UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI METODE PROYEK DENGAN MEDIA WAYANG BEBER PADA ANAK KELOMPOK B TK PGRI CANDIWULAN KECAMATAN MANDIRAJAKABUPATEN BANJARNEGARA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2011-2012 - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kreativitas Anak Usia Dini

1. Pengertian Kreativitas

  Kreativitas adalah salah satu hal yang sangat penting yang dimiliki anak usia dini untuk mengembangkan segala ilmu yang dimiliki pada anak usia dini. Keunikan merupakan prestasi yang sifatnya pribadi. Namun, belum tentu keunikan merupakan prestasi yang universal.

  Munandar (2009: 25), mengatakan bahwa Kreativitas adalah suatu kemampuan umum menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan- hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.

  Pendapat lain dikemukakan oleh Suratno (2005: 24). Kreativitas merupakan aktivitas imajinasi yang mampu menghasilkan sesuatu yang original, yaitu sebuah proses perwujudan (manifestasi) dan kecerdikan dalam pencarian sesuatu yang bernilai, merupakan hasil dari pikiran yang berdaya, yaitu aktivitas yang bertujuan menghasilkan sesuatu (produk) yang baru.

  Arti kreativitas menurut Hurlock (1978: 2) yaitu suatu proses adanya sesuatu yang baru, apakah itu gagasan atau benda dalam bentuk atau rangkaian yang baru dihasilkan. Penekanan pada tindakan menghasilkan daripada hasil akhir tindakan tersebut sekarang diterima sebagai inti konsep kreativitas.

  8 Menurut Guilford (dalam Hurlock, 1978: 3) mengatakan bahwa kreativitas adalah suatu proses untuk menghasilkan sesuatu yang baru, inovatif dan orisinil yang berasal dari ide-ide dan buah pikirannya sendiri dengan tujuan untuk memperoleh kenikmatan atas kemampuan dan kualitas yang dimilikinya. Kreativitas selalu bersumber dari ide atau akalnya sendiri. Dinamakan kreativitas karena tidak ada yang menyamai atau menyeragami.

  Lebih lanjut Suratno (2005: 10). mengatakan bahwa anak usia dini yang kreatif adalah anak yang pikirannya berdaya penuh dengan inisiatif dan tidak selalu bergantung pada orang lain. Anak mampu mengekspresikan pikiran dan kegiatannya dengan berdaya cipta sendiri, mampu berkarya dengan cara-cara yang original. Anak-anak yang seperti itu dapat dikatakan sebagai anak-anak yang kreatif.

  Kreativitas yang dimiliki seseorang tentu berbeda dengan yang lain. Setiap kreativitas membutuhkan imajinasi. Imajinasi itulah yang menentukan bobot dari suatu kreativitas seseorang. Kreativitas yang menghasilkan benda misalkan membuat kerajinan tangan dan membuat alat musik. Kreativitas dalam bentuk tulisan yaitu cerpen, puisi, novel, dan sebagainya. Sedangkan suara dihasilkan oleh lagu atau nyanyian dan gerak dihasilkan dari tarian, sulap, bela diri, dan lain-lain.

  Sumanto (2005: 19) menambahkan bahwa kreativitas adalah suatu kemampuan menemukan, mencipta, membuat, merancang dan memadukan suatu gagasan baru atau lama menjadi kombinasi baru dengan didukung kemampuan terampil yang dimilikinya.

  Menurut Goldner (dalam Hurlock, 1978: 4) kreativitas adalah kegiatan otak yang teratur, komprehensif, dan imajinatif. Jadi anak lebih inovatif daripada reproduktif. Mereka memiliki berbagai tingkatan kecerdasan sebagaimana mereka memiliki berbagai tingkatan kecerdasan.

  Sebagian mereka mempunyai beberapa kemampuan kreatif.

  Untuk meningkatan kreativitas tidak hanya dalam satu bidang saja akan tetapi peneliti hanya akan membahas tentang kreativitas menggambar. Pengertian dari kreativitas menggambar menurut Chaplin, 1989 (dalam Yeni rahmawati, 2005: 16) adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan bentuk baru dalam bentuk gambar atau dalam memecahkan masalah-masalah dengan metode-metode yang baru.

  Supriadi (dalam Yeni Rahmawati, 2005: 17) mengatakan bahwa kreativitas menggambar adalah kemampuan seseorang untuk menemukan, mencipta, membuat, merancang dan memadukan suatu gambar baru atau lama menjadi kombinasi baru dengan didukung kemampuan ketrampilan yang dimilikinya.

  Dari kajian di atas dapat ditarik pengertian bahwa kreativitas adalah sebuah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berupa gagasan atau ide baru sesuai dengan daya cipta dan imajinasi anak.

2. Ciri – ciri Anak Kreatif

  Pengertian kreativitas adalah suatu proses untuk menghasilkan sesuatu yang baru, inovatif dan orisinil yang berasal dari ide-ide dan buah pikirannya sendiri dengan tujuan untuk memperoleh kenikmatan atas kemampuan dan kualitas yang dimiliknya. Dinamakan kreativitas karena tidak ada yang menyamai dan menyeragami. Kreativitas yang dimiliki seseorang tentu berbeda dengan yang lain.

  Ada beberapa ciri-ciri anak kreatif menurut Anwar dan Arsyad Ahmad (2009: 22) antara lain memiliki rasa ingin tahu yang besar, aktif dan giat bertanya serta tanggap terhadap suatu pertanyaan, selalu bersifat terbuka terhadap hal-hal baru yang berbeda, selalu ingin menemukan dan meneliti tentang sesuatu, senang pada tugas berat dan sulit, cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan, berdedikasi tinggi dan aktif dalam menjalankan tugas, memiliki cara berpikir yang fleksibel,divergen dan konvergen, mempunyai daya imajinasi dan abstraksi yang baik, memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mandiri.

