Pembuatan dan evaluasi gel anti-ageing ekstrak tempe dengan gliserin sebagai chemical penetration enhancer - USD Repository
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PEMBUATAN DAN EVALUASI GEL ANTI-AGEING EKSTRAK TEMPE
DENGAN GLISERIN SEBAGAI CHEMICAL PENETRATION ENHANCER
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Olivia Christie Anjalicca
NIM : 108114040
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PEMBUATAN DAN EVALUASI GEL ANTI-AGEING EKSTRAK TEMPE
DENGAN GLISERIN SEBAGAI CHEMICAL PENETRATION ENHANCER
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Olivia Christie Anjalicca
NIM : 108114040
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ikutilah kata hatimu dan bersikap tegaslah karena apa yang kamu pilih
dan ambil akan menentukan jalanmu untuk ke depannya...
Semuanya ini proses untuk mendapatkan yang terbaik dan
semuanya akan indah pada waktunya...
Bermimpilah, targetkanlah, usahalah untuk mencapai semuanya itu
karena semuanya pasti akan ada jalannya...
Kupersembahkan untuk :
Keluargaku, Mamah, Papah, Vina, Ivan, Edwin
Saudara, Sahabat, Teman dan Almamaterku
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus
Kristus atas semua rahmat, kasih dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi “Pembuatan dan Evaluasi Gel Anti-Ageing Ekstrak Tempe
dengan Gliserin sebagai Chemical Penetration Enhancer” sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Selama perkuliahan, penelitian hingga proses penyusunan skripsi, penulis
telah mendapatkan bantuandari berbagai pihak yang berupa dukungan sarana,
bimbingan, nasihat, kritik dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Aris Widayati, M.Si., Apt., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
2.
Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing atas segala
kesabaran untuk selalu mendukung, memotivasi, membimbing, dan memberi
masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3.
Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt., selaku dosen penguji atas
ketersediaannya meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji, serta kritik
dan saran yang diberikan kepada penulis.
4.
Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc., selaku dosen penguji atas
ketersediaannya meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji sekaligus
memberikan kritik dan saran kepada penulis.
5.
Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt., atas diskusi, masukan dan saran dalam
penyusunan skripsi.
6.
Phebe Hendra, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan kritik dan saran kepada penulis.
7.
Semua dosen Fakultas Farmasi yang telah membagikan ilmunya kepada
penulis selama penulis melaksanakan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8.
Segenap laboran dan karyawan, Pak Musrifin, Pak Parlan, Mas Bimo, Mas
Agung, Pak Wagiran, Pak Parjiman, Pak Heru, Mas Kayat, Mas Darto atas
bantuan dan kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian.
9.
Papi, Mami, Vina, Ivan, dan Edwin atas dukungan, kasih sayang, cinta dan
semangatnya.
10. Hendy atas dukungan, semangat, kasih sayang, cinta dan kebersamaannya.
11. Sita sebagai teman satu tim atas bantuan, kerjasama, canda tawa, keluh kesah
dan dukungan selama penyusunan skripsi.
12. Juli, Liana, Angel, Yudhytha, Reri, Cilla Tuing, Cilla Ciun, Lulu, Ve, Odil,
Didit, Fanny, Monic, Aries teman-teman Farmasi A 2010 dan FST 2010.
Terimakasih telah menjadi teman yang luar biasa, bekerjasama, berbagi duka
serta dukungan yang telah diberikan selama ini dan segala pengalaman yang
tak terlupakan selama masa kuliah.
13. Mba Tyas, Mba Asti, Nadia, keluarga Wisma Surya terimakasih telah
menjadi teman yang luar biasa selama di kos, berbagi canda tawa serta
dukungan yang telah diberikan selama bersama-sama di kos Wisma Surya.
14. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak memberikan andil hingga terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangannya mengingat keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang
dimiliki. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan oleh
penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta,
Penulis
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................................... vii
PRAKATA .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
INTISARI....................................................................................................... xviii
ABSTRACT ..................................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
1. Perumusan Masalah .................................................................. 3
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2. Keaslian Penelitian .................................................................. 4
3. Manfaat Penelitian ................................................................... 4
B. Tujuan Penelitian................................................................................ 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA............................................................. 6
A. Isoflavon dan Tempe .......................................................................... 6
B. Kulit .................................................................................................... 7
C. Penuaan Kulit ..................................................................................... 10
D. Gel ...................................................................................................... 12
E. Sifat Fisik Gel ..................................................................................... 13
F. Penetration Enhancer ........................................................................ 14
G. Gliserin ............................................................................................... 16
H. Draize Test ......................................................................................... 17
I. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ....................................... 18
J. Landasan teori .................................................................................... 20
K. Hipotesis ............................................................................................. 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................... 22
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 22
B. Variabel Penelitian ............................................................................. 22
C. Definisi Operasional ........................................................................... 22
D. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................. 23
1. Alat penelitian ........................................................................... 23
2. Bahan penelitian ....................................................................... 24
E. Tata Cara Penelitian ........................................................................... 24
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1. Ekstraksi isoflavon dari tempe .................................................. 24
2. Pembuatan larutan baku genistein yang digunakan untuk
penentuan panjang gelombang pengamatan ............................. 25
3. Penetapan panjang gelombang maksimum ............................... 25
4. Pembuatan larutan baku genistein ............................................ 26
5. Penetapan kadar ekstrak tempe ................................................. 26
6. Pemilihan formula..................................................................... 27
7. Pembuatan sediaan gel anti-ageing ekstrak tempe ................... 28
8. Uji sifat fisis sediaan gel anti-ageing ekstrak tempe ................ 28
a.
Uji Daya Sebar ................................................................... 28
b.
Uji pH ................................................................................ 29
c.
Uji Viskositas..................................................................... 29
9. Uji iritasi primer dengan metode Draize Test ........................... 29
10. Uji penetrasi sediaan gel dengan metode Franz Diffusion Cell 30
11. Analisis hasil ............................................................................. 31
a. Indeks Iritasi Primer .............................................................. 31
b. Jumlah Kumulatif Genistein ................................................. 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 33
A. Ekstraksi Isoflavon dari Tempe.......................................................... 33
B. Penetapan Kadar Ekstrak Isoflavon Tempe ....................................... 34
a.
Penetapan Panjang Gelombang Maksimal .................................. 34
b.
Pembuatan Kurva Baku Genistein .............................................. 35
c.
Penetapan Kadar Isoflavon Ekstrak Tempe ................................ 36
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
C. Pembuatan dan Uji Sifat Fisi Sediaan Gel Anti-ageing Ekstrak
Isoflavon Tempe ................................................................................. 37
1.
pH ................................................................................................ 38
2.
Daya sebar ................................................................................... 38
3.
Viskositas .................................................................................... 39
D. Uji Iritasi Primer dengan Metode Draize Test ................................... 40
E. Uji Penetrasi Sediaan Gel dengan Metode Franz Diffusion Cell ....... 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 45
A. Kesimpulan......................................................................................... 45
B. Saran ................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 46
LAMPIRAN ................................................................................................... 50
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................... 75
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I.
Formula gel standar dan modifikasi ............................................ 27
Tabel II.
Formula gel yang digunakan ....................................................... 28
Tabel III. Evaluasi Reaksi Iritasi Kulit ........................................................ 29
Tabel IV. Kriteria iritasi .............................................................................. 30
Tabel V.
Data uji sifat fisik, Q3jam, dan Fluks.......................................... 40
Tabel VI. Hasil indeks iritasi primer ........................................................... 40
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur Daidzein, Glycitein, dan Genistein ................................ 7
Gambar 2. Mekanisme hidrolisis Genistin menjadi Genistein....................... 7
Gambar 3. Struktur kulit ................................................................................ 8
Gambar 4. Komponen kulit ............................................................................ 10
Gambar 5. Mekanisme penangkapan radikal bebas oleh Genistein, (a)
tahap inisiasi, (b) tahap elongasi, (c) tahap terminasi ................. 12
Gambar 6. Struktur Gliserin ........................................................................... 16
Gambar 7. Diagram blok sistem KCKT secara umum .................................. 19
Gambar 8. Spektra genistein dengan pelarut etanol ....................................... 34
Gambar 9. Spektra genistein dengan pelarut buffer ....................................... 34
Gambar 10. Kurva hubungan antara konsentrasi baku genistein dengan
AUC menggunakan pelarut etanol ............................................ 35
Gambar 11. Kurva hubungan antara konsentrasi baku genistein dengan
AUC menggunakan pelarut buffer ............................................ 36
Gambar 12. Gambar sediaan gel anti-ageing ekstrak tempe ......................... 37
Gambar 13. Kurva hubungan antara waktu dengan jumlah kumulatif .......... 43
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Penimbangan Ekstraksi ..................................................... 51
Lampiran 2. Data Penimbangan Ekstrak Bobot Tetap ................................... 51
Lampiran 3. Spektra panjang gelombang pengamatan genistein ................... 52
Lampiran 4. Data penimbangan baku dan perhitungan kadar larutan baku
genistein .................................................................................... 53
Lampiran 5. Kromatogram dan data penentuan kurva baku genistein
dengan pelarut etanol ................................................................ 54
Lampiran 6. Persamaan dan gambar kurva baku genistein dengan
pelarut etanol............................................................................. 56
Lampiran 7. Kromatogram dan data penentuan kurva baku genistein
dengan pelarut buffer ................................................................ 57
Lampiran 8. Persamaan dan gambar kurva baku genistein dengan pelarut
buffer ......................................................................................... 59
Lampiran 9. Data penimbangan, kromatogram dan perhitungan kadar
sampel ....................................................................................... 59
Lampiran 10. Data hasil pengukuran uji sifat fisik sediaan gel ..................... 62
Lampiran 11. Data dan foto uji iritasi primer ................................................ 63
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 12. Ethical Clearance .................................................................... 65
Lampiran 13. Kromatogram sampel dalam sediaan dengan uji Franz Cell
Diffusion.................................................................................... 66
Lampiran 14. Kadar genistein setelah uji Franz Cell Diffusion pada
setiap formula ........................................................................... 70
Lampiran 15. Foto gel anti-ageing ekstrak tempe ......................................... 72
Lampiran 16. Dokumentasi ............................................................................ 73
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTISARI
Salah satu penyebab penuaan dini adalah radikal bebas. Isoflavon
merupakan salah satu antioksidan yang dapat mencegah adanya radikal bebas.
Isoflavon yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari ekstrak tempe.
Chemical penetration enhancer dapat membantu masuknya isoflavon ke dalam
kulit. Penelitian mengenai Pembuatan dan Evaluasi Gel Anti-Ageing Ekstrak
Tempe dengan Gliserin sebagai Chemical Penetration Enhancer Chemical
penetration enhancer bertujuan untuk mengetahui pengaruh penetrasi ekstrak
isoflavon tempe dengan chemical penetration enhancer gliserin dengan
konsentrasi FI 0%, FII 5%, FIII 10%, dan FIV 20%.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni. Evaluasi
sediaan gel ekstrak isoflavon tempe ini dilihat berdasarkan parameter jumlah
kumulatif dan fluks dengan menggunakan metode Franz Diffusion Cell secara in
vitro.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa FI mempunyai jumlah kumulatif
dan fluks yang lebih tinggi daripada FII, FIII, dan FIV. Jumlah kumulatif FI, FII,
FIII, dan FIV berturut-turut adalah 1,885±0,065; 0,953±0,028; 0,660±0,026; dan
0,572±0,015 µg/cm2. Nilai fluks FI, FII, FIII, dan FIV berturut-turut adalah 0,628;
0,318; 0,220; 0,191 µg/cm2/jam. Gliserin sebagai chemical penetration enhancer
berpengaruh menurunkan penetrasi dengan meningkatnya konsentrasi.
