Optimasi formula krim anti ageing ekstrak etil asetat isoflavon tempe dengan cetil alcohol dan humektan gliserin : aplikasi desain faktorial - USD Repository

  

OPTIMASI FORMULA KRIM ANTI AGEING

EKSTRAK ETIL ASETAT ISOFLAVON TEMPE

dengan CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN :

APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh:

  Felicia Satya Christania NIM : 068114028

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

OPTIMASI FORMULA KRIM ANTI AGEING

EKSTRAK ETIL ASETAT ISOFLAVON TEMPE

dengan CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN :

APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh:

  Felicia Satya Christania NIM : 068114028

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

Membi ar kan ber l al u “ si pen gat ur ”

Lebi h men y adar i saat i n i dan t er buka t er hadap ket i dakpast i an masa depan ,

Membebaskan ki t a dar i pen j ar a r asa t akut

Hal i n i akan membuat ki t a dapat men j awab t an t an gan kehi dupan den gan kebi j aksan aan ki t a sen di r i

y an g un i k

Dan men y el amat kan di r i ki t a dar i si t uasi y an g t i dak men y en an gkan

  • -Aj ahn Br ahm-

  Karya sederhana ini ku persembahkan kepada : Bapa tercinta di Surga

  Mama terkasih Papi terhebat

  Dek Tika tercinta Malaikat kecilku

  Almamaterku PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Felicia Satya Christania Nomor Mahasiswa : 068114028

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

OPTIMASI FORMULA KRIM ANTI-AGEING EKSTRAK ETIL ASETAT

  

ISOFLAVON TEMPE DENGAN CETYL ALCOHOL DAN HUMEKTAN

GLISERIN APLIKASI : DESAIN FAKTORIAL

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saua sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada Tanggal : 4 Januari 2010

  

PRAKATA

  Puji syukur kepada Bapa atas berkat, rahmat, kasih dan penyertaanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripis berjudul “Optimasi Formula Krim Anti-Ageing Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe dengan Cetyl Alcohol dan Humektan Gliserin : Aplikasi Desain Faktorial” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis selama perkuliahan, penelitian, dan penyusunan skripsi ini telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, nasihat, pengarahan, dorongan, saran, dan kritikan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

  1. Rita Suhadi, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Sanat Dharma Yogyakarta.

  2. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt selaku dosen pembimbing atas segala kritik, masukan, diskusi, dan keakraban yang boleh penulis rasakan bersama ibu selama penelitian proyek payung dan penyusunan skripsi.

  3. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt selaku dosen penguji atas bimbingan, saran, kritik, dan pengarahannya selama penyusunan skripsi ini.

  4. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt selaku dosen penguji atas bimbingan, saran, kritik, dan pengarahannya selama penyusunan skripsi ini.

  5. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku kepala laboratorium atas kesediaan

  6. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt, terima kasih untuk saran, kritik, dan bimbingannya selama penyusunan proposal.

  7. Segenap laboran dan karyawan, Pak Musrifin, Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Bimo, Mas Otok, Mas Agung, Pak Timbul, dan Pak Yuwono, atas bantuan dan kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian.

  8. Mama, Papi, kalian orang tua terhebat untukku, terima kasih untuk cinta, doa, kesabaran, teguran, dukungan, dan kesetiaan yang tidak pernah habis.

  9. Adek Tika tercinta, yang selalu menemaniku setiap kali lembur, terima kasih untuk teguran yang penuh kasih sayang, cinta, doa, perhatian, dan dukungan.

  10. Galih dan Jelly, sebagai bagian dari kebersamaan dengan adek tercinta, terimakasih untuk dukungan yang selalu diberikan.

  11. Sahabatku yang selalu membuatku percaya diri dan termotivasi, Yashinta Widyaningtyas, dan sahabatku yang selalu memberi ketenangan dan keheningan, Lulu Lunggati B.M. Terima kasih untuk perjuangan, keceriaan dan kebodohan kita, aku bersyukur memiliki kalian.

  12. Malaikat kecilku Luther-Helen, Chiroo-Bolivia, Adek, untuk cinta dan kesetiaan yang boleh bunda dan tante rasakan.

  13. Mama Wiwik yang selalu mengiringku dengan doa dan kasih sayang.

  14. Om Ubay yang sangat setia memberikan saran, kritik, nilai, dukungan, dan kesabaran untuk menemani kami ngelab selama penyusunan skripsi ini.

  16. Dani, Rico, Intan, Iren, Rani, Cica, Wiwit,Grace, Zi, Cik Vita, Ardani, Lia, Yosephine, Joice, Melia teman-teman seperjuangan dalam penelitian, terima kasih untuk kebersamaan, sharing, dan diskusi selama ini.