  Ciri anak kreatif menurut Freeman dan Munandar (dalam Suyanto, 2005: 75) pada umumnya anak-anak senang menjelajahi lingkungannya dan biasanya mengamati dan memegang segala sesuatu yang menurutnya hal baru. Sesuatu yang dilihat di lingkungannya dan merupakan hal baru maka anak akan mengamati. Dari hasil pengamatan tersebut, anak akan mengajukan pertanyaan dengan tidak henti-hentinya. Hal itu menandakan bahwa anak tersebut ingin tahunya besar terhadap lingkungannya.

  Anak yang kreatif menurut Sumanto (2005: 39) mempunyai ciri- ciri antara lain kemampuan berpikir kritis, ingin tahu, tertarik pada kegiatan atau tugas yang dirasakan sebagai tantangan, berani mengambil resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, mampu berbuat atau berkarya serta menghargai diri sendiri dan orang lain. Dalam pengembangan kreativitas sejak usia dini, peran pendidik yaitu orang tua dan guru sangatlah penting. Di sekolah guru bertugas merangsang dan membina perkembangan kognitif, afektif, psikomotorik, emosional, sosial dan kepribadian siswa. Untuk itu penuntun untuk mengembangkan kreativitas perlu diperhatikan oleh para guru dan orang tua.

  Dari penelitian orang yang dianggap “kreatif” secara luas, Dellas dan Gaier (dalam Hurlock, 1978: 5) telah menyimpulkan bahwa konstelasi ciri psikologis tertentu timbul secara konsisten pada individu yang kreatif dan membentuk kerangka kepribadian kreatif yang dapat dikenal. Kerangka ini menunjukan bahwa pribadi yang kreatif lebih menonjol karena minat, sikap dan dorongan daripada karena kecerdasan.

  Sebagian besar hanya sedikit bukti yang menunjukan bahwa anak yang kreatif sulit menyesuaikan diri atau kesepian, sebagaimana yang diyakini selama ini. Jika demikian halnya, ini terutama akibat sikap sosial yang tidak menguntungkan terhadap mereka, telah menimbulkan penyesuaian yang buruk dan isolasi sosial. Situasi tersebut sangat mirip dengan anak yang sangat tinggi IQ-nya.

  Dalam pengembangan kreativitas sejak usia dini, peran pendidik yaitu orang tua dan guru sangatlah penting. Di sekolah guru bertugas merangsang dan membina perkembangan kognitif, afektif, psikomotorik, emosional, sosial, dan kepribadian siswa. Untuk itu penuntun untuk mengembangkan kreativitas berikut ini perlu diperhatikan oleh para guru dan orang tua. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri- ciri anak kreatif antara lain : mempunyai rasa ingin tahunya besar, berani mengambil resiko, ingin mencoba hal-hal yang baru dan mampu memecahkan masalah. Dari segi produk ciri-cirinya yaitu hasilnya unik, bervariasi, dan berbeda dari yang lainnya. Dari ciri-ciri tersebut maka sikap guru dan orangtua mendukungnya, bukan mengabaikannya. Dukungan dari guru dan orangtua sangat berpengaruh terhadap berkembangnya kreativitas anak.

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

  Kreativitas sangat terkait dengan kebebasan pribadi. Hal itu artinya seorang anak harus memiliki rasa aman dan kepercayaan yang tinggi, sebelum berkreasi. Sedangkan pondasi untuk membangun rasa aman dan kepercayaan dirinya adalah dengan kasih sayang.

  Adapun faktor penghambat dan pendukung berkembangnya kreativitas anak menurut Rachmawati dan Kurniati (2005: 30) yaitu faktor rangsangan mental. Suatu karya kreatif dapat muncul jika anak mendapatkan rangsangan mental yang mendukung, rangsangan mental dapat diberikan pada aspek kognitif dan kepribadian, serta aspek psikologis. Aspek kognitif anak harus distimulasi agar memberikan berbagai alternatif respon pada setiap stimulan yang muncul. Aspek kepribadian anak distimulasi untuk mengembangkan berbagai macam potensi pribadi kreatif seperti percaya diri, keberanian, ketahanan diri, dan lain sebagainya. Pada aspek suasana psikologis (psychological

  athmosphere) perlu dstimulasi agar anak memiliki rasa aman, kasih sayang dan penerimaan.

  Menerima anak dengan segala kekurangan dan kelebihannya akan membuat anak berani mencoba, berinisiatif dan berbuat sesuatu secara spontan. Sikap ini sangat diperlukan dalam pengembangan kreativitas. Faktor kondisis lingkungan di sekitar anak sangat berpengaruh besar dalam menumbuhkan kreativitas. Lingkungan yang sempit, pengap dan menjemukan akan terasa muram, tidak bersemangat dan akan menekan ide-ide cemerlang. Kreativitas dengan sendirinya akan mati dan tidak berkembang dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung.

  Faktor lain yang sangat berpengaruh dalam kreativitas anak adalah faktor peran guru. Guru adalah tokoh bermakna dalam kehidupan anak. Guru memegang peranan lebih dari sekedar pengajar, melainkan pendidik dalam arti yang sesungguhnya. Kepada guru siswa melakukan proses identifikasi, sehingga peluang untuk munculnya siswa yang kreatif akan lebih besar dari guru yang kreatif pula. Guru yang kreatif adalah guru yang secara kreatif mampu menggunakan berbagai pendekatan dalam proses pendekatan dan proses kegiatan belajar serta membimbing siswanya. Guru juga merupakan figur yang senang melakukan kegiatan- kegiatan kreatif dalam hidupnya.

  Menurut Sumanto (2005: 42) ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas anak yaitu sarana belajar dan bermain yang disediakan untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi. Lingkungan sekolah yang nyaman yang secara langsung akan mendorong kreativitas anak. Guru yang mampu mendidik secara menarik terhadap anak didik dan memberikan motivasi dapat meningkatkan kreativitas anak. Peran masyarakat juga orang tua dapat mendukung kegiatan pendidikan di Taman Kanak-Kanak antara lain dengan menyediakan kebutuhan media atau bahan praktek seni rupa bagi putra-putrinya.

