BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis - DWI YUNI ERNOWATI BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis

  1. DEFINISI Persalinan normal adalah pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan, letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu, presentasi belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi dan panggul ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri.(Sarwono Prawirohadjo, 2009, hal : 450)

  Presentasi bokong adalah persalinan pada bayi dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah (didaerah pintu atas panggul/simfisis).(Sarwono Prawirohardjo, 2006: hal, 520)

  Presentasi bokong adalah letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah. Penunjuknya adalah sacrum. (Harry Oxorn : 2010, hal 195)

  Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian terendahnya bokong, kaki, atau keduanya. (Sarwono Prawirohardjo : 2008:hal, 588)

  Presentasi bokong adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian terendah (obstetric patologi :2005, hal 132) Jadi presentasi bokong adalah presentasi diamana bagian teratas adalah kepala dan bagian terendah adalah bokong.

  9

  2. KLASIFIKASI Presentasi Bokong Dibagi Menjadi 3 :

  1. Presentasi bokong murni (frank breech) Yaitu kedua paha janin berfleksi dan kedua tungkai berekstensi pada lutut.

  2. Presentasi bokong kaki / lengkap (complete breech) Yaitu kedua paha janin berfleksi dan satu atau kedua lutut difleksikan.

  .Presentasi kaki atau lutut (incomplete breech) satu atau kedua paha janin berekstensi dan satu atau kedua lutut atau kaki terletak ndibawah panggul / keluar dari jalan lahir. (Fadlun achmad feryanto :2011, hal:122- 123

  3. ETIOLOGI Sering kali tidak ada penyebab yang bisa diindentifikasi, tetapi berbagai kondisi berikut ini mendorong terjadinya presentasi bokong.

  Tungkai ekstensi. Versi sfalik spontan dapat terhambat jika tungkai janin mengalami ekstensi dan membelit punggung. Persalianan premature presentasi bokong relative banyak terjadi sebelum usia gestasi 34 minggu sehingga presentasi bokong lebih sering terjadi pada persalianan premature. Kehamilan kembar membatasi ruang yang tersedia untuk perputaran janin, yang dapat menyebabkan salah satu janin atau lebih memiliki presentasi bokong. Polihidramnion distensi rongga uterus oleh cairan amnion yang berlebihan dapat menyebabakan presentasi bokong.

  Hidrosefalus peningkatan ukuran kepala janin lebih cenderung terakomodasi di dalam fundus. Abnormalitas uterus distosia rongga uterus oleh septum atau jaringan fibroid dapat menyebabkan presentasi bokong.

  Plasenta previa sebagian penulisan meyakini bahwa hal ini dapat menyebabkan presentasi bokong, tetapi sebagian lain tidak menyetujui hal tersebut. (myles, 2009, hal 551-552)

  Penyebab letak sungsang dari sudut ibu keadaan rahim (rahim arkuatus, septum pada rahim, uterus dupleks, mioma bersama dengan kehamilan). Keadaan plasenta (plasenta letak rendah, plasenta previa). Keadaan jalan lahir (kesempitan panggul deformitas tulang panggul, terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran keposisi kepala).

  Dari sudut janin tali pusat pendek atau lilitan tali pusat, hidrosefalus atau anensefalus, kehamilan kembar, hidramnion atau oligohidramnion, prematuritas. (Manuaba, 2010, hal : 492). Factor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya ialah multiparitas. (Wiknjosastro, 2007,hal : 611)

  Prematuritas karena bentuk rahim relative kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala anak relative besar. Hidramnion karena anak mudah bergerak. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala kedalam pintu atas panggul, bentuk rahim yang abnormal seperti uterus bikornis.(Obstetri patologi :2005, hal 134).

  4. TANDA DAN GEJALA Pergerakan anak teraba oleh si ibu dibagian bawah perut bawah, dibawah pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.(Fadlun Achmad Feryanto, 2011 : hal :123)

  1. Pemeriksaan abdominal Pemeriksaan abdominal biasanya dengan pemeriksaan Leopold

  I, kepala janin yang bulat keras dan dapat diraba dengan balotement karena sudah menempati bagian fundus uteri, perasat Leopold II, menunjukan punggung sudah berada pada satu sisi yang lain, pada perasat Leopold III, bila engegment belum terjadi diameter intertrokanterika panggul janin belum melewati pintu atas panggul.setelah terjadi engagement perasat Leopold IV menunjukan posisi bokong yang mapan dibawah simpisis.

  Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat. Suara jantung janin biasanya terdengar paling keras di daerah sedikit di atas umbilicus, sedangkan bila telah terjadi engagement kepala janin, suara jantung terdengar paling keras dibawah umbilicus. .(Fadlun Achmad Feryanto, 2011 : hal :123)

  2. Pemeriksaan dalam Pada pemeriksaan dalam teraba 3 tonjolan tulang, yaitu tuber ossis ischii dan ujung os sacrum. Os sacrum dapat dikeanal sebagai tulang yang meruncing dengan deretan prosesus spinosus di tengah- tengah tulang tersebut, pada bagian diantara 3 tonjolan tulang tersebut dapat diraba anus dan genetalia anak, tetapi jenis kelamin anak hanya dapat ditentukan jika edema tidak terlalu besar. .(Fadlun Achmad Feryanto, 2011 : hal :123)

  Pergerakan anak teraba oleh si ibu dibagian bawah perut bawah, dibawah pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.(Fadlun Achmad Feryanto, 2011 : hal :123)