  17. Bos Fian, Ko David, terimakasih untuk dukungan dan masukan selama penyusunan skripsi ini.

  18. Sahabatku, Riyo, Mary, Tusi, Krisna, Erlina terimakasih untuk dukungan yang selalu ada.

  19. Teman-teman FST 2006 serta semua pihak yang telah memberi bantuan, dukungan, doa, dan keceriaan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

  Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya mengingat keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan oleh penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

  

INTISARI

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi optimum dari krim anti ageing ekstrak etil asetat isoflavon tempe dengan cetyl alcohol dan humektan gliserin agar diperoleh sediaan dengan sifat fisik dan stabilitas yang baik. Tempe merupakan salah satu bahan makanan khas Indonesia yang mudah ditemui dan mengandung isoflavon yang mempunyai daya antioksidan lebih besar daripada kedelai, dengan demikian penelitian ini juga dapat menaikkan nilai guna tempe.

  Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental murni. Optimasi formula yang dilakukan dengan menggunakan metode desain faktorial dan teknik analisis statistik Yate’s treatment dengan taraf kepercayaan 95%. Optimasi dilakukan pada komposisi cetyl alcohol dan humektan gliserin dengan parameter sifat fisik krim yang diuji meliputi : viskositas, daya sebar, serta stabilitas krim meliputi pergeseran viskositas setelah penyimpanan selama 30 hari. Selain itu juga dilakukan uji daya antioksidan dengan metode DPPH pada ekstrak etil asetat isoflavon tempe.

  Dari penelitian ini diperoleh bahwa cetyl alcohol merupakan faktor yang berpengaruh dominan dan signifikan dalam menentukan sifat fisik viskositas krim, sedangkan gliserin dan interaksi cetyl alcohol-gliserin bukan merupakan faktor yang berpengaruh dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas krim. Kata kunci: krim; anti ageing; isoflavon; cetyl alcohol; gliserin; desain faktorial

  

ABSTRAC

  The aim of study of this researh is to optimization anti-ageing cream of etil asetat extract isoflavon tempe with cetyl alcohol and gliserin as humectant of cream. Tempe is one of the favourite food from Indonesia that have a big potetial antioxidant activity.

  This research is use pure experimental device and formula optimation that was done by using factorial design method and statistical analysis of Yate’s

  

Treatment . The optimization condusted at cetyl alcohol and humectant gliserin,

  with the physical properties of cream that was tested through spreadibility, viscosity, and stability of cream by using alteration of viscosity.

  The result of this research was indicated that cetyl alcohol was the dominant factor in determining the viscosity. Gliserin and Interaction is not determining physical and stability properties. Key word : cream; anti ageing; isoflavon; cetyl alcohol; gliserin; factorial design

  DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL HALAMAN JUDUL ..............................................................................................ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................vi HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.............................vii PRAKATA ...........................................................................................................viii

  INTISARI ...............................................................................................................xi ABSTRAK. ......................................................................................................... xii DAFTAR ISI ........................................................................................................xiii DAFTAR TABEL ...............................................................................................xvii DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xviii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xix

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................1

  1. Permasalahan ...................................................................................3

  2. Keaslian Penelitian ..........................................................................3

  3. Manfaat Penelitian ..........................................................................3

  2. Tujuan Khusus ................................................................................4

  BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Isoflavon dan Tempe ...................................................................................5 B. Skin Ageing...................................................................................................5 C. Uji DPPH ....................................................................................................7 D. Krim ............................................................................................................8 E. Cetyl Alcohol ..............................................................................................9 F. Gliserin ......................................................................................................10 G. Desain Faktorial ........................................................................................12 H. Landasan Teori ..........................................................................................13 I. Hipotesis ....................................................................................................15 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................16 B. Variabel dan Definisi Operasional ............................................................16

  1. Variabel bebas ...............................................................................16

  2. Varabel Tergantung .......................................................................16

  3. Variabel Pengacau Terkendali ......................................................16

  4. Varabel Pengacau tak Terkendali ..................................................16

  C. Bahan Penelitian ........................................................................................18

  D. Alat Penelitian ...........................................................................................18

  E. Tata Cara Penelitian ..................................................................................19

  3. Uji Antioksidan Metode DPPH .....................................................20

  4. Formulasi Sediaan Krim Anti-ageing Isoflavon Tempe ...............21

  5. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Sediaan Krim ..................................23

  F. Analisis Hasil ............................................................................................24

  BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. Isolasi dan Identifikasi Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe .............25

  1. Isolasi Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe .................................25

  2. Identifikasi Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe .........................29

  B. Uji Antioksidan Isoflavon Tempe .......................................................30

  C. Pembuatan Krim ..................................................................................32

  D. Sifat dan Stabilitas Krim .....................................................................34

  1. Pengujian Tipe Krim ...............................................................34

  2. Karakteristik Ukuran Droplet ..................................................35

  3. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Krim ..........................................38

  a. Daya Sebar ..................................................................38

  b. Viskositas ....................................................................41

  c. Pergeseran viskositas ..................................................43

  E. Optimasi Formula ................................................................................46

  a. Daya Sebar ..............................................................................46

  b. Viskositas ................................................................................47

  c. Pergeseran Viskositas ..............................................................47