  Hurlock (1978: 11) mengemukakan beberapa faktor pendorong yang dapat meningkatkan kreativitas, antara lain yaitu waktu untuk meningkatkan kreativitas anak, kesempatan anak meningkatkan kreativitas tanpa adanya gangguan orang lain, motivasi dari orang lain agar anak lebih semangat lagi untuk mengembangkan kreativitasnya, tempat yang dapat mendukung anak untuk meningkatkan kreativitas, dan lingkungan yang merangsang. Faktor yang lainnya yaitu hubungan anak orang tua yang tidak posesif yaitu orang tua yang tidak memaksakan kehendaknya kepada anak, cara mendidik anak, dan kesempatan anak untuk memperoleh pengetahuan yang luas.

  Pengembangan ciri-ciri kepribadian kreatif menurut Munandar (dalam Mar’at: 176) dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan keluarga dan sekolah. Pertanyaan yang sering muncul, terutama sehubungan dengan peranan sekolah dalam pengembangan kreativitas adalah dapatkah guru mengajarkan kreativitas pada anak.

  Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas yaitu faktor lingkungan seperti keluarga dan sekolah. Dengan lingkungan yang kondusif akan berkembang secara maksimal sesuai dengan tahap perkembangannya

4. Unsur 4P dalam Kreativitas

  Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing dalam bidang dan dalam kadar yang berbeda-beda. Yang terutama penting bagi dunia pendidikan ialah bahwa bakat tersebut dapat dan perlu dikembangkan. Sehubungan dengan pengembangan kreativitas siswa, kita perlu meninjau empat aspek dari kreativitas Munandar (2009: 45) yaitu pribadi, pendorong (press), proses, dan produk.

  Dan dapat diuraikan sebagai berikut Pribadi Kreativitas Munandar (2009: 45) adalah ungkapan (ekspresi) dan keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif adalah yang mencerminkan orisinalitas dari individu tersebut. Dari ungkapan pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk- produk yang inovatif. Oleh karena itu pendidik hendaknya dapat menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat siswanya (jangan mengharapkan semua melakukan atau menghasilkan hal-hal yang sama, atau mempunyai minat yang sama). Guru hendaknya membantu siswa menemukan bakat-bakatnya dan menghargainya.

  Pendorong (press) menurut Munandar (2009: 46) adalah bakat kreatif siswa akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang dalam lingkungan yang mendukung, tetapi dapat pula terhambat dalam lingkungan yang menunjang. Di dalam keluarga, di sekolah, di dalam lingkungan pekerjaan baik di dalam masyarakat harus ada penghargaan dan dukungan terhadap sikap dan perilaku kreatif individu atau kelompok individu.

  Proses menurut Munandar (2009: 46) untuk meningkatkan kreativitas, anak perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif. Pendidik hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif, dengan membantu mengusahakan sarana dan prasarana yang diperlukan. Dalam hal ini yang penting adalah memberi kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif, tentu saja dengan persyaratan tidak merugikan orang lain atau lingkungan. Pertama ialah perlu proses bersibuk diri secara kreatif tanpa perlu selalu atau terlalu cepat menuntut dihasilkannya produk-produk kreatif yang bermakna. Hal tersebut akan datang dengan sendirinya dalam iklim yang menunjang, menerima, dan menghargai. Perlu diingat bahwa kurikulum sekolah yang terlalu padat sehingga tidak ada peluang untuk kegiatan kreatif, dan jenis pekerjaan yang monoton, tidak menunjang siswa untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif.

  Adapun proses kreatif hanya akan terjadi jika dibangkitkan melalui masalah yang memacu pada lima macam perilaku kreatif. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Parnes (dalam Rachmawati dan Kurniati, 2005: 16) sebagai berikut: Fluency (kelancaran) yaitu kemampuan mengemukakan ide-ide yang serupa untuk memecahkan suatu masalah, Flexibility (keluwesan) yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar kategori yang biasa, Originality (keaslian) yaitu kemampuan memberikan respon yang unik atau luar biasa, Elaboration (keterperincian) yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan, Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.

  Seperti yang disampaikan oleh Munandar (2009: 45) unsur kreativitas dapat dilihat dari 4 segi yaitu segi pribadi, segi pendorong, segi proses dan segi produk. Kreativitas segi produk sendiri diartikan oleh Munandar (2009: 46) sebagai kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna yaitu kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, sejauh mana keduanya mendorong

  (press) seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan,

  kegiatan) kreatif. Dengan dimilikinya bakat dan ciri-ciri pribadi yang kreatif, dan dengan dorongan (internal maupun eksternal) untuk bersibuk diri secara kreatif, maka produk-produk kreatif yang bermakna dengan sendirinya akan timbul.

  Sudah seharusnya pendidik menghargai produk kreativitas anak dan dapat mengkomunikasikannya kepada orang atau pihak lain, misalnya dengan mempertunjukkan atau memamerkan hasil karya anak. Hal ini akan lebih menggugah minat anak untuk berkreasi. Jadi segi kreativitas anak ada empat yaitu segi pribadi, segi pendorong, segi proses, dan segi produk.

B. Metode Proyek dengan Media Wayang Beber di Taman Kanak - Kanak

1. Pengertian Metode Proyek bagi Anak Usia Dini

  Menurut Moeslichatoen (2004: 137), metode proyek merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar dengan persoalan sehari- hari yang harus dipecahkan secara berkelompok. Aktivitas pengajaran dengan menggunakan metode proyek dimaksudkan untuk membantu anak mencari jalan keluar memecahkan masalah yang dihadapi yang menyibukkan pikiran mereka. Metode proyek berusaha membantu anak untuk meningkatkan aktivitas belajar, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dari orientasi tanggung jawab yang penekanannya pada guru beralih ke tekanan tanggung jawab kepada anak-anak.

