan seks mengandung pengertian sebagai jenis kelamin. Gender secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial budaya. Sementara itu, sex secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi. Istilah sex lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan karakteristik biologis lainnya. Sementara itu gender lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek non biologis lainnya (Umar, 1999: 35).
Pertama, kita perlu mengetahui konsep biologi dalam diri manusia. Berikut uraiannya dikutip dari disertasi Nasaruddin Umar dalam buku Wacana Kesetaraan Gender Perspektif al-
Qur‟an, penulis mengolah dalam bentuk tabel supaya lebih mudah.
Sex Sex No (Laki-Laki) (Perempuan)
1. Mempunyai Penis Mempunyai Vagina
2. Memiliki hormon testosterone Memiliki ovarium, memproduksi (pembawa sifat-sifat kejantanan), hormon prolactin, extrogen, dan berfungsi untuk memproduksi progesteron (berpengaruh dalam pembentukan sifat-sifat dasar sperma. perempuan).
3. Mempunyai dua jenis kromosom Perempuan mempunyai dua yang berbeda (XY), heterogametic kromosom yang sejenis (XX),
sex . homogametic sex .
Suara lebih bening, buah dada
4. Mempunyai suara yang lebih besar, berkumis, berjenggot, dada menonjol, pinggul umumnya lebih bidang atau datar. lebar (mulai membentuk).
5. Haid, nifas, hamil, melahirkan, - menyusui Perlu diketahui perbedaan biologi pada tabel diatas merupakan kodrat, mutlak ada dalam diri manusia tidak bisa dirubah dan tidak bisa dipertukarkan.
Berlaku sepanjang masa, dimana saja, murni ciptaan Tuhan bukan buatan manusia. Hal ini sudah melekat pada diri setiap manusia.
Berbeda dengan sex, gender adalah suatu konsep tentang klasifikasi sifat laki-laki (maskulin) dan perempuan (feminin) yang dibentuk secara sosio-kultural.
Di dalam
Women‟s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah konsep