  BAB V KESIMPULAN dan SARAN A. Kesimpulan .........................................................................................50 B. Saran ....................................................................................................51 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................52 Lampiran ...............................................................................................................54 Biografi Penulis .....................................................................................................97

  DAFTAR TABEL Tabel I. Komponen Isoflavon Aglikon ...................................................................6 Tabel II. Komponen Isoflavon Glukosida ...............................................................6 Tabel III. Rancangan Percobaan Desain Faktorial ................................................12 Tabel IV. Rancangan Formula Desain Faktorial ...................................................21 Tabel V. Perhitungan Rf Uji KLT Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe .............30 Tabel VI. Hasil Perhitungan % Scavenging Ekstrak Etil Asetat Isoflavon

  Tempe ....................................................................................................32 Tabel VII. Hasil Perhitungan Statistik Distribusi Ukuran Droplet .......................36 Tabel VIII. Efek Faktor terhadap Respon Daya Sebar .........................................39 Tabel IX. Hasil Perhitungan Yate’s Treatment untuk Respon Daya Sebar ...........39 Tabel X. Efek Faktor terhadap Respon Viskositas ...............................................41 Tabel XI. Hasil Perhitungan Yate’s Treatment untuk Respon Viskositas ............41 Tabel XII. Efek Faktor terhadap Respon Pergeseran Viskositas ..........................43 Tabel XIII. Hasil Perhitungan Yate’s Treatment untuk Respon Pergeseran

  Viskositas ............................................................................................44

  DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Struktur Kimia Isoflavon Aglikon .........................................................6 Gambar 2. Struktur Kimia Isoflavon Glukosida .....................................................6 Gambar 3. Struktur Kimia Cetyl Alcohol...............................................................10 Gambar 4. Struktur kimia Gliserin ........................................................................10 Gambar 5. Skema Singkat Alur Penelitian ...........................................................18 Gambar 6. Skema Mekanisme isoflavon sebagai Anti-ageing .............................29 Gambar 7. Hasil uji KLT ......................................................................................30 Gambar 8. Skema Tahapan Reaksi Isoflavon sebagai Antioksidan ......................31 Gambar 9. Hasil Pengujian Mikroskopik Tipe Krim.............................................34 Gambar 10. Karakteristik Ukuran Droplet ............................................................35 Gambar 11. Kurva Nilai Tengah Diameter Droplet vs % Frekuensi ....................37 Gambar 12. Grafik Pengaruh Faktor terhadap Respon Daya Sebar ......................40 Gambar 13. Grafik Pengaruh Faktor terhadap Respon Viskositas .......................42 Gambar 14. Grafik Pengaruh Faktor terhadap Respon Pergeseran Viskositas .....45 Gambar 15. Grafik Contour Plot Daya Sebar Krim .............................................46 Gambar 16. Grafik Contour Plot Viskositas Krim ...............................................47 Gambar 17. Grafik Contour Plot Pergeseran Viskositas ......................................48 Gambar 18. Grafik Contour Plot Super Impossed.................................................49

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Kuallitatif Rf KLT Isoflavon Tempe ...........................54 Lampiran 2. Perhitungan Uji Antioksidan Metode DPPH.....................................55 Lampiran 3. Data Penimbangan, Notasi, dan Formula Desain Faktorial ..............62 Lampiran 4. Data Sifat Fisik dan Stabilitas Krim .................................................63 Lampiran 5. Perhitungan Efek Sifat Fisik dan Stabilitas Krim .............................70 Lampiran 6. Persamaan Desain Faktorial .............................................................76 Lampiran 7. Yates’s Treatment..............................................................................84 Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian ....................................................................93

BAB I PENGANTAR Latar Belakang A. Tempe adalah salah satu bahan makanan asli Indonesia yang sangat

  digemari karena harganya murah, mudah ditemui, dan rasanya enak. Di dalam tempe ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon yaitu daidzein, glistein, dan genistein seperti pada kedelai, selain itu ditemukan pula antioksidan faktor II (6,7,4, trihidroksiflavon) yang merupakan agen antioksidan yang hanya terdapat di dalam tempe sebagai hasil dari fermentasi kedelai (Anonim, 2008). Faktor II mempunyai aktivitas antioksidan yang secara in-vitro lebih tinggi dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai (Ariani, 2003).

  Isoflavon mempunyai efek terhadap radiasi UV yaitu meningkatkan sistem imun sama besar dengan energi UV yang menyebabkan kerusakan kulit, dikenal dengan istilah photoageing (Zulli, F., Schmid, D., Muggli, R., Hanay, C., 2002). Isoflavon dapat diaplikasikan dalam kosmetik dengan berbagai bentuk sediaan misalnya gel, lotion, dan krim yang dapat diformulasikan secara mudah dalam fase air (Schmid, 2004). Konsentrasi isoflavon yang biasa digunakan dalam kosmetik adalah 1-500 mg/kg atau 20-100 mg/kg (Zulli et.al, 2002).