  Penyaluran kreativitas anak salah satunya dengan menggambar untuk menyalurkan perasaan dan bukan hanya untuk menciptakan keindahan. Proses menciptakan gambar-gambar yang diinginkan inilah yang terpenting bukan pada hasil akhir. Menggambar merupakan ekspresi segala sesuatu yang muncul dalam kesadaran anak pada saat itu. Gambar yang di ekspresikan bersifat simbolik. Anak menggambar sesuatu yang ada dalam ingatannya dan tidak memperhatikan proporsi, perspektif maupun hubungan. Biasanya gambar yang dihasilkan tidak cermat dan tidak lengkap, cenderung mengikuti pola sterotif dan bersifat transparan. Anak akan menggambar benda-benda yang sudah dikenal (rumah, binatang, pohon, orang dan lain-lain) dalam menggambar anak menyukai warna-warna, tetapi sering kali penggunaannya kurang tepat. Tingkat perkembangan intelektual anak berpengaruh pada kualitas gambar yang dibuatnya.

  Menurut Anita Yus (2011: 174), metode proyek merupakan salah satu metode pengajaran yang disarankan untuk digunakan pada pendidikan prasekolah. Metode proyek merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar kepada anak. Anak langsung dihadapkan pada persoalan sehari-hari yang menuntut anak untuk melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan proyek yang diberikan. Dari aktivitas tersebut anak memperoleh pengalaman yang akan membentuk perilaku sebagai suatu kemampuan yang dimiliki.

  Menurut Warner dan Sower (dalam Gunarti, 2010: 12.4) menjelaskan bahwa proyek merupakan salah satu cara untuk menarik perhatian dan pemikiran anak untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian, sebaiknya topik yang dipilih di dalam proyek memiliki karakteristik seperti, topik yang dimiliki sangat diminati oleh anak, topik yang dipelajari relevan dan bermakna bagi anak yang memilihnya, sumber daya yang tersedia di lingkungan sekitar siap digunakan untuk mendukung kegiatan pengembangan, memiliki keterkaitan dengan tujuan kegiatan, dapat melibatkan orang tua, dan mengembangkan berbagai jenis kemampuan dan keterampilan sehingga anak akan menguasai kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan tingkat pemahamannya.

  Dalam penelitian ini, anak-anak dilibatkan langsung untuk melaksanakan kegiatan menggambar, yaitu untuk mengembangkan kreativitas menggambarnya melalui metodeproyek dengan media wayang beber.

  Sumanto (2005: 14), mengemukakan pengertian tentang menggambar bahwa pembelajaran menggambar adalah proses belajar membuat gambar dengan cara menggoreskan benda-benda (seperti pensil / pena) pada bidang datar (misalnya pada permukaan papan tulis, kertas, atau dinding).

  Menurut Pamadhi (2010: 2.5), menggambar adalah membuat gambar. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mencoret, menggores, menorehkan benda tajam ke benda lain dan memberi warna, sehingga menimbulkan gambar. Menggambar merupakan kebiasaan anak pada usia dini. Kegiatan menggambar seperti halnya menyanyi dapat dilakukan dengan kesadaran penuh berupa maksud dan tujuan tertentu maupun sekedar membuat gambar tanpa arti. Kegiatan ini dimulai dari menggerakan tangan untuk mewujudkan suatu bentuk gambar secara tidak sengaja, sampai dengan menggambar untuk maksud tertentu. Anak- anak akan merasa senang setelah menggambar karena hal itu menjadi suatu cara berkomunikasi kepada orang lain. Apalagi, ketika gambar anak tersebut ditanggapi oleh orang tua dengan pertanyaan tentang makna dan arti bentuk gambar yang dihasilkan.

  Dengan cat, misalnya, mereka mulai mencampur warna. Anak- anak Taman Kanak-kanak, contohnya akan bermain dengan warna- warna. Bagaimana warna-warna itu muncul di kertas mungkin tidak menjadi masalah bagi siswa tersebut, yang mungkin ingin atau tidak ingin menciptakan suatu citra dengan warna-warna itu, sebenarnya gambar-gambar itu menyingkap perkembangan perbendaharaan kata anat-anak itu untuk membuat citra-citra simbolis yang akan menggambarkan dunia mereka. Dalam proses belajar mengajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: pemanfaatan bahan dalam cat warna, keharmonisan dalam bentuk dan kombinasi warna, spontanitas atau mencorat-coret cat warna pada kertas, menggambar bentuk sesuai dengan keinginan siswa. Misal : rumah, orang, binatang, lingkungan, hasil akhir gambar yang dibuat siswa.

  Untuk merangsang anak-anak, guru membantu siswa dalam mencari objek dan memperoleh penguasaan dalam menggambar, guru memberikan sederetan tema-tema yang akan digambar siswa. Dalam gambar, anak-anak sering menghadapi masalah dalam menggambar benda-benda/bentuk yang mereka inginkan, guru mencoba dan membantu ketika anak-anak menemui kesulitan.

2. Manfaat Metode Proyek

  Menurut Moeslichatoen (2004: 142) manfaat metode proyek merupakan salah satu metode untuk memberikan pengalaman belajar dalam memecahkan masalah yang memiliki nilai praktis yang sangat penting bagi pengembangan pribadi yang sehat dan realistik. Pribadi yang sehat adalah pribadi yang memiliki ciri-ciri sikap kemandirian, percaya diri, dapat menyesuaikan diri, dapat mengembangkan hubungan antarpribadi yang saling memberi dan menerima, serta mau menerima kenyataan dan mengakui bahwa dirinya berbeda dengan anak lain.

  Pribadi yang realistik merupakan pribadi yang menerima tanggung jawab sesuai dengan kemampuannya, bersikap optimis yang beranggapan dengan usaha yang keras seseorang akan berhasil.