  3. Denyut Jantung Janin Denyut jantung janin terdengar paling keras pada atau di atas umbilicus dan pada sisi yang sama dengan punggung.Kadang-kadang denyut jantung janin terdengar dibawah umbilicus, dalam hal ini maka diagnosis yang dibuat dengan palpasi jangan dirubah oleh karena denyut jantung janin terdengar tidak di tempat yang biasa. (Harry Oxorn, 2010 : hal :198)

  5. PEMERIKSAAN PENUNJANG Presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi abdomen. Maneuver Leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan perawatan antenatal bila umur kehamilannya > 34 minggu. Untuk memastikan apabila masih terdapat keraguan pada pemeriksaan palpasi, dapat dilakukan periksa dalam vagina dan atau pemeriksaan ultra sonografi. Keberhasilan untuk menemukan adanya presentasi bokong pada masa kehamilan sangat penting oleh karena adanya prosedur versi luar yang direkomendasikan guna menurunkan insiden persalinan dengan presentasi selain kepala dan persalinan bedah sesar.(Sarwono Prawirohardjo : 2008,hal 588-589)

  a. . Pemeriksaan Abdominal

  1. Letaknya adalah memanjang

  2. Diatas panggul teraba massa lunak, irregulerdan tidak terasa seperti kepala. Dicurigai bokong. Pada presentasi bokong murni otot-otot paha teregang diatas tulang-tulang dibawahnya. Memberikan gambaran keras menyerupai kepala dan menyebabkan kesalahn diagnostic.

  3. Punggung ada disebelah kanan dekat dengan garis tengah. Bagian- bagian kecil ada disebelah kiri jauh dari garis tengah dan di belakang.

  4. Kepala berada di fundus uteri.

  5. Tonjolan kepala tidak ada dan bokong tidak dapat dipantulkan (Harry Oxorn, 2010 : hal :198)

  Pemeriksaan abdominal biasanya dengan pemeriksaan Leopold I, kepala janin yang bulat keras dan dapat diraba dengan balotement karena sudah menempati bagian fundus uteri, perasat Leopold II, menunjukan punggung sudah berada pada satu sisi yang lain, pada perasat Leopold III, bila engegment belum terjadi diameter intertrokanterika panggul janin belum melewati pintu atas panggul.setelah terjadi engagement perasat Leopold IV menunjukan posoisis bokong yang mapan dibawah simpisis..(Fadlun Achmad Feryanto, 2011 : hal :123)

  b. Pemeriksaan dalam Pada pemeriksaan dalam terdapat tiga tonjolan tulang, yaitu tuber ossis ischii dan ujung os sacrum. Os sacrum dapat dikenal sebagai tulang yang meruncing dengan deretan prosesus spinosus ditengah- tengah tulang tersebut. Pada bagian diantara tiga tonjolan tulang tersebut dapat diraba anus dan genetalia anak, tetapi jenis kelamin anak hanya dapat ditentukan jika edema tidak terlalau besar.(Fadlun Achmad Feryanto, 2011, hal : 123)

  c. Pemeriksaan USG USG idealnya digunakan untuk memastikan perkiraan klinis presentasi bokong, bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomaly janin. USG dilakukan pada usia kehamilan 32-34 minggu yang berguna baik untuk menegakan diagnosis maupun untuk memperkirakan ukuran dan konfigurasi panggul ibu.(Fadlun Ackhmad Feryanto, 2011 :hal :124)

  6. KOMPLIKASI a. Komlikasi pada ibu : perdarahan, robekan jalan lahir, dan infeksi.

  b. Komlplikasi pada bayi : komplikasi pada bayi , asfiksia, trauma persalinan, infeksi, aftercoming head.

  Asfiksia bayi dapat disebabkan oleh : 1. Kemacetan persalinan kepala, aspirasi air ketuban atau lender.

  2. Perdarahan atau edema jaringan otak.

  3. Kerusakan medula oblongata.

  4. Kerusakan persendian tulang leher.

  5. Kematian bayi karena asfiksia berat. Trauma persalinan 1. Dislokasi fraktur persendian, tulang ekstremitas.

  2. Kerusakan alat vital, limpa, hati, paru-paru, atau jantung.

  3. Dislokasi fraktur persendian tulang leher, fraktur tulang dasar kepala, fraktur tulang kepala, kerusakan pada mata, hidung atau telinga.

  Kerusakan pada jaringan otak. Infeksi dapat terjadi karena 1. Persalinan berlangsung lama.

  2. Ketuban pecah pada pembukaan kecil.

  3. Manipulasi dengan pemeriksaan dalam. ( Manuaba, 2010, hal : 493)

  7. PENATALAKSANAAN

  a. Persalinan pada presentasi bokong

  1. Persalinan vaginal pada presentasi bokong

  Laporan penelitian multisenter Term Breech Trial menunjukan manfaat bedah sesar efektif dalam menurunkan resiko kematian perinatal atau morbiditas neonatal yang serius dibandingkan persalinan vaginal meskipun demikian, persalinan pervaginam masih memiliki tempat sepanjang dipenuhi persyaratan untuk dilakukannya.