  Dalam penelitian ini isoflavon diformulasikan dalam bentuk sediaan krim. Hal ini terkait dengan kelebihan dari sediaan krim dibandingkan dengan memberi rasa melembabkan di kulit, mudah dibersihkan dan dapat atau tidak dapat dicuci dengan air (Mitsui, 1993).

  Suatu sediaan, untuk dapat diterima oleh masyarakat harus memenuhi parameter sifat fisik dan stabilitas. Sifat fisik dan stabilitas suatu sediaan krim dapat ditentukan oleh basis dan humektan. Cetyl alcohol sebagai basis yang juga bersifat sebagai thickening agent sehingga mampu menjaga stabilitas, memperbaiki tekstur, dan meningkatkan konsistensi (Bennet, 1970). Sedangkan humektan merupakan suatu bahan higroskopis yang ditambahkan bertujuan untuk mempertahankan kelembapan sediaan sehingga dapat mempermudah aplikasi krim dengan memberikan daya sebarnya yang cukup serta dapat mempertahan konsistensi. Oleh karena cetyl alcohol dan gliserin memiliki sifat yang saling berlawanan yaitu dapat meningkatkan viskositas dan meningkatkan daya sebar, maka dalam penelitian ini dilakukan optimasi formula cetyl alcohol sebagai basis dan gliserin sebagai humektan.

  Optimasi formula dilakukan menggunakan aplikasi desain faktorial. Metode ini mempunyai kelebihan yaitu selain dapat mengetahui efek dari tiap bahan yang digunakan terhadap sifat-difat fisik sediaan juga dapat digunakan untuk mengetahui efek yang tmbul dati interaksi bahan-bahan yang digunakan.

  Dalam penelitian ini dilakukan pula uji aktivitas antioksidan isoflavon secara in-vitro dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-1pikrilhidrazil) yang dinyatakan dengan % scavenging.

  1. Permasalahan

  a. Apakah ekstrak etil asetat isoflavon tempe mempunyai aktivitas antioksidan melalui uji penangkapan radikal hidroksil dengan metode DPPH yang dinyatakan dengan % scavenging ?

  b. Efek mana yang lebih dominan dalam mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas krim di antara efek cetyl alcohol, efek gliserin, dan efek interaksi ?

  c. Apakah diperoleh area komposisi optimum dari campuran cetyl alcohol- gliserin yang memenuhi parameter sifat fisika dan stabilitas krim ?

  2. Keaslian Penelitian

  Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang formulasi sediaan krim anti ageing isoflavon tempe dengan basis tidak larut air cetyl alcohol dan basis larut air gliserin belum pernah dilakukan.

   Manfaat Penelitian 3.

  a. Manfaat Teoritis. Menambah pengetahuan mengenai bentuk sediaan anti ageing isoflavon dari tempe dan cara mengisolasi isoflavon dari tempe.

  b. Manfaat Metodologi. Menambah informasi ilmu pengetahuan kefarmasian mengenai upaya pengembangan dan aplikasi metode desain faktorial dalam menemukan area komposisi optimum krim anti ageing isoflavon dari tempe dengan komposisi cetyl alcohol dan gliserin.

  c. Manfaat Praktis. Adanya sediaan krim anti ageing isoflavon dari tempe ini

B. Tujuan Penelitian Tujuan Umum a.

  Membuat formula krim yang memiliki daya anti ageing dengan bahan aktif isoflavon dari tempe.

b. Tujuan Khusus

  1. Mengetahui apakah fraksi etil asetat isoflavon dari tempe mempunyai aktivitas antioksidan melalui uji penangkapan radikal hidroksil dengan metode DPPH yang dinyatakan dengan % scavenging.

  2. Mengetahui efek mana yang lebih dominan dalam mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas krim di antara efek cetyl alcohol, efek gliserin, dan efek interaksi.

  3. Mengetahui area komposisi optimum dari campuran cetyl alcohol–gliserin yang memenuhi parameter sifat fisik dan stabilitas krim.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA Isoflavon dan Tempe A. Tempe hasil fermentasi ditemukan adanya isoflavon genistein, daidzein,

  dan faktor-II. Genistein dan Daidzein telah ada pada kedelai rendam sebagai bahan baku tempe, tetapi faktor-II hanya dijumpai pada tempe. Faktor-II dapat terbentuk karena selama proses perendaman fermentasi kedelai

  β-glukosidase

  akan aktif dan mengubah glisitin, genistin, dan daidzin yang telah ada pada kedelai menjadi daidzein, genistein, dan glisitein. Selanjutnya selama proses fermentasi kedelai rendam terjadi biokonversi lebih lanjut daidzein dan glisiteni menjadi faktor-II. Faktor-II mempunyai daya antioksidan yang secara in-vitro jauh lebih tinggi bila dibandingkan antioksidan lain (Ariani, 2003).