Kata kunci: Tempe, ekstrak tempe, isoflavon, chemical penetration enhancer,
gliserin, gel
xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
One of the causes of aging is free radicals. Isoflavone is one of
antioxidants which can scavenge free radical. Sources of isoflavones used in this
study is derived from tempe extract. Chemical penetration enhancers are
subtances which can help isoflavone penetrates into the skin. Research about
Formulation and Evaluation of Gel Anti-Ageing of Extract Tempe with glycerin
as Chemical Penetration Enhancer ait to observe the effect of penetration of
isoflavone tempe extract by using chemical penetration enhancer glycerin at
concentration F1 0%, FII 5%, FIII 10%, and FIV 20%.
This research was a purely experimental study. Evaluation of this
research was looking for the response of cumulative amount and flux by testing
Franz Diffusion Cell in vitro.
The result shown that FI has cumulative amount and flux was higher than
FII, FIII, and FIV. The cumulaltive amount of FI, FII, FIII, and FIV were
1,885±0,065; 0,953±0,028; 0,660±0,026; and 0,572±0,015 µg/cm2. Flux of FI,
FII, FIII, and FIV were 0,628; 0,318; 0,220; 0,191 µg/cm 2/hours. Glycerin as
chemical penetration enhancer showed effect toward decrease penetration of
isoflavone by increased a concentration of glycerin.
Key word: Tempe, tempe extract, isoflavon, chemical penetration enhancer,
glyserin, gel
xix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penuaan merupakan proses alami yang terjadi pada setiap orang yang dapat dilihat di kulit. Meningkatnya usia, fungsi kulit ikut menurun, kulit akan kehilangan elastisitas sehingga mulai kendur dan berkeriput (Wahyono, 2011). Penuaan juga bisa disebabkan oleh faktor eksternal seperti sinar matahari, polusi
udara, maupun nutrisi yang tidak seimbang. Radiasi sinar UV matahari menyebabkan foto oksidasi yang terjadi akibat pelepasan reactive oxygen species (ROS).
Meningkatnya ROS sebagai akibat radikal bebas dapat menyebabkan naiknya
peroksidasi lipid. Lipid yang seharusnya menjaga kulit agar tetap segar, berubah
menjadi lipid peroksida karena bereaksi dengan radikal bebas sehingga mempercepat penuaan (Wahyono, 2011).
Radikal bebas merupakan molekul yang mengandung satu atau lebih
elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya. Adanya elektron yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan dengan
menempel pada sel yang berpasangan. Radikal bebas bersumber dari polusi, asap
rokok, sinar ultraviolet dimana akan menyebabkan penuaan dini seperti kerutan
pada kulit, kulit kusam, dan kendur (Rohmatussolihat, 2009). Oleh karena itu untuk mencegah radikal bebas dapat digunakan antioksidan. Antioksidan dapat
menangkap radikal bebas yang ada di dalam tubuh. Antioksidan bekerja
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
menghambat oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif yang relatif stabil sehingga reaksi oksidasi berhenti
(Hudson, 1990). Berdasarkan mekanisme kerjanya, maka dapat dikembangkan
sediaan cosmeceuticals untuk menghambat penuaan dini yang disebabkan oleh
radikal bebas.
Isoflavon adalah salah satu senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan.
Isoflavon termasuk dalam golongan senyawa flavonoid dan merupakan senyawa
polifenol. Kandungan isoflavon ini banyak terdapat di dalam kedelai dan produk
olahannya (Hernawati, 2010). Isoflavon pada kedelai berbentuk glikosida yang
terdiri dari 64% genistin, 24% daidzin, dan 13% glisitin; dan bentuk aglikon. Bentuk glikosida terdapat pada makanan kedelai yang tidak difermentasi, sedangkan
yang difermentasi misalnya tempe, isoflavonnya dalam bentuk bebas (aglikon).
Ketika bentuk glikosida didegradasi menjadi senyawa aglikon maka akan lebih
mudah diserap oleh tubuh (Astuti, 2008).
Isoflavon aglikon dapat dibuat dalam bentuk sediaan gel, lotion, dan
cream. Pada penelitian kali ini, isoflavon akan dibuat dalam bentuk sediaan gel
hidrofilik. Bentuk sediaan gel mempunyai beberapa kelebihan yaitu dapat memberikan rasa dingin di kulit dengan adanya kandungan air yang cukup tinggi sehingga nyaman digunakan, mudah dipakai, menyebar dengan baik dan memberikan kenyamanan pada penggunanya (Mitsui, 1997). Menurut penelitian Nan et al.
(2014), genistein larut di dalam metanol, etil etanoat, sedikit larut di air, dan sukar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
larut di dalam eter, kloroform dan petroleum eter. Genistein termasuk dalam
isoflavon dimana sebagian larut dalam air sehingga bisa dibuat jadi gel.
Chemical penetration enhancer diperlukan untuk meningkatkan masuknya zat aktif (isoflavon) ke dalam stratum corneum sehingga dapat mencapai
lapisan dermis untuk mencegah penuaan kulit dengan menangkap radikal bebas.
Zat peningkat penetrasi dapat bekerja melalui tiga mekanisme, yaitu: dengan cara
mempengaruhi struktur stratum corneum, berinteraksi dengan protein intraseluler,
dan memperbaiki partisi obat, coenhancer atau cosolvent ke dalam stratum
corneum (Swarbrick dan Boylan, 1986).
Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai peningkat penetrasi antara
lain: air, sulfoksida, azone, pyrrolidones, asam-asam lemak, alkohol dan glikol,
surfaktan, urea, minyak atsiri, terpen dan fosfolipid (Sukmawati dan Suprapto,
2010). Pada penelitian ini digunakan zat peningkat penetrasi yaitu gliserin. Gliserin dapat digunakan sebagai chemical penetration enhancer pada konsentrasi
0,1-20% (Stinchcomb dan Banks, 2010). Kecepatan penetrasi obat dengan menggunakan chemical penetration enhancer gliserin ke dalam kulit dapat dilakukan
secara in vitro menggunakan Franz Diffusion Cell.
1. Perumusan Masalah :
Bagaimana pengaruh gliserin sebagai chemical penetration enhancer terhadap penetrasi isoflavon ekstrak tempe ke dalam kulit?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
2. Keaslian Penelitian
Penelitian pengembangan isoflavon dalam pembuatan gel telah dilakukan
oleh Lulu (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Optimasi Formula Gel
Anti-Ageing Ekstrak Etil Asetat Isoflavon dengan Carbopol 940 Sebagai
Gelling Agent dan Propilen Glikol Sebagai Humektan : Aplikasi Desain
Faktorial”. Dalam penelitian tersebut digunakan isoflavon yang berasal dari
ekstrak etil asetat tempe serta dilakukan optimasi formula gel.
Berdasarkan penelitian diatas, “Pembuatan dan Evaluasi Gel Anti-Ageing
Ekstrak Tempe dengan Gliserin sebagai Chemical Penetration Enhancer”
belum pernah dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoretis
Menambah pengetahuan terutama dalam bidang farmasi mengenai
penetrasi genistein ke dalam kulit pada sediaan gel dengan penetration
enhancer gliserin.
b. Manfaat metodologis
Menambah informasi ilmu pengetahuan kefarmasian mengenai upaya
pengembangan dan aplikasi formula gel ekstrak bahan alam dan
penggunaan chemical penetration enhancer dalam formulasi gel ekstrak
tempe.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
c. Manfaat praktis
Memberikan informasi kepada masyarakat maupun penelitian lebih
lanjut mengenai chemical penetration enhacer dalam sediaan gel antiageing ekstrak tempe.
B. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Membuat sediaan gel anti-ageing ekstrak tempe.
2. Tujuan khusus
Mengetahui pengaruh gliserin sebagai chemical penetration enhancer
terhadap penetrasi isoflavon tempe ke dalam kulit.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Isoflavon dan Tempe
Isoflavon merupakan senyawa yang termasuk dalam golongan flavonoid
yang merupakan senyawa polifenolik. Senyawa isoflavon banyak ditemukan pada
tanaman kacang-kacangan (Leguminosa) dan produk olahannya (Astuti, 2008).
Salah satu tanaman kacang-kacangan yang mengandung isoflavon yaitu kedelai
dan salah satu produk olahan yang mengandung isoflavon yaitu tempe
(Hernawati, 2010). Tempe merupakan makanan tradisional yang dibuat dengan
cara memfermentasikan kedelai tanpa kulit dengan jamur Rhizopus, sampai
kedelai tertutup dengan miselium putih jamur dan mempunyai aroma khas jamur
(Pramesti, 2007).
Isoflavon pada kedelai terdiri dari aglikon (genistein, glisitein, dan
daidzein), glikosida (daidzin, genistin, dan glisitin) (Pramesti, 2007). Kandungan
isoflavon dalam 100 g kedelai berkisar 0,1-0,5 g (Cho et al., 2009). Di dalam
kedelai, isoflavon yang banyak ditemukan sebagai β-glukosida yang dapat
terhidrolisis menjadi bentuk aglikon menjadi daidzein, genistein, glisitein (CarraoPanizzi et al., 2002). Bentuk aglikon dari isoflavon lebih aktif daripada glikosida
dimana pengaruh itu sebanding dengan peningkatan jumlah gugus hidroksil pada
molekulnya (Pramesti, 2007).
Genistin dan daidzin akan terhidrolisis menjadi bentuk aglikonnya
(genistein dan daidzein) selama perendaman dalam air dan selama proses
6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
fermentasi akibat aktivitas enzim β-glukosidase. Rhizopus oryzae dan Rhizopus
oligosporus diketahui memproduksi enzim β-glukosidase yang menghidrolisis
isoflavon glikosida menjadi isoflavon aglikon sehingga menyebabkan senyawa
isoflavon aglikon lebih banyak pada tempe (Pramesti, 2007).
Gambar 1. Struktur Daidzein, Glycitein, dan Genistein (Doerge et al.,1999).
Gambar 2. Mekanisme hidrolisis Genistin menjadi Genistein
B. Kulit
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh dimana bobot kulit dapat
mencapai 10% bobot individu dengan luas permukaan kulit pada orang dewasa
mencapai 1,5-1,75 m2 (Walters et al., 2002). Kulit juga merupakan organ tubuh
terluar yang bersifat elastik yang menjadi pelindung jaringan di bawahnya. Sifat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
protektif ini menjadikan tubuh terhindar dari masuknya zat-zat asing (bakteri,
virus, debu) yang dapat membahayakan tubuh (Nugroho, 2013). Menurut Walters
et al. (2002), secara anatomi kulit terdiri dari empat lapisan jaringan yaitu stratum
korneum, epidermis, dermis, dan subkutan (lapisan lemak dibawah kulit).