  Terdapat situasi-situasi tertentu yang membuat persalinan tidak dapat dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan vaginal, direncanakan bedah sesar tetapi terjadi proses persalinan yang sedemikian cepat, persalianan terjadi di fasilitas yang tidak memungkinkan dilakukan bedah sesar , presentasi bokong yang tidak terdiagnosis hingga kala II, dan kelahiran janin kedua presentasi bokong pada kehamilan kembar. Dengan semakin banyaknya kasus presentasi bokong yang dilakukan bedah sesar, maka ketrrampilan petugas semakin kurang, dalam keadaan demikian persalinan vaginal menjadi kurang aman.

  2. Menentukan cara persalinan Untuk menentukan cara persalian pada presentasi bokong diperlukan pertimbangan berdasarkan ada tidaknya kontra indikasi persalinanan vaginal, umur kehamilan, taksiaran berat janin, dan persetujuan pasien, percobaan persalinan vaginal tidak apabila didapatkan kontra indikasi persalinan vaginal bagi ibu atau janin, presentasi kaki (dan variannya), hiperekstensi kepal janin, berat bayi > 3.600 gram, tidak adanya informed consent, dan tidak adanya petugas yang berpengalaman melakukan pertolongan.

  Luaran yang buruk pada persalinan vaginal bergantung pada beberapa hal yaitu stimulasi persalinan, kala II > 60 menit, ketrampilan penolong, persalinan kala I fase aktif yang lambat (nuligravida < 1,2 cm/jam, multigravida < 1,5cm/jam ) luaran tidak dipengaruhi oleh induksi persalinan, paritas, penggunaan CTG, dan anestesi epidural.

  3. Melahirkan bayi presentasi bokong Pada persalinan kala I perlu digunakan partograf untuk mendeteksi secara dini kelambatan kemajuan persalianan. Dalam hal ini terjadi kelambatan kemajuan persalinan, stimulasi sebaiknya tidak dilakukan. Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau kegawatan pada janinperlu dilakukan dengan seksama, meskipun pengeluaran mekonium sering dijumpai pada presentasi bokong, mekonium yang keluar sebelum janin memasuki panggul dapat merupakan indikasi terjadi kegawatan janin. Pembukaan serviks harus sudah benar-benar lengkap sebelum memimpin ibu untuk mengejan guna mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih kecil lahir sebelum pembukaan lengkap.

  Terdapat beberapa tekhnik untuk membantu kelahiran presentasi bokong, tetapi belum ada penelitian uji coba tentang tekhnik yang memberikan luaran terbaik. Prinsip untuk melahirkan bayi presentasi bokong secara vaginal adalah tidak tergese-gesa, tidak melakukan tarikan, dan selalu menjaga agar punggung janin dalam posisi anterior. Siapkan peralatan resusitasi bayi dan petugas yang siap melakukannya. Menjelang pembukaan lengkap, kosongkan kandung kencing menggunakan kateter elastic. Ketika pembukaan sudah lengkap dan perineum mulai teregang letakan ibu posisi litotomi. (Sarwono prawirohardjo : 2008, hal : 592-593). Persalinan kala I

  a. Oleh karena sebagian besar janin dengan presentasi bokong dapat dilahirkan per vaginam maka menunggu sambil observasi, tetapi supportif dan tidak melakukan intervensi merupakan prosedur pilihan.

  b. Paling baik pasien berbaring di tempat tidur.

  c. Sebaiknya ketuban dibiarkan tetap utuh sampai pembukaan cukup lebar. Harus dihindari setiap prosedur yang dapat menyebabkan ketuban pecah awal seperti pemeriksaan faginal atau rectal yang terlalu sering.

  d. Bila ternyata ketuban pecah juga, dilakukan pemeriksaan vaginal untuk mengesampingkan adanya tali pusat menumbung dan untuk mrnentukan keadaan servix yang sebenarnya.

  e. Mekonium bukan merupakan tanda bakaya selama Djj normal.

  (Harry Oxorn, 2010, hal : 212) Persalian kala II

  Persalianan kala II dimulai ketika pembukaan servik sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut kala pengeluaran bayi.

  I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA II

  1. Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda kala II

  2. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran

  3. Ibu merasa regangan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina.

  4. Perineum Nampak menonjol

  5. Vulva dan sfingter ani membuka

  II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN

  1. Pastikan kelengkapan persalinan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalianan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia yaitu tempat datar dank keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik sekali pakai di dalam partus set.

  2. Pakai celemek plastic.

  3. Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan handuk yang bersih dan kering.

  4. Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa dalam.

  5. Masukan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastiakan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)

  III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK

  1. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati , dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.

  2. Lakukan periksa dalam untuk memastian pembukaan lengkap . bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi

  3. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan clorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan clorin selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

  4. Periksa denyut jantung (DJJ) setelah kontraksi / saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal.

  5. Mengmbil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal, mendokumentasiakn hasil-hasil pemeriksaan dalam, djj dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainya pasa partograf.

  IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES BIMBINGAN MENERAN

  1. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu untuk menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginan . tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin(ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif ) dan dokumentasikan semua temuan yang ada. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan member semangat pada ibu untuk meneran secara benar.

  2. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisis setengah duduk atau posisi lain yng diinginlkan dan pastikan ibu merasa nyaman)

  3. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif, dukung dan beri semangat ibu pada saat meneran apabila caranya tidak sesuai, bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring dan terlentang terlalu lama), anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi, berikan ibu cukup asupan cairan per oral (minum), menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

  4. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untu meneran dalam 60 menit.