  Isoflavon terdiri atas komponen polar (terikat gula/glikon) dan komponen nonpolar (tidak terikat gula/aglikon) (Tensiska, Marsetio, Yudiastuti, S.O.N., 2007). Isoflavon glikosida tidak aktif secara biologi. Isoflavon aktif untuk perawatan kulit harus dalam bentuk aglycone yang ini mempunyai sedikit kelarutan dalam air dan minyak (Schmid, 2004). Isoflavon diaplikasikan dalam kosmetik, harus diaktifkan terlebih dahulu misalnya dalam bentuk aglikon, sebab di dalam kulit tidak terdapat enzim hidrolisis. Dalam bentuk glikosida maka isoflavon tidak akan terpenetrasi sampai lapisan kulit yang lebih dalam, misalnya senyawa yang dapat lewat adalah aglikon yang dapat larut air (Zulli et.al, 2002). Struktur isoflavon adalah sbb:

  Gambar 1. Struktur Kimia Isoflavon Aglikon Tabel I. Komponen Isoflavon Aglikon

  R1 R2 Komponen H H Daidzein

  OH H Genistein H OCH

  3 Glisitein H OH Faktor-II Gambar 2. Struktur Kimia Isoflavon Glukosida Tabel II. Komponen Isoflavon Glukosida

  R3 R4 R5 Komponen H H H Daidzin

  OH H H Genistin H OCH

3 H Glisitin

  H H COCH

  3

  6”-O-asetildaidzin OH H COCH

  3

  6”-O-asetilgenistin H OCH

  3 COCH 3 6”-O-asetilglisitin

  H H COCH

  2 COOH 6”-O-malonildaidzin

B. Kromatografi Lapis Tipis

  Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah metode kromatografi cair yang paling sederhana dan mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan KLT adalah sample yang digunakan sedikit, diperoleh pemisahan senyawa yang amat berbeda, waktu yang dibutuhkan singkat, serta jumlah pelarut yang digunakan sangat sedikit. KLT dapat digunakan untuk dua tujuan. Pertama, untuk hasil kuantitatif, kualitatif, dan preparative. Kedua, digunakan untuk mengetahui sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) (Gritter, R., Bobbit, J.M., Schwarting, A., 1991).

  Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas fase diam, ditempatkan pada penyangga yang berupa plat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan, ditotolkan pada fase diam. Setelah plat atau lapisan ditaruh di dalam bejana terttup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan).

  Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus dideteksi (Stahl, 1985).

  Seyawa yang dihasilkan pada lempeng fase diam terkadang masih sulit untuk dideteksi. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan pereaksi yang mampu memperjelas bercak, sehingga mempermudah dalam melakukan deteksi. Senyawa-senyawa yang sering digunakan untuk pereaksi pendeteksi KLT antara lain ammonia, ALCL3, FeCL3, sitroborat, dan lain-lain (Mabry, T.J., Markham,

  Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi utama kira-kira 254 nm) atau jika senyawa ini dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi UV gelombang pendek dan atau gelombang panjang (365 nm). Jika dengan kedua cara ini senyawa tidak dapat dideteksi maka harus dicoba dengan reaksi kimia. Pertama tanpa pemanasan lalu bila perlu degan pemanasan. Jarak pengembangan pada senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan angka Rf atau hRf (Stahl, 1985).

  Jaraktitik PusatBerca kDariPento tolan RfJarakRamba tFaseGerak

   Skin Ageing C.

  Skin ageing adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh waktu yang dapat

  dipercepat oleh faktor eksternal misalnya radiasi UV. Mekanisme ini berlangsung di dermis dan mengurangi kemampuan untuk pembentukan lapisan baru serta mempercepat degradasi lapisan. Manifestasi dari fenomena skin ageing bisa bermacam-macam, misalnya keriput, kulit kendor karena berkurangnya kemampuan elastisitas dan kekencangan (Zulli et.al, 2002).

  Skin ageing dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor internal

  maupun eksternal, salah satu faktor eksternal tersebut adalah paparan sinar matahari yang sering disebut photoageing. Mekanisme penuaan yang dipicu oleh faktor eksternal paparan sinar matahari adalah adanya penurunan jumlah ceramide akibat reaksi dengan Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat dihambat dengan

  Anion superoksida yang mengurangi oksigen menginisiasi reaksi ageing, sebab anion superoksida mempunyai peran penting dalam pembentukan ROS misalnya hidrogen peroksida, radikal hidroksil, dan oksigen singlet yang dapat memicu kerusakan akibat reaksi oksidatif pada lemak, protein, dan DNA (Lee, J., Renita, M., Fioritto, R.J., 2004).