  Menurut Gunarti dan Suryani (2010: 12.6) manfaat kegiatan pengembangan dengan metode proyek adalah a. Membangun pengetahuan baru yang didasari oleh pengetahuan sebelumnya.

  b. Menolong anak mengerti nilai-nilai yang berlaku di lingkungan mereka.

  c. Menolong anak mengerti hubungan satu konsep dengan konsep yang lain.

  d. Membuat anak mengerti nilai literatur dan angka-angka dalam konteks hidup yang sebenarnya.

  e. Memberikan ide-ide dalam permainan peran.

  f. Mendorong anak dalam mencari sumber-sumber pengetahuan dan informasi yang lain selain di sekolah.

  g. Menjembatani komunikasi dengan orang tua atau orang dewasa lainnya.

  Menurut Rachmawati dan Kurniati (2005: 71) manfaat metode proyek ditinjau dari pengembangan pribadi, sosial, intelektual maupun pengembangan kreativitas antara lain yaitu memberikan pengalaman kepada anak dalam mengatur dan mendistribusikan kegiatan, belajar bertanggung jawab terhadap pekerjaan masing-masing, memupuk semangat gotong royong dan kerjasama diantara anak-anak yang terlibat, memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan sikap dan keebiasaan dalam melaksanakan pekerjaan dengan cermat, mampu mengeksplorasi bakat, minat dan kemampuan anak, memberikan peluang kepada setiap anak baik individual maupun kelompok untuk mengembangkan kemampuan yang telah dimilikinya yaitu keterampilan yang sudah dikuasainya yang pada akhirnya dapat mewujudkan daya kreativitasnya secara optimal.

  Sedangkan manfaat metode proyek menurut Anita Yus (2011: 174) yaitu metode proyek merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar kepada anak. Anak langsung dihadapkan pada persoalan sehari-hari yang menuntut anak untuk melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan proyek yang diberikan. Dari aktivitas tersebut anak memperoleh pengalaman yang akan membentuk perilaku sebagai suatu kemampuan yang dimiliki.

  Metode proyek memberikan pengalaman dalam berbagai bidang pekerjaan dan tanggung jawab. Misalnya, bagaimana anak harus menyelesaikan pekerjaan menyediakan sarapan pagi, membuat juice, membakar roti dan lain-lain. Dengan kegiatan itu ia akan mengenal langkah kegiatan yang dilakukannya.

3. Tujuan Metode Proyek

  Anak TK selain memiliki kemampuan, keterampilan, kebutuhan, dan minat yang sama juga memiliki perbedaan-perbedaan. Oleh karena itu metode proyek memberi peluang kepada tiap anak untuk berperan serta dalam pemecahan masalah yang dihadapi dengan memilih bagian pekerjaan kelompok sesuai dengan kemampuan, keterampilan, kebutuhan, dan minat masing-masing.

  Menurut Moeslichatoen (2004: 144) tujuan metode proyek antara lain: a. Merupakan kegiatan yang bersumber dari pengalaman anak sehari- hari dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun di luar sekolah.

  b. Kegiatan itu merupakan kegiatan yang sedemikian kompleks yang menuntut bermacam penanganan yang tidak mungkin dilakukan anak secara perseorangan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan.

  c. Kegiatan itu merupakan kegiatan yang dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir dan menalar, kemampuan bekerjasama dengan anak lain dan memperluas wawasan anak.

  d. Kegiatan itu cukup menantang bagi anak dalam pengembangan kesehatan fisik dan kesejahteraan. e. Kegiatan ini dapat memberikan kepuasan masing-masing anak.

  Menurut Gunarti dan Suryani (2010: 12.5) tujuan utama dari kegiatan metode proyek adalah mempelajari topik lebih banyak dari segi kedalamannya dan bukan sekadar mencari jawaban yang benar atas pertanyaan yang diajukan oleh pendidik. Selain itu, proses kegiatan dengan pendekatan atau metode proyek memiliki empat aspek tujuan yang menjadi tolak ukur pencapaian pembelajaran bagi anak, yang

  pertama Aspek Pengetahuan (knowledge) yaitu pengetahuan selama masa

  prasekolah dapat mencakup sejumlah gagasan, konsep, skema, informasi, dongeng, legenda, nyanyian dan materi lainnya yang berkaitan dengan kemampuan kognitif anak. Kedua, Kecakapan/Keterampilan (skills) yaitu kecakapan didefinisikan sebagai suatu tindakan yang memiliki ciri tersendiri, khusus dan dengan mudah diobservasi dan diukur, seperti menggunting, menggambar, menghitung sekumpulan objek, kegiatan motorik kasar dan motorik halus. Ketiga, Kecenderungan (disposition) yaitu kecenderungan umumnya berhubungan dengan pembiasaan yang bertahan terus menerus dalam pikiran atau karakter cara anak merespons pengalaman yang berlangsung dalam berbagai macam situasi, seperti ketekunan mengerjakan tugas, keseriusan, kedermawanan atau ketamakan, kecenderungan minat baca atau kemampuan dalam memecahkan masalah. Keempat, Perasaan (feelings) yaitu keadaan efektif dan emosional yang subjektif (bersifat pribadi) seperti perasaan memiliki, kepercayaan diri, harga diri, merasa selalu cukup, kecemasan.

  Meskipun penggunaan metode proyek itu memberi kebebasan anak untuk memperoleh pengalaman belajar dengan melakukan aktivitas secara fisik sesuai dengan pekerjaan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan pekerjaan kelompok yang bersifat kompleks, peran guru dalam kegiatan proyek sangat penting. Guru yang terampil dan kreatif akan memberikan saran-saran kepada anak apa yang dapat diperbuat anak dengan bahan dan alat yang sesuai dengan pekerjaan yang menjadi bagiannya.