  V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI

  1. Letakan handuk bersih untuk mengeringkan bayi di perut ibu,

  2. Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu

  3. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

  4. Pakai sarung tangan dtt pada kedua tangan

  VI. PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI (APN 2008, hal : 18-20) Episiotomy. Oleh karena pada umumnya bokong tidak membuka perineum secukupnya untuk memungkinkan lewatnya kepala dengan mudah maka diperlukan episiotomy. Lebih aman untuk membuat episiotomy yang lebar untuk menghindari masih harus memperlebarnya lagi apabila belum cukup untuk dilalui kepala. Lebih disukai insisisi mediolateral. Perineotomi harus dilakukan pada saat yang optimal, yakni sebelum bokong membuka pintu.

  Bila tidak demikian maka penolong dihadapkan pada situasi ia harus melahirkan bayi dan melakukan insisi bersama-sama. Sebaikanya apabila episiotomy terlalu awal dilakukan akan menyebabkan perdarahan banyak. Jadi episiotomy harus dilakukan sesaat sebelum bokong membuka pintu atau bila penolong merasa bokong akan dilahirkan dalam satu atau dua kontraksi berikutnya.(Harry Oxorn,2010 :hal : 215)

  Melahirkan Bokong

a. Melahirkan bayi cara Bracht

  1. Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam secara bracht (kedua ibu jari penolong sejajar dengan panjang paha, jari-jari yang lain mencegah daerah panggul). Sementara langkah ini dilakukan,seorang asisten melakukan perasat Wigand M. wingkel.

  2. Jangan melakukan intervensi ikuti saja proses keluarnya janin. Bila terdapat hambatan pada tahapan lahir setinggi scapula, bahu atau kepala maka segera lanjut ke metode manual aid yang sesuai.

  3. Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada

  4. Lakukan hiperlodosis janin pada saat angulus scapulas inferior tampak dibawah simpisis (dengan mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin didekatkan kearah perut ibu tanpa tarikan) disesuakan dengan lahirnya badan bayi.

  5. Gerakan keatas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan kepala.

  Pada umumnya, bayi dengan presentasi bokong memerlukan perawatan segera setelah lahir sehingga siapkan keperluan tersebut sebelum memimpin persalianan.

  6. Letakan bayi didaerah perut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat, bersihkan jalan nafas bayi oleh asisten, tali pusat dipotong.

  7. Setelah asuhan bayi baru lahir, berikan pada ibu untuk laktasi / kontak dini.

  Bila pada tahap ini ternyata terjadi hambatan pengeluaran saat tubuh janin mencapai daerah scapula inferior, segera lakukan pertolongan dengan cara klasik atau muler (manual aid).

Gambar 2.1 : cara bracht Melahirkan bahu

a. Cara klasik

  1. Segera setelah bokong lahir bokong dicekam dan dilahirkan sehingga bokong dan kaki lahir.

  2. Tali pusat dikendorkan

  3. Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan tarik keatas. Dengan tangan kiri dan menariknya ke arah atas kanan ibu, untuk melahirkan bahu kiri bayi yang berada di belakang. Dengan tangan kanan dan menariknya kearah kiri atas ibu, untuk melahirkan bahu kanan bayi yang berada belakang.

  4. Masukan dua jari tangan kanan atau kiri (sesuai letak bahu belakang) sejajar dengan lengan bayi, untuk melahirkan lengan belakang bayi

  5. Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki ditarik kearah bawah kontra lateral dari langkah sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi depan dengan cara yang sama. Bila pada tahap ini, sulit untiuk melahirkan bahu belakang maka lakukan cara muler (melahirkan bahu depan terlebih dahulu)

  b. Cara Muller

  Pengeluaran bahu dan tangan secara muller dilakukan jika dengan cara bracht bahu dan tangan tidak bisa lahir.

  Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki dengan cara yang sama seperti klasik, kearah belakang kontra lateral dari letak bahu depan. Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk melahirkan bahu dan lengan belakang.

  

c. Cara Lovset (dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di

belakang kepala / nuchal arm.).

  1. Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi dengan kedua tangan.

  2. Memutar bayi 180 derajat dengan lengan bayi yang terjungkit kearah penunjuk jari tangan yang nuchal.

  3. Memutar kembali 180 derajat kearah nyang berlawanan kekiri / kekanan. Beberap kali hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara klasik/ muller

d. Ekstrasi kaki

  Dilakukan bila kala II tak maju atau tampak gejala kegawatan ibu dan bayi.keadaan janin atau ibu yang meharuskan bayi segera dilahirkan.

  1. Tangan kanan masuk secara obstetric menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abdupsi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi, tangan yang lain mendorong fundus ke bawah. Setelah kaki fleksi pergelangan kaki dipegang dengan dua jari dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.

  2. Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari diletakan dibelakang betis sejajar subu panjang paha dan jari- jari lain di depan betis. Kaki diterik curam kebawah sampai pangkal paha lahir.

  3. Pegangan dibindah ke pangkal paha setinggi mungkin dengan kedua ibu jari diletakan di belakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari lain didepan paha.

  4. Pangkal paha ditarik curam kebawahsampai trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama delevasi ke atas hingga trokhanter belakang lahir berarti bokong lahir.

  5. Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan terlebih dahulu kaka yang akan lahir telebih dahulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal paha ditarik terus curam kebawah.