  Isoflavon dapat mempunyai mekanisme anti-ageing sebagai antioksidan maupun fitoestrogen : a. Mekanisme sebagai fitoestrogen

  Isoflavon sebagai fitoestrogen dapat mempunyai mekanisme sebagai anti-ageing karena struktur isoflavon aglikon yang berbentuk heterosiklik fenol. Struktur tersebut mempunyai bentuk yang sangat mirip dengan estrogen steroid, sehingga reseptor estrogen akan dengan mudah menangkap isoflavon dan akan menstimulasi kolagen di dalam kulit (Schmid, 2004). Mekanisme fitoestrogen ini, biasa diberikan dengan sistem penghantaran oral.

  b. Mekanisme sebagai antioksidan Paparan sinar UV dapat mengandung ROS (Reactive Oxygen

  Species ) yang dapat mengaktivasi transkripsi dari MMPs. Enzim

  tersebut merupakan salah satu enzim proteolitik yang akan mendegradasi kolagen, elastin, dan protein-protein lain yang berfungsi untuk menjaga elastisitas kulit. Isoflavon yang mempunyai kulit tetap terjaga dan photoaging dapat dihambat (Chiang et.al, 2004), seperti ditunjukkan dalam gambar 6. Isoflavon dapat berfungsi sebagai antioksidan karena adanya gugus fenol yang mempunyai atom hidrogen sehingga dapat menangkap elektron bebas dari ROS menjadi elektron berpasangan yang lebih stabil. Selanjutnya, isoflavon akan teroksidasi oleh radikal bebas sehingga protein-protein penyusun elastisitas kulit seperti kolagen dan elastin tidak akan terdegradasi. Oleh karena itu, kandungan faktor II yang hanya ada di dalam isoflavon tempe merupakan antioksidan yang lebih baik dibandingkan isoflavon dalam kedelai biasa yang hanya mengandung genistein dan daizein. Hal ini disebabkan karena pada senyawa faktor

  II sebagai hasil fermentasi kedelai mempunyai gugus fenol yang lebih banyak.

  Sinar UV ↓

  ROS ↓

  Adanya atom hidrogen isoflavon sebagai agen antioksidan yang mengikat elektron dari ROS ↓

  Tidak terjadi aktivasi MMPs ↓

  Tidak terjadi degradasi kolagen, elastin, dll ↓

  Tidak terjadi reaksi photoaging

  

Gambar 3. Skema Mekanisme Isoflavon sebagai Anti-ageing dengan Mekanisme

Antioksidan

D. Uji DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)

  Uji DPPH merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur daya antioksidan suatu sampel. DPPH berfungsi sebagai senyawa radikal bebas stabil yang ditetapkan secara spektrofotometri melalui persen peredaman absorbansi. Peredaman warna ungu merah pada panjang gelombang 517 nm dikaitkan dengan kemampuan minyak atsiri atau ekstrak sebagai antiradikal bebas (Purwata, I.M.O.A., Rita, W.S., Yoga, R., 2009).

  Besarnya aktivitas antioksidan ditandai dengan nilai IC 50, yaitu konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal bebas DPPH (Andayani, R., Yovita, L., Maimunah, 2008). Aktivitas antioksidan kuat jika IC

  50

  lebih kecil dari 200 µg/ml. Kapasitas antiradikal bebas metode DPPH diukur dari peredaman warna ungu merah dari DPPH pada panjang gelombang 517 nm ± 20 nm (Purwata dkk, 2009). Perhitungan aktivitas penangkapan radikal DPPH (% scavenging) dihitung dengan rumus :

  ( Absorbansi blankoAbsorbansi sampel ) 100 % x Absorbansi blanko

  (Sunarni, T., Pramono, S., Asmah, R., 2007). Adanya aktivitas antioksidan dari sampel akan menyebabkan perubahan warna pada larutan DPPH dalam metanol yang semula violet pekat jadi kuning pucat. Sampel dinyatakan aktif sebagai antiradikal bebas jika % peredaman (% scavenging ) lebih dari atau sama dengan 50% (Purwata dkk, 2009).

  E. Krim

  Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika (Anonim, 1995). Sebuah vanishing cream merupakan emulsi dari asam stearat, disebut vanishing cream karena tidak tampak mengkilap (vanish) ketika digunakan. Fase eksternalnya adalah air. Dengan penambahan gliserin (10%) sebagai bahan pembuat lunak dinilai krim akan berkilau mutiara sediaan ini menjadi lebih cemerlang (Voigt, 1994). Emulsifying agent adalah sabun atau campuran sabun dari sodium, potassium, dan ammonia biasanya dalam bentuk emulsi minyak dalam air (Young, 1972).

  Krim merupakan suatu sistem emulsi yang stabilitasnya ditentukan oleh elastisitas emulgator dari lapisan tipis batas antar muka. Menurut aturan Bancroft, fase dimana emulgator terlarut atau terakumulasi di dalamnya adalah bahan pendispersi, contoh sabun yang dapat larut dalam air merupakan emulgator m/a.