4. Langkah-langkah Metode Proyek

  Menurut Gunarti dan Suryani (2010: 12.6) langkah-langkah kegiatan dengan metode proyek dilaksanakan dalam tiga kegiatan yaitu persiapan atau permulaan, proses pelaksanaan pembelajaran proyek, pengambilan kesimpulan.

a. Persiapan atau permulaan ( beginning )

  Pada fase pertama dalam sebuah kegiatan dengan metode proyek, pendidik menyemangati anak untuk berbagi pengalaman pribadi dan menghimpunnya ke dalam suatu topik untuk meninjau ulang pengetahuan mereka tentang topik tersebut. Pada penelitian ini guru bercerita tentang pemandangan alam di sekitar lingkungan sekolah. Kemudian, guru menggambar pohon untuk dijadikan objek dalam membuat wayang beber, yang nantinya akan ditiru oleh anak untuk menggambar phon tersebut.

b. Pelaksanaan kegiatan proyek ( project in progress )

  Kegiatan proyek dilaksanakan dalam dua fase, yaitu melakukan perjalanan sekolah dan kembali ke ruang kelas. Yang pertama perjalanan sekolah, pada penelitian ini, setelah anak-anak melaksanakan doa dan berbaris, guru menjelaskan bahwa akan mengadakan pembelajaran di luar kelas. Yaitu guru akan mengajak anak untuk mengamati pemandangan di halaman sekolah. Kemudian guru menyiapkan peralatan untuk menggambar seperti ketas dan pensil warna, selanjutnya menentukan obyek yang akan di gambar oleh anak-anak nanti seperti pohon. Guru menyuruh anak untuk mengikuti menggambar pohon tersebut dengan memakai pensil warna dan menggunakan kertas yang sudah disediakan. Yang kedua kembali ke kelas, setelah kegiatan menggambar di luar ruangan kelas selesai, guru menyuruh anak untuk masuk kembali ke dalam kelas, kemudian anak istirahat sebentar untuk melanjutkan lagi pembelajarannya.

c. Pengambilan kesimpulan ( concluding )

  Pada penelitian ini, setelah anak-anak selesai istirahat, guru menyuruh anak satu per satu untuk membeberkan gambar wayang beber yang sudah di buat oleh anak, di papan yang sudah di sediakan oleh guru. Kemudian guru menyuruh anak untuk menceritakan kembali gambar pohon tersebut di depan teman-temannya. Misal, seperti menjelaskan tentang daun, batang, ranting, akar, warna daun, dan warna batang.

  Dalam penelitian ini juga mengambil unsur bercerita, yaitu ketika anak-anak di suruh oleh guru untuk menceritakan kembali gambar wayang beber yang sudah di buat oleh anak di depan teman-temannya. Menurut Gunarti dan Suryani (2010: 5.4) tujuan dari metode proyek ini yaitu mengembangkan kemampuan berbahasa, di antaranya kemampuan menyimak (listening) juga kemampuan dalam berbicara (speaking) serta menambah kosakata yang dimilikinya, mengembangkan kemampuan berpikirnya karena dengan bercerita anak diajak untuk memfokuskan perhatian dan berfantasi mengenai jalan cerita serta mengembangkan kemampuan berfikir secara simbolik, mengembangkan kepekaan sosial emosi anak tentang hal-hal yang terjadi di sekitarnya melalui tuturan cerita yang disampaikan.

  Dari satu per satu pengertian di atas, itu tidak berdiri sendiri- sendiri melainkan berdiri dalam satu payung dengan metode proyek.

5. Media Wayang Beber Anak Usia Dini

  Menurut Heinich, Molenda, dan Russel (dalam Eliyawati, 2005: 104) media merupakan alat saluran komunikasi. Istilah media itu sendiri berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium“ yang scara harfiah berarti “perantara“ yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Para ahli tersebut mencontohkan media ini seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak

  (printed materials), computer, dan instruktur. Contoh media tersebut bisa dipertimbangkan sebagai media pendidikan jika membawa pesan-pesan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Di dalam situasi proses pendidikan untuk anak usia dini juga terdapat pesan-pesan yang harus disampaikan. Pesan tersebut biasanya merupakan isi dari tema atau topik kegiatan belajar. Pesan-pesan tersebut disampaikan oleh guru kepada anak melalui suatu media dengan menggunakan prosedur kegiatan belajar tertentu.

  Gerlach dan Ely (dalam Azhar Arsyad, 2007: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

  Menurut Gagne (dalam Sudjiono, 2008: 8.3) media adalah berbagai jenis komponen yang dapat mendorong anak untuk belajar, Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta mendorong anak untuk belajar.

  Sedangkan association for educational comunication and

  technologi (dalam Anitah, 2008: 1) mendefinisikan media sebagai segala

  bentuk yang digunakan untuk menyalurkan informasi. Dari berbagai definisi tersebut dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar menerima pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.

  Media pembelajaran anak usia dini pada umumnya merupakan alat-alat permainan yang berguna untuk memudahkan siswa belajar memahami sesuatu yang mungkin sulit atau menyederhanakan sesuatu yang komplek.

6. Manfaat Media Pembelajaran

  Sudjana dan Rivai (dalam Arsyad, 2007: 24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses pembelajaran siswa, yaitu: pertama pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. Kedua, bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

  Ketiga, metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan siswa tidak kehabisan tenaga, apalagi guru mengajar pada setiap jam pelajaran. Keempat, siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

  Menurut Hujair AH. Sanaky (2009:5) manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik.

  c. Metode pembelajaran bervariaasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga.

  d. Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti: mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.

  Menurut Cucu Eliyawati (2005: 110) manfaat media pendidikan diantaranya: a. Mengkonkritkan konsep-konsep yang abstrak.

  b. Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar.

  c. Menampilkan objek yang terlalu besar atau terlalu kecil.

  d. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat.

  Penggunaan media wayang beber dalam pembelajaran akan dapat mengoptimalisasi kreativitas anak dalam menggambar, anak akan lebih berminat dan mampu dalam kreativitas menggambarnya juga dalam mengembangkan imajinasinya.

7. Wayang Beber untuk Anak Usia Dini

  Wikipedia bahasa Indonesia (2012) Wayang Beber adalah seni wayang yang muncul dan berkembang di Jawa pada masa pra Islam dan masih berkembang di daerah daerah tertentu di Pulau Jawa. Dinamakan wayang beber karena berupa lembaran-lembaran (beberan) yang dibentuk menjadi tokoh-tokoh dalam cerita wayang baik Mahabharata maupun Ramayana.