  6. Setelah bokong lahir maka dilanjutkan cara ‘’b’’ atau ‘’c’’ atau ‘’d’’.

  e. Teknik ekstrasi bokong

  Dikerjakan jika ekstrasi bokong murni dan bokong sudah turun didasr panggul, bila kal II tidak maju atau tampak keadaan janin / ibu yang mengharuskan bayi segera dilahirkan.

  a. Jari telunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukan kedalam jalan lahir dan diletakan dilipatan paha bagian depan. Dengan jari ini lipat paha atau Krista iliaka dikait dan ditarik curam kebawah. Untuk memperkuat tenaga-tenaga tariakan ini, maka tangan penolong yang lain mencekam pergelangan tadi dan turut menarik curam kebawah.

  b. Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak di bawah simpisis, maka jari telunjuk penolong yang lain mengkait lipatan paha ditarik curam kebawah sampai bokong lahir.

  c. Setelah bokong lahir, bayi dilahirkan secara ‘’b’’ atau ‘’c’’ atau ‘’d’’.

  Ekstrasi bokong lebih berat / sukar dari pada ekstrasi kaki , oleh karena itu perlu dilakukan perasat pinard pada presentasi bokong murni.

  Cara melahirkan kepala bayi

  f. Cara mauriceau

  Dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid / bila dengan cara bracht kepala belum lahir.

  1. Letakan badan bayi diatas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-olah menunggang kuda

  2. Satu jari dimasukan dimulut dan dua jari dimaksila 3. .tangan kanan memegang / mencengkam bahu tengkuk bayi.

  4. Meminta seorang asisten menekan fundus uteri.

  5. Bersamaan dengan adanya his, asisten menekan fundus uteri, penolong persalianan melakukan tarikan kebawah sesuai arah sumbujalan lahir dibimbing jari yang dimasukan untuk menekan dagu / mulut.(Sarwono prawirohadjo 2002,hal : 523-526)

Gambar 2.2 : melahirkan kepala cara mauriceau

  VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR

  1. Lakukan penilaian (selintas) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?, apkah bayi bergerak aktif?, jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap segera lakukan resusitasi.

  2. Keringkan dan posisikan tubuh bayi diatas perut ibu.

  3. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain dalam uterus (hamil tunggal)

  4. Beritahu pada ibu bahwa penolong akan menyuntikan oksitosin.(agar uterus berkontraksi baik)

  5. Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit (intramuscular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin)

  6. Dengan menggunakan klem, jepit tli pusat (dua menit setelah bayi lahir) pad sekitar 3 cm dari pusar(umbilicus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit dorong isi taki pusat kearh distal (ibu) dan lakukan penjepitan ke dua pada 2 cm distal dari klem pertama.

  7. Pemotongan dan pengikatan takli pusat

  8. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi letakan bayi dengan posisi tengkurap di dda ibu.

  9. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.

  VIII. PEMATALAKSANAAN AKTIF KALA III 1.

  Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

  2. Letakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

  3. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat arah kebawah sambil

  tangan lain mendorong uterus kea rah belakang – atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah infersio nuteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan peneganagan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.

  Mengeluarkan Plasenta

  1. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terklepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan lahir (tetap lakukan tekanan dorso cranial). Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

  Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat.

  2. Beri dosis ulang oksitisin 10 unit IM

  a. Lakukan katerisasi (aseptic) jika kandung kemih penuh

  b. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya

  c. Bila terjadi perdarahan lakukan plasenta manual

  3. Saat plasenta muncul di introitus vagiana, lahirkan plasenta, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

  Rangsang Taktil (Masae) Uterus

  Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakan telapak tangan pada fundus dan lakukan masase dengan dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus tersa keras).

  Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi seyelah 15 menit melakukan rangsangan taktil / massage.

  IX. MENILAI PERDARAHAN

  1. Pastiakn uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam

  2. Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di dada ibu oaling sedikit 1 jam)

  3. Lakukan penimbangan, / pengukuran bayi, beri tetes mata / antibiotic profilaksis dan vitamin K1 1mg intramuscular dip aha kiri anterolateral setelah 1 jam kontak kulit ibu- bayi.

  4. Berikan suntikan imunisasi Hepatittis B (setelah satu jam pemberian vitamin K1) dip aha kanan anterolateral.

  Evaluasi 1. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervagina.

  a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalianan

  b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalianan

  c. Setiap 0-30 menit pada jam ke dua pascapersalinan

  d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan asuhan yang sesuai dengan penanganan atonia uteri.

  2. Ajari ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi,

  3. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

  4. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertamama pascapersalianan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan. Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalianan.

  5. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali / menit) serta suhu tubuh normal (46,5-37,5)

  Kebersihan dan Keamanan

  1. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontamonasi.

  2. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

  3. Bersihkan badan badan ibu menggunkana air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lender dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

  4. Pastikan ibu mersa nyaman, bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.

  5. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan clorin 0,5%

  6. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan clorin 0,5% balikan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

  7. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih.

  Dokumentasi

  Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV. ( APN, 2008, hal : 21-23)

KELAHIRAN PER VAGINAM

  1. Persalinan bokong spontan: bayi seluruhnya dikeluarkan dengan tenaga alamiah ibu. Tanpa bantuan selain menahan tubuh bayi pada waktu dilahirkan

  2. Persalinan bokong dengan pertolongan (eksrtasi bokong sebagian): bayi dilahirkan dengan tenaga alamiah ibu sampai pusat. Bagian bayi lainnya dikeluarkan oleh penolong pada keadaan normal ini dianggap merupakan cara terbaik.