Stratum korneum merupakan lapisan terluar kulit sebagai hasil
pembelahan sel epidermis ke arah keluar yang membentuk lapisan-lapisan terluar
epidermis (Nugroho, 2013) yang selnya telah kehilangan air, tidak berinti dan
mati (Walters et al., 2002). Sel-sel ini akan mengalami keratinisasi menjadi
struktur yang disebut korneosit (Nugroho, 2013).
Gambar 3. Struktur kulit (Walters et al., 2002)
Stratum korneum erat hubungannya dengan kosmetik karena dapat
mencerminkan kondisi kulit. Lapisan ini berperan pada tahap penembusan
sehingga menentukan konsentrasi senyawa aktif pada sel target. Membran
tersebut memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap berbagai senyawa kimia
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
dan biologis disebabkan oleh adanya jembatan disulfida (menyusun serat keratin
α) dan ikatan kovalen antarmolekul. Ketebalan stratum korneum dapat dirangsang
oleh paparan ulang senyawa kimia atau fisika. Respon ini melindungi epidermis
dari rangsangan luar (Mitsui, 1997; Alache, Devissaguet, dan Hermann, 1993).
Epidermis merupakan bagian kulit di bawah stratum korneum yang
tersusun atas lapisan-lapisan sel seluler dan tipis dengan kandungan air yang
mulai berkurang jika dibandingkan dengan jumlah air yang ada di dermis.
Semakin ke atas kandungan air semakin menurun dan akhirnya sama sekali hilang
di bagian stratum korneum (Nugroho, 2013). Tebal epidermis secara keseluruhan
yaitu 74,9-96,4 µm (Sandby-Moller et al., 2003). Menurut umur lapisan selnya,
lapisan epidermis dapat dibedakan menjadi stratum germinativum yang
merupakan lapisan terdalam (usia termuda), stratum spinosum, stratum
granulosum, dan stratum korneum di lapisan terluar (Barry, 1983).
Dermis merupakan bagian di bawah epidermis berupa lapisan-lapisan sel
aselular yang menjadi tempat sistem pembuluh darah, saraf, folikel rambut,
kelenjar minyak, dan kelenjar keringat (Nugroho, 2013). Dermis mempunyai tebal
sekitar 0,1-0,5 cm dan terdiri dari 70% kolagen dan jaringan elastin (Walters et
al., 2002). Dermis dihubungkan dengan epidermis oleh papilla. Dermis tersusun
dari materi nonselular yang mendukung keberadaan organ-organ pembuluh darah,
pembuluh limfa, urat-urat saraf, dan komponen retikuloendotelia (Nugroho,
2013). Jaringan lemak subkutan terletak di bawah dermis yang berperan penting
dalam menyerap panas, meredam tekanan atau beban yang menimpa kulit
(Nugroho, 2013) dan sebagai tempat penyimpan energi (Walters et al., 2002).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
Gambar 4. Komponen kulit (Walters et al., 2002)
C. Penuaan Kulit
Kulit berubah seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Paparan sinar
matahari dipercaya mempercepat proses perubahan kulit. Penuaan kulit dapat
dipercepat lagi dengan adanya radikal bebas. Tanda-tanda penuaan kulit yang
dapat terlihat yaitu kulit terlihat kasar, kering, kendur dan kehilangan
elastisitasnya, terdapat noda hitam, keriput, timbul lipatan pada leher dan garis
kerutan pada wajah (Tortora et al., 1990).
Faktor yang dapat menyebabkan penuaan kulit salah satunya adalah
adanya radikal bebas yang merupakan molekul dengan atom dimana orbit
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
terluarnya memiliki elektron yang tidak berpasangan sehingga elektron tersebut
menjadi reaktif dan tidak stabil. Elektron akan mencari pasangan elektron yang
lain dengan cara menariknya dari molekul lain. Pada kulit, radikal bebas akan
merusak lemak dan membran sel sehingga menyebabkan kulit kehilangan
kekencangan dan timbul keriput (Tortora et al., 1990).
Senyawa bioaktif isoflavon yang mengandung gugus fenolik mempunyai
kemampuan sebagai antioksidan dan mencegah kerusakan akibat radikal bebas
melalui dua mekanisme, yaitu mendonorkan ion hidrogen dan bertindak sebagai
scavenger radikal bebas secara langsung. Isoflavon mempunyai kemampuan
untuk mencegah peroksidasi lipid karena berperan sebagai akseptor radikal bebas
sehingga dapat menghambat reaksi rantai radikal bebas pada oksidasi lipid dan
radikal bebas dapat diredam (Astuti, 2008).
Senyawa flavonoid dapat mendonorkan hidrogen pada radikal bebas
sehingga menghasilkan radikal stabil berenergi rendah yang berasal dari senyawa
flavonoid yang kehilangan atom hidrogen. Radikal antioksidan yang terbentuk
menjadi lebih stabil melalui proses resonansi struktur cincin aromatiknya
sehingga tidak mudah untuk terlibat pada reaksi radikal lain (Astuti, 2008).
Mekanisme penangkapan radikal bebas oleh genistein di dalam lapisan
dermis meliputi tahap inisiasi, elongasi, dan terminasi. Tahap inisiasi merupakan
tahap pembentukan radial, tahap elongasi merupakan tahap penyerangan radial,
dan tahap terminasi merupakan tahap netralisasi radikal sisa oleh antioksidan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
Gambar 5. Mekanisme penangkapan radikal bebas oleh Genistein, (a) tahap inisiasi, (b)
tahap elongasi, (c) tahap terminasi
D. Gel
Gel merupakan sediaan semisolid yang mengandung larutan bahan aktif
tunggal maupun campuran dengan pembawa senyawa hidrofilik atau hidrofobik
(Dirjen POM, 1995). Beberapa gel mempunyai tampilan jernih karena adanya
tampilan dari air dan lainnya keruh yang disebabkan bahan-bahannya tidak terdispersi molekular atau membentuk agregat. Gel harus memiliki clarity dan kilau
untuk menarik konsumen. (Allen dan Loyd, 2002).
Gel dikategorikan menjadi gel inorganik, organik, hidrogel, dan organogel. Gel inorganik mempunyai sistem dua fase, sedangkan gel organik mempunyai
sistem satu fase. Hidrogel mengandung bahan yang terdispersi seperti koloid atau
terlarut pada air. Pada konsentrasi tinggi, koloid hidrofilik membentuk gel semisolid yang disebut jelly (Allen dan Loyd, 2002).
Hidrogel komposisi utamanya tersusun dari 85-95% air atau campuran
aqueous-alcoholi, humektan, dan gelling agent yang akan memberikan efek
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
mendinginkan (Buchmann dan Stephan, 2001). Humektan yang ditambahkan
membuat sediaan ini menjadi lunak, memberikan kelembutan, daya sebar yang
cukup, dan menghindari kemungkinan terjadinya pengeringan. Keuntungan gel
tipe ini yaitu tidak berlemak, membentuk lapisan film tembus pandang elastis
setelah kering dengan daya lekat tinggi, tidak menyumbat por-pori, dan mudah
dicuci dengan air (Voight, 1994).
E. Sifat Fisik Gel
Sifat umum yang diinginkan dari sediaan gel yaitu dapat diterima oleh
konsumen seperti mudah dikeluarkan dari wadah, sensasi dingin ketika kontak
dengan kulit, kemampuan melekat pada tempat aplikasi selama waktu tertentu,
residu yang tidak meninggalkan rasa lengket setelah diaplikasikan, dan efikasi
klinis yang terkait pelepasan obat dan absoprsi. Hal ini terkait dengan daya sebar,
dan viskositas sediaan sehingga perlu diperhatikan (Garg et al., 2002).
Daya sebar berhubungan dengan sudut kontak tiap tetes cairan atau
preparasi semisolid yang berhubungan langsung dengan koefisien friksi. Faktor
yang mempengaruhi daya sebar adalah formulanya kaku atau tidak, kecepatan dan
lama tekanan yang menghasilkan kelengketan, temperatur pada tempat aksi.
Kecepatan penyebaran bergantung pada viskositas formula, kecepatan evaporasi
pelarut, dan kecepatan peningkatan viskositas karena evaporasi (Garg et al.,
2002).
Viskositas adalah pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir.
Semakin tinggi viskositas maka semakin besar tahanannya (Martin et al., 1993).
Peningkatan viskositas akan menaikkan waktu retensi pada tempat aksi tetapi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
akan menurunkan daya sebar (Garg et al., 2002). Gel pada penggunaan topikal
sebaiknya tidak terlalu lengket karena dapat menimbulkan rasa tidak nyaman.
Konsentrasi gelling agent yang terlalu tinggi dengan bobot molekul yang terlalu
besar akan menghasilkan gel yang sulit diaplikasikan (Zatz et al.,1996).
F. Penetration Enhancer
Penetration enhancer adalah senyawa-senyawa kimia tunggal maupun
kombinasi yang mempunyai kemampuan meningkatkan permeabilitas (Nugroho,
2013) dan mengurangi impermeabilitas kulit secara temporal (sementara) sehingga dapat lebih mudah dilewati oleh bahan obat (Sinha dan Kaur, 2000). Idealnya, bahan yang digunakan sebagai penetration enhancer haruslah inert secara
farmakologi, tidak toksik, tidak mengiritasi, tidak menyebabkan alergi (tidak bersifat alergenik), tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa, murah, serta kompatibel dengan zat aktif maupun eksipien yang digunakan (Sinha dan Kaur, 2000).
Selain itu, penetration enhancer harus dapat membalikkan barrier pertahanan
stratum korneum kepada struktur awal ketika konsentrasi enhancer telah habis
tanpa menyebabkan kematian sel (Pathan et al., 2009).
Mekanisme umum penetration enhancer yaitu dengan mengacaukan
struktur lipid dari stratum korneum kemudian berinteraksi dengan protein interseluler dan terakhir meningkatkan partisi obat/zat aktif, coenhancer atau pelarut ke
dalam stratum korneum (Pathan et al., 2009).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
Beberapa senyawa yang bertindak sebagai penetration enhancer, yaitu:
a. Golongan alkohol dan glikol
Alkohol rantai pendek (C2-C5) dan senyawa golongan glikol
dapat meningkatkan absorpsi, khususnya absorpsi molekul polar.
Senyawa ini meningkatkan absorpsi dengan cara meningkatkan
fluiditas dari lapisan lipid pada stratum korneum dengan berinteraksi
dengan protein pada stratum korneum (Rosen, 2005).
b. Asam lemak dan esternya
Sejumlah besar asam lemak sudah secara luas diteliti untuk
meningkatkan penetrasi sediaan trasndermal. Asam lemak tidak
jenuh dilaporkan lebih aktif daripada asam lemak yang jenuh.
Mekanisme aksi dari asam lemak adalah meningkatkan kelarutan
dari obat, meningkatkan partisi obat, meningkatkan penetrasi pelarut
dan mengubah struktur barrier kulit (Rosen, 2005).
c. Terpene
Terpene diketahui dapat meningkatkan permeasi perkutan dari
obat hidrofilik maupun yang bersifat hidrofob. Terpene yang bersifat
polar ternyata diketahui dapat meningkatkan permeasi dari senyawa
polar dan sebaliknya (Rosen, 2005).
d. Amina dan amida
Senyawa yang termasuk golongan ini meliputi urea dan
derivatnya, asam amino dan esternya, amida, seperti azone dan
derivatnya. Azone secara spesfik didesain sebagai penetration
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
enhancer dan merupakan salah satu senyawa yang banyak diteliti
karena dapat meningkatkan permeasi dari obat dalam spektrum luas
(Rosen, 2005).