  Wayang beber muncul dan berkembang di Pulau Jawa pada masa kerajaan Majapahit. Gambar-gambar tokoh pewayangan dilukiskan pada selembar kain atau kertas, kemudian disusun adegan demi adegan berurutan sesuai dengan urutan cerita. Gambar-gambar ini dimainkan dengan cara dibeber. Saat ini hanya beberapa kalangan di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Karangmojo Gunung Kidul, yang masih menyimpan dan memainkan wayang beber ini. Konon oleh para Wali di antaranya adalah Sunan Kalijaga wayang beber ini dimodifikasi bentuk menjadi wayang kulit dengan bentuk bentuk yang bersifat ornamen yang dikenal sekarang, karena ajaran Islam mengharamkan bentuk gambar makhluk hidup (manusia, hewan) maupun patung serta menambahkan Pusaka Hyang Kalimusada. Wayang hasil modifikasi para wali inilah yang digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam dan yang kita kenal sekarang. Salah satu Wayang Beber tua ditemukan di Daerah Pacitan, Donorojo, wayang ini dipegang oleh seseorang yang secara turun- temurun dipercaya memeliharanya dan tidak akan dipegang oleh orang dari keturunan yang berbeda karena mereka percaya bahwa itu sebuah amanat luhur yang harus dipelihara. Selain di Pacitan juga sampai sekarang masih tersimpan dengan baik dan masing dimainkan ada di Dusun Gelaran Desa Bejiharjo, Karangmojo Gunungkidul. Menurut Kitab Sastro Mirudo, Wayang Beber dibuat pada tahun 1283, dengan Condro Sengkolo, Gunaning Bujonggo Nembah Ing Dewo (1283), Kemudian dilanjutkan oleh Putra Prabu Bhre Wijaya, Raden Sungging Prabangkara, dalam pembuatan wayang beber. Wayang Beber juga memuat banyak cerita Panji, yakni Kisah Cinta Panji Asmoro Bangun yang merajut cintanya dengan Dewi Sekartaji Putri Jenggolo.

  Wayang adalah gambaran tentang suatu tokoh, boneka, lebih tegas lagi adalah boneka pertunjukan wayang. Menurut Janice Beaty (dalam Rachmawati, 2005: 62) bagi anak-anak imajinasi adalah kemampuan untuk merespon atau melakukan fantasi yang mereka buat.

  Menurut Kamus bahasa Indonesia (dalam Rachmawati, 2005: 62) imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan (di angan-angan) atau menciptakan gambar-gambar (lukisan, karangan dan sebagainya) kejadian, berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang.

  Jadi yang dimaksud wayang beber menurut Victoria (1987: 4) yaitu suatu bentuk pertunjukan, dengan seorang pemain mengisahkan ceritanya dan dibantu oleh adegan-adegan cerita yang dilukis pada kain atau kertas, dan digelarnya (mbeber) selagi kisah berlangsung.

  Pertunjukan ini disebut wayang beber.

  Alat-alat yang digunakan untuk membuat wayang beber yaitu kertas gambar, kertas manila, kertas karton, kertas koran, kertas semen, kain putih, papan tulis, spidol warna-warni, dan pasta makanan. Peneliti menggunakan pasta makanan karena bila digunakan untuk menggambar, tidak membahayakan anak-anak.

  Cara memainkan wayang beber yaitu anak menetukan satu objek misal ikan, kemudian anak menggambarnya di atas kertas yang sudah disediakan oleh guru, setelah selesai anak membeberkannya di papan tulis kemudian di ceritakan kembali di depan teman-temannya hasil gambar yang mereka kerjakan, misal menceritakan jenis ikan apa yang digambar, kemudian makanannya apa, hidupnya dimana.

  Dari penjelasan di atas yang dimaksud dengan wayang beber yaitu suatu karya seni menggambar yang kreatif dan imajinatif yang hasil gambarnya nanti akan di beberkan di papan untuk di ceritakannya kembali di depan teman – temannya.

C. Kriteria Keberhasilan

1. Pedoman Penilaian

  Menurut Depdiknas (2006: 7), dalam melaksanakan penilaian di Taman Kanak Kanak menggunakan simbol-simbol yaitu simbol (

  ● ) artinya anak sudah melebihi indikator yang tertuang dalam RKH atau mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan dari guru dan hasilnya baik, simbol ( O ) artinya anak belum mencapai indikator seperti yang diharapkan dalam RKH atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, simbol ( √ ) artinya jika semua anak menunjukkan kemampuan sesuai indikator yang tertuang dalam RKH.

  Menurut Departemen Agama Republik Indonesia (2004: 50) dalam melaksanakan penilaian di RA, BA, dan DA menggunakan simbol- simbol yaitu simbol (

  ● ) artinya anak sudah mencapai indikator yang tertuang dalam RKH atau mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan dari guru dan hasilnya baik, simbol ( O ) artinya perilakunya belum sesuai yang diharapkan, simbol (

  √ ) artinya perilaku sedang berada pada tahap proses menuju yang diharapkan (belum stabil).

  Lebih lanjut menurut Kemendiknas (2010: 11) hasil penilaian harian perkembangan anak dicantumkan pada kolom penilaian. Tanda satu bintang ( ) digunakan untuk menilai anak yang belum

  

  berkembang (BB) sesuai dengan indikator, tanda bintang dua ( )

  

  digunakan untuk menilai anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai indikator, tanda tiga bintang ( ) digunakan untuk menilai

  



  anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) sedangkan tanda empat bintang ( ) digunakan untuk menilai anak yang

   berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator yang diharapkan.

  Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pedoman penilaian dari Kemendiknas dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Tanda bintang satu ( ) digunakan untuk menilai anak yang belum

   mampu.