  3. Ekstrasi bokong total : seluruh badan bayi dikeluarkan oleh penolong(Harry Oxorn, 2010, hal : 211)

SEKSIO CAESAREA

  Insidennya sekitar 10% (Harry Oxorn, 2010, hal :211), persalinan letak sungsang dengan seksio sesaria, dengan komplikasi pertolongan persalinan letak sungsang melalui jalan vaginal, sebagian besar pertolongan persalinan letak sungsang di lakukan seksio sesaria. Kehamilan letak sungsang yang beresiko tinggi dan perlu rujukan atau tindakan seksio sesaria : kehamilan sungsang pada kasus infertilitas, kehamilan sungsang dengan riwayat persalinan yang buruk sering mengalami keguguran, persalinan prematuritas,persalinan terdahulu dengan tindakan opersai, kehamilan sungsang dengan perdarahan, kehamilan sungsang dengan usia kurang dari 20 tahun atau diatas 30 tahun.(Manuaba, 2010, hal 503).

  

PENANGANAN PRESENTASI BOKONG YANG MEMERLUKAN TINDAKAN

SEKSIO SESARIA

  Dengan komplikasi pertolongan persalinan letak sungsang melalui jalan vaginal, sebagian besar pertolongan persalinan letak sungsang dilakukan dengan seksio sesaria. Kehamilan letak sungsang yang memerlukan tindakan seksio sesaria :

  1. Kehamilan sungsang pada kasus infertilitas

  2. Kehamilan sungsang dengan riwayat persalinan yang buruk, persalinan lahir mati, persalinan terdahulu dengan tindakan opersai, kehamilan sungsang dengan perdarahan

  3. Kehamilan sungsang dengan usia kurang dari 20 tahun atau diatas 30 tahun

  4. Kehamilan sungsang dengan anak terkecil berusia lebih dari 5 tahun.(Manuaba, 2010, hal 503)

INDUKSI PERSALINAN

  Dalam perpustakaan terdapat bentuk induksi persalinan per vagina yang meliputi secara medis (metode steinsche, metode drip/infuse oksitosin, oksitosin sublingual, induksi persalinan dengan prostaklandin), dan cara mekanis (pemecahan ketuban, pemasangan laminaria, stiff busi). Metode infuse oksitosin adalah metode yang paling umum dilakukan. Oleh karena itu perlu diketahui dengan baik. Menurut teori “ See-Saw” , professor Scapo dari universitas Washington menyatakan bahwa prostaglandin banyak dijumpai dalam jaringan tubuh, progesterone mungkin menghalangi kerja prostaglandin sehingga tidak terdapat kontraksi otot rahim. Pemberian prostaglandin secara langsung dapat meningkatlkan kontraksi otot rahim. Komplikasi yang penting diperhatikan pada induksi persalinan dengan oksitosin adalah ketuban pecah pada pembukaan kecil yang disertai pecahnya vasa previa dengan tanda perdarahan dan diikuti gawat janin, darah merah segar. Prolapsus bagian kecil janin terutama tali pusat juga dapat terjadi. Terjadinya gawat janin karena gangguan sirkulasi retroplasenta pada tetania uteri atau solusio plasenta. (Manuaba, 2010, hal 453- 454)

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

  Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan / masalah dalam bidang kesehatan ibu hamil, masa bersalin, nifas, bayi baru lahir serta keluarga berencana.( IBI, 2006, hal : 126)

  Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan manajemen kebidanan yaitu 7 langkah Varney meliputi : pengkajian, interpretasi data, diagnose potensial, identifikasi akan tindakan segera atau kolaborasi dan konsultasi, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.

  1. Pengkajian Yaitu pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.

  a. Data Subjektif : data yang dipoeroleh dari keluhan pasien baik secara langsung dengan pasien ataupun dengan keluarga.

  b. Data Objektif : data yang diperoleh dari pemeriksaan secara langsung yaitu meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

  2. Interpretasi data Awalnya dari data dasar,menginterpretasikan data untuk diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus.

  3. Diagnose potensial Diagnose potensial berdasarkan masalah dan diagnosis saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi,pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh, dan persiapan terhadap semua keadaan yang mungkin muncul.

  4. Identifikasi akan tindakan segera atau kolaborasi dan konsultasi Yaitu mencerminkan sifat kesinambungan proses penatalaksanaan, yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan prenatal periodic,tetapi juga saat bidan melakukan perawatan berkelanjutan pada pasien tersebut. Beberapa data mengidentifikasikan situasi kedaruratan yang mengharuskan bidan mengambil suatu tindakan yang tepat.

  5. Perencanaan Tindakan perencanaan ditentukan dengan mengacu pada hasil sebelumnya.Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau diagnosis yang diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang dapat diantisipasi serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan.

  6. Pelaksanaan Pelaksanaan dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau sebagian oleh ibu dan keluarga sesuai rencana yang telah dibuat.Apabila melakukan kolaborasi dengan dokter dan memberi kontribusi terhadap penatalaksanaan perawatan ibu dan komplikasi,bidan dapat mengambil tanggungjawab mengimplentasi rencana perawatan kolaorasi yang menyeluruh.

  7. Evaluasi Adalah merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana perawatan yang dilakukan benar – benar telah mencapai tujuan,yaitu memenuhi kebutuhan pasien,seperti yang diidentifikasi pada langkah kedua tentang masalah,diagnosis,maupun kebutuhan,perawatan kesehatan.(Varney,2007 ;h 27 – 28)

  METODE PENDOKUMENTASIAN SOAP : S (Data Subyektif) : Data subyektif merupakan pendokumentasian menejemen kebidanan. Data subyektif ini berhubungan dengan apa yang dikatakan ibu. O (Data Obyektif) : Data objektif merupakan pendokumentasian menejemen kebidanan. Data ini berhubungan dengan apa yang dilihat dan dirasakan bidan sewaktu melakukan pemeriksaan.