  Suatu sistem emulsi akan menunjukkan stabilitas dan tingkat dispersitas yang optimal, jika lapisan tipis menyaluti batas antar permukaan secara total. Banyak emulgator memberikan lapisan tipis yang sangat stabil dan dapat menyalut droplet. Jika ada droplet bersentuhan, maka lapisan tipis semacam itu akan memberi perlindungan untuk menghindari penggabungan (Voigt, 2004). stabil adalah sabun amin. Sabun amin salah satu contohnya adalah Trietanolaminstearat yang terbentuk dari hasil reaksi penyabunan antara asam stearat dan TEA. Pada susunan rantai sabun trietanolaminstearat, hidrokarbon yang simetris mewakili bagian tidak polar dari molekul. Sebaliknya karboksil hidrofil menunjukkan tidak adanya keseimbangan muatan, oleh karena itu gugus bersifat polar. Kesatuan molekul ini gugus polar dan tidak polar menyatu sehingga membuatnya sebagai senyawa amfifil (Voigt, 2004). Struktur sabun trietanolamin adalah sbb :

  • [OH-CH

  2 -CH 2 -N(HCH

2 CH

  2 OH)-CH 2 -CH 2 -OH]C

  17 H 35 -COO F.

   Cetyl Alcohol Cetyl alcohol mengandung tidak kurang dari 90% C H O, selebihnya

  16

  34

  terdiri dari alkohol yang sejenis. Pemeriannya berupa serpihan putih licin, granul atau kubus, berwarna putih, bau khas lemah, rasa lemah. Kelarutannya tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam eter, kelarutan bertambah dengan naiknya suhu (Anonim, 1995). Struktur cetyl alcohol adalah sbb:

  Gambar 4. Struktur Kimia Cetyl Alcohol Cetyl alcohol mampu menjaga stabilitas, memperbaiki tekstur dan

  meningkatkan konsistensi serta dapat bersifat sebagai emollient, emulsifying dalam air. Kombinasi dengan emulsifier ini akan menghasilkan suatu sistem yang tertutup, barier monomolecular pada antar muka minyak-air yang membentuk barier mekanik sehingga dapat mencegah terjadinya droplet yang coalesence (Rowe, R., Sheskey, P.J., Quinn, M.E., 2009).

G. Gliserin

  Gliserin dapat diperoleh dari minyak dan lemak yang diproduksi dalam pembuatan sabun dan asam lemak. Gliserin merupakan cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopik, dan netral terhadap lakmus. Gliserin dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam minyak lemak, dalam eter, dan dalam minyak menguap (Anonim, 1995). Struktur gliserin adalah sbb:

  Gambar 5. Struktur Kimia Gliserin

  Pada pemakaian topikal, seringkali gliserin digunakan untuk humectant dan emollient, sehingga dapat digunakan untuk mempertahankan kelembapan kulit dan meningkatkan daya sebar. Gliserin digunakan sebagai solvent atau

  

cosolvent di dalam krim dan emulsi. Gliserin biasa ditambahkan di dalam fase air

(Rowe et.al, 2009).

H. Metode Desain Faktorial

  Metode desain faktorial dapat digunakan untuk mendesain suatu percobaan untuk mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon dan memungkinkan kita mengetahui interaksi di antara faktor-faktor tersebut (Voigt, 1994). Keuntungan dari metode desain faktorial ini adalah memiliki efisiensi yang maksimum dalam mengetahui efek yang dominan dalam menentukan respon, selain itu bahwa metode ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor maupun efek interaksi antar faktor (Muth, 1999).

  Metode desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika. Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan level tinggi (Bolton, 1997). Rancangan percobaan yang diperlukan dengan metode desain faktorial dua faktor dan dua level sbb:

  Tabel III. Rancangan percobaan desain faktorial dengan 2 faktor dan 2 level

  Formula Faktor A Faktor B

  • (1)
  • a b + -
    • ab Keterangan :

  • = level rendah

  Optimasi campuran dua bahan (dua faktor) dengan desain faktorial dianalisis berdasarkan rumus: Y = b + b

  1 (A) + b2(B) + b 12 (A)(B)........................(1)

  Dengan: Y = respon hasil atau sifat yang diamati (A),(B) = level bagian A, level bagian B, yang nilainya -1 dan +1 b , b , b , b = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan

  1

  2

12 Dari persamaan di atas dan data yang diperoleh kemudian dibuat contour

  

plot suatu respon tertentu yang dapat digunakan untuk mengetahui komposisi

campuran yang optimum (Bolton, 1997).

  Besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksinya dapat diperoleh dengan menghitung selisih antara respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah, yaitu:

   a  ( 1 )    abb

  Efek faktor A =

  2 b  ( 1 )  aba

     

  Efek faktor B =

  2  abb    ( 1 )  a  Efek faktor C = (Bolton, 1997).

2 I. Landasan Teori

  Tempe diketahui mempunyai potensi sebagai bahan anti ageing dengan adanya kandungan isoflavon yang mempunyai daya antioksidan yang lebih besar dibandingkan dengan kedelai karena adanya senyawa faktor-II. Senyawa ini hanya dijumpai pada tempe karena terbentuk selama proses perendaman fermentasi kedelai (Ariani, 2003).

  

scavengers dapat mencegah peristiwa photoaging tersebut sehingga akan

  mengurangi kerusakan collagen yang berperan sebagai protein pembentuk elastisitas kulit. Oleh karena itu, isoflavon tempe mempunyai potensi sebagai anti-

  ageing yang efektif mencegah photoaging (Chiang et.al, 2007).