  2) Tanda dua bintang ( ) untuk menilai anak yang mempunyai

   minat.

  3) Tanda tiga bintang ( ) digunakan untuk menilai anak yang

   sudah bisa tetapi masih dibimbing guru.

  4) Tanda empat bintang ( ) digunakan untuk menilai anak

   yang sudah bisa mengerjakan tanpa bantuan guru.

2. Indikator Kreativitas Menggambar

  Pengembangan ciri-ciri kepribadian kreatif menurut Munandar (dalam Mar’at, 2006: 176) dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan keluarga dan sekolah. Pertanyaan yang sering muncul, terutama sehubungan dengan peranan sekolah dalam pengembangan kreativitas adalah dapatkah guru mengajarkan kreativitas pada anak.

  Dalam kurikulum berbasis kompetensi 2004 (dalam Sumanto, 2005: 25) untuk pendidikan usia dini (TK dan RA) khususnya bidang pengembangan seni rupa, disebutkan bahwa kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang diharapkan dapat dicapai adalah sebagai berikut :

  Kelompok B (5 sampai 6 tahun)

Tabel 2.1. Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Kelompok B

  No Hasil Belajar Indikator

  1 Dapat menggambar

  a. Menggambar bebas dengan sederhana berbagai media ( kapur tulis, pensil warna, krayon, arang, dan bahan – bahan alam ) dengan rapi

  b. Menggambar bebas dari bentuk dasar titik, lingkaran, segitiga, segiempat

  c. Menggambar orang dengan lengkap dan sedehana proporsional

  Menurut Munandar (2009: 17) menunjukkan indikator untuk kreativitas, yang meliputi ciri-ciri antara lain memiliki rasa ingin tahu yang mendalam dan sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah juga bebas dalam menyatakan pendapat kemudian mempunyai rasa keindahan yang dalam dan menonjol dalam bidang seni serta mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi atau sudut pandang, mempunyai rasa humor yang luas juga orisinal dalam ungkapan gagasan dan pemecahan masalah.

  Berdasarkan indikator dari kurikulum atau pendapat dari ahli, peneliti membuat atau menyusun indikator kreativitas anak usia dini yaitu pertama, mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana maksudnya rasa keindahan yang dimiliki anak dapat ditunjukan dengan memadukan berbagai gambar-gambar atau warna sehingga tidak terlihat kosong atau sederhana. Kedua, bebas menyatakan pendapat maksudnya anak mampu menuangkan ide atau imajinasinya tanpa meniru dari orang lain. Ketiga, kemampuan menambahkan gambar di sekitar gambar utama maksudnya anak mampu menambahkan gambar atau goresan di sekitar gambar yang di tempel. Keempat, kerapian dalam menyusun gambar sampai diperoleh komposisi atau letak yang menarik maksudnya anak dapat menyusun gambar dengan rapi dan sampai diperoleh komposisi atau letak yang menarik.

Table 2.2. Indikator Keberhasilan Kreativitas Menggambar Anak

  No Indikator Keberhasilan Kreativitas Menggambar Anak 1. Kerapian dalam menyusun gambar.

  2. Anak mampu menuangkan ide atau imajinasi tanpa meniru dari orang lain

  3. Anak mampu menciptakan komposisi atau letak gambar yang menarik.

  4. Kemampuan menambah berbagai gambar di sekitar gambar utama.

D. Kerangka Berfikir

  Aktivitas menggambar rupanya dapat mengembangkan kemampuan otak kiri dan terutama kanan. Menggambar melalui metode proyek dengan media wayang beber sangat menarik bagi anak untuk menemukan pengalaman baru berdasarkan pengamatan langsung yang kemudian dituangkan dalam bentuk gambar.

  Bidang seni di Taman Kanak-Kanak memiliki kompetensi dasar yaitu anak mampu mengekspresikan diri dan berkreasi dengan gagasan, imajinasi dan menggunakan berbagai media menjadi suatu karya seni. Hasil belajar yang diharapkan dalam bidang seni terdapat dalam kurikulum berbasis kompetensi 2004 (dalam Sumanto, 2005: 25).

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN KREATIVITAS SENI ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DENGAN MEDIA KERTAS PADA KELOMPOK B 1 TK FKIP UNSYIAH BANDA ACEH

0 7 1

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS MEMBANGUN MELALUI MEDIA BALOK KAYU PADA ANAK KELOMPOK B DI TK YAA BUNAYYA 2 SURABAYA SKRIPSI

0 1 14

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK DALAM MEMBACA KATA MELALUI MEDIA KARTU KATA PADA ANAK KELOMPOK B TK AISYIYAH 23 SURABAYA TAHUN PELAJARAN 2015 – 2016

0 0 12

UPAYA MENINGKATKAN EMOTIONAL AUTONOMY MELALUI KEGIATAN ENTREPRENEURSHIP PADA ANAK KELOMPOK B TK SANDHY PUTRA TAHUN AJARAN 2017/2018 - UNS Institutional Repository

0 0 18

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA ANAK KELOMPOK B DI TK AL IKHLASH KERTEN LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 - UNS Institutional Repository

0 0 18

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI MEDIA BUKU BESAR (BIG BOOK) PADA ANAK KELOMPOK A TK MARSUDISIWI JAJAR SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 - UNS Institutional Repository

0 1 17

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN MELALUI MEDIA PAPAN FLANEL PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI PANDEYAN IV TAHUN AJARAN 20162017

0 0 17

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK MELALUI MEDIA BONEKA TANGAN PADA ANAK KELOMPOK A TK DESA MAKAMHAJI 01 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2015/2016 - UNS Institutional Repository

0 3 19

UPAYA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEDIA BONEKA JARI PADA ANAK KELOMPOK B TAMAN KANAK-KANAK PERTIWI CIBEREM KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013-2014

0 2 14

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SULIT MAKAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK PGRI NAGASARI KECAMATAN PAGENTAN KABUPATEN BANJARNEGARA - repository perpustakaan

0 0 14