G. Gliserin
Gliserin merupakan cairan higroskopis yang tidak berwarna, tidak
berbau, rasa manis. Gliserin dapat digunakan dalam formulasi seperti oral,
optalmik, topikal maupun parenteral. Fungsi gliserin dapat digunakan sebagai
humektan dan emolient dalam sediaan topikal. Dalam sediaan krim, emulsi,
parenteral dapat berfungsi sebagai solvent maupun co-solvent. Sedangkan di
dalam sediaan larutan oral dapat berfungsi sebagai pemanis, pengawet. Selain itu
gliserin juga dapat digunakan sebagai plasticizer. Penggunaan yang berbeda
fungsi ini dapat digunakan sesuai dengan konsentrasi yang diperbolehkan (Rowe
et al., 2009).
Gliserin merupakan bahan yang sudah terdaftar dalam Food and Drug
Assosiation (FDA), dan aman digunakan dalam konsentrasi 0,2-65,7%
(Smolinske, 1992). Gliserin juga bisa digunakan sebagai penetration enhancer
dengan konsentrasi 0,1-20% (Stinchcomb dan Banks, 2010).
Gambar 6. Struktur Gliserin (Rowe et al., 2009)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
Gliserin bersifat sebagai penetration enhancer dan juga sebagai
humektan yang kuat dan aman bagi kulit karena mempunyai kemampuan
menyerap air yang hampir sama dengan natural moisturizing factor (NMF) yang
merupakan pengikat alami dalam kulit (Pius, 2012). Gliserin termasuk dalam
golongan glikol yang dapat memfasilitasi masuknya senyawa aktif dengan
membentuk celah yang disebut microchannel pada stratum korneum dan
memungkinkan senyawa aktif yang lebih polar berpenetrasi ke dalam kulit
(Dayan, 2005).
Humektan dapat membantu menjerat air dari udara yang kemudian dapat
berpenetrasi ke dalam kulit, bila kelembaban relatif rendah. Tetapi humektan
dapat juga menarik air dari bagian epidermis dan dermis yang dapat menyebabkan
kulit menjadi kering. Mekanisme humektan yang menarik air untuk penetrasi ke
dalam kulit, akan mengakibatkan pengembangan stratum korneum yang
memberikan persepsi kulit halus dengan sedikit kerut (Johnson, 2002).
H. Draize Test
Draize test merupakan model uji in vivo yang biasa digunakan dalam uji
iritasi dengan menggunakan kelinci albino. Uji ini menggunakan sistem scoring
untuk menunjukkan index iritasi primer yang didapatkan dari perhitungan eritema
dan edema yang dihasilkan (Maibach, 2001).
Kelinci albino yang sudah dicukur bulunya diaplikasikan sediaan atau
senyawa yang akan diukur indeks iritasi primernya pada waktu tertentu. Iritasi
adalah kondisi pada kulit yang muncul akibat kontak berkepanjangan dengan zat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
tertentu. Iritasi ini dapat terjadi jika suatu zat menempel pada kulit dan
menyebabkan zat tersebut terpenetrasi masuk ke dalam kulit dan mengakibatkan
dilatasi pembuluh darah pada daerah yang terkena. Jika zat tersebut mengiritasi
maka akan menyebabkan iritasi pada kulit yang terkena zat tersebut dan
sebaliknya (Irsan, dkk., 2013).
Hasil eritema maupun edema diukur dengan menggunakan sistem
scoring yang kemudian dihitung dengan rumus untuk mengetahui indeks iritasi
primer yang didapatkan (Irsan, dkk., 2013).
I. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan salah satu metode
kromatografi cair yang dilengkapi dengan sistem pompa bertekanan tinggi untuk
mengalirkan fase gerak dan detektor yang sensitif sehingga pemisahan dapat
berlangsung dengan cepat dan memiliki efisiensi yang tinggi. Salah satu
keunggulan KCKT dibandingkan dengan kromatografi gas yaitu dapat untuk
menganalisis senyawa yang tidak menguap atau tidak tahan panas tanpa peruraian
atau tanpa perlunya derivat yang menguap (Dirjen POM, 1995).
Instrumen KCKT terdiri dari delapan komponen pokok, yaitu wadah fase
gerak, sistem penghantaran fase gerak, alat untuk memasukkan sampel, kolom,
detektor, wadah penampung buangan fase gerak, tabung penghubung, dan suatu
perekam/komputer (Rohman, 2007).
Fase gerak biasanya terdiri dari campuran pelarut yang dapat bercampur
yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi yang ditentukan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen
sampel. Fase normal dimana fase diam lebih polar daripada fase gerak,
kemampuan elusi meningkat dengan meningkatkan polaritas pelarut, sedangkan
untuk fase terbalik dimana fase diam kurang polar daripada fase gerak,
kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut (Rohman,
2007).
Fase diam yang digunakan berupa silika yang dimodifikasi secara
kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil
benzen. Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu
gugus silanol (SiOH). Oktadesil silika (ODS/C18) merupakan fase diam yang
paling banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan
kepolaran rendah, sedang, maupun tinggi (Rohman, 2007).
Gambar 7. Diagram blok sistem KCKT secara umum (Rohman, 2007)
Penelitian mengenai genistein dengan menggunakan KCKT telah
dilakukan oleh Orhan et al. (2011) dengan penelitian analisis kandungan genistein
dan daidzein dalam dua spesies Genista dengan metode KCKT fase terbalik
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
menggunakan fase diam C18, fase gerak metanol : air (70:30) dengan panjang
gelombang 261 dan kecepatan alir 0,7ml/menit.
J. Landasan Teori
Penuaan kulit merupakan hal yang terjadi pada manusia dikarenakan
bertambahnya usia, faktor radikal bebas, dan makanan. Isoflavon mempunyai
daya antioksidan yang dapat menghambat penuaan kulit. Tempe merupakan salah
satu sumber yang mengandung isoflavon, yang digunakan sebagai bahan aktif
dalam sediaan anti-ageing untuk menghambat penuaan kulit di dermis (Astuti,
2008).
Sediaan anti-ageing merupakan sediaan cosmeuticals yang dalam
penelitian ini, akan dibuat dalam formulasi gel karena mempunyai sifat fisik dan
stabilitas yang dapat diterima oleh masyarakat, mempunyai konsistensi yang
lembut, serta memberikan rasa nyaman pada kulit saat penggunaan maupun
pembersihannya yang mudah dicuci dengan air.
Dalam sediaan gel ini diformulasikan pula penetration enhancer yang
berfungsi untuk membawa bahan aktif serta meningkatkan penetrasi isoflavon,
khususnya genistein ke dalam lapisan kulit untuk mencegah penuaan kulit di
dermis. Penetration enhancer yang digunakan dalam formulasi sediaan ini adalah
gliserin. Dalam penelitian ini akan dilihat kemampuan penetration enhacer
gliserin dengan empat konsentrasi yang berbeda untuk mengetahui pengaruhnya
dalam membawa dan meningkatkan bahan aktif ke dalam lapisan kulit tanpa
mengiritasi kulit.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
Gliserin bersifat sebagai penetration enhancer dan juga sebagai
humektan yang mempunyai kemampuan menarik air untuk penetrasi ke dalam
kulit, akan mengakibatkan pengembangan stratum korneum (Johnson, 2002).
Gliserin termasuk dalam golongan glikol yang dapat memfasilitasi masuknya
senyawa aktif dengan membentuk celah yang disebut microchannel pada stratum
korneum dan memungkinkan senyawa aktif yang lebih polar berpenetrasi ke
dalam kulit (Dayan, 2005).
Salah satu isoflavon yaitu genistein yang mempunyai sifat semipolar
yang diformulasikan ke dalam gel dengan penetration enhancer gliserin
diharapkan dapat berpenetrasi ke dalam lapisan kulit dengan metode Franz
Diffusion Cell dan perlu dilakukan penetapan kadar untuk mengetahui kadar
genistein yang terpenetrasi.
Penetapan kadar genistein dilakukan dengan metode KCKT fase terbalik
detektor UV, karena KCKT memiliki sensitivitas dan selektivitas yang baik untuk
analisis senyawa dalam campuran dengan kadar yang kecil serta genistein
memiliki gugus kromofor yang dapat memberikan serapan pada daerah panjang
gelombang UV.
K. Hipotesis
Gliserin dapat berfungsi sebagai chemical penetration enhancer terhadap
penetrasi isoflavon tempe ke dalam kulit.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Kadar gliserin yang digunakan sebagai chemical penetration enhancer.
2. Variabel tergantung
Sifat fisik gel anti-ageing ekstrak isoflavon tempe yang meliputi daya
sebar, viskositas gel dan pH sediaan serta kecepatan penetrasi zat aktif ke
dalam kulit.
3. Variable pengacau terkendali
Kecepatan putar dan waktu pengadukan dalam proses pembuatan sediaan
gel, wadah penyimpanan, lama penyimpanan.
4. Variable pengacau tak terkendali
Kelembaban, suhu ruangan saat pembuatan dan penyimpanan gel,
kondisi patologis hewan uji, subyektifitas penulis dalam pengamatan.
C. Definisi Operasional
1. Ekstrak tempe adalah cairan kental yang diperoleh dari hasil ekstraksi tempe
dengan cara maserasi.
22
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
2. Gel anti-ageing ekstrak tempe adalah sediaan semi padat yang dibuat dari
ekstrak tempe sesuai formula yang telah ditentukan.
3. Chemical penetration enhancer adalah substansi atau senyawa yang dapat
memfasilitasi
absorpsi
penetrasi
melalui
kulit
dengan
mengurangi
impermeabilitas dari kulit secara sementara, dalam hal ini adalah gliserin.
4. Sifat fisik gel anti-ageing adalah parameter untuk mengetahui kualitas fisik gel
anti-ageing, dalam penelitian ini meliputi parameter daya sebar, pH, dan
viskositas.
5. Draize Test adalah uji iritasi yang dilakukan pada hewan uji untuk mengetahui
apakah sediaan gel anti-ageing ekstrak kedelai menyebabkan iritasi atau tidak.
Hewan uji yang digunakan adalah kelinci albino.
6. Franz Cell Diffusion adalah suatu alat uji yang digunakan untuk mengukur
jumlah obat yang terpenetrasi melalui kulit secara in vitro.
D. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas (Iwaki TE32 Pirex Japan Unmderli), alat maserasi (Innova 2100 platform shaker),
Vaccum Rotary Evaporator (Janke-Kulken), mixer, blender, neraca analitik
Mettler-Todelo AB204, Horizontal Double Plate, indikator pH universal
Merck, pHmeter, Viskometer Rion VT-04, alat vakum, seperangkat alat KCKT
dengan detektor ultraviolet (UV) merek Shimadzu LC-2010C, kolom C18
merek KNAUER column SN (XI 7) (No. column 25EE181KSJ part.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
B115Y620), seperangkat komputer (merek Dell B6RDZ1S Connexant system
RD01-D850 A03-0382 JP France S.A.S, printer HP Deskjet D2566 HP-024000 625730), UV/Vis Spectrophotometer SP-3000plus merek OPTIMA dengan
deterktor silicon photo diode, millipore, alat ultrasonicator Refsch., Tipe :
T460 (Schwing.1 PXE, FTZ-Nr. C-066/83,
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PEMBUATAN DAN EVALUASI GEL ANTI-AGEING EKSTRAK TEMPE
DENGAN GLISERIN SEBAGAI CHEMICAL PENETRATION ENHANCER
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Olivia Christie Anjalicca
NIM : 108114040
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PEMBUATAN DAN EVALUASI GEL ANTI-AGEING EKSTRAK TEMPE
DENGAN GLISERIN SEBAGAI CHEMICAL PENETRATION ENHANCER
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Olivia Christie Anjalicca
NIM : 108114040
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ikutilah kata hatimu dan bersikap tegaslah karena apa yang kamu pilih
dan ambil akan menentukan jalanmu untuk ke depannya...