  A (Assessment) : Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari kata subjektif dan objektif.

  P (Planning) : apa yang dilakukan berdasarkan hasil evaluasi tersebut diatas.

  Penerapan menejemen kebidanan menurut Varnay (1997) meliputi : pengkajian, interpretasi data, diagnose potensial dan tindakan antisipasi segera atau kolaborasi dan konsultasi, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian

  Merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi dengan menggunakan metode wawancara secara langsung dan pemeriksan fisik.

  A. Data Objektif 1) Identitas Pasien

  Berisi tentang biodata pasien dan penanggung jawab yaitu menurut nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat.

  a) Identitas klien Umur : Umur pasien sebaiknya didapat dari tanggal lahir, yang dapat ditanyakan langsung kepada pasien. (latief, 2007; h. 5). Umur ibu yang terlampau muda terjadinya persalinan prematur cukup tinggi. Prematuritas merupakan salah satu penyebab dari terjadinya letak sungsang. Agama : untuk mengkaji adakah kepercayaan yang membahayakan dalam proses kehamilan dan persalianan, ada yang dapat menunjang, namun tidak jarang dapat menghambat perilaku hidup sehat (Matondang:2009; h.6).

  Pendidikan : berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai pendidikannya.

  (matondang;2009;h,6) Suku bangsa : prilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit sering berhubungan dengan agama dan suku bangsa. Kebisaan, kepercayaan dan tradisi dapat menunjang namun tidak jarang jarang dapat menghambat prilaku hidup sehat.(Latief, 2009, h : 6)

  Pekerjaan : berkaitan dengan pekerjaan dilakukan bukan hanya pekerjaan diluar rumah, namun termasuk pekerjaan sehari-sehari di rumah dan mengasuh anak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan dan aktivitas bagi ibu hamil adalah apakah aktivitasanya beresiko bagi kehamilannya (kusmiyati, dkk,2009 ; hal :86). Pekerjaan yang berat akan berakibat buruk terhadap kehamilan karena memiliki resiko terhadap BBLR dan prematuritas yang salah satu etiologi dari prsalinan dengan presentasi bokong.

  Alamat : kejelasan alamat keluarga ini sangat diperlukan agar sewaktu-waktu dapat dihubungi, apabila pasien pasien terjadi ke gawat daruratan atau perlu tindakan oprasi segera atau perlu pembelian obat/alat yang tidak tersedia di Rumah Sakit dan lain sebagainya. Disamping itu setelah pasien pulang diperlukan untuk kunjungan rumah.(Matondang:2009;h,6)

  b) Alasan datang : Menurut peraturan menteri kesehatan RI nomor 1464/menkes/per/x/2010 pasal 10 ayat 2 menyatakan bidan berwenang menangani kegawat daruratan dilanjutkan dengan perujukan. Dalam hal ini termasuk penanganan terhadap persalinan dengan presentasi bokong.

  c) Keluhan utama: Anamnesis tentang penyakit pasien diawali dengan keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat.(Matondang : 2009; h,6)

  Pergerakan anak teraba oleh si ibu dibagian bawah perut bawah, dibawah pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.(Fadlun Achmad Feryanto, 2011 : hal :123). d) Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan merupakan sumber data subyektif tentang status kesehatan pasien yang memberikan gambaran tentang masalah kesehatan aktual maupun potensial. Riwayat kesehatan merupakan penuntun pengkajian fisik yang berkaitan dengan informasi tentang keadaan fisiologis, psikologis, budaya, dan psikososial. Ini juga berkaitan dengan status kesehatan pasien, dan dan faktor-faktor seperti gaya hidup, hubungan/pola dalam keluarga, dan pengaruh budaya.(Priharjo robet:2007;h,15) a. Riwayat kesehatan dahulu

  Penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya perlu diketahui, karena mungkin ada hubungannya dengan penyakit sekarang, atau setidak-tidaknya memberikan informasi untuk membantu pembuatan diagnosis dan tata laksana penyakit sekarang. (Latief, 2007; h. 12). Riwayat ibu yang mempunyai penyakit diabetes militus yang dapat menyebabkan persalinan prematur, hidramnion, serta terjadinya kelainan letak janin. (Wiknjokosastro, 2007; h. 521) b. Riwayat kesehatan sekarang.