  Bentuk sediaan yang digemari untuk aplikasi kosmetik yaitu krim. Hal ini disebabkan oleh sifat krim yang mudah dioleskan, mudah menyebar, daya penetrasi tinggi, memberi rasa melembabkan di kulit, mudah dibersihkan dan dapat atau tidak dapat dicuci dengan air (Mitsui, 1993).

  Cetyl alcohol sebagai basis tidak larut air dalam formula krim ini

  mempunyai kemampuan untuk menjaga stabilitas, memperbaiki tekstur, dan meningkatkan konsistensi krim (Rowe et.al, 2009). Sedangkan gliserin sebagai humektan bersifat dapat mempertahankan kelembapan kulit dan meningkatkan daya sebar (Rowe et.al, 2009). Cetyl alcohol dan gliserin yang mempunyai sifat berlawanan, yaitu cetyl alcohol meningkatkan viskositas dan gliserin meningkatkan daya sebar maka dilakukan optimasi kedua bahan tersebut sehingga dapat diperoleh komposisi optimum yang sesuai dengan sifat fisik dan stabilitas krim.

  Untuk mengetahui efek faktor dan interaksi yang paling dominan dari masing-masing uji sifat fisis dan stabilitas krim, maka digunakan metode desain faktorial.

  J. Hipotesis

  Hipotesis dari penelitian ini adalah :

  a. Ekstrak etil asetat isoflavon tempe mempunyai daya antioksidan melalui uji penangkapan radikal hidroksil dengan metode DPPH.

  b. Terdapat pengaruh yang bermakna (signifikan) dari komposisi cetyl alcohol, gliserin, dan interaksi cetyl alcohol-gliserin dalam formula krim anti-ageing yang dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas krim anti ageing isoflavon tempe.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental murni yang bersifat eksploratif dengan menggunakan desain faktorial. B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sbb:

  1. Variabel Bebas Komposisi cetyl alcohol dan humektan gliserin.

  2. Variabel Tergantung

  Sifat fisis dan stabilitas krim anti ageing isoflavon tempe yang meliputi : viskositas, daya sebar, tipe emulsi, dan pergeseran viskositas.

  3. Variabel Pengacau Terkendali Kondisi wadah tempat penyimpanan dan intensitas cahaya penyimpanan.

  4. Variabel Pengacau Tak Terkendali Suhu dan kelembaban ruangan penelitian.

  Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sbb :

  a. Basis adalah bahan dasar krim yang menentukan sifat dasar krim dan menentukan keberhasilan atau kegagalan terapi (Voigt, 2004). c. Interaksi gliserin-cetyl alcohol yang mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas.

  d. Respon adalah sifat atau hasil percobaan yang diamati yaitu sifat fisik berupa daya sebar dan viskositas. Stabilitas fisik berupa pergeseran viskositas.

  e. Daya antioksidan adalah dinyatakan dengan % scavenging, dikatakan aktif sebagai antioksidan jika % scavenging leih besar dari atau sama dengan 50% (Purwata, 2009) dan dikatakan antioksidan kuat jika nilai IC

  50 kurang dari 200 µg/ml ( Andayani dkk, 2008).

Dokumen yang terkait

Optimasi formula krim anti hair loss ekstrak saw palmetto [Serenoa repens] dengan propilen glikol dan gliserol sebagai humectant : aplikasi dengan faktorial - USD Repository

0 0 95

Optimasi komposisi polysorbate 80 dan gliserin emulsifying agent dalam lotion virgin coconut oil dengan aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 106

Optimasi komposisi polietilen glikol 400 dan gliserol sebagai humectant dalam formula krim anti hair loss ekstrak saw palmetto [Serenoa repens] : aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 103

Optimasi proses pencampuran krim anti hair loss ekstrak saw palmetto [Serenoa repens] dengan perbandingan lama pencampuran dan kecepatan putar : aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 110

Optimasi formula sediaan krim sunscreen ekstrak kering polifenol teh hijau [Camellia sinesis L.] dengan asam stearat dan virgin coconut oil [VCO] sebagai fase minyak : aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 104

Optimasi formula krim sunscreen ekstrak kering polifenol teh hijau [Camellia sinensis L.] dengan asam stearat dan minyak wijen sebagai fase minyak : aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 103

Optimasi proses pencampuran krim anti androgenetic alopecia ekstrak saw palmetto [serenoa repens] dengan perbandingan kecepatan putar dan lama pencampuran : aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 1 109

Optimasi formula emulgel sunscreen ekstrak etil asetat isoflavon tempe dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan VCO sebagai fase minyak : apikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 116

Optimasi formula sabun transparan dengan fase minyak Virgin Coconut Oil dengan surfaktan cocoamidopropyl betaine : aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 88

Optimasi formula gel anti ageing ekstrak etil asetat isoflavon tempe dengan carbopol sebagai gelling agent dan propilenglikol sebagai humectant : aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 99