Semuanya ini proses untuk mendapatkan yang terbaik dan
semuanya akan indah pada waktunya...
Bermimpilah, targetkanlah, usahalah untuk mencapai semuanya itu
karena semuanya pasti akan ada jalannya...
Kupersembahkan untuk :
Keluargaku, Mamah, Papah, Vina, Ivan, Edwin
Saudara, Sahabat, Teman dan Almamaterku
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus
Kristus atas semua rahmat, kasih dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi “Pembuatan dan Evaluasi Gel Anti-Ageing Ekstrak Tempe
dengan Gliserin sebagai Chemical Penetration Enhancer” sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Selama perkuliahan, penelitian hingga proses penyusunan skripsi, penulis
telah mendapatkan bantuandari berbagai pihak yang berupa dukungan sarana,
bimbingan, nasihat, kritik dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Aris Widayati, M.Si., Apt., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
2.
Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing atas segala
kesabaran untuk selalu mendukung, memotivasi, membimbing, dan memberi
masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3.
Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt., selaku dosen penguji atas
ketersediaannya meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji, serta kritik
dan saran yang diberikan kepada penulis.
4.
Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc., selaku dosen penguji atas
ketersediaannya meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji sekaligus
memberikan kritik dan saran kepada penulis.
5.
Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt., atas diskusi, masukan dan saran dalam
penyusunan skripsi.
6.
Phebe Hendra, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan kritik dan saran kepada penulis.
7.
Semua dosen Fakultas Farmasi yang telah membagikan ilmunya kepada
penulis selama penulis melaksanakan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8.
Segenap laboran dan karyawan, Pak Musrifin, Pak Parlan, Mas Bimo, Mas
Agung, Pak Wagiran, Pak Parjiman, Pak Heru, Mas Kayat, Mas Darto atas
bantuan dan kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian.
9.
Papi, Mami, Vina, Ivan, dan Edwin atas dukungan, kasih sayang, cinta dan
semangatnya.
10. Hendy atas dukungan, semangat, kasih sayang, cinta dan kebersamaannya.
11. Sita sebagai teman satu tim atas bantuan, kerjasama, canda tawa, keluh kesah
dan dukungan selama penyusunan skripsi.
12. Juli, Liana, Angel, Yudhytha, Reri, Cilla Tuing, Cilla Ciun, Lulu, Ve, Odil,
Didit, Fanny, Monic, Aries teman-teman Farmasi A 2010 dan FST 2010.
Terimakasih telah menjadi teman yang luar biasa, bekerjasama, berbagi duka
serta dukungan yang telah diberikan selama ini dan segala pengalaman yang
tak terlupakan selama masa kuliah.
13. Mba Tyas, Mba Asti, Nadia, keluarga Wisma Surya terimakasih telah
menjadi teman yang luar biasa selama di kos, berbagi canda tawa serta
dukungan yang telah diberikan selama bersama-sama di kos Wisma Surya.
14. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak memberikan andil hingga terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangannya mengingat keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang
dimiliki. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan oleh
penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta,
Penulis
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................................... vii
PRAKATA .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
INTISARI....................................................................................................... xviii
ABSTRACT ..................................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
1. Perumusan Masalah .................................................................. 3
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2. Keaslian Penelitian .................................................................. 4
3. Manfaat Penelitian ................................................................... 4
B. Tujuan Penelitian................................................................................ 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA............................................................. 6
A. Isoflavon dan Tempe .......................................................................... 6
B. Kulit .................................................................................................... 7
C. Penuaan Kulit ..................................................................................... 10
D. Gel ...................................................................................................... 12
E. Sifat Fisik Gel ..................................................................................... 13
F. Penetration Enhancer ........................................................................ 14
G. Gliserin ............................................................................................... 16
H. Draize Test ......................................................................................... 17
I. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ....................................... 18
J. Landasan teori .................................................................................... 20
K. Hipotesis ............................................................................................. 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................... 22
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 22
B. Variabel Penelitian ............................................................................. 22
C. Definisi Operasional ........................................................................... 22
D. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................. 23
1. Alat penelitian ........................................................................... 23
2. Bahan penelitian ....................................................................... 24
E. Tata Cara Penelitian ........................................................................... 24
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1. Ekstraksi isoflavon dari tempe .................................................. 24
2. Pembuatan larutan baku genistein yang digunakan untuk
penentuan panjang gelombang pengamatan ............................. 25
3. Penetapan panjang gelombang maksimum ............................... 25
4. Pembuatan larutan baku genistein ............................................ 26
5. Penetapan kadar ekstrak tempe ................................................. 26
6. Pemilihan formula..................................................................... 27
7. Pembuatan sediaan gel anti-ageing ekstrak tempe ................... 28
8. Uji sifat fisis sediaan gel anti-ageing ekstrak tempe ................ 28
a.
Uji Daya Sebar ................................................................... 28
b.
Uji pH ................................................................................ 29
c.
Uji Viskositas..................................................................... 29
9. Uji iritasi primer dengan metode Draize Test ........................... 29
10. Uji penetrasi sediaan gel dengan metode Franz Diffusion Cell 30
11. Analisis hasil ............................................................................. 31
a. Indeks Iritasi Primer .............................................................. 31
b. Jumlah Kumulatif Genistein ................................................. 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 33
A. Ekstraksi Isoflavon dari Tempe.......................................................... 33
B. Penetapan Kadar Ekstrak Isoflavon Tempe ....................................... 34
a.
Penetapan Panjang Gelombang Maksimal .................................. 34
b.
Pembuatan Kurva Baku Genistein .............................................. 35
c.
Penetapan Kadar Isoflavon Ekstrak Tempe ................................ 36
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
C. Pembuatan dan Uji Sifat Fisi Sediaan Gel Anti-ageing Ekstrak
Isoflavon Tempe ................................................................................. 37
1.
pH ................................................................................................ 38
2.
Daya sebar ................................................................................... 38
3.
Viskositas .................................................................................... 39
D. Uji Iritasi Primer dengan Metode Draize Test ................................... 40
E. Uji Penetrasi Sediaan Gel dengan Metode Franz Diffusion Cell ....... 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 45
A. Kesimpulan......................................................................................... 45
B. Saran ................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 46
LAMPIRAN ................................................................................................... 50
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................... 75
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I.
Formula gel standar dan modifikasi ............................................ 27
Tabel II.
Formula gel yang digunakan ....................................................... 28
Tabel III. Evaluasi Reaksi Iritasi Kulit ........................................................ 29
Tabel IV. Kriteria iritasi .............................................................................. 30
Tabel V.
Data uji sifat fisik, Q3jam, dan Fluks.......................................... 40
Tabel VI. Hasil indeks iritasi primer ........................................................... 40
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur Daidzein, Glycitein, dan Genistein ................................ 7
Gambar 2. Mekanisme hidrolisis Genistin menjadi Genistein....................... 7
Gambar 3. Struktur kulit ................................................................................ 8
Gambar 4. Komponen kulit ............................................................................ 10
Gambar 5. Mekanisme penangkapan radikal bebas oleh Genistein, (a)
tahap inisiasi, (b) tahap elongasi, (c) tahap terminasi ................. 12
Gambar 6. Struktur Gliserin ........................................................................... 16
Gambar 7. Diagram blok sistem KCKT secara umum .................................. 19
Gambar 8. Spektra genistein dengan pelarut etanol ....................................... 34
Gambar 9. Spektra genistein dengan pelarut buffer ....................................... 34
Gambar 10. Kurva hubungan antara konsentrasi baku genistein dengan
AUC menggunakan pelarut etanol ............................................ 35
Gambar 11. Kurva hubungan antara konsentrasi baku genistein dengan
AUC menggunakan pelarut buffer ............................................ 36
Gambar 12. Gambar sediaan gel anti-ageing ekstrak tempe ......................... 37
Gambar 13. Kurva hubungan antara waktu dengan jumlah kumulatif .......... 43
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Penimbangan Ekstraksi ..................................................... 51
Lampiran 2. Data Penimbangan Ekstrak Bobot Tetap ................................... 51
Lampiran 3. Spektra panjang gelombang pengamatan genistein ................... 52
Lampiran 4. Data penimbangan baku dan perhitungan kadar larutan baku
genistein .................................................................................... 53
Lampiran 5. Kromatogram dan data penentuan kurva baku genistein
dengan pelarut etanol ................................................................ 54
Lampiran 6. Persamaan dan gambar kurva baku genistein dengan
pelarut etanol............................................................................. 56
Lampiran 7. Kromatogram dan data penentuan kurva baku genistein
dengan pelarut buffer ................................................................ 57
Lampiran 8. Persamaan dan gambar kurva baku genistein dengan pelarut
buffer ......................................................................................... 59
Lampiran 9. Data penimbangan, kromatogram dan perhitungan kadar
sampel ....................................................................................... 59
Lampiran 10. Data hasil pengukuran uji sifat fisik sediaan gel ..................... 62
Lampiran 11. Data dan foto uji iritasi primer ................................................ 63
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 12. Ethical Clearance .................................................................... 65
Lampiran 13. Kromatogram sampel dalam sediaan dengan uji Franz Cell
Diffusion.................................................................................... 66
Lampiran 14. Kadar genistein setelah uji Franz Cell Diffusion pada
setiap formula ........................................................................... 70
Lampiran 15. Foto gel anti-ageing ekstrak tempe ......................................... 72
Lampiran 16. Dokumentasi ............................................................................ 73
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTISARI
Salah satu penyebab penuaan dini adalah radikal bebas. Isoflavon
merupakan salah satu antioksidan yang dapat mencegah adanya radikal bebas.
Isoflavon yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari ekstrak tempe.
Chemical penetration enhancer dapat membantu masuknya isoflavon ke dalam
kulit. Penelitian mengenai Pembuatan dan Evaluasi Gel Anti-Ageing Ekstrak
Tempe dengan Gliserin sebagai Chemical Penetration Enhancer Chemical
penetration enhancer bertujuan untuk mengetahui pengaruh penetrasi ekstrak
isoflavon tempe dengan chemical penetration enhancer gliserin dengan
konsentrasi FI 0%, FII 5%, FIII 10%, dan FIV 20%.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni. Evaluasi
sediaan gel ekstrak isoflavon tempe ini dilihat berdasarkan parameter jumlah
kumulatif dan fluks dengan menggunakan metode Franz Diffusion Cell secara in
vitro.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa FI mempunyai jumlah kumulatif
dan fluks yang lebih tinggi daripada FII, FIII, dan FIV. Jumlah kumulatif FI, FII,
FIII, dan FIV berturut-turut adalah 1,885±0,065; 0,953±0,028; 0,660±0,026; dan
0,572±0,015 µg/cm2. Nilai fluks FI, FII, FIII, dan FIV berturut-turut adalah 0,628;
0,318; 0,220; 0,191 µg/cm2/jam. Gliserin sebagai chemical penetration enhancer
berpengaruh menurunkan penetrasi dengan meningkatnya konsentrasi.