  Riwayat kesehatan sekarang dikaji untuk mengetahui adakah penyakit yang diderita seperti penyakit kelaianan uterus, dan tumor di pelvis, hidramnion, gidrosefalus, plasenta previa, yang merupakan penyebab dari letak sungsang.( Myles, 2009 : hal 551) c. Riwayat kesehatan keluarga Riwayat kesehatan keluarga dikaji untuk mengetahui apakah ada penyakit keturunan yang mempengaruhi, pada presentasi bokong apakah seperti ketururna kembar yang merupakan penyebab dari letak sungsang. (Harry Oxorn, 2010, hal : 195) d. Riwayat obstetrik

  Riwayat obstetrik dapat mempengaruhi pada kehamilan ibu misalnya apakah ada riwayat kehamilan kembar salah satu penyebab sungsang. (Mayles, 2009 : hal : 551) 1). Riwayat haid

  Hari pertama haid terakhir dikaji untuk mengetahui haid terakhir ibu agar bisa diketahui perkiraan kelahiran bayi apakah sudah aterm atau masih preterm. Hari pertama haid terakhir ditanyakan bertujuan untuk menentukan penatalaksanaan pada persalinan presentasi bokong sesuai dengan umur kehamilan (Sujiyatini, Mufdlilah, Hidayat A, 2009; h.157). 2) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

  Pengalaman kehamilan, persalinan, nifas yang di masa yang lalu berperan penting dalam menentukan keberhasilan kehamilan, persalinan, nifas yang sekarang. (Myles, 2009; h. 252). Riwayat persalinan prematur serta ibu yang mempunyai ukuran panggul yang sempit dan adanya kelainan bentuk uterus yang dapat menyebabkan letak sungsang. (Sastrawinata, 2005; h. 134) a. Riwayat kehamilan sekarang Selama kehamilan, baik ibu maupun janin, dapat mengalami penyakit tertentu atau penyakit yang dapat berubah akibat kehamilan; jika tidak diobati, kemungkinan dapat menimbulkan konsekuensi yang serius bagi kesehatan. (Myles, 2009; h. 253). Gerakannya janin yang berlebih yang dikarenakan banyaknya jumlah air ketuban yang dapat memungkinkan terjadinya letak sungsang. (Sastrawinata, 2005; h. 134)

  b. Riwayat kelahiran Hal ini dikaji dengan teliti, termasuk tanggal dan tempat kelahiran, siapa yang menolong, cara kelahiran (spontan, ektaksi cunam, ektraksi vakum, bedah cesar), adanya kehamilan ganda, keadaan segera setelah lahir dan mordibitas pada hari-hari pertama setelah lahir. Pada persalinan instrumental ditanyakan apakah ada indikasi tindakan tersebut. Berat dan panjang badan lahir ditanyakan. Dengan data berat badan lahir serta masa gestasi yang diterapkan pada peta lubchenko maka dapat diketahui apakah bayi pada saat lahir sesuai, kecil atau besar untuk masa kehamilannya. Mordibitas yang berhubungan dengan kelahiran dan selama masa neonatus perlu ditanyakan termasuk asfiksia, trauma lahir, infeksi intra partum, ikterus dan sebagainya yang mungkin berhubungan dengan masalah yang dihadapi sekarang. (matondang;2009;h,13) c. Riwayat perkawinan

  Wanita hamil yang sudah lama menikah, nilai anak tentu besar dan harus diperhitungkan dalam pimpinan persalinan. ( Ummi, 2010; h.87).

  d. Riwayat KB Untuk mengetahui riwayat KB yang pernah digunakan, pemakaian Kb hormonal yang terlalu lama dapat menyebabka sakit kepala, displasia serviks serta hipertensi . (Hanafi, 2004; hal :110). Hipertensi dapat neminbulkan prevalensi persalinan premterm meningkat. Hipertensi merupakan salah satu tanda dari preeklamsia yang dapat menyababkan hidramnion yang merupakan penyebab dari letak sungsang. . (Sastrawinata, 2005; hal :358)

  e. Pola kebutuhan sehari-hari (1) Pola nutrisi pada anamnesis tentang riwayat makanan diharapkan dapat memperoleh keterangan tentang makanan yang dikonsumsi baik dalam jangka panjang atau pendek apakah makanan sudah memenuhi angka kecukupan gizi yang dianjurkan

  (Matondang:2009;h,13) (2) Pola eliminasi menggambarkan tentang kebiasaan buang buang air besar yang meliputi: frekuensi, jumlah konsistensi, dan bau serta kebiasaan buang air kecil dalam satu hari berapa kali, warna, jumlah. Jika ibu mengalami beberapa gangguan berarti dalam hal nutrisi ibu kurang baik.

  (3) Pola istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien berapa lama waktu tidur siang dan tidur malam apakah ada keluhan atau tidak. Dan kebiasaan sebelum tidur membaca, misal mendengarkan musik dan kbiasaan mengkonsumsi obat tidur. Karena dengan istirahat yang cukup ibu bersalin akan menambah kekuatan dalam mengejan.

  (4) Pola aktifitas Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu sehari- hari terlalu berat atau tidak. Ibu hamil boleh melakukan aktifitas fisik biasa selama tidak terlalu melelahkan seperti : menyapu, memasak, menurut sofie RK, apabila ibu melakukan aktifitas fisik yang berat, bekerja terlalu lama dan yang menimbulakan stress seperti berhadapan dengan konsumen dapat memicu terjadinya partus premature, yang merupakan salah satu penyebab letak sungsang. (Mayles, 2009, hal : 551)

  (5) Pola personal hygiene Menggambarkan tentang pola hygiene pasien, misalnya berapa kali ganti pakaian dalam, mandi, gosok gigi dalam sehari dan keramas dalam seminggu. Pola ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien menjaga kebersihan dirinya. (Varnay, 2008 : hal 719)

  (6) Pola seksual Dikaji untuk mengetahui berapa kali dalam seminggu ibu melakukan hubungan dengan suami, dan kapan terakhir berhubungan karena ini bisa berpengaruh pada kontraksi janin.

  f. Kehidupan sosial budaya Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang dapat menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada saat persalinan.

  g. Data psikososial, cultural.