Kata kunci: Tempe, ekstrak tempe, isoflavon, chemical penetration enhancer,
gliserin, gel
xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
One of the causes of aging is free radicals. Isoflavone is one of
antioxidants which can scavenge free radical. Sources of isoflavones used in this
study is derived from tempe extract. Chemical penetration enhancers are
subtances which can help isoflavone penetrates into the skin. Research about
Formulation and Evaluation of Gel Anti-Ageing of Extract Tempe with glycerin
as Chemical Penetration Enhancer ait to observe the effect of penetration of
isoflavone tempe extract by using chemical penetration enhancer glycerin at
concentration F1 0%, FII 5%, FIII 10%, and FIV 20%.
This research was a purely experimental study. Evaluation of this
research was looking for the response of cumulative amount and flux by testing
Franz Diffusion Cell in vitro.
The result shown that FI has cumulative amount and flux was higher than
FII, FIII, and FIV. The cumulaltive amount of FI, FII, FIII, and FIV were
1,885±0,065; 0,953±0,028; 0,660±0,026; and 0,572±0,015 µg/cm2. Flux of FI,
FII, FIII, and FIV were 0,628; 0,318; 0,220; 0,191 µg/cm 2/hours. Glycerin as
chemical penetration enhancer showed effect toward decrease penetration of
isoflavone by increased a concentration of glycerin.
Key word: Tempe, tempe extract, isoflavon, chemical penetration enhancer,
glyserin, gel
xix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penuaan merupakan proses alami yang terjadi pada setiap orang yang dapat dilihat di kulit. Meningkatnya usia, fungsi kulit ikut menurun, kulit akan kehilangan elastisitas sehingga mulai kendur dan berkeriput (Wahyono, 2011). Penuaan juga bisa disebabkan oleh faktor eksternal seperti sinar matahari, polusi
udara, maupun nutrisi yang tidak seimbang. Radiasi sinar UV matahari menyebabkan foto oksidasi yang terjadi akibat pelepasan reactive oxygen species (ROS).
Meningkatnya ROS sebagai akibat radikal bebas dapat menyebabkan naiknya
peroksidasi lipid. Lipid yang seharusnya menjaga kulit agar tetap segar, berubah
menjadi lipid peroksida karena bereaksi dengan radikal bebas sehingga mempercepat penuaan (Wahyono, 2011).
Radikal bebas merupakan molekul yang mengandung satu atau lebih
elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya. Adanya elektron yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan dengan
menempel pada sel yang berpasangan. Radikal bebas bersumber dari polusi, asap
rokok, sinar ultraviolet dimana akan menyebabkan penuaan dini seperti kerutan
pada kulit, kulit kusam, dan kendur (Rohmatussolihat, 2009). Oleh karena itu untuk mencegah radikal bebas dapat digunakan antioksidan. Antioksidan dapat
menangkap radikal bebas yang ada di dalam tubuh. Antioksidan bekerja
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
menghambat oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif yang relatif stabil sehingga reaksi oksidasi berhenti
(Hudson, 1990). Berdasarkan mekanisme kerjanya, maka dapat dikembangkan
sediaan cosmeceuticals untuk menghambat penuaan dini yang disebabkan oleh
radikal bebas.
Isoflavon adalah salah satu senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan.
Isoflavon termasuk dalam golongan senyawa flavonoid dan merupakan senyawa
polifenol. Kandungan isoflavon ini banyak terdapat di dalam kedelai dan produk
olahannya (Hernawati, 2010). Isoflavon pada kedelai berbentuk glikosida yang
terdiri dari 64% genistin, 24% daidzin, dan 13% glisitin; dan bentuk aglikon. Bentuk glikosida terdapat pada makanan kedelai yang tidak difermentasi, sedangkan
yang difermentasi misalnya tempe, isoflavonnya dalam bentuk bebas (aglikon).
Ketika bentuk glikosida didegradasi menjadi senyawa aglikon maka akan lebih
mudah diserap oleh tubuh (Astuti, 2008).
Isoflavon aglikon dapat dibuat dalam bentuk sediaan gel, lotion, dan
cream. Pada penelitian kali ini, isoflavon akan dibuat dalam bentuk sediaan gel
hidrofilik. Bentuk sediaan gel mempunyai beberapa kelebihan yaitu dapat memberikan rasa dingin di kulit dengan adanya kandungan air yang cukup tinggi sehingga nyaman digunakan, mudah dipakai, menyebar dengan baik dan memberikan kenyamanan pada penggunanya (Mitsui, 1997). Menurut penelitian Nan et al.
(2014), genistein larut di dalam metanol, etil etanoat, sedikit larut di air, dan sukar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
larut di dalam eter, kloroform dan petroleum eter. Genistein termasuk dalam
isoflavon dimana sebagian larut dalam air sehingga bisa dibuat jadi gel.
Chemical penetration enhancer diperlukan untuk meningkatkan masuknya zat aktif (isoflavon) ke dalam stratum corneum sehingga dapat mencapai
lapisan dermis untuk mencegah penuaan kulit dengan menangkap radikal bebas.
Zat peningkat penetrasi dapat bekerja melalui tiga mekanisme, yaitu: dengan cara
mempengaruhi struktur stratum corneum, berinteraksi dengan protein intraseluler,
dan memperbaiki partisi obat, coenhancer atau cosolvent ke dalam stratum
corneum (Swarbrick dan Boylan, 1986).
Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai peningkat penetrasi antara
lain: air, sulfoksida, azone, pyrrolidones, asam-asam lemak, alkohol dan glikol,
surfaktan, urea, minyak atsiri, terpen dan fosfolipid (Sukmawati dan Suprapto,
2010). Pada penelitian ini digunakan zat peningkat penetrasi yaitu gliserin. Gliserin dapat digunakan sebagai chemical penetration enhancer pada konsentrasi
0,1-20% (Stinchcomb dan Banks, 2010). Kecepatan penetrasi obat dengan menggunakan chemical penetration enhancer gliserin ke dalam kulit dapat dilakukan
secara in vitro menggunakan Franz Diffusion Cell.
1. Perumusan Masalah :
Bagaimana pengaruh gliserin sebagai chemical penetration enhancer terhadap penetrasi isoflavon ekstrak tempe ke dalam kulit?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
2. Keaslian Penelitian
Penelitian pengembangan isoflavon dalam pembuatan gel telah dilakukan
oleh Lulu (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Optimasi Formula Gel
Anti-Ageing Ekstrak Etil Asetat Isoflavon dengan Carbopol 940 Sebagai
Gelling Agent dan Propilen Glikol Sebagai Humektan : Aplikasi Desain
Faktorial”. Dalam penelitian tersebut digunakan isoflavon yang berasal dari
ekstrak etil asetat tempe serta dilakukan optimasi formula gel.
Berdasarkan penelitian diatas, “Pembuatan dan Evaluasi Gel Anti-Ageing
Ekstrak Tempe dengan Gliserin sebagai Chemical Penetration Enhancer”
belum pernah dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoretis
Menambah pengetahuan terutama dalam bidang farmasi mengenai
penetrasi genistein ke dalam kulit pada sediaan gel dengan penetration
enhancer gliserin.
b. Manfaat metodologis
Menambah informasi ilmu pengetahuan kefarmasian mengenai upaya
pengembangan dan aplikasi formula gel ekstrak bahan alam dan
penggunaan chemical penetration enhancer dalam formulasi gel ekstrak
tempe.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
c. Manfaat praktis
Memberikan informasi kepada masyarakat maupun penelitian lebih
lanjut mengenai chemical penetration enhacer dalam sediaan gel antiageing ekstrak tempe.
B. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Membuat sediaan gel anti-ageing ekstrak tempe.
2. Tujuan khusus
Mengetahui pengaruh gliserin sebagai chemical penetration enhancer
terhadap penetrasi isoflavon tempe ke dalam kulit.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Isoflavon dan Tempe
Isoflavon merupakan senyawa yang termasuk dalam golongan flavonoid
yang merupakan senyawa polifenolik. Senyawa isoflavon banyak ditemukan pada
tanaman kacang-kacangan (Leguminosa) dan produk olahannya (Astuti, 2008).
Salah satu tanaman kacang-kacangan yang mengandung isoflavon yaitu kedelai
dan salah satu produk olahan yang mengandung isoflavon yaitu tempe
(Hernawati, 2010). Tempe merupakan makanan tradisional yang dibuat dengan
cara memfermentasikan kedelai tanpa kulit dengan jamur Rhizopus, sampai
kedelai tertutup dengan miselium putih jamur dan mempunyai aroma khas jamur
(Pramesti, 2007).
Isoflavon pada kedelai terdiri dari aglikon (genistein, glisitein, dan
daidzein), glikosida (daidzin, genistin, dan glisitin) (Pramesti, 2007). Kandungan
isoflavon dalam 100 g kedelai berkisar 0,1-0,5 g (Cho et al., 2009). Di dalam
kedelai, isoflavon yang banyak ditemukan sebagai β-glukosida yang dapat
terhidrolisis menjadi bentuk aglikon menjadi daidzein, genistein, glisitein (CarraoPanizzi et al., 2002). Bentuk aglikon dari isoflavon lebih aktif daripada glikosida
dimana pengaruh itu sebanding dengan peningkatan jumlah gugus hidroksil pada
molekulnya (Pramesti, 2007).
Genistin dan daidzin akan terhidrolisis menjadi bentuk aglikonnya
(genistein dan daidzein) selama perendaman dalam air dan selama proses
6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
fermentasi akibat aktivitas enzim β-glukosidase. Rhizopus oryzae dan Rhizopus
oligosporus diketahui memproduksi enzim β-glukosidase yang menghidrolisis
isoflavon glikosida menjadi isoflavon aglikon sehingga menyebabkan senyawa
isoflavon aglikon lebih banyak pada tempe (Pramesti, 2007).
Gambar 1. Struktur Daidzein, Glycitein, dan Genistein (Doerge et al.,1999).
Gambar 2. Mekanisme hidrolisis Genistin menjadi Genistein
B. Kulit
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh dimana bobot kulit dapat
mencapai 10% bobot individu dengan luas permukaan kulit pada orang dewasa
mencapai 1,5-1,75 m2 (Walters et al., 2002). Kulit juga merupakan organ tubuh
terluar yang bersifat elastik yang menjadi pelindung jaringan di bawahnya. Sifat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
protektif ini menjadikan tubuh terhindar dari masuknya zat-zat asing (bakteri,
virus, debu) yang dapat membahayakan tubuh (Nugroho, 2013). Menurut Walters
et al. (2002), secara anatomi kulit terdiri dari empat lapisan jaringan yaitu stratum
korneum, epidermis, dermis, dan subkutan (lapisan lemak dibawah kulit).
Stratum korneum merupakan lapisan terluar kulit sebagai hasil
pembelahan sel epidermis ke arah keluar yang membentuk lapisan-lapisan terluar
epidermis (Nugroho, 2013) yang selnya telah kehilangan air, tidak berinti dan
mati (Walters et al., 2002). Sel-sel ini akan mengalami keratinisasi menjadi
struktur yang disebut korneosit (Nugroho, 2013).
Gambar 3. Struktur kulit (Walters et al., 2002)
Stratum korneum erat hubungannya dengan kosmetik karena dapat
mencerminkan kondisi kulit. Lapisan ini berperan pada tahap penembusan
sehingga menentukan konsentrasi senyawa aktif pada sel target. Membran
tersebut memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap berbagai senyawa kimia
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
dan biologis disebabkan oleh adanya jembatan disulfida (menyusun serat keratin
α) dan ikatan kovalen antarmolekul. Ketebalan stratum korneum dapat dirangsang
oleh paparan ulang senyawa kimia atau fisika. Respon ini melindungi epidermis
dari rangsangan luar (Mitsui, 1997; Alache, Devissaguet, dan Hermann, 1993).
Epidermis merupakan bagian kulit di bawah stratum korneum yang
tersusun atas lapisan-lapisan sel seluler dan tipis dengan kandungan air yang
mulai berkurang jika dibandingkan dengan jumlah air yang ada di dermis.
Semakin ke atas kandungan air semakin menurun dan akhirnya sama sekali hilang
di bagian stratum korneum (Nugroho, 2013). Tebal epidermis secara keseluruhan
yaitu 74,9-96,4 µm (Sandby-Moller et al., 2003). Menurut umur lapisan selnya,
lapisan epidermis dapat dibedakan menjadi stratum germinativum yang
merupakan lapisan terdalam (usia termuda), stratum spinosum, stratum
granulosum, dan stratum korneum di lapisan terluar (Barry, 1983).
Dermis merupakan bagian di bawah epidermis berupa lapisan-lapisan sel
aselular yang menjadi tempat sistem pembuluh darah, saraf, folikel rambut,
kelenjar minyak, dan kelenjar keringat (Nugroho, 2013). Dermis mempunyai tebal
sekitar 0,1-0,5 cm dan terdiri dari 70% kolagen dan jaringan elastin (Walters et
al., 2002). Dermis dihubungkan dengan epidermis oleh papilla. Dermis tersusun
dari materi nonselular yang mendukung keberadaan organ-organ pembuluh darah,
pembuluh limfa, urat-urat saraf, dan komponen retikuloendotelia (Nugroho,
2013). Jaringan lemak subkutan terletak di bawah dermis yang berperan penting
dalam menyerap panas, meredam tekanan atau beban yang menimpa kulit
(Nugroho, 2013) dan sebagai tempat penyimpan energi (Walters et al., 2002).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
Gambar 4. Komponen kulit (Walters et al., 2002)
C. Penuaan Kulit
Kulit berubah seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Paparan sinar
matahari dipercaya mempercepat proses perubahan kulit. Penuaan kulit dapat
dipercepat lagi dengan adanya radikal bebas. Tanda-tanda penuaan kulit yang
dapat terlihat yaitu kulit terlihat kasar, kering, kendur dan kehilangan
elastisitasnya, terdapat noda hitam, keriput, timbul lipatan pada leher dan garis
kerutan pada wajah (Tortora et al., 1990).
Faktor yang dapat menyebabkan penuaan kulit salah satunya adalah
adanya radikal bebas yang merupakan molekul dengan atom dimana orbit
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
terluarnya memiliki elektron yang tidak berpasangan sehingga elektron tersebut
menjadi reaktif dan tidak stabil. Elektron akan mencari pasangan elektron yang
lain dengan cara menariknya dari molekul lain. Pada kulit, radikal bebas akan
merusak lemak dan membran sel sehingga menyebabkan kulit kehilangan
kekencangan dan timbul keriput (Tortora et al., 1990).
Senyawa bioaktif isoflavon yang mengandung gugus fenolik mempunyai
kemampuan sebagai antioksidan dan mencegah kerusakan akibat radikal bebas
melalui dua mekanisme, yaitu mendonorkan ion hidrogen dan bertindak sebagai
scavenger radikal bebas secara langsung. Isoflavon mempunyai kemampuan
untuk mencegah peroksidasi lipid karena berperan sebagai akseptor radikal bebas
sehingga dapat menghambat reaksi rantai radikal bebas pada oksidasi lipid dan
radikal bebas dapat diredam (Astuti, 2008).
Senyawa flavonoid dapat mendonorkan hidrogen pada radikal bebas
sehingga menghasilkan radikal stabil berenergi rendah yang berasal dari senyawa
flavonoid yang kehilangan atom hidrogen. Radikal antioksidan yang terbentuk
menjadi lebih stabil melalui proses resonansi struktur cincin aromatiknya
sehingga tidak mudah untuk terlibat pada reaksi radikal lain (Astuti, 2008).
Mekanisme penangkapan radikal bebas oleh genistein di dalam lapisan
dermis meliputi tahap inisiasi, elongasi, dan terminasi. Tahap inisiasi merupakan
tahap pembentukan radial, tahap elongasi merupakan tahap penyerangan radial,
dan tahap terminasi merupakan tahap netralisasi radikal sisa oleh antioksidan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
Gambar 5. Mekanisme penangkapan radikal bebas oleh Genistein, (a) tahap inisiasi, (b)
tahap elongasi, (c) tahap terminasi
D. Gel
Gel merupakan sediaan semisolid yang mengandung larutan bahan aktif
tunggal maupun campuran dengan pembawa senyawa hidrofilik atau hidrofobik
(Dirjen POM, 1995). Beberapa gel mempunyai tampilan jernih karena adanya
tampilan dari air dan lainnya keruh yang disebabkan bahan-bahannya tidak terdispersi molekular atau membentuk agregat. Gel harus memiliki clarity dan kilau
untuk menarik konsumen. (Allen dan Loyd, 2002).
Gel dikategorikan menjadi gel inorganik, organik, hidrogel, dan organogel. Gel inorganik mempunyai sistem dua fase, sedangkan gel organik mempunyai
sistem satu fase. Hidrogel mengandung bahan yang terdispersi seperti koloid atau
terlarut pada air. Pada konsentrasi tinggi, koloid hidrofilik membentuk gel semisolid yang disebut jelly (Allen dan Loyd, 2002).
Hidrogel komposisi utamanya tersusun dari 85-95% air atau campuran
aqueous-alcoholi, humektan, dan gelling agent yang akan memberikan efek
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
mendinginkan (Buchmann dan Stephan, 2001). Humektan yang ditambahkan
membuat sediaan ini menjadi lunak, memberikan kelembutan, daya sebar yang
cukup, dan menghindari kemungkinan terjadinya pengeringan. Keuntungan gel
tipe ini yaitu tidak berlemak, membentuk lapisan film tembus pandang elastis
setelah kering dengan daya lekat tinggi, tidak menyumbat por-pori, dan mudah
dicuci dengan air (Voight, 1994).
E. Sifat Fisik Gel
Sifat umum yang diinginkan dari sediaan gel yaitu dapat diterima oleh
konsumen seperti mudah dikeluarkan dari wadah, sensasi dingin ketika kontak
dengan kulit, kemampuan melekat pada tempat aplikasi selama waktu tertentu,
residu yang tidak meninggalkan rasa lengket setelah diaplikasikan, dan efikasi
klinis yang terkait pelepasan obat dan absoprsi. Hal ini terkait dengan daya sebar,
dan viskositas sediaan sehingga perlu diperhatikan (Garg et al., 2002).
Daya sebar berhubungan dengan sudut kontak tiap tetes cairan atau
preparasi semisolid yang berhubungan langsung dengan koefisien friksi. Faktor
yang mempengaruhi daya sebar adalah formulanya kaku atau tidak, kecepatan dan
lama tekanan yang menghasilkan kelengketan, temperatur pada tempat aksi.
Kecepatan penyebaran bergantung pada viskositas formula, kecepatan evaporasi
pelarut, dan kecepatan peningkatan viskositas karena evaporasi (Garg et al.,
2002).
Viskositas adalah pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir.
Semakin tinggi viskositas maka semakin besar tahanannya (Martin et al., 1993).
Peningkatan viskositas akan menaikkan waktu retensi pada tempat aksi tetapi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
akan menurunkan daya sebar (Garg et al., 2002). Gel pada penggunaan topikal
sebaiknya tidak terlalu lengket karena dapat menimbulkan rasa tidak nyaman.
Konsentrasi gelling agent yang terlalu tinggi dengan bobot molekul yang terlalu
besar akan menghasilkan gel yang sulit diaplikasikan (Zatz et al.,1996).
F. Penetration Enhancer
Penetration enhancer adalah senyawa-senyawa kimia tunggal maupun
kombinasi yang mempunyai kemampuan meningkatkan permeabilitas (Nugroho,
2013) dan mengurangi impermeabilitas kulit secara temporal (sementara) sehingga dapat lebih mudah dilewati oleh bahan obat (Sinha dan Kaur, 2000). Idealnya, bahan yang digunakan sebagai penetration enhancer haruslah inert secara
farmakologi, tidak toksik, tidak mengiritasi, tidak menyebabkan alergi (tidak bersifat alergenik), tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa, murah, serta kompatibel dengan zat aktif maupun eksipien yang digunakan (Sinha dan Kaur, 2000).
Selain itu, penetration enhancer harus dapat membalikkan barrier pertahanan
stratum korneum kepada struktur awal ketika konsentrasi enhancer telah habis
tanpa menyebabkan kematian sel (Pathan et al., 2009).
Mekanisme umum penetration enhancer yaitu dengan mengacaukan
struktur lipid dari stratum korneum kemudian berinteraksi dengan protein interseluler dan terakhir meningkatkan partisi obat/zat aktif, coenhancer atau pelarut ke
dalam stratum korneum (Pathan et al., 2009).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
Beberapa senyawa yang bertindak sebagai penetration enhancer, yaitu:
a. Golongan alkohol dan glikol
Alkohol rantai pendek (C2-C5) dan senyawa golongan glikol
dapat meningkatkan absorpsi, khususnya absorpsi molekul polar.
Senyawa ini meningkatkan absorpsi dengan cara meningkatkan
fluiditas dari lapisan lipid pada stratum korneum dengan berinteraksi
dengan protein pada stratum korneum (Rosen, 2005).
b. Asam lemak dan esternya
Sejumlah besar asam lemak sudah secara luas diteliti untuk
meningkatkan penetrasi sediaan trasndermal. Asam lemak tidak
jenuh dilaporkan lebih aktif daripada asam lemak yang jenuh.
Mekanisme aksi dari asam lemak adalah meningkatkan kelarutan
dari obat, meningkatkan partisi obat, meningkatkan penetrasi pelarut
dan mengubah struktur barrier kulit (Rosen, 2005).
c. Terpene
Terpene diketahui dapat meningkatkan permeasi perkutan dari
obat hidrofilik maupun yang bersifat hidrofob. Terpene yang bersifat
polar ternyata diketahui dapat meningkatkan permeasi dari senyawa
polar dan sebaliknya (Rosen, 2005).
d. Amina dan amida
Senyawa yang termasuk golongan ini meliputi urea dan
derivatnya, asam amino dan esternya, amida, seperti azone dan
derivatnya. Azone secara spesfik didesain sebagai penetration
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
enhancer dan merupakan salah satu senyawa yang banyak diteliti
karena dapat meningkatkan permeasi dari obat dalam spektrum luas
(Rosen, 2005).
G. Gliserin
Gliserin merupakan cairan higroskopis yang tidak berwarna, tidak
berbau, rasa manis. Gliserin dapat digunakan dalam formulasi seperti oral,
optalmik, topikal maupun parenteral. Fungsi gliserin dapat digunakan sebagai
humektan dan emolient dalam sediaan topikal. Dalam sediaan krim, emulsi,
parenteral dapat berfungsi sebagai solvent maupun co-solvent. Sedangkan di
dalam sediaan larutan oral dapat berfungsi sebagai pemanis, pengawet. Selain itu
gliserin juga dapat digunakan sebagai plasticizer. Penggunaan yang berbeda
fungsi ini dapat digunakan sesuai dengan konsentrasi yang diperbolehkan (Rowe
et al., 2009).
Gliserin merupakan bahan yang sudah terdaftar dalam Food and Drug
Assosiation (FDA), dan aman digunakan dalam konsentrasi 0,2-65,7%
(Smolinske, 1992). Gliserin juga bisa digunakan sebagai penetration enhancer
dengan konsentrasi 0,1-20% (Stinchcomb dan Banks, 2010).
Gambar 6. Struktur Gliserin (Rowe et al., 2009)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
Gliserin bersifat sebagai penetration enhancer dan juga sebagai
humektan yang kuat dan aman bagi kulit karena mempunyai kemampuan
menyerap air yang hampir sama dengan natural moisturizing factor (NMF) yang
merupakan pengikat alami dalam kulit (Pius, 2012). Gliserin termasuk dalam
golongan glikol yang dapat memfasilitasi masuknya senyawa aktif dengan
membentuk celah yang disebut microchannel pada stratum korneum dan
memungkinkan senyawa aktif yang lebih polar berpenetrasi ke dalam kulit
(Dayan, 2005).
Humektan dapat membantu menjerat air dari udara yang kemudian dapat
berpenetrasi ke dalam kulit, bila kelembaban relatif rendah. Tetapi humektan
dapat juga menarik air dari bagian epidermis dan dermis yang dapat menyebabkan
kulit menjadi kering. Mekanisme humektan yang menarik air untuk penetrasi ke
dalam kulit, akan mengakibatkan pengembangan stratum korneum yang
memberikan persepsi kulit halus dengan sedikit kerut (Johnson, 2002).
H. Draize Test
Draize test merupakan model uji in vivo yang biasa digunakan dalam uji
iritasi dengan menggunakan kelinci albino. Uji ini menggunakan sistem scoring
untuk menunjukkan index iritasi primer yang didapatkan dari perhitungan eritema
dan edema yang dihasilkan (Maibach, 2001).
Kelinci albino yang sudah dicukur bulunya diaplikasikan sediaan atau
senyawa yang akan diukur indeks iritasi primernya pada waktu tertentu. Iritasi
adalah kondisi pada kulit yang muncul akibat kontak berkepanjangan dengan zat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
tertentu. Iritasi ini dapat terjadi jika suatu zat menempel pada kulit dan
menyebabkan zat tersebut terpenetrasi masuk ke dalam kulit dan mengakibatkan
dilatasi pembuluh darah pada daerah yang terkena. Jika zat tersebut mengiritasi
maka akan menyebabkan iritasi pada kulit yang terkena zat tersebut dan
sebaliknya (Irsan, dkk., 2013).
Hasil eritema maupun edema diukur dengan menggunakan sistem
scoring yang kemudian dihitung dengan rumus untuk mengetahui indeks iritasi
primer yang didapatkan (Irsan, dkk., 2013).
I. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan salah satu metode
kromatografi cair yang dilengkapi dengan sistem pompa bertekanan tinggi untuk
mengalirkan fase gerak dan detektor yang sensitif sehingga pemisahan dapat
berlangsung dengan cepat dan memiliki efisiensi yang tinggi. Salah satu
keunggulan KCKT dibandingkan dengan kromatografi gas yaitu dapat untuk
menganalisis senyawa yang tidak menguap atau tidak tahan panas tanpa peruraian
atau tanpa perlunya derivat yang menguap (Dirjen POM, 1995).
Instrumen KCKT terdiri dari delapan komponen pokok, yaitu wadah fase
gerak, sistem penghantaran fase gerak, alat untuk memasukkan sampel, kolom,
detektor, wadah penampung buangan fase gerak, tabung penghubung, dan suatu
perekam/komputer (Rohman, 2007).
Fase gerak biasanya terdiri dari campuran pelarut yang dapat bercampur
yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi yang ditentukan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen
sampel. Fase normal dimana fase diam lebih polar daripada fase gerak,
kemampuan elusi meningkat dengan meningkatkan polaritas pelarut, sedangkan
untuk fase terbalik dimana fase diam kurang polar daripada fase gerak,
kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut (Rohman,
2007).
Fase diam yang digunakan berupa silika yang dimodifikasi secara
kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil
benzen. Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu
gugus silanol (SiOH). Oktadesil silika (ODS/C18) merupakan fase diam yang
paling banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan
kepolaran rendah, sedang, maupun tinggi (Rohman, 2007).
Gambar 7. Diagram blok sistem KCKT secara umum (Rohman, 2007)
Penelitian mengenai genistein dengan menggunakan KCKT telah
dilakukan oleh Orhan et al. (2011) dengan penelitian analisis kandungan genistein
dan daidzein dalam dua spesies Genista dengan metode KCKT fase terbalik
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
menggunakan fase diam C18, fase gerak metanol : air (70:30) dengan panjang
gelombang 261 dan kecepatan alir 0,7ml/menit.
J. Landasan Teori
Penuaan kulit merupakan hal yang terjadi pada manusia dikarenakan
bertambahnya usia, faktor radikal bebas, dan makanan. Isoflavon mempunyai
daya antioksidan yang dapat menghambat penuaan kulit. Tempe merupakan salah
satu sumber yang mengandung isoflavon, yang digunakan sebagai bahan aktif
dalam sediaan anti-ageing untuk menghambat penuaan kulit di dermis (Astuti,
2008).
Sediaan anti-ageing merupakan sediaan cosmeuticals yang dalam
penelitian ini, akan dibuat dalam formulasi gel karena mempunyai sifat fisik dan
stabilitas yang dapat diterima oleh masyarakat, mempunyai konsistensi yang
lembut, serta memberikan rasa nyaman pada kulit saat penggunaan maupun
pembersihannya yang mudah dicuci dengan air.
Dalam sediaan gel ini diformulasikan pula penetration enhancer yang
berfungsi untuk membawa bahan aktif serta meningkatkan penetrasi isoflavon,
khususnya genistein ke dalam lapisan kulit untuk mencegah penuaan kulit di
dermis. Penetration enhancer yang digunakan dalam formulasi sediaan ini adalah
gliserin. Dalam penelitian ini akan dilihat kemampuan penetration enhacer
gliserin dengan empat konsentrasi yang berbeda untuk mengetahui pengaruhnya
dalam membawa dan meningkatkan bahan aktif ke dalam lapisan kulit tanpa
mengiritasi kulit.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
Gliserin bersifat sebagai penetration enhancer dan juga sebagai
humektan yang mempunyai kemampuan menarik air untuk penetrasi ke dalam
kulit, akan mengakibatkan pengembangan stratum korneum (Johnson, 2002).
Gliserin termasuk dalam golongan glikol yang dapat memfasilitasi masuknya
senyawa aktif dengan membentuk celah yang disebut microchannel pada stratum
korneum dan memungkinkan senyawa aktif yang lebih polar berpenetrasi ke
dalam kulit (Dayan, 2005).
Salah satu isoflavon yaitu genistein yang mempunyai sifat semipolar
yang diformulasikan ke dalam gel dengan penetration enhancer gliserin
diharapkan dapat berpenetrasi ke dalam lapisan kulit dengan metode Franz
Diffusion Cell dan perlu dilakukan penetapan kadar untuk mengetahui kadar
genistein yang terpenetrasi.
Penetapan kadar genistein dilakukan dengan metode KCKT fase terbalik
detektor UV, karena KCKT memiliki sensitivitas dan selektivitas yang baik untuk
analisis senyawa dalam campuran dengan kadar yang kecil serta genistein
memiliki gugus kromofor yang dapat memberikan serapan pada daerah panjang
gelombang UV.
K. Hipotesis
Gliserin dapat berfungsi sebagai chemical penetration enhancer terhadap
penetrasi isoflavon tempe ke dalam kulit.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Kadar gliserin yang digunakan sebagai chemical penetration enhancer.
2. Variabel tergantung
Sifat fisik gel anti-ageing ekstrak isoflavon tempe yang meliputi daya
sebar, viskositas gel dan pH sediaan serta kecepatan penetrasi zat aktif ke
dalam kulit.
3. Variable pengacau terkendali
Kecepatan putar dan waktu pengadukan dalam proses pembuatan sediaan
gel, wadah penyimpanan, lama penyimpanan.
4. Variable pengacau tak terkendali
Kelembaban, suhu ruangan saat pembuatan dan penyimpanan gel,
kondisi patologis hewan uji, subyektifitas penulis dalam pengamatan.
C. Definisi Operasional
1. Ekstrak tempe adalah cairan kental yang diperoleh dari hasil ekstraksi tempe
dengan cara maserasi.
22
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
2. Gel anti-ageing ekstrak tempe adalah sediaan semi padat yang dibuat dari
ekstrak tempe sesuai formula yang telah ditentukan.
3. Chemical penetration enhancer adalah substansi atau senyawa yang dapat
memfasilitasi
absorpsi
penetrasi
melalui
kulit
dengan
mengurangi
impermeabilitas dari kulit secara sementara, dalam hal ini adalah gliserin.
4. Sifat fisik gel anti-ageing adalah parameter untuk mengetahui kualitas fisik gel
anti-ageing, dalam penelitian ini meliputi parameter daya sebar, pH, dan
viskositas.
5. Draize Test adalah uji iritasi yang dilakukan pada hewan uji untuk mengetahui
apakah sediaan gel anti-ageing ekstrak kedelai menyebabkan iritasi atau tidak.
Hewan uji yang digunakan adalah kelinci albino.
6. Franz Cell Diffusion adalah suatu alat uji yang digunakan untuk mengukur
jumlah obat yang terpenetrasi melalui kulit secara in vitro.
D. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas (Iwaki TE32 Pirex Japan Unmderli), alat maserasi (Innova 2100 platform shaker),
Vaccum Rotary Evaporator (Janke-Kulken), mixer, blender, neraca analitik
Mettler-Todelo AB204, Horizontal Double Plate, indikator pH universal
Merck, pHmeter, Viskometer Rion VT-04, alat vakum, seperangkat alat KCKT
dengan detektor ultraviolet (UV) merek Shimadzu LC-2010C, kolom C18
merek KNAUER column SN (XI 7) (No. column 25EE181KSJ part.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
B115Y620), seperangkat komputer (merek Dell B6RDZ1S Connexant system
RD01-D850 A03-0382 JP France S.A.S, printer HP Deskjet D2566 HP-024000 625730), UV/Vis Spectrophotometer SP-3000plus merek OPTIMA dengan
deterktor silicon photo diode, millipore, alat ultrasonicator Refsch., Tipe :
T460 (Schwing.1 PXE, FTZ-Nr. C-066/83,